MODEL-KAGROMAS-UNTUK-Perlindungan-sumber-air.doc

19
PENGEMBANGAN KAWASAN AGROFORESTRI MILIK MASYARAKAT (KAGROMAS) UNTUK MELESTARIKAN SUMBER AIR (diabstraksikan oleh Soemarno-fpub 2010) 1. Latar Belakang Pengembangan kawasan agroforestri pada lahan milik masyarakat pada hakekatnya adalah kegiatan awal untuk memacu pembangunan serta pelestarian hutan dan lahan di suatu wilayah. Secara bertahap berkembangnya kegiatan produksi agroforestri diupayakan untuk dapat diikuti oleh muncul dan berkembangnya kegiatan-kegiatan ekonomi terkait, baik secara horizontal maupun vertikal, serta pengadaan jasa-jasa di sekitarnya sehingga menumbuhkan dinamika perekonomian masyarakat. Agar pembangunan kawasan agroforestri dapat berhasil, kegiatan dan pendanaan yang tersebar secara parsial harus dapat dikoordinasikan dan dirangkai ke dalam suatu kegiatan yang saling bersambung, membentuk sistem agroforestri yang utuh. Untuk itu koordinasi perencanaan dan pengendalian sejak di tingkat propinsi hingga tingkat lokasi, yang menjamin terfokusnya berbagai sumberdaya dan dana untuk pengembangan sentra dimaksud merupakan aspek yang sangat penting. Sehubungan dengan hal itu peranan Pemerintah Daerah sebagai penguasa yang mengatur gerak pembangunan daerah sangat penting. 2. Tujuan Pengembangan Kawasan Agroforetri Milik Masyarakat (KAGROMAS) di kawasan lahan milik masyarakat dan kawasan hutan yang berdampingan ini harus didukung dengan rencana induk serta rencana operasional multi tahun atas pengembangan KAGROMAS, untuk memberi kekuatan awal, memfasilitasi dan memandu masyarakat dan kelembagaan tradisionalnya setempat dalam melaksanakan usaha agroforestrinya secara ekonomis dan lestari. 3. Sasaran 1

Transcript of MODEL-KAGROMAS-UNTUK-Perlindungan-sumber-air.doc

Page 1: MODEL-KAGROMAS-UNTUK-Perlindungan-sumber-air.doc

PENGEMBANGAN KAWASAN AGROFORESTRI MILIK MASYARAKAT (KAGROMAS)

UNTUK MELESTARIKAN SUMBER AIR

(diabstraksikan oleh Soemarno-fpub 2010)

1. Latar Belakang

Pengembangan kawasan agroforestri pada lahan milik masyarakat pada hakekatnya adalah kegiatan awal untuk memacu pembangunan serta pelestarian hutan dan lahan di suatu wilayah. Secara bertahap berkembangnya kegiatan produksi agroforestri diupayakan untuk dapat diikuti oleh muncul dan berkembangnya kegiatan-kegiatan ekonomi terkait, baik secara horizontal maupun vertikal, serta pengadaan jasa-jasa di sekitarnya sehingga menumbuhkan dinamika perekonomian masyarakat.

Agar pembangunan kawasan agroforestri dapat berhasil, kegiatan dan pendanaan yang tersebar secara parsial harus dapat dikoordinasikan dan dirangkai ke dalam suatu kegiatan yang saling bersambung, membentuk sistem agroforestri yang utuh. Untuk itu koordinasi perencanaan dan pengendalian sejak di tingkat propinsi hingga tingkat lokasi, yang menjamin terfokusnya berbagai sumberdaya dan dana untuk pengembangan sentra dimaksud merupakan aspek yang sangat penting. Sehubungan dengan hal itu peranan Pemerintah Daerah sebagai penguasa yang mengatur gerak pembangunan daerah sangat penting.

2. TujuanPengembangan Kawasan Agroforetri Milik Masyarakat (KAGROMAS)

di kawasan lahan milik masyarakat dan kawasan hutan yang berdampingan ini harus didukung dengan rencana induk serta rencana operasional multi tahun atas pengembangan KAGROMAS, untuk memberi kekuatan awal, memfasilitasi dan memandu masyarakat dan kelembagaan tradisionalnya setempat dalam melaksanakan usaha agroforestrinya secara ekonomis dan lestari.

3. SasaranPenyusunan kegiatan menyeluruh kawasan pengembangan

KAGROMAS Emas di kawasan resapan sumber air ini diharapkan dapat disepakati oleh semua stakeholder yang terkait, dan memuat hal-hal sebagai berikut :a. Rancangan Kawasan Agroforestri yang memuat output, target grup

(kelembagaan sosial-tradisional yang ada), manfaat yang dihasilkan, dilengkapi dengan disain bio-fisik yang relevan (sistem wanatani tiga strata :

Strata I = Pohon / tegakan hutan yang permanen, Strata II = Tanaman buah yang ekonomis, Strata III = Sayur-sayuran, sayur-sayuran.

1

Page 2: MODEL-KAGROMAS-UNTUK-Perlindungan-sumber-air.doc

b. Rencana tahapan kegiatan hingga terwujudnya kawasan dimaksud, memuat rencana kegiatan sinergis lintas sektor, subsektor, program dan institusi, beserta volume fisik.

c. Rencana operasional rinci yang harus dilaksanakan oleh masing- masing pelaku (CLUSTER) terkait, terutama kelompok tani yang telah ada.

d. Mekanisme koordinasi penyelenggaraan dan pemberdayaan di tingkat lokasi desa, PEMKOT BATU, dan PERHUTANI.

4. Penetapan Lokasi dan Sasaran Jenis UsahaPemilihan lokasi KAGROMAS didasarkan atas fungsi kawasan

resapan air , ketersediaan lahan, kesesuaian lahan serta agroklimatnya untuk budidaya tanaman, kesiapan kelembagaan sosial penunjang , kesediaan masyarakat dan tersedianya tenaga kerja serta sumberdaya lain yang membentuk keunggulan komparatif wilayah untuk agroforestri.

Pemilihan komoditas utama serta komoditas penunjang tanaman pangan (jagung, dan sayuran) serta jenis usahanya didasarkan atas:(1). Potensi menghasilkan keuntungan ekonomis, melestarikan hutan jati

dan lahan kering milik masyarakat sekitar, (2). Produksi pangan dan potensi pemasaran produk-produknya mudah, (3). Akses sosioteknologi: kesiapan dan penerimaan masyarakat atas usaha

agroforestri komoditi unggulan, (4) Keunggulan tegakan hutan dan ekonomis dalam memanfaatkan dan

melestarikan sumberdaya lahan kering - kritis di kawasan sumber air. (5). Kesesuaian sumberdaya lahan dan agroklimat bagi tanaman tegakan

dan sayuran

5. Beberapa Permasalahan SISTEM AGROFORESTRI

Beberapa permasalahan agroforestri di kawasan resapan air Kota Batu, yang dapat diidentifikasikan saat ini adalah:(a). Volume produksi dan perdagangan hasil pertanian selama ini mengalami

fluktuasi yang sangat tajam dari waktu ke waktu. Beberapa faktor yang terkait dengan masalah ini adalah fluktuasi potensial-demand pasar luar daerah dan domestik ; kendala-kendala kualitas (terutama tentang jenis/varietas yang paling disukai konsumen); keadaan teknik penanganan budidaya tanaman dan pascapanen buah; serta kendala-kendala kontinyuitas dan peningkatan produksi.

(b). Sebagian besar tanaman sayuran ditanam penduduk di lahan pekarangan dan lahan tegalan di sela-sela tanaman lainnya, sehingga total populasi pohon sangat rapat. Sejumlah besar ditanam pada lokasi yang tingkat kesesuaian lahannya rendah, terutama dari sudut pandang agroklimat dan ketinggian tempat.

(c). Alternatif pengembangan kebun agroforestri tiga strata pada lahan tegalan atau perkebunan masih belum meyakinkan masyarakat, apakah tanaman yang diusahakan secara komersial cukup "layak" (feasible)

2

Page 3: MODEL-KAGROMAS-UNTUK-Perlindungan-sumber-air.doc

baik ditinjau dari aspek finansial/ ekonomi, ekologi/lingkungan, maupun sosio-teknologi.

(d). Biaya investasi untuk pengusahaan tanaman apabila dilakukan secara komersial (kebun monokultur) cukup besar, sulit terjangkau oleh individual petani.

6. Prospek Pengembangan Agroforestri

Jenis buah dan sayuran unggul yang saat ini dijumpai di wilayah Kota Batu sangat beragam. Keberhasilan pengembangannya menghadapi beberapa tantangan, yaitu:

(a). Penyediaan bahan pangan bergiziPengembangan tanaman “buah dan sayuran” haruslah diarahkan pada

lahan kering kritis (pekarangan, tegalan, kebun campuran, dan hutan rakyat ). Arah kebijakan ini dipertegas oleh Program Pemberdayaan Ekonomi masyarakat Desa yang menggelarkan "gerakan Agribisnis", yaitu menanam tanaman produktif pada setiap jengkal lahan kritis yang kosong dalam sistem wanatani.

(b). Pengelolaan lahan kritis Lahan-lahan kritis di wilayah Kota Batu, Jawa Timur sampai saat ini

masih terus memerlukan penanganan yang lebih serius, terutama yang berada di kawasan lahan masyarakat dan kawasan hutan di sekitarnya. Kenyataan ini mendorong adanya kebijakan khusus untuk menggerakkan program penghijauan yang ekonomis. Jenis tanaman yang dianjurkan adalah poon buah-buahan berdampingan dengan tanaman sela sayuran, karena tanaman ini disamping untuk tujuan penghijauan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan masyarakat .

(c). Respons petani Respon petani untuk menanam pohon buah dan tanaman sayuran pada lahan kering (pekarangan, tegalan, kebun, dan lahan-lahan terlantar) cukup besar. Untuk lebih membantu respon penduduk ini diperlukan adanya Kawasan Pengembangan Agroforestri sebagai sentra untuk menampung dan menyalurkan hasil-hasil produksi kebun rakyat /hutan rakyat

(d). Intensifikasi penggunaan lahan Intensitas penggunaan lahan kering-kritis masih sangat rendah yakni satu kali setahun (tanam yang ke dua kadang-kadang berhasil dipanen dan kadang-kadang gagal dipanen karena mengalami kekeringan). Pada musim kemarau lahan-lahan seperti ini praktis tidak menghasilkan produk, sehingga lazimnya dikategorikan sebagai lahan "Sleeping Land". Dengan demikian penanaman buah=buahan pada lahan seperti ini diharapkan dapat meningkatkan intensitas produktivitasnya.

(e). Peningkatan pendapatan petani

3

Page 4: MODEL-KAGROMAS-UNTUK-Perlindungan-sumber-air.doc

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman buah dan sayur memberikan sejumlah pendapatan keluarga. Kenyataan ini menunjukkan bahwa apabila pengembangannya diarahkan pada lahan-lahan petani tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani.

(f). Kesesuaian Sumberdaya Lahan dan Agroklimat Komoditi Buah Salak

1. Kondisi IklimTemperatur BERKISAR 15-40oC, dan kisaran optimumnya adalah 22 - 28oC; curah hujan berkisar antara 750 - 2500 mm/tahun dengan bulan kering mencapai 6 bulan.

2. TanahDapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, kedalaman (>50 cm), konsistensi gembur (lembab), permeabilitas sedang, drainase baik, tingkat kesuburan sedang, tekstur lempung dan lempung berdebu; pH tanah berkisar 4.5 - 8.2, dan kisaran optimum pH 5.5 - 7.8Penurunan hasil dapat terjadi karena salinitas dengan DHL > 1 dS/m. Penurunan hasil dapat mencapai 50% kalau DHL mencapai 6 dS/m atau ESP mencapai 20%; dan tidak mampu berproduksi apabila DHL mencapai 9dS/m. Tanaman memerlukan pupuk yang banyak terutama pupuk organik pada masa pertumbuhan.

3. Hasil buahProduksi kebun Salak komersial dapat mencapai 14-20 ton/ha atau 38-440 kg /pohon. Kebun Salak jenis unggul dapat menghasilkan hingga 30-40 ton/ha atau 271-620 kg/pohon

7. RANCANGAN KAGROMAS: SALAK - SENGON - JATI SUPER – SAYURAN

7.1. SASARAN YANG INGIN DICAPAI

Tujuan utama dari pengembangan Kawasan Agroforestri Salak - Jati SUPER + Sengon - Sayur-sayuran ini khususnya adalah peningkatan pendapatan petani di wilayah lahan kering kawasan resapan sumber air yang direncanakan menjadi sentra produksi komoditi buah dan sayuran. Tujuan lainnya adalah meningkatkan kegiatan perekonomian pedesaan di sekitar sentra produksi tersebut yang pada akhirnya diharapkan membawa perbaikan pada taraf hidup masyarakat sekitarnya.

Sasaran pokok atau target yang ingin dicapai untuk menjadikan Kawasan resapan sumber air sebagai sentra pengembangan agribis komoditas buah dan sayuran adalah : 1. Pengembangan atau pembangunan kebun-rakyat komoditi utama Salak

dan Jati Super di wilayah KAGROMAS dengan total areal yang tersedia di kawasan resapan sumber air.

4

Page 5: MODEL-KAGROMAS-UNTUK-Perlindungan-sumber-air.doc

2. Penumbuhan dan peningkatan peran kelembagaan dalam pembangunan pertanian meliputi : Kelompok Tani sebagai Kelompok Usaha Bersama Agroforestri (KUBA) Salak , Koperasi Petani Salak , perusahaan/swasta, Balai Penyuluhan Informasi Pertanian (BIPP) dan FORKA (Forum Komunikasi Agroforestri).

3. Pembangunan perluasan dan perbaikan sarana dan prasarana di wilayah KAGROMAS, khususnya pada lokasi-lokasi dimana sentra agroforestri akan dibangun. Sarana prasarana tersebut meliputi antara lain : sistem pengairan air hujan (PAH), Pengairan Air sumur (PAS), jalan desa/jalan kebun, pasar/kios desa dan pusat informasi agro-teknologi.

4. Perbaikan dan peningkatan fasilitas pengolahan dan sistem pemasaran tradisional.

5. Menjaga kelestarian kawasan hutan Negara yang berada di sekitarnya.

7.2. Pengembangan Komoditas

1. Pembangunan Agroforestri Salak - Jati Super +Sengon - Sayur-sayuran

Salak SS1 dan Jati Super , serta jagung genjah dan ubikayu Ardira ditetapkan sebagai kultivar yang akan ditanam pada lokasi Kawasan Agroforestri (KAGROMAS) Salak - Jati Emas +Sengon - Sayur-sayuran .

Target pembangunan sentra produksi pada seluruh kawasan resapan sumber air; sebagian lahan ini merupakan kawasan lahan tegalan dan hutan belukar milik PERHUTANI dan sebagian lainnya merupakan lahan masyarakat sekitar. Agar pembangunan kebun Salak dapat dilaksanakan secara terpadu dan berada pada areal yang kompak (saling berdekatan), maka dasar pembangunan kebun-rakyat adalah satu KAGROMAS. Disamping pembangunan kebun-rakyat tiga strata sebagai inti, diharapkan pula akan tumbuh partisipasi petani untuk menanam di lahan pekarangannya dengan bantuan penyediaan bibit buah dan sayuran jenis unggul.

Teknologi Agroforestri Salak - Jati Emas +Sengon - Sayur-sayuranBerdasarkan hasil-hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa

pengembangan sistem agroforestri Salak-Jati Emas+Sengon - Sayur-sayuran ditempuh dengan mengintegrasikan (secara fungsional) aktivitas kebun wanatani Salak - Jati Emas - Sayur-sayuran dengan pusat-pusat inovasi agroteknologi yang ada.

Lima hal yang masih dipandang sangat penting untuk menunjang pengembangan KAGROMAS ini, adalah : (1). Inovasi teknologi bibit dan pembibitan salak dan Jati Emas; (2). Teknologi off-season tanaman salak; (3). Teknologi penghambatan pematangan buah; (4). Pengembangan pusat informasi; (5). Teknologi pengolahan buah dan sayuran .

2. Pola Pengelolaan KawasanSebagaimana telah dikemukakan bahwa pada setiap wilayah yang

terpilih akan dikembangkan sentra produksi Salak seluas 1000 ha (100 ha kebun inti dan 900 ha daerah dampak). Sekitar 5 Ha dari kebun inti tersebut

5

Page 6: MODEL-KAGROMAS-UNTUK-Perlindungan-sumber-air.doc

dapat dikelola oleh Pendamping Lapangan (PL), merupakan kebun inti sekaligus berfungsi sebagai Kebun Teknologi Salak - Jati Emas. Sedangkan selebihnya merupakan kebun campuran yang dikelola kelompok Tani.

3. Tanaman Sela, dan Tanaman Pagar /PembatasPada areal KAGROMAS di antara pohon Salak muda yang ditanam

dengan jarak 8 x 8 meter akan ditanam tanaman palawija ubikayu, jagung genjah, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, cabai/lombok yang dapat dipanen setelah 3 - 4 bulan. Tujuan dari pemberian tanaman sela ini antara lain agar petani dapat memperoleh hasil/ pendapatan dari lahan usahataninya sebelum tanaman Salak berproduksi. Salah satu dari kedua palawija tersebut akan ditanam secara bergilir hingga pohon Salak mencapai usia 5 tahun. Sedangkan tanaman pagar/pembatas dapat berupa Jati Emas.

4. Kondisi FisikSetelah kurun waktu beberapa tahun, diharapkan tercipta sentra

produksi Salak milik petani di wilayah KAGROMAS dengan kondisi sebagai berikut :

a. Terdapat kebun-rakyat inti dengan populasi tanaman sebanyak 100-200 pohon per hektar dengan jarak tanam 8 x 8 meter.

b. Setiap petani berhasil mengelola 0.5-1 ha kebun Salak atau 50 - 75 pohon produktif.

c. Kebun dilengkapi dengan jalan (jalan kebun) sepanjang 100 meter/Ha.d. Terdapat sumur gali (PAS) atau PAH dua buah per/ha sebagai sumber air

bersih.

6

Page 7: MODEL-KAGROMAS-UNTUK-Perlindungan-sumber-air.doc

KEBUN-RAKYAT SALAK: 1 RTPLK = 0.5 ha kebun Salak (Lahan kawasan hutan dan / atau lahan masyarakat sekitar)

Tanm pagar : JATI MAS

10 m Phn Salak

10 m

jalan kebun/teras kebun: Rumput gajah

tnm sela JAGUNG, KAC HIJAU

arah slope PAH/sumur batas lahan

Kandang ternak: Unit pengolah Kambing/ rabuk-kandang Sapi kereman

7

Page 8: MODEL-KAGROMAS-UNTUK-Perlindungan-sumber-air.doc

7.3. Penataan Kelembagaan

Kelembagaan yang ingin diwujudkan kurun waktu tersebut di atas adalah sebagai berikut.

1. Kelompok Usaha Bersama Agroforestri (KUBA) Salak Mengingat bahwa sasaran areal pengembangan agroforestri tersebar

di wilayah resapan sumber air dalam kurun waktu 5 tahun adalah seluas 1000 Ha, maka target penumbuhan kelompok tani sebagai lembaga inti pengembangan sentra agroforestri Salak dalam kurun waktu tersebut mencapai jumlah 50 KUBA. Target penumbuhan kelompok tani sebanyak 50 KUBA ini berdasarkan pertimbangan bahwa dalam skala/luasan 20 Ha kebun/pekarangan dapat dibentuk satu kelompok tani dan dapat bekerja secara efektif.

Satu KUBA Salak terdiri dari 20-30 RTPLK dengan setiap orang diharapkan menguasai lahan tegalan rataan seluas 0.5 Ha. Dalam 1 Ha lahan akan ditanami Salak sebanyak 250 pohon. Dengan demikian satu KUBA Salak mempunyai tanaman sebanyak 2500-3125 pohon Salak .

Penumbuhan kelompok tani pada Sentra Agroforestri seyogyanya didasarkan pada kedekatan hamparan dengan maksud mempermudah menghadapi masa panen dan pemasaran hasil. Karena penumbuhan kelom-pok tani berdasarkan kedekatan hamparan usahataninya, maka melalui pelatihan-pelatihan (sekolah lapang) dan dengan bimbingan Petugas Penyuluh Lapangan (PL II) petani-petani yang tergabung dalam kelompok tani hamparan tersebut diharapkan mampu mandiri.

8

Page 9: MODEL-KAGROMAS-UNTUK-Perlindungan-sumber-air.doc

Kebun-rakyat 3-strata salak seluas 200 ha

RTPLK-2 RTPLK-400 RTPLK-1 0.5 ha tegalan 0.5 ha tegalan 125 phn Salak 0.5 ha tegalan 125 ph Salak tnm sela 125 ph Salak tnm sela tnm sela

PPL 5 ha Tegalan 1250 phn Salak tnm sela

KUBA-1 KUBA-2 KUBA-...

25 RTPLK 25 RTPLK ....... 25 RTPLK 12.5 ha kebun 12.5 ha kebun .... ha kebun 3125 ph Salak .... ph Salak

KOPERASI PETANI salak

Kebun Inti 200 ha, 50.000 pohon Salak SS1 Tanaman sela jagung, kedelai, kac tanah 200 ha

SUASTA PASAR BRI/BPD

Industri Olahan Pedagang KKPA, KUT

9

Page 10: MODEL-KAGROMAS-UNTUK-Perlindungan-sumber-air.doc

2. Pengembangan Koperasi Petani Koperasi dan Kios/Waserda adalah prasarana pelayanan yang akan

dikembangkan menjadi lembaga pemasaran. Pelayanan yang dimaksud berupa :

- Penyediaan saprodi - Membantu menyediakan modal - Sebagai lembaga pemasaran - Investasi armada pengangkutan

Koperasi diharapkan tumbuh dan keberadaannya dibutuhkan oleh para petani baik dalam fungsinya sebagai lembaga yang menyediakan kebutuhan para petani maupun sebagai lembaga pemasaran bersama yang dapat memasarkan hasil produksi milik petani. Karena itu pengurus koperasi sedapat mungkin berasal dari para kontak tani (Ketua KUBA) dalam kelompok-kelompok tani dalam di wilayah kecamatan yang sama.

Dalam fungsinya sebagai lembaga pemasaran bersama, Kontak Tani Andalan (Ketua KUBA) sebagai pengurus kelompok tani serta sebagai pengurus Koperasi diharapkan mampu mengadakan rintisan kemitraan dengan pengusaha/swasta agar bersedia menampung hasil panen petani. Dengan demikian petani memperoleh kepastian pasar bagi produksinya.

3. Perusahaan/swastaFungsi perusahaan/swasta adalah :1. Penyediaan saprodi2. Membantu penyuluhan3. Membantu pemasaranAsperti di Jawa Timur diharapkan merupakan perusahaan swasta

yang akan memelopori pola kemitraan usaha dengan petani dengan prinsip-prinsip saling menguntungkan dan saling membutuhkan dalam arti pengusaha membutuhkan pasokan bahan produk/baku dan petani memerlukan penampungan hasil. Selain Asperti sebagai penampung dan pembeli produk Salak dalam bentuk buah segar, maka pada kurun waktu tertentu (± 15/20 tahun) diharapkan munculnya usaha agroindustri pengolahan Salak yang bahan bakunya dapat dipasok dari kebun-kebun petani khususnya dari lokasi sentra agroforestri.

Dengan terjalinnya kemitraan antara pengusaha dan petani, pengusaha dapat menjadi alternatif penyedia modal bagi petani disamping lembaga keuangan/ permodalan resmi. Pembayaran kembali pinjaman petani dapat diperhitungkan dari hasil penjualan produk petani kepada pengusaha tersebut.

4. Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian (BIPP)BIPP merupakan pusat penyuluhan yang diharapkan mampu

mengakomodasikan seluruh permasalahan di bidang penyuluhan khususnya pada komoditi unggulan .

Setiap Kecamatan yang dialokasikan untuk tanaman diharapkan dapat dikembangkan 1 BIPP yang berfungsi sebagai pusat pelayanan

10

Page 11: MODEL-KAGROMAS-UNTUK-Perlindungan-sumber-air.doc

penyuluhan dan merupakan Home Base bagi para penyuluh yang melakukan pembinaan khusus dalam komoditi unggulan .

Sebagai lembaga kepanjangan Pemerintah yang berada dan terdekat dengan petani maka diharapkan BIPP akan mampu menjadi pusat untuk :- Meningkatkan kemampuan manajerial kelompok tani antaranya

memantapkan/membudayakan usaha bersama antar petani dalam satu kelompok dan antar KUBA yang bergabung dalam satu wadah koperasi.

- Membina para kontak tani sebagai pengurus koperasi dalam kemampuan pengurus Koperasi mengelola usaha dalam hal perencanaan pengadaan saprodi yang dibutuhkan petani (anggota koperasi).

- Mendukung kebutuhan modal petani melalui menyediakan informasi fasilitas kredit yang layak.

- Mendukung tersebarnya informasi pasar harga dan permintaan kepada para petani sebagai jaminan petani memperoleh harga yang wajar bagi produknya.

- Mendukung peningkatan kerjasama/kemitraan antara petani dan pengusaha.

- Pusat disseminasi informasi teknologi spesifik lokasi sebagai kepanjangan dari BPTP.

- Pusat disseminasi informasi pasar dan pengembangan pasar.- Menjalin kerjasama dengan Lembaga Keuangan (BRI Unit Desa) dan

Koperasi Unit Desa untuk pelatihan penyusunan proposal pinjaman kredit usaha.

- Penyebaran informasi standard Pertanian Indonesia bagi produk buah dan sayuran .

Petugas Pendamping Lapangan (PL II) PL II merupakan tenaga pendamping lapangan yang dalam tugasnya

sehari-hari berhubungan langsung/memberikan bimbingan langsung kepada kelompok-kelompok tani (KUBA). Dengan mempertimbangkan bahwa satu orang PL II mampu membina areal seluas ± 200-300 Ha atau ± 15 KUBA, maka pada lokasi sentra agroforestri harus terdapat minimal 5 orang petugas PL II yang profesional dalam agroforestri.

Diharapkan ke 5 orang PL II tersebut merupakan mediator antara Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) sebagai penyedia informasi yang dibutuhkan petani dengan kelompok-kelompok tani yang memanfaatkan informasi-informasi tersebut melalui program- program Sekolah Lapang (SL).

Pendamping Lapangan ini terdiri atas para Petugas Penyuluh Pertanian, Tokoh masyarakat, Sarjana/ Mahasiswa Pertanian yang berminat.

7.4. Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan

1. PengairanKetersediaan air merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi pada

saat proses produksi s/d proses pengolahan. Bantuan pembuatan sistem Pengairan Air Sumur (PAS) diharapkan dapat terlaksana, atau kalau tidak

11

Page 12: MODEL-KAGROMAS-UNTUK-Perlindungan-sumber-air.doc

memungkinkan dapat dikembangkan sistem Pengairan Air Hujan (PAH) melalui pembangunan embung penampung air hujan. Idealnya, 2 buah sumur harus terdapat pada 1 ha kebun Salak . Dengan standard tersebut maka selama 5 tahun pembangunan Kebun Salak (KAGROMAS Salak ) akan dibutuhkan sejumlah sumur gali atau embung air hujan untuk memenuhi kebutuhan air pada lokasi KAGROMAS Salak .

2. Jasa Angkutan dan TransportasiPembangunan sarana/prasarana angkutan kondisi jalan di sekitar

sentra produksi maupun dari sentra produksi ke jalan Kabupaten menentukan kecepatan penyaluran saprodi dan pengangkutan/pemasaran hasil produksi. Kondisi jalan desa disekitar sentra produksi perlu ditingkatkan dari jalan tanah/makadam ke jalan aspal, sehingga mudah dilalui kendaraan roda empat walaupun pada musim hujan, yang lebih lanjut meningkatkan efisiensi pengangkutan hasil/saprodi. Dengan rencana pengembangan sentra produksi Salak seluas 1000 Ha dan standard kebutuhan jalan kebun/jalan desa adalah 100 m/ha, maka dalam kurun waktu lima tahun dibutuhkan perbaikan/ pembangunan jalan kurang lebih sepanjang 100 km.

Dengan meningkatnya kondisi jalan di sekitar sentra, diharapkan akan meningkatkan frekwensi lalulintas angkutan umum termasuk angkutan barang disekitar sentra produksi Salak yang pada akhirnya menumbuhkan dan meningkatkan kegiatan sektor sektor jasa yaitu jasa angkutan umum termasuk angkutan barang.

3. Pasar buah dan sayurPasar yang ada untuk tingkat wilayah desa/kecamatan telah cukup

memadai. Hal yang perlu ditingkatkan fasilitasnya adalah pasar di tingkat Kota Batu. Untuk mengantisipasi melimpahnya produk yang akan dipasarkan dalam bentuk buah dan sayuran segar, maka lembaga pemasaran di tingkat kota perlu dilengkapi armada angkutan untuk mendistribusikan hasil produksi dari desa dan kecamatan.

4. Agro-TeknologiPetani umumnya masih kurang menerapkan teknologi budidaya

secara intensif maupun penanganan panen dan pasca panen. Dalam hal budidaya, tanaman belum mendapat perawatan dan pemupukan secara memadai. Dalam hal panen dan pasca panen tidak dilakukan perlakuan tertentu karena sebagian besar petani menjualnya dengan sistem tebasan.

Teknologi tepat guna yang diperlukan dan akan dilatihkan kepada para petani meliputi :

- Teknik penyiapan lahan- Pembibitan dan penanaman bibit- Budidaya- Panen- Pasca Panen (pengolahan skala kecil).

7.5. Pengolahan dan Pemasaran

12

Page 13: MODEL-KAGROMAS-UNTUK-Perlindungan-sumber-air.doc

1. PengolahanBuah dan sayuran dapat dijual dalam bentuk buah segar atau hasil

olahannya. Upaya pengolahan untuk mendapatkan buah segar berkualitas tinggi meliputi :a. Pemeraman untuk menyeragamkan kematangan buah dengan

perlakuan fisiko-kimia.b. Penghambatan proses pematangan buah dengan perlakuan fisiko-

kimia.c. Gradingd. Packing/pengemasane. Kalender panen tanda setelah panen sesuai dengan tanggal dipetik.f. Buku harian pakan (untuk memonitor produksi pohon).

Bauh Salak masih mempunyai prospek besar dijual sebagai buah segar. Namun demikian tetap perlu dilakukan antisipasi terjadinya fluktuasi harga atau turunnya harga Salak segar pada saat booming produksi/supply Salak . Pengolahan buah Salak menjadi produk olahan dapat berupa :

- Manisan/asinan Salak - Kripik Salak - Dodol- Buah potong dalam kaleng atau juice Salak Industri selai dan sirup dapat dilakukan sebagai home Industri dan

bahan bakunya cukup dipenuhi dari Salak yang bukan kualitas nomor 1.Untuk industri kripik, buah potong dalam kaleng atau juice Salak

diperlukan pengolahan skala besar, dengan kebutuhan bahan baku (buah Salak ) yang harus di supply secara kontinue. Paling sedikit dibutuhkan areal panen seluas 500 Ha untuk dapat memenuhi bahan baku Salak bagi industri tersebut.

2. Penanganan PemasaranSalak dan sayuran masih memiliki potensi yang cukup besar untuk

dijual dalam bentuk segar. Alur pemasaran buah dan sayuran dalam kurun waktu lima tahun yang akan datang adalah seperti berikut ini.

Rantai/alur pemasaran A akan terus di tingkatkan dan dikembangkan, guna memperpendek rantai tata niaga dan sebagai hasilnya diharapkan meningkatkan market share petani lebih besar dari 45 % dari harga beli konsumen.

Rantai/alur pemasaran B adalah sistem pemasaran buah dan sayuran yang telah terbentuk sejak lama. Pada pemasaran dengan sistem ini, upaya yang diperlukan adalah memberikan/ meningkatkan kesadaran petani untuk mengurangi penjualan dengan sistem tebasan kontan atau ijon, guna meningkatkan market share petani dari harga beli konsumen.

13