MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...

79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KECAMATAN SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2012 SKRIPSI Oleh : Nenden Paranita Dewi K5108006 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Mei 2012

Transcript of MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...

Page 1: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES

PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DI KECAMATAN SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN

TAHUN 2012

SKRIPSI

Oleh :

Nenden Paranita Dewi

K5108006

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Mei 2012

Page 2: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Nenden Paranita Dewi

NIM : K5108006

Jurusan/Program Studi : IP/PLB

MODEL LAYANAN DALAM

RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KECAMATAN SIDOHARJO

KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2012 ini benar-benar merupakan hasil

karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Mei 2012

Yang membuat perrnyataan

Nenden Paranita Dewi

Page 3: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES

PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DI KECAMATAN SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN

TAHUN 2012

Oleh :

Nenden Paranita Dewi

K5108006

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapat gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Luar Biasa,

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Mei 2012

Page 4: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Page 6: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRAK

Nenden Paranita Dewi. Model Layanan dalam Rangka Perluasan Akses Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen Tahun 2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei, 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menjaring anak berkebutuhan khusus di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen yang belum mendapat layanan pendidikan, (2) mengetahui faktor penyebab anak berkebutuhan khusus di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen tidak mendapatkan layanan pendidikan, dan (3) menyediakan model layanan dalam rangka memperluas kesempatan akses pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen.

Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah informan, tempat dan peristiwa serta dokumen. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Teknik sampling (cuplikan) yang digunakan adalah teknik snowball sampling. Validitas data yang digunakan adalah trianggulasi data dan trianggulasi sumber. Analisis data yang digunakan adalah analisa data yang bersifat kualitatif dengan model interaktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) masih terdapat sejumlah anak berkebutuhan khusus di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen yang belum mendapatkan layanan pendidikan, (2) faktor penyebab anak berkebutuhan khusus belum mendapat layanan pendidikan yaitu kondisi ekonomi orang tua yang rendah, letak SLB yang jauh dari tempat tinggal anak berkebutuhan khusus, kondisi sosial dan psikologis orang tua yang cenderung merasa malu dan bersikap overprotektif, rendahnya pengetahuan orang tua tentang pendidikan anak berkebutuhan khusus, serta rendahnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan, dan (3) model layanan pendidikan yang paling memungkinkan untuk memperluas akses pendidikan anak berkebutuhan khusus yaitu model pendidikan inklusif.

Page 7: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRACT

Nenden Paranita Dewi. Service Model in the Attempt of Expanding Access to Education for Disabled Children in Sidoharjo Subdistrict of Sragen Regency in 2012. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, May, 2012.

This research aims (1) to screen the disabled children in Sidoharjo Subdistrict of Sragen Regency who have not obtained education service, (2) to find out the factors causing the disabled children in Sidoharjo Subdistrict of Sragen Regency do not obtain education service, and (3) to provide service model in the Attempt of expanding the access to education for the disabled children in Sidoharjo Subdistrict of Sragen Regency.

This research employed a descriptive qualitative method. The data source used was informant, place and event, as well as document. Techniques of collecting data used were interview, observation, and document analysis. The sampling technique used was snowball sampling. The data validation used was data triangulation and source triangulation. The data analysis used was data analysis that was qualitative in nature with an interactive model.

The result of research showed that: (1) there were a number of disabled children in Sidoharjo Subdistrict of Sragen Regency who had not obtained education service, (2) the factors causing the disabled children obtained

conditions who tended to be shy and overprotective, parents low knowledge about the disabled children education, as well as the parents lower awareness about importance of education, and (3) the education service model most enabling the

ation was inclusive education model.

Page 8: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

MOTTO

Dari semua hal, pengetahuan adalah yang paling baik, karena tidak

kena tanggung jawab maupun tidak dapat dicuri, karena tidak dapat

dibeli, dan tidak dapat dihancurkan. (Hitopadesa).

(http://hendragoh.wordpress.com/2008/04/05/kata-kata-bijak-dari-orang2-

ternama/)

Page 9: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada :

1. Ayah dan Bundaku yang terkasih yang selalu

mengiringi setiap langkahku dengan doa yang

takkan pernah padam.

2. Kakak dan adikku yang telah menyayangi

sepenuh hati.

3. Keluarga besarku yang selalu memberi

dorongan dan kasih sayang.

4. Teman-teman PLB 2008 yang mengiringi

perjalananku menuntut ilmu.

5. Almamaterku Universitas Sebelas Maret

Page 10: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta nikmatnya yang tak terkira. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang menjadikan dunia kelam menjadi cerah penuh hidayah. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Model Layanan Dalam Rangka Perluasan Akses Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen Tahun 2012 sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Hambatan dan kesulitan dalam penyusunan skripsi ini pastilah ada dan dialami oleh penulis, akan tetapi kesulitan dan hambatan itu tidaklah berarti dikarenakan terdapat bantuan beberapa pihak. Kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan izin dalam melakukan penelitian;

2. Prof. Dr.rer.nat. Sajidan, M.Psi, Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan izin dalam melakukan penelitian;

3. Drs. Amir Fuady, M.Hum, Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan izin dalam melakukan penelitian;

4. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd, Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan persetujuan skripsi;

5. Drs. Hermawan, M.Si, Ketua Program Studi Pedidikan Khusus Jurusan Ilmu

Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan

izin penulisan skripsi;

6. Priyono, S.Pd, M.Si, Sekretaris Program Studi Pendidian Khusus Jurusan

Ilmu Pendidi kan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah

memberikan izin penulisan skripsi.

Page 11: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

7. Drs. Gunarhadi, M.A, Ph. D selaku Pembimbing I yang telah berkenan

memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran dan pengarahan dalam

penyusunan skripsi ini.

8. Drs. Sudakiem, M.Pd selaku Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dengan profesional dan penuh kesabaran selama proses

penyusunan skripsi;

9. Kepala Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen yang telah memberikan izin

untuk melakukan penelitian;

10. Kepala UPT Dinas P & K Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen yang

telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini;

11. Seluruh masyarakat Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen yang telah

ramah dan ikut membantu peneliti selama pelaksanaan penelitian;

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi

penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Mei 2012

Penulis

Page 12: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ ii

HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v

HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ vi

HALAMAN MOTTO .................................................................................... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... ix

KATA PENGANTAR .................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR/ SKEMA ..................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 4

BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 6

A. Tinjauan Pustaka................................................................................. 6

1. Tinjauan Tentang Anak Berkebutuhan Khusus ............................ 6

a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ................................. 6

b. Prevalensi Anak Berkebutuhan Khusus ................................. 7

c. Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus ....................... 8

d. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus ................................. 10

Page 13: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

2. Tinjauan Tentang Pendidikan ..................................................... 13

a. Pengertian Pendidikan ............................................................ 13

b. Komponen Pendidikan ........................................................... 14

c. Jenis Pendidikan ..................................................................... 18

d. Jalur Pendidikan .................................................................... 21

3. Tinjauan Tentang Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus ....... 23

a. Pengertian Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus .............. 23

b. Model-Model Layanan Pendidikan Anak Berkebutuhan

Khusus .................................................................................... 24

4. Tinjauan Tentang Perluasan Akses Pendidikan Bagi Anak

Berkebutuhan Khusus ................................................................. 30

a. Hakekat Perluasan Akses Pendidikan Bagi Anak

Berkebutuhan Khusus ............................................................. 30

b. Dasar Perluasan Akses Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan

Khusus .................................................................................... 31

B. Kerangka Berfikir.............................................................................. 33

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 35

A. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................... 35

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...................................................... 36

C. Data dan Sumber Data ..................................................................... 36

D. Teknik Sampling (Cuplikan) ........................................................... 37

E. Pengumpulan Data ........................................................................... 37

F. Uji Validitas Data ............................................................................ 38

G. Analisis Data.................................................................................... 39

H. Prosedur Penelitian .......................................................................... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 41

A. Deskripsi Lokasi/ Objek Penelitian ................................................. 41

B. Deskripsi Temuan Penelitian ........................................................... 42

C. Pembahasan ..................................................................................... 51

Page 14: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ..................................... 60

A. Simpulan .......................................................................................... 60

B. Implikasi .......................................................................................... 60

C. Saran ................................................................................................ 61

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 63

LAMPIRAN .................................................................................................. 67

Page 15: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 3.1 Jadwal Penelitian ..................................................................................... 35

4.1 Daftar Anak Berkebutuhan Khusus di Kecamatan Sidoharjo

Kabupaten Sragen yang Tidak Mendapatkan Layanan Pendidikan

Tahun 2011 ............................................................................................. 44

4.2 Daftar Anak Berkebutuhan Khusus di Kecamatan Sidoharjo

Kabupaten Sragen yang Sudah Mendapatkan Layanan Pendidikan

Tahun 2011 ............................................................................................ . 45

4.3 Daftar Anak Berkebutuhan Khusus di Kecamatan Sidoharjo

Kabupaten Sragen yang Tidak Mendapatkan Layanan Pendidikan

Tahun 2012 ............................................................................................. 46

4.4 Daftar Anak Berkebutuhan Khusus di Kecamatan Sidoharjo

Kabupaten Sragen yang Sudah Mendapatkan Layanan Pendidikan

Tahun 2012 ............................................................................................. 47

4.5 Faktor-Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus Tidak

Mendapatkan Layanan Pendidikan ......................................................... 50

4.6 Pemilihan Model Layanan Pendidikan oleh Orang Tua Anak

Berkebutuhan Khusus yang Belum Mendapat Layanan Pendidikan ...... 51

Page 16: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR/SKEMA

Gambar/Skema Halaman 2.1. Kerangka Berfikir...................................................................................... 34

Page 17: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Data Informan ............................................................................................ 67

2. Pedoman Wawancara kepada Orang Tua Anak Berkebutuhan Khusus .... 68

3. Pedoman Wawancara kepada Dinas Pendidikan ....................................... 69

4. Pedoman Observasi Kondisi Anak Berkebutuhan Khusus ........................ 70

5. Hasil Wawancara dengan Orang Tua Anak Berkebutuhan Khusus........... 71

6. Hasil Wawancara dengan Dinas Pendidikan.............................................. 81

7. Hasil Observasi Kondisi Anak Berkebutuhan Khusus .............................. 84

8. Foto Kegiatan Penelitian ............................................................................ 89

9. Permendiknas No 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif ............... 92

10. Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi .............................................. 101

11. Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi ............... 102

12. Surat Permohonan Research ...................................................................... 103

13. Surat Permohonan Ijin Survey ................................................................... 104

14. Surat Rekomendasi Research/ Survey ....................................................... 105

15. Surat Keterangan Penelitian ....................................................................... 106

Page 18: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha dalam mengembangkan dan

meningkatkan seluruh potensi individu untuk mencapai suatu kesejahteraan

melalui learning to know, learning to be, learning to do, dan learning to live

together. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan baik

pribadi maupun masyarakat dan berlangsung seumur hidup (life long education).

Melalui proses pendidikan, sumber daya manusia yang berkualitas dapat

diperoleh/ dikembangkan baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan

non formal.

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999-2004 (Tap

MPR No. IV/MPR/1999) mengamanatkan upaya perluasan dan pemerataan

kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat

Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia yang berkualitas tinggi.

Perluasan akses pendidikan diarahkan pada upaya memperluas daya tampung

satuan pendidikan serta memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta

didik dari berbagai golongan masyarakat yang baik berbeda secara sosial,

ekonomi, gender, lokasi tempat tinggal, dan kemampuan tingkat intelektual serta

kondisi fisik.

Amanat hak atas pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus

ditetapkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam

mengikuti proses pembelajaran karena kelainan

Ketetapan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tersebut bagi anak berkebutuhan

Page 19: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

khusus perlu memperoleh kesempatan yang sama sebagaimana yang diberikan

kepada anak normal lainnya dalam hal pendidikan dan pengajaran.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami gangguan

fisik, mental, atau emosi atau kombinasi dari gangguan-gangguan tersebut

sehingga mereka memerlukan layanan yang spesifik dalam pendidikan yang

berbeda dengan anak pada umumnya. Secara umum anak berkebutuhan khusus

meliputi anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat permanen, yaitu

akibat dari kelainan tertentu dan anak berkebutuhan khusus yang bersifat

temporer, yaitu mereka yang mengalami hambatan belajar dan perkembangan

yang disebabkan oleh kondisi dan situasi lingkungan (Direktorat Pembinaan

Sekolah Luar Biasa, 2007).

Anak-anak berkebutuhan khusus sering kali mendapatkan perlakuan

diskriminatif dan sering mendapatkan penolakan atas akses layanan pendidikan.

Masyarakat pada umumnya masih mengabaikan potensi anak berkebutuhan

khusus dan memandang kelainan sebagai penghalang untuk berbuat sesuatu,

padahal kecacatan seseorang bukanlah merupakan penghalang untuk melakukan

sesuatu.

Menurut hasil survei Badan Koordinasi Pendidikan Khusus Jawa

Tengah tahun 2008 jumlah ABK mencapai 37.129 anak. Jumlah yang telah

memperoleh pelayanan pendidikan 10.561 anak atau 28,44%, sedangkan jumlah

yang belum mendapatkan pelayanan pendidikan, mencapai 26.568 anak atau

71,56% (Solopos, 2009).

Pembangunan pendidikan di Jawa Tengah belum mencapai hasil

optimal. Perluasan akses pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus pada

umumnya masih sangat rendah. Hal ini juga dialami oleh anak berkebutuhan

khusus di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen. Masih terdapat sejumlah anak

berkebutuhan khusus usia sekolah (7-18 tahun) yang belum mendapatkan layanan

pendidikan.

Page 20: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Kesempatan mendapatkan pendidikan belum menjangkau semua anak

berkebutuhan khusus yang berusia 7-18 tahun karena berbagai alasan, meskipun

pemerintah Kabupaten Sragen telah mencanangkan kebijakan wajib belajar 12

tahun. Jumlah lembaga pendidikan khusus yang masih belum banyak serta

terdapat faktor ekonomi, geografis, sosial psikologis, pengetahuan dan kesadaran

yang menjadi penghambat anak-anak berkebutuhan khusus tidak mendapat

layanan pendidikan. Pengetahuan orang tua mengenai tempat layanan pendidikan

bagi anak berkebutuhan khusus juga sangat terbatas, sehingga banyak anak yang

kesulitan mencari tempat layanan pendidikan.

Pendidikan berperan penting dalam kehidupan anak berkebutuhan

khusus. Layanan pendidikan khusus diperlukan bagi anak berkebutuhan khusus

agar anak dapat mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Tanpa

adanya layanan pendidikan khusus, potensi anak tidak dapat berkembang optimal.

Penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dapat memenuhi

kebebasan anak untuk berinteraksi secara reaktif maupun proaktif dengan siapa

pun, kapan pun, dan di lingkungan mana pun, dengan meminimalisasi hambatan.

Model layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus harus

disesuaikan dengan kebutuhan, karakteristik, potensi, kemampuan, minat, bakat,

dan kecakapan masing-masing anak. Pada saat ini, masih terdapat anak

berkebutuhan khusus yang belum mendapatkan model layanan pendidikan yang

sesuai dengan kebutuhannya (Mega Iswari, 2007). Oleh karena itu, penyediaan

model layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus perlu diupayakan untuk

memperluas akses pendidikan bagi mereka.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik

mengadakan penelitian de

Akses Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Kecamatan Sidoharjo

Page 21: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana akses layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus di

Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen?

2. Apa saja faktor penyebab anak berkebutuhan khusus di Kecamatan Sidoharjo

Kabupaten Sragen tidak mendapatkan layanan pendidikan?

3. Bagaimana model layanan dalam rangka memperluas akses pendidikan bagi

anak berkebutuhan khusus di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah

untuk:

1. Menjaring anak berkebutuhan khusus yang belum mendapatkan layanan

pendidikan di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen.

2. Mengetahui faktor penyebab anak berkebutuhan khusus di Kecamatan

Sidoharjo Kabupaten Sragen tidak mendapatkan layanan pendidikan.

3. Menyediakan model layanan yang memungkinkan dalam rangka memperluas

akses pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di Kecamatan Sidoharjo

Kabupaten Sragen.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan khusus tentang

model layanan guna memperluas akses pendidikan bagi anak berkebutuhan

khusus.

Page 22: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

2. Manfaat praktis

a. Bagi orangtua

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pentingnya

partisipasi orang tua dalam penyediaan model layanan pendidikan yang

sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak berkebutuhan khusus agar

anak dapat berkembang secara optimal.

b. Bagi masyarakat

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pertimbangan pentingnya

partisipasi masyarakat dalam penyediaan model layanan pendidikan bagi

anak berkebutuhan khusus.

c. Bagi Dinas Pendidikan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai rekomendasi dalam pengambilan

keputusan/ kebijakan yang berkaitan dengan penyediaan model layanan

pendidikan dalam memperluas kesempatan akses pendidikan bagi anak

berkebutuhan khusus.

Page 23: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Anak Berkebutuhan Khusus

a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Istilah anak berkebutuhan khusus memiliki arti yang lebih luas

dibandingkan dengan istilah anak luar biasa. Konsep anak berkebutuhan

khusus lebih menekankan pada kebutuhan mencapai prestasi sesuai dengan

potensinya secara optimal, sedang pada anak luar biasa atau berkelainan lebih

menitikberatkan pada kondisi (fisik, mental, emosi-sosial).

Seperti yang diungkapkan Ellah Siti Chalidah, secara garis besar

anak luar biasa atau berkelainan adalah anak yang menyimpang dari rata-rata

anak normal, baik menyimpang ke atas maupun ke bawah dari kriteria normal

dalam hal karakteristik mental, kemampuan-kemampuan sensoris,

karakteristik neuromotor atau fisik, perilaku sosial serta emosional,

kemampuan berkomunikasi, maupun gabungan dari berbagai variabel tersebut

sehingga membutuhkan pendidikan khusus (2005).

nak berkebutuhan khusus mencakup anak-anak yang

menyandang kecacatan tertentu (disable children) baik secara fisik, mental,

dan emosional maupun anak yang mempunyai kebutuhan khusus dalam

pendidikannya (children with special educational needs) (Joppy Liando dan

Aldjon Dapa, 2007: 21).

Selaras dengan pendapat tersebut Mega Iswari (2007)

menyebututkan bahwa:

Istilah anak berkebutuhan khusus ditujukan pada segolongan anak yang memiliki kelainan atau perbedaan sedemikian rupa dari anak rata-rata normal dalam segi fisik, mental, emosi, sosial, atau gabungan

Page 24: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

dari ciri-ciri itu dan menyebabkan mereka mengalami hambatan untuk mencapai perkembangan yang optimal sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan khusus untuk mencapai perkembangan yang optimal (hlm. 43).

Menurut Lay Kekeh Marthan (mengutip simpulan Lynch, 1994)

menyatakan bahwa umumnya anak berkebutuhan pendidikan khusus adalah

semua anak yang mengalami gangguan fisik, mental, atau emosi atau

kombinasi dari gangguan-gangguan tersebut sehingga mereka membutuhkan

pendidikan secara khusus dengan guru dan sistem/ lembaga khusus baik

secara permanen maupun temporal (2007).

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut, dapat

disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang

berbeda dari anak-anak normal pada umumnya, dalam hal ciri-ciri mental,

kemampuan sensorik, kemampuan komunikasi, tingkah laku sosial, ataupun

ciri-ciri fisik sehingga mereka membutuhkan layanan pendidikan khusus

untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.

b. Prevalensi Anak Berkebutuhan Khusus

Prevalensi atau angka kejadian anak berkebutuhan khusus sulit

diketahui secara pasti. Di Indonesia sendiri, belum ada data resmi yang

menyebutkan berapa prevalensi pasti dari anak berkebutuhan khusus. Menurut

Sri Widati, dkk (2010) prevalensi anak berkebutuhan khusus adalah sebagai

berikut:

Mengacu pada estimasi WHO (1983) di mana jumlah penyandang cacat adalah 5% dari jumlah penduduk, maka diperkirakan jumlah penyandang cacat di Indonesia sekitar 12.000.000 orang. Menurut sensus penduduk tahun 2003, penyandang cacat usia sekolah adalah 21% atau sebanyak 2.520.000. Sementara itu, Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa melaporkan bahwa anak berkebutuhan khusus yang telah mendapat akses pendidikan (bersekolah) baru sekitar 10% atau sebanyak 252.000 anak dan sisanya 90% atau 2.268.000 anak yang belum mendapat akses pendidikan. Sebagian besar ABK yang

Page 25: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

telah mendapat layanan pendidikan adalah mereka yang tinggal di perkotaan dan mereka sekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) (hlm. 191).

Indonesia 1,48 juta (0,7% dari jumlah penduduk Indonesia). Jumlah

penyandang cacat usia sekolah (5-18 th) ada 21,42% dari seluruh penyandang

Direktorat PLB, 2006).

Menurut Pembangunan (2011) prevalensi anak berkebutuhan

khusus di Indonesia menunjukkan bahwa:

Jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia saat ini mencapai angka 1,5 juta anak atau mencapai 0,7 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Data dari Biro Pusat Statistik pada 12 Mei 2011 menunjukkan dari 1,5 juta anak itu terdapat 317.016 anak berkebutuhan khusus yang dalam usia sekolah. (arf-dil/diskominfo)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prevalensi anak

berkebutuhan khusus belum diketahui secara pasti, namun masih banyak anak

berkebutuhan khusus yang belum mendapat layanan pendidikan dibanding

dengan anak berkebutuhan khusus yang sudah mendapat layanan pendidikan.

c. Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus

Faktor penyebab terjadinya kelainan pada seseorang sangat

beragam jenisnya. Berdasarkan waktu terjadinya, penyebab keluarbiasaan

secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga kategori sebagai berikut:

1. Prenatal, yaitu penyebab yang terjadi sebelum kelahiran atau waktu janin

masih dalam kandungan. Misalnya: virus rubella, mengalami trauma atau

salah minum obat.

2. Perinatal, yaitu penyebab yang muncul pada saat atau waktu proses

kelahiran, seperti benturan atau infeksi ketika melahirkan, proses

kelahiran dengan penyedotan (divacuum), pemberian oksigen yang

terlampau lama bagi anak yang lahir premature.

Page 26: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

3. Postnatal, yaitu penyebab yang muncul setelah kelahiran, misalnya

terserang penyakit, kecelakaan atau jatuh (I. G. A. K. Wardani, dkk,

2007).

Selaras pendapat tersebut Ellah Siti Chalidah (2005)

mengungkapkan bahwa pada umumnya penyebab terjadinya kelainan

digolongkan dalam tiga macam, yaitu

1. Penyebab saat didalam kandungan atau sebelum kelahiran (prenatal), meliputi: a. kelainan hereditas atau bawaan yang merupakan faktor

genetika b. keracunan pada saat di dalam kandungan c. faktor psikologis d. infeksi dalam kandungan, seperti rubella e. kekurangan gizi f. berbagai penyakit yang disebabkan virus, seperti Shypilis, HIV g. kerusakan biokimia yang menyebabkan abnormalitas

kromosomal h. faktor khusus

2. Faktor saat dilahirkan (natal) a. pendarahan di otak b. asfiksia c. kerusakan bagian otak yang diakibatkan terkena penjepit d. lahir dengan vacum e. sesak napas f. prematuritas

3. Faktor setelah kelahiran (post natal) a. infeksi b. encephalitis c. meningitis d. malnutrisi e. kecelakaan f. perkembangan yang terlambat (hlm. 12-13) Menurut Mohammad Efendi, secara umum faktor penyebab

terjadinya kelainan yaitu:

1. Prenatal, yaitu masa di mana anak masih berada dalam kandungan.

Meliputi: penyakit kronis, diabetes, anemia, kanker, kurang gizi, toxemia,

rh factor, infeksi (rubella, syphilis, toxoplasmosis, dan cytomegalic

Page 27: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

inclusion disease), radiasi, kelainan genetik, kelainan kromosom, obat-

obatan dan bahan kimia yang berinteraksi dengan ibu semasa hamil.

2. Neonatal, yakni masa di mana kelainan itu terjadi pada saat anak

dilahirkan. Meliputi: anak lahir sebelum waktunya (prematurity), lahir

dengan bantuan alat (tang verlossing), posisi bayi tidak normal, analgesia

dan anesthesia, kelahiran ganda, asphyxia.

3. Postnatal, yakni masa dimana kelainan itu terjadi setelah bayi itu

dilahirkan, atau saat anak dalam masa perkembangan. Meliputi: infeksi,

luka, bahan kimia, malnutrisi, deprivation factor dan meningitis, stuip,

dan lain-lain (2006).

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa faktor penyebab terjadinya anak berkebutuhan khusus sangat beragam

yaitu pada saat dalam kandungan (prenatal), saat masa kelahiran (natal), dan

saat masa setelah kelahiran (postnatal).

d. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

Dalam dunia pendidikan, anak berkebutuhan khusus

diklasifikasikan atas beberapa kelompok sesuai dengan jenis kelainan.

Klasifikasi diperlukan untuk kepentingan penanganan baik pendidikan

maupun pengajaran anak berkebutuhan khusus agar memperoleh hasil yang

optimal. Adapun klasifikasi anak berkebutuhan khusus secara garis besar

menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa antara lain:

1. Anak dengan gangguan penglihatan (tunanetra): anak kurang awas (low

vision) dan anak buta (blind)

2. Anak dengan gangguan pendengaran (tunarungu): anak kurang dengar

(hard of hearing) dan anak tuli (deaf)

3. Anak dengan kelainan kecerdasan: anak dengan gangguan kecerdasan/

intelektual dibawah rata-rata (ringan, sedang, berat) dan anak dengan

kemampuan intelegensi di atas rata-rata (gifted dan talented)

Page 28: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

4. Anak dengan gangguan anggota gerak (tunadaksa): anak layuh anggota

gerak tubuh (polio) dan anak gangguan fungsi syaraf otak (cerebral

palsy).

5. Anak dengan gangguan perilaku dan emosi (tunalaras): anak gangguan

perilaku (ringan, sedang, berat) dan anak gangguan emosi (ringan,

sedang, berat).

6. Anak gangguan belajar spesifik

7. Anak lamban belajar (slow learner).

8. Anak autis.

9. Anak ADHD (2007).

Menurut Ellah Siti Chalidah (mengutip simpulan Dembo, 1981),

menggolongkan menjadi sepuluh jenis kelainan antara lain :

1. Tunagrahita (mental retardation) 2. Kesulitan belajar (learning disabilities) 3. Gangguan perilaku atau gangguan emosional (behavior disorder) 4. Gangguan bicara dan bahasa (speech and language disorder) 5. Kerusakan pendengaran (hearing impairment) 6. Kerusakan penglihatan (visual impairment) 7. Kerusakan fisik dan gangguan kesehatan (physical and other

health impairment) 8. Cacat berat atau cacat ganda (severe and multiple handicaps) 9. Berkecerdasan luar biasa tinggi atau berbakat (gifted and talented)

(2005: 20) Lebih lanjut Mohammad Efendi berpendapat bahwa secara

terperinci anak berkelainan dapat dikelompokkan dalam tiga kategori sebagai

berikut:

1. Kelainan fisik

Kelainan fisik adalah kelainan yang terjadi pada satu atau lebih organ

tubuh tertentu. Tidak berfungsinya anggota fisik terjadi pada: a) alat fisik

indera, misalnya kelainan pada indera penglihatan (tunanetra), kelainan

pada indera pendengaran (tunarungu), kelainan pada fungsi organ bicara

(tunawicara); b) alat motorik tubuh, misalnya kelainan otot dan tulang

Page 29: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

(poliomyelitis), kelainan pada sistem saraf di otak yang berakibat

gangguan pada fungsi motorik (cerebral palsy), kelainan anggota badan

akibat pertumbuhan yang tidak sempurna, dan lain-lain.

2. Kelainan mental

Anak berkelainan dalam aspek mental adalah anak yang memiliki

penyimpangan kemampuan berfikir secara kritis dan logis dalam

menanggapi dunia sekitarnya. Kelainan pada aspek mental ini terdiri dari

kelainan pada aspek mental dalam arti lebih (supernormal) dan kelainan

dalam arti kurang (subnormal). Kelainan dalam arti lebih atau anak

unggul, menurut tingkatannya dikelompokkan menjadi: a) anak mampu

belajar dengan cepat (rapid learner), b) anak berbakat (gifted), dan c)

anak genius (extremely gifted). Anak yang berkelainan mental dalam arti

kurang atau tunagrahita terdiri dari: a) anak tunagrahita mampu didik (IQ

50-75), b) anak tunagrahita mampu latih (IQ 25-50), dan c) anak

tunagrahita mampu rawat (IQ 25 ke bawah).

3. Kelainan perilaku sosial

Kelainan perilaku atau tunalaras sosial adalah mereka yang mengalami

kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan, tata tertib, norma

sosial, dan lain-lain. Klasifikasi anak yang termasuk dalam kategori

mengalami perilaku sosial diantaranya anak psychotic dan neurotic, anak

dengan gangguan emosi, dan anak nakal (delinquent). Berdasarkan

sumber terjadinya tindak kelainan perilaku sosial secara penggolongan

dibedakan menjadi, tunalaras emosi dan tunalaras sosial (2006).

Pendapat lain dikemukakan Jamila K.A. Muhammad (mengutip

simpulan Kirk, 1989) juga mengetengahkan kategori kelainan sebagai

berikut :

1. Perbedaan intelektual, termasuk anak-anak yang superior dari segi intelektual dan anak-anak yang berkemampuan mental rendah.

Page 30: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

2. Perbedaan komunikasi, termasuk anak-anak dengan masalah pembelajaran ataupun ketidakmampuan dalam berbahasa dan penuturan.

3. Perbedaan sensorik, termasuk anak-anak dengan ketidakmampuan pendengaran dan penglihatan.

4. Perbedaan tingkah laku, termasuk anak-anak yang mengalami masalah tingkah laku maupun emosi.

5. Keadaan kecacatan serius dan memiliki banyak kecacatan, termasuk anak-anak yang mengalami beberapa kecacatan sekaligus seperti cerebral palsy dan cacat mental, tuli dan buta.

6. Perbedaan fisik, termasuk anak-anak dengan kecacatan yang tidak berkaitan dengan organ sensorik, tetapi menghambat perkembangan fisik dan mobilitas (2008: 39). Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa klasifikasi anak berkebutuhan khusus digunakan dalam penanganan

pendidikan dan pengajaran. Anak berkebutuhan khusus terdiri dari anak

dengan gangguan fisik, mental, sensorik, komunikasi, maupun emosi-sosial.

2. Tinjauan Tentang Pendidikan

a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan memiliki sifat yang sangat kompleks, maka tidak ada

sebuah batasan yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan

secara lengkap. Batasan tentang pendidikan dibuat oleh para ahli beraneka

ragam dan berbeda-beda. Menurut Umar Tirtarahardja dan La Sulo secara

garis besar batasan pendidikan berdasarkan fungsinya sebagai berikut:

1. Pendidikan sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan

sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang

lain.

2. Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan

sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistematik terarah kepada

terbentuknya kepribadian peserta didik.

Page 31: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

3. Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara, pendidikan diartikan

sebagai suatu kegiatan terencana untuk membekali peserta didik agar

menjadi warga negara yang baik.

4. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja, pendidikan diartikan sebagai

kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk

bekerja (2005).

Berbeda dengan pendapat tersebut Arif Rohmat menjelaskan

bahwa secara umum pendidikan merupakan aktivitas interaktif yang sadar dan

terencana yang dilakukan minimal dua orang sebagai fasilitator dan subyek

yang berupaya mengembangkan diri melalui penciptaan suasana belajar dan

proses pembelajaran dengan tujuan mengembangkan potensi dan mencapai

kedewasaan baik secara fisik, psikologik, sosial, emosional, ekonomi, moral,

dan spiritual peserta didik (2009).

Pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik

untuk mencapai suatu tujuan pendidikan (Nana Syaodih Sukmadinata, 2009:

3). Mengenai pendidikan Sudarwan Danim menegaskan bahwa pendidikan

adalah proses interaksi yang mencakup produksi dan distribusi pengetahuan

antara subjek dewasa dengan subjek yang belum dewasa untuk

mengembangkan potensi dan menumbuhkan kedewasaan (2010).

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa pendidikan merupakan kegiatan interaktif antara pendidik dengan

peserta didik untuk mencapai suatu tujuan pendidikan yaitu mengembangkan

potensi dan mencapai kedewasaan baik secara fisik, psikologik, sosial,

emosional, ekonomi, moral, dan spiritual peserta didik.

b. Komponen Pendidikan

Komponen pendidikan adalah semua hal yang berkaitan dengan

jalannya proses pendidikan. Jika salah satu komponen tidak ada maka proses

Page 32: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

pendidikan tidak akan bisa dilaksanakan. Adapun komponen-komponen

pendidikan menurut A. Soedomo Hadi (2005) meliputi:

1. Tujuan pendidikan 2. Pendidik 3. Anak didik 4. Lingkungan 5. Alat pendidikan (hlm. 81)

Menurut Wiji Suwarno komponen-komponen pendidikan secara

garis besar sebagai berikut:

1. Tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai dalam kegiatan

pendidikan. Tujuan pendidikan menurut jenisnya meliputi:

a) Tujuan nasional, yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai suatu

bangsa.

b) Tujuan institusional, yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh

suatu lembaga pendidikan.

c) Tujuan kurikuler, yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh

suatu mata pelajaran tertentu.

d) Tujuan instruksional, yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh

suatu pokok atau sub pokok bahasan tertentu.

2. Peserta didik

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan

potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang,

dan jenis pendidikan tertentu.

3. Pendidik

Pendidik adalah orang yang lebih dewasa yang dengan sengaja

mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan atau tingkat

kemanusiaan yang lebih tinggi.

Page 33: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

4. Alat pendidikan

Alat pendidikan merupakan hal yang memungkinkan dalam terlaksananya

kegiatan pendidikan dan membantu tercapainya tujuan pendidikan. Abu

Ahmadi membedakan alat pendidikan ke dalam kategori:

a) Alat pendidikan positif dan negatif

Alat pendidikan positif merupakan alat yang ditujukan agar anak

mengerjakan sesuatu yang baik, sedangkan alat pendidikan negatif

dimaksudkan agar anak tidak mengerjakan sesuatu yang buruk.

b) Alat pendidikan preventif dan korektif

Alat pendidikan preventif merupakan alat untuk mencegah anak

mengerjakan sesuatu yang tidak baik, sedangkan alat pendidikan

korektif adalah alat untuk memperbaiki kesalahan atau kekeliruan

yang telah dilakukan peserta didik.

c) Alat pendidikan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan

Alat pendidikan yang menyenangkan merupakan alat yang digunakan

agar peserta didik menjadi senang, sedangkan alat pendidikan yang

tidak menyenangkan dimaksudkan sebagai alat yang dapat membuat

peserta didik merasa tidak senang.

5. Lingkungan pendidikan

Lingkungan pendidikan adalah lingkungan yang melingkupi terjadinya

proses pendidikan. Lingkungan pendidikan terdiri dari:

a) Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama.

Keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan

kepribadian anak, karena sebagian besar kehidupan anak berada di

tengah-tengah keluarganya.

b) Lingkungan sekolah

Sekolah adalah lembaga pendidikan yang secara resmi

menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis,

Page 34: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

berencana, sengaja, dan terarah, yang dilakukan oleh pendidik yang

professional, dengan program yang dituangkan ke dalam kurikulum

tertentu dan diikuti oleh peserta didik pada setiap jenjang tertentu,

mulai dari Tingkat Kanak-Kanak (TK) sampai Pendidikan Tinggi

(PT). Sekolah hanya meneruskan dan mengembangkan pendidikan

yang telah diperoleh di lingkungan keluarga sebagai lingkungan

pendidikan informal.

c) Lingkungan masyarakat

Ditinjau dari lingkungan pendidikan, masyarakat disebut sebagai

lingkungan pendidikan nonformal yang memberikan pendidikan

secara sengaja dan berencana kepada seluruh anggotanya, tetapi tidak

sistematis. Masyarakat menerima semua anggota yang beragam untuk

diarahkan pada pencapaian kesejahteraan sosial, jasmani-ruhani, dan

mental-spiritual (2006).

Sehubungan dengan yang dikemukakan para ahli tersebut Umar

Tirtarahardja dan La Sulo menegaskan bahwa proses pendidikan secara rinci

melibatkan:

1. Peserta didik, yaitu subjek yang berusaha mengembangkan diri secara

terus menerus guna memecahkan masalah-masalah hidup yang dijumpai

sepanjang hidup.

2. Pendidik, yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

pendidikan dan bertugas membimbing peserta didik.

3. Interaksi edukatif, yaitu komunikasi timbal balik antara peserta didik

dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan.

4. Tujuan pendidikan, yaitu sesuatu yang hendak dicapai dalam pendidikan.

5. Materi pendidikan, yaitu materi yang dirumuskan dalam kurikulum yang

disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan.

6. Alat dan metode pendidikan, yaitu segala sesuatu yang digunakan dalam

bimbingan yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk

Page 35: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan terdiri dari alat pendidikan

yang bersifat preventif dan yang bersifat kuratif.

7. Lingkungan pendidikan, yaitu tempat peristiwa bimbingan berlangsung,

baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat (2005).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komponen-

komponen pendidikan merupakan semua hal yang berkaitan dengan jalannya

proses pendidikan. Komponen-komponen pendidikan saling berkaitan satu

sama lain dan saling mendukung dalam kegiatan pembelajaran diantaranya

peserta didik, pendidik, tujuan pendidikan, materi pendidikan, alat dan metode

pendidikan, lingkungan pendidikan, dan lain sebagainya.

c. Jenis Pendidikan

Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada

kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Menurut pendapat

Arif Rohmat secara umum jenis-jenis pendidikan antara lain:

1. Pendidikan umum, yaitu pendidikan yang mengutamakan perluasan

pengetahuan dan peningkatan keterampilan peserta didik dengan

pengkhususan yang diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir masa

pendidikan.

2. Pendidikan kejuruan, yaitu pendidikan yang mempersiapkan peserta didik

untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.

3. Pendidikan akademik, yaitu pendidikan yang diarahkan pada penguasaan

ilmu pengetahuan.

4. Pendidikan profesi, yaitu pendidikan yang diarahkan pada kesiapan

penerapan keahlian tertentu.

5. Pendidikan kedinasan, yaitu pendidikan yang berfungsi meningkatkan

kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi

pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen atau lembaga

pemerintah nondepartemen.

Page 36: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

6. Pendidikan keagamaan, yaitu pendidikan yang mengutamakana

penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan.

7. Pendidikan khusus, yaitu pendidikan bagi peserta didik yang memiliki

tingkat kesullitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan

fisik, emosional, mental, sosial, dan/ atau memiliki potensi kecerdasan dan

bakat istimewa.

8. Pendidikan layanan khusus, yaitu pendidikan bagi peserta didik di daerah

terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/ atau

mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi

ekonomi (2009).

Adapun jenis program pendidikan menurut A. Soedomo Hadi

(2005) meliputi:

1. Pendidikan Umum 2. Pendidikan Kejuruan 3. Pendidikan Luar Biasa 4. Pendidikan Kedinasan 5. Pendidikan Keagamaan 6. Pendidikan Akademik 7. Pendidikan Profesional (hlm. 134)

Lebih lanjut Umar Tirtarahardja dan La Sulo juga mengemukakan

secara garis besar jenis-jenis program pendidikan sebagai berikut:

1. Pendidikan umum, yaitu pendidikan yang mengutamakan perluasan

pengetahuan dan peningkatan keterampilan peserta didik dengan

pengkhususan yang diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir masa

pendidikan.

2. Pendidikan kejuruan, yaitu pendidikan yang mempersiapkan peserta didik

untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.

3. Pendidikan luar biasa, yaitu pendidikan yang diselenggarakan untuk

peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan mental.

Page 37: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

4. Pendidikan kedinasan, yaitu pendidikan khusus yang diselenggarakan

untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan

tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen

atau lembaga pemerintah nondepartemen.

5. Pendidikan keagamaan, yaitu pendidikan khusus yang mengutamakana

penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama (2005).

Berbeda dengan pendapat tersebut Suprijanto secara rinci

menyebutkan jenis-jenis pendidikan meliputi:

1. Pendidikan masal yaitu pendidikan yang terdapat di masyarakat dengan

sasaran indivudu yang mengalami keterlantaran pendidikan.

2. Pendidikan masyarakat yaitu pendidikan yang ditujukan bagi persekutuan-

persekutuan hidup sehingga mereka mempunyai pandangan, sikap,

kebiasaan, dan kemampuan tertentu yang pelaksanaannya melalui

penyuluhan dan penyempurnaan lembaga dan prosesnya melalui

pembelajaran.

3. Pendidikan dasar yaitu pendidikan yang ditujukan untuk meningkatkan

perikehidupan masyarakat, di bidang sosial ekonomi melalui pendidikan

minimum.

4. Penyuluhan yaitu suatu gerakan pendidikan, bimbingan, dan penyuluhan

kepada masyarakat yang dilakukan oleh lembaga pendidikan tinggi/

kejuruan menengah bekerja sama dengan instansi pemerintah yang

relevan.

5. Pengembangan masyarakat yaitu suatu usaha agar masyarakat mampu

menolong diri sendiri untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

6. Masyarakat belajar yaitu warga masyarakat secara aktif menggali

pengalaman belajar di dalam setiap segi kehidupannya melalui membaca

buku, majalah, surat kabar, mendengar radio atau melihat TV, dan

mencari pengetahuan apa pun, di mana pun, dari siapa pun, dan kapan

pun.

Page 38: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

7. Pendidikan seumur hidup yaitu proses pendidikan yang berlangsung

sepanjang hidup manusia, tidak mengenal usia dan diperoleh di mana saja

(2007).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis

pendidikan sangat beraneka ragam yang didasarkan pada kekhususan tujuan

pendidikan yang akan dicapai.

d. Jalur Pendidikan

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk

mengembangkan potensi diri untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu

proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Menurut pendapat

Arif Rohmat secara singkat jalur pendidikan meliputi :

1. Pendidikan formal

Pendidikan formal umumnya menunjuk pada pendidikan persekolahan

(Sanapiah Faisal, 1981). Karakteristik pendidikan formal ini antara lain

sudah terstandardisasi dalam wujud legalitas formalnya, jenjang-

jenjangannya, lama belajarnya, paket kurikulumnya, persyaratan unsur-

unsur pengelolaannya, persyaratan usia dan tingkat kemampuan

enrolmentnya, perolehan dan keberartian nilai dari kredensialnya,

prosedur evaluasi hasil belajarnya, dan sekuensi penyajian materi dan

latihan-latihannya.

2. Pendidikan nonformal

Pendidikan nonformal memiliki karakteristik antara lain paket

pendidikannya berjangka pendek, setiap program pendidikannya

merupakan suatu paket yang sangat spesifik dan biasanya lahir dari

kebutuhan yang mendadak, persyaratan enrolmentalnya lebih fleksibel

baik usia maupun tingkat kemampuan, persyaratan unsur-unsur

pengelolanya lebih fleksibel, sekuensi materi pelajaran lebih luwes, tidak

berjenjang kronologis, serta perolehan dan keberartian nilai kredensialnya

Page 39: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

tidak begitu terstandardisir. Misalnya, lembaga-lembaga kursus dan

pelatihan di masyarakat.

3. Pendidikan informal

Pendidikan informal merupakan pendidikan yang tidak terorganisir secara

struktural dan tidak terdapat penjenjangan kronologis, tidak mengenal

adanya kredensial, lebih merupakan pengalaman belajar individual-

mandiri, dan pembelajarannya sangat natural seperti lembaga keluarga

(2009).

Sama halnya dengan pendapat tersebut Suprijanto menyebutkan

jalur- jalur pendidikan secara terinci yaitu:

1. Pendidikan formal, yaitu pendidikan sistem persekolahan yang

penyelenggaraannya disengaja, berstruktur, dan berjenjang.

2. Pendidikan nonformal, yakni pendidikan luar persekolahan yang jarang

berjenjang dan tidak berketentuan ketat.

3. Pendidikan informal mencakup jalur pendidikan keluarga dan lingkungan

yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri (2007).

Pendapat lain dikemukakan A. Soedomo Hadi menyebutkan secara

garis besar jalur pendidikan terdiri dari pendidikan sekolah dan pendidikan

luar sekolah (2005). Pendidikan sekolah, yaitu pendidikan yang dilaksanakan

di sekolah melalui kegiatan belajar-mengajar yang diprogramkan secara

teratur, berjenjang dan bersifat kesinambungan. Pendidikan luar sekolah, yaitu

pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah.

Selaras dengan pendapat tersebut Umar Tirtarahardja dan La Sulo

menegaskan bahwa umumnya penyelenggaraan sisdiknas dilaksanakan

melalui dua jalur yaitu

1. Jalur pendidikan sekolah, merupakan pendidikan yang diselenggarakan di

sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan

berkesinambungan.

Page 40: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

2. Jalur pendidikan luar sekolah, yaitu pendidikan yang bersifat

kemasyarakatan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan

yang tidak berjenjang dan tidak berkesinambungan (2005).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jalur

pendidikan merupakan alternatif bagi peserta didik untuk mengikuti

pendidikan. Secara garis besar jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal,

nonformal, dan informal.

3. Tinjauan Tentang Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

a. Pengertian Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Istilah pendidikan kebutuhan khusus (special needs education)

fokus kepada hambatan belajar dan kebutuhan anak. Pendidikan khusus

adalah pengajaran yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan

murid-murid khusus untuk membantu mereka dalam mencapai kemandirian

dan keberhasilan hidup yang memuaskan (Jamila K.A. Muhammad, 2008).

Selain itu, pendidikan khusus memberikan dukungan baik aspek

ketenagaannya, sarana dan prasarana, strategi pembelajarannya, maupun

berbagai pendekatan yang dilakukan termasuk evaluasi pembelajaran (Joppy

Liando dan Aldjon Dapa, 2007).

Lebih lanjut Zaenal Alimin (mengutip simpulan Miriam, 2001)

mengatakan bahwa secara garis besar pendidikan kebutuhan khusus adalah

layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus baik yang bersifat

permanen maupun temporer, dan sangat fokus pada hambatan belajar dan

kebutuhan anak secara individual serta berfungsi untuk meminimalkan

munculnya hambatan-hambatan belajar dan hambatan perkembangan

sehingga anak dapat berkembang optimal (2008).

Selaras dengan pendapat tersebut Mega iswari menegaskan bahwa

secara garis besar pendidikan anak-anak dengan kebutuhan khusus dirancang

Page 41: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

untuk membekali anak-anak dengan kebutuhan khusus dengan kecakapan

hidup guna memecahkan dan mengatasi problema kehidupan serta diarahkan

untuk kehidupan anak (2007).

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa pendidikan anak berkebutuhan khusus adalah pendidikan yang

dirancang untuk membekali anak berkebutuhan khusus dengan kecakapan

hidup guna mencegah atau meminimalkan munculya hambatan-hambatan

belajar dan hambatan perkembangan sehingga anak dapat berkembang

optimal.

b. Model-Model Layanan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Model layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus

disesuaikan dengan jenis tingkat kebutuhan khusus seorang anak. Adapun

model-model layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus di tinjau dari

setting penyelenggaraannya, sebagai berikut:

1. Model pendidikan segregrasi

Model pendidikan segregrasi merupakan model pendidikan

yang paling kuno dan tertua. Model layanan dengan setting pendidikan

segregrasi dilakukan melalui Sekolah Luar Biasa (SLB). Sekolah

segregrasi merupakan sekolah yang secara khusus yang ditujukan untuk

setiap jenis kecacatan tertentu dan dikembangkan atas dasar karakteristik

anak berkebutuhan khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya (Sri

Widati, dkk, 2010).

Model segregrasi menempatkan anak berkelainan di sekolah-

sekolah khusus, terpisah dari teman sebayanya (Choirul Amin, 2010).

Pendapat lain dikemukakan Joppy Liando dan Aldjo Dapa (2007)

mengenai model pendidikan segregrasi bahwa:

Pada model ini layanan Pendidikan Khusus yang diberikan di sekolah-sekolah khusus, atau dikenal dengan sekolah luar biasa

Page 42: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

(SLB) atau TKLB sampai SMLB. Karakteristik dari sekolah ini antara lain adalah keterpisahan dan sekolah bagi anak normal, dengan kurikulum, guru, media pembelajaran, dan sarana prasarana yang berbeda (hlm. 80).

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa model

pendidikan segregrasi merupakan model pendidikan yang memisahkan

anak berkebutuhan khusus dengan anak normal.

Sekolah tersebut ada yang berasrama (resident) dan ada yang

tidak berasrama (daily school) (Tin Suharmini, 2005: 223). Hal ini

berarti bahwa dalam sistem segregrasi terdapat model penempatan sekolah

berasrama dan tidak berasrama.

2. Model pendidikan integrasi

Layanan dalam bentuk terpadu atau integrasi menyediakan

pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah yang sama dengan

anak normal. Menurut Sri Widati, dkk bahwa dalam sistem pendidikan

integrasi, anak berkebutuhan khusus mempunyai kesempatan untuk

mengikuti pendidikan di sekolah reguler bersama anak-anak pada

umumnya dengan memenuhi persyaratan tertentu (2010). Dengan kata

lain mereka dapat sekolah di sekolah regular jika mampu menyesuaikan

diri dengan sistem yang ada di sekolah tersebut.

Model pendidikan integrasi seperti diungkapkan Tin Suharmini

yaitu pada model ini anak-anak berkebutuhan khusus dilayani

pendidikannya dengan cara mengintegrasikan dengan sekolah umum dan

anak harus menyesuaikan diri dengan sistem pendidikan yang ada (2005).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model

pendidikan integrasi adalah model pendidikan yang mengintegrasikan

anak berkebutuhan dengan anak normal di sekolah reguler dengan

persyaratan anak berkebutuhan khusus mampu menyesuaikan diri dengan

sistem sekolah yang ada.

Page 43: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Adapun model-model penempatan anak berkebutuhan khusus

dalam sistem integrasi. Seperti diungkapkan Sri Widati, dkk (2010) bahwa

sistem integrasi untuk ABK di sekolah regular atas dasar tingkat

keterpaduannya meliputi tujuh level, yaitu:

1) ABK di kelas reguler dengan atau tanpa bantuan dan layanan khusus, 2) ABK di kelas reguler dengan dukungan pelajaran tambahan, 3) ABK di kelas reguler dengan waktu tertentu di kelas khusus, 4) ABK di sekolah reguler tetapi belajar di kelas khusus, 5) ABK di sekolah khusus, 6) ABK belajar di rumah dengan tugas-tugas yang dirancang oleh sekolah, 7) ABK belajar di tempat perawatan khusus seperti rumah sakit dengan tugas-tugas disediakan oleh pihak-pihak terkait seperti pekerja sosial, dokter, dan lain-lain (hlm. 193).

Angela Valeo (2008) dalam Internasional Jurnal of Special

Education vol 23 No. 2 mengemukakan sebagai berikut

Integration/mainstreaming can be defined as the placement of learners with disabilities in regular classes on a full-time or part-time basis with typically developing peers. In this model special education support services can be delivered inside of the regular classroom, but more typically involve sending the student out of the regular class during some part of the school day to receive special instruction (Bunch, Finnegan, Humphries, Doré, & Doré, 2005).

Selaras dengan pendapat di atas menurut Wahyu Sri Ambar

Arum (mengutip simpulan tim dosen MKDK UNJ, 2002), ada beberapa

bentuk keterpaduan yang dapat dikemukakan, yaitu:

a. Hanya oleh guru kelas biasa (Regular Classroom Only)

Pada kelas ini anak luar biasa ditempatkan pada kelas biasa adalah

anak luar biasa yang termasuk paling ringan, sehingga tidak

memerlukan layanan pendidikan khusus maupun guru pembimbing

khusus.

Page 44: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

b. Guru Kelas Biasa dan Guru Konsultan (Regular Classroom and

Consultant Teacher)

Dalam keterpaduan ini, anak luar biasa ditempatkan di kelas biasa

belajar bersama dengan teman sekelasnya dengan dibantu guru

konsultan, yang berfungsi sebagai konsultan bagi guru kelas untuk

memahami dan menangani masalah yang berkaitan dengan anak luar

biasa serta memberikan saran kepada guru kelas biasa/ guru bidang

studi mengenai metoda atau pendekatan pengajaran yang sesuai

dengan kebutuhan anak luar biasa.

c. Guru Kelas Biasa dan Guru Kunjung (Regular Classroom and

Intinerent Teacher)

Dalam keterpaduan ini anak luar biasa belajar di kelas biasa bersama

anak biasa (normal) dengan bantuan guru kunjung. Yang menjadi guru

kunjung adalah guru pembimbing khusus yang mengunjungi sekolah/

kelas tersebut untuk memberikan bantuan, sebagai guru konsultan bagi

guru kelas/ bidang studi, serta memberikan layanan pendidikan khusus

bagi anak luar biasa.

d. Kelas Biasa Dengan Ruang Sumber (Regular Classroom and

Resource Room)

Dalam bentuk keterpaduan ini anak luar biasa belajar di kelas biasa

dengan bantuan ruang sumber, yaitu ruang khusus yang menyediakan

berbagai fasilitas untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi

anak luar biasa sewaktu belajar di kelas biasa.

e. Kelas Khusus Part-Time (Part-Time Special Class)

Pada keterpaduan ini anak luar biasa belajar di kelas khusus di bawah

bimbingan guru pembimbing khusus dengan menggunakan metoda

dan pendekatan yang dilakukan di SLB (Sekolah Luar Biasa). Tetapi

untuk berbagai hal yang memungkinkan anak luar biasa dapat

mengikuti kegiatan tersebut di kelas biasa bersama anak normal/ biasa.

Page 45: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

f. Kelas Khusus Tetap di Sekolah Biasa (Self Contained Special Class)

Pada bentuk keterpaduan ini anak luar biasa belajar sepenuhnya di

kelas khusus sesuai program yang ada di SLB dengan guru

pembimbing khusus sebagai pelaksana programnya. Anak luar biasa

berintegrasi pada waktu tertentu seperti pada waktu upacara, olah raga,

mengikuti perayaan-perayaan, widyawisata, dan sebagainya (2005).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berbagai

macam bentuk keterpaduan dalam model pendidikan integrasi diperlukan

agar kebutuhan pendidikan anak berkebutuhan khusus dapat terpenuhi

secara optimal.

3. Model pendidikan inklusi

Pendidikan inklusi merupakan konsekuensi dari kebijakan

global Education for All (Pendidikan untuk Semua) yang dicanangkan

UNESCO sejak tahun 1990. Kebijakan Education for All merupakan

upaya mewujudkan hak asasi manusia dalam pendidikan yang

dicanangkan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.

Berkaitan dengan pendidikan inklusi, Munawir Yusuf dan R.

Indianto (2010) menyebutkan bahwa,

Pendidikan inklusi dimaksudkan sebagai sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan ABK belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Semangat penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah memberikan kesempatan atau akses yang seluas-luasnya kepada semua anak untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik tanpa diskriminasi (hlm. 138).

kesempatan untuk belajar di sekolah umum. Sekolah menampung anak

mini, 2005: 223).

Pendidikan inklusif merupakan pendidikan yang responsif terhadap

keberagaman karakteristik dan kebutuhan anak dengan didasarkan pada

Page 46: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

hak asasi, model sosial, dan sistem yang disesuaikan pada anak (Sri

Widati, dkk 2010)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model

pendidikan inklusi adalah model pendidikan yang memberi kesempatan

kepada anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak normal di

sekolah regular.

(2008) dalam Internasional

Jurnal of Special Education Vol 23 No.1 mengemukakan bahwa

Implementation of inclusion in the current practice requires that teachers be primarily responsible for educating all the children in the classroom (Jenkins, Pious, Jewell, 1990). In creating the inclusive learning environment, teachers should establish a partnership with special educators in making the necessary adaptations to the curriculum and teaching strategies in a manner that will allow for learning in such a diverse group of learners (Friend, Bursuck, 1996).

Penyediaan layanan pendidikan yang layak bagi anak

berkebutuhan khusus harus disesuaikan dengan kebutuhan individualnya.

ilih yang paling bebas diantara a)

Kelas regular (inklusi penuh), b) Kelas regular dengan cluster, c) Kelas

regular dengan pull out, d) Kelas regular dengan cluster dan pull out, e)

Hal ini berarti bahwa dalam model pendidikan inklusi, anak

berkebutuhan khusus mendapatkan berbagai layanan pembelajaran/

penempatan yang disesuaikan dengan kebutuhan pendidikannya untuk

mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang dialami anak.

Page 47: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

4. Tinjauan Tentang Perluasan Akses Pendidikan Bagi Anak

Berkebutuhan Khusus

a. Hakekat Perluasan Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia yang selalu ingin berkembang dan berubah. Dalam rangka

memperluas kesempatan untuk memperoleh pendidikan, perlu dilanjutkan

usaha penyediaan fasilitas pendidikan untuk menampung anak-anak usia

sekolah. Usaha tersebut perlu menjangkau anak berkebutuhan khusus yang

kurang dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan yang tersedia, agar mereka

pun mendapat kesempatan belajar dan kesempatan meningkatkan

keterampilan.

Dalam memberi hak dan kesempatan, perlu adanya kesamaan bagi

setiap rakyat tanpa ada diskriminasi (Ki Hadjar Dewantara, 2009). Oleh

karena itu, pemerintah bersama masyarakat bertanggung jawab pada segala

hal yang berkaitan dengan keberhasilan pendidikan termasuk dalam upaya

memperluas akses pendidikan bagi semua anak.

Pemerataan pendidikan perlu diikuti dengan mutu pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu komitmen untuk melakukan

investasi SDM untuk menumbuhkan dan mengembangkan daya kemampuan

hidup mereka seoptimal mungkin (A. Malik Fadjar, 2005). Hal ini seperti

diungkapkan Isjoni bahwa peningkatan kualitas pendidikan harus

diprioritaskan karena hanya manusia yang berkualitas saja yang bisa bertahan

hidup di masa depan (2008).

Berkaitan dengan akses pendidikan anak berkebutuhan khusus

bahwa

Untuk kepentingan semua warga negara, anak-anak luar biasa baik yang termasuk penyandang cacat (disable child) dan mereka yang memiliki kemampuan intelektual rendah (slow learners) maupun mereka yang termasuk berkemampuan intelektual luar biasa (gifted),

Page 48: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

perlu mengembangkan kemampuan mereka secara maksimal (Hasballah M. Saad, 2000: 38).

Lebih lanjut Dewi Sri Rejeki dan Hermawan (2010) menegaskan

bahwa:

Anak berkebutuhan khusus berhak atas PK-PLK, oleh karena mereka memiliki kelainan fisik dan atau mental yang memerlukan pendidikan khusus, sedangkan ABK yang berada di sekolah inklusi berhak mendapat pendidikan layanan khusus, karena dalam kondisi tertentu ABK dapat mengalami gangguan psikis akibat lingkungan yang heterogen dan belum sepenuhnya menjadi sekolah yang ramah bagi ABK (hlm. 151).

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perluasan

kesempatan pendidikan khusus bagi anak berkebutuhan khusus sangatlah

penting guna mengembangkan kemampuan mereka secara optimal dan

meningkatkan kualitas sumber daya mereka. Masyarakat dan pemerintah

berperan penting atas perluasan kesempatan pendidikan khususnya dalam

penyedian fasilitas pendidikan.

b. Dasar Perluasan Akses Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Pembangunan pendidikan merupakan salah satu prioritas utama

dalam agenda pembangunan nasional. Pembangunan pendidikan sangat

penting karena perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di

berbagai bidang kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Sebagaimana

diamanatkan oleh UUD 1945, pendidikan nasional harus menjadi wahana dan

sarana meningkatkan kecerdasan bangsa berkelanjutan dalam kerangka

pendidikan sepanjang hayat (A. Malik Fadjar, 2005: 63).

Ketetapan MPR mengamanatkan pengupayaan perluasan dan

pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi

seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia berkualitas

Page 49: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti (Sam M. Chan

dan Tuti T. Sam, 2005: 131).

Secara garis besar pendidikan untuk semua (Education for All)

memuat pasal-pasal tentang memenuhi kebutuhan dasar, pembentukan visi

yang diperluas meliputi kesempatan belajar semesta (universal) dan

pengembangan kesamaan (pemerataan dan persamaan), pemusatan pada

pembelajaran, perluasan alat dan lingkup pendidikan dasar, dan

pengembangan lingkungan belajar (A. Malik Fadjar, 2005: 251).

Prinsip yang dijadikan pedoman dalam kerangka aksi (Salamanca

Statements) adalah bahwa sekolah seyogyanya mengakomodasi semua anak

tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial, emosi, linguistik, atau pun

kondisi-kondisi lainnya (Parwoto, 2007:10).

Secara garis besar dasar perluasan pendidikan bagi anak

berkebutuhan khusus sebagai berikut:

1. UUD 1945 pasal 31 (ayat 1 dan 2).

2. UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3, pasal

5 (ayat 1, 2, 3, 4), pasal 23 (ayat 1 dan 2), dan pasal 61 (ayat 1, 2, 3).

3. UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak pasal 48, pasal 49,

pasal 51, pasal 52, dan pasal 53.

4. UU No.4 Tahun 1997 tentang penyandang cacat pasal 5 dan pasal 6.

5. Visi dan misi pendidikan (Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa

2009).

Menurut Ki Hadjar Dewantara bahwa sebagai negara kesatuan,

maka seluruh rakyat indonesia harus ada kesatuan pendidikan dan pengajaran

dalam arti kesamaan dalam hak-hak dan kesempatan-kesempatan untuk

menuntut pelajaran/ mendapatkan pendidikan (2009). Dalam UUD pasal 31

mengandung tujuan pentingnya kewajiban belajar serta keharusan mendasar

segala usaha pendidikan dan pengajaran pada dasar kebangsaan.

Page 50: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan

mempunyai peranan penting dalam pembangunan bangsa sehingga perlu

diupayakan bagi seluruh rakyat indonesia sebagaimana telah diatur dalam

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia dan Ketetapan MPR. Selain itu,

perluasan pendidikan juga didasarkan pada Pernyataan Salamanca yang

memuat pendidikan bagi semua (Education for All).

B. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir merupakan alur penalaran yang didasarkan pada

masalah penelitian. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami

gangguan fisik, mental, atau emosi atau kombinasi dari gangguan-gangguan

tersebut, baik bersifat permanen maupun temporer sehingga mereka memerlukan

layanan yang spesifik dalam pendidikan yang berbeda dengan anak pada

umumnya.

Secara garis besar anak berkebutuhan khusus meliputi anak dengan

gangguan penglihatan (tunanetra), anak dengan gangguan pendengaran

(tunarungu), anak dengan gangguan bicara (tunawicara), anak dengan gangguan

fungsi anggota tubuh (tunadaksa), anak dengan kemampuan mental rendah

(tunagrahita), anak dengan gangguan perilaku dan emosi (tunalaras), anak autis,

anak tunaganda, anak berkesulitan belajar, anak lambat belajar, anak cerdas

(gifted) dan anak berbakat (talented).

Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus bertujuan membantu

mereka agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan

sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal

balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat

mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan

lanjutan serta memiliki budi pekerti luhur.

Page 51: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Sebagian besar anak berkebutuhan khusus belum mendapatkan

layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya karena berbagai faktor

ekonomi, geografis, sosial psikologis, pengetahuan, dan kesadaran sehingga

potensi yang dimiliki mereka tidak berkembang optimal. Oleh karena itu, anak

berkebutuhan khusus memerlukan model layanan pendidikan guna meningkatkan

perluasan akses pendidikan bagi mereka. Dengan penyediaan model layanan

pendidikan yang sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing-masing

individu, maka anak berkebutuhan khusus dapat mengembangkan potensi yang

dimiliki secara optimal.

Adapun kerangka pemikiran dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

Anak berkebutuhan khusus tidak mendapat

layanan pendidikan

Kemampuan meningkat

Faktor pengetahuan

Faktor sosial psikologis

Faktor geografis

Faktor ekonomi

Faktor kesadaran

Mendapat kesempatan pendidikan (model

layanan pendidikan)

Kemampuan rendah

Page 52: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen.

Kecamatan Sidoharjo terletak di sebelah barat Ibukota Kabupaten Sragen. Dimana

jarak Kecamatan dengan Ibukota Kabupaten Sragen sekitar 4,7 Km dan dari Kota

Solo berjarak 25,5 Km. Pemilihan tempat tersebut didasarkan atas pertimbangan

belum adanya model layanan pendidikan segregrasi (SLB) dan inklusi di

Kecamatan Sidoharjo

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai pertengahan bulan Mei

2012.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan Februari

Bulan Maret Bulan April Bulan Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Pengajuan

judul

2. Penyusunan proposal

3. Mengurus perijinan

4. Pembuatan instrument

5. Persiapan penelitian

6. Pengumpulan data

7. Pengolahan data

8. Penyusunan laporan

Page 53: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian

ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Menurut

Moleong (mengutip simpulan Bogy dan Tylor) yang dimaksud dengan

pendekatan kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati (2005).

Tujuan dari pendekatan kualitatif deskriptif adalah menggambarkan

atau mendeskripsikan keadaan atau fenomena. Tujuan dari penelitian ini adalah

mendeskripsikan data yang sesuai dengan keadaan di lapangan tanpa adanya

manipulasi data atau menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.

Pendekatan ini diharapkan mampu mendeskripsikan data tentang model layanan

dalam perluasan akses pendidikan anak bekebutuhan khusus di Kecamatan

Sidoharjo Kabupaten Sragen.

C. Data dan Sumber Data

Jenis data menunjuk data apa saja yang menjadi fokus penelitian. Data

data

merupakan benda, hal, atau tempat peneliti mengamati, membaca, atau bertanya

-sumber data dalam

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Informan

Informan yaitu orang yang benar-benar mengetahui secara mendalam tentang

obyek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi informan yang sekiranya

dapat memberikan data yang diperlukan adalah orang tua anak berkebutuhan

khusus dan Dinas Pendidikan.

2. Tempat dan peristiwa

Tempat dan peristiwa menjadi sumber data karena dalam pengamatan yang

dilakukan harus sesuai dengan konteksnya dan setiap situasi melibatkan

Page 54: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

tempat dan peristiwa. Adapun tempat yang menjadi tempat dalam penelitian

ini adalah desa di Kecamatan Sidoharjo. Sedangkan peristiwa yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu akses pendidikan anak berkebutuhan khusus.

3. Dokumen

Dokumen yang digunakan yaitu dokumen yang relevan dengan akses

pendidikan anak berkebutuhan khusus.

D. Teknik Sampling (Cuplikan)

Teknik sampling merupakan metode pengambilan sampel untuk

menentukan sampel yang akan dipergunakan dalam suatu penelitian. Dalam

penelitian kualitatif, teknik sampling yang digunakan yaitu non-probability

sampling. Menurut Haris Herdiansyah, non-probability sampling merupakan

metode sampling yang setiap individu atau unit dari populasi tidak memiliki

kemungkinan yang sama untuk dipilih (2010).

Teknik non-probability sampling yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sampling bola salju (snowball sampling). Teknik ini digunakan karena

peneliti tidak membatasi atau menyeleksi jumlah informan. Fenomena yang

diteliti dapat berkembang menjadi lebih dalam dan lebih luas dari yang ditentukan

sebelumnya serta subjek penelitian yang terlibat menjadi bertambah.

E. Pengumpulan Data

-cara yang dapat digunakan

penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan bertanya jawab antara pewawancara dengan

informan secara bertatap muka untuk mengetahui informasi yang mendalam

dari informan (Burhan Bungin, 2008). Dalam penelitian ini peneliti sudah

Page 55: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

mempersiapkan daftar pertanyaan. Wawancara dilakukan dengan pertanyaan

yang mengarah ke dalam informasi.

2. Observasi

Muhammad Idrus (2007)

(hlm. 126). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode obeservasi non

partisipasi dimana peneliti berada di luar obyek yang diteliti dan tidak ikut

dalam kegiatan yang mereka lakukan.

3. Dokumen

Disamping teknik tersebut di atas juga digunakan teknik pendukung yaitu

teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi adalah merupakan salah satu teknik

pengumpulan data melalui keterangan-

Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa data yang relevan

dengan akses pendidikan anak berkebutuhan khusus

F. Uji Validitas Data

Validitas merupakan keakuratan atau kesahihan data yang

dikumpulkan yang selanjutnya akan dianalisa dan ditarik kesimpulan pada akhir

penelitian. Menurut Moleong, terdapat empat kriteria yang digunakan sebagai

penetapan keabsahan data dalam penelitian kualitatif, yaitu derajat kepercayaan

(credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan

kepastian (confirmability) (2005).

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

triangulasi. Menurut Moleong (2005), riangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain . Menurut Haris

Herdiansyah (mengutip simpulan Denzin) terdapat empat tipe triangulasi yang

dapat digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu triangulasi teori, triangulasi

metodologi, triangulasi data, dan triangulasi observer (2010). Dalam penelitian ini

Page 56: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

menggunakan triangulai sumber/ data dan triangulasi metode sebagai teknik

pemeriksa keabsahan data.

Peneliti dalam penelitian ini melakukan triangulasi sumber dengan cara

sebagai berikut:

1. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara tentang

pelaksanaan model layanan dalam rangka perluasan akses pendidikan anak

berkebutuhan khusus.

2. Membandingkan hasil wawancara tersebut dengan data yang terdapat dalam

dokumen.

Peneliti dalam penelitian ini melakukan triangulasi metode dengan cara

sebagai berikut:

1. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik

pengumpulan data.

2. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang

sama.

G. Analisis Data

Menurut Sugiyono (mengutip simpulan Bogdan), secara garis besar

analisis data kualitatif adalah suatu proses mencari dan menyusun data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,

dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami diri sendiri maupun orang

lain (2009).

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisa data yang bersifat

kualitatif dengan metode analisa interaktif. Penyajian data sebagai kumpulan

informasi yang tersusun memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan

dan pengambilan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa

kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan adanya penerapan

Page 57: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

metode kualitatif, maka dapat dikatakan merupakan ciri yang dilakukan secara

deskriptif.

H. Prosedur penelitian

Kegiatan penelitian ini seluruhnya direncanakan sebagai berikut:

1. Tahap pra penelitian

a. Menyusun rancangan penelitian

b. Memilih tempat penelitian

c. Mengurus ijin

d. Menjajaki dan menilai tempat penelitian

e. Memillih informan

f. Menyiapkan perlengkapan penelitian

2. Tahap pelaksanaan penelitian

a. Memasuki lokasi penelitian

b. Mengumpulkan data dari informan

3. Analisis data

Dalam tahap ini peneliti melakukan kegiatan yang berupa mengatur

dan mengorganisasikan data. Kemudian setelah data terkumpul, data dianalisa

untuk mengetahui permasalahan yang diteliti sehingga dapat ditentukan tema

dan dirumuskan dengan sementara.

4. Tahap penulisan laporan

Setelah tahap analisa data selesai, langkah berikutnya adalah menarik

kesimpulan dari permasalahan yang diteliti kemudian hasil penelitian nantinya

akan ditulis dalam bentuk skripsi.

Page 58: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian/ Objek Penelitian

1. Keadaan Wilayah

Sidoharjo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sragen, Provinsi

Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan Sidoharjo terletak di sebelah barat Ibukota

Kabupaten Sragen. Dimana jarak Kecamatan dengan Ibukota Kabupaten Sragen

sekitar 4,7 Km dan dari Kota Solo berjarak 25,5 Km. Kecamatan Sidoharjo terdiri

atas 12 desa yang terbagi dalam 36 Kebayanan. Desa tersebut adalah: Sidoharjo,

Jetak, Singopadu, Jambanan, Pandak, Sribit, Tenggak, Taraman, Patihan,

Duyungan, Purwosuman, dan Bentak.

Batas batas wilayah sidoharjo sebagai berikut :

a. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sragen.

b. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Masaran.

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Karangmalang.

d. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Tanom.

Luas wilayah Kecamatan Sidoharjo adalah 4.588,98 Ha. Luas tersebut

terbagi atas 623 Ha berupa irigasi, 1.097,80 Ha berupa sawah tadah hujan,

2.384,53 Ha berupa tanah kering, 309,34 Ha berupa tanah hutan, 8,83 Ha berupa

lapangan, 25,86 Ha berupa kuburan, dan 96,96 Ha berupa lain-lain.

Kondisi tanah di wilayah kecamatan Sidoharjo berada pada 31

ketinggian 89-100 m di atas permukaan laut relatif datar dan pada umumnya

berstruktur litosol dengan curah hujan rata-rata 23-29 mm/tahun dengan suhu

rata-rata 23-31 derajat celsius.

Page 59: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

2. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk kecamatan Sidoharjo per 31 Maret 2007 adalah

51.085 jiwa yang terdiri atas penduduk laki-laki sejumlah 25.159 jiwa dan

perempuan sejumlah 25.926 jiwa yang terbagi dalam 17.055 KK dengan

kepadatan rata-rata 13.146 jiwa/ Km2.

Tingkat heterogenitas masyarakat Kecamatan Sidoharjo cukup tinggi

terutama dilihat dari variatifnya pemeluk agama. Kehidupan antara pemeluk

sangatlah beragam dengan menerapkan Falsafah Tri Kerukunan Beragama.

Aktifitas masyarakat Kecamatan Sidoharjo cukup dinamis dan

cenderung mengarah kompetitif. Dibalik budaya masyarakat yang konsumtif

masih tetap dipertahankan cenderung melekat kehidupan masyarakatnya, hal ini

terbukti masih banyaknya pesta/ hajatan dikalangan masyarakat.

3. Sarana pendidikan

Di Kecamatan Sidoharjo terdapat 34 SD dan 5 MI, 2 SMP dan 1 MTs.

Sekolah-sekolah tersebut terdiri dari sekolah negeri dan sekolah swasta. Sekolah

tersebut tersebar di seluruh kelurahan. Sarana pendukung kompetensi siswa di

Kecamatan Sidoharjo cukup memadai. Demikian juga untuk SMP dan MTS.

Untuk sekolah dasar, dari 34 SD/MI yang ada kesemuanya sudah mempunyai

perpustakaan sekolah sekalipun dengan judul buku yang relatif terbatas.

B. Deskripsi Temuan Penelitian

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dikumpulkan dalam

penelitian ini, diperoleh data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Berikut adalah diskripsi temuan hasil penelitian:

Page 60: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

1. Akses layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus di

Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen

Berdasarkan data yang diperoleh, perluasan akses dan peningkatan

pemerataan pendidikan masih menjadi masalah utama. Belum semua anak

berkebutuhan khusus usia sekolah (usia 7-18 tahun) dapat memperoleh akses

pendidikan dengan baik. Layanan pendidikan belum sepenuhnya menjangkau

seluruh lapisan masyarakat, khususnya anak berkebutuhan khusus yang tinggal di

daerah pedesaan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari kecamatan tahun 2011

menunjukkan bahwa masih cukup banyak anak berkebutuhan khusus yang belum

mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya. Jumlah anak

berkebutuhan khusus usia sekolah (7-18 tahun) di Kecamatan Sidoharjo yang

sudah mendapatkan layanan pendidikan 10 anak sedangkan jumlah yang belum

mendapat pendidikan 27 anak.

Page 61: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Tabel 4.1 Daftar Anak Berkebutuhan Khusus di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen yang Tidak Mendapatkan Layanan Pendidikan Tahun 2011

No. Nama Jenis Kelamin

(L/P)

Umur (7-18 tahun)

Jenis Kelainan

Alamat

1 Da L 8 ATG Sidomulyo Sidoharjo 2 Ro L 9 ATG Sidomulyo Sidoharjo 3 No P 12 ATG Sidomulyo Sidoharjo 4 DB P 17 ATG Banyuning Sidoharjo 5 DW P 8 AT Ganda Jetak Kidul Jetak 6 AW L 9 ATN Jetak Kidul Jetak 7 Bs L 13 AT Ganda KaponanJetak 8 RS P 12 AT Ganda Jetak Gayam Jetak 9 Hl P 16 ATD Jetak Duyungan 10 NP P 14 AT Ganda Duyungan Duyungan 11 Hy L 13 ATG Sukorejo Duyungan 12 Hp L 18 AT Ganda Sambirejo Duyungan 13 Su P 12 ATD Kayen Patihan 14 Ms L 7 ATN Babadan Bentak 15 AA P 8 ATG Tlobongan Bentak 16 ES P 11 ATG Tlobongan Bentak 17 Tk P 9 ATG Tlobongan Bentak 18 Yu P 15 ATD Taraman Taraman 19 St P 9 AT Ganda Sembungan Taraman 20 MP P 17 ATR Sembungan Taraman 21 DN P 10 ATG Kr.Tengah Singopadu 22 RS L 17 ATG Sribit 23 DP L 18 ATN Mendeng Purwosuman 24 MY L 13 ATG Mendeng Purwosuman 25 UW L 14 ATG Jenggrik Purwosuman 26 Nt P V AT Ganda Ngelo Pandak 27 Sw P V ATG Karang Uni Pandak

Keterangan : 1. ATN : Anak Tuna Netra 2. ATR : Anak Tuna Rungu Wicara 3. ATG : Anak Tuna Grahita 4. ATD : Anak Tuna Daksa 5. ATL : Anak Tuna Laras 6. AT Ganda : Anak Tuna Ganda

Sumber data: Kecamatan Sidoharjo, 2011

Page 62: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Tabel 4.2 Daftar Anak Berkebutuhan Khusus di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten

Sragen yang Sudah Mendapatkan Layanan Pendidikan Tahun 2011

No. Nama Jenis kelamin

(L/P)

Umur (7-18 tahun)

Jenis kelainan

Alamat

1 Pw L 18 ATG Mungkung Jetak 2 NU P 10 ATR Kaponan Duyungan 3 TN L 11 ATD Karang manis Bentak 4 AN P 10 ATN Regunung Sribit 5 EY L 17 ATG Kijon Sribit 6 Lt P 13 ATG Cermo Sribit 7 Ml L 7 ATN Cermo Sribit 8 Ap L 13 AT Ganda Jungrangan

Purwosuman 9 AE L V ATD Joho Pandak 10 St P V ATG Ngelo Pandak

Keterangan : 1. ATN : Anak Tuna Netra 2. ATR : Anak Tuna Rungu Wicara 3. ATG : Anak Tuna Grahita 4. ATD : Anak Tuna Daksa 5. ATL : Anak Tuna Laras 6. AT Ganda : Anak Tuna Ganda

Sumber data: Kecamatan Sidoharjo, 2011

Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2012 mengungkapkan

bahwa jumlah anak berkebutuhan khusus usia sekolah di Kecamatan Sidoharjo

Kabupaten Sragen menunjukkan 45 anak. Jumlah yang belum mendapat layanan

pendidikan 33 anak, sedangkan yang sudah mendapat layanan pendidikan hanya

12 anak.

Page 63: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Tabel 4.3 Daftar Anak Berkebutuhan Khusus di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten

Sragen yang Tidak Mendapatkan Layanan Pendidikan Tahun 2012

No. Nama Jenis Kelamin

(L/P)

Umur (7-18 tahun)

Jenis Kelainan Alamat

1 Da L 9 ATG Sidomulyo Sidoharjo 2 Ro L 10 ATG Sidomulyo Sidoharjo 3 So L 16 ATL Sidomulyo Sidoharjo 4 No P 12 ATG Sidomulyo Sidoharjo 5 Ay P 7 ATG Jetak Kidul Jetak 6 DW P 8 AT Ganda Jetak Kidul Jetak 7 AW L 10 ATN Jetak Kidul Jetak 8 Bs L 14 AT Ganda Kaponan Jetak 9 RS P 13 AT Ganda Jetak Gayam Jetak 10 Ml P 8 ATR Jetak Gayam Jetak 11 Hl P 17 AT Ganda Jetak Duyungan 12 Hy L 14 ATG Sukorejo Duyungan 13 Hp L 18 ATG Sambirejo Duyungan 14 Su P 13 AT Ganda Kayen Patihan 15 Ms L 8 ATG Babadan Bentak 16 ES P 12 ATG Tlobongan Bentak 17 TK P 12 ATG Tlobongan Bentak 18 Yu P 16 AT Ganda Taraman Taraman 19 Si P 10 AT Ganda Sembungan Taraman 20 MP P 18 ATR Sembungan Taraman 21 DN P 11 ATG Kr.Tengah Singopadu 22 Sp P 13 ATG Dukuh Tenggak 23 IS L 8 AT Ganda Tenggak 24 RS L 18 ATG Sribit Sribit 25 EY L 18 ATG Kijon Sribit 26 DP L 18 ATN Mendeng Purwosuman 27 My L 13 ATG Mendeng Purwosuman 28 UW L 14 AT Ganda Jenggrik Purwosuman 29 Al L 13 AT Ganda Jungrangan Purwosuman 30 Nn P 15 ATG Ngelo Pandak 31 Nm P 15 ATG Ngelo Pandak 32 Et P 16 ATL Ngelo Pandak 33 Sw P 15 ATG Karang Uni Pandak

Keterangan :

1. ATN : Anak Tuna Netra

2. ATR : Anak Tuna Rungu

3. ATG : Anak Tuna Grahita

4. ATD : Anak Tuna Daksa

5. ATL : Anak Tuna Laras

6. AT Ganda : Anak Tuna Ganda

Sumber data: Wardani, 2012

Page 64: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Tabel 4.4 Daftar Anak Berkebutuhan Khusus di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten

Sragen yang Sudah Mendapatkan Layanan Pendidikan Tahun 2012

No. Nama Jenis Kelainan

(L/ P)

Umur (7-18 tahun)

Jenis kelainan

Alamat

1 TN L 12 ATD Karang manis Bentak 2 AA P 10 ATG Tlobongan Bentak 3 NU P 11 ATN Kaponan Duyungan 4 IA L 16 ATD Ngepos Jetak 5 Ss L 11 ATG Mungkung jetak 6 AE L 8 ATD Joho pandak 7 DB P 18 ATG Banyuning sidoharjo 8 Ml L 8 ATR Cermo sribit 9 Lt P 14 ATG Cermo sribit 10 AN P 11 ATN Regunung sribit 11 CA L 9 ATD Dukuh tenggak 12 Ay P 13 ATR Nyawak tenggak

Keterangan :

1. ATN : Anak Tuna Netra

2. ATR : Anak Tuna Rungu

3. ATG : Anak Tuna Grahita

4. ATD : Anak Tuna Daksa

5. ATL : Anak Tuna Laras

6. AT Ganda : Anak Tuna Ganda

Sumber data: Wardani, 2012

2. Faktor penyebab anak berkebutuhan khusus di Kecamatan Sidoharjo

Kabupaten Sragen tidak mendapatkan layanan pendidikan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan

yang telah ditetapkan, ternyata banyak faktor yang menjadi penyebab anak

Page 65: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

berkebutuhan khusus usia sekolah (7-18 tahun) tidak mendapatkan layanan

pendidikan.

Dalam menentukan faktor-faktor yang menyebabkan anak

berkebutuhan khusus tidak mendapatkan layanan pendidikan dilakukan melalui

wawancara dengan lima orang tua anak berkebutuhan khusus. Setiap orang tua

anak berkebutuhan khusus tersebut mewakili beberapa orang tua anak

berkebutuhan khusus dari 2 atau 3 kelurahan. Dari sini dapat diketahui, faktor-

faktor yang menyebabkan anak berkebutuhan khusus tidak mendapat layanan

pendidikan diantaranya:

a. Faktor Ekonomi

Berdasarkan data yang diperoleh, penyebab anak berkebutuhan

khusus tidak bersekolah karena faktor ekonomi. Dari 33 orang tua anak

berkebutuhan khusus yang tidak mendapat layanan pendidikan, 91%

diantaranya tidak menyekolahkan anaknya karena kondisi ekonomi yang

rendah. Kondisi ekonomi keluarga yang kurang mendukung dalam

pembiayaan pendidikan serta pekerjaan orang tua yang tidak tetap dan

berpenghasilan sedikit menyebabkan anak tidak mendapat pendidikan yang

semestinya.

b. Faktor geografis

Faktor geografis juga merupakan salah satu penghambat anak

berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan. Dari 33 orang tua anak

berkebutuhan khusus yang tidak mendapat layanan pendidikan, 76%

diantaranya berpendapat bahwa salah satu penyebab anak tidak bersekolah

yaitu karena letak SLB yang jauh dari tempat tinggal. Sekolah Luar Biasa

(SLB) hanya berada di Kabupaten/ Kota sehingga anak-anak berkebutuhan

khusus sulit untuk menjangkaunya.

c. Faktor sosial dan psikologis

Dengan kondisi anak yang mengalami kelainan, orang tua merasa

malu dan bersikap overprotektif terhadap anaknya. Dari 33 orang tua anak

Page 66: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

berkebutuhan khusus yang tidak mendapat layanan pendidikan, 9%

diantaranya orang tuacenderung menyembunyikan kondisi anak berkebutuhan

khusus. Orangtua merasa malu memiliki anak berkebutuhan khusus kemudian

enggan untuk menyekolahkannya di sekolah umum sehingga anak hanya

dibiarkan di rumah saja.

d. Faktor pengetahuan

Keadaan orangtua yang tidak begitu mengetahui informasi

mengenai layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus juga menjadi

penyebab anak tidak bersekolah. Selain itu juga ada orang tua yang belum

mengetahui tempat-tempat yang dapat memberikan layanan pendidikan yang

tepat bagi anak. Dari 33 orang tua anak berkebutuhan khusus yang tidak

mendapat layanan pendidikan, 30% diantaranya menyebutkan bahwa mereka

tidak mengetahui dimana tempat-tempat untuk memperoleh pendidikan bagi

anak sehingga anak tidak mendapat layanan pendidikan.

e. Faktor kesadaran

Kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan bagi anak

berkebutuhan khusus turut menjadi penyebab anak tidak mendapat layanan

pendidikan. Rendahnya kesadaran orang tua dalam ikut serta secara aktif

dalam pendidikan juga menjadi penghambat anak tidak sekolah. Dari 33

orang tua anak berkebutuhan khusus yang tidak mendapat layanan

pendidikan, 61% diantaranya orang tua kurang memiliki kesadaran untuk

memberikan pendidikan kepada anak sehingga anak tidak mengeyam

pendidikan.

Page 67: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Tabel 4.5 Faktor-Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus Tidak

Mendapatkan Layanan Pendidikan

No. Faktor Penyebab Keterangan Jumlah Ya Tidak

1 Ekonomi 30 3 33 2 Geografis 25 8 33 3 Sosial Psikologis 3 30 33 4 Pengetahuan 10 23 33 5 Kesadaran 20 13 33

3. Model layanan dalam rangka perluasan akses pendidikan bagi anak

berkebutuhan khusus di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, belum ada model layanan

pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten

Sragen baik model pendidikan segregrasi (Sekolah Luar Biasa/ SLB) maupun

model pendidikan inklusi. Hal ini mengakibatkan banyak anak berkebutuhan

khusus di Kecamatan tersebut yang belum mendapatkan layanan pendidikan yang

sesuai kebutuhan dan kemampuan mereka.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Effendi selaku Kepala

UPT Dinas P & K Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen bahwa tidak

memungkinkan di Kecamatan Sidoharjo untuk mendirikan Sekolah Luar Biasa

(SLB). Hal ini dikarenakan Kecamatan Sidoharjo berdekatan dengan Kota/

Kabupaten. Ketidakmungkinan pendirian SLB di Kecamatan Sidoharjo

memberikan alternatif lain yaitu dengan merintis sekolah regular menjadi sekolah

inklusi.

Page 68: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Tabel 4.6 Pemilihan Model Layanan Pendidikan oleh Orang Tua Anak

Berkebutuhan Khusus yang Belum Mendapat Layanan Pendidikan

No. Model Layanan Pendidikan Jumlah 1 SLB 12 2 Inklusi 1 3 Lainnya 17 4 Tidak Memilih 3

Total 33

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dilakukan pembahasan

terhadap permasalahan yang telah diajukan. Masalah-masalah tersebut adalah

tentang akses layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus di Kecamatan

Sidoharjo Kabupaten Sragen, faktor penyebab anak berkebutuhan khusus di

Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen tidak mendapatkan layanan pendidikan,

dan model layanan dalam rangka perluasan akses pendidikan bagi anak

berkebutuhan khusus di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen.

1. Akses layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus di Kecamatan

Sidoharjo Kabupaten Sragen

Permasalahan Wajar 12 tahun masih dialami oleh anak berkebutuhan

khusus di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen, khususnya anak berkebutuhan

khusus di pedesaan yang miskin, padahal mulai tahun 2007 Kabupaten Sragen

mencanangkan gerakan wajib belajar 12 tahun yang berarti setiap masyarakat

sragen usia sekolah harus bersekolah serendah-rendahnya lulus SMA/sederajat.

Dalam kenyataanya, anak berkebutuhan khusus di Kecamatan Sidoharjo

mengalami kesulitan mengakses pendidikan. Masih rendahnya akses pendidikan

Page 69: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

bagi anak berkebutuhan khusus disebabkan oleh pola persebaran sekolah yang

tidak representatif dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus.

Berkaitan dengan akses pendidikan, di Kecamatan Sidoharjo

Kabupaten Sragen menunjukkan belum berhasilnya pencapaian pembangunan

pendidikan terutama bagi anak berkebutuhan khusus, baik berupa pembangunan

fisik maupun non fisik, hal ini terlihat dari belum adanya SLB, sekolah-sekolah

inklusi maupun lembaga pendidikan nonformal bagi anak berkebutuhan khusus.

Berdasarkan hasil analisis data sebelumnya menunjukkan rendahnya partisipasi

anak berkebutuhan khusus usia sekolah dalam memperoleh pendidikan. Anak

berkebutuhan khusus yang sudah mendapat pendidikan jumlahnya masih sedikit

dibanding anak berkebutuhan khusus yang belum mendapat pendidikan.

Berdasarkan analisis data sebelumnya, pada tahun 2011 masih

ditemukan sejumlah 27 anak yang belum mendapatkan pendidikan diantaranya 3

anak tunanetra, 1 anak tunarungu, 13 anak tuna grahita, 3 anak tunadaksa, dan 7

anak tunaganda. Sedangkan yang sudah mendapatkan layanan pendidikan

sejumlah 10 anak diantaranya 2 anak tunanetra, 1 anak tunarungu, 4 anak

tunagrahita, 2 anak tunadaksa, dan 1 anak tunaganda.

Pada tahun 2012 juga menunjukkan bahwa masih terdapat 33 anak

yang belum mendapat layanan pendidikan yang terdiri dari 2 anak tunanetra, 2

anak tunarungu, 17 anak tunagrahita, 2 anak tunalaras, dan 10 anak tunaganda.

Sedangkan yang sudah mendapat pendidikan sejumlah 12 anak yang terdiri dari 2

anak tunanetra, 2 anak tunarungu, 4 anak tunagrahita, dan 4 anak tunadaksa.

2. Faktor penyebab anak berkebutuhan khusus di Kecamatan Sidoharjo

Kabupaten Sragen tidak mendapatkan layanan pendidikan

Berdasarkan analisis data sebelumnya, faktor penyebab anak

berkebutuhan khusus tidak mendapatkan layanan pendidikan terdiri dari berbagai

macam yaitu karena faktor ekonomi orang tua, faktor geografis, faktor sosial

psikologis, faktor pengetahuan, dan faktor kesadaran. Berikut akan dibahas

Page 70: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

tentang faktor penyebab anak berkebutuhan khusus tidak mendapatkan layanan

pendidikan.

a. Faktor ekonomi

Salah satu penyebab anak berkebutuhan khusus tidak sekolah

karena faktor ekonomi. Kondisi sosial masyarakat di pedesaan yang sebagian

besar miskin dan faktor ketidakmampuan membiayai sekolah secara ekonomi

menjadi penyebab paling dominan anak berkebutuhan khusus tidak sekolah.

Masalah biaya pendidikan yang harus dikeluarkan para orang tua

menyebabkan orangtua memilih tidak menyekolahkan anaknya dengan alasan

terdesak kebutuhan ekonomi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Sm, Ibu Sm

mengungkapkan faktor ekonomi merupakan penyebab Su tidak bersekolah.

Sebenarnya pernah ada bantuan dari dinas setempat berupa uang sejumlah Rp

300.000/ bulan untuk membantu Ibu Sm dalam menyekolahkan Su. Akan

tetapi bantuan ini hanya berjalan tiga bulan saja karena Su belum juga

disekolahkan hingga akhirnya bantuan yang telah berjalan tiga bulan tersebut

dicabut. Bantuan yang seharusnya digunakan untuk Su bersekolah justru

malah digunakan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Pekerjaan Ibu Sm

sebagai buruh tani dengan penghasilan yang sedikit tidak mampu mencukupi

kebutuhan sehari-hari. Ibu Sm merupakan tulang punggung keluarga.

Pekerjaan yang tidak tetap dengan penghasilan tidak menentu itu

menyebabkan anak tidak disekolahkan. Keadaan rumah Ibu Sm yang juga

termasuk kurang layakpun mencerminkan kondisi ekonomi yang rendah.

Rumah Ibu Sm masih beralaskan tanah dan berdindingkan triplek. Rumah

juga kurang terjaga kesehatannya karena bersebelahan dengan kandang

kambing.

Menurut hasil wawancara dengan Ibu Mr, disebutkan bahwa

kondisi ekonomi dirasa menjadi penyebab Yu tidak bersekolah. Ibu Mr

bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan tidak menentu harus

Page 71: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga. Kondisi rumah masih sangat

sederhana dengan beralaskan tanah, menunjukkan bahwa Ibu Mr mengalami

kondisi ekonomi yang rendah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sk, mengungkapkan

bahwa faktor ekonomi menjadi penghambat No untuk mendapat layanan

pendidikan. Bapak Sk berkerja sebagai buruh/ swasta, berpenghasilan tidak

tetap. Penghasilan yang Bapak Sk dapatkan hanya cukup untuk makan sehari-

hari. Bapak Sk bekerja jika ada pekerjaan, kalau tidak ada pekerjaan yang

dikerjakan maka Bapak Sk menganggur. Anak dari Bapak Sk yaitu No pernah

bersekolah di SLB selama 4 bulan dan selama itupula Bapak Sk tidak pernah

dipungut biaya pendidikan, pendidikan di SLB tersebut digratiskan. Apabila

biaya pendidikan itu tidak digratiskan mungkin dulu Bapak Sk tidak akan

menyekolahkan anaknya. Kondisi rumah Bapak Sk tergolong amat sederhana

karena rumah yang dihuni masih beralaskan tanah. Ini menunjukkan

kehidupan ekonomi Bapak Sk masih rendah.

Dari 33 orang tua anak berkebutuhan khusus yang tidak mendapat

layanan pendidikan, 30 orang diantaranya berekonomi rendah dan hanya 3

orang yang berekonomi menengah/ tinggi. Orang tua yang berekonomi rendah

tersebut kebanyakan bekerja sebagai buruh tani/ buruh. Tidak setiap hari

mereka bekerja dan penghasilan yang diperoleh pun sedikit. Penghasilan yang

mereka dapatkan hanya dapat untuk makan sehari-hari, untuk biaya tambahan

lainnya dirasakan sangat sulit bagi mereka. Kondisi penghasilan keluarga

seperti ini membuat mereka menempatkan pendidikan sebagai kebutuhan

yang tidak wajib bagi anak mereka.

Masalah ekonomi dimana keadaan keluarga yang miskin

merupakan salah satu penyebab anak berkebutuhan khusus tidak sekolah.

Kondisi ekonomi keluarga kurang mendukung dalam pembiayaan pendidikan

anak. Hal ini sejalan dengan pendapat Sri Widati, dkk bahwa penyebab anak

berkebutuhan khusus tidak sekolah karena orang tuanya miskin (2010). Orang

Page 72: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

tua tidak mampu membiayai pendidikan anak karena pekerjaan orang tua

yang tidak menentu dengan penghasilan yang sedikit.

b. Faktor geografis

Faktor geografis juga merupakan salah satu faktor penghambat

anak berkebutuhan khusus untuk mendapat akses pendidikan. Sekolah Luar

Biasa (SLB) hanya berada di Kabupaten/ Kota, sedangkan anak-anak

berkebutuhan khusus tersebar di beberapa pedesaan. Menurut hasil

wawancara dengan 5 orang tua anak berkebutuhan khusus bahwa jarak yang

harus ditempuh Su, Yu, No, Da, dan Ro menuju SLB kurang lebih 6 Km.

Jarak antara tempat tinggal anak dengan SLB juga relatif jauh menyebabkan

diantara mereka belum mendapat akses pendidikan. Sejalan dengan keadaan

diatas, Dewi Sri Rejeki dan Hermawan mengungkapkan bahwa pendidikan

segregatif (SLB) yang keberadaannya di kota-kota menyebabkan banyak

anak-anak berkebutuhan khusus kurang terlayani (2010).

Dari 33 orang tua anak berkebutuhan khusus yang tidak mendapat

layanan pendidikan, 25 orang diantaranya menyebutkan bahwa letak SLB

jauh dari tempat tinggal mereka sehingga anak tidak disekolahkan karena

tidak ada yang mengantar maupun menjemput. Populasi anak berkebutuhan

khusus yang menyebar di pelosok desa, sementara gedung sekolah untuk anak

berkebutuhan khusus berada di Kota Kabupaten atau Kecamatan

menyebabkan masih banyak anak berkebutuhan khusus yang belum

tertampung di SLB (Haryanto, 2010).

Ketimpangan pemerataan pendidikan anak berkebutuhan khusus

terjadi antar wilayah geografis yaitu antara perkotaan dan pedesaan di

Kecamatan Sidoharjo. Terbatasnya perluasan dan persebaran sekolah di

daerah berdampak pada anak berkebutuhan khusus yakni hambatan akses

dalam memperoleh pendidikan, sehingga secara langsung berdampak juga

pada pemenuhan kebutuhan anak berkebutuhan khusus terhadap pendidikan.

Sebagian besar pendirian lembaga-lembaga pendidikan bagi anak

Page 73: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

berkebutuhan khusus masih berorientasi di wilayah perkotaan, sedangkan

untuk wilayah-wilayah di pedesaan atau daerah terpencil dirasakan masih

sangat kurang. Hal ini berakibat pada kurang adanya perluasan kesempatan

untuk memperoleh pendidikan.

c. Faktor sosial dan psikologis

Kondisi sosial dan psikologis orang tua juga menjadi salah satu

faktor penyebab anak berkebutuhan khusus tidak mendapat layanan

pendidikan yang sesuai. Para orang tua merasa malu terhadap kondisi anak

yang mengalami kelainan bahkan adapula dari mereka yang bersikap

overprotektif menyebabkan anak berkebutuhan khusus tidak mendapat

layanan pendidikan. Seperti kondisi keluarga Ibu Sm ketika ditemui, keluarga

terlihat sedikit malu dan bersikap overprotektif memiliki anak berkebutuhan

khusus, anak cenderung tinggal di dalam rumah terus tanpa diajak keluar

rumah. Ibu Sm juga beranggapan bahwa anaknya tidak mampu untuk berbuat

apa-apa sehingga anak tidak disekolahkan dan akhirnya dibiarkan saja

dirumah

Dari 33 orang tua anak berkebutuhan khusus yang tidak mendapat

layanan pendidikan, 3 orang diantaranya merasa malu menyekolahkan anak

dan cenderung menyembunyikan anak di dalam rumah. Kondisi sosial dan

psikologis yang cenderung malu inilah yang menyebabkan anak tidak

disekolahkan dan hanya dibiarkan dirumah tanpa mendapat pendidikan.

Seperti diungkapkan Sri Widati, dkk bahwa kehadiran anak yang mengalami

kecacatan menyebabkan para orang tua merasa malu ataupun bersikap

overprotektif sehingga anak tidak disekolahkan (2010).

d. Faktor pengetahuan

Kurangnya pengetahuan orang tua tentang pentingnya pendidikan

menjadi salah satu penyebab anak tidak di sekolahkan. Banyak dari mereka

menganggap bahwa pendidikan bukan suatu hal yang penting. Anggapan

seperti inilah yang kemudian mempengaruhi pola pikir mereka. Orang tua

Page 74: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

juga kurang mempunyai pengetahuan seputar informasi pendidikan anak

berkebutuhan khusus.

Pengetahuan orang tua mengenai tempat layanan pendidikan bagi

anak berkebutuhan khusus juga sangat terbatas, sehingga banyak anak yang

kesulitan mencari tempat layanan pendidikan. Berdasarkan hasil analisis data

sebelumnya ada 10 orang tua anak berkebutuhan khusus yang belum

mengetahui dimana tempat-tempat pendidikan yang dapat mampu menerima

kondisi anak dan memberi pendidikan yang tepat bagi anak. Hal ini sejalan

dengan pendapat yang diungkapkan Joppy Liando dan Aldjo Dapa bahwa

orang tua kesulitan untuk memilih sekolah yang tepat bagi anak berkebutuhan

khusus (2007). Oleh sebab itu, anak tidak bersekolah dan dibiarkan di rumah.

e. Faktor kesadaran

Kesadaran orang tua yang masih rendah akan pentingnya

pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus berdampak pada kebutuhan

pendidikan anak yang tidak dapat terpenuhi. Dari 33 orang tua anak

berkebutuhan khusus yang tidak mendapat layanan pendidikan, 20 orang

diantaranya kurang memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan. Orang

tua cenderung lebih memilih menempatkan anaknya dirumah tanpa

bersekolah. Hal ini menyebabkan kemampuan anak tidak berkembang secara

optimal sehingga sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki anak rendah.

Berdasarkan faktor-faktor penyebab yang dikemukakan diatas dapat

ditarik kesimpulan bahwa keadaan sosial ekonomi keluarga umumnya rendah,

letak geografis tempat tinggal yang jauh dari sekolah, kondisi psikologis orang

tua yang merasa malu, kurangnya pengetahuan orang tua tentang pendidikan

anak, kesadaran orang tua kepada anak berkebutuhan khusus yang masih rendah.

Secara garis besar Sri Widati, dkk mengungkapkan bahwa keberadaan SLB yang

sebagian besar berlokasi di kota dan kabupaten menyebabkan sebagian besar anak

berkebutuhan khusus di pedesaan belum mendapat akses pendidikan serta faktor

sosiologis, ekonomis, dan psikologis menyebabkan anak-anak berkebutuhan

Page 75: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

khusus di pedesaan tidak mendapat akses pendidikan (2010). Berdasarkan analisis

data sebelumnya, ditemukan faktor terbesar penyebab anak berkebutuhan khusus

tidak mendapat layanan pendidikan karena faktor ekonomi.

3. Model layanan dalam rangka perluasan akses pendidikan bagi anak

berkebutuhan khusus di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen

Berdasarkan analisis hasil penelitian, belum ada model layanan

pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten

Sragen baik model pendidikan segregrasi (Sekolah Luar Biasa/ SLB) maupun

model pendidikan inklusi. Hal ini mengakibatkan banyak anak berkebutuhan

khusus di kecamatan tersebut yang belum mendapatkan layanan pendidikan yang

sesuai karakteristik dan kemampuan mereka.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Efendi selaku Kepala

UPT Dinas P & K Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen bahwa tidak

memungkinkan di Kecamatan Sidoharjo untuk mendirikan Sekolah Luar Biasa

(SLB). Hal ini dikarenakan Kecamatan Sidoharjo berdekatan dengan Kecamatan

Sragen maupun Kecamatan Karangmalang (Kota), sedangkan didua kecamatan

tersebut sudah ada Sekolah Luar Biasa (SLB). SLB yang ada di Kecamatan

Sragen yaitu SLB Bagaskara. Sedangkan SLB yang terdapat di Kecamatan

Karangmalang yaitu SLBN Sragen.

Dari 33 orang tua anak berkebutuhan khusus yang belum mendapat

layanan pendidikan, terdapat sejumlah 12 orang tua yang memilih model

pendidikan SLB, 1 orang tua yang memilih inklusi, 3 orang tua tidak memilih

model layanan pendidikan karena mereka tidak bersedia menyekolahkan anaknya,

dan 17 orang tua memilih model layanan pendidikan lain-lain baik sekolah

asrama sampai sore maupun keterampilan kerja. Para orang tua lebih banyak

memilih SLB dibanding sekolah inklusi, ini dikarenakan orang tua belum

memiliki pengetahuan mengenai sekolah inklusi.

Page 76: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Biaya untuk mendirikan Sekolah Luar Biasa (SLB) relatif mahal.

Penyelenggaraan pendidikan bagi ABK di SLB membutuhkan biaya yang sangat

mahal untuk melengkapi sarana dan prasarana maupun alat-alat bantu khusus

yang diperlukan. Ketidakmungkinan pendirian SLB di Kecamatan Sidoharjo

memberikan alternatif lain yaitu dengan merintis sekolah reguler menjadi sekolah

inklusi. Permendiknas No.70/2009 juga mewajibkan setiap kecamatan memiliki

satu sekolah dengan setiap jenjang pendidikan untuk sekolah inklusi

(Peduliinklusi, 2009).

Penyelenggaraan sekolah inklusi tidak membutuhkan biaya yang

mahal dibandingkan dengan pendirian SLB. Penyelenggaraan pendidikan inklusif

dapat memberikan kesempatan akses yang seluas-luasnya bagi seluruh anak

berkebutuhan khusus untuk memperoleh pendidikan sesuai dengan kebutuhan

mereka tanpa diskriminasi. Secara Konseptual dengan diterapkannya pendidikan

inklusif memungkinkan anak berkebutuhan khusus bersekolah di sekolah

manapun sesuai dengan keinginannya (Sri Widati,dkk, 2010: 194). Dengan

penyelenggaraan sekolah inklusi akan mengurangi dampak sosial psikologis

orang tua maupun anak berkebutuhan khusus serta anak berkebutuhan khusus

akan lebih baik secara akademis maupun sosial.

Page 77: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan secara keseluruhan tentang model layanan dalam

rangka perluasan akses pendidikan anak berkebutuhan khusus di Kecamatan

Sidoharjo Kabupaten Sragen tahun 2012 dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Masih ada sejumlah anak berkebutuhan belum mendapatkan layanan

pendidikan di Kecamatan Sidoharjo. Jumlah anak yang sudah mendapat

pendidikan hanya 30% dari populasi anak berkebutuhan khusus, sedangkan

jumlah anak berkebutuhan khusus yang belum mendapat layanan pendidikan

bekisar 70% dari populasi anak berkebutuhan khusus.

2. Faktor penyebab anak berkebutuhan khusus belum mendapatkan layanan

pendidikan diantaranya karena kondisi ekonomi orang tua yang rendah, letak

SLB yang jauh dari tempat tinggal anak berkebutuhan khusus, kondisi sosial

dan psikologis orang tua yang cenderung merasa malu dan bersikap

overprotektif, rendahnya pengetahuan orang tua tentang pendidikan anak

berkebutuhan khusus, dan rendahnya kesadaran orang tua akan pentingnya

pendidikan.

3. Model layanan dalam rangka memperluas akses pendidikan anak

berkebutuhan khusus yaitu model pendidikan inklusif. Model pendidikan

inklusif memberikan kesempatan akses pendidikan yang seluas-luasnya bagi

seluruh anak berkebutuhan khusus tanpa diskriminasi.

B. Implikasi

Dalam menentukan model layanan dalam rangka perluasan akses

pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten

Sragen dilakukakan melalui prosedur/ tahapan yang benar. Tahapan ini diawali

dengan penjaringan yaitu menjaring anak berkebutuhan khusus usia sekolah (7-18

Page 78: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

tahun) yang belum mendapatkan layanan pendidikan. Selanjutnya, mencari faktor

penyebab anak berkebutuhan khusus tidak mendapatkan layanan pendidikan.

Tahapan terakhir yaitu menemukan model layanan dalam rangka perluasan akses

pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang belum mendapat layanan

pendidikan.

Model layanan pendidikan sangat penting dan dibutuhkan oleh anak

berkebutuhan khusus. Model pendidikan inklusi merupakan salah satu model

pendidikan yang paling memungkinkan untuk dilaksanakan. Dengan

penyelenggaraan pendidikan inklusi dapat memperluas akses pendidikan bagi

anak berkebutuhan khusus dan permasalahan-permasalahan yang ada baik

ekonomi, geografis, maupun sosial psikologis dapat terselesaikan.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

menyediakan model pendidikan dalam memperluas akses pendidikan anak

berkebutuhan khusus dengan memperhatikan permasalahan-permasalah yang ada.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan pentingnya meningkatkan

perluasan akses pendidikan anak berkebutuhan khusus agar Penuntasan Wajar

Dikdas 12 Tahun dapat tercapai. Adapun saran tersebut antara lain:

1. Bagi Pemerintah

a. Pemerintah sebaiknya mengidentifikasi anak yang berkebutuhan khusus

usia sekolah yang belum bersekolah.

b. Pemerintah haruslah memperhatikan permasalahan-permasalahan yang

ada baik kondisi anak maupun kesiapan orang tua dalam menyediakan

model layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.

c. Pemerintah membentuk pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan

khusus berupa pelayanan pendidikan inklusi untuk menjangkau anak

berkebutuhan khusus yang tinggal di pedesaan.

Page 79: MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES …/Model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii MODEL LAYANAN DALAM RANGKA PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

d. Pemerintah mewajibkan semua sekolah untuk menerima anak

berkebutuhan khusus sehingga semua anak kebutuhan khusus bisa

bersekolah.

2. Bagi Sekolah

a. Sekolah harus menerima dan mendidik anak-anak dengan kebutuhan

khusus.

b. Sekolah melakukan identifikasi dan assesmen terhadap anak berkebutuhan

khusus saat masuk sekolah.

c. Sekolah harus menyosialisasikan kepada para orang tua bahwa sekolah

siap menerima anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah reguler.

d. Sekolah membekali guru mengenai pendidikan untuk anak kebutuhan

khusus agar guru memiliki kompetensi membantu mengembangkan

potensi anak berkebutuhan khusus.

3. Bagi Orang Tua

a. Orang tua harus memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi

anak berkebutuhan khusus.

b. Orang tua sebaiknya mencari berbagai informasi mengenai pendidikan

bagi anak berkebutuhan khusus.

c. Orang tua harus berpartisipasi dalam menyediakan model layanan

pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.