Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

download Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

of 147

Transcript of Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    1/147

    MODEL HIDROGEOLOGI BERDASARKAN ANALISIS

    PERUBAHAN SIFAT FISIK - KIMIA AIR TANAH PADA

    SISTEM AKIFER ENDAPAN GUNUNGAPI. STUDI KASUS:ZONA MATA AIR GUNUNG CIREMAI, JAWA BARAT

    DISERTASI

    Karya tulis sebagai salah satu syarat

    untuk memperoleh gelar Doktor dari

    Institut Teknologi Bandung

    Oleh:

    D. ERWIN IRAWAN

    NIM: 32005002

    (Program Studi Teknik Geologi)

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    2/147

    ABSTRAK

    MODEL HIDROGEOLOGI BERDASARKAN ANALISIS

    PERUBAHAN SIFAT FISIK - KIMIA AIR TANAH PADASISTEM AKIFER ENDAPAN GUNUNGAPI STUDI KASUS:

    ZONA MATA AIR GUNUNG CIREMAI, JAWA BARAT

    Oleh

    D. Erwin IrawanNIM : 320 05 002

    Gunung Ciremai (3072 mapl) merupakan gunung api strato yang terletak diKabupaten Kuningan dan Majalengka. Zona mata air terletak di bagian kaki dengan

    jumlah total kurang lebih 200 mata air berdebit 10 L/s hingga 800 L/s. Tipe mata airumumnya adalah rekahan pada batuan lahar dan lava, serta tipe depresi yang muncul

    pada tanah pelapukan.

    Penelitian ini menggunakan observasi mata air dan analisis terhadap 15 sifat fisik dan

    kimia air dengan menggunakan analisis korelasi, analisis klaster serta analisiskomponen utama. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi model hidrogeologi yang

    terdiri dari sistem akuifer endapan gunung api dan pola aliran air tanah.

    Dari hasil analisis sifat fisik dan kimia dengan grafik korelasi dan Diagram Piper

    dapat diidentifikasi dua kelompok karakter air tanah, yaitu: air tanah dengan

    pengaruh air meteorik dominan dan air tanah dengan pengaruh panas bumi.Pengelompokkan tersebut dicirikan pula oleh perubahan fasies kimia air dari daerah

    tinggi ke yang lebih rendah, yakni dari fasies bikarbonat menjadi fasies kalsium

    bikarbonat hasil interaksi dengan batuan kaya plagioklas, magnesiumbikarbonatyang mengindikasikan kontak dengan batuan sedimen yang diperkirakan dolomit,

    selanjutnya berubah menjadi natriumkaliumklorida hasil interaksi dengan batuan

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    3/147

    tergolong hipertermal dengan kandungan Na-K-Cl dan nilai TDS/DHL yang lebihtinggi dibanding air dalam Klaster 1.

    Hasil Analisis Komponen Utama menunjukkan parameter utama dari Kuadran II

    dengan ion bersifat seimbang beranggotakan contoh model mata air mesotermal danhipotermal pada elevasi yang tinggi. Parameter utama kemudian berubah menjadi pH,

    Mg

    2+

    , Ca

    2+

    , HCO3-

    pada Kuadran IV atau tetap seimbang pada Kuadran III. Ketigakuadran tersebut dikendalikan oleh waktu perjalanan air tanah dari elevasi tinggi ke

    rendah, komposisi akuifer batuan gunung api serta tipe aliran cepat pada mediarekahan. Pergeseran contoh air tanah dari Kuadran II ke Kuadran III dan IV

    mengindikasikan adanya interaksi air tanah pada ketiga jenis akuifer piroklastik, lava,

    dengan lahar. Untuk model mata air hipertermal pada Kuadran I, komponen utamaberubah menjadi TDS, DHL, Na, K, Cl, dan SO4sebagai hasil interaksi dengan panas

    bumi dari aktivitas volkanisme.

    Pengamatan suhu air tanah dan suhu udara selama 24 jam dimanfaatkan untuk

    mengindikasikan perilaku air tanah di dalam akuifer dengan lebih rinci. Di lokasi

    mata air Cibulan, pengukuran mengindikasikan aliran air tanah pada sistem akuifertertutup yang tidak berhubungan dengan udara permukaan tanah. Sementara

    pengukuran di Mata air Telaga Remis memperlihatkan pola interaksi air tanah dengan

    lingkungan permukaan tanah.

    Berdasarkan analisis respon debit mata air terhadap curah hujan pada dua lokasi mataair dihasilkan dua bentuk kurva time series yang memiliki kemiringan gradual dan

    tajam. Kurva dengan kemiringan gradual mencerminkan kendali akuifer media pori

    yang dominan, sementara kemiringan tajam dikendalikan oleh akuifer media rekahan.Kedua jenis kurva memperlihatkan perkiraan time lag rata-rata dalam kurun waktu 3-

    7 bulan. Hasil lainnya adalah perhitungan kawasan imbuhan dengan luas 3725 km2

    untuk mata air Cibulan dengan volume imbuhan 8,2x109m

    3/tahun, 6188 km

    2untuk

    mata air Telaga Remis dengan volume imbuhan 14,5x109m

    3/tahun.

    Kata kunci: endapan gunung api, sifat fisik dan kimia, analisis klaster, analisiskomponen utama

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    4/147

    ABSTRACT

    HYDROGEOLOGICAL MODEL BASED ON ANALYSES OF

    SHIFTING OF GROUNDWATERS PHYSICAL-CHEMICAL

    PROPERTIES IN VOLCANIC AQUIFER SYSTEM. CASE

    STUDY: SPRING ZONE OF MT. CIREMAI WEST JAVA

    By

    D. ERWIN IRAWAN

    NIM : 320 05 002

    The Mount Ciremai is a 3072 masl situated in the south of Cirebon. It constitutes ofspring zones along its foot slopes with nearly 200 groundwater springs, discharging

    10 L/s to 800 L/s of water. The spring zone is fed by volcanic aquifer system, which

    lie over clay-sand layers which contains large masses of intercalated evaporites. Dueto these conditions, the hydrochemical composition of the volcanic springs is

    relatively variable.

    In this study a hydrogeochemical characterization of the aquifer is undertaken to

    identify the hydrogeological model, consists of aquifer system and groundwater flowpath pattern, based on 140 samples collected from the volcanic springs. Theidentification was performed by studying hydrographs, the temporal evolution of

    physico-chemical parameters, and by means of multivariate statistical analyses with

    ifteen (15) hydrochemical parameters were considered (pH, EC., TDS., Twater, Tair,elevation, lithology, aquifer medium, Ca, Mg, Na, K, HCO3, Cl, SO4). Principal

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    5/147

    circulating in the volcanic rock aquifer system. Both springs are hyperthermal, withhigh Na-K-Cl and TDS/DHL contents from volcanic activities.

    PCA identifies the balanced parameters on Quadrant II and III which consists of

    mesothermal and hypothermal groundwater samples located on higher altitude.Balanced parameters change to dominant pH, Mg, Ca, HCO3 in Quadrant IV. The

    three quadrants are controlled by volcanic rock aquifer system with relatively fastcirculation in fractured aquifers. The shifting of groundwater samples from Quadrant

    II to Quadrant III and IV indicate the interaction between groundwater in the threeaquifers: pyroclastics, lavas, and lahars. The prevailing balanced parameters alter to

    dominant TDS/EC, Na, K, Cl, and SO4 in Quadrant I which contains volcanic

    hyperthermal groundwater samples. Along the direction of flow, hydrochemicaltrends are seen as the groundwater type changes from neutral type to Ca-HCO3, Mg-

    HCO3; then to Na-K-Cl derived from the mixture between cold waters and thermal

    water.

    Cibulan spring show different pattern of groundwater and surface temperature graphs.

    It indicates closed aquifer system, un-associated with surface environment. Moresimilar curve pattern is shown at Telaga Remis spring. It indicates that the

    groundwater flows in open aquifer system, associated with surface environment.

    Gradual curve indicates the control of porous aquifer system, while the sharp oneindicates the role of fractured aquifers. The estimated time lag between spring

    discharge and precipitation is within 3-7 months period. The calculation of springsrecharge area from the charts are 3725 km

    2 with 8.2x10

    9 m

    3/year of recharge for

    Cibulan, 6188 km2with 14.5x10

    9m

    3/year of recharge for Telaga Remis.

    The application of PCA and CA of hydrochemical and hydrodynamic data can be

    used to extract the conceptual model of hydrochemical evolution of volcanic waters.

    Moreover, the use of both approaches allows better establishment of volcanic aquifer

    characterization.

    Key word: volcanic aquifer system, physical and chemical properties, cluster

    analysis, principal component analysis

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    6/147

    MODEL HIDROGEOLOGI BERDASARKAN ANALISIS

    PERUBAHAN SIFAT FISIK - KIMIA AIR TANAH PADA

    SISTEM AKIFER ENDAPAN GUNUNGAPI. STUDI KASUS:ZONA MATA AIR GUNUNG CIREMAI, JAWA BARAT

    Oleh:

    D. ERWIN IRAWAN

    NIM: 32005002

    Program Studi Teknik Geologi

    Institut Teknologi Bandung

    Menyetujui

    Tim Pembimbing

    Tanggal Juni 2009

    Ketua

    Prof.Dr.Ir. Deny Juanda Puradimaja, DEA

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    7/147

    For those who always stand by me

    Family, C.P and A.R.I

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    8/147

    PEDOMAN PENGGUNAAN DISERTASI

    Disertasi Doktor yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan

    Institut Teknologi Bandung, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak

    cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HaKI yang berlaku di Institut

    Teknologi Bandung. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan

    atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan

    kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya.

    Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh disertasi haruslah seizin

    Direktur Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung.

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    9/147

    UCAPAN TERIMAKASIH

    Program Penelitian S3 ini mendapatkan bantuan dana dari Institut Teknologi

    Bandung melalui Program Vucher ITB, serta dukungan dana penelitian dari Dirjen

    Pendidikan Tinggi melalui dana Hibah Pascasarjana tahun 2005 - 2006. Rasa

    terimakasih saya sampaikan kepada ketiga institusi tersebut karena telah memberi

    kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

    Rasa hormat dan terimakasih saya sampaikan untuk tim promotor yang terdiri dari

    Prof.Dr.Ir. Deny Juanda Puradimaja, DEA, Prof.Dr.Ir. Sudarto Notosiswoyo, M.Eng,

    dan Dr. Prihadi Soemintadiredja untuk arahan dan diskusi yang memperkaya

    penelitian ini serta untuk menyempurnakan teks disertasi ini. Selain itu saya juga

    menyampaikan penghargaan dan terimakasih untuk Bapak/Ibu Pimpinan FITB: Ir.

    Lambok M. Hutasoit, Ph.D, Dr. Rubiyanto Kapid, dan Dr. Nining Sari Ningsih yang

    telah menyediakan fasilitas kerja serta ikut memberi semangat kepada saya untuk

    terus berupaya lulus tepat waktu dan menulis publikasi dan mengirimkan ke jurnal

    internasional. Diskusi dan arahan teknis juga saya dapatkan dari Dr. Lilik Eko

    Widodo dari KK Eksplorasi Sumber Daya Bumi, Dr. Satria Bijaksana dari KK Fisika

    Kompleks, Dr. Thom Bogaard dari TU Delft, Dr. Asnawir Nasution, dan Dr. Achmad

    Djumarma.

    Saya mengucapkan terimakasih pula untuk Bapak Ukas dan Bapak Wahyu Hidayat

    d i B d K b K i t l h b t di k d t d

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    10/147

    mahasiswa S2 Bapak Taat Setiawan dan Yayan Hendriyan yang telah membantu

    dalam visualisasi GIS.

    Dengan tulus, saya mengucapkan terimakasih untuk orang-orang terdekat saya,

    terutama matahari kecilku Abraary Raditya Irawan serta keluarga besar yang telah

    memberikan dukungan moril dan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan

    penelitian ini.

    Bandung, Juni 2009

    Penulis

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    11/147

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK ................................................................................................................... ii

    ABSTRACT ................................................................................................................ iv

    PEDOMAN PENGGUNAAN DISERTASI .......................................................... viiii

    UCAPAN TERIMAKASIH ...................................................................................... ix

    DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv

    DAFTAR TABEL .................................................................................................. xixx

    DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ........................................................... xx

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

    I.1 Distribusi Gunung Api di Indonesia ........................................................................ 1

    I.2 Pemilihan Daerah Penelitian .................................................................................... 3I.3 Daerah Penelitian ..................................................................................................... 3

    I.4 Permasalahan. .......................................................................................................... 6

    I.5 Lingkup Penelitian. .................................................................................................. 7

    I.6 Tujuan. ..................................................................................................................... 7

    I.7 Hipotesis dan Asumsi .............................................................................................. 8

    I.8 Metodologi ............................................................................................................... 8

    I.7.1 Kajian Penelitian Sebelumnya ......................................................................... 11

    I.7.2 Penelitian Lapangan ........................................................................................ 11

    I.7.3 Analisis Kimia Air ........................................................................................... 12

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    12/147

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 15

    II.1 Geologi ................................................................................................................. 15

    II.2 Hidrogeologi ......................................................................................................... 17

    II.3 Analisis Kelurusan Morfologi .............................................................................. 21

    II.4 Analisis Sifat Fisik dan Kimia Air Tanah ............................................................ 22

    II.4.1 Analisis Grafis ................................................................................................ 22

    II.4.2 Analisis Statistik Multivariabel ...................................................................... 22

    A. Analisis Komponen Utama (AKU) ................................................................. 23

    B. Analisis Klaster ................................................................................................ 24

    II.5 Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Air Tanah ........................................................ 25

    II.6 Analisis Respon Debit Mata Air .......................................................................... 26

    II.6.1 Umum ............................................................................................................. 26

    II.6.2 Analisis Respon Debit Mata Air .................................................................... 27

    II.6.3 Analisis Respon TDS dan Temperatur Air pada Mata Air ............................ 31

    BAB 3 HIDROGEOLOGI REGIONAL CIREMAI .............................................. 33

    III.1 Sistem Akuifer .................................................................................................... 33

    III.1.1 Kelompok Endapan Vulkanik ....................................................................... 33

    III.1.2 Kimia Batuan ................................................................................................ 35

    III.1.3 Analisis Kelurusan Morfologi ...................................................................... 36

    III.1.4 Ketebalan dan Laju Infiltrasi Tanah Pelapukan ............................................ 42

    III.2 Curah Hujan (Presipitasi) .................................................................................... 44

    III.3 Distribusi dan Geometri Mata Air....................................................................... 48

    III.3.1 Mata Air Depresi .......................................................................................... 53

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    13/147

    BAB 4 ANALISIS SIFAT FISIK DAN KIMIA AIR TANAH .............................. 62

    IV.1 Sifat Fisik ............................................................................................................ 62

    IV.1.1 Temperatur .................................................................................................... 62

    IV.1.2 Total Padatan Terlarut (Total Dissolved Solids)........................................... 63

    IV.1.3 pH ................................................................................................................. 64

    IV.2 Sifat Kimia .......................................................................................................... 65

    IV.2.1 Kalsium (Ca2+

    ) .............................................................................................. 65

    IV.2.2 Magnesium (Mg2+) ....................................................................................... 67

    IV.2.3 Natrium (Na+) ............................................................................................... 68

    IV.2.4 Kalium (K+) .................................................................................................. 69

    IV.2.5 Klorida (Cl-) .................................................................................................. 71

    IV.2.6 Sulfat (SO42-

    ) ................................................................................................ 72

    IV.2.7 Bikarbonat (HCO3-) ...................................................................................... 73

    IV.2.8 Fasies Air Tanah ........................................................................................... 74

    IV.3 Analisis Korelasi ................................................................................................. 77

    IV.3.1 Temperatur vs Elevasi .................................................................................. 77

    IV.3.2 Total Padatan Terlarut (Total Dissolved Solids/TDS) dengan Elemen Utama(Na, K, Cl, SO4) ....................................................................................................... 79

    IV.3.3 Klorida (Cl) dengan Sulfat (SO4) ................................................................. 80

    IV.3.4 Klorida (Cl) dengan Bikarbonat (HCO3) ...................................................... 80

    IV.3.5 Kalium (K) dengan Natrium (Na) ................................................................ 81

    IV.3.6 Klorida (Cl) dengan Natrium (Na) ............................................................... 82

    IV.4 Analisis Multivariabel ......................................................................................... 84

    IV.4.1 Analisis Klaster ............................................................................................. 84

    IV.4.2 Analisis Komponen Utama ........................................................................... 87

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    14/147

    V.2 Mata Air Telaga Remis ........................................................................................ 95

    V.2.1 Respon Debit Mata Air terhadap Curah Hujan .............................................. 95

    V.2.2 Fluktuasi TDS, DHL, dan Temperatur .......................................................... 97

    V.3 Pola Tipikal Respon Debit Mata Air .................................................................... 99

    BAB 6 KESIMPULAN ........................................................................................... 103

    VI.1 Model Hidrogeologi ...................................................................................... 103

    VI.2 Hal Baru ......................................................................................................... 106

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 108

    BIODATA PENULIS .............................................................................................. 116

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    15/147

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Jalur Gunung Api di Indonesia dan Pulau Jawa (Kusumadinata, 1979

    op.citPuradimaja, 2006)........................................................................ 2Gambar 2 a) Peta Lokasi G. Ciremai dan Citra Shuttle Radar Topographic

    Mission (SRTM)memperlihatkan Morfologi Daerah Kab. Majalengkadan Kab. Kuningan; b) Bentuk Siluet Ciremai yang Memperlihatkan

    Bentuk Lereng Utara dan Selatan. ......................................................... 5

    Gambar 3 Diagram Alir Penelitian yang Dilaksanakan Pada Perioda 2005-2008 . 9

    Gambar 4 Diagram Alir Proses Preparasi Data. ................................................... 10

    Gambar 5 Peta geologi gunung api oleh Situmorang (1995) ............................... 19

    Gambar 6 Simulasi Aliran Air Tanah di Lereng Timur Gunung Ciremai(IWACO-WASECO, 1989) ................................................................. 20

    Gambar 7 Contoh Diagram Piper (1944) untuk menganalisis Fasies Air Tanah . 22

    Gambar 8 Model skematik hidrograf mata air di kawasan karst dengan sistem

    akuifer media rekahan murni (Kovacs dan Perrochet, 2008) .............. 28

    Gambar 9 Beberapa Klaster Hidrograf Mata Air di Kawasan Gunung Api di P.

    Jeju di Republik Korea (Kim dkk, 2007). ........................................... 29

    Gambar 10 Contoh Analisis Besaran Imbuhan (R) berbasis Hidrograf Debit Mata

    Air menurut Pacheo dan Alencoao (2005) .......................................... 31

    Gambar 11 Grafik Klasifikasi Batuan Gunung Api (Le Bas and Streckeisen, 1991;

    Pusat Survey Geologi, 2007) ............................................................... 35

    Gambar 12 Pola Kelurusan yang Teridentifikasi di Daerah Penelitian .................. 37

    Gambar 13 Diagram Roset Orientasi Kelurusan serta Jumlahnya. ........................ 38

    Gambar 14 Histogram jarak mata air terhadap kelurusan yang terdekat. .............. 39

    Gambar 15 Plot antara debit mata air (Q dalam L/d) dengan jaraknya terhadap

    k l (d l ) 40

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    16/147

    Gambar 20 Peta Stasiun Penakar Hujan dan Data Pengukuran Rata-Rata Bulananpada Jan Des 2006. Peta memperlihatkan stasiun yang ada (titik

    hitam) dan stasiun yang tersedia datanya (lingkaran merah) (BadanMeteorologi dan Geofisika, 2008) ....................................................... 46

    Gambar 21 Grafik Rata-Rata Hujan Bulanan dalam mm (2006-2007) (Badan

    Meteorologi dan Geofisika, 2008) ....................................................... 47

    Gambar 22 Grafik Hujan Tahunan Bulan Januari-Desember 2006 dalam mm

    (Badan Meteorologi dan Geofisika, 2008) .......................................... 47

    Gambar 23 Grafik Hujan Tahunan Bulan Januari-Juli 2007 dalam mm

    (Badan Meteorologi dan Geofisika, 2008) .......................................... 48

    Gambar 24 Histogram Pemunculan Mata Air dan Zonasi Debitnya (Irawan dan

    Puradimaja, 2006)................................................................................ 49

    Gambar 25 Histogram Posisi Elevasi Mata Air ..................................................... 50

    Gambar 26 Plot Interval Elevasi Mata Air Berdasarkan Jenis Batuan Penyusun

    Akuifernya ........................................................................................... 51

    Gambar 27 Perbandingan Jumlah dan Distribusi Mata Air Antara Lereng Barat

    (warna hitam) dan Lereng Timur (warna putih) Berdasarkan Elevasi.52

    Gambar 28 Penampang Geologi Gunung Ciremai Berarah Utara-Selatan (atas) danBarat-Timur (bawah). .......................................................................... 53

    Gambar 29 Skema Interpretasi Mata Air Rekahan: ............................................... 54

    Gambar 30 Skema Interpretasi Mata Air Depresi: ................................................. 56

    Gambar 31 Histogram Debit Mata Air ................................................................... 56

    Gambar 32 Interval Plot Debit Mata Air Berdasarkan Litologi. ............................ 57

    Gambar 33 Pola Aliran Air Tanah di Gunung Ciremai (Irawan dan Puradimaja,

    2006) .................................................................................................... 60Gambar 34 Pola Aliran Air Tanah pada Contoh Kasus Mata Air Cibulan (Irawan

    and Puradimaja, 2006) ......................................................................... 61

    Gambar 35 Histogram Temperatur Air Tanah pada Sistem Akuifer Endapan

    Gunung Api Lahar (LhB), Piroklastik (PxB), dan Lava (Lv), serta

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    17/147

    Gambar 38 Histogram Konsentrasi Ca2+

    dalam meq/L pada Sistem AkuiferEndapan Gunung Api Lahar (LhB), Piroklastik (PxB), dan Lava (Lv),

    serta Batuan Sedimen Fm. Kaliwangu (Klw) Sebagai Pembanding. .. 66

    Gambar 39 Histogram Komposisi Mg2+

    dalam meq/L pada Sistem AkuiferEndapan Gunung Api Lahar (LhB), Piroklastik (PxB), dan Lava (Lv),

    serta Batuan Sedimen Fm. Kaliwangu (Klw) Sebagai Pembanding. .. 68

    Gambar 40 Histogram Komposisi Na+dalam meq/L pada Sistem Akuifer Endapan

    Gunung Api Lahar (LhB), Piroklastik (PxB), dan Lava (Lv), sertaBatuan Sedimen Fm. Kaliwangu (Klw) Sebagai Pembanding. ........... 69

    Gambar 41 Histogram Komposisi K+ dalam meq/L pada Sistem Akuifer Fm.

    Kaliwangu (Klw), Lahar (LhB), Piroklastik (PxB), dan Lava (lv). .. 71

    Gambar 42 Histogram Komposisi Cl- dalam meq/L pada Sistem Akuifer Fm.

    Kaliwangu (Klw), Lahar (LhB), Piroklastik (PxB), dan Lava (lv). .. 72

    Gambar 43 Histogram Komposisi SO42- dalam meq/L pada Sistem Akuifer Fm.

    Kaliwangu (Klw), Lahar (LhB), Piroklastik (PxB), dan Lava (lv). .. 73

    Gambar 44 Histogram Komposisi HCO3- dalam meq/L pada Sistem Akuifer

    Endapan Gunung Api Lahar (LhB), Piroklastik (PxB), dan Lava (Lv),serta Batuan Sedimen Fm. Kaliwangu (Klw) Sebagai Pembanding. .. 74

    Gambar 45 Plot Piper Contoh Air Tanah dan Rekonstruksi Proses Perubahan Sifat

    Kimia Airnya ....................................................................................... 76

    Gambar 46 Plot Antara Elevasi dengan Temperatur Udara Diandai Titik Hitam,dan Temperatur Air Ditandai Titik Merah. ......................................... 78

    Gambar 47 Plot TDS dan Na, K, Cl, SO4pada Sistem Akuifer Endapan Gunung

    Api Lahar (LhB), Piroklastik (PxB), dan Lava (Lv), serta Batuan

    Sedimen Fm. Kaliwangu (Klw) Sebagai Pembanding. ....................... 79

    Gambar 48 Plot Antara Ion Cl dan SO4pada Sistem Akuifer Endapan Gunung ApiLahar (LhB), Piroklastik (PxB), dan Lava (Lv), serta Batuan Sedimen

    Fm. Kaliwangu (Klw) Sebagai Pembanding. ...................................... 80

    Gambar 49 Plot Antara Konsentrasi Ion Cl dan HCO3 Pada Sistem Akuifer

    Endapan Gunung Api Lahar (LhB), Piroklastik (PxB), dan Lava (Lv),serta Batuan Sedimen Fm. Kaliwangu (Klw) Sebagai Pembanding. ..81

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    18/147

    Gambar 54 Plot Komponen Utama antara Komponen 1 dan Komponen 2. .......... 88

    Gambar 55 Alur Proses Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Air Tanah Secara

    Skematik di Gunung Ciremai. Warna merah mengindikasikan

    kelompok air tanah hipertermal. .......................................................... 88

    Gambar 56 Skema Model Hidrogeologi berdasarkan Sifat Fisik dan Kimia Air .. 89

    Gambar 57 Skema Sistem Panas Bumi (Ellis dan Mahon, 1978) .......................... 89Gambar 58 Skema mata air no 26 (Mata Air Cibewok) dan no 226 (Mata Air

    Rajawangi). Terjadi interaksi antara air tanah pada kedua jenis akuifer.

    ............................................................................................................. 90

    Gambar 59 Skema mata air no 17 (Mata Air Sangkanurip) dan no 226 (Mata AirCigirang). Terjadi interaksi antara air tanah pada kedua jenis akuifer.

    ............................................................................................................. 90

    Gambar 60 Plot Berurut Waktu Antara Debit Mata Air (sumbu y kanan) danpresipitasi (sumbu y kiri) di Lokasi Mata Air Cibulan ........................ 92

    Gambar 61 Plot Semilog Analisis Hidrograf Debit Mata Air Cibulan .................. 93

    Gambar 62 Plot Berurut Waktu TDS dan DHL (sumbu y kanan); dan Presipitasi

    (sumbu y kiri) di Lokasi Mata Air Cibulan ......................................... 94

    Gambar 63 Plot Hasil Pengukuran Suhu Air dan Udara di lokasi Mata Air Cibulan

    Selama 24 jam ..................................................................................... 95Gambar 64 Plot Berurut Waktu Antara Debit (sumbu y kanan) dan Curah Hujan

    (sumber y kiri) di Lokasi Mata Air Telaga Remis .............................. 96

    Gambar 65 Plot Semilog Analisis Hidrograf Debit Mata Air Telaga Remis ......... 97

    Gambar 66 Plot Berurut Waktu Antara TDS dan DHL (sumbu y kanan); dan

    Curah Hujan (sumbu y kiri) di Lokasi Mata Air Telaga Remis. ......... 98

    Gambar 67 Plot Berurut Waktu Hasil Pengukuran Temperatur Air Pada Mata AirDan Temperatur Udara di Mata Air Telaga Remis. ............................ 99

    Gambar 68 Usulan Model Umum Hidrograf Mata Air Pada Sistem Akuifer

    Gunung Ciremai (a) dan (b) dan Perbandingannya dengan modelUmum Hidrograf Sistem Akuifer Media Rekahan Murni (c) ........... 101

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    19/147

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Rangkuman Kondisi Hidrogeologi Gunung Ciremai (Irawan dan

    Puradimaja, 2006) .................................................................................. 34

    Tabel 2 Komposisi Kimia Batuan Gunung Api Ciremai Hasil Analisis

    Laboratorium (Pusat Survey Geologi, 2007) ......................................... 35

    Tabel 3 Nilai Laju Infiltrasi Pada Tanah Pelapukan (cm/menit) ........................ 43

    Tabel 4 Data Curah Hujan dari 13 stasiun 2006 dan 2007 dalam mm (BadanMeteorologi dan Geofisika, 2008) ......................................................... 45

    Tabel 5 Ringkasan Data Mata Air Hasil Observasi ............................................ 50

    Tabel 6 Perbandingan Komposisi Ca pada Batuan dan Air Tanah ..................... 66

    Tabel 7 Perbandingan Komposisi Mg pada Batuan dan Air Tanah .................... 67

    Tabel 8 Perbandingan komposisi Na pada batuan dan air tanah ........................ 69

    Tabel 9 Perbandingan Komposisi K pada Batuan dan Air Tanah ...................... 70

    Tabel 10 Koefisien Korelasi Hasil Analisis .......................................................... 77

    Tabel 11 Bobot Faktor (factor loading) pada Analisis Komponen Utama ........... 87

    Tabel 12 Pengukuran Suhu Air Tanah dan Udara Selama 24 jam di Lokasi Mata

    Air Cibulan ............................................................................................ 95

    Tabel 13 Pengukuran Suhu Air Tanah Dan Udara Selama 24 jam di Lokasi Mata

    Air Telaga Remis ................................................................................... 99

    Tabel 14 Rangkuman Hasil Perhitungan Luas Kawasan Imbuhan Mata Air ..... 102

    Tabel 15 Resume Analisis Multivariabel ............................................................ 103

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    20/147

    DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

    Singkatan Nama Pemakaian

    pertama kalipada halaman

    mapl Meter di atas permukaan laut 3

    SRTM Shuttle Radar Topographic Mission 5

    Q Debit (dalam satuan L/det) 7

    T Temperatur (dalam satuanoC) 7

    TDS Total Dissolved Solids (dalam satuan ppm) 7

    DHL Daya Hantar Listrik (S/cm) 7

    SMEWW Standard Method Evaluation for Water and

    Waste Water

    12

    CA Cluster Analysis 12

    PCA Principal Component Analysis 12

    AK Analisis Klaster 12

    AKU Analisis Komponen Utama 12

    U Utara 19

    S Selatan 19

    B Barat 19

    T Timur 19LhB Lahar 35

    Lv Lava 35

    PxB Piroklastik 35

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    21/147

    Mg Magnesium 17

    K Kalium 17

    HCO3 Bikarbonat 17

    Cl Klorida 17

    Qt debit mata air pada waktu t 30

    Q0 debit pada to 30

    (t2-t1) beda waktu antara Qt dan Qo 30

    e basis angka logaritmik 30

    koefisien resesi 30

    R BesaranRecharge (imbuhan) 31

    Rho 57

    Ohm 57

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    22/147

    BAB I PENDAHULUAN

    I.1 Distribusi Gunung Api di Indonesia

    Indonesia merupakan bagian dari jalur gunung api dunia yang memiliki kurang

    lebih 128 gunung api (Gambar 1), dan meliputi lahan seluas 33.000 km2

    (Kusumadinata, 1979). Jumlah gunung api sebanyak 128 telah direvisi menjadi

    129 menurut website Pusat Vulkanologi dan mitigasi bencana alam geologi

    (http://portal.vsi.esdm.go.id) sejak meletusnya Gunung Anak Ranakan di Pulau

    Flores pada tahun 1990. Sebagian besar diantaranya adalah gunung api berumur

    kuarter berbentuk strato. Jumlah yang sangat besar tersebut membuat Indonesia

    menjadi salah satu negara penting dalam penelitian kegunungapian di dunia.

    Namun demikian masih belum banyak penelitian yang secara spesifik menelaah

    kondisi hidrogeologi di kawasan gunung api.

    Menurut Kusumadinata (1979) terdapat 73 gunung api Tipe A, 21 diantaranya

    (29%) berada di Pulau Jawa dan sisanya tersebar di Pulau Sumatra 12 gunung

    (16%), Bali dan NTB sebanyak lima gunung (7%,) NTT sebanyak 13 gunung

    (18%), Kepulauan Banda sebanyak tujuh gunung (10%), Sulawesi dan Kepulauan

    Sangir sebanyak 11 gunung (15%), Kepulauan Maluku sebanyak empat gunung

    (5%). Menurut Situs Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

    (http://portal.vsi.esdm.go.id), tiga tipe gunung api berdasarkan keaktifannya dapat

    diterangkan sebagai berikut:

    Tipe A: gunung berapi yang pernah mengalami erupsi magmatik

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    23/147

    2

    JA WA

    10o

    Iyang Argapura

    Jakarta

    Surabaya

    Yogyakarta

    BALI

    LOMBOK SUMBAWA

    TamboraRinjani

    Agung

    BaturIjen

    Raung

    Sangean apiLamongan

    Bromo

    Semeru

    Arjuno-Welirang

    Kelud

    Lawu

    Wilis

    Ciremai

    KarahaTalaga Bodas

    Slamet

    SundoroSumbing

    Merbabu

    Dieng

    Merapi

    Butak PetaranganKiaraberes

    UngaranBandung

    KarangPulasari

    Tangkuban Perahu

    Patuha

    Perbakti

    SalakGede

    Gagak

    Galunggung

    Kw. Manuk

    Guntur

    Papandayan

    Kamojang

    Wayang Windu

    PatuhaPatuhaPatuha

    0 100 200300 km

    North

    105o

    110o

    115o

    100o

    105o

    110o

    115o

    100o

    5o

    10o

    5o

    SUMATRAPAPUA

    JAWA

    KALIMANTAN

    SULAWESI

    N

    Gambar 1 Jalur Gunung Api di Indonesia dan Pulau Jawa (Kusumadinata, 1979 op.citPuradimaja, 2006)

    750km

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    24/147

    I.2 Pemilihan Daerah Penelitian

    Studi komparatif telah dilakukan oleh penulis terhadap sistem akuifer endapan

    gunung api di G. Ciremai, G. Tangkubanparahu, G. Gede Pangrango, dan G.

    Karang. Beberapa karakter dan catatan penting khususnya di bidang hidrogeologi

    pada masing-masing gunung api telah diringkas pada Tabel 1.

    Tabel 1 Ringkasan Kondisi Hidrogeologi G. Ciremai, G. Tangkubanparahu, G.

    Gede Pangrango, dan G. Karang yang disarikan dari peneliti

    sebelumnya. (Situmorang, 1995, Djuri, 1995, Effendi, 1974, IWACO-

    WASECO, 1989) dan hasil survei awalParameter yang

    dibandingkan

    Ciremai Gede Tangkuban-

    parahu

    Karang

    Kemiringan lereng 5 30o 5 20o 5 70o 5 20o

    Geologi regional:

    Litologi 22 lapisan batuan

    gunung api

    12 lapisan batuan

    gunung api

    18 lapisan batuan

    gunung api

    5 lapisan batuan

    gunung api

    Struktur Patahan

    terpendam

    Patahan

    terpendam

    Patahan

    terpendam

    Tidak ada patahan

    Ketebalan tanahpelapukan

    1 10 1 10 1 10 1 5

    Sistem Akuifer Tak

    Tertekan:Mata Air:

    Jumlah yang telahterpetakan

    116 32 50 27

    Distribusi di bagian

    kaki

    Dalam 3 zona

    elevasi

    Di kaki gunung,

    tersebar

    Di kaki gunung,

    tersebar

    Di kaki gunung,

    tersebar

    Tipe mata airdominan

    Rekahan Rekahan Rekahan Depresi

    Debit (L/det) 1 900 1 400 1 200 1 12

    Temperatur (oC) 23 - 63 23 49 23 47 27 41

    TDS (ppm) 100 - 3000 100 1500 100 2000 100 600DHL (S/cm) 100 - 2500 100 - 1250 100 1700 100 400

    Penelitian sebelumnya Penelitian

    magister

    Penelitian skala

    regional

    Penelitian skala

    regional

    Penelitian skala

    regional

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    25/147

    lebih 10 km. Sebagian kawasan Ciremai, seluas 15.000 ha telah dikelola sebagai

    kawasan konservasi berupa taman hutan lindung sejak tahun 1994. Peruntukannya

    ditetapkan berdasarkan SK.424/Menhut-II/04 tanggal 19 Oktober 2004.

    Curah hujan rata-rata adalah 3028 mm/tahun dengan kisaran antara 1507 hingga

    4746 mm/tahun (Badan Geofisika dan Meteorologi, 2008). Presipitasi yang sangat

    tinggi tersebut berpotensi menjadi imbuhan ke dalam akuifer produktif endapan

    gunung api yang kemudian muncul sebagai mata air di bagian kaki gunung. Tabel

    2 memperlihatkan contoh kisaran debit pada 13 mata air yang terdapat di Gunung

    Ciremai.

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    26/147

    Gambar 2 a) Peta Lokasi G. Ciremai dan Citra Shuttle Radar Topographic

    Mission (SRTM)memperlihatkan Morfologi Daerah Kab. Majalengka

    G. Ciremai(3072 mdpl)

    Kab.

    Majalengka

    Kab.

    Kuningan

    Laut

    Jawa

    U

    10 km

    Java

    CirebonJakarta

    Bandung Ciremai

    Sumatra Kalimantan

    Java sea

    Indian ocean

    200 km

    Utara

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    27/147

    Tabel 2 Contoh Kisaran Debit Mata Air di G. Ciremai (IWACO-WASECO, 1989)No Nama mata air Elevasi

    (mapl)Total debit

    (L/det)

    1 Cibulan 480 400-5002 Cibulakan 500 250-3703 Cigorowong 472 250-3004 Cibolerang 375 160-190

    5 Cipaniis 475 > 10006 Cijumpu 395 130-2207 Cisemaya 347 500-8008 Cibujangga 445 1709 Cicerem 350 140-29010 Citengah 354 130-17011 Telaga Remis 210 125-300

    12 Telaga Nilem 190 160-40013 Bojong 191 80-200

    Akuifer yang produktif di G. Ciremai menjadi sumber air bagi masyarakat Kab.

    Kuningan, sebagian Kab. Majalengka, Kab. Cirebon, dan bahkan Kota Cirebon.

    Peran G. Ciremai sebagai sumber air yang sangat penting ini, mengharuskan

    Pemerintah Kab. Kuningan untuk melakukan pengelolaan dengan baik.

    I.4 Permasalahan.

    Sebagaimana diketahui, sumber imbuhan utama air tanah adalah air hujan yang

    berkisar antara 2000 4000 mm/tahun di Indonesia; namun pada kenyataannya

    curah hujan tersebut tidak terdistribusi secara merata (Puradimaja, 2006). Sebagai

    contoh, kawasan pantai P. Jawa hanya menerima kurang dari 250 mm/tahun,

    sementara kawasan lereng gunung api dan sekitarnya menerima lebih dari 2500

    mm/tahun. Presipitasi yang sedemikian besar di kawasan gunung api memberikan

    peluang besar terhadap kemunculan mata air-mata air dengan debit besar dan

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    28/147

    dapat dilakukan dengan tepat. Berkaitan dengan hal tersebut, Penulis merumuskan

    masalah utama, yaitu bagaimana mengidentifikasi model hidrogeologi berupa

    sistem akuifer dan pola aliran air tanah pada sistem akifer batuan gunung api

    berdasarkan analisis perubahan sifat fisik dan kimia air tanah.

    I.5 Lingkup Penelitian

    Lingkup penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai berikut. Obyek yang

    diobservasi di lapangan adalah zona mata air di lereng Gunung Ciremai yang

    berkembang pada sistem akuifer tak tertekan (bebas) pada endapan gunung api.

    Observasi lapangan terdiri dari observasi kondisi geologi lapangan, pengukuran

    laju infiltrasi akhir di lapangan, pengukuran sifat fisik dan kimia air tanah pada

    140 mata air dan pengambilan contohnya, serta pengukuran hidrometri parameter

    debit mata air (Q), temperatur air dan udara (T), total padatan terlarut/ total

    dissolved solids (TDS), dan daya hantar listrik (DHL). Tahap metoda analisis di

    laboratorium/studio terdiri dari analisis kimia komposisi ion utama pada 140

    contoh air tanah serta pemanfaatan analisis statistik multi variabel menggunakan

    analisis klaster dan analisis komponen utama.

    I.6 Tujuan.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk model hidrogeologi berupa sistem akuifer dan

    pola aliran air tanah pada sistem akifer batuan gunung api berdasarkan analisis

    perubahan sifat fisik dan kimia air tanah. Untuk mencapai tujuan tersebut

    digunakan tiga pendekatan: observasi lapangan, analisis statistik terhadap

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    29/147

    I.7 Hipotesis dan Asumsi

    Hipotesis yang diambil dalam tulisan ini adalah bahwa model hidrogeologi berupa

    sistem akuifer dan pola aliran air tanah dapat diidentifikasi berdasarkan analisis

    perubahan sifat fisik dan kimia air tanah. Latar belakang rasional dari hipotesis di

    atas berbasis kepada asumsi-asumsi di bawah ini:

    1. Sifat-sifat kimia air tanah merupakan hasil dari interaksi antara air dengan

    mineral/batuan serta air dengan udara (Matthess, 1981). Penanda kimiawi

    air tanah berkaitan dengan satu atau beberapa reaksi antara air tanah

    dengan komposisi akuifer (Thyne dkk, 2004).

    2. Reaksi antara air dengan mineral terjadi pada saat air tanah menginfiltrasi

    akuifer, mengalir dalam akuifer, kemudian muncul ke permukaan sebagai

    mata air, sehingga komposisi kimia air tanah. bersifat dinamis. Perubahan

    sifat kimia dinyatakan pula oleh Chebotarev (1955) op.citbuku Physical

    and Chemical Hydrogeologyoleh Domenico dkk (1990).

    3. Kondisi kimia air tanah merupakan cerminan waktu tinggal (residence

    time) air di dalam akuifer. Semakin lama waktu tinggal berarti semakin

    lama air tanah bersirkulasi di dalam akuifer, sehingga semakin lama pula

    waktu kontak dan interaksi yang terjadi dengan mineral pembentuk

    batuan. Interaksi tersebut menyebabkan perubahan dalam sifat fisik dan

    kimia air tanah sampai tercapai kesetimbangan (Chebotarev, 1955 op.cit

    Domenico dkk, 1990).

    I.8 Metodologi

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    30/147

    9

    Peta topografi

    Citra SRTM

    Petageologi

    Peta hidrogeologi

    Analisis regional

    Observasi mata air:Litologi & geometri

    Sifat fisikair tanah:

    Q, T, TDS, EC, pH

    Sifatkimia air tanah:

    Ca2+, Na+, Mg2+, K+,HCO3

    -, Cl-, SO42-

    Analisis:

    1.Diagram Piper2.Korelasi3.Komponenutama

    4.Klaster5.Hidrograf

    Klasifikasi

    mata air

    Kendaligeologiterhadapmata air

    Asal mula mata

    air

    Sisteminput/

    Output airtanah

    Model

    hidrogeologipola aliran airtanah

    Data time series

    hidrograf: Q, TDS, EC

    Delay time,

    sistemakuifer,Kawasanimbuhan

    Gambar 3 Diagram Alir Penelitian yang Dilaksanakan Pada Perioda 2005-2008

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    31/147

    Contohair tanah

    Analisision utamadi laboratorium

    Konsentrasiion utama:Ca2+,Mg2+,Na+,K+,

    Cl-,SO42-,HCO3-

    Penyaringan data (Ion Charge Balance)( kation - anion) / ( kation + anion) x 100%

    Konversimg/L -> meq/L

    =m ion/Ar * valensi

    5% diterima 5% dikeluarkan

    An.korelasi An.StatistikMultivariabel

    AnalisiskorelasiR2 0,8

    Analisis StatistikMultivariabel

    AnalisisKlaster

    AnalisisKomponen

    Utama

    Databasemataair

    Variabel

    Contoh

    Air tanah

    Pemilahan contoh air tanah (genesa,sistem hidrogeologi)

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    32/147

    Tabel 3 Jadual pelaksanaan penelitian

    I.7.1 Kajian Penelitian Sebelumnya

    Pada tahap ini, data sekunder serta informasi yang didapat dari penelitian-

    penelitian dan survei sebelumnya dianalisis kembali untuk memperoleh gambaran

    J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D

    I Tahap Pra Survei (Studio)

    1.1 Digitalisasi peta

    1.2 Analisis peta:

    1.2.1 Peta topografi 1 set

    1.2.2 Peta geologi 1 set

    1.2.3 Analisis data sekunder 1 set

    1.2.4 Analisis citra SRTM 1 set

    1.3 Studi literatur 1 set

    II Tahap survei

    2.1 Observasi mata air 10 0 mata air

    2.1.1

    Sifat fisik: Q, T, pH, DHL,

    TDS 100 sampel

    2.1.2 Pengambilan contoh air 100 sampel

    2.1.3 Observasi singkapan 100 lokasi

    2.1.4 Geometri mata air 10 0 mata air

    2.2

    Pengujian kimia air (ion

    utama): Ca, Na, Mg, K, HCO3,

    Cl, SO4100 sampel

    2.2.1

    Sampel air tanah dari mata

    air81 sampel

    2.2.2S amp el air ta na h d ari su mu r 1 0 s amp el

    2.2.3 Sampel air hujan 4 sampel

    2.2.4 Sampel air sungai 5 sampel

    2.3

    Pengukuran geolistrik (pada

    lokasi terpilih) 20 titik

    2.3.1 Pengukuran data

    2.3.2 Interpretasi data

    2.3.3 Rekonstruksi penampang

    2.4

    Pengujian parameter hidrolik

    lapangan (pada lokasi terpilih)5 lokasi

    2.4.1 Pemboran dangkal 15 titik

    2.4.2

    Pengukuran permeabilitas

    lapangan25 titik

    2.4.3

    Uji permeabilitas

    laboratorium15 titik

    III

    Tahap pengolahan data

    (Studio)3.1 Pengolahan data mata air

    3.1.1

    Penyusunan database mata

    air

    3.1.2 Pengolahan peta

    3.1.3 Pembuatan penampang

    3.2 Analisis statistik multi variabel

    3.2.1 Analisis komponen utama

    3.2.2 Analisis klaster

    3.3 Pengujian hasil penelitian

    3.4 Penyusunan disertasi

    3.5 Penyusunan publikasi 7 buah

    2007 2008

    Jadual kerjaVolume

    No Aktivitas Jumlah Satuan 2005 2006

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    33/147

    lebih besar dari 10 L/det diukur menggunakan metoda stream channeling. Untuk

    debit mata air kurang dari 1 L/det, pengukuran menggunakan wadah bervolume 1

    L dan stopwatch. Pengukuran debit mata air dilakukan dua kali (duplets) untuk

    setiap pengamatan.

    Sifat fisik-kimia air tanah yang diukur meliputi: temperatur udara (Tu),

    temperatur air (Ta), Daya Hantar Listrik (DHL), Total Padatan Terlarut atau Total

    Dissolved Solids (TDS), dan pH (tingkat keasaman). Temperatur udara diukur

    menggunakan thermometer air raksa standar. Parameter lainnya diukur dengan

    alat ukur DHL/TDS meter merk Orion dan pH meter merk Hanna Instrument.

    Untuk keperluan analisis kimia, contoh air tanah diambil dengan botol plastik

    berukuran 1 L.

    I.7.3 Analisis Kimia Air

    Uji laboratorium terdiri dari pengukuran kandungan ion utama (Ca2+, Na+, Mg2+,

    K+, HCO3-, SO4

    2-, dan Cl-) menggunakan Standard Method Evaluation for Water

    and Waste Water (SMEWW) oleh The America Public Health Administration

    (APHA) tahun 1999. Hasil analisis kimia diverifikasi dengan metoda ion balance

    dengan persamaan 1 di bawah ini, sebelum dianalisis dan diinterpretasi lebih

    lanjut. Penulis menentapkan batas error balance sebesar 10% (Matthess, 1981).

    Air tanah dengan cation/anion balancelebih dari 10 % akan diuji ulang.

    [(cations - anions) / (cations + anions)] x 100% Persamaan 1

    I.7.4 Interpretasi Hasil Analisis Air

    Analisis dan interpretasi dalam penelitian ini memerlukan teknik

    kl ifik i h i h b b i if fi ik d ki i U k i

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    34/147

    I.7.5 Penulisan Disertasi

    Tahap akhir dari penelitian ini adalah pelaporan dalam bentuk penulisan disertasi.

    Dokumen disertasi ini kemudian akan dipertahankan di depan Komisi Program

    Pasca Sarjana (KPPS) dalam Sidang Tertutup. Kerangka penulisan disertasi

    adalah sebagai berikut:

    Bab 1 Pendahuluan

    Bab pertama menyajikan distribusi gunung api di Indonesia, bagaimana potensi

    air tanahnya, serta pemilihan daerah penelitian. Dalam bab ini juga dijelaskan

    mengenai masalah dan tujuan penelitian, deskripsi metodologi yang akan

    dilakukan, hipotesis dan asumsi yang digunakan, output penelitian, serta hal baru

    yang diharapkan.

    Bab 2 Tinjauan Pustaka

    Bab tinjauan pustaka menampilkan berbagai dasar teori yang berkaitan dengan

    sistem endapan gunung api, pemunculan mata air, sifat fisik dan kimia air tanah,

    serta berbagai analisis statistik yang akan digunakan untuk menjawab masalah

    yang ada.

    Bab 3 Hidrogeologi Regional Ciremai

    Pada Bab 3 akan mengulas kondisi geologi dan hidrogeologi regional di kawasan

    Gunung Ciremai, berdasarkan hasil penelitian dan survei yang telah dilakukan

    sebelumnya.

    Bab 4 Analisis Sifat Fisik dan Kimia Air Tanah

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    35/147

    Bab 5 Analisis Respon Debit Mata Air

    Analisis lebih jauh dilakukan terhadap data pengukuran berkala (time series)dari

    debit mata air, curah hujan, temperatur air dan udara, serta nilai TDS. Analisis

    detil ini hanya dilakukan terhadap 3 mata air, yaitu: Cibulan, Telaga Remis, dan

    Ciuyah. Ketiga mata air dipilih karena merefleksikan kondisi geologi yang

    berbeda, serta pencapaian ke lokasinya yang relatif mudah. Pembahasan

    diarahkan untuk memperkirakan waktu tinggal (residencetime) air tanah di dalam

    akuifer.

    Bab 6 Kesimpulan

    Bab ini menyimpulkan hasil penelitian secara komprehensif dan merumuskan

    jawaban dari permasalahan yang ada.

    I.9 Output Penelitian.

    Penelitian ini diharapkan dapat:

    Mengidentifikasi model hidrogeologi berupa sistem akuifer endapan

    gunung api dan pola aliran air tanahnya.

    Menguji kemampuan metoda grafis dan statistik multivariabel AK dan

    AKU untuk memisahkan sistem akuifer endapan gunung api dan pola

    aliran air tanahnya.

    Secara rinci, output penelitian ditampilkan pada tabel berikut ini.

    Tabel 4 Output penelitian yang direncanakanHasil Hal baru

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    36/147

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Geologi

    Ciremai dikelompokkan sebagai gunung api Tipe A, yakni gunung api yang masih

    aktif sejak 1600. Sejarah mencatat gunung api ini pernah meletus sebanyak lima

    kali, yaitu pada tahun 1698, 1772, 1775, 1805, dan 1937. Interval terpendek erupsi

    adalah tiga tahun, sedangkan yang terpanjang adalah 112 tahun (Kusumadinata,

    1979 dan www.vsi.esdm.go.id). Endapan gunung api kuarter di daerah riset terdiri

    dari tiga generasi erupsi:

    Generasi pertama adalah gunung api berumur Plistosen, yang merupakan

    bagian dari aktivitas vulkanisme Plio-Plistosen (Bemmelen, 1949). Unit

    ini terdiri dari lava dan breksi yang diendapkan di atas batuan sedimen

    berumur tersier. Sisa-sisanya dapat dilihat saat ini sebagai Gunung Putri,Pasir Bungkirit, Pasir Wangi, Pasir Garunggang (Ciremai selatan).

    Generasi kedua adalah G. Gegerhalang yang diduga memiliki elevasi 3500

    mapl sebelum runtuh. Endapan gunung apinya dari tua ke muda terdiri dari

    Aliran Piroklastik Puncak, Aliran Lava Karangsari, Aliran Piroklastik

    Argalingga, Aliran Piroklastik Cibuluh, Aliran Lava Cibuluh, LaharBantaragung, dan Lahar Kuningan. Keberadaan kawah ini dapat dideteksi

    dengan adanya morfologi yang tinggi, sebagai sisa dari dinding kawah

    lama.

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    37/147

    pengendapan piroklastik adalah gas dan arah jatuhan (angin), yang

    distribusi umumnya pada lereng gunung api. Media pengendapan lahar

    adalah air yang terdistribusi umumnya pada lereng bawah sampai elevasi

    50 mapl (McPhie dkk., 1993).

    Marks (1959) telah mendeskripsikan formasi-formasi batuan di Indonesia sebagai

    referensi umum. Kondisi geologi regional juga telah dipetakan oleh Kusumadinata

    (1977) serta Silitonga dan Masria (1978) pada skala 1:100.000.

    Riset-riset lainnya di kawasan Gunung Ciremai dan sekitarnya dapat dijelaskan

    sebagai berikut. Kajian aspek geokimia telah dilakukan oleh Badrudin (1988)

    sebagai bagian dari pengukuran geokimia dan COSPEC di Gunung Galunggung,

    Tangkubanparahu, Tampomas, dan Ciremai. Hasilnya adalah emisi gas SO2pada

    kondisi normal rata-rata 15 ton/hari, dengan kisaran 13,55 ton/hari hingga 17,25

    ton/hari.

    Pengukuran gravity telah dilaksanakan oleh Husein dan Suparan (1990),

    mengikuti investigasi magnetik yang telah dilaksanakan oleh Said (1984).

    Purbawinata dkk. (1991) mempelajari geokimia batuan Gunung Ciremai yang

    menghasilkan komposisi dominan andesit berjenis hipersten aegirin-augit, andesit

    aegirin agit antofilit, antofilit augit, dan horblenda. Riset ini juga menghasilkan

    batuan kalk alkali.

    Pemetaan detail untuk memisahkan batuan gunung api dan distribusinya telah

    dilakukan oleh Suradji (1993). Peneliti tersebut mempelajari stratigrafi vulkanik

    dan potensi bencananya pada skala 1:50.000. Peta geologi lainnya juga telah

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    38/147

    II.2 Hidrogeologi

    Hidrogeologi Gunung Ciremai telah menjadi obyek riset sejak Maier (1861)

    sebagai riset pertama yang tercatat. Peneliti ini mempelajari kondisi kimiawi dua

    sampel mata air panas di Gunung Ciremai. Selanjutnya Kartokusumo (1983)

    mengobservasi beberapa mata air panas Gunung Ciremai dan Tampomas yang

    hasilnya berupa komposisi kimia mata air panas disajikan pada Tabel 5.

    Temperatur Ciniru adalah 43o

    C, dengan pH 7,33. Rasio kimia yang berhasildiukur adalah Cl/SO44.2 dan Cl/B 38.1. Estimasi temperatur reservoirnya adalah

    79,7oC (SiO2), 151,3oC (NaK-Ca), dan 200oC (Na/K). Mata air Sangkanurip

    memiliki temperatur 49oC dan pH 7,70. Rasio kimia air yang berhasil diukur

    adalah Cl/SO4 3,9 dan Cl/B 70,5 dengan estimasi temperatur reservoir adalah

    97,7

    o

    C dengan SiO2, 168,4

    o

    C dengan NaK-Ca, dan 180

    o

    C dengan Na/K. Fasies airpanasnya adalah bikarbonat dan klorida sebagai akibat interaksi dengan batuan

    sedimen laut di bawahnya.

    Tabel 5 Ringkasan hidrokimia air panas di lereng Gunung CiremaiMata air pH Rasio Cl Temperatur reservoir (

    oC)

    Cl/SO4 Cl/B SiO2 NaK-Ca Na/K

    Ciniru 7.33 4.2 38.1 79.7 151.3 200

    Sangkanurip 7.7 3.9 70.5 97.7 168.4 180

    Riset yang lebih komprehensif telah dilakukan oleh IWACO-WASECO (1990)

    Menurut peneliti tersebut sistem akuifer regional di Gunung Ciremai terbagi

    menjadi tiga sistem yaitu aluvial, vulkanik kuarter/muda, dan sedimen tersier.

    Sistem akuifer aluvial tersebar di bagian dataran rendah di kaki Gunung Ciremai

    yang terdiri dari akuifer media pori berupa pasir lepas. Sistem akuifer vulkanik

    kuarter memiliki karakter akuifer yang heterogen dengan produktivitas tinggi

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    39/147

    dengan simplifikasi sistem akuifer menjadi dua yakni: sistem endapan gunung api

    api produktif dan sistem batuan sedimen tua yang impermeable sebagai batuan

    dasar cekungan air tanah. Hasil simulasi berarah SW-NE terdapat konsentrasi

    pemunculan mata air yang tinggi pada elevasi 100 sampai 400 mapl, dengan

    sistem aliran lokal dan sub regional. Jumlah mata air sedikit pada elevasi lebih

    rendah dari 100 mapl. Selanjutnya pemunculan mata air pada elevasi 250-650

    mapl, dikendalikan oleh bentuk morfologi tekuk lereng (slope break) pada elevasi

    800 mapl. Bentuk tekuk lereng tersebut terbentuk karena ada perubahan dominasi

    jenis batuan. Pada elevasi lebih tinggi dari 750 mapl kondisi distribusi batuan

    dominan lava kemudian berubah menjadi dominan lahar pada elevasi lebih

    rendah dari 750 mapl).

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    40/147

    BT

    S

    U

    N

    Breksi

    piroklastik

    Lava

    Breksi lahar

    Fm. Halang

    Fm. Kaliwangu

    U S

    10o

    15o

    30o

    42o

    35o

    10o

    Morpholo gy: Gradual slope with angle from 10 to 42

    Deposi ts: piroklastik fall at higher than 2500 masl, lava 500 -2500 mas l dan volcanic breccias at 100 - 500 mdpl. The

    Volcanic endapans sit on tertiary sediments

    ooMorpholo gy: Sharp slope angle from 10 to

    35. Occurrence of old crater rim.

    Deposits: mainly l ava with pyroclasticfalllayers at the top

    o

    o

    +

    +?

    +++++

    +++++

    ?

    Piroklas tik fallPiroklas tik fall

    Lahar

    Sequence of lava flow

    Sedimentary

    rockLava flow

    Lava flow

    ++

    + +

    +++

    +

    48o

    Morpholo gy: Gradual angle from 10 to 42with normal fault

    Endapans : pyroclastic fall at higher than 2000 masl, lava 1250- 2000 masl danpyroklasticflow at 500- 1250 masl. The

    Volc anic deposits sit on tertiary sediments

    oo Morphology: Gradual angle from 10 to 42with normal fault

    Deposi ts: pyroclastic fall at higher than 2000mdpl, lava 1250- 2000 mdpl dan piroklastik aliranat 750 - 1250 mdpl. The

    vul kanikendapans sit on tert iary sedimentary batuans

    oopyroclastic fallpyroclastic fall

    Lava flow

    ++++++

    +++++

    ?

    PyroclasticfallMorphology: gradual slope with angle f rom10-42o.

    Deposits: pyroclastic fall at higher than

    2500 masl, lava at 500-2500 masl, and

    volcanic breccias at 100-500 masl. The

    volcanic deposits sit on tertiary sediments.

    Morphology: sharp slope from 10 to 35o,occurrence of older crater rimDeposits: mainly lava with pyroclastic fall

    layers at the top

    Lava flowLava flow

    Tertiarysedimentary

    rock

    Pyroclastic fallMorpholog y: gradual angle from 10 to 42o

    Deposit s: pyroclastic fall at higher than 2000

    masl, lava at 1250-2000 masl and pyroclast ic

    flo w at 750-1250 masl. The volc anic deposits

    sit on tertiary sedimentary rocks.

    Morphology: gradual slope 10-42o with normal faultDeposits: pyroclastic fall at higher than 2000 masl,

    lava at 1250-2000 masl, and pyroclastic flow at

    500-1250 masl. The volcanic deposits sit on

    tertiary sediments. Lava flow

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    41/147

    Situasi yang mirip juga terlihat pada penampang berarah barat timur. Gambar 6

    memperlihatkan zona mata air pada elevasi 100 mapl sampai 750 mapl. Zona ini

    dikendalikan oleh tekuk lereng pada elevasi 750 800 mapl. Aliran air tanahnya

    diperkirakan sebagai tipe aliran lokal yang diindikasikan oleh pH normal dan

    DHL yang rendah. Namun demikian hasil simulasi oleh IWACO-WASECO

    (1989) ini masih perlu dirinci kembali, khususnya pada jenis aliran lokal yang

    mengalir hingga kedalaman 400 m di bawah muka tanah setempat. Riset lainnya

    juga telah dilakukan oleh Irawan (2001) berupa tesis magister. Peneliti tersebut

    dapat mengkarakterisasi sistem akuifer dan pola aliran air tanah pada lingkup

    kecil di lereng timur Gunung Ciremai.

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    42/147

    II.3 Analisis Kelurusan Morfologi

    Kelurusan (lineament) memiliki banyak definisi. Dari hasil penelusuran literatur

    di internet, dapat dikumpulkan tidak kurang dari 20 buah definisi. Beberapa

    terminologi yang terkait adalah kelurusan geologi (geologic lineament), kelurusan

    tektonik (tectonic lineament), kelurusan foto (photo lineament) atau kelurusan

    geofisik (geophysical lineament). Definisi kelurusan yang paling banyak dirujuk

    adalah dari Hobbs (1904) op.cit Sander (2007) yaitu kelurusan adalah garis

    landsekap (landscape line) yang dapat dikenali secara signifikan yang disebabkan

    oleh adanya proses pembentukan kekar dan patahan, yang dapat memperlihatkan

    arsitektur batuan dasar.

    Lebih jauh lagi, riset oleh Lattman dan Parizek (1964) dikenal sebagai salah satu

    peneliti dalam bidang eksplorasi air tanah melalui pemetaan kelurusan (fracture

    traces) yang diidentifikasi dalam citra stereo-pairsfoto udara di kawasan batuan

    karbonat di Amerika Serikat. Riset tersebut mengemukakan adanya relasi antara

    produktivitas sumur dengan jarak ke rekahan/kelurusan terdekat.Menurut penelititersebut, pemetaan bentuk-bentuk kelurusan adalah salah satu kunci untuk

    memahami keberadaan air tanah, khususnya pada kawasan batuan beku/gunung

    api, metamorf, dan batuan sedimen karbonat.

    Di daerah yang didominasi batuan dasar (bed rock) dengan porositas dan

    konduktivitas hidrolik rendah, umumnya air tanah terdapat pada zona rekahan

    yang hadir sebagai porositas sekunder. Peta topografi, foto udara, dan bermacam

    citra satelit dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan memetakan kelurusan

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    43/147

    II.4 Analisis Sifat Fisik dan Kimia Air Tanah

    II.4.1 Analisis Grafis

    Umumnya, metoda grafis didisain untuk dapat memperlihatkan proporsi relatif ion

    utama (Hem, 1989); namun demikian, metoda grafis hanya dapat memperlihatkan

    parameter secara simultan dalam jumlah terbatas. Diagram Piper (Piper, 1944)

    merupakan metoda grafis yang paling sering digunakan (Gambar 7). Diagram

    tersebut menayangkan konsentrasi relatif kation dan anion utama pada dua plot

    segitiga. Di bagian tengah diantara dua segitiga tersebut, terdapat sebuah plot

    segiempat tempat setiap titik data dari dua segitiga sebelumnya diproyeksikan,

    sehingga memperlihatkan karakter kimia air tanah (Guller dkk., 2002).

    Gambar 7 Contoh Diagram Piper (1944) untuk menganalisis Fasies Air Tanah

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    44/147

    Tujuan saintifik dari aplikasi metoda ini adalah untuk dapat mengidentifikasi

    dengan baik proses-proses yang mengendalikan evolusi kimia air tanah di daerahstudi. Metoda statistik yang digunakan terdiri dari Hierarchical Cluster Analysis

    (HCA) selanjutnya disebut Analisis Klaster dan Principal Components Analysis

    (PCA) selanjutnya disebut Analisis Komponen Utama. Kedua metoda ini

    diharapkan dapat menguraikan kendali geologi dan hidrogeologi terhadap evolusi

    air tanah.

    Melloul dan Collin (1992) telah menggunakan Analisis Komponen Utama untuk

    mendukung metoda geokimia klasik dengan Diagram Schoeller atau Piper.

    Dengan kedua jenis grafik tersebut, peneliti dapat mengidenfitikasi dengan baik

    karakter utama air berdasarkan komposisi kimianya. Peneliti lainnya, Schot dan

    van der Wal (1992), mengaplikasikan Analisis Komponen Utama dan Analisis

    Klaster untuk menganalisis data hidrokimia guna untuk mengidentifikasi dampak

    aktivitas manusia terhadap kualitas air tanah. Metoda statistik multivariabel juga

    dapat diaplikasikan untuk melacak sumber unsur kimia air tanah sebagaimana

    dilakukan oleh Farnham dkk (2003). Seluruh studi diatas menyatakan bahwa

    analisis statistik secara signifikan dapat membantu mengelompokkan air tanah

    dan mengidentifikasi mekanisme dominan yang mempengaruhi komposisi kimia

    air tanah. Kombinasi interpretasi hidrokimia, pemahaman mengenai kondisi

    geologi, dan metoda statistik, dapat membantu dalam menganalisis pola aliran air

    tanah pada suatu sistem akuifer (Farnham dkk., 2003; Cloutier dkk., 2008) (Tabel

    6).

    A. Analisis Komponen Utama (AKU)

    A li i K Ut k l h t t k ik kl ifik i d t

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    45/147

    Metode ini sangat bermanfaat untuk mengevaluasi kesamaan dan perbedaan

    dalam data. Kemampuan lain dari Analisis Komponen Utama adalahmengidentifikasi pola dalam data (Smith, 2002). Metoda ini akan

    memproyeksikan data multidimensi menjadi kumpulan data dengan dimensi lebih

    rendah dengan menandai variasi data. Analisis jenis ini juga sering digunakan

    sebagai pendukung analisis lainnya, misalnya pemodelan, regresi, dan analisis

    klaster.

    B. Analisis Klaster

    Teknik statistik lain yang digunakan adalahHierarchy Cluster Analysis(HCA)

    atau Analisis Klaster. Menurut Smith (2002), ada tiga tahapan dalam analisis ini:

    1. Penyaringan terhadap data pengganggu (noise) berupa data berpola acak

    (outliers). Data pengganggu dapat berupa kesalahan pengukuran yang

    dapat mempengaruhi hasil analisis, sehingga harus dikeluarkan dari

    analisis.

    2. Pemilihan jenis jarak antara klaster. Kriteria antar klaster dapat berupa

    jarak (distance measuring) atau derajat kesamaan (degree of similarity).

    3. Pemilihan kriteria peng-klasteran. Jenis-jenis kriteria tersebut adalah

    nearest neighbour (data terdekat) dan furthest neighbour (data terjauh).

    Kriteria yang pertama menggunakan titik data yang terdekat dengan titik

    data yang sedang diukur sebagai referensi. Sebaliknya, kriteria yang keduamenggunakan titik data yang terjauh sebagai referensi.

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    46/147

    Tabel 6 Daftar teknik statistik dan grafis yang umum digunakan untuk

    mengklasifikasi sampel air (Guller dkk, 2002).

    II.5 Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Air TanahDalam studi ini, unsur yang dianalisis adalah kelompok unsur utama (major

    element). Pertimbangan penggunaan unsur utama adalah kelompok unsur tersebut

    paling banyak dikandung oleh air tanah. Perubahan sifat fisik dan kimia air tanah

    secara umum dapat dideteksi dengan perubahan komposisi unsur utama. Analisis

    perubahan komposisinya dapat cukup mudah dianalisis dengan menggunakanPiper diagram. Analisis unsur jarang (trace element) dapat dilakukan bila obyek

    mata air panas akan dianalisis lebih mendalam. Pertimbangan yang berikutnya

    adalah biaya analisis unsur jarang cukup tinggi. Berbagai rujukan mengenai

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    47/147

    kawasan imbuhan kemudian berevolusi menjadi dominan sulfat sejalan dengan

    alirannya ke arah kawasan pengurasan. Komposisi akhir dari proses inididominasi oleh klorida sebagai hasil reaksi dengan berbagai jenis mineral dengan

    waktu tinggal yang lama.

    Pendapat lain dari Uliana dan Sharp (2001) menyatakan, bahwa data hidrokimia

    melintasi aliran air tanah menunjukkan peningkatan nilai TDS dan rasio Cl/HCO3

    serta penurunan rasio Na/Cl. Pada fasies bikarbonat, air tanah merepresentasikan

    air imbuhan yang telah mengalami perubahan karena pelarutan mineral dan

    pertukaran kation. Pada zona sulfat dan klorida, fasies hidrokimia air tanah

    dikendalikan oleh gas H2S dan HCl, atau mineral yang terbentuk oleh pelarutan

    endapan gipsum, anhidrit, halit, serta pertukaran kation.

    II.6 Analisis Respon Debit Mata Air

    II.6.1 Umum

    Observasi mata air adalah sarana untuk mengetahui berbagai proses yang terjadi

    di bawah permukaan di suatu wilayah, karena mata air mengintegrasikan sinyal

    proses geologi dan hidrologi pada suatu wilayah dan kurun waktu. Dengan

    menggunakan pengukuran debit mata air, salah satu hasilnya adalah analisis

    respon debit air tanah dalam akuifer (Manga, 1999 dan 2001).

    Bentuk hidrograf mata air merefleksikan respon akuifer terhadap imbuhan.

    Bentuk dan gradien kurva resesi (recession curve) memberikan informasi yang

    berharga mengenai storativitas, geometri akuifer, serta karakter struktur (retakan,

    k k ) d i k if k li i l j l i d bi

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    48/147

    dalam membentuk kurva hidrograf. Batuan kedap air yang mengandung sistem

    rekahan cenderung menghasilkan bentuk kurva dengan kenaikan dan penurunangaris yang relatif terjal, karena sifat storativitasnya yang rendah. Sifat itu pula

    yang menyebabkan bentuk kurva debitnya responsif terhadap kurva presipitasi.

    Sebaliknya, cekungan hidrogeologi dengan dominasi batuan permeabel akan

    menghasilkan bentuk naik dan turun yang relatif landai dengan respon yang

    lambat terhadap bentuk kurva presipitasi/hujan.

    II.6.2 Analisis Respon Debit Mata Air

    Proses hidrolika dalam akuifer tercermin dari perulangan titik-titik puncak dan

    gradien kurva resesi (recession curve) serta seberapa cepat responnya terhadap

    kurva curah hujan (presipitasi) (Gambar 8). Rujukan model umum hidrograf mata

    air yang berisi anatomi dari suatu kurva serta proses hidrologi yang

    direfleksikannya menggunakan model mata air karst, sebagaimana banyak

    ditampilkan di beberapa publikasi. Beberapa hal yang menjadi catatan penulis

    untuk menggunakan model umum hidrograf mata air karst sebagai pembanding

    adalah:

    Hidrograf mata air karst mencerminkan sistem akuifer media rekahan.

    Mata air Gunung Ciremai juga berkembang pada sistem akuifer media

    rekahan pada batuan lava, piroklastik, dan lahar (Irawan dan Puradimaja,

    2006).

    Perbedaan bentuk kurva yang mungkin terjadi dapat menjelaskan

    perbedaan sistem hidrogeologinya.

    Penjelasan mengenai anatomi kurva hidrograf mata air pada Gambar 8 untuk

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    49/147

    Titik belok merepresentasikan kapasitas infiltrasi maksimum (Kovacs dan

    Perochet, 2008). Kurva penurunan debit (recession atau falling limb) mencerminkan

    kondisi debit mata air awal, sebelum hujan dan infiltrasi yang melimpah

    terjadi. Kurva penurunan debit (falling limb) ini terdiri dari:

    o Segmen curam: penurunan banjir (flood recession)

    o Segmen landai: penurunan aliran dasar (baseflow recession).

    Gambar 8 Model skematik hidrograf mata air di kawasan karst dengan sistem

    akuifer media rekahan murni (Kovacs dan Perrochet, 2008)

    Pencarian rujukan mengenai analisis hidrograf mata air di kawasan gunung api

    telah dilakukan dengan menggunakan alat pencari (search engine) Google,

    Scopus, Blackwell Publishing, ScienceDirect, dan Hydrogeology Journal.

    Pencarian tersebut menunjukkan bahwa hanya terdapat beberapa peneliti yang

    telah menelaah bentuk kurva hidrograf mata air pada endapan gunung api, yaitu

    Kim dkk (2007) dengan studi kasus 23 mata air di Pulau Jeju Korea Selatan

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    50/147

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    51/147

    Analisis kuantitatif terhadap hidrograf telah dilakukan oleh Maillet (1905) op.cit

    Memon (1995), yang berpendapat bahwa debit mata air merupakan fungsi darivolume air dalam akuifer (akuifer storage). Hubungan tersebut diterangkan dalam

    bentuk persamaan eksponensial sebagai berikut; bila kurva diplot pada kerja

    semilog akan membentuk garis lurus dengan kemiringan lereng sebagaimana

    dijelaskan pada persamaan 2 dan Gambar 10.

    ..Persamaan 2Dengan Qtadalah debit mata air pada waktu t; Qodebit pada to; (t2-t1) adalah beda waktu antara Qtdan Qo; e basis angka logaritmik; dan adalah koefisien resesi.

    Nilai mengindikasikan karakter hidrogeologi, khususnya porositas efektif

    (effective porosity) dan transmisivitas (transmissivity). Sebagai contoh ilustrasi,

    bila terjadi kondisi sebagai berikut:

    Nilai yang menunjukkan kemiringan garis resesi besar

    Perioda paruh (t0.5) kecil, yaitu waktu yang diperlukan aliran dasar (base

    flow) berkurang menjadi separuhnya,

    maka kondisi diatas mengindikasikan proses pengurasan yang intensif darivolume simpan (storage) akuifer, baik dalam bentuk rekahan maupun pori matriks

    penyusun akuifer. Pada contoh kondisi yang lain, bila:

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    52/147

    Suatu perhitungan besaran imbuhan (R) berbasis kepada hidrograf debit mata air

    telah disampaikan oleh Pacheo dan Alencoao (2005) dengan persamaan sebagaiberikut dan ditampilkan dalam bentuk grafik pada Gambar 10. Selanjutnya bila

    besaran R dalam dimensi volume (L3) dibagi dengan curah hujan dalam dimensi

    panjang (L) maka didapatkan estimasi luas kawasan imbuhan berdimensi luas

    (L2).

    Persamaan 3

    Gambar 10 Contoh Analisis Besaran Imbuhan (R) berbasis Hidrograf Debit Mata

    Air menurut Pacheo dan Alencoao (2005)

    II.6.3 Analisis Respon TDS dan Temperatur Air pada Mata Air

    Respon TDS terhadap waktu terdiri dari tiga fasa (Desmarais dan Rojstaczer,

    2002), yaitu: pengenceran (flushing), pelarutan (dilution), dan pemulihan

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    53/147

    Observasi temperatur merupakan salah satu metoda yang tidak memerlukan biaya

    tinggi untuk mengesktrak properti air tanah. Kombinasi antara temperatur air dantemperatur udara dapat diinterpretasi untuk mengetahui perilaku air di bawah

    permukaan. Salah satu interpretasinya adalah bila bentuk kurva suhu udara dan

    suhu air tanah sama, tidak terjadi jeda waktu, maka air tanah diperkirakan berada

    pada akuifer tak tertekan yang relatif dangkal. Sementara bila kurva kedua suhu

    tersebut menunjukkan jeda waktu, maka diperkirakan air tanah berada padaakuifer yang relatif lebih dalam. Akuifer ini tidak berinteraksi dengan lingkungan

    di permukaan, sehingga suhu air tanah di dalamnya relatif lebih dingin dan stabil

    dibanding suhu udara.

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    54/147

    BAB 3 HIDROGEOLOGI REGIONAL CIREMAI

    III.1 Sistem Akuifer

    III.1.1 Kelompok Endapan Vulkanik

    Endapan gunung api dapat dikelompokkan ke dalam fasies, yaitu

    gabungan/kelompok tipikal batuan yang umumnya muncul pada jarak tertentu

    dari puncak gunung api. Salah satu model yang ada adalah Model Fasies Gunung

    api Strato Fuego oleh Cas dan Wright (1987), dari G. Fuego di Guatemala. Irawan

    dan Puradimaja (2006) telah membagi fasies endapan gunung api Ciremai

    berdasarkan peta geologi gunung api oleh Situmorang (1995) serta peta topografiuntuk menentukan batas elevasi suatu fasies. Menurut peneliti tersebut, endapan

    gunung api Ciremai terdiri dari tiga fasies (Tabel 1) berikut ini sesuai model

    gunung api Fuego oleh Cas dan Wright (1980):

    1) Fasies Inti Gunung api (Volcanic core) terletak pada elevasi 3050-3172 mapl,

    terdiri dari andesit. Fasies ini bersifat impermeabel, sehingga tidak memiliki

    mata air.

    2) Fasies Proksimal Gunung Api (Volcanic Proximal Fasies) terdistribusi pada

    elevasi 650-3050 mapl, terdiri dari:

    2a) Proksimal 1 di elevasi 1250 3050 mapl tersusun oleh aliran dan jatuhan

    piroklastik yang impermeabel dengan fragmen andesit dan matriks tuf

    2b) Proksimal 2 di elevasi 650 1250 mapl tersusun oleh lava andesit yang

    umumnya mengandung rekahan. Pada fasies ini terdapat zona mata air 1

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    55/147

    34

    Tabel 1 Rangkuman Kondisi Hidrogeologi Gunung Ciremai (Irawan dan Puradimaja, 2006)Volcanic facies Description Slope Spring Physical and hydraulic

    propertiesSymbol Lithology Zone Number Q (L/s)

    Volcanic core(3050 mapl-estimated

    3100 mapl)

    Volcanic neck, consists ofandesites to dacite

    - 0 0 Impermeable rock with less,data is available

    Proximal facies(650 3050 masl)

    Proximal 1 facies(1250 3050 masl)

    Proximal 2 facies

    (650 1250 masl)

    Pyroclastic fall andpyroclastic flow. Consists ofandesite boulder dan tuffmatrices

    Lava flow, consists of

    andesite to dacite lava

    -

    1

    0

    3

    0

    98

    (class 1-3)*

    Impermeable rock, highinfiltration rate of soil 1.5cm/min, no other data isavailable

    Permeable, secondarypermeability: cooling/sheetingjoint with unsystematic pola,thick residual soil (2-5 m),final infiltrasi rate of 0.5 1.2cm/min

    Distal facies(100 650 masl)

    Laharic breccias, consists ofandesite to dacite boulder

    with tuff and volcanic sandand matrices.

    2 18 1063(class 1-3)*

    Permeable, secondarypermeability: fractured with

    isolated pattern, thick residualsoil (2-5 m), final infiltrationrate of 1.26 2.53 cm/min

    * According to Meinzer (1944) op.citTodd, 1984

    0 452010o 30

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    56/147

    III.1.2 Kimia Batuan

    Sebanyak lima sampel batuan telah dianalisis komposisi kimia batuannya. Hasil

    pengujian menunjukkan bahwa sampel terdiri dari tiga jenis batuan meliputi: lahar

    (LhB), lava (lv), dan piroklastik (PxB). Hasil analisis tersebut ditampilkan pada

    Tabel 2. Selanjutnya persentase berat Na2O dan K2O serta SiO2diplot ke dalam

    grafik klasifikasi batuan. Plot kedua data tersebut menghasilkan klasifikasi andesit

    dari kelompok kalk alkali (Gambar 11).

    Tabel 2 Komposisi Kimia Batuan Gunung Api Ciremai Hasil Analisis

    Laboratorium (Pusat Survey Geologi, 2007)Unsur

    (% weight)

    LhB01 LhB02 Lv01 Lv02 PxB Rata-rata

    SiO2 63.9 63.6 63.8 64.3 64 54.0

    Al2O3 19.7 19.9 19.3 18.9 20 19.5

    Fe2O3 3.9 5 5.1 3.8 4.3 4.4

    FeO 4.7 4.6 3.4 4.8 4 4.3

    CaO 7.9 6.8 6.9 7.6 6.9 7.2

    MgO 3.9 4.2 3.5 3.4 3.6 3.7

    Na2O 3.1 3 3 3.7 3.3 3.2

    K2O 0.9 1 1.1 1.1 1.4 1.1

    PxB

    LhB02

    Px BLhB02

    L h B 0 1

    L v 0 1

    L v 0 2

    PxB

    LhB02

    Px BLhB02

    L h B 0 1

    L v 0 1

    L v 0 2

    Kalk alkali

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    57/147

    III.1.3 Analisis Kelurusan Morfologi

    Dalam analisis ini digunakan tiga set data, yakni pola kelurusan yang ditarik dari

    citra Shuttle Radar Topography Mission (SRTM), peta topografi skala 1:50.000,

    peta lokasi mata air, dan data debit mata air. Perhitungan yang dilakukan adalah

    distribusi panjang kelurusan, densitas kelurusan, dan jarak tegak lurus antara titik

    mata air dengan kelurusan yang terdekat. Untuk memudahkan analisis digunakan

    piranti lunak GIS Arc View version 3.3 dengan modul Linstat. Dua perhitungan

    tersebut kemudian dikorelasikan dengan data yang berkait dengan mata air.

    Metoda ini pernah dilakukan oleh Galanos dan Rokos (2006) dan Walsh (2008).

    Lebih dari 200 kelurusan telah ditarik dan didigitasi pada citra sebagaimana

    diperlihatkan pada Gambar 12. Diagram roset (rose diagram) hasil analisis

    tersebut ditampilkan pada Gambar 13. Orientasi kelurusan adalah NW SE.

    Keduanya menggabungkan kelurusan pada batuan sedimen dan batuan gunung

    api. Kelurusan pada batuan gunung api umumnya berpola radial, sedangkan

    kelurusan pada batuan sedimen berarah NW SE yang sesuai dengan orientasi

    kelurusan konsisten dengan orientasi sumbu lipatan, patahan, dan dengan struktur

    regional. Jumlah frekuensi kelurusan pada batuan gunung api rata-rata (ditandai

    warna merah) adalah enam kelurusan untuk setiap arah kelurusan. Frekuensi

    kelurusan yang berada di batuan sedimen tersebut, di luar lingkaran merah,

    umumnya lebih banyak lagi.

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    58/147

    Gambar 12 Pola Kelurusan yang Teridentifikasi di Daerah Penelitian

    Kelas debit mata air

    25 50 L/d

    10 25 L/d

    0 10 L/d

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    59/147

    Gambar 13 Diagram Roset Orientasi Kelurusan serta Jumlahnya.

    Garis merah menandai kisaran frekuensi kelurusan pada batuan

    gunung api

    Selanjutnya juga didapatkan bahwa jumlah mata air berkurang secara logaritmik

    menjauhi kelurusan. Sebagian besar mata air berada pada jarak 400 m dari

    kelurusan (Gambar 14). Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa kelurusan pada

    batuan lava umumnya berkorelasi dengan kemunculan mata air di dekatnya, yaitu

    pada jarak mendekati 0 m dan 400 800 m. Selanjutnya kelurusan pada lahar

    memiliki jarak terdekat dengan mata air berkisar antara 0 m hingga 2800 m , serta

    2

    2

    2

    2

    4

    4

    4

    4

    6

    6

    6

    6

    8

    8

    8

    8

    10

    10

    10

    10

    0

    45

    90

    135

    180

    225

    270

    315

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    60/147

    280024002000160012008004000

    14

    12

    10

    8

    6

    4

    2

    0

    DISTLINE

    Frequency

    414,3 410,7 58

    387,3 293,8 45

    418,8 347,2 7

    Loc Sca le N

    Laharic breccia

    Lava

    Pyroclastic breccia

    LITH

    Gambar 14 Histogram jarak mata air terhadap kelurusan yang terdekat.

    Bila dibandingkan antara debit mata air dengan jaraknya dengan kelurusan,

    didapatkan populasi paling tinggi pada jarak 0 1000 m dengan debit berkisar

    antara 5 hingga 40 L/d, sebagaimana disampaikan pada Gambar 15. Jumlah mata

    air kemudian umumnya mengecil sejalan dengan jarak yang semakin jauh dari

    kelurusan. Namun demikian juga terdapat mata air yang memiliki debit 20 30

    L/d yang muncul pada jarak 2500 3000 m dari kelurusan.

    Selanjutnya analisis densitas kelurusan (lineament density) telah juga dilakukan

    dengan output berupa peta densitas kelurusan (Gambar 16). Pada gambar terdapat

    F

    rekuensi

    Jarak mata air terhada kelurusan m

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    61/147

    403020100

    3000

    2750

    2500

    2250

    2000

    1750

    1500

    1250

    1000

    750

    500400300250

    0

    Spring discharge Q (L/s)

    Distanceformlin

    eaments(m

    Gambar 15 Plot antara debit mata air (Q dalam L/d) dengan jaraknya terhadap

    kelurusan (dalam m).

    Observasi dan analisis oleh Irawan dan Puradimaja (2006) menghasilkan

    kesimpulan bahwa zona rekahan mengendalikan debit mata air. Terdapat dua jenis

    asal mula rekahan, yakni: rekahan pada aliran lava dan rekahan pada lahar. Jenis

    yang pertama merupakan kekar pendinginan (cooling joints) pada lava yang

    membentuk bukaan sempit pada batuan. Polanya tidak sistematik dengan orientasi

    N630E, N900E, dan N1170E. Jenis yang kedua dijumpai pada piroklastik, yang

    menyebar mengikuti punggungan batuan tersebut. Pada lokasi Mata air Cibulan,

    orientasi rekahannya adalah N930E, sama dengan orientasi punggungan

    (Gambar 17).

    Jarakmataairdarikelurusandalam(

    m)

    Debit mata air (Q) dalam (L/d)

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    62/147

    Gambar 16 Peta Densitas Kelurusan dan Plot Mata Air.

    Lingkaran dengan garis sambung menunjukkan diduga memiliki

    25 50 L/d

    10 25 L/d

    0 10 L/d

    Kelas debit mata air Densitas kelurusan

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    63/147

    Gambar 17 Sketsa Profil Rekahan pada Aliran Lava dan Lahar (Irawan andPuradimaja, 2006).

    III.1.4 Ketebalan dan Laju Infiltrasi Tanah Pelapukan

    Intensitas proses pelapukan di daerah riset sangat tinggi, dicirikan dengan tanah

    pelapukan yang tebalnya dari 2 m hingga mencapai 10 m. Lapisan setebal itu akan

    sangat potensial untuk menyimpan dan meresapkan air hujan ke dalam akuifer.

    Menurut Chow (1964) dan Miyazaki (1993), uji infiltrasi telah dilakukan untuk

    menghitung laju infiltrasi akhir tanah pelapukan. Tanah pelapukan dari lahar

    menunjukkan nilai laju infiltrasi akhir 1,26 2,53 cm/menit, dilanjutkan oleh

    piroklastik sebesar 1,5 cm/menit, dan aliran lava dengan nilai 0,5 1,2 cm/menit

    (Gambar 18). Nilai laju infiltrasi akhir tersebut, menurut Linsley, dkk (1971)

    merupakan indikasi bahwa kapasitas tanah pelapukannya memiliki kapasitas yang

    cukup untuk peresapan.

    Pengukuran tambahan dilakukan pada tahun 2007 menunjukkan nilai laju

    infiltrasi akhir tanah pelapukan di daerah riset berkisar antara 0,6 to 2,53

    cm/menit dengan rata-rata 1.28 cm/menit (Tabel 3). Berdasarkan Gambar 18,

    Impermeablepyroclastic flow

    Impermeablepyroclastic flow

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    64/147

    Tabel 3 Nilai Laju Infiltrasi Pada Tanah Pelapukan (cm/menit)

    Mata air

    Batuanpenyusun

    akuiferk

    (cm/menit)Elevasi(mapl)

    Cicurug I Lava 1,29 573,00

    Cicurug II Lava 0,60 573,00

    Sindangparna Lava 0,87 577,00

    Pereng Cigugur Lava 0,80 667,00

    Cigugur Lava 0,90 577,00

    Telaga Remis Lava 0,70 310,00

    MJ.18 Lava 0,70 508,00

    MJ.20 Lava 0,60 650,00

    MJ.22 Lava 0,70 517,00

    MJ.23 Lava 0,70 486,00

    Cipaniis piroklastik 1,55 1165,00

    Kebon Balong piroklastik 1,54 466,00

    Cibulakan Kadugede piroklastik 1,53 530,00

    Ciputri piroklastik 1,50 815,00

    Cikupa piroklastik 1,52 770,00

    Citiis piroklastik 1,55 629,00

    Cisarai piroklastik 1,47 748,00

    Panten Kaler piroklastik 1,48 1270,00

    MJ.3 piroklastik 1,50 687,00

    MJ.4 piroklastik 1,50 797,00

    Leles lahar 2,53 135,00

    Cibulan Cilimus lahar 1,10 544,00Silinggonom lahar 1,20 568,00

    Cipanas Subang lahar 0,90 367,00

    Bandarosa lahar 1,70 453,00

    PDAM Paniis lahar 1,79 347,00

    MJ.1 lahar 1,58 185,00

    MJ.2 lahar 1,26 542,00

    MJ.6 lahar 1,79 483,00

    MJ.8 lahar 1,56 119,00

    LhBLahar

  • 7/24/2019 Model Hidrogeologi Dan Pola Aliran Air T (1)

    65/147

    Gambar 19 Plot Laju Infiltrasi Akhir Tanah Pelapukan Terhadap Elevasi.

    Grafik memperlihatkan bahwa tidak ada keteraturan antara nilai laju

    infiltrasi akhir tanah pelapukan terhadap jenis batuan yang ada.

    III.2 Curah Hujan (Presipitasi)

    Kabupaten Kuningan memiliki 18 stasiun penakar hujan. Dari jumlah tersebut,

    peneliti hanya mendapatkan data hujan dari 11 stasiun sebagai berikut: Ciwaru

    (161 mapl), Ciawigebang (222 mapl), Cin