Olehmahasiswa.mipastkipllg.com/repository/PENERAPAN MODEL... · 2017-10-23 · kelompok. b....

15
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS VIII SMPN MUARA KULAM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh Ummul Fitrati 1 , Tri Ariani 2 , Wahyu Arini 3 Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau Program Study Pendidikan Fisika Email : [email protected] ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pada Pembelajaran Fisika Kelas VIII SMP Negeri Muara Kulam Tahun Pelajaran 2015/2016”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar fisika siswa kelas VIII di SMP Negeri Muara Kulam tahun pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). Metode yang digunakan adalah Quasi eksperimen dengan desain penelitian one group pretest-posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Muara Kulam tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 102 siswa dan sampel penelitian adalah siswa kelas VIII.A yang berjumlah 34 siswa, yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan yang diambil secara acak. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes. Data skor tes siswa dianalisis dengan menggunakan uji t. Berdasarkan hasil analisis data post-test dengan taraf kepercayaan 5% α = 0,05 didapat t hitung 11,03 dan t tabel 1,697 karena t hitung > t tabel maka H a diterima dan H o ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP Negeri Muara Kulam Tahun Pelajaran 2015/2016 signifikan tuntas. Kata Kunci : Teams Games Tournament (TGT), Hasil Belajar, Fisika. ABSTRACT This thesis entlited “Application of Teams Games Tournament Learning Model (TGT) on Physics Learning Class VIII in SMP N egeri Muara Kulam Lesson 2015/2016”. The purpose of this research is to know the completeness of physics learning result of class VIII student at Muara Kulam Junior High School of 2015/2016 after applied Teams Games Tournament (TGT) learning model. The method used is Quasi experiment with one group pretest-posttest design. The population in this study were all students of class VII SMP Negeri Muara Kulam lesson 2015/2016 academic year which amounted to 102 students, consisting of 13 male and 21 female students taken at random. Technique of collecting data using test technique. Student test score data were analyzed by using t test. Based on the results of post-test data analysis with a level of 5% confidence α = 0,05 obtained t count 11,03 and t tabel 1,697 becouse t count > t tabel then H a accepted and H o rejected. So it can be concluded that the result of physics learning class VIII SMP Negeri Muara Kulam Lesson 2015/2016 significantly significant. Keyword : Teams Games Tournament (TGT), Learning Outcomes, Physics.

Transcript of Olehmahasiswa.mipastkipllg.com/repository/PENERAPAN MODEL... · 2017-10-23 · kelompok. b....

Page 1: Olehmahasiswa.mipastkipllg.com/repository/PENERAPAN MODEL... · 2017-10-23 · kelompok. b. Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Teams Games Tournament 1. Kelebihannya adalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)

PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS VIII SMPN MUARA KULAM

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh Ummul Fitrati

1, Tri Ariani

2, Wahyu Arini

3

Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau

Program Study Pendidikan Fisika

Email : [email protected]

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

pada Pembelajaran Fisika Kelas VIII SMP Negeri Muara Kulam Tahun Pelajaran

2015/2016”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar fisika

siswa kelas VIII di SMP Negeri Muara Kulam tahun pelajaran 2015/2016 setelah

diterapkan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). Metode yang

digunakan adalah Quasi eksperimen dengan desain penelitian one group pretest-posttest

design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Muara

Kulam tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 102 siswa dan sampel penelitian

adalah siswa kelas VIII.A yang berjumlah 34 siswa, yang terdiri dari 13 siswa laki-laki

dan 21 siswa perempuan yang diambil secara acak. Teknik pengumpulan data

menggunakan teknik tes. Data skor tes siswa dianalisis dengan menggunakan uji t.

Berdasarkan hasil analisis data post-test dengan taraf kepercayaan 5% α = 0,05 didapat

thitung 11,03 dan ttabel 1,697 karena thitung> ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak. Maka

dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP Negeri Muara Kulam

Tahun Pelajaran 2015/2016 signifikan tuntas.

Kata Kunci : Teams Games Tournament (TGT), Hasil Belajar, Fisika.

ABSTRACT

This thesis entlited “Application of Teams Games Tournament Learning Model (TGT) on

Physics Learning Class VIII in SMP Negeri Muara Kulam Lesson 2015/2016”. The

purpose of this research is to know the completeness of physics learning result of class

VIII student at Muara Kulam Junior High School of 2015/2016 after applied Teams

Games Tournament (TGT) learning model. The method used is Quasi experiment with

one group pretest-posttest design. The population in this study were all students of class

VII SMP Negeri Muara Kulam lesson 2015/2016 academic year which amounted to 102

students, consisting of 13 male and 21 female students taken at random. Technique of

collecting data using test technique. Student test score data were analyzed by using t test.

Based on the results of post-test data analysis with a level of 5% confidence α = 0,05

obtained tcount 11,03 and ttabel 1,697 becouse tcount > ttabel then Ha accepted and Ho rejected.

So it can be concluded that the result of physics learning class VIII SMP Negeri Muara

Kulam Lesson 2015/2016 significantly significant.

Keyword : Teams Games Tournament (TGT), Learning Outcomes, Physics.

Page 2: Olehmahasiswa.mipastkipllg.com/repository/PENERAPAN MODEL... · 2017-10-23 · kelompok. b. Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Teams Games Tournament 1. Kelebihannya adalah

I. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu

faktor utama untuk mewujudkan

masyarakat yang berkualitas. Berbagai

upaya untuk meningkatkan kualitas

pendidikan telah dilakukan walaupun

hasilnya belum memenuhi harapan.

Salah satu cerminan kualitas pendidikan

di sekolah adalah hasil belajar yang

dicapai oleh siswa. Dengan demikian

hasil belajar siswa pada mata pelajaran

tertentu merupakan salah satu indikator

kualitas pendidikan di sekolah yang

bersangkutan.

Fisika adalah ilmu pengetahuan

yang paling mendasar, karena

berhubungan dengan perilaku dan

struktur benda dan juga fisika menjadi

dasar berbagai pengembangan ilmu dan

teknologi. Sekarang ini seluruh guru

dihadapkan dengan tantangan bagaimana

cara mengajar dengan baik dan bisa

diterima oleh para muridnya. Tentu saja

ini bukan tantangan ringan, karena tiap

guru dari tiap daerah mempunyai

kelebihan dan kekurangan dari berbagai

aspek pendidikan, entah itu

fasilitasnya, jenis muridnya, dan lain-

lain.

Guru juga harus mempunyai

strategi yang tepat membuat pengajaran

menjadi mudah dan bisa diterima oleh

siswa. Sehingga pada akhirnya siswa

menanamkan di pemahaman mereka

bahwa mata pelajaran Fisika bukan mata

pelajaran yang dianggap sulit untuk

dipahami. Proses pembelajaran

dikatakan baik, apabila proses tersebut

dapat menimbulkan kegiatan belajar

yang efektif dan adanya komponen guru

yang saling mendukung untuk mencapai

tingkat pencapaian siswa. Komponen-

komponen tersebut meliputi: (a) tujuan,

(b) materi pelajaran, (c) metode

pembelajaran, (d) media, dan (e)

evaluasi. Jika komponen-komponen

tersebut sudah saling mendukung maka

keberhasilan siswa dalam pembelajaran

bisa tercapai secara optimal. Penggunaan

model pembelajaran yang tepat, relevan,

dan bervariasi adalah salah satu faktor

penentu dalam mencapai keberhasilan

belajar.

Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan peneliti dengan salah satu

guru mata pelajaran fisika kelas VIII di

SMP Negeri Muara Kulam, beliau

mengatakan bahwa hasil belajar siswa di

kelas VIII masih tergolong rendah. Hal

ini dapat dilihat dari nilai ulangan

harian, rata-rata nilai ulangan harian

tersebut sebagian besar masih di bawah

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu

65, sehingga mereka harus mengikuti

remedial.

Salah satu upaya yang diharapkan

agar dapat mengatasi masalah tersebut

adalah dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif. Model

pembelajaran tersebut merupakan srategi

pembelajaran kelompok yang akhir-

akhir ini menjadi perhatian dan

dianjurkan dalam bidang pendidikan.

Aktivitas dalam pembelajaran kooperatif

melatih kesadaran siswa akan

pentingnya berkomunikasi untuk

memahami dan mengaplikasikan

pengetahuan, konsep, keterampilan

kepada siswa yang membutuhkan atau

anggota lain dalam kelompoknya,

sehingga belajar kooperatif dapat saling

menguntungkan antara siswa

berkemampuan rendah dan siswa

berkemampuan tinggi. Menurut Jhonson

(dalam Trianto 2009:57) menyatakan

bahwa tujuan pokok belajar kooperatif

Page 3: Olehmahasiswa.mipastkipllg.com/repository/PENERAPAN MODEL... · 2017-10-23 · kelompok. b. Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Teams Games Tournament 1. Kelebihannya adalah

adalah memaksimalkan belajar siswa

untuk peningkatan prestasi akedemik

dan pemahaman baik secara individu

maupaun secara kelompok. Ada

berbagai macam jenis pembelajaran

kooperatif, salah satunya adalah model

pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Tournament (TGT).

Teams Games Tournament (TGT)

merupakan Pertandingan Permainan Tim

yang dikembangkan oleh David De

Vries dan Keath Edward pada tahun

1995. TGT telah digunakan dalam

berbagai macam mata pelajaran, dan

paling cocok digunakan untuk mengajar

perhitungan dan penerapan berciri

matematika, dan fakta-fakta serta konsep

IPA (Trianto, 2009:83).

Menurut Slavin (2010: 160),

bahwa Teams Games Tournament (TGT)

menempatkan siswa dalam kelompok –

kelompok belajar yang beranggotakan 5

sampai 6 orang siswa yang memiliki

kemampuan yang berbeda. Dalam

permainan akademik siswa akan dibagi

dalam meja – meja turnamen yang telah

diatur meja yang berkemampuan tinggi,

sedang, dan kemampuan rendah. dimana

setiap meja turnamen terdiri dari 5

sampai 6 orang yang merupakan wakil

dari kelompoknya masing – masing yang

dituntut untuk mampu menyumbangkan

point bagi kelompok masing-masing

mereka.

Berdasarkan permasalahan yang

telah diuraikan di atas, maka peneliti

tertarik untuk mengadakan penelitian

dengan judul “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams

Games Tournament (TGT) Pada

Pembelajaran Fisika Siswa Kelas VIII di

SMP Negeri Muara Kulam Tahun

Pelajaran 2015/2016”.

II. LANDASAN TEORI

Slameto (2010:2), mendefinisikan

belajar adalah suatu proses perubahan

tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.

Menurut Abdurrahman (2009:28),

mendefinisikan belajar merupakan suatu

proses dari seorang individu yang

berupaya mencapai tujuan belajar atau

yang biasa disebut hasil belajar, yaitu

suatu bentuk perubahan perilaku yang

relatif menetap. Morgan (dalam Sagala,

2008:13) mendefinisikan bahwa belajar

adalah setiap perubahan yang relatif

menetap dalam tingkah laku yang terjadi

sebagai suatu hasil dari latihan atau

pengalaman.

Suprijono (2009:5),

mengemukakan bahwa hasil belajar

adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap,

apresiasi dan keterampilan.

Menurut Dimiyanti dan Mujiono

(2006:250), hasil belajar merupakan hal

yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu

siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa,

hasil belajar merupakan tingkat

perkembangan mental yang lebih baik

dibandingkan pada saat sebelum belajar.

Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar

merupakan saat terselesainya bahan

pelajaran.

Hasil belajar dapat dilihat melalui

kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk

mendapatkan data pembuktian yang

akan menunjukkan tingkat kemampuan

siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Dalam sistem pendidikan

nasional rumusan tujuan pendidikan,

baik tujuan kurikuler maupun tujuan

instruksional, menggunakan klasifikasi

Page 4: Olehmahasiswa.mipastkipllg.com/repository/PENERAPAN MODEL... · 2017-10-23 · kelompok. b. Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Teams Games Tournament 1. Kelebihannya adalah

hasil belajar dari Bloom (dalam Yamin,

2012:41) yang secara garis besar

membaginya menjadi tiga ranah, yakni

ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah

psikomotorik. Dalam penelitian ini hasil

belajar yang diukur yaitu pada ranah

kognitif.

1. Ranah Kognitif

Jihad dan Haris (2012:16)

mendefinisikan bahwa ranah kognitif

adalah aspek yang mencakup kegiatan

mental (otak). Hasil belajar pada aspek

kognitif meliputi:

a. Pengetahuan (C1)

Jenjang C1 kognitif meliputi pola

ingat atau pengingatan dari seseorang

tentang hal-hal yang bersifat khusus

atau universal, mengetahui metode

dan proses, pengingatan terhadap

suatu pola, struktur atau seting.

Dalam hal ini tekanan utama pada

pengenalan kembali fakta, prinsif.

Kata-kata yang dipakai meliputi

definisi, ulang, laporkan, ingat, garis

bawahi, sebutkan.

b. Pemahaman (C2)

Jenjang C2 meliputi penerimaan

dalam komunikasi secara akurat,

menempatkan hasil komunikasi

dalam bentuk penyajian yang

berbeda, mengorganisasikannya

secara setingkat tanpa merubah

pengertian dan dapat

mengeksplorasikan. Kata-kata yang

dipakai adalah menterjemahkan,

nyatakan kembali, diskusikan,

gambarkan, organisasikan, jelaskan,

identifikasi, tempatkan, review,

ceritakan, paparkan.

c. Penerapan (C3)

Penggunaan prinsip atau metode

pada situasi baru. Kata-kata yang

dapat dipakai antara lain

interprestasikan, terapkan, hitunglah,

gunakan, demontrasi, praktekkan,

ilistrasikan, operasikan, jadwalkan,

sketsa, kerjakan.

d. Analisis (C4)

Jenjang yang keempat ini akan

menyangkut kemampuan terutama

kemampuan anak dalam memisah-

misah terhadap suatu materi menjadi

bagian-bagian yang membentuknya,

mendeteksi hubungan diantara

bagian-bagian dan cara materi itu

diorganisir, kata-kata yang digunakan

adalah pisahkan, analisa, bedakan,

hitung, cobakan, tes bandingkan,

kritik, teliti, debatkan,

inventarisasikan, hubungkan,

pecahkan, ketegorikan.

e. Sintesis (C5)

Jenjang yang sudah satu tingkat

lebih sulit dari analisis ini adalah

meliputi anak untuk menaruhkan atau

menempatkan bagian-bagian atau

elemen satu sehingga membentuk

satu keseluruhan yang koheren. Kata-

kata yang dipakai meliputi komposisi,

desain, formulasi, atur, rakit,

kumpulkan, ciptakan, susun,

organisasikan, siapkan, rancang,

sederhanakan.

f. Evaluasi (C6)

Jenjang ini adalah yang paling

atas atau yang dianggap paling sulit

dalam kemampuan pengetahuan anak

didik. Disini akan meliputi

kemampuan anak didik dalam

pengambilan keputusan, atau dalam

menyatakan pendapat tentang nilai

suatu tujuan, ide, pekerjaan,

pemecahan masalah, metode, materi

dan lain-lain. Kata-kata yang dipakai

adalah putuskan, hargai, nilai, skala,

bandingkan, revisi, skor, perkiraan.

Page 5: Olehmahasiswa.mipastkipllg.com/repository/PENERAPAN MODEL... · 2017-10-23 · kelompok. b. Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Teams Games Tournament 1. Kelebihannya adalah

Menurut Trianto (2009:81),

mengemukakan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Tournament (TGT) atau

Pertandingan Permainan Tim

dikembangkan secara asli oleh David De

Vries dan Keath Edward tahun 1995.

Model pembelajaran Teams

Games Tournament (TGT) merupakan

salah satu tipe atau model pembelajaran

kooperatif yang mudah diterapkan,

melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa

harus ada perbedaan status, melibatkan

peran siswa sebagai tutor sebaya dan

mengandung unsur permainan dan

reinforcement (Mahmuddin, 2011:50).

Frederick dalam (Slavin,

2010:167), menyatakan bahwa TGT

memberikan peraturan untuk bersaing

sebagai individu setelah menerima

bantuan dari teman mereka. Mereka

membangun kepercayaan dalam tim asal

mereka yang memberikan kesempatan

kepada mereka untuk percaya diri ketika

bersaing dalam turnamen. Turmanen

menciptakan warna positif didalam kelas

karena kesenangan para siswa terhadap

permainan tersebut.

a. Tahapan-tahapan Model

Pembelajaran Teams Games

Tournament

Menurut Slavin (2010:168-

170), langkah-langkah model

pembelajaran TGT ada lima tahap,

yaitu: tahap presentasi di kelas, tim,

game, turnamen, dan rekognisi tim,

adapun tahapan-tahapan tersebut

yaitu pada tabel sebagai berikut :

Tabel

Tahapan Model Teams Games

Turnament

Tahapan Model Kegiatan

1. Presentasi di

kelas

Guru menyampaikan

materi kepada siswa

terlebih dahulu yang

biasanya dilakukan

dengan pengajaran

langsung melalui

ceramah, menyampaikan

tujuan, tugas, atau

kegiatan yang harus

dilakukan siswa, serta

memberikan motivasi.

2. Tim/Kelompok Guru membentuk siswa

kedalam kelompok yang

heterogen, selanjutnya

peserta didik diberikan

LKS pada masing-masing

kelompok.

3. Games

(Permainan)

Game dimainkan oleh

perwakilan dari masing-

masing kelompok pada

meja yang telah

dipersiapkan serta guru

mengkoordinasikan

jalannya game.

4. Tournament Membagi siswa kedalam

beberapa meja turnamen.

Tiga siswa tertinggi

prestasinya pada meja I,

tiga siswa selanjutnya

pada meja II dan

seterusnya.

5. Penghargaan

(Teams

Recognize)

Memberikan penghargaan

terhadap usaha-usaha

yang telah dilakukan oleh

individu maupun oleh

Page 6: Olehmahasiswa.mipastkipllg.com/repository/PENERAPAN MODEL... · 2017-10-23 · kelompok. b. Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Teams Games Tournament 1. Kelebihannya adalah

kelompok.

b. Kelebihan dan kelemahan Model

Pembelajaran Teams Games

Tournament

1. Kelebihannya adalah

meningkatkan perasaan/persepsi

siswa bahwa hasil yang mereka

peroleh tergantung dari kinerja

dan bukannya pada

keberuntungan, model TGT

meningkatkan kekooperatifan

terhadap yang lain, TGT

memungkinkan siswa dapat

belajar lebih rileks disamping

menumbuhkan tanggung jawab,

kejujuran, kerja sama, persaingan

sehat dan keterlibatan belajar,

keterlibatan siswa lebih tinggi

dalam belajar bersama.

2. Kelemahannya yaitu

Menggunakan waktu yang lebih

banyak karena adanya permainan

dan turnamen, TGT tidak secara

otomatis menghasilkan skor yang

dapat digunakan untuk

menghitung nilai individual.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di SMP

Negeri Muara Kulam dari tanggal 18

Februari 2016 sampai 18 Maret 2016.

Uji coba instrumen dilakukan dikelas

IX.A pada tanggal 23 Februari 2016

dengan jumlah siswa yang mengikuti uji

instrumen soal tes sebanyak 24 siswa.

Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh kelas VIII SMP Negeri Muara

Kulam yang terdiri dari 3 kelas. Peneliti

mengambil sampel sebanyak satu kelas

eksperimen yang diambil secara acak

dengan teknik Simple Random Sampling,

yaitu pengambilan anggota sampel dari

populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam

populasi itu, sampel yang diambil yakni

kelas VIII.A. Desain penelitian pada

penelitian ini berbentuk quasi

eksperimen (eksperimen semu). Quasi

eksperimen yang melibatkan satu

kelompok sampel, dimana peneliti

memberikan perlakuan pada kelas

eksperimen tanpa adanya kelas

pembanding. Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah soal test yang

gterdiri dari 8 soal uraian yang

sebelumnya telah di uji cobakan terlebih

dahulu dan divalidasi.

a. Langkah-langkah Penelitian

Tahapan-tahapan pelaksanaan

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Melakukan Uji Coba instrumen

- Melakukan uji validitas soal

- Melakukan uji reliabilitas soal

- Melakukan uji daya pembeda

- Melakukan uji tingkat

kesukaran

2. Melakukan Pre-test

3. Memberikan perlakuan dengan

model Teams Games Tournament

(TGT)

4. Melakukan Post-test

5. Melakukan analisis data Pre-test

dan Post-test

Hipotesis yang di uji berbentuk :

Ha = Rata-rata hasil belajar siswa setelah

diterapkan model Teams Games

Tournament (TGT) lebih dari atau

sama dengan 65. {𝐻𝑎 ∶ 𝜇0 ≥ 65 }

Ho = Rata-rata hasil belajar siswa setelah

diterapkan model Teams Games

Tournament (TGT) kurang dari 65.

{𝐻𝑜 ∶ 𝜇0 < 65 }

Page 7: Olehmahasiswa.mipastkipllg.com/repository/PENERAPAN MODEL... · 2017-10-23 · kelompok. b. Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Teams Games Tournament 1. Kelebihannya adalah

Untuk mengetahui validitas butir

soal, maka rumus yang digunakan adalah

korelasi product moment adalah sebagai

berikut:

rxy = 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋) (∑𝑌)

√(𝑁 ∑ 𝑋 2−(∑ 𝑋)2) (𝑁∑𝑌2−(∑𝑌)2)

Dimana rxy adalah koefisien

korelasi antara variabel X dan variabel

Y, N adalah banyak peserta tes (subjek),

X adalah skor butir soal masing-masing

responden dan Y adalah skor total dari

keseluruhan butir masing-masing

responden.

Interpretasi terhadap nilai

koefisien korelasi rxy digunakan kriteria

Nurgana (dalam Jihad dan Haris,

2012:180) adalah sebagai berikut:

Interverensi untuk Validitas

Nilai rxy Keterangan

0,80 < rxy ≤ 1,00

Sangat Tinggi

0,60 < rxy ≤ 0,80

Tinggi

0,40 < rxy ≤ 0,60

Cukup

0,20 < rxy ≤ 0,40

Rendah

0,00 < rxy ≤ 0,20

Sangat Rendah

Distribusi (tabel t) untuk taraf

signifikan (α = 0,05) dan derajat

kebebasan (dk = n – 1). Kriteria

pengujiannya adalah jika thitung > ttabel ,

maka soal tersebut valid. Selanjutnya

untuk menghitung signifikan dari

validitas instrumen digunakan rumus uji-

t berikut :

𝑡 = �̅� − 𝜇0

𝑠

√𝑛

(Sugiyono,

2014:96)

Dimana n adalah jumlah

responden, r adalah koefisien korelasi

hasil thitung dan t adalah nilai thitung.

IV. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di

SMP Negeri Muara Kulam dari

tanggal 18 Februari 2016 sampai 18

Maret 2016. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh kelas

VIII yang terdiri dari 3 kelas yaitu

VIII.A, VIII.B, VIII.C, dengan

jumlah 102 siswa, sedangkan

sampel dalam penelitian ini adalah

kelas VIII.A yang berjumlah 34

siswa yang akan diberikan

perlakuan dengan model Teams

Games Tournament (TGT).

Sebelum penelitian ini dilaksanakan,

terlebih dahulu dilakukan uji coba

instrumen yang bertujuan untuk

mengetahui kualitas soal yang akan

digunakan dalam penelitian. Uji

coba instrumen dilaksanakan pada

tanggal 23 Februari 2016 di kelas

IX.A. dengan jumlah 24 siswa.

Hasil uji coba instrumen dianalisis

untuk mengetahui validitas,

reliabilitas, tingkat kesukaran dan

daya pembeda. Berdasarkan hasil

analisis dari uji instrumen yang

berjumlah 10 soal hanya 7 soal yang

bisa digunakan untuk pre-test dan

post-test.

Tahapan dalam penelitian ini

ada tiga, yang pertama memberikan

pre-test, yang kedua memberikan

perlakuan dengan model TGT dan

yang ketiga memberikan post-test.

Pre-test ini diberikan untuk

Page 8: Olehmahasiswa.mipastkipllg.com/repository/PENERAPAN MODEL... · 2017-10-23 · kelompok. b. Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Teams Games Tournament 1. Kelebihannya adalah

mengetahui kemampuan awal siswa

tentang materi yang akan diajarkan.

Pret-test ini dilaksanakan pada

tanggal 7 Maret 2017 di kelas

VIII.A yang diikuti oleh 30 siswa.

Setelah diberikan pre-test

dan perlakuan maka siswa diberikan

post-test. Post-test ini berupa soal-

soal tentang materi yang telah

diajarkan. Post-test diberikan untuk

mengetahui kemampuan akhir siswa

dalam memahami materi yang telah

diajarkan. Post-test dilaksanakan

pada tanggal 14 Maret 2016 yang

diikuti oleh 30 siswa.

Hasil pre-test dan post-test

dianalisis, kemudian dibandingkan

untuk mengetahui adakah pengaruh

model pembelajaran Teams Games

Tournament (TGT) terhadap hasil

belajar.

a. Nilai rata-rata dan simpangan

baku Pre-test

Rekapitulasi hasil tes awal pre-test

No Uraian Nilai

1 Nilai rata-rata 43

2 Nilai terkecil 32

3 Nilai terbesar 61

4 Rentang nilai 29

5 Simpangan

baku

7,74

Berdasarkan tabel diatas

dapat dilihat bahwa siswa yang

mendapat nilai rata-rata 43,

simpangan baku 8,40, nilai

tertinggi 61, nilai terendah 33, dan

selisih nilai sebesar 28, artinya

rata-rata hasil belajar siswa

sebelum menerapkan model

pembelajaran Teams Games

Tournament (TGT) secara

signifikan belum tuntas.

b. Uji normalitas Pre-test

Uji normalitas dilakukan

untuk melihat atau untuk

mengetahui apakah data hasil tes

siswa berdistribusi normal atau

tidak. Berdasarkan ketentuan

perhitungan statistik mengenai uji

normalitas dengan taraf

kepercayaan 𝛼 = 0,05. jika 𝜒2

hitung< 𝜒2tabel. Maka data

berdistribusi normal, hasil uji

normalitas data pre-test dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel

Hasil uji normalitas pre-test

Tes 𝝌𝟐hitung Dk 𝝌𝟐

tabel Kesimpulan

Awal 6,513 5 11,070 Normal

Dari tabel 4.2 menunjukkan

bahwa nilai tes awal atau pre-test

diperoleh 𝜒2 hitung = 6,513 .

selanjutnya 𝜒2 hitung dibandingkan

𝜒2tabel dengan derajat kebebasan (dk)=

n-1. Jika 𝜒2 hitung < 𝜒2

tabel maka dapat

dinyatakan data terdistribusi normal.

Nilai 𝜒2tabel dengan ∝= 0,05% dan

dk= 5 adalah 11,070. Dengan

demikian 𝜒2 hitung < 𝜒2

tabel, maka data

berdistribusi normal.

c. Rata-rata dan simpangan baku

Post-test

Rekapitulasi rata-rata dan

simpangan baku dari post-test

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel

Rekapitulasi hasil tes akhir

post-test

Page 9: Olehmahasiswa.mipastkipllg.com/repository/PENERAPAN MODEL... · 2017-10-23 · kelompok. b. Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Teams Games Tournament 1. Kelebihannya adalah

No Uraian Nilai

1 Nilai rata-rata 69,8

2 Nilai terkecil 56

3 Nilai terbesar 85

4 Rentang nilai 29

5 Simpangan

baku

8,42

Berdasarkan tabel diatas

dapat dilihat bahwa nilai rata-rata

69,8, simpangan baku 8,42, nilai

tertinggi siswa 85, nilai terendah

56 dan selisih nilai sebesar 29,

artinya rata-rata hasil belajar siswa

setelah menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe

Teams Games Tournament (TGT)

secara signifikan tuntas.

d. Uji normalitas Post-test

Uji normalitas dilakukan

untuk melihat apakah data hasil tes

siswa berdistribusi normal atau

tidak.. Berdasarkan ketentuan

perhitungan statistik mengenai uji

normalitas dengan taraf

kepercayaan 𝛼 = 0,05. jika 𝜒2

hitung< 𝜒2tabel. Maka data

berdistribusi normal, hasil uji

normalitas data post-test dapat

dilihat pada tabel :

Tabel

Hasil uji normalitas post-test Tes 𝝌𝟐

hitung Dk < 𝝌𝟐tabel Kesimpulan

Akhir 7,569 5 11,070 Normal

Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa

nilai tes akhir atau post-test diperoleh 𝜒2

hitung = 7,569 . selanjutnya 𝜒2 hitung

dibandingkan 𝜒2tabel dengan derajat

kebebasan (dk)= k-1. Jika 𝜒2 hitung <

𝜒2tabel maka dapat dinyatakan data

terdistribusi normal. Nilai 𝜒2tabel dengan

∝= 0,05% dan dk= 5 adalah 11,070.

Dengan demikian 𝜒2 hitung < 𝜒2

tabel, maka

data berdistribusi normal.

Berdasarkan analisis hasil post-test

dapat dilihat perbedaan hasil belajar

antara kemampuan awal siswa dengan

kemampuan akhir siswa terdapat

peningkatan hasil belajar setelah

diberikan perlakuan dengan model

pembelajaran Teams Games Tournament

(TGT). Peningkatan hasil belajar

tersebut dapat dilihat dari rata-rata nilai

pre-test adalah 43 dan nilai rata-rata

post-test adalah 69,8. Simpangan baku

pre-test adalah 7,74 sedangkan

simpangan baku post-test adalah 8,42.

Hasil rekapitulasi post-test

memperlihatkan bahwa siswa yang tidak

tuntas sebanyak 9 siswa (30%) dan siswa

yang tuntas sebanyak 21 siswa (70%).

Jadi dapat dikatakan bahwa hasil belajar

siswa setelah mengikuti pembelajaran

dengan model pembelajaran Teams

Games Tournament (TGT) meningkat

dan mencapai KKM.

Gambaran tentang data

peningkatan nilai rata-rata siswa pre-test

dan post-test untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada grafik sebagai berikut :

Page 10: Olehmahasiswa.mipastkipllg.com/repository/PENERAPAN MODEL... · 2017-10-23 · kelompok. b. Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Teams Games Tournament 1. Kelebihannya adalah

Grafik 4.1 Perbedaan hasil belajar pre-

test dan post-test

e. Uji Hipotesis

Berdasarkan tabel uji

normalitas Pre-test dan Post-test

dapat dilihat bahwa hasil uji

hipotesis untuk post-test

menunjukkan bahwa kemampuan

akhir siswa lebih besar dari ttabel (

thitung > ttabel). Maka Ho ditolak dan

Ha diterima dengan taraf

kepercayaan 𝛼 = 0,05 karena thitung

> ttabel yaitu thitung = 3,20 > ttabel

1,699. Rekapitulasi hasil uji

hipotesis dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel

Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis

No Uraian Data

Hasil

Kesimpulan

1 Derajat 30 Ha : diterima

Kebebasan

(dk)

Ho : ditolak

thitung > ttabel

2

Taraf

Kepercayaan

95%

dan 𝛼

5%

3 thitung

3,20

4 ttabel

1,699

Berdasarkan uraian di atas,

maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini dapat diterima

kebenarannya sehingga dapat

disimpulkan bahwa Penerapan

Model Teams Games Tournament

(TGT) pada Pembelajaran Fisika

Siswa Kelas VIII SMP Negeri

Muara Kulam Tahun Pembelajaran

2015/2016 Signifikan Tuntas.

2. PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, peneliti

mengajar di kelas VIII.A, sebagai kelas

sampel. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui ketuntasan hasil belajar

fisika siswa kelas VIII.A SMP Negeri

Muara Kulam tahun pelajaran 2015/2016

setelah diterapkan moodel pembelajaran

Teams Games Tournament (TGT).

Sebelum penelitian dilaksanakan,

peneliti terlebih dahulu memberikan soal

uji coba instrumen di kelas IX.A.

Sebelum proses pembelajaran dimulai,

peneliti memberikan pre-test di kelas

VIII.A dengan jumlah siswa yang

mengikuti tes sebanyak 30 siswa pada

tanggal 07 Maret 2016, Setelah

dilakukan tes awal, kemudian

dilanjutkan dengan pembelajaran

menggunakan model Teams Games

Tornament (TGT). Kemudian

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Pre-test

Post-test

TidakTuntas

Tuntas

Page 11: Olehmahasiswa.mipastkipllg.com/repository/PENERAPAN MODEL... · 2017-10-23 · kelompok. b. Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Teams Games Tournament 1. Kelebihannya adalah

dilanjutkan dengan memberikan post-

test pada tanggal 14 Maret 2016.

Model pembelajaran Teams Games

Tournamnet (TGT) adalah suatu model

pembelajaran dengan cara pertandingan

permainan tim, siswa memainkan

permainan dengan anggota-anggota tim

lain untuk memperoleh tambahan poin

untuk skor tim mereka. Fase-fase model

TGT, yaitu:

Fase pertama yaitu presentasi kelas

, dimana guru menyampaikan materi

kepada siswa terlebih dahulu yang

biasanya dilakukan dengan pengajaran

langsung melalui ceramah. Selain

menyajikan materi, pada tahap ini guru

juga menyampaikan tujuan, tugas, atau

kegiatan yang harus dilakukan siswa,

serta memberikan motivasi. Selain itu,

siswa dituntut berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran seperti mengajukan

pertanyaan, menjawab pertanyaan yang

diajukan guru, dan mempresentasikan

jawaban di depan kelas.

Fase kedua yaitu mengorganisasi

siswa untuk membentuk tim/kelompok,

siswa mulai berinteraksi aktif untuk

menyelesaikan masalah tersebut, guru

mengorganisasikan kegiatan kelompok,

guru membagikan LKS yang berisi

permasalah yang perlu diselidiki. Guru

menginstruksikan kepada siswa untuk

bertanya tentang kejelasan isi LKS.

Dalam kelompoknya siswa berusaha

mendalami materi yang telah diberikan

guru agar dapat bekerja dengan baik dan

optimal saat turnamen.

Fase ketiga Game (permainan)

Game dimainkan oleh perwakilan

masing-masing dari tiap-tiap kelompok

pada meja-meja yang telah dipersiapkan.

Di meja tersebut terdapat kartu

bernomor yang berhubungan dengan

nomor pertanyaan-pertanyaan pada

lembar permainan (kartu soal) yang

harus dikerjakan oleh peserta. Siswa-

siswa yang belum bermainpun berhak

juga ikut mengerjakan soal tersebut

bersama teman kelompok masing-

masing.

Fase keempat Tournament

(turnamen), turnamen diikuti oleh

seluruh siswa yang di tempatkan pada

meja-meja yang telah diurutkan sesuai

dengan tingkat kemampuan masing-

masing siswa dari masing-masing

kelompok. Meja 1 untuk siswa dengan

kemampuan tinggi, meja 2 untuk siswa

dengan kemampuan sedang, dan meja 3

untuk siswa dengan kemampuan cukup.

Pada saat turnamen berlangsung ketika

siswa dengan kemampuan tinggi tidak

mampu menjawab, maka otomatis dia

akan turun satu meja ke meja 2

begitupun seterusnya. Ketika siswa

tersebut mampu menjawab sesuai tingkat

kesukaran soal maka mereka pun akan

naik satu meja bahkan kembali pada

meja awal masing-masing mereka.

Fase kelima Rekognisi tim

(penghargaan tim), guru memberikan

penghargaan berupa nilai untuk maing-

masing tim. Untuk menghitung nilai

rata-rata skor kelompok adalah dengan

menambahkan skor seluruh anggota tim

(kelompok) kemudian dibagi dengan

jumlah anggota tim (kelompok) yang

bersangkutan.

Rekapitulasi penilaian kelompok

atau rata-rata skor kelompok masing-

masing pada pertemuan pertama yaitu,

kelompok satu dengan nilai rata-rata 35

(tim baik), kelompok dua dengan nilai

rata-rata 31,8 (tim baik), kelompok tiga

dengan nilai rata-rata 37 (tim baik),

kelompok empat dengan nilai rata-rata

48,8 (tim super), kelompok lima dengan

nilai rata-rata 40 (tim sangat baik),

Page 12: Olehmahasiswa.mipastkipllg.com/repository/PENERAPAN MODEL... · 2017-10-23 · kelompok. b. Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Teams Games Tournament 1. Kelebihannya adalah

kelompok enam dengan nilai rata-rata 45

(tim sangat baik). Rekapitulasi penilaian

kelompok pada pertemuan kedua yaitu

kelompok satu dengan nilai rata-rata 45

(tim sangat baik), kelompok dua dengan

nilai rata-rata 46 (tim super), kelompok

tiga dengan nilai rata-rata 33,2 (tim

baik), kelompok empat dengan nilai rata-

rata 37,8 (tim baik) dan kelompok lima

dengan nilai rata-rata 35,8 (tim baik),

kelompok enam dengan nilai rata-rata

48,4 (tim super).

Berdasarkan hasil penelitian, maka

kelebihan model TGT yang

dikemukakan oleh Huda (2013:206)

menyatakan kelebihan/manfaat model

TGT, yaitu:

1. Meningkatkan

perasaan/persepsi sisa bahwa

hasil yang mereka peroleh

tergantungt dari kinerja dan

bukannya pada keberuntungan.

2. TGT mampu meningkatkan

kekooperatifan terhadap yang

lain.

3. TGT memungkinkan siswa

dapat belajar rileks disamping

menumbuhkan rasa tanggung

jawab, kejujuran, kerja sama,

persaingan ehat dan

keterlibatan belajar.

4. Keterlibatan siswa dalam

belajar lebih tinggi.

Selama pembelajaran dilakukan,

peneliti juga dapat melihat kekurangan

dan kelemahan dari model TGT, yaitu :

1. Menggunakan waktu yang

lebih banyak karena adanya

permainan dan turnamen

2. TGT tidak secara otomatis

menghasilkan skor yang dapat

digunakan untuk menghitung

nilai individual.

Berdasarkan analisis hasil post-

test, nilai rata-rata post-test adalah 69,8

dan nilai yang dihipotesiskan atau KKM

adalah 65, maka nilai post-test 69,8 >

nilai KKM 65, sehingga dapat

dinyatakan Ha diterima dan Ho ditolak.

Dari uraian di atas maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar

fisika siswa tuntas setelah penerapan

model pembelajaran Teams Games

Tournament (TGT) kelas VIII.A SMP

Negeri Muara Kulam Tahun Pelajaran

2015/2016.

3. KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian ini hanya dilakukan

pada materi usaha dan energi dalam

waktu yang relatif singkat, diharapkan

pada penelitian selanjutnya untuk dapat

melaksanakan penelitian pada materi

lainnya dalam ruang lingkup yang luas

dan waktu yang relatif lama, tidak semua

kegiatan siswa dapat diamati dengan

baik. Hal ini dikarenakan jumlah siswa

yang banyak dalam kelas dan kegiatan

siswa tidak dapat diamati dalam waktu

yang begitu singkat, kemampuan peneliti

yang masih dalam tahap pembelajaran

baik dalam melakukan penelitian dan

analisis data penelitian, sehingga

membutuhkan waktu yang relatif lama

dalam mengolah data.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

dan pembahasan pada bagian

sebelumnya, didapatkan nilai rata-rata

tes akhir (post-test) setelah diterapkan

model pembelajaran Teams Games

Tournament (TGT) sebesar 69.8.

Page 13: Olehmahasiswa.mipastkipllg.com/repository/PENERAPAN MODEL... · 2017-10-23 · kelompok. b. Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Teams Games Tournament 1. Kelebihannya adalah

Presentase jumlah siswa yang tuntas

mencapai 67%. thitung 3,20 ≥ ttabel

1,699, berarti Ha diterima dan Ho

ditolak. Maka dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar fisika siswa tuntas

setelah diterapkan model

pembelajaran Teams Games

Tournament (TGT) di kelas VIII.A

SMP Negeri Muara Kulam Tahun

Pelajaran 2015/2016.

2. Saran

Dari hasil penelitian yang telah

dilaksanakn oleh peneliti maka

dapat disampaikan saran-saran

sebagai berikut:

1. Diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi guru fisika

dalam menentukan model

pembelajaran yang tepat

diterapkan sebagai solusi untuk

meningkatkan hasil belajar

fisika.

2. Guru diharapkan mempunyai

pengetahuan dan kemampuan

yang cukup untuk memilih

metode pembelajaran yang tepat

dan sesuai dengan materi yang

akan diajarkan.

3. Bagi siswa diharapkan dapat

lebih aktif dan bertanggung

jawab, dalam mengambil suatu

keputusan, aktif, kreatif, berpikir

kritis dan termotivasi untuk

belajar fisika

4. Pelaksanaan kegiatan

pembelajaran hendaknya

menerapkan model-model

pembelajaran yang inovatif serta

mengupayakan kelengkapan

sarana dan prasarana sekolah

untuk meningkatkan kreativitas

siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2009.

Pendidikan Bagi Anak

Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT

Asdi Mahasatya.

Amir, M. Taufiq. 2010. Inovasi

Pendidikan Melalui Problem

Based Learning. Jakarta:

Kencana.

Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi

Pembelajaran. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Bungel, M. Fikri. 2014. Penerapan

Model Pembelajaran Teams

Games Tournament (TGT) Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4

Palu Pada Materi Prisma”.

Jurnal Elektronik Pendidikan

Matematika Tadulako. Vol: 2,

No: 1. 45-54. .[online].[23 Juli

2017].

Darmadi, Hamid. 2013. Dimensi-dimensi

Metode Penelitian Pendidikan

dan Sosial. Bandung: Alfabeta.

Daryanto. 2012. Evaluasi Pendidikan

Komponen MKDK. Jakarta: Rineka

Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar

dan Pembelajaran. Jakarta:

Rineka Cipta.

Page 14: Olehmahasiswa.mipastkipllg.com/repository/PENERAPAN MODEL... · 2017-10-23 · kelompok. b. Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Teams Games Tournament 1. Kelebihannya adalah

Fathurrohman, Muhammad. 2015.

Model-model Pembelajaran

Inovatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media.

Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana.

2010. Konsep Strategi

Pembelajaran. Bandung: PT

Refika Aditama.

Ishaq, Mohammad. 2007. Fisika Dasar.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2012.

Evaluasi Pembelajaran.

Yogyakarta: Multi Pressindo.

Kanginan, Marthen. 2016. Fisika Dasar

Untuk SMA/MA Kelas X

Kurikulum 2013. Bandung:

Erlangga.

Paloloang, B, F. 2014. Penerapan Model

Pembelajaran Teams Games

Tournament (TGT) Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Pada Materi Panjang

Garis Singgung Persekutuan Dua

Lingkaran di Kelas VIII SMP

Negeri 19 Palu”. Jurnal

Elektronik Pendidian Matematika

Tadulako. Vol: 2, No: 1. 67-77.

.[online].[23 Juli 2017].

Permendikbud. 2014. Penilaian

Kurikulum 2013.

http://www.kabarguru.com. html.

[24 September 2016].

Rosidah, Ratna dkk. 2014. Penerapan

Model Pembelajaran Teams

Games Tournament (TGT) Pada

Pembelajaran Hukum-hukum

Dasar Kimia di Tinjau dari

Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

Kelas X IPA SMA Negeri 2

Surakarta T.P 2013/2014. Jurnal

Pendidikan Kimia (JPK). Vol: 3,

No: 3. 66-75. .[online].[22 mei

2017].

Rusman. 2011. Model-model

Pembelajaran Mengembangkan

Profesionalisme Guru. Jakarta:

PT Rajagrafindo Persada.

Sagala, Syaiful. 2008. Konsep dan

Makna Pembelajaran. Bandung:

Alfabeta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-

faktor yang Mempengaruhi.

Jakarta: Rineka Cipta.

Sudaryono. 2012. Dasar-dasar Evaluasi

Pembelajaran. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika.

Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian

Pendidikan Pendekatan

Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

2014. Statistika Untuk

Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suprijono, A. 2009. Cooperative

Learning. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Tim Penyusun Pedoman Karya Ilmiah

STKIP-PGRI Lubuklinggau.

2016. Pedoman Penulisan

Makalah dan Skripsi STKIP-

PGRI Lubuklinggau.

Page 15: Olehmahasiswa.mipastkipllg.com/repository/PENERAPAN MODEL... · 2017-10-23 · kelompok. b. Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Teams Games Tournament 1. Kelebihannya adalah

Lubuklinggau: Percetakan

STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran

Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

2011. Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif-Progresif.

Jakarta: Kencana.

Utrifani, Ajeng dan Betty M. Turnip.

2014. Pengaruh Model

Pembelajaran Teams Games

Tournament (TGT) Terhadap

Hasil Belajar Siswa Pada Materi

Pokok Kinematika Gerak Lurus

Kelas X SMA Negeri 14 Medan

T.P 2013/2014”. Jurnal Inpafi.

Vol: 2,No: 2.09-16.[online].[23

juli 2017].