MODERASI ISLAM DALAM PERSPEKTIF MUFASIR NUSANTARA
Transcript of MODERASI ISLAM DALAM PERSPEKTIF MUFASIR NUSANTARA
MODERASI ISLAM DALAM PERSPEKTIF
MUFASIR NUSANTARA
(Studi Komparatif dalam Tafsir Raudlatul Irfan, Tafsir Al-Ibriz,
dan Tafsir Al-Azhar)
Skripsi ini diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Siti Eva Zulfa
NIM. 15210698
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
TAHUN 2019 M/1440 H
2
MODERASI ISLAM DALAM PERSPEKTIF
MUFASIR NUSANTARA
(Studi Komparatif Tafsir Raudlatul Irfan, Tafsir Al-Ibriz,
dan Tafsir Al-Azhar)
Skripsi ini diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Siti Eva Zulfa
NIM. 15210698
Pembimbing :
Dr. H. M. Ulinuha Husnan Lc, MA
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
TAHUN 2019 M/1440 H
ABSTRAK
Moderasi Islam Dalam Perspektif Mufasir Nusantara
(Studi Komparatif Tafsir Raudhatul Irfan, Tafsir Al-Ibriz, dan Tafsir
Al-Azhar)
Oleh : Siti Eva Zulfa (1521698)
Salah satu tantangan yang seakan tiada habis dalam sejarah Islam
adalah perbedaan dalam memahami ajaran itu sendiri baik dari Al-Qur`an
ataupun hadis Rasulallah. Fenomena konflik karena beda agama seakan tidak
cukup mengisi masalah yang ada. Keragaman suku, budaya, dan karakter di
suatu daerah menjadikan berbagai keberagaman tidak bisa dihindari. Kasus
penjarahan, pembakaran, penistaan, bahkan pembunuhan atas nama agama
menjadi contoh dari jutaan kasus yang disebabkan intoleleransi terhadap
perbedaan. Hal ini seringkali menjadi tantangan besar bagi daerah mayoritas
Islam tak terkecuali Indonesia. Karena itu dibutuhkan suatu konsep islam
yang bisa toleran terhadap semua keberagaman. Inilah yang memotivasi
penulis untuk melakukan penelitian dengan rumusan bagaimana Penafsiran
Ayat Moderasi dalam Tafsir Raudhatul Irfan, Tafsir Al-Ibriz, dan Tafsir Al-
Azhar.
Penelitian ini merupakan jenis Library Research (penelitian pustaka)
yakni pengumpulan data dengan cara membaca, menelaah buku dan literatur
lainnya yang berhubungan dengan skripsi. Teknik pengumpulan data yang
dipakai adalah teknik dokumentatif juga komparatif, yaitu menyandingkan
obyek kajian yang berbeda untuk kemudian dibandingkan dari berbagai
aspek tertentu. Dalam penelitian ini, obyek yang menjadi perbandingan
adalah penafsiran dari KH. Ahmad Sanusi, Prof. Dr. Hamka, dan KH. Bisri
Mustafa mengenai ayat moderasi.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa Moderasi adalah
fitrah. Agama Islam sendiri sebenarnya merupakan moderasi. Allah
memberikan potensi moderat ini khusus kepada umat Nabi Muhammad saw.
yang dicanangkan menjadi saksi bagi umat manusia seluruhnya. Untuk
mewujudkan hal ini, setidaknya ada tiga karakter yang harus diusahakan ;
Menyeimbangkan dirinya antara kehidupan dunia dan akhirat, mengambil
sikap pertengahan dan seimbang dalam segala hal, bersikap adil kepada
semua kalangan, dan menjunjung tinggi toleransi.
Kata kunci : Tafsir, Moderasi Islam, Nusantara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara dengan umat muslim terbanyak
di dunia. Hal ini diketahui berdasarkan survei penduduk oleh BPS
pada tahun 2005. Penduduk Muslim berjumlah 189.014.015 jiwa atau
88,58% dari total penduduk 213.375.287 jiwa. Bahkan jika kita
bandingkan, jumlah umat Islam di Indonesia lebih besar dari jumlah
umat Islam di negara-negara Arab.1
Salah satu keistimewaan Indonesia adalah keberagamannya.
Hal ini menurut Mamang Muhammad Haerudin adalah anugerah
Tuhan yang patut disyukuri.2 Berbagai data membuktikan bahwa
Indonesia memiliki aneka ragam budaya yang menjadi warna-warna
lokal ajaran Islam di Indonesia. Misalnya Islam Jawa, Islam Sumatera,
Islam Bugis-Makasar, Islam Maluku, Islam Madura, dan lain
sebagainya. Selain itu, Islam di Indonesia juga diperkaya dengan
berbagai ormas seperti NU, Muhammadiyah, dan lain sebagainya.
Semua ini ikut serta menciptakan kondisi umat yang menjunjung
tinggi pluralitas (keberagaman) di masyarakat.3
Berbeda dengan kawasan yang didominasi oleh “Islam
Klasik”-Timur Tengah, Afrika Utara, Persia, dan kawasan Turki serta
beberapa wilayah Asia- Islam datang sebagai “hakim” dengan
menguasai, menegakkan hukum dan menyelesaikan persengketaan. Di
Nusantara khususnya Indonesia, Islam datang sebagai tamu yang pada
1 Nasaruddin Umar, Islam Fungsional, (Jakarta: PT. Elek Media Komputindo,
2014), hal. 271-272 2 Said Aqil Siradj dan Mamang Muhamad Haerudin, Berkah Islam Indonesia,
(Jakarta: PT. Elek Media Komputindo, 2015), Hal. 11 3 Nasaruddin Umar, Islam Fungsional, hal. 275
2
gilirannya menjadi bagian dari keluarga. Karena itulah Islam di
Nusantara menunjukkan karakter yang berbeda, tidak seperti Islam
yang muncul di wilayah dunia muslim lainnya.4 Singkatnya Islam di
Indonesia itu ramah tidak marah, damai bukan bertikai, toleransi
bukan menghakimi.
Salah satu penyebab Islam di Indonesia lebih toleran adalah
adanya dukungan oleh kebudayaan lembut (Soft culture). Prof. Dr.
Nasaruddin Umar dalam bukunya menyatakan bahwa Wilayah
Indonesia memang sangat memungkinkan bagi terbentuknya soft
culture, karena alamnya yang begitu bersahabat. Juga sebelum Islam
datang sudah dikenal ajaran agama yang tergolong soft culture seperti
Hindu dan Budha. Berbeda dengan kultur Timur tengah yang dibentuk
oleh alam yang ganas, wilayah padang pasir dan dengan budaya
penduduk nomaden.5
Namun sayangnya, fenomena akhir-akhir ini menunjukkan
kebalikannya. The Wahid Institute melaporkan bahwa selama Januari
hingga desember 2013, terdapat 245 peristiwa pelanggaran atau
intoleransi keyakinan beragama. Jumlah tersebut terdiri atas 106
peristiwa (43%) yang melibatkan aktor aktor negara dan 139 peristiwa
(57%) oleh aktor non negara. Sementara total jumlah tindakan
kekerasan dan intoleransi mencapai 280 kasus, dimana 121 tindakan
(43%) dilakukan aktor negara dan 159 tindakan (57%) oleh aktor non
negara.6
Jika menilik sejarah bangsa kita yang lalu, kita akan temukan
juga peristiwa yang meresahkan tersebut. Sekitar tahun 1998, isu-isu
4 Yahya Cholil Staquf, Islam Nusantara, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2015), cet.
Ke-2, hal. 195 5 Nasaruddin Umar, Islam Fungsional, hal. 272
6Said Aqil Siradj dan Mamang Muhamad Haerudin, Berkah Islam Indonesia, Hal.
41
3
disintegrasi muncul dimana-mana. Di Ambon misalnya, terus
berlangsung aksi penjarahan, pembakaran, dan pembunuhan yang
dilakukan oleh antar kelompok masyarakat yang berbeda agama. Di
Aceh, hal serupa juga terjadi. Bahkan bukan antara kelompok
masyarakat yang berbeda agama, melainkan justru antar Sesama
muslim. Orang-orang yang dinilai tidak berhak menghirup udara Aceh
dijarah hartanya, diambil alih sawahnya, diduduki rumahnya, dan
mobilnya dirampas. Sementara orang-orang tersebut diusir dan harus
hengkang ke tempat lain. Pada perkembangan selanjutnya, tidak
sedikit dari orang Islam di Aceh yang meninggal dunia ketika sedang
shalat berjamaah di surau.7
Memikirkan fenomena di atas, kita akan sampai pada
pertanyaan, apakah pluralisme (keberagaman) menjadi penyebab
utama? Jika pluralisme menjadi masalah, bagaimana kita harus
menyikapinya?. Ada banyak cara yang bisa dilakukan. Pada tahun
1948, Mesir membentuk satu organisasi bernama Lajnah at-Taqarib
baina al-Madzȃhib (Lembaga Pendekatan antar Mazhab) yang
diketuai oleh Muhammad Syaltut. Dalam sidang dan rapatnya,
organisasi ini mendudukkan ulama-ulama madzhab Islam dalam satu
majelis. Organisasi ini bertujuan menghimpun atau mendekatkan
pandangan yang berbeda-beda dari aneka madzhab yang sebenarnya
menyatu dalam satu prinsip agama namun dipisahkan oleh
kesalahpahaman atau fanatisme sebagian pengikutnya.8 Pada intinya,
Organisasi ini dibuat untuk membuat umat atau masyarakat yang
moderat.
7 Ali Mustafa Ya‟qub, Kerukunan Umat Beragama, (Pejaten Barat: Pustaka Firdaus,
2000), cet. Ke-1 hal. 13 8 Quraish Shihab, Islam yang Saya Pahami, (Tangerang: Lentera Hati, 2017), hal.
311-312
4
Timbul pertanyaan, apa itu moderasi islam? Bagaimana
konsepnya, dan bagaimana Al-Qur`an menjelaskan hal tersebut?
Moderasi islam adalah paham keagamaan keislaman yang
mengejawantahkan ajaran islam yang sangat esensial. Ajaran yang
tidak hanya mementingkan hubungan baik kepada Allah, tetapi juga
hubungan kepada seluruh manusia. Bukan hanya pada saudara seiman
tetapi juga saudara beda agama.9
Dengan berbagai permasalahan di atas, penulis ingin
mengangkat tema ini menjadi skripsi. Untuk mengkaji permasalahan
Islam di Nusantara tentu idealnya menggunakan pandangan para
Mufassir Nusantara pula. Dengan begitu, penulis berharap
menemukan solusi baru untuk mewujudkan Islam yang ramah dan
toleransi di Indonesia.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Dari perdebatan akademik di atas, munculah beberapa
persoalan yang perlu dibahas secara detail dan mendalam. Di
antara masalah yang dapat diidentifikasi oleh penulis adalah:
a. Apa penyebab banyaknya kasus intoleransi di Indonesia?
b. Apa saja solusi terbaik yang bisa dilakukan untuk
meminimalisir kasus intoleransi dalam beragama?
c. Mengapa pluralisme menjadi boomerang Persatuan?
d. Apa pengertian Moderasi Islam?
e. Bagaimana Konsep Moderasi menurut Ulama klasik dan
kontemporer?
f. Bagaimana Sejarah Perkembangan Moderasi dalam Islam?
9 Darlis, Mengusung Moderasi Islam di Tengah Masyarakat multikultural,
(raunstan fikr, 2017), Hal. 253
5
g. Bagaimana pandangan dunia Internasional terhadap moderasi?
h. Apa saja ayat-ayat Al-Qur`an terkait moderasi?
i. Bagaimana Moderasi Islam dalam perspektif Tafsir
Nusantara?
2. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang dan identifikasi masalah di
atas, untuk memperjelas permasalahan dan persoalan yang akan
dibahas dalam skripsi ini maka perlu disampaikan pembatasan dan
perumusan masalah. Hal ini dibutuhkan agar permasalahan tidak
melebar kepada materi-materi yang tidak berkaitan dengan judul
skripsi. Dalam melakukan penelitian ini penulis membatasi
permasalahannya sebagai berikut: Moderasi Islam Dalam
Perspektif Mufasir Nusantara.
Adapun kitab Tafsir yang akan digunakan penulis adalah
Kitab Tafsir Raudlatul Irfan karya KH. Ahmad Sanusi10
, Tafsir
Al-Ibriz karya KH. Bisri Mustafa11
, dan Tafsir Al-Azhar karya
Buya Hamka12
. Ketiga kitab Tafsir itu merupakan perwakilan dari
10
Beliau lahir tanggal 18 September 1888 M. bersamaan dengan 12 Muharram
1306 H di Desa Cantayan, Onderdistik Cikembar, Distrik Cibadak, Afdeeling Sukabumi.
Ahmad Sanusi merupakan anak ketiga dari seorang Ajengan dari Cantayan yang bernama
KH. Abdurrahim. Lihat Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, (Tangerang: Tim Madzhab
Ciputat, 2013), cet. Ke-2, hal. 86-87 11
KH. Bisri Mustafa lahir pada tahun 1915 M. Di Rembang Jawa Tengah dan
meninggal pada 16 Safar 1397 H bertepatan dengan 24 Februari 1977 M.11
Nama kecilnya
adalah Mashadi. Bisri Mustafa ia peroleh setelah menunaikan Haji. Beliau merupakan anak
pertama dari empat bersaudara, yaitu Mashadi, Salamah (Aminah), Misbah dan Khatijah.
Ayahnya bernama Zainul Mustafa, sedangkan ibunya bernama Hajah Khatijah.11
12 Hamka merupakan singkatan dari H. Abdul Malik Karim Amrullah. Beliau
dilahirkan di Sumatra Barat pada tanggal 17 Februari 1908 M. Ayahnya merupakan seorang
ulama terkenal yang bernama Dr. H. Abdul Karim Amrullah alias Haji Rasul. Ibunya yang
bernama Shofiyah juga merupakan putri seorang Guru Tari, Nyanyian, dan Pencak Silat.
Hamka memiliki semangat belajar yang sangat tinggi sejak kecil. Pengalamannya dalam
pendidikan membentuknya menjadi pribadi yang cerdas dan berkarakter. Beliau bahkan
6
tiga suku yaitu Suku Jawa, Sunda, dan Minang. Selain itu, penulis
juga akan melengkapi kajian dengan beberapa Tafsir Nusantara
lainnya seperti Al-Misbah, dan lain sebagainya.
Sejalan dengan uraian di atas, penulis akan menarik suatu
rumusan pokok masalah agar pembahasan dalam skripsi ini lebih
rapi dan terarah. Pokok masalahnya adalah sebagai berikut:
Bagaimana Penafsiran Ayat Moderasi dalam Tafsir Raudlatul
Irfan, Tafsir Al-Ibriz, dan Tafsir Al-Azhar?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setiap penelitian atau kajian tentunya memiliki tujuan yang
mendasari penulisan tersebut. Sejalan dengan hal tersebut,
berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari ditulisnya
penelitian ini adalah : Mengetahui Penafsiran Ayat Moderasi dalam
Tafsir Raudlatul Irfan, Tafsir Al-Ibriz, dan Tafsir Al-Azhar.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis penelitian ini dapat digunakan untuk
memperkaya khazanah keilmuwan Islam di bidang Tafsir
Hadis terutama pada tema Tafsir Nusantara.
2. Secara praktis hasil penelitian ini bisa digunakan oleh para
cendekiawan, ulama, terutama para aktivis dakwah sebagai
referensi serta inspirasi dalam menyampaikan Agama Islam
yang moderat.
berhasil memperolah kedudukan istimewa dari pemerintah Jepang sebagai tokoh masyarakat.
Tafsir Al-Azhar hanya satu dari ribuan karyanya yang luar biasa. Beliau wafat pada tahun
1981 M. (lihat di Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, (Ciputat: Madzhab Ciputat, 2013),
cet. Ke-2)
7
D. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka berisi kajian literatur yang relevan dengan
pokok bahasan penelitian yang akan dilakukan, atau bahkan
memberikan inspirasi dan mendasari dilakukannya penelitian.13
Tema mengenai moderasi sebenarnya sudah banyak diteliti,
namun di antara banyaknya penelitian itu belum ditemukan satupun
penelitian yang memfokuskan pada pendapat mufasir nusantara. Di
antara karya-karya tulis terkait penelitian penulis adalah
Tesis ini berjudul “Al-Wasathiyyah dalam Al-Qur`an”. Ditulis
oleh Iffaty Zamimah sebagai salah satu syarat dalam mendapatkan
gelas magister pada bidang Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir (IAT) di
Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.
Sikap tawassuth atau moderat adalah kebalikan dari sikap ekstrem
atau ghulluw. Sikap ghulluw ini sebenarnya bukan hal yang baru
dijumpai di masa kontemporer. Pada zaman sahabat, kelompok yang
dianggap menonjol dalam ke-ekstremannya adalah Khawarij yang tak
lama memunculkan rivalnya yaitu murji‟ah. Di zaman sekarang, sikap
seperti khawarij ini hampir mirip dengan padangan atau sikap radikal.
Sedangkan sikap seperti murji‟ah berpadaan dengan pandangan atau
sikap liberal.14
Mengetahui dua pemahaman agama yang ekstrem di atas serta
menghadapi berbagai kemunculan konflik masa kini yang
dipengaruhi perbedaan pemahaman terhadap agama, Iffaty Zamimah
mencoba mengkaji sikap tawassuth (moderat) dalam Al-Qur`an.
Kajiannya yang berupa tesis ini diharapkan dapat memberikan
13
Tim Penulis, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi, (Jakarta: IIQ
Press, 2011), hal. 13 14
Iffaty Zamimah, Al-Wasathiyyah dalam Al-Qur`an, (Jakarta:IIQ Jakarta, 2015),
hal. 3-4
8
secercah solusi atas polemik terkait tindakan ghuluww (ekstrem) yang
beredar di masyarakat.15
Sebagai sumber kajiannya, Iffaty menggunakan kitab Tafsir Al-
Maraghi karya Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Munir karya Wahbah
Zuhaili, dan Tafsir Al-Mishbah karya Quraish Shihab. Tafsir Al-
Maraghi sebagai perwakilan dari literatur tafsir klasik di sekitar awal
abad 20, lalu Tafsir Al-Munir yang ditulis oleh Pakar Fikih dan Tafsir
mewakili abad pertengahan yaitu akhir abad 20. Sementara Tafsir Al-
Mishbah yang merupakan mahakarya Mufasir Indonesia digunakan
untuk perwakilan Masa kontemporer yang diharap dapat menjawab
permasalahan umat dengan up to date. Terlepas dari jeda lahirnya,
ketiga kitab tafsir itu termasuk tafsir kontemporer. Dengan meneliti
konsep Wasathiyyah menurut tiga tokoh tersebut, Iffaty berharap
dapat menemukan pemahaman kontemporer yang dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehar-hari.16
Dalam penelitiannya, Iffaty menggunakan metode Library
Research (penelitian kepustakaan untuk mengumpulkan data. Yaitu
dengan cara menuliskan, mengedit, mengklarifikasikan, mereduksi,
dan menyajikan data yang diperoleh dari berbagai sumber yang
tertulis. Setelah mendapatkan data, Iffaty menggunakan metode
deskriptif analistis untuk menganalisi berbagai data tersebut.17
Tesis ini secara umum sangat bermanfaat untuk penelitian penulis.
Dimulai dengan pengertian wasathiyyah atau moderasi, lalu
menguraikan term wasathiyyah (moderasi) dalam Al-Qur`an dan lain
sebagainya. Selain itu, Tesis ini juga memuat pandangan salah satu
Mufasir Nusantara yaitu Prof. Dr. Quraish Syihab lewat karyanya,
15
Iffaty Zamimah, Al-Wasathiyyah dalam Al-Qur`an, hal. 11 16
Iffaty Zamimah, Al-Wasathiyyah dalam Al-Qur`an, hal. 12 17
Iffaty Zamimah, Al-Wasathiyyah ydalam Al-Qur`an, hal. 15-16
9
Tafsir Al-Mishbah. Namun, tesis ini tidak mengurai penjelasan
mufasir nusantara lainnya tentang moderasi. Dari sinilah celah yang
akan penulis gunakan dalam menulis kajian moderasi.
Kajian selanjutnya merupakan skripsi yang ditulis oleh Ulfatul
Maghfiroh dengan judul “Moderasi dalam Perspektif Al-Qur`an”.
dalam skripsinya, Ulfa menyatakan bahwa Peristiwa Tahkim18
yang
melahirkan banyak kubu-kubu dalam Islam ternyata juga melahirkan
sikap fanatik terhadap golongannya. Sebutlah Syiah19
dan Khawarij20
,
dua kelompok Islam yang awalnya memiliki satu visi dan misi.
Setelah peristiwa tahkim atau arbitrase, mereka malah menjadi dua
kelompok yang selalu bersebrangan. Selain Syiah dan Khawarij, lahir
pula kelompok ketiga, yaitu Murji‟ah21
. Kelompok ini dianggap
paling moderat di antara dua kelompok sebelumnya. Mereka dinilai
loyal terhadap Sayyidina Ali dan pengikutnya juga menghargai
pemerintah sesudahnya yaitu Muawiyyah bin Abu Sofyan.22
18
Tahkim adalah perjanjian damai antara kelompok Muawiyyah dan Ali bin Abi
Thalib 19
Syiah secara bahasa artinya Golongan, kelompok, pengikut atau penyokong.
Istilah Syiah lebih dikenal dalam Islam sebagai nama kelompok muslim pengikut Ali bin Abi
Thalib dan penyokongnya. Mereka berpendapat bahwa Penggantian Nabi Muhammad saw.
dalam bidang kepemerintahan adalah Hak istimewa kalangan keluarga Nabi saw. dalam
bidang pengetahuan dan kebudayaan islam, mereka adalah pengikut madzhab-madzhab ahlul
bait (madzhab-madzhab keluarga Nabi saw. (Abdul Azis Dahlan, dkk, Ensiklopedi Hukum
Islam, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1996. hal. 1702) 20
Nama khawarij berasal dari kata kharaja yang berarti keluar. Nama tersebut
diberikan kepada mereka karena karena mereka menyatakan diri keluar dari barisan Ali
dalam persengketaannya dengan Mu‟awiyah. (lihat https://id.scribd.com 05/01/19 08:28) 21
Sebagai lawan khawarij, aliran murji‟ah muncul dengan mengusung keyakinan
lain mengenai pelaku dosa besar. Istilah murji‟ah sangat erat kaitannya dengan penangguhan
(ta‟khir) dan harapan (al-raja‟). Hal ini karena aliran murji‟ah menangguhkan amal dan lebih
mengutamakan akidah dan murji‟ah masih memberi harapan kepada pelaku dosa besar.
Mereka berpendapat bahwa berdosa besar teidak merusak iman, dan sebaliknya amalan baik
itu tidak bermanfaat bagi orang kafir. (lihat selengkapnya di Rizem Aizid, Sejarah
Peradaban Islam Terlengkap, (Yogyakarta: Diva Press, 2015), cet. Ke-1, hal. 65) 22
Ulfatul Maghfuroh, Moderasi dalam Perspektif Al-Qur`an, (Jakarta: IIQ Jakarta,
2015), hal. 2-3
10
Memasuki abad kedua Hijriyah yakni saat muncul banyak tokoh
ahli debat, Kelompok Murjiah terpisah menjadi dua. Kelompok
pertama disebut Murji‟ah Moderat dan kelompok kedua disebut
Murji‟ah sunnah. Kelompok Ahlus sunnah yang muncul abad ke-
empat disebut sebagai adopsi dari kelompok Murjiah moderat pada
saat itu. Sedangkan kelompok yang disebut murji‟ah sunnah dinilai
sebagai kelompok yang radikal atau ekstrem. Mereka biasa
meremehkan amal perbuatan karena terlalu mendewakan unsur
keimanan saja.23
Dewasa ini, kelompok ektsrem dan radikal tersebut ternyata tetap
ada bahkan semakin berkembang di tanah air kita Indonesia. Banyak
sekali konflik internal bangsa yang mengatasnamakan agama. Sebut
saja konflik Umat Islam dan kristen di Poso Ambon, konflik Sunni
dan Syiah di Sampang Madura, Perusakan Rumah Ibadah Jamaah
Ahmadiyah di Tasikmalaya Jawa Barat, dan lain sebagainya.24
Jika
hal ini dibiarkan, maka akan terjadi konflik yang lebih serius. Salah
satu solusi yang bisa digunakan adalah dengan menanamkan sifat
moderat, ramah, dan toleransi dalam beragama. Terlepas dari pro
kotra berbagai pihak tentang moderasi, Ulfa berkeinginan mengkaji
makna moderasi dalam Al-Qur`an.25
Dalam skripsinya, Ulfa merujuk kepada beberapa pandangan
mufasir seperti Sayyid Quthb, Wahbah Zuhaili, Asy-Syinqithi, Asy-
Syaukani, Ibnu Katsir, dan lain sebagainya. Namun rujukan utama
yang digunakan adalah Pandangan Prof. Dr. Quraish Syihab dalam
tafsirnya Al-Mishbah.26
Hal inilah yang kemudian membedakan
23
Ulfatul Maghfuroh, Moderasi dalam Perspektif Al-Qur`an, hal. 4 24
Ulfatul Maghfuroh, Moderasi dalam Perspektif Al-Qur`an, hal. 6 25
Ulfatul Maghfuroh, Moderasi dalam Perspektif Al-Qur`an, hal. 8-9 26
Ulfatul Maghfuroh, Moderasi dalam Perspektif Al-Qur`an, hal. 20
11
skripsi ini dengan penelitian penulis. Dibantu dengan beberapa karya
terdahulu seperti skripsi karya Ulfa ini, Penulis akan berfokus pada
bagaiman Mufasir Nusantara dalam menilai Moderasi atau
wasathiyyah.
Sebuah jurnal dengan judul “Mengusung Moderasi Islam di
Tengah Masyarakat multikultural” karya Darlis menyatakan bahwa
moderasi Islam merupakan solusi terbaik dalam menghadapi masalah
masyarakat yang multikultural. Hal ini karena moderasi islam
mengedepankan sikap keterbukaan terhadap perbedaan yang ada yang
diyakini sebagai sunnatullah dan rahmat bagi manusia. Selain itu,
moderasi islam tercerminkan dalam sikap yang tidak mudah
menyalahkan apalagi sampai pada pengkafiran terhadap orang atau
kelompok yang berbeda pandangan.27
Jurnal tersebut tentunya sangat bermanfaat bagi penulis tertutama
terkait teori moderasi. Di sisi lain, penulis akan menghadirkan teori
baru dengan mengkaji penafsiran dari ulama nusantara. Kesemuanya
ditujukan untuk membentuk Islam di Indonesia yang lebih baik.
Selanjutnya adalah skripsi yang disusun oleh Ayu Muslimatul
Marfuah berjudul “Penafsiran Tiga Mufasir Indonesia atas surat Al-
Asr.”28
Sesuai judulnya, Ayu berusaha mengkaji surat al-Asr yang
notabene dianggap lazim melalui pendekatan tafsir. Dalam kajiannya,
ia menggunakan metode komparasi antara 3 mufasir Indonesia yaitu
Mahmud Yunus, Buya Hamka, dan Quraish Syihab. Dengan
menganalisa ketiga penafsiran tersebut, Ayu berharap dapat
menemukan persamaan, perbedaan, pengaruh perbedaan tersebut, dan
27
Darlis, Mengusung Moderasi Islam di Tengah Masyarakat multikultural, (IAIN
Palu: Raunstan Fikr 2017), hal. 253
28 Ayu Muslimatul Marfuah, Penafsiran Tiga Mufassir Indonesia atas surat Al-Asr,
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2015)
12
bagaimana relevansi penafsiran ketiganya dalam kehidupan dewasa
ini.
Hasil dari penelitian ini adalah pertama, bahwasannya tidak ada
perbedaan signifikan antara ketiga penafsiran tersebut. Perbedaan
hanya terletak pada kuantitas penafsiran dan gaya penyampaian.
Kedua, faktor persamaan mereka dalam menafsirkan adalah tujuan
membumikan al-Qur`an. Sedang faktor perbedaannya adalah
persoalan generasi dan perbedaan sosial historisnya. ketiga, bahwa
Penafsiran ketiganya masih relevan dengan kondisi masyarakat
Indonesia saat ini.
Mengetahui pemaparan di atas, Skripsi ini tentunya menjadi
sangat bermanfaat bagi penulis. Skripsi yang ditulis Ayu ini akan
melengkapi data tentang identitas mufasir Indonesia dan
penafsirannya. Perbedaan skripsi ini dengan skripsi penulis adalah
obyek kajiannya. Jika Ayu menggunakan surat Al-„Asr untuk dikaji,
maka penulis menggunakan ayat-ayat yang terkait moderasi.
Penelitian selanjutnya adalah skripsi yang ditulis Muhammad
Ruly dengan judul “Xa Tafsir Al-Qur‟an Berbahasa Sunda, Kajian
Metode Dan Corak Tafsir Raudatul Irfan Fi Ma‟rifati Al-Qur‟an
Karya K.H Ahmad Sanusi” Penelitian ini bertujuan untuk
mengungkap metode dan corak tafsir Raudhatul Irfan Fȋ Ma’rifati al-
Qur’an karya K.H Ahmad Sanusi yang dijadikan kajian di Jawa
Barat.
Pada kesimpulannya, Ruly menyatakan bahwa ditulisnya Tafsir
Raudhatul Irfan Fȋ Ma’rifati al-Qur’an ini adalah sebagai bagian dari
kajian khusus pada pengajian kepesantrenan yang diajarkan langsung
oleh K. H. Ahmad Sanusi. Selain itu, tafsir ini juga ditujukan pada
masyarakat umum yang mengerti bahasa Sunda guna untuk
13
memudahkan dalam mengkaji dan memahami ajaran-ajaran Islam.
Raudhatul Irfan Fȋ Ma’rifati al-Qur’an memakai sumber penafsiran
bi-al-Ra‟yi. Metode yang digunakan adalah metode ijmali dalam
menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an. Dan corak penafsirannya bercorak
Fiqhi.29
Penelitian yang dilakukan Ruly menjadi salah satu sumber bacaan
penulis dalam menyusun penelitian ini. data tentang profil Tafsir
Raudlatul Irfan dan pemaparan sejarah perkembangan tafsir nusantara
menjadi bahan analisis pelengkap dalam skripsi penulis. Namun, tentu
saja penelitian penulis tetap berfokus pada penafsiran ayat-ayat
moderasi. Jika Ruly fokus menggali profil tafsir Raudlatul Irfan,
maka penulis akan fokus pada komparasi antara tafsir Raudlatul Irfan,
Tafsir Al-Ibriz, dan Tafsir al-Azhar.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam ranah penelitian Al-Qur`an dan Tafsir, penelitian ini
termasuk dirasah ma fi al-Qur`an (kajian tentang apa yang ada
dalam al-Qur`an itu sendiri).30
Abdul Mustaqim menyebutnya
dengan istilah kajian internal Al-Qur`an.31
Jenis penelitian ini adalah Library Research (penelitian
pustaka) yakni pengumpulan data dengan cara membaca,
menelaah buku dan literatur lainnya yang berhubungan dengan
skripsi. Hal ini dikarenakan penelitian penulis yang fokus pada
29
Muhamad Ruly, “Xa Tafsir Al-Qur‟an Berbahasa Sunda, Kajian Metode Dan
Corak Tafsir Raudatul Irfan Fi Ma‟raifati Al-Qur‟an Karya K.H Ahmad Sanusi,” skripsi,
(Semarang: UIN Walisongo, 2017,) hal. Xviii, t.d 30
Termasuk di antara kajian ini adalah mengungkap aspek makna dan pesan yang
terkandung dalam Al-Qur`an, mengungkap dimensi i‟jaz al-Qur`an, aqsam al-Qur`an, majaz
fi al-qur`an, dan lain sebagainya. 31
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur`an dan Tafsir,(Yogyakarta: Idea
Pressm 2015), cet. Ke-1, hal. 26
14
Bagaimana Pendapat Para Mufasir Nusantara dalam memaknai
Moderasi Islam. Fokus ini akan terpenuhi jika penulis
menggunakan jenis penelitian pustaka (Library Research).
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam meneliti proposal ini ada
dua, meliputi data primer dan data sekunder.
a. Data primer, bersumber dari kitab pokok kajian dari penelitian
ini, yakni kitab Tafsir Raudlatul Irfan karya KH. Ahmad
Sanusi, Tafsir Al-Ibriz karya KH. Bisri Mustafa, dan Tafsir
Al-Azhar karya Buya Hamka.
b. Data Sekunder, bersumber dari kitab-kitab tafsir nusantara
lainnya seperti Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Kemenag, Kitab-
kitab bahasa, buku-buku ulumul Qur`an, dan lain sebagainya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Sebagaimana disebutkan di awal metodologi bahwa penelitian
ini menggunakan Library Research, maka teknik pengumpulan
data yang dipakai adalah teknik dokumentatif yakni dengan
membaca, menelaah buku dan literatur lainnya yang berhubungan
dengan judul skripsi.
4. Metode Analisis Data
Metode32
yang dipakai untuk menganalisis data dalam
penelitian ini adalah Metode Deskriptif-Analisis, yaitu dengan
mengumpulkan buku-buku atau kitab-kitab yang ada
hubungannya dengan obyek penelitian. Setelah terkumpul segala
buku dan kitab terkait penelitian, penulis menganalisis berbagai
32
Metode adalah suatu cara yang ditempuh untuk mengerjakan sesuatu, agar sampai
kepada suatu tujuan. Lihat kamus Oford Advanced Leaners Dictionary of Current English, h.
533. 16 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur`an dan Tafsir, (Yogyakarta: Idea Press,
2017), hal. 171.
15
pernyataan dan penafsiran untuk kemudian dirangkai menjadi
pemaparan yang komprehensif sesuai judul penelitian. Buku dan
kitab tersebut telah terlampir dalam daftar pustaka. Dikatakan
bahwa metode deskriptif cocok untuk menganalisa data dalam
rangka mencapai pemahaman dengan cara mengelompokkan tiap
bagian dalam sebuah kajian yang kompleks.33
Penelitian ini juga menggunakan metode komparatif, yaitu
menyandingkan dua obyek kajian yang berbeda untuk kemudian
dibandingkan dari berbagai aspek tertentu.34
Dalam penelitian ini,
obyek yang menjadi perbandingan adalah penafsiran dari tiga
mufasir Nusantara yaitu KH. Ahmad Sanusi, Prof. Dr. Hamka,
dan KH. Bisri Mustafa. Perbandingan ini diawali dengan
mengutip teks asli dari penafsiran ketiga mufasir lalu mencari titik
persamaan dan perbedaan dari ketiganya.
F. Sistematika Penulisan
Teknik penulisan merujuk kepada pedoman yang diberlakukan
di Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta tahun 2017. Sedangkan
sistematika penulisan bertujuan untuk menjelaskan bagian-bagian
yang akan ditulis dan dibahas dari penelitian ini secara sistematis.
Penelitian ini dibagi menjadi lima bab. Bab pertama adalah
pendahuluan yang meliputi Latar belakang masalah, Permasalahan,
Tujuan dan Manfaat penelitian, Tinjauan pustaka, Metodologi
penelitian serta Sistematika penulisan.
33
Moh Soehadha, Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi Agama,
(Yogyakarta :SUKAPress,2012), hal. 134 34
Secara bahasa, comparative berarti membendingkan “sesuatu” yang memiliki
fitur yang sama. Istilah Comparative Research pada mulanya merupakan metodologi riset
dalam ilmu sosial yang bertujuan untuk membuat perbandingan di berbagai negara atau
budaya. Namun kemudian, dalam perkembangannya metodologi ini diterapkan dalam
penelitian Al-Qur`an dan Tafsir . seperti halnya tafsir al-muqorin, obyek yang
diperbandingkan ini bisa berupa konsep, pemikiran, teori, atau metodologi. (Lihat Abdul
Mustaqim, Metode Penelitian Al-Quran dan Tafsir, Jakarta: Idea Press, 2017. hal. 132-133)
16
Bab kedua merupakan uraian tentang Moderasi Islam dalam
Al-Qur`an yang meliputi; Pengertian Moderasi Islam, Kosakata
Terkait Moderasi dalam Al-Qur`an, dan Moderasi Islam di Indonesia.
Bab ketiga merupakan pembahasan tentang Profil Tafsir
Nusantara meliputi Sejarah Perkembangan Tafsir Nusantara, Profil
Tafsir Raudlatul Irfan, Tafsir Al-Ibriz, dan Tafsir Al-Azhar.
Bab keempat merupakan bab yang terpenting dari sebuah
penelitian karena merupakan hasil analisis dari penelitian. Pada bab
keempat, akan dijelaskan Penafsiran ayat-ayat moderasi oleh Mufasir
Nusantara, yang meliputi; Penafsiran Ayat-ayat Moderasi, Analisis
Persamaan dan Perbedaan penafsiran, Relevansi dan Kontekstualisasi
Penafsiran, serta Mewujudkan Moderasi Islam di Indonesia.
Bab terakhir yakni kelima berisi penutup yang merupakan
kesimpulan atas jawaban dari rumusan masalah dan diakhiri dengan
saran konstruktif bagi penelitian lebih lanjut.
17
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai penafsiran terhadap ayat moderasi tersebut di
atas, dapat disimpulkan bahwa Moderasi menurut ketiga mufasir
nusantara dalam hal ini Kiai Ahmad Sanusi, KH. Mustafa Bisri, dan
Buya Hamka meliputi :
1. Moderasi adalah fitrah, Agama Islam sendiri sebenarnya
merupakan moderasi. Buktinya, Islam selalu punya aturan wajib
dan etika yang wajib dijunjung umatnya. Ia mengajarkan untuk
menyeru kebaikan, tapi melarang tindakan pemaksaan atau
bertindak secara berlebihan dalam perkara agama. Dalam al-
Qur`an, Allah telah jelas menyatakan penganugerahan Potensi
menjadi “Umat yang moderat” secara khusus kepada umat Nabi
Muhammad saw. Umat yang moderat berarti umat yang terbaik
dan terpercaya karena memiliki sifat adil. Keadilan ini sangat
penting karena Umat Nabi Muhammad telah dicanangkan menjadi
saksi bagi seluruh manusia.
2. Sebagai umat yang terpilih, umat Nabi Muhammad saw. harus
memiliki karakter-karakter yang telah disebut pada ayat-ayat
moderasi. Seperti yang telah diketahui bahwa Menjadi ummatan
wasathan bukan merupakan barang jadi yang bisa langsung
digunakan, akan tetapi harus selalu dibarengi dengan usaha yang
optimal dan kontinyu. Di antara karakter yang harus dimiliki
adalah (a). Selalu menjalani kehidupan dengan menyeimbangkan
diri di antara kehidupan dunia dan akhirat, (b) Mengambil sikap
18
pertengahan dan seimbang dalam segala hal, tidak berlebihan atau
kekurangan. (c) Meneguhkan diri untuk selalu bersikap adil
kepada semua kalangan, baik dalam keadaan takut, benci, ataupun
senang. (d) Menjunjung tinggi sifat kesantunan, toleransi dan
kedamaian.
B. Saran
a. Dewasa ini, tuntutan menjadi umat yang moderat terbilang
mendesak. Karena itulah, sangat baik jika penelitian ini
dilanjutkan sehingga kesimpulan yang dihasilkan dapat lebih
komprehensif dan mencerahkan.
b. Karya sederhana ini tentu saja memiliki banyak kekurangan dan
kekeliruan. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
19
DAFTAR PUSTAKA
A. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya:
Pustaka Progresif, 1997
Abd al-Baqi, Muhammad Fuad. Al-Mu’jam al-Mufahros. Kairo: Darul Hadis,
2001
Aizid, Rizem. Sejarah Peradaban Islam Terlengkap. Yogyakarta: Diva Press,
2015. cet. Ke-1
Al-„Aksari, Abu Hilal. Al-Furuq al-Lughawiyah, Beirut: Dar al-kutub al-
Ilmiyyah, 2015
Al-Asfahānī, al-Mufradāt fi Garībil-Qur`an, (Mesir: al-Maktabah at-
Taufiqiyyah, tt.)
Al-Asfahani, Raghib. Al-Mufradat fi gharib al-Qur`an, Kairo: Dar Ibn al-
Jauzi, 2012
Ali, Atabik. Dan Muhdhor, A. Zuhdi. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia,
Yogyakarta: Multi Karya Grafika, tt.
Al-Qaththan, Manna. Pengantar Studi Ulumul Qur`an. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2005.
Ambary, Hasan Mu‟arif dkk. Ensiklopedi Islam, jilid 1. Jakarta: PT. Ichtiar
Baru Van Hoeve, 1996
Amin, Mafri. Literatur Tafsir Indonesia. Ciputat: Madzhab Ciputat, 2013.
cet. Ke-2
As-Suyuthi, Imam Jalaludin. Samudera Ulumul Qur`an, Terjemah Al-Itqan fi
Ulumil Qur`an , (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 20017
Baidan, Nashiruddin. Metodologi Penafsiran Al-Qur`an. Jakarta: Pustaka
Pelajar, 1988
Dahlan, Abdul Azis. dkk, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru van
Hoeve, 1996.
20
Darlis, Mengusung Moderasi Islam di Tengah Masyarakat multikultural.
raunstan fikr, 2017
Dawud, Muhammad. Mu’jam Al-Furuq Ad-Dalaliyah fi al-Qur`an al-Karim,
Kairo: Dar Gharib, tt
Echols, John M. dan Shadily, Hassan. Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2010
Firdaus, Deni Hamdani. Kamus Al-Qur`an, (Purwakarta: Pustaka Ancala,
2007)
Hamka, Irfan. Ayah. Jakarta: Republika Penerbit, 2013. cet. Ke-1
Hamka. Tasawuf Modern. Jakarta: Pustaka Panjimas, 2007
Hanafi, Mukhlis. Konsep Al-Wasatiyah dalam Islam, Harmoni Jurnal
Multikultural dan Multireligius, Vol. VIII, Nomor. 32 (Oktober-
Desember, 2009)
Harun Salman, dkk. Kaidah-kaidah Tafsir, (Jakarta: PT. Qaf Media Creativa,
2017), cet. Ke-1
Hilmi, Danial. Mengurai Islam Moderat sebagai Agen Rahmatan Lil
‘Alamin. Malang: UIN Maliki Press, 2016
https://id.scribd.com 05/01/19 08:28)
Izzul Fahmi, Lokalitas Kitab Al-Ibriz karya KH. Bisri Mustafa, ISLAMIKA
INSIDE: Jurnal Keislaman dan Humaniora Volume 3, Nomor 1, Juni
2017,
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Moderasi Islam (Tafsir tematik),
Jakarta; LPMQ, 2012
M. Yunus Yusuf. Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar. Jakarta:
Penamadani, 2003
Ma‟luf, Louis. Al-Munjid fi al-Lughat wa a’lam. Beirut: Darul Masyriq,
1986.
21
Maghfuroh, Ulfatul. Moderasi dalam Perspektif Al-Qur`an. Jakarta: IIQ
Jakarta, 2015
Mandzur, Ibnu. Lisan al-‘Arab. jilid 6, Kairo; Darul Hadis, 2003.
Marfuah, Ayu Muslimatul. Penafsiran Tiga Mufassir Indonesia atas surat
Al-Asr. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2015
Mustafa, K H. Bisri. Al-Ibriz Li ma’rifati Tafsir al-Qur`an. Rembang:
Menara Kudus, 1959
Mustaqim, Abdul. Metode Penelitian Al-Qur`an dan Tafsir. Yogyakarta: Idea
Pressm 2015.
Rojiqin, Badiatul dkk. Menelusuri Jejak, Menguak Sejarah, 101 Jejak Tokoh
Islam Indonesia, Yogyakarta: e-Nusantara, 2009.
Rokhmad, Abu. Jurnal “Analisa” Volume XVIII, No. 01, Januari - Juni 2011,
Ruly, Muhamad. “Xa Tafsir Al-Qur‟an Berbahasa Sunda, Kajian Metode
Dan Corak Tafsir Raudatul Irfan Fi Ma‟raifati Al-Qur‟an Karya K.H
Ahmad Sanusi,” skripsi, Semarang: UIN Walisongo, 2017, t.d
Saifuddin, Lukman Hakim. Moderasi untuk Kebersamaan Umat. (Materi
Rakernas Kementrian Agama 2019)
Shihab, Quraish. Wasathiyyah. Tangerang: PT. Lentera Hati, 2019. Cet. Ke-
1
Shihab, Quraish. Islam yang Saya Pahami. Tangerang: Lentera Hati, 2017.
Shihab, Quraish. Tafsir Al-Mishbah. Ciputat: Lentera Hati, 2002.
Siradj, Said Aqil dan Haerudin, Mamang Muhamad. Berkah Islam
Indonesia,. Jakarta: PT. Elek Media Komputindo, 2015
Soehadha, Moh. Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi Agama,
(Yogyakarta: :SUKAPress,2012),
Staquf, Yahya Cholil. Islam Nusantara. Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2015),
cet. Ke-2
22
Tim Penulis, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: IIQ
Press, 2017
Tim Penyusun, Al-Qur`an dan terjemahannya. Jakarta: PT. Hati Emas, 2013.
Tim Penyusun, Al-Quran dan Tafsirnya, (Jakarta: Kementrian Agama RI,
2010), jilid 9.
Tim Penyusun, Ensiklopedi Al-Qur`an, (Jakarta: PT. Intermasa, 1997), Hal.
409
Tim Penyusun, KBBI Edisi kelima, Aplikasi Android, (Kemendikbud, 2016)
Umar, Nasaruddin. Islam Fungsional. Jakarta: PT. Elek Media Komputindo,
2014
Ya‟qub, Ali Mustafa. Kerukunan Umat Beragama. Pejaten Barat: Pustaka
Firdaus, 2000.
Zamimah, Iffaty. Al-Wasathiyyah dalam Al-Qur`an. Jakarta:IIQ Jakarta,
2015
TENTANG PENULIS
Siti Eva Zulfa, lahir di Serang, 16 Oktober 1995. Pendidikan formalnya
dimulai di Sekolah Dasar Cipete 1 selama 6 tahun, kemudian belajar di MTs
dan MA Turus Pandeglang selama 7 tahun sambil menghafal al-Qur`an.
Belajar di Institut Ilmu Al-Qur`an merupakan kelanjutan dari niatnya
mendekat pada Al-Qur`an. Selain fokus men yelesaikan pendidikannya di IIQ
Jakarta, ia juga belajar di Pondok Pesantren Tafsir Darus Sa‟adah Ciputat di
bawah naungan Ibu Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi. Silakan bersilaturahmi
dengannya di platform gmail [email protected], instagram
@siti.eva.zulfa, atau akun youtube pecinta pena.