Model Bimbingan Belajar Behavioristik Untuk Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa

6
Jurnal Bimbingan Konseling 1 (1) (2012) Jurnal Bimbingan Konseling http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk MODEL BIMBINGAN BELAJAR BEHAVIORISTIK UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA Prawianto , Petrus Ony Prodi Bimbingan Konseling, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Abstrak Hampir setiap kelas SMA ditemukan beberapa siswa yang kurang kreativitasnya. untuk itu dioandang perlu mencari berbagai alternatif untuk mengembangkannya. Salah satu cara yang diduga bisa dilakukan untuk mengembangkan adalah den- gan bimbingan belajar dengan memperhatikan nilai-nilai behavioristik. Masalah bagaimanakah model bimbingan belajar behavioristik yang dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa. Tujuan umum penelitian yaitu menghasilkan rumusan model bimbingan belajar yang dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa. Un- tuk itu dilakukan penelitian dan pengembangan dengan uji coba terbatas terhadap siswa SMA negeri 2 Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model bimbingan belajar behavioristik yang yang diuji cobakan secara terbatas terhadap siswa SMA Negeri 2 Semarang menunjukkan efektivitas bagi peningkatan kreativi- tas belajar siswa. Mendasarkan hasil penelitian tersebut, disarankan kepada guru- guru, khususnya guru SMA perlu memperhatikan kemampuan atau potensi siswa dalam mengembangkan kreativitasnya, menghargai kreativitas anak, bersikap ter- buka terhadap gagasan-gagasan baru, mengakui dan menghargai adanya perbedaan individual. Bagi anak diharapkan bisa ikut mengambil bagian dalam merencanakan pekerjaan sendiri dan pekerjaan kelompok. Abstract Almost in every classes in High-School we can find students with low creativity. Therefore finding alternatives to develop their creativity is needed. One of the way is doing a learning supervision by paying attention on behaviouristic values. The problem in this research is how to find a behaviour learning supervision which can increase student’s learning creativity. In order to achieve that goal, a research and development was carried out in State Senior-High School 2 of Semarang. The research result shows that the behaviour learning supervision model which is piloted in State Senior-High School 2 Semarang performs the effectivity to increase student’s learning creativity. Based on the research result, teachers (especially enior- High School Teachers) are suggested to focus on the students ability or potentials in developing creativity, respecting children’s creativity, and being open with new ideas, acknowledging and aware of indifidual different. Children are supposed to take part in planning a personal busi- ness and groupworks. © 2012 Universitas Negeri Semarang ISSN 2252-6889 Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima Januari 2012 Disetujui Februari 2012 Dipublikasikan Juni 2012 Keywords: Behavioristic Learning Supervision Model Alamat korespondensi: Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233 Email: [email protected]

description

belajar

Transcript of Model Bimbingan Belajar Behavioristik Untuk Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa

Page 1: Model Bimbingan Belajar Behavioristik Untuk Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa

Jurnal Bimbingan Konseling 1 (1) (2012)

Jurnal Bimbingan Konselinghttp://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk

MODEL BIMBINGAN BELAJAR BEHAVIORISTIK UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA

Prawianto, Petrus Ony

Prodi Bimbingan Konseling, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Abstrak

Hampir setiap kelas SMA ditemukan beberapa siswa yang kurang kreativitasnya.untuk itu dioandang perlu mencari berbagai alternatif untuk mengembangkannya. Salah satu cara yang diduga bisa dilakukan untuk mengembangkan adalah den-gan bimbingan belajar dengan memperhatikan nilai-nilai behavioristik. Masalah bagaimanakah model bimbingan belajar behavioristik yang dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa. Tujuan umum penelitian yaitu menghasilkan rumusan model bimbingan belajar yang dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa. Un-tuk itu dilakukan penelitian dan pengembangan dengan uji coba terbatas terhadap siswa SMA negeri 2 Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model bimbingan belajar behavioristik yang yang diuji cobakan secara terbatas terhadap siswa SMA Negeri 2 Semarang menunjukkan efektivitas bagi peningkatan kreativi-tas belajar siswa. Mendasarkan hasil penelitian tersebut, disarankan kepada guru-guru, khususnya guru SMA perlu memperhatikan kemampuan atau potensi siswa dalam mengembangkan kreativitasnya, menghargai kreativitas anak, bersikap ter-buka terhadap gagasan-gagasan baru, mengakui dan menghargai adanya perbedaan individual. Bagi anak diharapkan bisa ikut mengambil bagian dalam merencanakan pekerjaan sendiri dan pekerjaan kelompok.

AbstractAlmost in every classes in High-School we can find students with low creativity. Therefore finding alternatives to develop their creativity is needed. One of the way is doing a learning supervision by paying attention on behaviouristic values. The problem in this research is how to find a behaviour learning supervision which can increase student’s learning creativity. In order to achieve that goal, a research and development was carried out in State Senior-High School 2 of Semarang. The research result shows that the behaviour learning supervision model which is piloted in State Senior-High School 2 Semarang performs the effectivity to increase student’s learning creativity. Based on the research result, teachers (especially enior-High School Teachers) are suggested to focus on the students ability or potentials in developing creativity, respecting children’s creativity, and being open with new ideas, acknowledging and aware of indifidual different. Children are supposed to take part in planning a personal busi-ness and groupworks.

© 2012 Universitas Negeri Semarang

ISSN 2252-6889

Info ArtikelSejarah Artikel:Diterima Januari 2012Disetujui Februari 2012Dipublikasikan Juni 2012

Keywords:Behavioristic Learning Supervision Model

Alamat korespondensi: Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233 Email: [email protected]

Page 2: Model Bimbingan Belajar Behavioristik Untuk Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa

Prawianto, Petrus Ony / Jurnal Bimbingan Konseling 1 (1) (2012)

28

Pendahuluan

Dari hasil penelitian pendahuluan ditemu-kan bahwa, hampir di setiap kelas SMA Negeri 2 Semarang ditemukan beberapa siswa yang kre-ativitasnya rendah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya 2 orang (4%) siswa yang kurang bisa ber-pikir lancar, 4 orang (8%) siswa kelas kurang fleksibel dalam berpikir, hanya terpancang pada satu teori dan kurang kreatif, 12 orang (24%) kurang mampu berpikir rasional, 2 orang (4%) siswa kurang mampu melakukan elaborasi atau memerinci pelajaran, 1 orang (2%) siswa yang kurang bisa melakukan evaluasi terhadap suatu masalah, 1 orang (2%) siswa yang kurang rasa ingin tahunya, 1 orang (2%) siswa yang kurang imajinatif, 8 orang (16%) siswa yang kurang suka tantangan kemajuan jaman.

Setelah diteliti lebih jauh ditemukan bahwa dari segi belajar behavioristik, guru belum sepe-nuhnya memberikan: reinforcement and punishment (penguatan dan hukuman), primary and secondary reinforcement (penguatan primer dan sekunder), schedules of reinforcement (jadwal penguatan), con-tingency management (manajemen kontingensi), stimulus control in operant learning (kontrol stimu-lus dalam operant learning), dan the elimination of responses (eliminasi respons-respon). Guru sangat jarang memberikan penguatan manakala siswa berhasil meraih sukses belajar, namun lebih se-ring memberikan hukuman ketika siswa melaku-kan pelanggaran disiplin belajar. Berdasarkan la-tar belakang di atas, maka penyelesaian masalah dibatasi pada upaya meningkatkan kreativitas melalui model bimbingan belajar behavioristik.

Bimbingan belajar merupakan bidang bimbingan dan konseling yang ditujukan untuk mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkannya melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi (Prayitno, 2007: 67).

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner ten-tang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini selanjutnya berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpenga-ruh terhadap praktek pendidikan dan pembela-jaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya pe-rilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar se-bagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku

akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman (Wikipe-dia, 2011).

Menurut Thorndike belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu ineraksi yang di-munculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Dari defenisi ini maka menurut Thorn-dike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berwujud kongkrit yaitu yang dapat diamati, atau tidak kongkrit yaitu yang ti-dak dapat diamati (Agus, 2010).

Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun sti-mulus dan respon yang dimaksud harus berben-tuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan men-tal dalam diri seseorang selama proses belajar, namun hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan. Teori Conditioning men-jelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar perserta didik perlu se-sering mungkin diberikan stimulus agar hubun-gan antara stimulus dan respon bersifat tetap. Ia juga mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang berhu-bungan dengan respon tersebut.

Menurut Skinner, hubungan antara stimu-lus dan respon yang terjadi melalui interaksi da-lam lingkungannya, yang kemudian menimbul-kan perubahan tingkah laku. Teori Skinner-lah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkem-bangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respon serta memen-tingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner. Dalam teori Hull dikatakan bahwa kebu-tuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral da-lam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan den-gan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya.

Faktor lain yang dianggap penting oleh ali-

Page 3: Model Bimbingan Belajar Behavioristik Untuk Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa

29

Prawianto, Petrus Ony / Jurnal Bimbingan Konseling 1 (1) (2012)

ran behavioristik adalah faktor penguatan (rein-forcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat. Beberapa prinsip dalam teori belajar be-havioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punish-ment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Manage-ment; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage dan Berliner, dalam Wikipedia, 2011).

Aplikasi teori Behavioristik terhadap pembelajaran siswa: (1) Guru menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehing-ga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru, (2) Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun simulasi, (3) Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang seder-hana sampai pada yang kompleks, (4) Pembelaja-ran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati, (5) Kesalahan harus segera diperbaiki, (6) Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebia-saan, (7) Evaulasi atau penilaian didasari atas pe-rilaku yang tampak. (Syarifulfahmi, 2009).

Untuk memahami kreativitas belajar perlu dipahami terlebih dahulu asal frase tersebut. Mu-nandar (2002:47) menjelaskan pengertian kreati-vitas dengan mengemukakan beberapa rumusan yang merupakan kesimpulan para ahli mengenai kreativitas. Pertama, kreativitas adalah kemam-puan untuk membuat kombinasi baru, berdasar-kan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Kedua, kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan – berdasarkan data atau informasi yang tersedia – menemukan ba-nyak kemungkinan jawaban terhadap suatu ma-salah, di mana penekanannya adalah pada ku-antitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban (Munandar, 2002: 48). Ketiga, secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampu-an yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (men-gembangkan, memperkaya, memerinci) suatu gagasan.

Ausubel (dalam Hamalik, 2005) menjelas-kan bahwa kreativitas adalah kemampuan atau kapasitas pemahaman, sensitivitas, dan apresiasi dalam menyelesaikan suatu permasalahan. As-pek lain dari kreativias adalah kemampuan ber-pikir divergen, yaitu meliputi orisinalitas, fleksi-bilitas, kualitas, dan kuantitas. Thorrance (dalam

Hamalik, 2005) menjelaskan lebih jauh bahwa kreativitas akan muncul berkenaan dengan kesa-daran adanya kesenjangan antara pengetahuan siap dengan pengetahuan atau masalah baru, ke-mudian muncullah beragam alternatif solusi.

Adapun ciri-ciri kreativitas dalam belajar maupun aktivitas lainnya dapat dirinci dalam ke-mampuan berpikir kreatif (aptitude) dan afektif (non aptitude). Ciri-ciri Kemampuan Berpikir Kreatif (Aptitude); 1) Keterampilan berpikir lan-car, maksudnya (a) mencetuskan banyak gagasan, (b) memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, (c) selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. (Wihardjo, 2001:5); 2) Keterampilan berpikir luwes (fleksibel) maksud-nya: (a) menghasilkan gagasan, jawaban atau per-tanyaan yang bervariasi, (b) dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, (c) mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, (d) mampu mengubah cara pende-katan atau cara pemikiran. (Munandar, 2002:89); 3) Keterampilan berpikir rasional, maksudnya: (a) mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, (b) memikirkan cara yang tidak lazim un-tuk mengungkapkan diri, (c) mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari ba-gian-bagian atau unsur-unsur; 4) Keterampilan memperinci atau mengelaborasi, maksudnya: (a) mampu memperkaya dan mengembangkan sua-tu gagasan atau produk, (b) menambahkan atau memerinci detil-detil dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik; 5) Keteram-pilan menilai (mengevaluasi), maksudnya : (a) menentukan patokan penilaian sendiri dan me-nentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana, (b) mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, (c) tidak hanya mencetuskan gaga-san, tetapi juga melaksanakannya. Perilaku siswa yang tampak ialah: (a) memberi pertimbangan atas dasar sudut pandangannya sendiri, (b) me-nentukan pendapatnya sendiri mengenai suatu hal, (c) menganalisis masalah atau penyelesaian secara kritis dengan selalu menanyakan “men-gapa”, (d) mempunyai alasan (rasional) yang dapat dipertanggung-jawabkan untuk mencapai suatu keputusan, (e) merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus, (f) pada waktu tertentu tidak menghasilkan gagasan, te-tapi menjadi peneliti atau penilai yang kritis, (g) menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya (Wihardjo, 2001:8).

Ciri-ciri Afektif (Non Aptitude) yaitu: 1) Rasa ingin tahu, maksudnya: (a) selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak, (b) mengajukan banyak pertanyaan, (c) selalu memperhatikan

Page 4: Model Bimbingan Belajar Behavioristik Untuk Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa

Prawianto, Petrus Ony / Jurnal Bimbingan Konseling 1 (1) (2012)

30

orang, objek, dan situasi, (d) peka dalam penga-matan dan ingin mengetahui/ meneliti. (Munan-dar, 2002:91); 2) Bersikap imajinatif, maksudnya: (a) mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi, (b) menggu-nakan khayalan, tetapi mengetahui perbedaan antara khayalan dan kenyataan. (Wihardjo, 2001:9); 3) Merasa tertantang oleh kemajuan, maksudnya : (a) terdorong untuk mengatasi ma-salah yang sulit, (b) merasa tertantang oleh situa-si-situasi yang rumit, (c) lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit. (Munandar, 2002:92); 4) Sifat berani mengambil risiko, maksudnya : (a) berani memberikan jawaban meskipun belum tentu be-nar, (b) tidak takut gagal atau mendapat kritik, (c) tikda menjadi ragu-ragu karena ketidakjela-san, hal-hal yang tidak konvensional, atau yang kurang berstruktur. (Wihardjo, 2001:10); 5) Sifat menghargai, maksudnya: (a) dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup, (b) menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang. (Munandar, 2002:93).

Masalah yang ingin dijawab dalam pen-elitian ini adalah bagaimana model bimbingan belajar behavioristik yang efektif untuk mening-katkan kreatifitas siswa. Sedang tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah dite-mukannya model bimbingan belajar yang efektif untuk membangtu mengembangkan kreativitas siswa. Dari hasil penelitian ini diharapkan guru pembimbing di sekolah bisa menjadikan model ini sebagai rujukan dalam pengembangan krea-tivitas siswa. Di samping itu juga bagi kepala se-kolah bisa menjadi bahan pertimbangan dalam penyediaan sarana pendukung bagi pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.

Metode

Untuk menghasilkan model bimbingan belajar untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa, penelitian ini menggunakan model Pen-elitian dan Pengembangan (Research and Develop-ment). Subjek uji coba dilaksanakan terhadap 50 siswa SMA Negeri 2 Semarang yang dipilih den-gan teknik purposive sampling dari 350 siswa ke-las XI.. Pengumpulan data dilakukan dengan Ska-la psikologis. Mengacu pada jenis data penelitian kualitatif, maka analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis analisis kualitatif. Analisis data kualitatif berupa analisis diskrip-tif. Penelitian diskriptif biasanya mempunyai dua tujuan, yang pertama adalah untuk mengetahui perkembangan saran fisik tertentu atau frekuensi tersedianya suatu aspek fenomena sosial tertentu. Yang kedua adalah untuk mendiskripsikan secara

rinci fenomena sosial tertentu, seperti interaksi, sosial, sistem kekerabatan dan lain-lain.

Hasil Pembasahan

Hasil penelitian awal terhadap 50 siswa kelas XI SMA Negeri 2 Semarang menunjukkan bahwa secara keseluruhan, siswa yang memiliki kreativitas sangat tinggi ada 0%, siswa yang me-miliki kreativitas tinggi ada 56%, siswa yang me-miliki kreativitas sedang ada 44%, dan siswa yang memiliki kreativitas rendah dan sangat rendah 0%. Berdasarkan data 10 aspek kreativitas, terda-pat beberapa kelemahan yaitu pada: (1) keteram-pilan berpikir lancar yang rendah mencapai 4%, (2) fleksibilitas yang rendah 6% dan sangat ren-dah 2%, (3) kemampuan berpikir rasional yang rendah 22% dan sangat rendah 2%, (4) kemam-puan elaboratif yang rendah 4%, (5) kemampuan evaluasi yang rendah 2%, (6) rasa ingin tahu yang rendah 2%, (7) sikap imajinatif yang rendah 2%, (8) rasa tertantang kemajuan yang rendah men-capai 16%. Adapun keberanian mengambil risiko dan sikap menghargai pada umumnya siswa ter-masuk kategori cukup, tinggi, dan sangat tinggi.

Bimbingan belajar behavioristik adalah suatu proses bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada siswa dengan mendasar-kan pada konsep-konsep atau prinsip-prinsip teori belajar behavioristik, agar siswa mampu mengembangkan diri, memiliki sikap dan kebia-saan belajar yang baik. Pada bimbingan belajar behavioristik, konselor menerapkan: 1) Hukum-hukum behavioristik meliputi: a) Law of readiness (hukum kesiapan); b) Law of exercise (hukum pe-latihan); c) Law of effect (hukum efek/ akibat). 2) Prinsip–prinsip behavioristik diimplementasikan dalam bimbingan belajar: a) Bimbingan belajar menggunakan prinsip Reinforcement and Punish-ment (penguatan dan hukuman) untuk mening-katkan kreativitas; b) Bimbingan belajar menggu-nakan prinsip Primary and Secondary Reinforcement (penguatan primer dan sekunder) untuk mening-katkan kreativitas; c) Bimbingan belajar menggu-nakan prinsip Schedules of Reinforcement (jadwal penguatan) untuk meningkatkan kreativitas; d) Bimbingan belajar menggunakan prinsip Con-tingency Management (manajemen kontingensi) untuk meningkatkan kreativitas; e) Bimbingan belajar menggunakan prinsip Stimulus Control in Operant Learning (kontrol stimulus dalam operant learning) untuk meningkatkan kreativitas; f) Bim-bingan belajar menggunakan prinsip The Elimina-tion of Responses (eliminasi respons-respon) untuk meningkatkan kreativitas

Memperhatikan hukum-hukum dan prin-

Page 5: Model Bimbingan Belajar Behavioristik Untuk Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa

31

Prawianto, Petrus Ony / Jurnal Bimbingan Konseling 1 (1) (2012)

sip-prinsip pendekatan behavior seperti di atas, maka konselor dalam memberikan layanan bim-bingan belajar selalu memperhatikan kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan, banyaknya pe-latihan yang bisa diberikan, dan akibat-akibat yang mungkin diterima siswa jika ia melakukan kegiatan atau tidak melakukan kegiatan tertentu seperti yang ditunjukkan oleh konselor.

Dalam konseling behavior, konselor ber-peran sebagai (a) sebagai fasilitator bagi per-kembangan kreativitas siswa, (b) memberikan informasi mengenai berbagai kemungkinan jenis program dan kegiatan yang sesuai dengan karak-teristik siswa. (c) menempatkan siswa dengan kelompok belajar yang sesuai, (d) memberikan program belajar dengan program yang diran-cang meningkatkan kreativitas belajar siswa. (e) mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, selanjutnya memberikan stimu-lus yang sesuai., dan ((f) membuat rekomendasi tentang kemungkinan usaha selanjutnya dan re-medial teaching. Sedang fungsi konselor adalah (a) Menciptakan hubungan yang kondusif, (b) mendorong tumbuhnya motivasi belajar dan kre-ativitas, dan (c) mendorong kemampuan meme-cahkan kesulitan belajar dengan memanfaatkan potensi internal dan eksternal yang ada.

Dari hasil penelitian awal ditemukan kreativitas belajar siswa SMA Negeri 2 Semarang menunjukkan, bahwa secara keseluruhan ada dua kelompok siswa yaitu siswa yang memiliki krea-tivitas tinggi 56% dan siswa yang memiliki krea-tivitas sedang ada 44%. Sedang hasil penelitian akhir setelah pelaksanaan pelayanan bimbingan belajar terhadap 50 siswa menunjukkan bahwa secara keseluruhan siswa yang memiliki kreati-vitas sangat tinggi ada 6%, siswa yang memiliki kreativitas tinggi ada 94%, siswa yang memiliki kreativitas sedang, rendah dan sangat rendah 0%.

Temuan di atas menunjukkan bahwa ter-jadi peningkatan kreativitas belajar siswa ke arah yang lebih tinggi. Siswa yang memiliki kreativi-tas sedang sebanyak 44% seluruhnya meningkat kepada kategori tinggi, sehingga siswa dengan kreativitas tinggi terjadi peningkatan sebesar 38% (dari 56% menjadi 94%) dan terdapat sekelom-pok siswa dengan kreativitas sangat tinggi sebesar 6%. Berdasarkan data 10 aspek kreativitas, masih terdapat beberapa kelemahan yaitu pada: (1) keterampilan berpikir lancar yang rendah ma-sih ada 2%, (2) kemampuan elaboratif yang ren-dah 4%.

Simpulan

Dari hasil penelitian dan analisis dapat di-

simpulkan beberapa hal sebagai berikut:Rumusan model bimbingan belajar beha-

vioristik yang efektif untuk meningkatkan kreati-vitas belajar siswa SMA mencakup :

Pengertian model bimbingan belajar be-havioristik adalah layanan bimbingan konseling dalam bidang pengembangan belajar untuk me-ningkatkan kreativitas belajar siswa.

Bimbingan belajar behavioristik memiliki ciri khas sebagai model bimbingan belajar den-gan mendasarkan pada konsep teori behavioris-tik untuk mendorong peningkatan kreativitas be-lajar siswa mempertimbangkan prinsip-prinsip : (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinfor-cement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses.

Tujuan model bimbingan belajar behavio-ristik adalah untuk meningkatkan kreativitas be-lajar siswa, mencakup (1) kemampuan berpikir kreatif (aptitude) yaitu kemampuan berpikir lan-car, berpikir luwes (fleksibel), berpikir rasional, keterampilan menilai (mengevaluasi). dan (2) kemampuan berpikir afektif (non-aptitude) yaitu rasa ingin tahu, bersikap imajinatif, merasa ter-tantang oleh kemajuan, berani mengambil risiko, dan bersifat menghargai.

Efektivitas model bimbingan belajar beha-vioristik dalam meningkatkan kreativitas bela-jar siswa SMA adalah dari sebelumnya 70,17% menjadi 76,46%. Hal ini berarti terjadi kenaikan sebesar 6,29%. Peningkatan tersebut terjadi pada semua aspek kreativitas. Peningkatan yang me-nonjol yaitu pada siswa dengan kreativitas ting-gi sebesar 38% dan munculnya kelompok siswa dengan kreativitas sangat tinggi sebesar 6%. Pen-gujian menggunakan uji t menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara kreativitas belajar siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan bimbin-gan belajar behavioristik.

Bertolak dari hasil penelitian ini disaran-kan (1) kepada guru pembimbing di sekolah, seyogianya memperhatikan prinsip-pprinsip pen-dekatan behavioral dalam memberikan layanan kepada siswa, (2) kepada kepala sekolah sebagai bahan pertimbangan dalam menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif bagi pengembangan kreativitas siswa.

Daftar Pustaka

Agus. Teori Behavioristik Dalam Pembelajaran 26. March 2010. http://my.opera.com/a6us/blog/ 2010/03/26/teori-behavioristik

Utami, Munandar. 2002. Mengembangkan Bakat dan

Page 6: Model Bimbingan Belajar Behavioristik Untuk Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa

Prawianto, Petrus Ony / Jurnal Bimbingan Konseling 1 (1) (2012)

32

Kreativitas Anak Sekolah, Petunjuk bagi Para Guru dan Orang Tua. Jakarta: PT Grasindo

---------------------. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta

Prayitno, 2007, Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan Konseling di Sekolah, Jakarta: PT. Ikrar Mandiri-abadi

--------------, 2002, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta

Sadjaruddin, N. 2010. Upaya Peningkatan Kreativitas be-lajar siswa dalam Pembelajaran IPS melalui Peng-gunaan Diorama Keluarga. Tasikmalaya: Jurnal

UPISupriyadi, Dedi. 2004. Kreativitas, Kebudayaan, dan

Perkembangan Iptek. Bandung: AlfabetaSyarifulfahmi. Teori Belajar Behavioristik. 1 September

2009. http://syarifulfahmi.blogspot.com/2009/09/teori-belajar-behavioristik.html

Wihardjo, Sihadi Darmo. Kreativitas. Jakarta: Grasin-do

Wikipedia. Teori Belajar Behavioristik. http://id.wikipedia.org/wiki/ Teori_Belajar_Behav-ioristik