Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran...

24
TINJAUAN PUSTAKA Kehamilan dan Pertambahan Berat Bayi Lahir Kehamilan melalui proses konsepsi yaitu pertemuan sel telur dengan sel mani; nidasi yaitu, menempelnya hasil konsepsi di dalam ruang rahim, tempat janin akan tumbuh dan berkembang. Sesuai dengan tingkat pertumbuhan janin dalam kandungan, berbagai nama diberikan; dari umur 0-2 minggu setelah konsepsi disebut ovum, umur 3-5 minggu disebut embrio, umur di atas 5 minggu disebut fetus (janin) yang sudah mempunyai bentuk manusia (Obsgin FK Unpad 1983). Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai kelahiran kurang lebih 280 hari (40 minggu) dan tidak leb ih dari 300 hari (43 minggu), dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan mature atau aterm (lahir cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 43 minggu maka kehamilan disebut kehamilan postmature . Kehamilan antara 28-36 minggu disebut kehamilan preterm atau lahir kurang bulan (Husaini 1990). Dalam praktik sehari-hari, umur kehamilan dihitung dari haid terakhir dalam hitungan bulan (setiap bulan dihitung empat minggu) sehingga kehamilan 3 bulan sama dengan kehamilan 12 minggu. Sebagai gambaran ditampilkan pertumbuhan janin pada akhir tiap -tiap bulan berdasarkan panjang (cm) dan berat janin (gram) pada Tab el 1. Tabel 1. P anjang dan berat janin menurut umur Umur (bulan) Panjang (cm) Berat (g) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 = 1 2 2 = 4 3 2 = 9 4 2 = 16 5 2 = 25 6 x 5 = 30 7 x 5 = 35 8 x 5 = 40 9 x 5 = 45 10 x 5 = 50 - 1,1 14,2 108 316 630 1045 1680 2478 3405 Sumber : Obsgin FK Unpad, 1983 Masa kehamilan dibagi dalam tiga tahap umur kehamilan, yaitu trimester pertama, trimester kedua, dan trimester ketiga. Trimester pertama merupakan masa penyesuaian ibu terhadap kehamilannya. Pertumbuhan janin masih

Transcript of Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran...

Page 1: Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789... · pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester kedua sebesar

TINJAUAN PUSTAKA

Kehamilan dan Pertambahan Berat Bayi Lahir

Kehamilan melalui proses konsepsi yaitu pertemuan sel telur dengan sel

mani; nidasi yaitu, menempelnya hasil konsepsi di dalam ruang rahim, tempat

janin akan tumbuh dan berkembang. Sesuai dengan tingkat pertumbuhan janin

dalam kandungan, berbagai nama diberikan; dari umur 0-2 minggu setelah

konsepsi disebut ovum, umur 3-5 minggu disebut embrio, umur di atas 5 minggu

disebut fetus (janin) yang sudah mempunyai bentuk manusia (Obsgin FK Unpad

1983).

Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai kelahiran kurang lebih 280

hari (40 minggu) dan tidak leb ih dari 300 hari (43 minggu), dihitung dari hari

pertama haid terakhir. Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan mature atau

aterm (lahir cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 43 minggu maka kehamilan

disebut kehamilan postmature. Kehamilan antara 28-36 minggu disebut

kehamilan preterm atau lahir kurang bulan (Husaini 1990).

Dalam praktik sehari-hari, umur kehamilan dihitung dari haid terakhir

dalam hitungan bulan (setiap bulan dihitung empat minggu) sehingga kehamilan 3

bulan sama dengan kehamilan 12 minggu. Sebagai gambaran ditampilkan

pertumbuhan janin pada akhir tiap -tiap bulan berdasarkan panjang (cm) dan berat

janin (gram) pada Tabel 1.

Tabel 1. Panjang dan berat janin menurut umur Umur (bulan) Panjang (cm) Berat (g)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

12 = 1 22 = 4 32 = 9 42 = 16 52 = 25

6 x 5 = 30 7 x 5 = 35 8 x 5 = 40 9 x 5 = 45

10 x 5 = 50

- 1,1

14,2 108 316 630

1045 1680 2478 3405

Sumber : Obsgin FK Unpad, 1983

Masa kehamilan dibagi dalam tiga tahap umur kehamilan, yaitu trimester

pertama, trimester kedua, dan trimester ketiga. Trimester pertama merupakan

masa penyesuaian ibu terhadap kehamilannya. Pertumbuhan janin masih

Page 2: Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789... · pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester kedua sebesar

5

berlangsung lambat sehingga kebutuhan gizi untuk pertumbuhan janin juga belum

begitu besar. Dapat dikatakan bahwa kebutuhan gizi ibu hamil pada tahap ini

masih sama dengan kebutuhan gizi wanita dewasa dalam mempertahankan

kesehatannya. Pada tahap ini terjadi penurunan selera makan yang diakib atkan

perubahan hormonal dan faktor emosi.

Pada trimester kedua, pertumbuhan janin berlangsung cepat, separuh

pertambahan berat badan ibu selama kehamilan terjadi pada masa ini. Selera

makan menjadi normal kembali bahkan semakin meningkat. Kemampuan

mencerna pada tahap ini semakin baik. Akibat yang mungkin ditimbulkan karena

kekurangan gizi pada tahap ini adalah bobot bayi lahir di bawah normal. Husaini

dan Husaini (1986) dalam penelitiannya di Bogor mendapatkan bahwa rata-rata

pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester kedua sebesar 4 kg.

Pada trimester ketiga pertumbuhan bayi tidak secepat tahap sebelumnya.

Namun kekurangan gizi pada tahap ini menyebabkan bayi lahir kecil, kurang

sehat dan ibu lemah sehingga tidak mampu melaksan akan persalinan dengan

sempurna. Rata-rata pertambahan berat badan yang dicapai pada akhir trimester

ketiga pada penelitian di Bogor didapatkan seb esar 3.8 kg (Husaini & Husaini

1986).

Sebelum 1961 istilah premature baby digunakan sebagai sebutan bagi

semua bayi yang lahir <2500 gram. Sejak 1961 WHO mengganti istilah tersebut

dengan Low Birth Weight baby (LBW). Hal ini karena tidak semua bayi dengan

berat <2500 gram pada waktu lahir adalah premature baby. Dengan demikian,

bayi dengan berat <2500 gram dapat dibedakan menurut umur kehamilan.

Prematuritas murni yaitu bayi yang dilahirkan kurang bulan tetapi memiliki berat

badan yang sesuai dengan umur kehamilan. Sedangkan bayi kecil untuk masa

kehamilan (KMK) yaitu bayi yang dilahirkan cukup bulan tetapi memiliki berat

badan <2500 gram (Prawirohardjo 1996).

Bayi dengan berat lahir 2000 sampai 2499 gram memiliki risiko kematian

perinatal sebesar empat kali lipat dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan

dengan berat 2500-2999 gram, dan sepuluh kali lipat dibandingkan dengan

mereka yang lahir dengan berat 3000-3499 gram (Ashworth 1998). Jika bayi

BBLR bertahan, mereka memiliki angka kesakitan yang lebih besar dan

Page 3: Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789... · pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester kedua sebesar

6

perkembangan syaraf yang kurang baik (pengelihatan lemah, penurunan

pencapaian prestasi, tuli, dan autisme). Kerusakan pada sistem syaraf meningkat

sejalan dengan turunnya berat lahir (Hackey Hospital 1991).

Identifikasi faktor risiko dilakukan melalui pengkajian terhadap riwayat

kehamilan sebelumnya seperti kesulitan dalam kehamilan dan persalinan.

Pemeriksaan fisik yang penting selama kehamilan meliputi : pengukuran tinggi

badan, berat badan, dan lingkar lengan atas (LLA). Bila didapatkan hasil tinggi

badan kurang dari 145 cm atau LLA kurang dari 23.5 cm yang berarti ibu berisiko

menderita kekurangan energi kronis yang dapat berpengaruh terhadap kehamilan

(Depkes 2001).

Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil dan Berat Bayi Lahir

Berat badan ibu sebelum hamil, status gizi, dan pertambahan berat badan

selama hamil merupakan indikator berat bayi lahir (Kramer 1987). WHO

merekomendasikan pertambahan berat badan wanita hamil di negara-negara

berkembang minimal 1 kg per bulan selama trimester kedua dan ketiga

(ACC/SCN 2000). Pertambahan berat badan ibu hamil yang rendah berkaitan

dengan peningkatan risiko retardasi pertumbuhan uterus (IUGR) dan kematian

perinatal, sedangkan pertambahan berat badan yang tinggi dihubungkan dengan

berat bayi lahir yang tinggi (Ziegler & Filer 1996).

Waktu pertambahan berat badan selama hamil juga penting diperhatikan.

Banyak peneliti berpendapat bahwa pertambahan berat badan pada trimester

kedua dan ketiga lebih penting untuk memastikan pertumbuhan fetus

dibandingkan pertambahan berat badan pada trimester pertama (ACC/SCN 2000).

Tabel 2. Pertambahan berat badan ibu hamil per trimester

Trimester Pertambahan berat badan (kg) I II III

<1 3 6

Sumber : Pudjiadi, 1990

Pudjiadi (1990) menyatakan bahwa pertambahan berat badan ibu hamil

mula-mula agak lambat pada trimester pertama, meningkat pada trimester kedua,

setelah itu meningkat pesat pada trimester ketiga. Trimester ketiga adalah masa

Page 4: Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789... · pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester kedua sebesar

7

yang paling kritis karena pertambahan berat badan ibu dan pertumbuhan janin

paling cepat (Tabel 2). Kalau pada saat ini kebutuhan gizi tidak terpenuhi,

pertambahan berat-badan ibu hamil kurang baik dan diikuti dengan bayi lahir

dengan BBLR serta kurang gizi.

Pada trimester pertama pertambahan berat badan tidak lebih dari 1 kg,

pada trimester kedua kurang lebih 3 kg, dan pada trimester ketiga sekitar 6 kg.

Pada trimester kedua sekitar 50% dan pada trimester ketiga sekitar 90% dari

pertambahan berat badan ibu hamil merupakan komponen pertambahan janin, ari-

ari dan bertambahnya air ketuban (Pudjiadi 1990). Husaini dan Husaini (1986)

pada penelitiannya di Bogor mendapatkan rata-rata pertambahan berat badan ibu

hamil pada akhir trimester pertama sebesar 1,0 kg.

Suhardjo (1989) menyatakan bahwa masa pertumbuhan yang paling cepat

dalam siklus kehidupan manusia adalah pada masa kanak-kanak, terlebih pada

waktu masih dalam kandungan (janin). Untuk mendukung pertumbuhan dan

perkembangan yang cepat ini menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang

besar pada tubuh ibu yang mengandungnya. Dalam kondisi normal, berat ibu

hamil bertambah dengan kira-kira 20% selama masa mengandung. Di berbagai

negara maju, ibu-ibu hamil yang sehat selama masa hamil rata-rata berat

badannya bertambah sebanyak 12.5 kg. Pertambahan berat ini terdiri dari bagian-

bagian sebagaimana tercantum pada Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi pertambahan berat badan ibu hamil pada kehamilan 40 minggu

Distribusi pertambahan berat badan Berat (g) Fetus Plasenta Volume darah Uterus dan Payudara Cairan Amniotik Simpanan lemak & cairan retensi lainnya

3000-3500 650

1300 1300 800

4200-6000 Total 11.550-13.550

Sumber : Watson & Wall, 2002.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan ibu hamil

adalah sebagai berikut : (a) berat badan ibu sebelum hamil, pertambahan berat

badan ibu hamil optimal kira-kira 20% dari berat badan sebelum hamil; (b)

masukan gizi selama hamil, makin baik masukan gizi makin baik pertambahan

Page 5: Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789... · pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester kedua sebesar

8

berat badan ibu hamil; (c) penyakit-penyakit kronis yang diderita ibu hamil, bila

ibu hamil menderita penyakit kronis seperti tuberculosis, cacingan, dan lain-lain,

walaupun masukan gizi cukup baik, pertambahan berat badan ibu hamil tidak

seperti ibu hamil yang sehat; (d) sirkulasi antara rahim dengan ari-ari, bila

sirkulasi ini terganggu akan menyebabkan pertumbuhan janin terganggu, secara

tidak langsung juga mempengaruhi pertambahan berat badan ibu hamil (Kardjati

1985; Hakimi 1990).

Tafari (1981) menjelaskan hubungan antara pertambahan berat badan ibu

selama hamil dengan pertambahan berat janin. Sampai dengan usia kehamilan 30

minggu sebanyak 44% pertambahan berat ibu diperuntukkan bagi kepentingan ibu

(pembentukan plasenta, pembesaran payudara dan uterus, dan cairan ketuban) dan

hanya 18% diperuntukkan bagi pertumbuhan janin. Selanjutnya hampir seluruh

pertambahan berat badan ibu pada usia kehamilan 30 minggu sampai dengan 40

minggu diperuntukkan bagi pertumbuhan janin.

Ada hubungan yang sangat erat antara kecukupan gizi ibu selama hamil

dengan pertambahan berat badan ibu hamil, gizi bayi dan berat bayi yang

dilahirkan. Makin besar pertambahan berat badan ibu, makin besar berat badan

bayi yang dilahirkan. Korelasi ini hanya tampak nyata pada ibu hamil yang

berbadan kurus dan korelasi menjadi kurang nyata pada ibu hamil yang lebih

gemuk. Pada ibu yang gemuk, tidak ada hubungan antara pertambahan berat

badan ibu hamil dengan berat bayi lahir. Hal ini barangkali karena pada ibu yang

gemuk, janin mendapatkan cukup zat-zat gizi dari simpanan di dalam badan ibu,

sedangkan dari ibu yang kurus, janin lebih tergantung dari zat-zat gizi yang

dikonsumsi ibu selama hamil (Husaini 1985).

National Academy of Scienses (1970) menganjurkan pertambahan berat

badan sekitar 9-11.3 kg. Pada tahun 1983 usulan ini diubah menjadi 10-12.2 kg,

dan tahun 1990 bersama dengan Institue of Medicine angka tersebut diperbaiki

11.3-15.9 kg (bagi wanita yang berat terhadap tinggi badannya normal).

Laju pertambahan berat badan selama hamil merupakan petunjuk sama

pentingnya dengan pertambahan berat itu sendiri. Karena itu disarankan untuk

mematok besaran pertambahan berat badan sampai kehamilan berakhir sekaligus

memantau prosesnya untuk kemudian dicatat dalam KMS Ibu Hamil. Selama

Page 6: Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789... · pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester kedua sebesar

9

trimester pertama, kisaran pertambahan berat badan sebaiknya 1-2 kg (350-400

g/mg); sementara trimester kedua dan ketiga sekitar 0.34-0.50 kg tiap minggu.

Pertambahan yang berlebihan setelah minggu ke-20 menyiratkan terjadinya

retensi air, sekaligus bertalian dengan janin besar dan risiko penyulit Disproporsi

Kepala-Pinggul (DKP). Retensi berlebihan juga merupakan tanda awal

preeklamsi. Sebaliknya, pertambahan berat <1 kg selama trimester kedua, apalagi

trimester ketiga, jelas tidak cukup, dan sekaligus meninggikan risiko kelahiran

berat badan rendah, peemunduran pertumbuhan dalam janin, serta kematian

perinatal (Arisman 2002).

Tabel 4. Pertambahan berat badan berdasarkan IMT sebelum hamil Nilai BMI (kg/m2) Pertambahan Berat Badan (kg)

Kurang ( < 19,8) Normal (19.8 - 26) Lebih (26.1 – 29.0) Obes ( > 29.0)

12.5 - 18 11.5 - 16 7.0 – 11.5

6.0 Sumber : IOM (1990)

Namun demikian, masih ada pengecualian dalam penggunaan patokan

umum di atas, karena pada hakikatnya tujuan pertambahan berat kumulatif itu

didasarkan pada berat dan tinggi badan ibu sebelum hamil. Meskipun begitu,

pertambahan berat badan kumulatif wanita pendek (150 cm) cukup sekitar 8.8 -

13.6 kg. Mereka yang hamil kembar dibatasi sekitar 15.44 – 20.4 kg. Bagi mereka

dengan berat berlebih, pertambahan berat diperlambat sampai 0.3 kg/minggu

(Arisman 2002).

Jumlah Kehamilan dan Paritas

Jumlah kehamilan, paritas, dan umur ibu umumnya saling berkaitan

sebagai faktor resiko pertumbuhan dan perkembangan anak. Landers (1984)

dalam Satoto (1990) menemukan bahwa sampai dengan kehamilan ketiga, jumlah

kehamilan berhubungan dengan berat bayi lahir rendah. Sedangkan setelah

kehamilan ketiga, hubungan tersebut tidak lagi nyata. Mata dan Wyat (1971)

dalam Satoto (1990) menganalisis bahwa paritas pada umumnya menggambarkan

jarak dua kehamilan, yang manifestasinya nyata pada persediaan energi dan zat

Page 7: Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789... · pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester kedua sebesar

10

gizi ibu dan kemampuan ibu untuk memelihara kehamilan dan memberikan ASI

setelah kelahiran anak.

Depkes RI (1990) menyatakan faktor-faktor resiko kehamilan diantaranya

adalah ibu hamil dengan paritas tinggi , yaitu ibu yang melahirkan 5 kali atau

lebih yang mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami pendarahan. Hasil

penelitian Sutaryanto (2002) menunjukkan bahwa 36.4% contoh merupakan

kehamilan yang berisiko dengan rata-rata jumlah kelahiran 3.89 kali.

Umur Kehamilan

Cunningham et al. (1995) menyatakan suatu kelahiran yang tidak tepat

waktu (<260 hari atau 37 minggu) merupakan salah satu dari risiko kesehatan bagi

manusia. Sebagian besar orang yang dilembagakan secara permanen adalah

mereka yang terganggu mental atau fisiknya karena lahir kurang bulan. Hal ini

mungkin berkaitan dengan kematangan fetus. Bayi yang lahir cukup bulan berarti

semua fungsi organ sudah berfungsi dengan baik sehingga memiliki risiko

kesehatan yang rendah. Depkes RI (1990) menyatakan bahwa bayi yang lahir

secara prematur punya risiko kematian lebih tinggi yang sering terjadi pada ibu

muda < 20 tahun, hamil ganda, hipertensi dan penyakit ginjal.

Gangguan Selama Kehamilan

Beberapa wanita yang menyatakan dirinya hamil menggambarkan

perasaan letih, pusing dan bahkan sakit kepala yang umum terjadi selama bulan

pertama kehamilan. Gejala ini mungkin disebabkan oleh meningkatnya hormon

progesteron. Tanda-tanda tersebut juga mungkin dis ebabkan oleh depresi mental

(Hamilton 1995).

Lebih dari separuh wanita hamil menderita mual dan muntah. Kondisi ini

lebih umum pada kehamilan pertama dibandingkan kehamilan berikutnya. Hal ini

merupakan gejala dini. Kadang-kadang timbul segera dalam dua minggu setelah

terlambatnya mesntruasi yang semestinya, dan keadaan ini berlangsung sampai

minggu ke-12 dan ke-14. istilah morning sickness sebenarnya tidak tepat karena

hampir seluruh wanita hamil mengalami hal ini pada saat kapanpun, tidak hanya

pagi hari. Pada wanita normal, muntah pada awal kehamilan biasanya tidak

Page 8: Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789... · pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester kedua sebesar

11

menimbulkan gangguan metabolisme dan sedikit gangguan dalam aktivitas sehari-

hari. Mual datang dengan cepat dan setelah muntah biasanya akan merasa lebih

enak selama beberapa waktu (Chamberlain & Dewhurst 1994).

Rasa mual dan muntah adalah tanda-tanda baik kehamilan. Perasaan mual

yang tidak berat biasanya dapat diatasi dengan memberikan ketenangan dan

mengatur makanan. Pemberian makanan dengan cara sedikit demi sedikit tetapi

sering dapat membantu mencegah dehidrasi dan hipoglikemia (Rayburn & Carey

2001).

Ukuran Antropometri Ibu Hamil dalam Kaitannya dengan Berat Bayi Lahir

As’ad (2002) menyebutkan bahwa indikator untuk status gizi secara

antropometri pada ibu hamil yaitu berat badan dan lingkar lengan atas. Rata-rata

berat badan yang diperoleh oleh primigravida sehat yang makan tanpa batasan

adalah 12.5 kg. Berat badan perolehan ini menunjukkan dua komponen utama,

yaitu:

a. Produk konsepsi : fetus, cairan amniotik dan plasenta

b. Tambahan jaringan maternal : ekspansi darah dan cairan ekstraseluler,

pembesaran uterus dan payudara, serta jaringan lemak.

Berat badan rendah dikaitkan dengan meningkatnya risiko IUGR dan

mortalitas perinatal. Berat badan yang besar dikaitkan dengan bayi lahir dengan

berat badan yang besar, utamanya berkaitan dengan risiko peningkatan komplikasi

yang berhubungan dengan disproporsi kepala pinggul (DKP), yaitu

ketidaksesuaian antara ukuran kepala bayi dengan ukuran pinggul sehingga terjadi

kesulitan persalinan (Arisman 2002). Bukti epidemiologi dari keadaan ini

menunjukkan secara lebih meyakinkan bahwa berat badan ibu sebelum hamil

maupun tingginya merupakan penentu pertumbuhan fetus. Oleh karena berat

badan yang lebih pada bayi yang baru lahir menunjukkan risiko yang lebih rendah

maka rekomendasi bagi perolehan berat badan selama kehamilan lebih tinggi

kepada wanita yang kurus dibandingkan dengan wanita dengan berat badan

normal dan lebih rendah pada wanita dengan berat badan berlebih dan wanita

obesitas (As’ad 2002).

Page 9: Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789... · pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester kedua sebesar

12

Indikator antropometri dapat menggambarkan kejadian masa lampau,

memprediksi kejadian yang akan datang, atau indikasi status gizi saat ini.

Penilaian status ibu selama kehamilan umumnya berdasarkan pada berat badan,

tinggi badan, lingkar lengan atas, dan berbagai pengukuran tebal lipatan kulit.

Selain itu pertambahan berat badan selama hamil dan tinggi fundus dapat

merefleksikan status pertumbuhan fetus (WHO 1995).

Lingkar Pinggang dan Lingkar Pinggul

Lingkar pinggang saat ini digunakan sebagai pengukuran yang praktis

untuk menilai distribusi jaringan lemak. Pengukuran lingkar pinggang seringkali

digunakan untuk menilai hubungan dengan adanya penyakit seperti hipertensi,

obesitas, diabetes, dan penyakit jantung. Indeks lingkar pinggang dan lingkar

pinggul juga seringkali digunakan. Brown et al. (1996) menggunakan pengukuran

lingkar pinggang dan lingkar pinggul sebagai penduga berat bayi lahir.

Peningkatan 0.1 unit rasio lingkar pinggang dan pinggul menduga berat bayi lahir

120 gram lebih besar, 0.2 inci lebih panjang dan 0.3 cm lebih besar lingkar

kepalanya. Wang (2003) merekomendasikan pengukuran lingkar pinggang

sebagai bagian dari pengukuran antropometri karena mudah dilakukan, murah dan

reliabel. Kelemahan pengukuran lingkar pinggang adalah ketelitiannya tergantung

pada ketrampilan peneliti. Kesalahan pengukuran yang mungkin terjadi adalah

menentukan posisi yang tepat untuk mengukur lingkar pinggang. Wang (2003)

merekomendasikan empat posisi lingkar pinggang pada orang dewasa, yaitu (1)

tepat di bawah tulang iga, (2) lingkar pinggang terpendek, (3) tepat di tengah

antara tulang iga dan tulang pinggul, dan (4) tepat di atas tulang pinggul.

Tinggi Fundus

Tinggi fundus biasa digunakan untuk menilai umur kehamilan dan sebagai

indikator pertumbuhan fetus. Tinggi uterus dapat merefleksikan seluruh ukuran

yang akhirnya merefleksikan ukuran dari isi uterus. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa tinggi fundus merupakan variabel yang dapat digunakan

untuk memprediksi berat bayi lahir rendah (WHO 1995). Mochtar (1998)

menyatakan bahwa umur kehamilan dapat diperkirakan dengan jalan mengukur

tinggi fundus uteri dari simfisis, seperti disajikan dalam Tabel 5.

Page 10: Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789... · pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester kedua sebesar

13

Tabel 5. Usia kehamilan dan tinggi fundus Usia Kehamilan (minggu) Tinggi Fundus (cm)

22 - 28 28 30 32 34 36 38 40

24-25 26.7

29.5 – 30 29.5 – 30

31 32 33

37.7 Sumber : Mochtar (1998)

Berdasarkan ukuran tinggi fundus, berat badan janin dalam kandungan

dapat diduga dengan menggunakan rumus Johnson-Toshack (Mochtar 1998) :

BBJ = (TF – 12) x 155 gram

BBJ = berat badan janin dalam gram

TF = tinggi fundus dalam cm

Tinggi Badan

Tinggi badan orang dewasa mencerminkan interaksi potensi genetik bagi

pertumbuhan dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi potensi tersebut.

Di berbagai negara berkembang, potensi genetik merupakan penentu utama tinggi

badan, karena lingkungan membatasi, seperti penyakit akut dan kronis, malnutrisi,

dan kondisi sosial ekonomi yang minim selama masa pertumbuhan linier. Pada

negara-negara maju, sebaliknya, kebanyakan tinggi badan orang dewasa adalah

akibat dari pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan linier, terutama pada

tahun-tahun pertama kehidupan. Penggunaan tinggi badan ibu sebagai indikator

kesehatan dan status gizi harus memperhitungkan lingkungan dimana ia tumbuh

(WHO 1995).

Tinggi badan ibu, meskipun juga menyumbang terhadap massa total ibu,

memiliki nilai yang lemah dalam menilai adanya IUGR dibandingkan berat badan

atau BMI. Tinggi badan yang rendah merupakan indikator komplikasi seperti

gangguan kelahiran yang memerlukan penanganan khusus (WHO 1995).

Tinggi badan wanita dewasa merupakan salah satu determinan berat bayi

yang dilahirkan (Dougherty & Jones 1982). Di samping itu, tinggi badan wanita

dewasa dapat menggambarkan riwayat kesehatan dan gizinya pada masa tumbuh

kembang. Tinggi badan rata-rata wanita dewasa di Jawa Barat adalah 148 cm,

Page 11: Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789... · pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester kedua sebesar

14

dengan berat badan 43.5 kg pada awal dekade empat puluhan (Postmus & Veen

1949).

Berat Badan

Berat badan yang diukur pada berbagai waktu selama kehamilan telah

biasa digunakan untuk menilai status kesehatan ibu. Karena berat badan berubah

dengan cepat selama kehamilan, perubahan berat badan pada setiap umur

kehamilan secara rutin dipantau sebagai bagian dari perawatan prenatal (WHO

1995).

Berat badan sebelum hamil dapat digunakan untuk memprediksi berat bayi

lahir rendah (BBLR), yaitu kurang dari 2500 gram. Penelitian di Amerika

menunjukkan bahwa wanita dengan berat badan sebelum hamil kurang dari 59 kg

memiliki risiko 2 kali lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan

dengan wanita dengan berat badan sebelum hamil lebih dari 59 kg (Taffel 1980).

Dalam sebuah studi meta analisis antropometri ibu hamil dengan berat bayi lahir,

disepakati bahwa berat badan sebelum hamil dapat memprediksi BBLR dengan

baik, di samping pertambahan berat badan pada bulan ke-5, 7 dan 9 kehamilan

yang juga merupakan prediktor BBLR yang baik (SCN 1994).

Table 6. Rata-rata tinggi badan dan berat badan sebelum hamil pada wanita di Amerika dan negara-negara berkembang

Negara Jumlah Contoh

Tinggi Badan (cm)

Berat Badan (kg)

Sumber

Banglades 2161 147.9 40.4 Huffman et al. 1985 Indonesia 634 149.0 42.4 Kardjati et al. 1982 Nigeria 360 159.0 52.1 Morley et al. 1968 Senegal 2088 162.0 58.3 Briend 1985 Brazil 85 153.0 57.0 Desai et al. 1980 Guatemala 576 148.9 49.0 Lechtig et al. 1975; 1978 Amerika Serikat NA 163.7 56.6 WHO 1983

Catatan : Wanita dari negara berkembang pada penelitian ini berasal dari kelas sosial ekonomi rendah, sementara wanita Amerika berasal dari kelas sosial ekonomi menengah.

Sumber : SCN 1994.

Hasil penelitian lain menemukan bahwa berat badan ibu sebelum hamil

yang kurang dari 40 Kg dapat digunakan untuk memprediksi BBLR. Tripathi et

al. (1987) menyebutkan bahwa 60% bayi Indian dengan berat lahir rendah

menurut umur kehamilan dilahirkan oleh ibu-ibu dengan berat badan sebelum

hamil kurang dari 40 kg dan pertambahan berat badannya kurang dari 5 kg.

Page 12: Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789... · pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester kedua sebesar

15

Lingkar Lengan Atas (LLA)

Lingkar lengan atas merupakan salah satu parameter status gizi, cara

pengukurannya mudah dilakukan dan alat pengukurnya mudah digunakan.

Penggunaan parameter LLA harus mendapat perhatian jika digunakan sebagai

parameter tunggal. LLA juga dapat mencerminkan status gizi masa lampau dan

saat ini, tetapi kurang responsif dibandingkan berat badan yang berubah dengan

cepat sesuai kondisi kesehatan dan status gizi. LLA relatif stabil selama

kehamilan dan bahkan ketika diukur pada akhir masa kehamilan, mungkin lebih

reflektif dibandingkan berat badan sebelum hamil (WHO 1995).

Penggunaan LLA sebagai indikator status gizi ibu hamil mendapat

perhatian lebih. Hal ini karena kemampuannya memprediksi berbagai outcome

kehamilan dan kepraktisan penggunaannya dibandingkan dengan antropometri

lainnya. Husaini (1986) menemukan bahwa LLA wanita di Bogor selama hamil

hampir konstan, sekitar 23.7 cm. Angka ini lebih rendah dari hasil penelitian di

Indramayu, sekitar 24.3 cm (Achadi 1992). Sedangkan Kardjati et al. (1978)

dalam penelitiannya di Jawa Timur melaporkan rata-rata LLA ibu hamil sekitar

22.9 cm.

Ambang batas LLA pada wanita usia subur di Indonesia adalah 23.5 cm

(Depkes 1995). Apabila ukuran LLA kurang dari 23.5 cm atau di bagian merah

pita LLA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko kekurangan energi kronis dan

diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah. BBLR mempunyai risiko

kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak

(Supariasa, Bakri, dan Fajar 2001).

Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh didefinisikan sebagai berat badan (kg) dibandingkan

dengan tinggi badan kuadrat (m2). IMT ibu lebih merefleksikan timbunan lemak

daripada massa jaringan, yang tentunya berhubungan kuat dengan berat badan.

Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara IMT ibu pada saat konsepsi,

pertambahan berat badan selama hamil dan berat bayi lahir. Wanita Indonesia di

daerah pedesaan relatif pendek dengan tinggi badan rata-rata 150 cm dan berat

badan rata-rata sebelum hamil sekitar 42 kg dengan rata-rata IMT sekitar 17.4

Page 13: Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789... · pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester kedua sebesar

16

kg/m2. IMT ini lebih rendah dari angka minimal yang dianjurkan, yaitu 18.5

kg/m2 (Allen 2001).

Ibu hamil dengan IMT yang rendah dan tidak mencapai pertambahan berat

badan yang cukup berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (IOM

1990). Pertambahan berat badan memiliki pengaruh yang kuat terhadap

pertumbuhan fetus pada ibu hamil yang kurus dibandingkan dengan ibu hamil

yang gemuk. Ibu hamil dengan IMT yang tinggi akan melahirkan bayi yang lebih

berat. Penelitian di Meksiko dan Kenya menunjukkan adanya hubungan antara

IMT ibu hamil pada trimester pertama dengan berat bayi lahir. Semua bayi BBLR

di Kenya lahir dari ibu dengan IMT kurang dari 21 kg/m2. IMT juga berhubungan

dengan panjang bayi lahir di Kenya, tetapi hubungan tersebut tidak terjadi di

Meksiko (Allen, Lung’aho, Shaheen, Harrison, Neumann & Kirksey (1992).

Meskipun demikian, IMT ibu yang rendah merupakan penduga gangguan

pertumbuhan fetus (IUGR) yang lemah dibandingkan berat badan ibu sebelum

hamil atau pencapaian berat badan selama hamil. Kelemahan lain dari IMT

sebagai indikator risiko IUGR adalah timbunan lemak atau kegemukan yang

mempengaruhi adaptasi terhadap ketersediaan energi selama kehamilan (Allen

2001).

Rekomendasi pertambahan berat badan di Amerika dan Eropa berbanding

terbalik dengan IMT saat konsepsi. Di Jawa Timur, Indonesia, Pakistan, Taip eh,

Cina dan Meksiko, pertambahan berat badan tertinggi tejadi pada ibu hamil yang

kurus. Interaksi antara IMT sebelum hamil dan pertambahan berat badan selama

hamil dapat dijelaskan dengan bukti bahwa laju metabolisme ibu hamil meningkat

secara nyata selama hamil, oleh karena itu konsumsi energi yang lebih banyak dan

menuju pada pencapaian berat badan yang lebih rendah (King, Butte, Bronstein,

Kopp, & Lindquist 1994). Sebaliknya, laju metabolisme pada ibu hamil yang

kurus dapat turun pada awal kehamilan (Lawrence, Coward, Cole, & Whitehead

1987). Penggunaan energi selama hamil menjadi jauh lebih rendah dan

pertambahan berat badan dapat menjadi lebih tinggi dibandingkan pada ibu yang

gemuk (Allen 2001).

Respon fisiologis ini terhadap IMT ibu kemungkinan dipengaruhi oleh

hormon leptin. Konsentrasi serum leptin berhubungan kuat dengan IMT ibu

Page 14: Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789... · pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester kedua sebesar

17

terutama pada kehamilan trimester kedua. Kadar leptin yang tinggi biasanya

berhubungan dengan tingginya laju metabolisme. Sebaliknya, ibu hamil yang

kurus menjadi lebih efisien dalam menggunakan energi untuk pertambahan berat

badan selama hamil. Hal ini terutama terjadi jika konsumsi energi dari diet rendah

(Lawrence et.al. 1987). Berdasarkan pertimbangan ini, tampaknya penggunaan

IMT yang rendah sebagai indikator risiko IUGR menjadi kurang tepat

dibandingkan dengan berat badan rendah sebelum hamil atau pencapaian berat

badan. Rendahnya massa jaringan memprediksi IUGR lebih baik dibandingkan

rendahnya massa lemak (Allen 2001).

Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Berat Bayi Lahir

Peristiwa-peristiwa tertentu yang timbul selama masa prenatal (kehamilan)

dan intrapartum (persalinan) dapat memberi pengaruh kurang baik terhadap bayi

dalam perkembangan selanjutnya (Hobel et.al. 1973). Faktor-faktor yang

mempengaruhi janin dalam kandungan dapat berasal dari unsur-unsur yang

terdapat pada ibu, interaksi ibu-janin dan unsur-unsur yang terdapat pada janin

(Karyadi 1987; Penrose 1961). Faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 .

Tabel 7. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan janin dalam kandungan

Unsur Ibu Interaksi Ibu-Janin Unsur Janin Unsur genetik Status gizi saat ini Status gizi sebelumnya Tinggi badan Kenaikan berat badan selama hamil Umur Paritas Jarak kehamilan terakhir Keadaan kesehatan Adaptasi terhadap lingkungan

Perokok Polusi Ketinggian (altitude) Suhu Infeksi Diabetes Toksemia Aktifitas fisik ibu Struktur plasenta

Jenis kelamin Ras Umur kehamilan Kembar Ketidakcocokan ibu-janin

Sumber : Penrose, L.S. ed. 1961

Thomson (1973) menyatakan bahwa hasil kehamilan yang dipengaruhi

oleh berbagai faktor tersebut ternyata unsur-unsur yang terdapat pada ibu yang

mempunyai pengaruh yang sangat besar. Wanita adalah produk dari suatu

hereditas (keturunan) dan lingkungannya, oleh karena itu perikehidupan wanita

Page 15: Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789... · pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester kedua sebesar

18

hamil perlu dipelajari. Perikehidupan tersebut mencakup tingkat pendidikan,

kepribadian dan latar belakang keluarganya. Selain itu juga perlu diperhatikan

pekerjaannya, pekerjaan suaminya, serta status kesehatan sebelum dan selama

kehamilan.

Keadaan gizi sebelum dan selama kehamilan dan menyusui akan

mempengaruhi perkembangan janin dan perkembangan bayi selanjutnya.

Binatang percobaan sering digunakan untuk mengetahui pengaruh makanan pada

waktu hamil terhadap perkembangan janin dan hasil kehamilan. Hasil dari

penemuan pada binatang percobaan memberikan gambaran yang mungkin dapat

dianalogikan terjadi pula pada wanita hamil (Nat. Acad. of Sciences 1970).

Sudah dilakukan banyak penelitian terhadap berbagai faktor risiko pada

ibu hamil yang berhubungan dengan berat bayi lahir pada negara-negara maju.

Faktor-faktor tersebut dapat berupa indikator klinik, fisiologik, biokimia, maupun

cairan amniotik. Selain itu digunakan pula indikator pertumbuhan berat badan,

status sosial ekonomi, dan lain-lain (Jelliffe & Jelliffe 1982).

Husaini (1990) menyebutkan faktor-faktor risiko dalam kehamilan yang

dibagi menjadi tiga, yaitu risiko sosio demografi, risiko mediko obstetrik, dan

riwayat kesehatan selama kehamilan.

Risiko sosio demografi dibagi dalam sub-sub bagian: (1) umur ibu dan

nomor urut anak yang dilahirkan, (2) pendidikan, (3) status ibu, (4) status

ekonomi, (5) perokok berat atau pecandu narkotika.

Risiko mediko obstetrik dibagi menjadi sub-sub bagian : (1) riwayat

kesehatan yang diketahui pada kunjungan pertama ke tempat pemeriksaan, (2)

riwayat kesehatan selama kehamilan, (3) keadaan pada waktu melahirkan, dan (4)

keadaan gizi ibu.

Riwayat kesehatan selama kehamilan meliputi : (1) pernah menderita sakit

kuning, TBC, Tifus, atau ginjal kronis sebelum hamil, (2) pernah aborsi atau

keguguran, (3) pernah melahirkan bayi kurang bulan (preterm baby), (4) pernah

melahirkan bayi BBLR, (5) eklamsi, (6) jarak kehamilan < 6 bulan, (7) sering

melahirkan.

Page 16: Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789... · pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester kedua sebesar

19

Konsumsi Pangan dan Gizi Ibu Hamil

Wanita hamil harus betusl-betul mendapat perhatian susunan dietnya,

terutama mengenai jumlah energi dan protein yang berguna untuk pertumbuhan

janin dan kesehatan ibu. Kekurangan gizi sebelum dan selama kehamilan dapat

menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus, pendarahan pasca persalin an,

dan lain-lain. Sedangkan makan berlebihan, karena dianggap untuk 2 orang (ibu

dan janin) dapat mengakibatkan komplikasi seperti kegemukan, preeklamsi, janin

besar, dan sebagainya. Zat-zat gizi yang diperlukan oleh wanita hamil adalah

energi, protein, karbohidrat, lemak, mineral terutama kalsium, fosfor, dan zat besi,

serta vitamin dan air (Mochtar 1998).

Konsumsi pangan adalah jumlah pangan tunggal atau beragam yang

dimakan seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu. Tujuan

konsumsi pangan adalah memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh

(Hardinsyah & Martianto 1989). Kebiasaan mengkonsumsi pangan yang baik

akan menghasilkan status gizi yang baik pula. Status gizi yang baik hanya akan

terjadi jika ada keseimbangan antara banyaknya jenis -jenis zat gizi yang

dikonsumsi dengan jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh (S uhardjo 1990).

Pada masa kehamilan kebutuhan zat gizi ibu meningkat. Hal ini karena

metabolisme tubuh meningkat dan konsumsi pangan juga meningkat untuk

kebutuhan ibu, bayi yang dikandung dan persiapan ASI. Berbagai cara dapat

dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan menambah frekuensi

makan atau meningkatkan kualitas makanan.

Sebaiknya seorang ibu hamil mendapatkan asupan makanan yang baik,

baik sebelum maupun selama kehamilan. Makanan yang baik mengandung

sejumlah kalori, protein, vitamin dan mineral yang cukup. Gizi yang baik sebelum

kehamilan lebih penting karena akan menentukan masa depan bayi dalam jangka

panjang, sebagai anak, dewasa, maupun pada usia tua. Selama kehamilan berat

badan dan asupan makanan perlu diperhatikan (Eastwood 2003).

Konsumsi pangan yang cukup untuk ibu hamil adalah jika setiap hari

dapat memenuhi kebutuhan zat-zat gizi dalam kuantitas maupun kualitasnya.

Kualitas makanan menunjukkan adanya semua zat-zat gizi yang diperlukan tubuh

Page 17: Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789... · pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester kedua sebesar

20

dalam menu makanan. Kuantitas menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi

terhadap kebutuhan tubuh (Sediaoetama 1993).

Penilaian konsumsi pangan dapat dilakukan secara kuantitatif maupun

kualitatif. Penilaian secara kualitatif dapat menunjukkan aspek-aspek yang

berhubungan dengan kebiasaan makan seperti frekuensi makan dalam periode

waktu tertentu, frekuensi menurut jenis makanan yang dikonsumsi maupun cara

memperoleh makanan. Penilaian kuantitatif menitikberatkan pada jumlah

makanan yang dikonsumsi. Penilaian konsumsi pangan dapat dilakukan baik pada

tingkat individu, keluarga, maupun masyarakat. Penilaian konsumsi pangan pada

tingkat individu dapat menggunakan metode seperti penimbangan (weighed

method), metode mengingat-ingat (recall), riwayat makan (dietay history)

frekuensi pangan (food frequency) dan metode kombinasi (Kusharto & Sutandi

2004).

Kebutuhan dan Kecukupan Gizi Ibu Hamil

Selama kehamilan kebutuhan energi lebih besar karena meningkatnya

semua faktor-faktor yang berhubungan dengan total energi ekspenditur. Energi

yang lebih besar diperlukan untuk pembentukan sel-sel baru dan jaringan pada ibu

hamil dan fetus (Rosso 1990). Angka kecukupan energi bagi ibu hamil menurut

WNPG (2004) adalah 2150 Kal per hari.

Kehamilan merupakan masa meningkatnya kebutuhan protein. Tambahan

protein dperlukan oleh ibu hamil dan plasenta bagi pertumbuhan fetus. Protein

makanan menyediakan asam amino untuk mensintesis protein tubuh dan berbagai

substansi lainnya. Sembilan asam amino esensial, yaitu histidin, isoleusin, leusin,

lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan, dan valin, yang tidak dapat disintesa

oleh jaringan tubuh mamalia harus tersedia dari diet. Kebutuhan protein juga

dipengaruhi oleh kadar asupan energi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa

keseimbangan nitrogen berubah sekitar 0.25 g nitrogen dari setiap 100 Kal energi

yang ditambahkan dari diet (Rosso 1990). Angka kecukupan prote in pada ibu

hamil berdasarkan WNPG (2004) adalah 67 gram per hari.

Page 18: Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789... · pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester kedua sebesar

21

Kebiasaan Makan Ibu Hamil

Selama 12 minggu usia kehamilan, konsumsi pangan ibu hamil adalah

seperti pada waktu sebelum hamil, tetapi kebanyakan wanita justru selera

makannya meningkat, dan jumlah pangan yang dimakan lebih banyak

dibandingkan sebelum hamil. Faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan ibu

selama hamil adalah hormon, plasenta, penggunaan zat gizi oleh janin, energi

yang dikeluarkan untuk pertumbuhan berat badan dan pengurangan aktivitas fisik

(Rosso 1990).

Wanita hamil juga mengalami perubahan selera makan. Beberapa wanita

sangat suka pada makanan tertentu atau sebaliknya dengan alasan yang tidak jelas.

Sejumlah pangan yang sangat disukai terutama pada saat ”ngidam” yaitu makanan

yang lebih sedap dan asin dibandingkan biasanya (Rosso 1990). Akibat mengidam

dan pantang terhadap pangan tertentu terhadap ibu maupun bayinya belum

diketahui. Namun tampaknya masalah ini tidak begitu serius terhadap perubahan

pola makan yang akan merugikan. Sebagian wanita hamil juga mengalami

gangguan makan akibat mual dan muntah pada awal kehamilan. Gangguan

kehamilan seperti mual dan muntah pada awal kehamilan mempengaruhi 50– 90%

wanita hamil (Eastwood 2003).

Banyak wanita hamil berpendapat bahwa selagi hamil makan dikurangi,

karena takut janin menjadi besar sehingga sulit melahirkan. Pendapat ini tidak

mempunyai dasar, sebenarnya ibu hamil memerlukan tambahan beberapa zat-zat

gizi untuk pertumbuhan janinnya agar sehat, dan ini hanya bisa diperoleh dari

makanan (Mochtar 1998).

Gizi Ibu Hamil dan Berat Bayi Lahir

Berat bayi lahir dipengaruhi oleh asupan energi protein selama hamil.

Kekurangan energi protein pada masa ini dapat mempengaruhi perkembangan

bayi selanjutnya. Pada trimester kedua, jaringan lemak ibu menurun untuk

persiapan kebutuhan fetus selanjutnya. Pada trimester ketiga pertambahan berat

badan ibu mempengaruhi berat bayi lahir. Berat bayi lahir dari ibu dengan gizi

baik rata-rata lebih tinggi dibandingkan ibu dengan gizi kurang. Jika berat badan

ibu kurang dari 40 kg, maka bayi beresiko berat lahir rendah. Ketika bayi lahir

Page 19: Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789... · pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester kedua sebesar

22

dengan berat kurang dari 2500 gram maka kesempatan untuk bertahan hidup

menurun. Bayi-bayi yang dilahirkan kurang bulan (preterm) juga sangat rentan.

Bayi-bayi yang lahir sebelum 22 minggu kehamilan jarang yang bisa bertahan.

Selain itu, 27% dari bayi-bayi yang lahir pada 23 hingga 28 minggu kehamilan

menderita cacat (Eastwood 2003).

Di negara-negara berkembang, defisiensi zat besi dan iodium merupakan

bahaya terbesar dalam kehamilan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat

pendidikan, kemiskinan, sanitasi yang buruk, dan gangguan gizi (Eastwood 2003).

Malnutrisi pada ibu hamil berhubungan dengan malnutrisi pada janin.

Meskipun hubungannya telah diketahui antara malnutrisi pada ibu hamil, volume

plasenta, dan berat bayi lahir, kemungkinan hubungannya adalah multifaktor.

BBLR berhubungan dengan asupan ibu hamil yang kekurangan sayuran berdaun

hijau, tingginya pengeluaran energi pada ibu hamil serta beban kerja. Tingginya

angka malnutrisi pada ibu hamil dan BBLR dapat juga berhubungan dengan

tingginya angka penyakit tidak menular pada masa dewasa kelak, seperti penyakit

jantung koroner, hipertensi, dan diabetes (Bhutta, Gupta, Silva, Manandhar, &

Awasthi 2004).

Status Gizi Bayi dan Pengukurannya

Pengukuran pertumbuhan bayi sebagai manifestasi pertumbuhan dalam

kandungan adalah ukuran bayi saat lahir, yaitu berat badan, panjang badan, dan

lingkar kepala (Barker et al. (1993). Selain itu juga dapat dinilai berdasarkan skor-

Z dengan menggunakan indeks berat badan menurut umur (BB/U) dan panjang

badan menurut umur (PB/U) (WHO 1995). Berat badan merupakan ukuran

antropometri terpenting dan palig sering digunakan pada bayi baru lahir. Berat

badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Dikatakan bayi

normal apabila berat bayi lahir lebih dari atau sama dengan 2500 gram dan BBLR

bila kurang dari 2500 gram (Dewa, Bakri, & Fajar 2001).

Besar Keluarga

Hubungan antara jumlah anggota keluarga dan kurang gizi sangat nyata

pada masing-masing keluarga. Terutama pada keluarga yang penghasilannya

Page 20: Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789... · pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester kedua sebesar

23

rendah. Pemenuhan kebutuhan makanan akan lebih mudah jika yang harus diberi

makan jumlahnya sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga besar

mungkin hanya cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga

tersebut. Keadaan yang demikian jelas tidak cukup untuk mencegah timbulnya

gangguan gizi pada keluarga besar (Suhardjo 1989b). Semakin banyak jumlah

anggota keluarga, maka pengaturan pengeluaran untuk pangan sehari-hari relatif

semakin sulit. Hal ini menyebabkan kuantitas dan kualitas pangan yang dapat

diperoleh semakin tidak mencukupi kebutuhan masing-masing anggota keluarga,

termasuk ibu hamil yang rentan terhadap kekurangn gizi (Sediaoetama 1993).

Pendapatan Keluarga

Kebutuhan dasar seperti pangan, sandang dan kesehatan harus dipenuhi

agar manusia dapat mempertahankan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan pangan

tergantung pada tersedianya pangan dan pendapatan riil keluarga, dimana pangan

merupakan kebutuhan dasar kehidupan manusia dan komoditas yang paling

penting bagi masyarakat berpendapatan rendah (Erwidodo, Syafaat, Hendiarto &

Suhaeti, 1998). Semakin tinggi daya beli (pendapatan riil) keluarga, maka akan

semakin beragam pangan yang dikonsumsi dan semakin baik pula kualitas

pangannya (Mangkuprawira, 1988).

Tarwotjo dan Husaini (1984) mengungkapkan bahwa pendapatan yang

rendah merupakan salah satu penyebab konsumsi pangan yang rendah. Konsumsi

pangan yang rendah dalam waktu yang lama akan dapat menimbulkan 4

konsekuensi umum, yaitu menurunnya kecerdasan, meningkatnya frekuensi

terkena infeksi, meningkatnya angka kesakitan dan kematian serta menurunnya

produktivitas kerja.

Tingkat pendapatan merupakan faktor yang menentukan terhadap

kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Pendapatan yang rendah akan

menurunkan daya beli sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah dan

kualitas yang baik sehingga berakibat pada keadaan status gizi yang menurun

(Berg 1986). Meskipun demikian, pengeluaran uang yang lebih besar untuk

pangan tidak menjami lebih beragamnya jenis pangan yang dikonsumsi. Berg

(1986) juga menyatakan bahwa peningkatan pendapatan tidak selalu membawa

Page 21: Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789... · pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester kedua sebesar

24

perbaikan pada pola konsumsi pangan. Karena meskipun banyak pengeluaran

untuk pangan, namun belum tentu kualitas pangan yang dibeli lebih baik. Selain

itu, peningkatan pendapatan walaupun akan meningkatkan pengeluaran, belum

tentu pengeluaran itu digunakan untuk pangan.

Modeling dan Aplikasinya

Sebuah model adalah suatu abstraksi atau penyederhanaan dari suatu

sistem dan pembuatan model (modeling) adalah perluasan dari analisis ilmiah

melalui sarana-sarana lain. Model akan lebih sederhana dibandingkan dengan

keadaan aslinya. Sebuah model harus memiliki sifat-sifat fungsional penting dari

sistem yang nyata. Jelas dalam model tidak dapat memiliki semua sifat kecuali

jika model tersebut merupakan suatu sistem yang nyata. Modeling dilakukan

untuk membantu konseptualisasi dan pengukuran sistem-sistem yang kompleks

dan kadang-kadang untuk menduga konsekuensi dari suatu tindakan yang bisa

jadi mahal, sukar, atau merusak jika dilakukan terhad ap sistem yang

sesungguhnya (Hall & Day 1976).

Modeling diperlukan untuk memahami tentang alam karena kekomplekan

alam seringkali berlebihan. Namun model-model tersebut harus seringkali diuji

terhadap dunia nyata untuk menjamin bahwa perwakilan model-model dari dunia

nyata tersebut akurat, atau paling tidak cara-cara yang tidak akurat kita sadari.

Pada dasarnya cara penggunaan model-model bersamaan dengan ilmu empiris

telah berjasa dalam memahami sistem yang lebih besar dibandingkan dengan

proses-proses lain yang berdiri sendiri (Hall & Day 1976).

Pendekatan permodelan

Ada dua tipe utama dari model-model yang dapat dikelompokkan sebagai

model-model analitik dan simulasi. Meskipun dalam teori kedua pendekatan

tersebut diarahkan pada peningkatan pemahaman dan prediksi kita terhadap

sistem-sistem yang terjadi di alam dan komponen-komponennya, dalam

prakteknya kedua metode tersebut umumnya digunakan untuk pertanyaan-

pertanyaan yang sepenuhnya berbeda, dan keduanya menggunakan pendekatan

matematis yang sepenuhnya berbeda. Pembuatan metode analitik umumnya

Page 22: Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789... · pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester kedua sebesar

25

dicirikan dengan penggunaan pensil, kertas dan matematika yang relatif rumit.

Pembuatan model simulasi cenderung dicirikan dengan penggunaan matematika

yang lebih sederhana bersama-sama dengan penggunaan matematika yang lebih

sederhana bersama-sama dengan penggunaan komputer (Hall & Day 1976).

Pendugaan

Pendugaan atau prediksi merupakan suatu proyeksi masa depan atau

pernyataan hipotesis yang belum terjadi dalam dunia nyata, paling tidak saat kita

mengadakan pengukuran. Hal ini berhubungan dengan simulasi dari suatu sistem

yang ada sebagaimana kegiatan eksplorasi yang berhubungan dengan interpolasi,

yaitu berlangsung di luar ikatan-ikatan lingkungan yang dikenal. Jadi model-

model tersebut tidak hanya membantu pemahaman tentang sistem-sistem yang

kompleks namun juga memungkinkan kita mempelajari sistem-sistem yang

kompleks di bawah kondisi-kondisi yang belum mampu kita amati atau

menciptakannya dalam dunia nyata. Penggunaan lain yang agak berbeda dari

pembuatan model prediktif adalah dalam prediksi beberapa sifat sistem yang

secara aktual kita ukur untuk melihat apakah proyeksi-proyeksi komputer sesuai

dengan data lapangan (Hall & Day 1976).

Model Regresi

Untuk membangun suatu model regresi, data yang dimiliki harus

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Neter, Wasserman & Kuter 1990) :

1. Data sesuai dengan model linier

2. Menghasilkan sisaan yang homogen

3. Data merupakan pengamatan yang bebas satu sama lainnya

4. Berasal dari populasi normal

5. Tidak mengandung pencilan

6. Peubah yang akan dimasukkan ke dalam model sudah lengkap

Kelayakan data untuk membangun suatu model dapat diketahui

berdasarkan kriteria uji sebagai berikut :

1. Koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R 2) adalah perbandingan antara jumlah kuadrat

regresi (JKR) dengan jumlah kuadrat total yang terkoreksi oleh nilai

tengahnya (JKT). Sehingga R2 = JKR/KKT biasanya dinyatakan dalam

Page 23: Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789... · pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester kedua sebesar

26

persen (%). Besarnya koefisien ini mengukur besarnya bagian dari

keragaman total terhadap nilai tengah peubah tidak bebasnya yang dapat

diterangkan oleh regresi. Apabila nilainya besar maka data antara peubah

yang dibandingkan memiliki korelasi yang sangat tinggi, artinya data

peubah penduga (X) memiliki kemampuan yang tinggi untuk menentukan

nilai peubah terduga (Y). R2 maksimum adalah 100% akan tercapai pada

saat semua titik pengamatan terletak pada garis yang dibuat oleh persamaan

regresinya.

2. Nilai standar deviasi (S)

Nilai standar deviasi (S) merupakan akar dari varian (S 2). Varian diukur

berdasarkan tingkat keragaman data. Model yang terpilih adalah model yang

memiliki nilai standar deviasi terkecil dibandingkan model-model lainnya.

Pemilihan model penduga terbaik ditentukan berdasarkan kriteria nilai

sisaan baku memiliki nilai homogen, koefisien determinasi (R 2) yang terbesar dan

nilai standar deviasi (S) yang terkecil.

Berbagai penelitian di bidang kesehatan telah menggunakan modelling,

antara lain model penduga protein tubuh total pada anak-anak dan remaja (Wang,

Heshka, Wang dan Heymsfield 2006), pendugaan kurva pertumbuhan longitudinal

tinggi badan dan berat badan pada anak-anak (Black & Krishnakumar 1999),

pendugaan berat janin dengan ultrasonografi (Predanic, Cho, Ingrid, & Pellettieri

2002), antropometri sebagai penentu berat bayi lahir (Winikoff & Debrovner

1981), pendugaan lemak tubuh dengan menggunakan BMI dan lingkar pinggang

(Janssen, Heymsfield, Allison, Kotler & Ross 2002), serta pendugaan berat fetus :

keakuratan antara USG dengan pemeriksaan klinis (Watson, Soisson, & Harlass

1988).

Winikoff & Debrovner (1981) menemukan bahwa berat badan ibu dapat

menjelaskan berat bayi lahir dengan baik jika d ikelompokkan menjadi berat badan

per tinggi badan. Ibu dengan berat badan per tinggi badan yang rendah

menunjukkan bahwa peningkatan berat badan selama kehamilan berhubungan

positif nyata dengan berat bayi lahir (p<0.01).

WHO (1995a) menganalisa hasil studi dari berbagai negara mengenai

antropometri pada ibu hamil. Antropometri digunakan sebagai indikator BBLR,

Page 24: Model Penduga Berat Bayi Lahir Berdasarkan Pengukuran ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789... · pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester kedua sebesar

27

baik yang disebabkan oleh IUGR atau oleh pretermbirth . Hasilnya menunjukkan

bahwa tinggi badan ibu dan LLA merupakan indikator BBLR yang lemah.

Sedangkan berat badan sebelum hamil dan kenaikan berat badan pada bulan ke-5,

7 dan 9 dapat menjadi indikator BBLR yang baik.