MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK...

127
MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK RANDU KARYA MAHFUD IKHWAN SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA DI SMA (KAJIAN: MITOS ROLAND BARTHES) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh: Rifa Nurafia 11150130000041 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Transcript of MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK...

Page 1: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI

RUMBUK RANDU KARYA MAHFUD IKHWAN SERTA

IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA

DAN SASTRA DI SMA

(KAJIAN: MITOS ROLAND BARTHES)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Rifa Nurafia

11150130000041

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2019

Page 2: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK
Page 3: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK
Page 4: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK
Page 5: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

i

ABSTRAK

Rifa Nurafia (NIM: 11150130000041), “Mitos dalam Novel Dawuk: Kisah

Kelabu Dari Rumbuk Randu Karya Mahfud Ikhwan serta Implikasinya terhadap

Pembelajaran Bahasa dan Sastra di SMA (Kajian: Mitos Roland Barthes)”. Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unsur pembangun cerita dan

bentuk mitos dalam novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu Karya

Mahfud Ikhwan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif, sedangkan tinjauannya menggunakan teori mitos Roland Barthes.

Adapun di dalamnya terdapat analisis unsur intrinsik; tema, alur/plot, tokoh dan

penokohan, sudut pandang, gaya bahasa dan amanat. Hasil penelitian menunjukkan

ada sembilan mitos dalam Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu karya

Mahfud Ikhwan yaitu: kehidupan yang sempurna, religius moralis, pasangan serasi,

orang tua baik: anak baik, dan cantik fisik kebahagiaan. Kemunculan mitos tersebut

merupakan hasil depolitisasi masyarakat Rumbuk Randu terhadap berbagai

peristiwa yang diterima begitu saja secara alamiah. Penelitian ini juga dapat

diimplikasikan dalam pembelajaran sastra di sekolah yaitu dengan cara

menganalisis isi dan kebahasan novel.

Kata Kunci: Mitos Roland Barthes, Dawuk, Mahfud Ikhwan

Page 6: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

ii

ABSTRACT

Rifa Nurafia (NIM: 11150130000041), "Myth in Dawuk: The Gray Story of

Rumbuk Randu Novel by Mahfud Ikhwan and Its Implications for Learning

Language and Literature in High School (Study: Myth of Roland Barthes)".

Department of Indonesian Language and Literature Education, Faculty of Tarbiyah

and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2019.

The aim of this study is to determine the elements of story building and mythical

form in Dawuk: The Gray Story of Rumbuk Randu novel by Mahfud Ikhwan. The

method used in this research is descriptive qualitative, while the review used the

theory of the myth of Roland Barthes. It contains an intrinsic elemental analysis;

theme, plot, character and characterization, point of view, language style and

mandate. The result showed that there are nine myths in Dawuk: The Gray Story of

Rumbuk Randu by Mahfud Ikhwan, there are; a perfect life, religious moralists, a

harmonious couple, good parents: good children, and beautiful physical happiness.

The emergence of this myth is the result of the depolitization of the Rumbuk Randu

community to various events that received naturally. This research can also be

implicated in learning literature in schools by analyzing the content and the

linguistic of the novel.

Keywords: Myth Roland Barthes, Dawuk, Mahfud Ikhwan

Page 7: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya bagi ALLAH SWT yang tiada henti

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Mitos Dalam Novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu

Karya Mahfud Ikhwan dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra

di SMA”. Salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,

para keluarga, sahabat, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Penulis menyusun

skripsi ini sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini membutuhkan banyak

bantuan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak. Sebagai ungkapan rasa hormat,

penulis menyampaikan terima kasih pada:

1. Dr. Sururin, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Dr. Makyun Subuki, M. Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta;

3. Novi Diah Haryanti, M. Hum, Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus sebagai dosen pembimbing

yang telah memberikan arahan, bimbingan, motivasi, serta saran saat

menyusun skripsi ini, sehingga penulis menyelesaikan dengan baik;

4. Nur Syamsiah, M. Pd., selaku dosen penasihat akademik yang telah

memberikan pengarahan selama masa perkuliahan;

5. Rosida Erowati, M. Hum., dan M. Nida’ Fadlan, M. Hum., selaku dosen

penguji skrpisi yang telah memberikan saran, sehingga penulis

menyelesaikan skripsi dengan baik;

6. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta;

Page 8: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

iv

7. Bapa dan Mama tercinta, Ucu Sopian dan Masuliyah, S.Pd.I., yang

senantiasa memberikan doa setiap detik, memberikan dukungan moral dan

moril. Terima kasih untuk menjadi orang tua yang hebat dalam segala hal;

8. Kakak tersayang, I’ah Mawadah, Amd., dan Syamsul Arifin, S. Hut., yang

senantiasa memberikan dukungan, arahan, motivasi, serta canda tawa pada

penulis. Terima kasih untuk menjadi editor skripsiku;

9. Adik tersayang, Ridela Nuraulia serta keponakan Syafiq Aufa Arifin, yang

telah memberikan canda tawa saat penulis mengalami kepenatan;

10. Keluarga kedua di SMP Islam Bina Insani Ciseeng, terutama Ika Fitri H.,

S.Pd., Siti Nurjanah, S.S., Saepudin, S.Pd.I., Siti Sopiah,S.Ak., dan Lutfi

Khairul U., S.S., Chabi Mufti, S.S., Dwi Pebri, S.S., serta Relawan dari

Kawan (RDK) yang telah sama-sama berjuang bersama penulis dalam

membangun sekolah, semoga Allah SWT segera beri kejutan terbaik atas

perjuangan kita;

11. Lutfi Hasanal Bolqiah, S.Sos., yang telah membantu dan menjadi teman

diskusi dalam penelitian skrpisi ini, terima kasih sudah menjadi

pembimbing kedua;

12. Teman-teman PBSI angkatan 2015, terkhusus sahabat seperjuangan di

kampus: Nabila, Resty Maulidha, Mia Fatmala, Nur Alfiatussa’adah,

Nadine Ayuningtias P, Windi Atika, terima kasih telah memberikan

kehangatan selama berkuliah;

13. Sahabat-sahabat terdekat penulis serta berbagai pihak yang tidak dapat

disebutkan satu persatu. Semoga Allah memberikan balasan kepada kalian

semua.

Bogor, 8 November 2019

Rifa Nurafia

Page 9: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAT............................................................................................................i

ABSTRACK.........................................................................................................ii

KATA PENGANTAR.........................................................................................iii

DAFTAR ISI……………………………………………………..……………..v

DAFTAR BAGAN….…………………………………………………..............vii

DAFTAR TABEL…………………………………………………….................ix

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 4

C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 4

D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5

F. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5

G. Metodologi Penelitian .................................................................................. 5

1. Pendekatan dan Metode Penelitian ........................................................... 5

2. Sumber dan Data Penelitian ..................................................................... 7

3. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 7

4. Teknik Analisis Data ................................................................................ 7

BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 9

A. Hakikat Novel .............................................................................................. 9

B. Unsur Intrinsik Novel ................................................................................... 9

1. Tema ....................................................................................................... 10

2. Alur atau Plot .......................................................................................... 10

3. Tokoh dan Penokohan ............................................................................ 12

4. Latar ........................................................................................................ 14

5. Sudut Pandang ........................................................................................ 14

Page 10: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

vi

6. Gaya Bahasa ........................................................................................... 15

7. Amanat ................................................................................................... 16

C. Hakikat Mitos Roland Barthes ................................................................... 16

D. Membaca dan Mengurai Mitos Menurut Roland Barthes .......................... 19

E. Fungsi Mitos Roland Barthes ..................................................................... 21

F. Pembelajaran Sastra Indonesia di Sekolah ................................................. 22

G. Penelitian Relevan ...................................................................................... 24

BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN MAHFUD IKHWAN…………… 34

A. Biografi Mahfud Ikhwan ............................................................................ 34

B. Pemikiran Mahfud Ikhwan dalam Berkarya .............................................. 35

C. Sinopsis Novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu ..................... 37

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN…………………………. 39

A. Analisis Unsur Intrinsik ............................................................................. 39

1. Tema ....................................................................................................... 39

2. Alur/ Plot ................................................................................................ 41

3. Tokoh dan Penokohan ............................................................................ 50

3. Latar ........................................................................................................ 62

4. Sudut Pandang ........................................................................................ 71

5. Gaya Bahasa ........................................................................................... 72

6. Amanat ................................................................................................... 74

B. Analisis Mitos dalam Novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu 75

1. Kehidupan yang Sempurna..................................................................... 75

2. Religius Bermoral ................................................................................... 78

3. Pasangan Serasi ...................................................................................... 79

4. Orang Tua Baik Mejadikan Anak Baik .................................................. 82

5. Cantik Fisik itu kebahagiaan .................................................................. 84

C. Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra di SMA .................. 88

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 91

A. Simpulan .................................................................................................... 91

B. Saran ........................................................................................................... 92

Page 11: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

vii

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 93

LAMPIRAN-LAMPIRAN

LEMBAR UJI REFERENSI

PROFIL PENULIS

Page 12: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

viii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Tahap Signifikasi Menurut Barthes..……………………………….. 20

Bagan 2.2 Ilustrasi Denotasi dan Konotasi Menggunakan Kerangka Barthes…. 21

Bagan 4.1 Plot Utama dan Sub-Plot……………………………………………. 50

Bagan 4.2 Kehidupan yang Sempurna…..……………………………………... 77

Bagan 4.3 Mitos Religius Moralis..………………………………………......... 79

Bagan 4.4 Pasangan Serasi…………………………………………………....... 81

Bagan 4.5 Mitos Orang tua Baik; Anak Baik…………………………………... 83

Bagan 4.6 Mitos Cantik Fisik sebagai Kebahagiaan…………………………… 86

Page 13: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Plot Utama Novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu... 45

Tabel 4.2 Tipe Mitos Novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu… 87

Page 14: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan refleksi dari keadaan masyarakat. Sebagai hasil

penghayatan atas realitas kehidupan, sastra menampilkan diri dengan beban

pemikiran berupa aktualisasi dan reintrepertasi mitologi. Dengan aktualisasi

terhadap mitologi akan terungkap nilai mitologi dalam konteks zaman, pengukuhan

nilai mitos di masyarakat, serta sebagai alat penghubung dunia tradisi dan dunia

modernitas. Dengan adanya pemaknaan kembali terhadap mitologi, akan terungkap

pengingkaran atau pembalikan nilai yang menghadirkan persoalan zaman dan

realitas.1

Mitologi dalam kaitan sastra modern bukanlah bentuk sastra yang

mengandung konsepsi dengan dongeng suci mengenai kehidupan dewa, makhluk

halus, hal-hal gaib, atau latar dunia metafisika, tetapi mitologi yang dimaksud

merupakan mitos dengan pengertian cara mengungkapkan refleksi sikap

masyarakat terhadap segala sesuatu yang mengandung pesan. Mitos modern

membahas segala hal berkaitan dengan fungsi yang tereduksi sebagai bentuk

memperkuat atau melemahkan keadaan di masyarakat.

Mitos dalam karya sastra terus berkembang seiring kreativitas sastrawan

yang meningkat pula, mitos dalam karya sastra menjadi tanda adanya kesatuan

pengarang dengan masyarakat.2 Kreativitas tersebut dituangkan salah satunya

dengan karya novel sebagai medianya. Novel sering kali dipilih karena dianggap

mempunyai ruang bahasan yang cukup luas dan kompleks dalam mengungkapkan

persoalan dibandingkan dengan cerita pendek. Novel yang menarik dan berbicara

soal permasalahan sosial, budaya, serta adanya mitos adalah novel Dawuk: Kisah

Kelabu Dari Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan, selanjutnya disingkat

1 Puji Santoso, Sastra Dan Jati Diri Bangsa: Kontribusi Mitologi Dan Multicultural

Dalam Sastra Indonesia, 2019, h.4, (http//badanbahasa.kemendikbud.go.id//content/sastra-jati-

diri-bangsa-kontribusi-mitologi-dan-multikultural-dalam-sastra-indonesia), diakses tanggal 6

April 2019 pukul 17.56. 2 Rene Wellek & Austin Warren, Teori Kesusastraan, Terjemah. Dari Theory of

Literature oleh Melani Budianta, (Jakarta: Gramedia, 2013), Cet. V, h. 225.

Page 15: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

2

DKKDRR. Novel ini dinobatkan sebagai pemenang Kusala Khatulistiwa tahun

2017.

Kisah dalam novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu (DKKDRR)

diawali dengan kemunculan Warto Kemplung sebagai narator. Kisah dalam novel

bercerita tentang percintaan antara Mat Dawuk dan Inayatun yang kelam dan

kelabu. Pasangan yang menjadi kontroversi sebab mereka dinilai oleh orang-orang

Rumbuk Randu sebagai pasangan ganjil. Pemikiran tersebut muncul dan membuat

semacam ‘mitos’ mengenai kisah sejarah asal usul desa Rumbuk Randu. Selain itu,

kemunculan berbagai cerita pendukung dalam kisah Mat Dawuk dan Inayatun

sebagai pelengkap penjelas memahami realitas yang mengarah pada adanya mitos

dalam novel tersebut.

Adanya mitos yang muncul dan berkembang di Desa Rumbuk Randu bukan

hanya berkaitan dengan tokoh Mat Dawuk dan Inayatun saja, melainkan berkaitan

dengan cara pandang orang-orang Rumbuk Randu dalam memaknai sesuatu yang

diperkuat berdasarkan banyaknya orang yang menganut dengan sikap-sikap atau

respon yang sama. Masyarakat Rumbuk Randu dalam novel tersebut mengontruksi

pandangan umum untuk menunjuk cerita buatan yang masih dipertanyakan

kebenaran historisnya.

Pandangan-pandangan umum dalam DKKDRR terkontruksi dengan objek

yang di antaranya berkaitan dengan cara menilai sesuatu dalam kehidupan

bermasyarakat secara begitu saja. Pandangan umum tersebut berkaitan dengan

semua komponen dalam kehidupan yang bisa menjadi pesan dan mempengaruhi

kehidupan bermasyarakat.

Terlebih lagi, dari kisah yang disampaikan lewat narator Warto Kemplung

dengan menghadirkan cerita sampingan sebagai pelengkap cerita membuat isi

peristiwa novel DKKDRR menjadi tidak sesederhana yang kebanyakan orang-orang

Rumbuk Randu ketahui. Ada elemen-elemen yang jika diperdalam kenyataannya

yang dianggap baik tidak selalu baik atau yang dianggap benar; sesuai dengan

kesepakatan banyak orang, ternyata mempunyai konotasi yang berbeda. Dengan

demikian, mitos menjadi hal yang menarik untuk diteliti dalam cerita novel

tersebut.

Page 16: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

3

Novel DKKDRR dapat dikatakan sebagai cerita berbingkai. Hal tersebut

dikarenakan isi dari novel yang disampaikan oleh Warto Kemplung tidak hanya

satu cerita, tetapi ada cerita sampingan yang mendukung cerita utama. Cerita utama

tentang konflik antara Mat Dawuk dengan orang-orang Rumbuk Randu yang

kemudian memunculkan kisah lain, yakni cerita sejarah nenek moyang Rumbuk

Randu, cerita dendam tiga generasi yang dibalut penceritaanya dalam kurun waktu

tiga hari cerita di warung kopi.

Cerita novel DKKDRR yang menunjukkan kisah berbingkai memungkinkan

banyak interpretasi tidak hanya satu makna dalam cerita tersebut. Intrepretasi

tersebut berkaitan dengan kebenaran historis di dalamnya, sehingga hal itu

memungkinkan adanya mitos. Kemunculan mitos secara nyata terungkap dan

mengalami pemaknaan khusus sesuai dengan konotasi yang diberikan oleh

komunitas atau kekuasaan yang dominan. Adanya konotasi merupakan hasil

mengupas sebuah mitos, kaitannya mitos pada hal ini yakni semua hal yang dapat

menjadi pesan dalam novel.

Proses pemikiran dan perkembangan membaca karya sastra tentu

diperlukan perkembangannya untuk memastikan segala yang ada di karya sastra

dapat menjadikan refleksi keadaan masyarakat dan memberikan timbal balik

memahami kehidupan yang dihadapi. Pembelajaran tersebut bukan hanya sekedar

dianalisis oleh mahasiswa sastra saja melainkan perlu diaplikasikan pada peserta

didik di sekolah.

Pembelajaran di sekolah berkaitan dengan sastra sering dianggap sebagai

pembelajaran yang membosankan karena membaca karya sastra selalu dikaitkan

dengan buku bacaan yang tebal, bahasa yang sulit dipahami, serta materi

pembahasan yang hanya terpusat pada satu pembahasan saja; misalnya peserta

didik hanya terfokus pada unsur-unsur intrinsik yang sederhana. Dengan demikian,

perlu diberikan stimulus dalam mempelajari karya sastra seperti membahas karya

sastra berkaitan dengan kajian mitos. Hal tersebut guna memberikan gambaran baru

serta wawasan yang luas untuk mendalami pembongkaran makna dalam karya

sastra.

Page 17: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

4

Berkaitan dengan hal tersebut, lewat penelitian tentang mitos kajian Roland

Barthes akan didapatkan pemahaman berkenaan memaknai sesuatu. Dari

pemahaman tersebut diharapkan peserta didik dapat memandang segala hal bukan

hanya berdasarkan satu representasi saja, melainkan juga dengan pandangan lain,

sehingga dapat memaknai gejala-gejala masyarakat dan budaya secara bijak. Hal

tersebut menjadi bekal para peserta didik agar memaknai segala hal dalam

kehidupan sehari-hari dengan menelusuri kebenarannya bukan begitu saja

menerima secara alamiah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengangkat judul

“Mitos dalam Novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu Karya Mahfud

Ikhwan dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra di SMA”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat ditarik

identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Munculnya tumpang-tindih berkaitan dengan pemaknaan mitos modern dan

mitos tradisional dalam cerita karya sastra.

2. Konotasi pandangan umum dihasilkan dari kesepakatan dan kekuasaan

dominan untuk memahami realitas.

3. Adanya interpretasi berlebihan dari cerita buatan yang masih dipertanyakan

kebenaran historisnya.

4. Mitos segala hal dalam kehidupan sudah alamiah dan muncul sebagai sesuatu

tanpa perlu melihat realita sesungguhnya.

5. Adanya anggapan peserta didik dalam menerima pembelajaran sastra sebagai

sebuah pelajaran yang membosankan, bacaan yang cukup tebal, sulit di

pahami, dan terpusat hanya pada unsur intrinsik sederhana.

C. Pembatasan Masalah

Agar dapat mempermudah proses penelitian, dari hasil identifikasi masalah

di atas, dilakukan pembatasan masalah yakni terfokus pada mitos dalam novel

Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu Karya Mahfud Ikhwan serta

implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA.

Page 18: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

5

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1. Bagaimana bentuk mitos dalam novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk

Randu karya Mahfud Ikhwan?

2. Bagaimana implikasi Mitos dalam novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari

Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan terhadap pembelajaran bahasa dan

sastra Indonesia di SMA?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai adalah sebagai

berikut:

1. Mendeskripsikan bentuk mitos dalam novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari

Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan.

2. Mendeskripsikan pengaruh mitos dalam novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari

Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan terhadap pembelajaran bahasa dan

sastra Indonesia di SMA.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat yang mencakup

aspek teoretis maupun praktis.

1. Manfaat secara teoretis, diharapkan penelitian ini dapat menambah

pengetahuan mengenai pembahasan mitos Roland Barthes dalam kritik

sastra Indonesia.

2. Manfaat secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu mengenai

mitos yang terdapat dalam novel. Selain itu, diharapkan juga penelitian ini

dapat bermanfaat bagi pendidik untuk mengembangkan pembelajaran

sastra di sekolah yang berkaitan dengan unsur intrinsik dalam teks sastra.

G. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

Semiotik Mitos Roland Barthes. Pendekatan semiotik memberikan

Page 19: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

6

perangkat analisis kepada peneliti yang terlihat tidak asing dengan objek

yang diamati dan ide-ide lewat penanda, petanda, dan tanda.3 Penelitian ini

berjenis penelitian pustaka sebab data primer maupun sekunder berupa

pustaka, yaitu naskah tertulis. Pada penelitian ini digunakan sejumlah

referensi berupa buku, jurnal, artikel dan lain-lain yang memuat segala

informasi yang berhubungan dengan persoalan yang diteliti.

Metode penelitian dalam mengkaji novel Dawuk: Kisah Kelabu

Dari Rumbuk Randu yaitu metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif

digunakan untuk menganalisis isi suatu dokumen atau teks. Metode

deskriptif berupaya menguraikan dan menjelaskan hal-hal yang menjadi

bahasan dalam penelitian, tidak berbentuk perhitungan statistik berupa

angka-angka atau koefisien. Sedangkan, metode kualitatif memberikan

perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannya dengan konteks

keberadaanya.4 Wujud data yang diambil pada penelitian kualitatif dalam

sastra yakni karya, naskah, data penelitian yang berupa kata, kalimat, dan

wacana. Ciri-ciri terpenting metode kualitatif, sebagai berikut:

a. Memberikan perhatian utama pada makna dan pesan, sesuai dengan

hakikat objek, yaitu sebagai studi kultural;

b. Lebih mengutamakan proses dibandingkan dengan hasil penelitian

sehingga makna selalu dapat berubah;

c. Desain penelitian dan kerangka penelitian bersifat sementara sebab

penelitian bersifat terbuka;

d. Penelitian bersifat alamiah, terjadi dalam konteks sosial budanya

masing-masing.

Dengan demikian penelitian novel Dawuk: Kisah Kelabu Rumbuk

Randu merancang desain penelitian dengan pendekatan semiotik mitos

Roland Barthes dengan konsep deskriptif kualitatif.

3 Rachmah Ida, Metode Penelitian Studi Media dan Kajian Budaya., (Jakarta: Prenada

Media Group, 2014.), h.75. 4 Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, ( Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2013), h. 47

Page 20: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

7

2. Sumber dan Data Penelitian

Sumber data pada peneltian ini adalah novel Dawuk: Kisah Kelabu

Dari Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan terbitan Marjin Kiri pada tahun

2017 dengan tebal 181 halaman. Data berupa unit-unit teks yang

menggambarkan adanya mitos dalam novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari

Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan teknik baca catat. Teknik baca catat dilakukan dengan

membaca seluruh isi dari novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu

karya Mahfud Ikhwan secara berulang-ulang, kemudian menandai atau

mencatat data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Langkah-langkah

dalam pengumpulan data tersebut antara lain:

a. Membaca novel, pada tahapan ini novel yang menjadi objek

penelitian adalah novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu

karya Mahfud Ikhwan, dibaca berulang kali guna mendapatkan

pemahaman atas isi novel.

b. Inventarisasi data, mengumpulkan data dengan cara mencatat

kutipan-kutipan yang ada dalam novel yang berhubungan dengan

fokus penelitian, baik kata, kalimat, ataupun wacana yang dapat

merepresentasikan tentang dekontruksi mitos dalam novel Dawuk:

Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan.

c. Klasifikasi data, mengklasifikasikan data sesuai dengan rumusan

masalah yaitu mengenai bagaimana bentuk mitos dalam novel

Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan.

d. Membuat korpus data, setelah mengklasifikasikan data tahap

selanjutnya adalah membuat korpus data guna mempermudah

penganalisisan data.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif

dibantu dengan metode analisis deskriptif. Penafsiran kualitatif

Page 21: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

8

memberikan perhatian pada data-data alamiah, data dalam hubungannya

dengan konteks keberadaannya.5 Sementara lewat metode deskriptif,

peneliti mendapatkan dan menganalisis informasi dengan menghubungkan

pertalian hubungan dengan adat, politik, kepentingan mitos, dan lain-lain

yang ada dalam masyarakat dan budaya yang berlaku dengan teks-teks

yang dihasilkan.6 Data yang diperoleh lewat pencatatan akan diidentifikasi

dan diklasifikasi sesuai kategori yang telah ditentukan dalam bentuk tabel.

Kemudian data yang telah teridentifikasi dan terklasifikasi ditafsirkan

maknanya dengan menghubungkan data dengan konteksnya ke dalam

kajian teori. Adapun prosedur analisis data dalam penelitian ini melalui

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menganalisis struktur yang mengandung unsur intrinsik dalam novel

Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan.

b. Analisis selanjutnya, identifikasi mitos dalam novel dengan

menganalisis makna teks yang memiliki tanda denotasi: penanda-

petanda, dan konotasi: tanda-petanda yang sudah ditemukan,

kemudian dikaitkan dengan teori Mitos Roland Barthes.

c. Jejak mitos yang tersebar dalam novel dikumpulkan dan

dikelompokkan, disejajarkan dan dibandingkan dengan wacana-

wacana atau realitas di luar teks dengan tujuan membalikkan oposisi-

oposisi hierarki yang menunjukkan adanya saling ketergantungan di

antara yang bertentangan.

d. Mengimplikasikan makna mitos dalam novel Dawuk: Kisah Kelabu

Dari Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan pada pembelajaran bahasa

dan sastra Indonesia di sekolah.

e. Membuat simpulan dari analisis data.

5 Nyoman Kutha Ratna. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. ( Pustaka Pelajar:

Yogyakarta, 2013), h. 46 6 Rachman Ida, Metode Penelitian Studi Media dan Kajian Budaya. ( Prenada

Media:Jakarta,2014), h. 68.

Page 22: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hakikat Novel

Novel adalah gambaran dari kehidupan dan perilaku yang nyata.1

Istilah novel dalam bahasa Inggris (Inggris: nove) dan inilah yang kemudian

masuk ke Indonesia. Novel dalam bahasa Italia yaitu novella (yang dalam

bahasa Jerman: novelle). 2

Novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan

sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak

melibatkan permasalahan yang kompleks.

Novel pada dasarnya cerita yang secara imajinatif menghadirkan

keadaan dunia hasil refleksi kehidupan yang lebih besar dan kompleks,

namun tetap saling berjalinan. Novel umumnya terdiri dari sejumlah bab

yang masing-masing memiliki kepaduan menjadi cerita yang utuh.3 Novel

ditandai dengan adanya sejumlah bagian peristiwa yang masing-masing

mempunyai keterkaitan. Hal itulah yang menjadi pembeda novel dengan

cerita pendek.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa novel

adalah karya sastra fiksi yang bersifat imajinatif yang menghadirkan refleksi

kehidupan secara lebih kompleks dan lebih panjang penceritaanya dari

cerita pendek.

B. Unsur Intrinsik Novel

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu

sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai

karya sastra, unsur-unsur secara faktual akan dijumpai jika orang membaca

1 Renne Wellek dan Austin Warren, Teori Kesustraan, Terjemahan (Jakarta: Gramedia,

2013), h. 260. 2 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press, 2007), h. 11 3 Ibid., h. 13-17.

Page 23: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

10

karya sastra. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat

sebuah novel berwujud. Unsur-unsur intrinsik:

1. Tema

Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Ia selalu berkaitan

dengan berbagai pengalaman kehidupan, seperti masalah cinta, kasih,

rindu, takut, maut, religius, dan sebagainya. Dalam hal tertentu sering

tema dapat disinonimkan dengan gagasan isi cerita.4 Tema dalam

sebuah cerita dapat dipahami sebagai sebuah makna, makna yang

mengikat keseluruhan unsur cerita sehingga cerita itu hadir sebagai

sebuah kesatuan yang padu.

Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Ia selalu berkaitan

dengan berbagai pengalaman kehidupan, seperti masalah budaya,

tradisi/ adat-istiadat, ekonomi, cinta, rindu, religius, dan sebagainya.

Dalam hal tertentu, tema dapat disinonimkan dengan ide atau tujuan

utama cerita.5

Sehingga, tema pada dasarnya berkaitan tentang gagasan, ide pokok,

ataupun benang merah dasar terjadinya cerita.

2. Alur atau Plot

Unsur intrinsik selanjutnya pada novel adalah alur atau plot. Stanton

dalam Burhan Nurgiantoro berpendapat bahwa plot adalah urutan

kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab

akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya

peristiwa yang lain.6 Sedangkan E. Kosasih berpendapat bahwa alur

(plot) merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh

hubungan sebab akibat.7

4 E. Kosasih, Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra, (Bandung: Yrama Widya, 2012),

h.60. 5 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press, 2009), hlm. 25. 6 Ibid., h. 167. 7 E. Kosasih, Op. Cit., h.34.

Page 24: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

11

Plot juga berkaitan dengan peristiwa sambung-sinambung

berdasarkan hukum sebab akibat. Plot tampaknya dapat dipahami

sebagai berbagai peristiwa yang diseleksi dan diurutkan berdasarkan

hubungan sebab akibat untuk mencapai efek tertentu dan sekaligus

membangkitkan suspense dan surprise pada pembaca.8 Plot tidak hanya

mengemukakan apa yang terjadi, tetapi juga menjelaskan mengapa hal

itu terjadi. Dengan sambung-sinambungnya peristiwa ini terjadilah

sebuah cerita.9

Pembahasan plot dalam novel di pihak lain lebih memiliki bahasan

yang tidak sederhana, karena ketidakterikatan pada panjang cerita plot

dalam novel dapat memiliki lebih dari satu plot; terdiri dari satu plot

utama atau satu plot utama dan sub-subplot.10 Plot utama berisi konflik

utama yang menjadi inti persoalan yang diceritakan sepanjang cerita itu,

sedangkan sub-subplot adalah berupa (munculnya) konflik tambahan

yang bersifat menopang, mempertegas, melatarbelakangi, dan

mengintensifkan adanya konflik utama. Sub-sub plot dapat berisi

konflik yang mungkin tidak sama pentingnya terhadap plot utama.

Nurgiyantoro mengatakan bahwa subplot hanya menjadi penting

dan berarti dalam kaitannya dengan plot utama. Subplot sering berupa

sorot balik masa lalu tokoh cerita atau kisah lain yang berhubungan

dengan tokoh utama.11

Salah satu bentuk subplot yang paling lazim adalah naratif bingkai.12

Naratif bingkai atau cerita bingkai dapat dikatakan sebagai subplot yang

membingkai dan membungkus naratif utama (plot utama), sehingga

dapat menghasilkan cerita dalam cerita.

Oleh karena itu, subplot merupakan bagian dari plot utama yang

menjadi cerita tambahan untuk memperjelas atau memperluas

8 Burhan Nurgiyantoro, Op. Cit., h. 168. 9 Ibid., h. 10. 10 Ibid., h. 15. 11 Burhan Nurgiyantoro, Op. Cit., h. 158. 12 Robert Stanton. Teori Fiksi. Terj. dari An Introduction to Ficton oleh Sugihastuti dan

Rossi Abi Al Irsyad.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 27

Page 25: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

12

pandangan kita terhadap plot utama dan mendukung efek keseluruhan

cerita. Sehingga Sebuah cerita dapat dikatakan mempunyai cerita

berbingkai jika cerita kedua yang dikisahkan lebih penting dibanding

cerita yang pertama yang hanya berfungsi sebagai pengantar.13

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa plot

adalah jalannya cerita yang terjadi dengan hubungan kausalitas, plot

menjadi dasar terjadinya banyak peristiwa di dalam keseluruhan cerita

yang dapat terdiri dari plot utama dan sub-plot.

3. Tokoh dan Penokohan

Tokoh cerita menurut Abrams adalah orang-orang yang ditampilkan

dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan

memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang

diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dari tindakan.14

Istilah penokohan lebih luas dari pada tokoh dan perwatakan sebab

ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana

perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam

sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas

kepada pembaca. Penokohan sekaligus memberikan penyajian watak

dan penciptaan citra tokoh oleh pengarang.15

Tokoh dalam kaitan cerita fiksi merupakan orang yang terlibat

dalam cerita yang juga sekaligus membawa isi cerita. Tokoh-tokoh

dalam cerita fiksi dapat dibedakan beberapa jenis, antara lain sebagai

berikut:

a. Berdasarkan proporsi, klasifikasi tokoh yaitu tokoh utama cerita

(central character, main character), sedangkan yang kedua

adalah tokoh tambahan. Tokoh utama sangat diutamakan

pencitraannnya, ia merupakan tokoh yang paling banyak

13 Jan Van Luxemburg, Mieke Bal, Willem G, Westseijn, Tentang Sastra, Terj. dari Over

Literatuur oleh Akhadiati Ikram, (Jakarta: Intermasa, 1989), h. 118. 14 Ibid., h. 16. 15 Esti Ismawati., Pengajaran Sastra, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013)., h.70.

Page 26: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

13

diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang

mengalami kejadian atau konflik. Oleh karena itu, tokoh utama

sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan, tokoh

utama dalam sebuah novel bisa lebih dari satu orang, walaupun

kadar keutamaannya tidak selalu sama.16 Pembedaan keutamaan

tokoh-tokoh itu bertingkat; tokoh utama (yang) utama, tokoh

utama tambahan, tokoh tambahan (peripheral) utama, dan tokoh

tambahan (yang memang) tambahan.

b. Jika dipertimbangkan dalam fungsinya, tokoh dapat dibedakan

menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis

merupakan tokoh yang yang dikagumi yang di dalamnya harus

memberikan nilai-nilai dan norma-norma yang positif para

pembacanya. Tokoh protagonis sering menampilkan sesuatu

sesuai dengan pandanganpembaca. Sedangkan tokoh penyebab

terjadinya konflik disebut tokoh antagonis yang beroposisi

dengan tokoh protagonis secara langsung maupun tidak langsung

dan bersifat fisik maupun batin.17

c. Selanjutnya, jika pada kategori perkembangan perwatakan dapat

dibedakan menjadi tokoh sederhana dan tokoh bulat. Tokoh

sederhana merupakan tokoh yang hanya menampilkan satu

karakter yang secara konsisten dalam novel, sedangkan tokoh

bulat merupakan tokoh yang muncul pada novel dengan berbagai

perubahan perwatakan yang dapat mengejutkan pembaca, ia tidak

muncul dengan sifat watak yang moton dan tidak hanya

mencerminkan satu watak tertentu.18

Jadi, dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah perwatakan

yang ada dalam diri tokoh yang juga mempengaruhi isi cerita. Unsur ini

menjadi dasar sebuah peristiwa dapat terjadi. Berdasarkan pemaparan

16 Burhan Nurgiantoto, Op.Cit. h. 259. 17 Ibid., h. 261. 18 Ibid., h. 265.

Page 27: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

14

tersebut, kategori tokoh menjadikan posisi seorang tokoh dalam cerita

dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan cerita. Penokohan

pada dasarnya memberikan gambaran utuh sisi peran orang yang

terlibat dalam cerita.

4. Latar

Istilah latar adalah terjemahan dari istilah bahasa Inggris setting.

Latar atau setting disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada

pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat

terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.19 Latar terdiri dari tiga

macam, yaitu latar sosial, latar waktu dan latar tempat.

Latar dalam karya sastra merupakan bagian yang menunjukan

terjadinya suatu peristiwa. Sebuah cerita tidak akan mudah dipahami

jika unsur latar menghilang dari cerita tersebut. Latar mempunyai

keterkaitan dalam menjelaskan sebuah peristiwa di dalam cerita.

5. Sudut Pandang

Istilah sudut pandang dideskripsikan sebagai posisi pengarang atau

narator dalam membawakan cerita.20 Dari posisi tersebut diceritakanlah

tentang tokoh, peristiwa, tempat, dan waktu dalam cerita.21 Sudut

pandang berkaitan dengan penyampaian cerita agar bisa sampai pada

pembaca. Sudut pandang menjadikan pengisahan cerita diambil dari sisi

sudut apapun, bisa dari orang pertama, orang ketiga ataupun pengamat

dalam cerita.

Nurgiyantoro membedakan sudut pandang berdasarkan pembedaan

yang telah umum dilakukan oleh orang, yaitu bentuk persona pertama,

kedua, ketiga, dan campuran.22 Sudut pandang tersebut dijelaskan

sebagai berikut:

19 Burhan Nurgiyantoro, Op.cit., h. 70. 20 E. Kosasih, Dasar-dasar Keterampilan Bersastra, (Bandung: Yrama Widya, 2012),

h.70. 21 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 151. 22 Burhan Nurgiyantoro,Op. Cit., h. 347.

Page 28: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

15

a. Sudut pandang persona ketiga, yaitu pengisahan cerita yang

menggunakan sudut pandang “Dia” yang memposisikan narator di

luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut

nama atau kata ganti. Dalam sudut pandang ini, Dia dapat dibedakan

menjadi dua macam, yaitu Dia bersifat mahatahu yang menjadikan

narator dapat bebas menceritakan segala sesuatu yang berhubungan

dengan tokoh dan Dia bersifat terbatas atau sebagai pengamat.

b. Sudut pandang persona pertama, yaitu pengisahan cerita yang

menggunakan sudut pandang “Aku” terletak pada seorang narator

yang ikut terlibat dalam cerita. Dalam sudut pandang ini, Aku

dibedakan menjadi dua macam, yaitu Aku sebagai tokoh utama yang

menjadi fokus, pusat kesadaran, pusat cerita, dan Aku sebagai tokoh

tambahan yang hadir untuk membawakan cerita, sedang tokoh cerita

yang dikisahkan dibiarkan untuk mengisahkan sendiri berbagai

pengalamannya.

c. Sudut pandang persona kedua, yaitu pengkisahan menggunakan kata

“kau” sebagai variasi dari cara memandang tokoh aku dan dia.

Penggunaan teknik ini juga dipakai untuk memposisikan diri sendiri

sebagai orang lain. Keadaan seperti demikian ditemukan dalam sudut

pandang “aku” dan “dia” sebagai variasi penyebutan

d. Sudut pandang campuran, yaitu penggunaan sudut pandang yang

bersifat tidak hanya satu, melainkan berupa gabungan antara persona

pertama dan ketiga, antara “aku dan “dia” sekaligus. Pengarang dapat

berganti-ganti dari teknik yang satu ke teknik yang lain. Teknik

semacam ini merupakan siasat untuk memberi kesan kepada pembaca

seolaholah cerita itu sungguh-sungguh ada dan terjadi.

6. Gaya Bahasa

Gaya bahasa berkaitan tentang salah satu sarana retorika yang

digunakan pengarang untuk mencapai tujuannya. Setiap teks

Page 29: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

16

mempunyai suatu gaya bahasa sebagai ciri khas.23 Gaya bahasa juga

dimaknai sebagai cara mengungkapkan pikiran pemakai bahasa.24

Pemakaian bahasa ini terlihat adanya bermacam-macam gaya bahasa

yang memberikan corak yang beragam pada karya sastra. Pengarang

dalam bercerita akan senantiasa menciptakan suatu nada atau suasana

persuasif yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antar

sesame tokoh.25

Dengan demikian, gaya bahasa berkaitan dengan penggunaan diksi

dalam menyampaikan narasi cerita. Gaya bahasa akan menunjukan juga

upaya penulis menarasikan maksud dan gagasan cerita.

7. Amanat

Amanat banyak disinggung dalam istilah moral. Moral seperti

halnya tema, dilihat dari segi dikotomi bentuk isi karya sastra

merupakan unsur isi. Amanat merupakan cara pengarang

menyampaiakan makna yang terkandung dalam sebuah karya, makna

yang disarankan lewat cerita.26

Amanat berkaitan dengan maksud serta pesan yang ingin

disampaiakan oleh penulis. Setiap karya sastra tentu mengandung nilai-

nilai di dalamnya. Sehigga amanat merupakan sesuatu yang bisa kita

ambil maknanya dari karya sastra.

C. Hakikat Mitos Roland Barthes

Barthes memaknai mitos modern dengan istilah mitologi. Mitologi berasal

dari gabungan mythos (pemikiran mitos yang benar) dan logos (pemikiran rasional-

ilmiah). Sebuah mitologi dapat membentuk gaya dan hidup tren sosial.27 Konsep

23 Jan Van Luxemburg, Mieke Bal, Willem G, Westseijn, Pengantar Ilmu Sastra. Terj.

dari Inleiding in de Literatuurwetenschap oleh Dick Hartoko, (Jakarta: Gramedia, 1986) h. 105. 24 Gory Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia, 2009), h. 113. 25 E. Kosasih, Op., Cit, h. 71. 26 Burhan Nurgiyantoro, Op.Cit., h. 320. 27 Marcel Danesi, Pesan, tanda, dan Makna; Buku teks dasar mengenai semiotik dan

Teori Komunikasi. Ter. dari Meassages, Signs, and Meanings: A Basic Textbook in Semiotics and

Communication Theory oleh Evi Setyarini dan Llusi Lian Piantari (Yogyakarta: Jalasutra, 2010),

h. 214.

Page 30: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

17

mitos yang Barthes maksud ini yakni konsep ideologi, dan sekali lagi dipertegas

bukan konsep pemikiran mitos yang berkembang berkenaan tentang ghaib dan

mistik.

Barthes mengemukakan bahwa mitos adalah tipe wicara.28 Wicara dalam

hal ini adalah sebuah pesan yang terbentuk dari penanda, petanda, dan tanda.29

Makna sebuah tanda baru dapat dikatakan berlipat ganda jika tanda tunggal tersebut

disarati dengan makna yang berlapis-lapis.30 Setiap tanda selalu memperoleh

pemaknaan awal yang dikenal secara umum (biasa disebut denotasi) dan oleh

Barthes disebut sebagai “sistem primer”. Sedangkan pengembangannya disebut

“sistem sekunder”. Roland Barthes sebagai penerus teori Ferdinand De Saussure

konsep tanda tidak hanya diterapkan pada analisis bahasa (sebagai salah satu aspek

kebudayaan), tetapi dapat pula digunakan untuk menganalisis unsur-unsur

kebudayaan lain.31 Roland Barthes memaknai mitos sebagai sebuah tataran kedua

dalam memaknai tanda dalam kebudayaan.

Bagi Barthes, mitos adalah sistem semiologi urutan kedua atau metabahasa.

Mitos adalah bahasa kedua yang berbicara tentang bahasa tingkat pertama. Tanda

pada sistem pertama (penanda dan petanda) yang membentuk makna denotatif

menjadi penanda pada urutan kedua makna mitologis konotatif.32

Barthes menjelaskan bahwa yang telah dilakukan oleh Saussure berkaitan

dengan signifier yang awalnya hanya merupakan makna denotatif, mampu menjadi

makna konotatif yang bermakna mitos yang dibangun oleh Barthes. Mitos milik

Barthes adalah bagian dari sistem aturan kedua atau biasa disebut “sistem

sekunder”. Barthes mengartikan mitos adalah ideologi yang dipahami sebagai ide-

ide dan praktik-praktik yang secara aktif mempromosikan nilai-nilai dan

28 Roland Barthes, Mitologi, Ter. dari Mythologies oleh Nurhadi dan A, Sihabul Millah,

(Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2004), h. 151. 29 Ibid., 161. 30 Chris Barker, Cultural Studies: Teori dan Praktik, Ter. dari Culture Studies, Theory

and Practice oleh Nurhadi, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2011), h. 75. 31 Benny H. Hoed, Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya, (Depok: Komunitas Bambu,

2014), h. 58. 32 Ibid., h. 74.

Page 31: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

18

kepentingan dari kelompok dominan dalam masyarakat yang mempunyai

kekuasaan.33

Sejalan dengan itu, Barthes juga menyebut denotasi sebagai sistem

“pertama”. Biasanya pemakaian tanda ke dua arah yang disebut oleh Barthes

sebagai sistem “kedua” atau konotasi. Denotasi yang disebut sebuah tanda yang

paling stabil dan teruji secara objektif, sedangkan konotasi bisa bersifat plural,

bersifat terstruktur, fleksibel, serta merupakan sesuatu yang memungkinkan kita

untuk melihat secara cukup jelas beberapa sarana yang melaluinya sosial dan tanda

saling berkaitan.34

Konsep sistem sekunder dalam kaitannya Barthes menyebutnya sebagai

konsep konotasi yang didasari tidak hanya dipahami oleh paham kognisi, tetapi oleh

paham pragmatik (yakni pemakaian tanda dan situasi pemahamannya). Dalam

kaitannya dengan pemakaian tanda, dapat memasukkan perasaan (aspek emotif)

sebagai salah satu faktor yang membentuk konotasi.35

Di antara cara-cara menggunakan konsep mitos agar dapat dilakukan

simplifikasi, terdapat dua hal yang paling kuat dan sering yaitu oposisi biner; semua

relasi direduksi pada skala tunggal yang dibangun di antara dua istilah yang

berlawanan, indiferensiasi; penolakan atau perbedaan yang mungkin melibatkan

dua kutub, namun keduanya hanya mengatur pelbagai hal berdasarkan satu

kualitas.36

Mempelajari mitos membuat kita belajar bagaimana masyarakat menjawab

pertanyaan-pertanyaan bagaimana orang-orang mengembangkan suatu sistem

sosial khusus dengan banyaknya adat istiadat, cara hidup, dan juga memahami

secara lebih baik nilai-nilai yang mengikat para anggota kelompok untuk menjadi

satu kelompok. Mitos dapat dibandingkan untuk mengetahui bagaimana

33 Rachmah Ida, Metode Penelitian Studi Media dan Kajian Budaya, ( Jakarta: Prenada

Media Group, 2014), h. 83. 34 Tony Thwaites, Lloyd Davis, Warwick Mules., Introducing Cultural and Media

Studies: Sebuah Pendekatan Semiotik. Ter. dari Introducing Cultural and Media Studies: A

Semiotic Approach oleh Saleh Rahmana, (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), h. 50. 35 Benny H. Hoed, Indonesia: Tanda yang Retak, (Jakarta: Wedatama Widya Sastra:

2002), h. 19-20. 36 Ibid., 100.

Page 32: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

19

kebudayaan dapat saling berbeda atau menyerupai satu sama lain, dan mengapa

orang bertingkah laku seperti itu.37

Mitos dalam kajian ini bukan berkaitan dengan hal-hal gaib dan mistis.

Mitos dalam kaitan penelitian ini yakni mitos kajian Roland Barthes. Makna mitos

ini merupakan sebuah peristilahan yang di dalamnya secara metonimis mewakili

peristilahan dalam suatu sistem yang menyebabkan adanya pengkodean secara

berlebihan kepada suatu unsur dominan tunggal dan satu relasi tunggal.38

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa mitos yang

dikembangakan oleh Barthes membuka konsep tataran pemikiran dibalik sesuatu

yang terlihat sebagai tanda. Lewat teori Barthes, kumpulan konsep pemikiran yang

berkembang di masyarakat dikaji dan dipertanayakn kembali kebenarannya dengan

penandaan sistem kedua. Mitos Barthes membongkar pemikiran atau ideologi yang

diyakini oleh suatu masyarakat. Pada akhirnya, mitos Roland Barthes merupakan

upaya pemaknaan makna tingkat kedua berkenaan cara berpikir atau ideologi yang

ada pada masyarakat tentang sesuatu terbentuk dan termaknai oleh setiap individu

yang terbentuk pada kekuasaan masyarakat.

D. Membaca dan Mengurai Mitos Menurut Roland Barthes

Membaca dan mengurai mitos dengan kajian Roland Barhes artinya

mengungkapkan wicara yang eksplisit, membuka dan membaca mitos dengan konsep

Roland Barthes menjadikan mitos bukan sebagai tujuan tetapi sebagai alasan.39

Membaca dan mengurai mitos Barthes menjadikan segala hal menjadi sebuah makna.

Hal ini menjadikan membaca dan mengurai mitos Barthes diperlukan ketelitian sebab

ketika membaca makna dalam mitos akan ditemukan pemaknaan yang berbeda dari

setiap orang sebab mitos berada pada tataran wicara metabahasa.

Sejalan dengan itu juga mitos tidak menyembunyikan dan memamerkan

segala hal. Mitos hanya mendistorsi. Mitos bukan dusta atau pengakuan, melainkan

sebuah infleksi (pembelokan).40 Mengurai mitos Roland Barthes berarti

37 Marcel Danesi, Op., Cit, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 207. 38 Tony Thwaites, dkk.,Op., Cit, (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), h. 98. 39 M. Rafiek, Teori Sastra: Kajian Teori dan Praktik, (Bandung: Refika Aditama, 2010)

h. 108. 40 Ibid.,

Page 33: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

20

membongkar pengkodean makna dan nilai-nilai sosial (yang sebetulnya sudah

arbitrer atau konotatif) sebagai sesuatu yang dianggap alamiah.41

Fokus perhatian Barthes dalam mitos melalui signifikansi dua tahap. Dalam

pembacaan mitos, ada dua proses signification dalam analisis semiotika. Tingkat

pertama adalah sistem linguistik, sistem kedua adalah sistem mitis yang

menggunakan model dari sistem pertama. Berikut ini digambarkan peta konsep dari

proses membaca dan mengurai mitos:

1. Signifier 2. Signified

Sign (meaning)

I. Signifier (form)

II. Signified (concept)

III. Sign (signification)

Bagan 2.1. Tahap Signifikasi Menurut Barthes

Berdasarkan gambaran di atas, terdapat signifikasi tahap pertama, makna

diproduksi antara signifier dan signified.42 Barthes menyebutnya sebagai denotasi,

yaitu makna paling nyata dari tanda.43 Sementara pada tahap kedua, adalah konotasi

yang mengeksploitasi tanda (penanda dan petanda) denotatif untuk menjadi

penanda (signifier) pada level konotasi yang kepadanya tersemat petanda (signified)

yang lain. Pada sistem signifikasi tahap kedua (konotasi) inilah mitos beroperasi.

Mitos dalam konsepsi Barthes merupakan metabahasa yang beroperasi dan

bertindak untuk menaturalisasikan dan membiasakan sesuatu yang sifatnya

ideologis untuk kemudian dianggap wajar dan diterima begitu saja.44

Denotasi tingkatan pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan

petanda pada realitas, sedangkan konotasi tingkatan pertandaan yang menjelaskan

hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna tidak eksplisit,

tidak langsung, dan tidak pasti. Misalnya: orang yang pergi berhaji, dimaknai

sebagai seseorang yang dengan otomatis memiliki kekuasaan dan kehormatan yang

tinggi di masyarakat. Pemaknaan tersebut dikategorikan sebagai mitos yang

41 Alex Sobur, Semiotik Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2016), h. Vii. 42 Dadang Ismatullah, “Mitos Cinta Layla Majnun (Kajian Mitologi Roland Barthes)”,

Jurnal ALFAZ, Vol. 1, No. 1, 2013, h. 86. 43 M. Rafiek, Op.Cit., h.110. 44 Siti Kholifah & I Wayan Suyadnya, Op. Cit., h. 292.

Page 34: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

21

berkembang di masyarakat sebagai sebuah ideologi yang secara turun-temurun

diterima sebagai nilai yang alamiah dan diterima begitu saja.

Berikut di bawah ini terdapat ilustrasi denotasi dan konotasi dengan konsep

signifikasi:

Bagan 2.2. Ilustrasi Denotasi dan Konotasi Menggunakan Kerangka

Barthes45

Berdasarkan pemaparan ilustrasi di atas, dapat diketahui bahwa membaca

dan mengurai mitos Roland Barthes membongkar tanda dalam tataran semiologi

yang kemudian dapat dibaca melalui konsep denotasi (tahap pertama), dan konotasi

(tahap kedua). Dari konotasi itulah makna mitos beroperasi dan terbentuk.

E. Fungsi Mitos Roland Barthes

Barthes dalam bukunya Mythologies memaparkan bahwa fungsi mitos

adalah memaparkan sesuatu, sederhananya membuat sesuatu menjadi alamiah dan

abadi.46 Mitos membuat segala hal bukan didasarkan pada kebenaran, melainkan

pada manfaat dan kegunaan atau dengan kata lain mendepolitisasi sesuatu

berdasarkan kebutuhan.47 Dengan demikian, mitos tidak menyembuyikan dan

memamerkan apa pun. Mitos hanya mendistorsi. Mitos bukan dusta atau

pengakuan, melainkan sebuah infleksi (pembelokan).48

45 Siti Kholifah & I Wayan Suyadnya, Metodologi Penelitian Kualitatif Berbagi

Pengalaman Dari Lapangan, (Depok: Rajawali Pres, 2018), h. 293. 46 Barthes, Op., Cit, h. 209. 47 Barthes, Op, Cit., h. 211. 48 M. Rafiek, Teori Sastra: Kajian Teori dan Praktik, (Bandung: Refika Aditama, 2010),

h. 108.

Peci putih

(penanda)

Haji

(petanda)

Tanda

Haji (penanda)

Kaya,

Kehormatan

(petanda)

Orang yang berhaji dimaknai seorang yang punya

kekuasaan dan kehormatan yang tingi di masyarakat

(Tanda)

Denotasi Konotasi

Mitos

Page 35: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

22

Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa mitos berfungsi untuk

membuat sesuatu terlihat wajar dan alamiah sebagai kekuatan dominan. Mitos

melakukan penaturalisasian (naturalization) konsep (sistem gagasan) ke dalam

suatu masyarakat pengguna tanda sebagai suatu yang wajar. Mitos tidak ditentukan

oleh objek pesannya, namun oleh cara mengutarakan pesan itu sendiri. Oleh sebab

itu, ada mitos yang kuat dan lemah. Pada tipe pertama, caranya mengungkapkan

sesuatu bersifat langsung, bukan untuk menyangkal sesuatu melainkan penegasan

fakta (a statement of fact). Pada tipe kedua, mitos membuat sesuatu itu menjadi

luntur seperti warna, bias dan menjadi seperti objek yang tidak mempunyai

makna.49

Dengan demikian, fungsi mitos sebagai cara mengungkapkan sesuatu dapat

menjadikan mitos tersebut kuat ataupun lemah, sehingga pada dasarnya tidak ada

dalam dunia ini yang tidak dapat menjadi mitos. Semua dapat menjadi mitos dan

berfungsinya disesuaikan dengan kebutuhan agar terlihat wajar dan alamiah.

F. Pembelajaran Sastra Indonesia di Sekolah

Pembelajaran sastra di sekolah menjadi bahan ajar yang diharapkan

memberikan pengalaman kepada peserta didik lewat membaca karya sastra. Sastra

sebagai sesuatu yang dipelajari dapat berfungsi sebagai bahan renungan dan refleksi

kehidupan karena sastra sejajar dengan kejidupan, artinya dari pembelajaran sastra

dapat ditemukan berbagai nilai kehidupan.50 Pembelajaran tersebut dalam

kaitannya dengan melakukan apresiasi sastra di dalam pembelajran di sekolah.

Kegiatan apresiasi sastra dimaknai sebagai kegiatan menggauli, menggeluti,

memahami, dan menikmati cipta sastra hingga tumbuh pengetahuan, pengertian,

kepekaan, dan penghargaan terhadap karya sastra.51 Pemahaman dalam mendalami

sastra diharapakan memunculkan nilai-nilai karakter pada peserta didik sebab

dengan membedah sebuah karya peserta didik dapat berpikir tentang kehidupan

yang digambarkan pada karya sastra.

49 Barthes, Op, Cit., h 209-211. 50 Esti Ismawati, Pengajaran Sastra, (Yogyakarta: Ombak, 2013), h.3. 51 Ibid., h. 1.

Page 36: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

23

Masalah-masalah kehidupan dalam karya sastra sejalan dengan masalah

yang di kehidupan nyata, lewat pembelajaran sastra peserta didik dapat berpikir

dalam merespon keadaan masalah jika suatu hari dihadapkan pada masalah yang

ditampilkan dalam karya sastra. Masalah-masalah yang ditampilakan pada karya

sastra mengasah peserta didik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa

lewat mempelajari dan mendalami makna yang terkandung dalam karya sastra.

Kemampuan kognitif adalah kemampuan yang dimiliki oleh manusia

berdasarkan pikiran. Kemampuan afektif adalah kemampuan dasar manusia yang

berkaitan dengan emosional seseorang. Kemampuan psikomotorik adalah

kemampuan mengatur sisi kejiwaan untuk bertahan terhadap berbagai persoalan.

Ketiga kemampuan tersebut secara serempak dapat ditemukan dalam pengajaran

sastra.52

Aspek kognitif berkaitan dengan keterlibatan intelektual pembaca dalam

memahami unsur karya sastra, aspek afektif berkaitan dengan unsur emosi pembaca

dalam upaya menghayati keindahan karya sastra, dan aspek psikomotorik berkaitan

dengan kegiatan memberikan penilaian terhadap karya sastra.53

Salah satu aspek dalam mempelajari karya sastra adalah menentukan unsur

intrinsik. Melalui unsur intrinsik diharapkan ketiga aspek tersebut dapat dihadirkan

oleh guru pada peserta didik lewat mendengar, menyimak, membaca, dan menulis

karya sastra terutama novel, sehingga dapat membantu peserta mengembangkan

pola pikir. Penelitian ini difokuskan pada pandangan mitos tokoh pada karya sastra

novel agar peserta didik mampu menilai kepribadian bukan berdasarkan kebenaran

yang belum diketahui melainkan berdasarkan dengan fakta yang terlihat di

kehidupan. Hal ini juga menjadikan peserta didik tidak begitu saja mudah menerima

informasi, ada proses berpikir dan memaknai keadaan secara kritis.

Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran sastra di sekolah

merupakan bahan ajar dalam menghadirkan masalah dalam kehidupan sosial

masyarakat tanpa perlu terlebih dahulu peserta didik mengalaminya, dengan

52 Arif Hidayat, “Pembelajaran Sastra Di Sekolah”, Jurnal INSANIA, Vol. 4, No. 2, 2009,

h.1. 53 Esti Ismawati, Op. Cit., h. 74.

Page 37: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

24

pembelajaran sastra peserta didik justru dihadirkan pengalaman mengenal

kehidupan dan keadaan sosial budaya masyarakat lewat bacaan karya sastra.

Sehingga, dengan begitu diharapkan peserta didik dapat berpikir secara kritis

menghadapi problematika dalam kehidupan sehari-hari secara bijak.

G. Penelitian Relevan

Karya ilmiah sangatlah membutuhkan referensi sebagai acuan dalam

penelitiannya. Referensi tersebut melalui tinjauan pustaka, artikel, jurnal, makalah,

dan sebagaiannya. Penelitian relevan bertujuan mencari kebaruan dari segi subjek

dan objek, sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.

Selain itu juga, penelitian relevan digunakan untuk menghindari penjiplakan dalam

penelitian ini. Berdasarkan penelusuran yang dilakukan peneliti, berikut penelitian

yang sudah dilakukan terkait karya Mahfud Ikhwan antara lain:

Penelitian pertama yang dilakukan oleh Rany Rizkyah Putri S1 Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri

Surabaya, dengan judul “Konflik Sosial dalam Novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari

Rumbuk Randu Karya Mahfud Ikhwan (Kajian Teori Ralf Dahrendorf)”, Penelitian

ini menggunakan pendekatan objektif yang berfokus pada unsur intrinsik atau

analisis intrinsik. Selanjutnya Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik baca catat. Sedangkan teknik

analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Tujuan

yang terdapat dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan (1) dua wajah

masyarakat; (2) kekuasaan dan wewenang; (3) kelompok yang terlibat dalam

konflik sosial; (4) pengendalian konflik sosial bentuk arbitrase dalam novel Dawuk:

Kisah Kelabu dari Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan.54

Penelitian kedua dilakukan oleh Suci Purnama Cahyani, R. Yudi Permadi,

dan Nana Suryana, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjajaran dengan judul

jurnal “Gambaran Kemiskinan Dalam Novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk

54 Rany Rizkyah Putri, Konflik Sosial Dalam Novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk

Randu Karya Mahfud Ikhwan (Kajian Teori Ralf Dahrendorf), (Surabaya: Jurnal Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia. Volume 01 Nomor 01, Universitas Negeri Surabaya, 2018).

Page 38: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

25

Randu Karya Mahfud Ikhwan”, tahun 2018. Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif analisis dengan teori sosiologi sastra. Untuk dapat mengetahui gambaran

permasalahan sosial yang terjadi dalam Dawuk, penelitian ini menggunakan teori

permasalahan sosial yang dikemukakan oleh Soerdjono Soekanto. Dari 9

permasalahan sosial yang disebutkan oleh Soerdjono Soekanto, hasil penelitian ini

mengindikasikan terdapat empat permasalahan sosial yang terjadi pada masyarakat

Rumbuk Randu dalam novel. Empat permasalahan sosial tersebut yaitu kemiskinan,

kejahatan, disorganisasi keluarga, dan pelanggaran norma-norma masyarakat yang

disebabkan oleh faktor ekonomis, faktor biologis, faktor psikologis, dan faktor

kebudayaan.55

Penelitian ketiga dilakukan oleh Muhamad Satria Aji, Fakultas Ilmu

Keguruan dan Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Skripsi dengan Judul

“Kearifan Lokal Dalam Novel Dawuk Karya Mahfud Ikhwan Serta Relevansinya

Sebagai Materi Pembelajaran Sastra Di SMA”, tahun 2019. Penelitian ini bertujuan

untuk mendeskripsikan dan menjelaskan (1) bentuk kearifan lokal dalam novel

Dawuk karya Mahfud Ikhwan; dan (2) relevansi novel Dawuk karya Mahfud

Ihkwan sebagai materi pembelajaran sastra di SMA. Penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan antropologi sastra.

Pendekatan antropologi sastra digunakan untuk menganalisis bentuk kearifan lokal

dalam novel Dawuk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) bentuk kearifan

lokal dalam novel Dawuk meliputi peralatan kehidupan, mata pencaharian, sistem

kemasyarakatan, sistem bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, dan sistem religi.

Bentuk kearifan lokal yang banyak terdapat dalam novel Dawuk karya Mahfud

Ikhwan adalah sistem religi; dan (2) Novel Dawuk karya Mahfud Ikhwan relevan

sebagai materi pembelajaran sastra di SMA untuk kelas XII dengan kompetensi

dasar (KD) antara lain: (a) menafsir pandangan pengarang terhadap kehidupan

dalam novel yang dibaca; dan (b) menganalisis isi dan kebahasaan novel. Novel

55 Suci Purnama Cahyani,dkk., Gambaran Kemiskinan Dalam Novel Dawuk: Kisah

Kelabu Dari Rumbuk Randu Karya Mahfud Ikhwan, (Bandung, Metahumaniora Vol. 8 No. 2

Universitas Padjajaran, 2017) h. 271-280.

Page 39: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

26

Dawuk juga relevan karena telah memenuhi tiga kriteria pemilihan novel, yaitu

bahasa, psikologi siswa, dan latar belakang budaya siswa.56

Penelitian keempat dilakukan oleh Ika Istyna Mulansari, Fakultas Ilmu

Budaya, Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Diponegoro, Jurnal yang

berjudul “Aspek Moral Dalam Novel Dawuk Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu

Karya Mahfud Ikhwan (Sebuah Kajian Sosiologi Sastra)”, tahun 2019. Tujuan dari

penulisan skripsi ini adalah mampu mendeskripsikan struktur dari karya sastra

berupa analisis berupa analisis unsur intrinsik novel, seperti tokoh dan penokohan,

alur, serta latar dan aspek-aspek moral yang terdapat dalam novel Dawuk Kisah

Kelabu dari Rumbuk Randu. Berdasarkan hasil analisis dalam novel Dawuk Kisah

Kelabu dari Rumbuk Randu terdapat unsur intrisik dan aspek moral. Dalam unsur

intrinsik dari segi tokoh memiliki tokoh utama dan tokoh tambahan yaitu Mat

Dawuk, Inayatun, Mbah Dulawi, Ayah Mat Dawuk, Bapak Imamudin, Ibu

Sulaikah, Mandor Har, serta Blandong Hasan. Sedangkan dalam aspek moral

terdapat aspek moral positif dan negatif. Aspek moral positif berupa jangan melukai

hati orang lain, cinta kasih, tanggung jawab, mandiri, kekeluargaan, ketaatan, dan

menepati janji dan aspek moral negatif berupa dendam, tidak menghormati, tidak

setia, egois, suka berkelahi, dan berkata dusta. Aspek moral negatif yang telah

tergambarkan justru membalikkan suatu fakta. Bahwa di balik perilaku moral yang

bersifat negatif terdapat pesan-pesan positif yang ingin disampaikan kepada

pembaca.57

Penelitian kelima dilakukan oleh Dwina Dian Putri, Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul skripsi “Narasi NU dan

Muhammadiyah dalam Roman Kambing dan Hujan Karya Mahfud Ikhwan dan

56 Muhammad Satria Aji, “Kearifan Lokal dalam Novel Dawuk Karya Mahfud Ikhwan

serta Relevansinya Sebagai Materi Pembelajaran Sastra di SMA” Skripsi. Universitas Sebelas

Maret: Solo, 2019. 57 Ika Istyna Mulansari, “Aspek Moral Dalam Novel Dawuk Kisah Kelabu Dari Rumbuk

Randu Karya Mahfud Ikhwan (Sebuah Kajian Sosiologi Sastra)”Jurnal Skripsi Fakultas Ilmu

Budaya, Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Diponegoro, tahun 2019. Diunduh dari

laman eprints.undip.ac.id, 12 Juni 2019 pukul 23.57.

Page 40: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

27

Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah”. Latar belakang penelitian

ini adalah untuk mengetahui narasi dalam strategi penceritaan roman Kambing dan

Hujan karya Mahfud Ikhwan dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra di

Sekolah. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat tujuan dari fokalisasi yang

digunakan oleh Mahfud Ikhwan dalam strategi penceritaannya. Teknik fokalisasi

yang digunakan Mahfud Ikhwan menunjukkan adanya cerita berbingkai dalam

roman yang terlihat dari para tokoh utamanya, menarasikan konflik yang

mempengaruhi kisahannya membantu membangun konflik yang tidak memihak.

Pada pembelajaran sastra di sekolah, roman ini menjadi media yang dapat

diimplikasikan ke dalam pembelajaran mengenai analisis unsur pembangun pada

teks sastra.58

Selain penelitian yang berkaitan dengan karya Mahfud Ikhwan, penulisan

skripsi ini juga dilakukan ulasan beberapa skrpsi, jurnal, artikel yang menggunkan

teori dengan kajian tokoh Roland Barthes dalam penelitian teks sastra, berikut

penelitian yang sudah dilakukan terkait teori Roland Barthes:

Penelitian yang menggunakan kajian Roland Barthes dilakukan oleh Fazli

Aini, Universitas Negeri Makassar. Skripsi tahun 2019 dengan judul “Sistem Kode

dalam Novel 86 Karya Okky Madasari (Suatu Kajian Semiologi Roland Barthes).

Selain itu, Berkaitan dengan pemikiran kajian Roland Barthes juga dilakukan oleh

Yuliani, tahun 2018 Universitas Negeri Makasar dengan judul “Sistem Kode Dalam

Novel Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi karya M. Aan Mansyur (Semiologi

Roland Barthes).59 Selanjutnya penelitian kajian Roland Barthes juga pernah ditulis

oleh Mustika dan Fina Amalia Masri, Universitas Halu Oleo dengan judul “Kajian

58 Dwina Dian Putri, “Narasi NU dan Muhamadiyah dalam Roman Kambing dan Hujan

Karya Mahfud Ikhwan dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah”. Skripsi.

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2019. 59 Fazli Aini, “Sistem Kode dalam Novel 86 Karya Okky Madasari (suatu kajian semiologi

Roland Barthes), Yuliyani “Sistem Kode Dalam Novel Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi

karya M. Aan Mansyur (Semiologi Roland Barthes). Skripsi. Universitas Negeri Makasar, diunduh

pada lamanhttp://eprints.unm.ac.id/, 21 November 2019.

Page 41: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

28

Semiotik Roland Barthes dalam Cerpen Bayi yang Dipetik Sebatang Pohon Karya

Yetti A. KA.60

Ketiga penelitian tersebut menunjukan kode-kode semiologi Roland

Barthes yang terdiri dari: kode heremeutik, kode proaretik, kode semik, kode gnoik,

dan kode simbolik. Pemikiran Roland Barthes pada ketiga penelitian tersebut

digunakan untuk membedah fokus masalah berkaitan dengan sistem kode pada teks

sastra. Hasil yang didapatkan dalam ketiga penelitian tersebut memiliki kemiripan

pola analisis dengan metode deskriptif kualitatif. Ketiga penelitian tersebut

menghasilkan pembahasan dengan menunjukan bentuk kelima kode dalam teks

masing-masing karya, sehingga seperti melihat pola analisis yang sama dengan

beda karya sastra saja, dan hasil pembahasannya pun tidak jauh beda. Pemikiran

semiologi Roland Barthes yang dilakukan oleh ketiga penelitian tersebut terlihat

hanya berfokus pada deskripsi tanpa melakukan pembedahan mendalam

kemunculan kode-kode tersebut dalam teks sastra. Pada ketiga penelitian tersebut

kajian semiologi Roland Barthes lebih fokus ke dalam kode-kode bahasa.

Selanjutnya, jika pada titik fokus semiotik pemikiran Roland Barthes

penelitian akan memunculkan bahasan yang berbeda dengan hasil analisis

identifikasi pada ranah denotasi, konotasi, dan mitos. Penggunaan istilah semiologi

dan semiotik pada kajian penelitian tanda prinsipnya tidak membawa perbedaan

maksud yang mendasar, hanya jika pada tataran semiologi bahasan cenderung

bersifat teoritis seperti hanya mengungkapkan aspek pengetahuan tanda bahasa

dalam teks sastra, sedangkan semiotik lebih pada kajian praktis.

Penelitian dengan pisau bedah semiotik Roland Barthes pernah dilakukan

oleh Zahrotul Insiyah dengan judul Skripsi “Analisis Semiotik Pesan Dakwah

dalam Novel Rindu Karya Darwis Tere Liye tahun 2017 Universitas Islam Negeri

60 Mustika dan Fina Amalia Masri, Universitas Halu Oleo dengan judul “Kajian Semiotik

Roland Barthes dalam Cerpen Bayi yang Dipetik Sebatang Pohon Karya Yetti A. KA. Jurnal,

diunduh pada laman http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/hiskisultra/article/view/190, 21

November 2019.

Page 42: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

29

Walisongo.61 Hasil penelitian ini diantaraya adalah novel Rindu karya Darwis Tere

Liye termasuk dalam jenis novel fiksi inspiratif. Pada novel Rindu terdapat pesan-

pesan dakwah yang diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu: pesan akidah, pesan

syariat, dan pesan akhlak. Pesan akidah yaitu iman kepada Allah berupa takut

kepada Allah (khouff) dan iman kepada takdir Allah yaitu (qodho’ dan qodar).

Pesan syariat berupa birrul walidain, tholabul ‘ilmi, amal jariyah, dan sholat

jamaah. Pesan akhlak berupa akhlak pada diri sendiri, akhlak pada guru, akhlak

pada sesama manusia.

Penelitian tersebut membongkar penanda-petanda dengan jelas lewat tabel

signifikasi Roland Barthes. Analisis dalam penelitian tersebut dilatarbelakangi

konsep-konsep dakwah yang sering muncul di masyarakat sebagai bagian dari

interaksi dan komunikasi yang mengandung pesan. Metode yang digunakan yakni

kualitatif deskriptif. Pembahasan dalam analisis cukup runtut dan sistematis,

sehingga tujuan akhir penelitian dapat dipahami dengan mudah.

Selain itu, terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh Bayu Teja Kusumua,

skripsi dari Universitas Sultan Ageng Titayasa Serang-Banten, tahun 2017 dengan

judul “Representasi Nilai Perempuan dalam Islam pada Novel Ratu yang Bersujud

(Analisis Semiotik Roland Barthes)”.62 Skripsi tersebut menggunakan pendekatan

semiotik Roland Barthes dengan mengidentifikasi makna denotasi, konotasi, dan

mitos pada novel Ratu yang Bersujud. Latar belakang penelitian dilakukan karena

di dalam novel terlihat perlawanan kaum Feminis terhadap propaganda buruk nilai-

nilai perempuan dalam Islam. Penggunaan metode deskriptif kualitatif peneliti

dengan kerangka teori semiotik Roland Barthes. Penelitian tersebut bertujuan untuk

memaparkan representasi perempuan sebagai fokus masalah yang diteliti. Hasil

penelitian menggambarkan representasi perempuan dalam Islam ditunjukkan lewat

ciri pakaian, sikap, dan perilaku. Pembahasan dalam analisis mengungkapkan

61 Zahrotul Insiyah,“Analisis Semiotik Pesan Dakwah dalam Novel Rindu Karya Darwis

Tere Liye, Skripsi. Universitas Islam Negeri Walisongo, diunduh pada laman

http://eprints.walisongo.ac.id/ 21 November 2019. 62 Bayu Teja Kusumua, “Representasi Nilai Perempuan dalam Islam pada Novel Ratu yang

Bersujud (Analisis Semiotik Roland Barthes)”, Skripsi. Universitas Sultan Ageng Titayasa Serang-

Banten , diunduh pada laman http://repository.fisip-untirta.ac.id/ 22 November 2019.

Page 43: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

30

secara detail kemunculan representasi tersebut yang dikaitkan dengan ayat-ayat

dalam Al-quran. Penggunaan kajian teori sangat tepat, sehingga penelitian

dianalisis dengan baik.

Penelitian dengan semiotik Roland Barthes lebih memperluas jangkauan

tidak hanya sekedar dalam ranah kode-kode bahasa saja, melainkan kode-kode

tersebut direpresentasikan dalam makna yang lebih luas. Terlebih jika penelitian

berfokus dengan mitos, kemunculan fokus bahan kajian pokok mitos akan

menjadikan analisis secara mendalam karena bukan hanya membahas tanda,

penanda-petanda saja, tetapi pada pengungkapan narasi-narasi mitos sebagai

sebuah ideologi yang dianggap “kebenaran”.

Pada penelitian yang berfokus pada Mitos kajian Roland Barthes telah

dilakukan oleh Dadang Ismatullah dengan jurnal berjudul “Mitos Cinta Layla

Majnun (Kajian Mitologi Roland Barthes)”, dasar penelitian tersebut untuk

membongkar hakikat cinta yang melekat pada karya sastra kisah Laila Majnun.

Sebuah kisah cerita rakyat Arab yang sangat popular. Banyak yang menganggap

kisah percintaan itu sebagai sebuah kisah cinta sejati. Konsep-konsep pemikiran

tersebut menjadikan “mitos” mengenai cinta sejati melekat pada cerita tersebut.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian tersebut dilakukan guna

memberikan penjelasan bagaimana suatu konsep ternyata terbentuk

kausalitasnya.63

Penelitian Dadang Ismatullah memberikan penjelasan bahwa kemunculan

mitos percintaan dalam kisah Layla Majnun antara lain: cinta adalah pemenuhan

janji, cinta adalah pengorbanan, cinta yang membinasakan, cinta yang terpuji dan

cinta yang tercela. Konsep yang diyakini selama ini perihal kisah percintaan

lagendaris tersebut sebagai hakikat cinta sejati, namun setelah dilakukan

pembacaan dengan model Roland Barthes didapatkan bahwa hal itu hanya mitos.

Kemunculan mitos didapatkan dengan analisis bahwa fakta-fakta yang

63 Dadang Ismatullah “Mitos Cinta Layla Majnun (Kajian Mitologi Roland Barthes)”,

Jurnal ALFAZ, Vol. 1, No. 1, 2013.

Page 44: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

31

dimunculkan dalam teks sastra kisah Layla Majnun menunjukan bahwa hubungan

itu sebagai bentuk hubungan kausalitas. Hubungan tersebut didapatkan lewat

petanda dan penanda pada tataran denotasi muncul sebagai konotasi, dari tataran

konotasi tersebut hadirlah mitos.

Konsep Cinta yang diyakini orang sebagai sebuah kebenaran yang muncul

pada teks sastra Layla Majnun didapatkan bukan karena cinta sejati, melainkan

lebih mengarah pada tidakterbalaskannya cinta Qais pada Laila. Hasil analisis

tersebut didapatkan dari kemunculan mitos atas cerita percintaan Layla Majnun.

Dengan demikian, pembacaan dengan teori Roland Barthes ketika dilakukan secara

kritis dan mendalam dapat ditemukan “fakta” yang diyakini masyarakat ternyata

hanya sebuah “mitos”.

Sejalan dengan penelitian tersebut, konsep analisis dengan fokus bahasan

Mitos Roland Barthes juga pernah dilakukan oleh Suarni Syam Saguni dan

Baharman Universitas Negeri Makasar dengan judul “Narasi tentang Mitos

Kecantikan dan Tubuh Perempuan dalam Sastra Indonesia: Studi atas Karya-Karya

Cerpenis Indonesia”.64 Jurnal yang berfokus dengan delapan cerpen dari para

cerpenis Indonesia terbitan tahun 2004-2014. Berfokus pada narasi-narasi mitos

kecantikan yang menjadi standar umum dalam masyarakat patriaki yang

memandang bahwa perempuan berharga karena ia indah. Konsep standar umum

tersebut membuat pertanyaan adakah perlawanan terhadap regulasi tersebut dalam

narasi cerpen Indonesia mutakhir. Penelitian yang dimaksudkan untuk

mengidentifikasi, mendeskripsikan, dan menganalisis gambaran mitos kecantikan

dalam cerpen Indonesia Mutakhir.

Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan

memaparkan kemunculan narasi-narasi mitos kecantikan secara jelas dan runtut,

hanya dalam jurnal tidak dijelaskan paparan teori. Hasil analisis memaparkan,

mitos kecantikan dimaknai secara mapan antara lain: 1) Tubuh perempuan yang

cantik dengan kulitputih, mulus, kinclong. 2) Perempuan cantik dihubungkan

64 Suarni Syam Saguni dan Baharman “Narasi tentang Mitos Kecantikan dan Tubuh

Perempuan dalam Sastra Indonesia: Studi atas Karya-Karya Cerpenis Indonesia”Jurnal Retorika,

Vol 9, No 2 (2016) Universitas Negeri Makasar, diunduh pada laman

https://ojs.unm.ac.id/retorika/article/view/3804/2196 22 November 2019.

Page 45: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

32

dengan dandanan, pakaian, aksesoris. 3) Perempuan cantik seksi dan menggoda. 4)

Gaya perempuan cantic modern mengarah modis, luwes, dan maskulin. 5)

Perempuan cantik itu simestris, dicintai, dan bahagia. Kemunculan mitos tersebut

sering digunakan sebagai upaya mengontrol konsep yang disukai oleh masyarakat

sebagai budaya patriaki.

Konsep pemikiran mitos yang digunakan dalam penelitian jurnal tersebut

dipaparkan dengan jelas, hanya hubungan kausalitas tidak muncul sebagai mana

penelitian jurnal Mitos Cinta Layla Majnun. Secara keseluruhan, mitos dengan teori

Roland Barthes yang digunakan oleh dua penelitian tersebut dipaparkan secara jelas

lewat hasil analisis dan pembahasan.

Konsep-konsep standar pandangan umum yang diyakini kebenarannya oleh

masyarakat dibongkar oleh pemikiran Mitos Roland Barthes, sehingga didapatkan

hubungan kausalitas yang menjelaskan budaya dominasi masyarakat sebagai

pembuat kesepakatan. Pemikiran Mitos Roland Barthes digunakan sebagai upaya

pembongkaran makna tersembunyi dari narasi-narasi yang diyakini kebenarannya.

Penggunaan teori mitos Roland Barthes dipilih sebagai pisau bedah membongkar

budaya dominasi kesepakatan oleh masyarakat.

Dengan demikian, berdasarkan pemaparan beberapa penelitian berkaitan

dengan teori Roland Barthes ternyata dapat disimpulkan adanya beberapa

perbedaan ketika dalam memilih fokus bahasan pokok permasalahan. Jika pada

ranah semiologi Roland Barthes terfokus pada kemunculan kode-kode bahasa,

semiotik Roland Barthes berfokus pada kemunculan denotasi, konotasi, dan mitos

yang tersebar dalam teks, dan pada fokus bahasan Mitos Roland Barthes analisis

mengupas kemunculan ideologi sebagai sesuatu yang perlu dipertanyakan dan

dibongkar kembali hakikat kebenarannya.

Hasil ulasan beberapa penelitian di atas sebagai gambaran teori Roland

Barthes yang ternyata masih mempunyai keterkaitan meskipun dengan penyebutan

nama teori yang berbeda, namun hal tersebut berkaitan dengan fokus bahasan yang

diambil. Pada penelitian yang dilakukan skripsi ini, penulis berfokus pada

membongkar standar umum pandangan yang muncul dalam teks novel Dawuk:

Page 46: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

33

Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan yang dianggap sebagai

sebuah kebenaran mutlak oleh orang-orang Rumbuk Randu.

Penelitian skripsi ini berfokus pada pembongakaran konsep-konsep

“kebenaran” yang muncul dalam novel tersebut. Rancangan analisis yang dibangun

berkaitan kemunculan mitos dan keterkaitan kekuatan di dalamnya dalam dominasi

kekuasaan budaya. Selain itu, skripsi ini dikaitan dengan pembelajaran bahasa dan

sastra di SMA yang ada pada Kurikulum 2013. Dengan demikian, skripsi ini

berjudul “Mitos dalam Novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu Karya

Mahfud Ikhwan serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra di

SMA (Kajian: Mitos Roland Barthes).

Page 47: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

34

BAB III

BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN MAHFUD IKHWAN

A. Biografi Mahfud Ikhwan

Mahfud Ikhwan seorang penulis yang lahir di Lamongan 7 Mei 1980.

Mahfud Ikhwan menyelesaikan kuliah tahun 2003 dari Jurusan Sastra Indonesia

Universitas Gadjah Mada dengan skripsi tentang cerpen-cerpen Kuntowijoyo.1

Perkenalan Mahfud dengan dunia sastra dimulai ketika umur delapan sampai

sepuluh tahun dengan membaca karya Zawawi, Arswendo, Andy Wasis, dan

sosok-sosok lain yang ditunjuk resmi pemerintah dari departemen pendidikan

atau Balai Pustaka untuk menulis cerita anak.

Perkenalan Mahfud Ikhwan dengan sastra berlanjut pada saat ia masuk

SMP. Ketika itu, Mahfud sudah mengetahui beberapa nama saseperti Iwan

Simatupang, Chairil Anwar, Amir Hamzah, serta Rendra, tetapi hanya dalam

bentuk hapalan nama dan karya yang mereka tulis. Namun ketika di SMU,

Mahfud Ikhwan mengenal karya sastra lewat tugas membaca karya dalam

membuat resensi pelajaran Bahasa Indonesia.2

Karier kepenulisan Mahfud Ikhwan dimulai dengan menulis cerpen yang

diterbitkan oleh majalah Annida dengan genre cerita islami. Selain itu, Mahfud

Ikhwan juga menulis serial Sejarah Kebudayaan Islam untuk siswa MI berjudul

Bertualang Bersama Tarikh (4 jilid tahun 2004), cergam berjudul Seri

Peperangan pada Zaman Nabi (3 jilid tahun 2008), kumpulan cerpen Belajar

Mencintai Kambing (2016), novel Ulid Tak Ingin Ke Malaysia (2009), Lari

Gung! Lari (2011), Kambing dan Hujan (2014) yang memenangkan Sayembara

Novel Dewan Kesenian Jakarta tahun 2014, dan novel berjudul Dawuk: Kisah

1 Sabda Badio., Profil Mahfud Ikhwan, Pemenang Kusala Sastra Khatulistiwa 2017

Kategori Prosa. https://www.abasrin.com/2017/10/profil-mahfud-ikhwan.html diakses 15 Juli

2019 pukul 12:00 WIB. 2 Febrina Aninditia, “Wacana Kehidupan Bersama Mahfud Ikhwan” pada laman

https://www.whiteboardjournal.com/interview/ideas/wacana-kehidupan-bersama-mahfud-ikhwan/

di akses pada tanggal 24 Juli 2019 pukul 15:06

Page 48: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

35

Kelabu Rumbuk Randu (2017) yang juga meraih Kusala Sastra Khatulistiwa

tahun 2017.

Karya-karya Mahfud baik dalam tulisan fiksi maupun non-fiksi berkisah

dalam satu titik pusat: kemanusiaan yang apa adanya. Mahfud Ikhwan ingin

menyampaikan karyanya tanpa melodramatik. Selain sebagai penulis dan editor

buku, kegiatan sehari-harinya juga mengulas bahasan sepakbola dan film India

di blog pribadi. Mahfud Ikhwan juga berprofesi sebagai fasilitator dalam

Bengkel Menulis Gerakan Literasi Indonesia (GLI).

B. Pemikiran Mahfud Ikhwan dalam Berkarya

Mahfud Ikhwan merupakan seorang penulis yang dikenal namanya

karena novel Kambing dan Hujan memenangkan sayembara novel DKJ tahun

2014. Selain itu, terkenal karena novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk

Randu yang meraih Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2017. Namanya dapat

dideretkan dengan penulis sezaman seperti Faisal Oddang dan Okky Madasari

yang menjadi barometer sastrawan yang terus produktif menulis hingga

sekarang.

Kemunculannya yang secara mengagumkan dalam kemenangan

sayembara DKJ tahun 2014 dan Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2017

membawa Mahfud Ikhwan menjadi penulis yang diperhitungkan

kemampuannya. Karyanya hadir dengan balutan kehidupan pedesaan, lagu

India, urbanisasi, dan sosio-keagamaan. Karyanya memuat isu-isu baru yang

bukan lagi hanya terpusat pada pembahasan zaman penjajahan dan peperangan,

melainkan isu-isu kehidupan sehari-hari yang sering ditemukan dan dihadapi

masyarakat.

Mahfud Ikhwan mengawali karier menulis dengan kegiatan kelompok

kecil di Fakultas bernama “Akar Angina”. Mahfud Ikhwan mengawali proses

kepenulisan dengan menulis cerpen. Hal tersebut dikarenakan Mahfud merasa

Page 49: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

36

belum bisa menulis puisi ataupun novel, juga karena cerpen mempunyai

kemungkinan termuat di penerbit koran dan mendapat honor.3

Proses kepenulisan Mahfud Ikhwan mengalir begitu saja, tidak ada

orientasi menjadikan tulisannya sebagai bentuk karya sastra. Keinginannya

untuk menulis itu datang tanpa ada tujuan yang berambisi tinggi terhadap

kesusatraan Indonesia. Bahkan dia menulis awalnya untuk mendapatkan uang. 4

Selain itu, ketertarikan Mahfud Ikhwan menulis muncul saat sudah

menjadi mahasiswa, bukan sebelum menjadi mahasiswa. Mahfud Ikhwan

menegaskan bahwa bukan karena dia senang menulis kemudian masuk sastra

Indonesia, melainkan sebaliknya. Beliau masuk dulu sastra dan berpikir bahwa

sebaiknya dia menulis.5

Mahfud Ikhwan menulis berdasarkan segala hal yang diketahui,

dipahami, dan dikuasai. Pandangan menulis tersebut membuat Mahfud Ikhwan

mempunyai orientasi karya-karyanya cenderung membahas pedesaan. Segala

hal yang berbau masyarakat desa dimunculkan dalam karyanya. Kecenderungan

tersebut disebabkan perjalanan menulis Mahfud Ikhwan merupakan perjalanan

pulang: artinya kembali ke desa, dan itulah dirinya. Mahfud Ikhwan

menganggap bahwa desa dan dirinya adalah satu kesatuan. Karya-karya yang

ditulisnya merupakan representasi berdasarkan segala sesuatu yang membekas

dan paling terkenang dalam ingatannya.

Mahfud Ikhwan dalam berkarya banyak mengambil inspirasi dari Putu

Wijaya dan Kuntowijoyo. Putu Wijaya mengajarkan kepadanya tentang

kelugasan berbahasa. Kuntowijoyo menunjukkannya cara untuk menyampaikan

apa yang akrab dengannya yakni segala hal yang berkaitan tentang desa.

3 Wa Ode Wulan Ratna, Pahlawan Menulis Mahfud Ikhwan,

https://jurnalruang.com/read/1511937033-pahlawan-menulis-mahfud-ikhwan, di akses pada

tanggal 29 April 2019 pukul 20.00 WIB. 4 Wawancara pribadi via surel ([email protected]) dengan penulis

([email protected]) pada tanggal 06 April 2019 pukul 23.47 WIB. 5 Loc.,Cit.

Page 50: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

37

Baginya, Kuntowijoyolah yang mempengaruhi untuk tetap menulis tentang desa

dengan gagah.6

Pengalaman Mahfud Ikhwan sebagai seorang anak gembala juga membuat

kata kambing muncul di beberapa karyanya, seperti karya yang berjudul

Kambing dan Hujan, serta Belajar Mencintai Kambing (2016). Baginya, hal itu

merupakan pengalaman yang membekas. Meskipun dirinya besar di Kota

Yogyakarta, tetapi perjalanan masa kecil di desa dan menjadi anak gembala

menjadikan landasan dia dalam menulis beberapa karya.7 Selain itu,

kegemarannya terhadap film India dan sepak bola juga mempengaruhi bahasan

cerita di beberapa karyanya. Mahfud Ikhwan hadir sebagai penulis karya sastra

Indonesia dengan wajah cerita unik dan sedikit berbeda.

C. Sinopsis Novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu

Kisah diawali dengan hadirnya seorang Warto Kemplung sebagai

pembuka cerita. Warto digambarkan sebagai seorang narator yang dianggap

sebelah mata karena kebiasaan bercerita yang isinya hanya bualan. Warto

menceritakan kisah di sebuah warung kopi kepada siapa saja yang sudi

mendengarnya, lebih tepatnya yang sudi berbagi rokok dan membelikannya

kopi.

Kisah berpusat pada percintaan antara dua sejoli, Mat Dawuk dan

Inayatun. Dua sejoli yang di mata masyarakat sekitarnya begitu lekat dengan

stereotipe negatif. Novel Dawuk: KKDRR berlatar kehidupan sosial yang

berubah, dari tanaman komoditas kayu jati dan belakangan ramai oleh kebiasaan

kerja jadi buruh migran dan menjadi TKI ke Malaysia. Dawuk; lelaki yang

terlahir buruk rupa. Dia menjalani masa kecil yang penuh ejekan dan hinaan,

tumbuh menjadi remaja pendiam yang misterius, dan saat dewasa merantau ke

Malaysia dengan pekerjaan yang sama misteriusnya. Sementara Inayatun lahir

dari keluarga santri terpandang, tumbuh menjadi remaja pemberontak dengan

6 M. Nafi,” Mahfud Ikhwan : Desa, Sepakbola, dan Film India dalam laman

http://www.sajadah.co/mahfud-ikhwan-desa-sepakbola-dan-film-india/ di akses pada tanggal 24

Juli 2019 pukul 14:54 7 Sophia Mega dan Mahfud Ikhwan, “Desa & Kambing Bagi Mahfud Ikhwan- Dialog

Ep.4” https://www.youtube.com/watch?v=XSnN2V8seSo di akses 20 Mei 2019 pukul 14.15 WIB

Page 51: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

38

pesona menggoda, lalu memilih pergi ke Malaysia untuk mencari kebebasannya.

Keduanya bertemu dalam suasana yang suram tetapi perlahan membangun

hubungan yang penuh cinta dan kegairahan.

Romansa dan tragedi kisah Rumbuk Randu yang dituturkan narator

Warto Kemplung membuat cerita percintaan Dawuk dan Inayatun menjadi tidak

sederhana, dan ternyata itu berkait dengan dongeng asal-usul kampung, sejarah

kelam, dan perubahan-perubahan sosial di Rumbuk Randu.

Peristiwa dimulai pada saat keduanya pulang ke Indonesia dan menjalani

kehidupan berumah tangga. Inayatun yang tidak mendapat restu menikah dengan

Dawuk terus coba dipisahkan dengan berbagai cara oleh ayahnya yaitu Pak

Imam. Ketidakutuhan identitas serta keburukrupaan fisik Dawuk membuat

Dawuk dirasa tidak pantas bersanding dengan Inayatun.

Klimaks cerita terjadi pada saat Dawuk pergi mencari makanan ke hutan.

Ketika itu Blandong Hasan dan Mandor Har bertamu ke rumah Inayatun dan

Mat Dawuk. Meskipun telah menikah, Inayatun terus diganggu oleh Blandong

Hasan dan Mandor Har. Saat mereka bertamu, mereka menggoda Inayatun

kemudian terjadilah perselisihan antara ketiganya. Tidak disangka, perselisihan

itu menyebabkan Inayatun mengalami luka pada perutnya yang saat itu sedang

hamil. Inayatun meninggal ketika dalam perjalanan ke puskesmas.

Kejadian perselisihan itu sulit terdeskripsikan karena Mandor Har juga

meninggal dalam peristiwa tersebut. Orang yang hidup dan terlibat pada

peristiwa tersebut hanya Blandong Hasan dan Mat Dawuk. Blandong Hasan

bersaksi bahwa Mat Dawuklah yang bertanggung jawab atas kematian Inayatun

dan Mandor Har. Sementara, ketika itu Mat Dawuk pulang dari hutan dan sudah

melihat Inayatun bersimbah darah dan Mandor Har tertusuk kapak.

Peristiwa berdarah tersebut membuat Mat Dawuk diadili dan masuk

pengadilan. Ketika dalam pengadilan, seorang saksi yakni Mbah Dulawi (Kakek

Mat Dawuk) yang secara peristiwa tidak ikut terlibat bercerita memberikan

penjelasan secara detail hingga kejadian tersebut masuk akal. Namun, tetap saja

Mat Dawuk dianggap sebagai pembunuh dan di penjara.

Page 52: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

39

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Unsur Intrinsik

Pengkajian mitos sastra khususnya untuk mengetahui unsur-unsur mitos

yang terdapat dalam novel Dawuk: Kisah Kelabu dari Rumbuk Randu karya

Mahfud Ikhwan dengan memperhatikan pengkajian unsur intrinsik. Hal tersebut

berfungsi untuk memaparkan keterkaitan antara tujuan estetik dan makna

keseluruhan isi yang ingin dicapai. Berikut ini penjabaran unsur intrinsik dalam

novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan.

1. Tema

Tema merupakan sebuah gagasan yang menjadi dasar cerita. Selain itu,

tema memberikan kekuatan dan menegaskan kesatuan setiap peristiwa-peristiwa

dalam cerita menjadi utuh dan terbangun kisah. Novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari

Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan mengangkat tema percintaan antara si buruk

rupa Mat Dawuk dan si Inayatun yang tinggal di desa Rumbuk Randu.

Mat Dawuk dan Inayatun, dua sejoli yang dianggap mempunyai streotip

negatif di masyarakat. Si laki-laki yang buruk rupa dan tidak jelas identitas

membuat geger masyarakat Rumbuk Randu dengan menikahi perempuan kembang

desa yang cantik dan menggoda. Sebuah kisah percintaan yang sangat kontroversial

bagi orang-orang Rumbuk Randu. Hal tersebut berdasarkan kutipan:

Dalam soal rupa, itu jelas pernikahan yang ganjil bagi banyak orang. Tapi

tidak ada yang aneh bagi keduanya. Mereka justru merasa diciptakan untuk

bersama. Mereka yakin ditakdirkan untuk berjumpa. Saling melengkapi,

saling mengisi, saling menyembuhkan. Mat membuat Inayatun lebih tenang

dan bisa mengendalikan diri, demikian kata Inayatun. Inayatun menuntun

Mat Keluar dari kesepian dan kemurungannya selama ini, kira-kira begitu

menurut Mat. Tumbu yang ketemu tutupnya; gentong yang ketemu

gayungnya; dan tentunya alu yang bersua lumpangnya. Cocok.1

11 Mahfud Ihwan, Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu, (Tangerang Selatan:

Marjin Kiri, 2017) h. 45.

Page 53: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

40

Berdasarkan kutipan tersebut, meskipun dianggap sebagai pasangan ganjil

oleh orang-orang Rumbuk Randu, Mat Dawuk dan Inayatun merasa bahwa

pernikahan mereka bukanlah sebuah pernikahan yang ganjil. Mereka saling

melengkapi kekurangan pada diri mereka. Mereka merasa bahwa pernikahan

mereka dilandasi dengan cinta, dan tidak mempermasalahkan soal rupa. Mat

Dawuk dan Inayatun menjalani hari-hari pernikahan dengan penuh cinta, hal ini

terbukti pada kutipan:

Ini persis seperti kandang di film Betaab. Luas dan Sepi,” kata Inayatun

dengan mata ceria, sehabis mereka bercinta di lantai—sebab dipan mereka

tidur belum selesai dibikin. Siang-siang pula.2

Pernikahan Mat Dawuk dan Inayatun yang berlandas cinta dan ketulusan

membuat kebahagiaan selalu mewarnai hari-hari mereka. Kebahagiaan itu lengkap

dengan kabar Inayatun hamil. Hal itu berdasarkan kutipan:

Aku meteng goblok! Kali ini lebih keras. “Bunting.” Ulangnya, sambil

membuat tanda gundukan diperutnya. Mat Kaget. Gembira, tapi seketika

juga khawatir.3

Dan dengan semakin bertambah usia janin di perut Inayatun, rasa bahagia

itu semakin bertambah-tambah. 4

Kutipan di atas memberi gambaran kehidupan rumah tangga Mat Dawuk

dan Inayatun yang terasa sangat bahagia dan lengkap dengan kehadiran janin di

perut Inayatun. Meskipun begitu, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, cerita

percintaan mereka berakhir dengan tragis, yakni dengan kematian Inayatun. Hal ini

berdasarkan kutipan:

“Is…istri… Anda su… sudah tiada….” Kata si dokter, terbata-bata. “Jug…

juga bayinya.”5

Kutipan di atas menggambarkan kisah percintaan yang berakhir tragis yang

diakibatkan malapetaka. Nyawa Inayatun tidak tertolong bersama sang bayi. Akhir

sebuah kisah percintaan yang begitu tragis dan menyedihkan. Mat Dawuk seperti

diserang kebingungan dan ketidakpercayaan.

2 Ibid., h. 48. 3 Ibid., h. 54. 4 Ibid., h. 62. 5 Ibid., h. 81.

Page 54: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

41

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kisah dalam novel DKKDRR bertema

percintaan yang berakhir dengan kesedihan. Kisah pernikahan antara Mat Dawuk

dan Inayatun yang membuat geger orang-orang Rumbuk Randu yang dianggap

tidak cocok dan tidak pantas. Sebuah gambaran kehidupan bahwa percintaan di

dalam anggapan kebudayaan masyarakat yang penuh fragmen-fragmen yang sulit

untuk diuraikan. Gambaran percintaan yang masih memiliki standar umum bahwa

yang buruk rupa tidak pantas bersanding dengan yang cantik jelita. Sebuah

pandangan mitos yang menguat menjadi kebenaran.

2. Alur/ Plot

Alur atau plot pada novel umumnya memiliki lebih dari satu plot: terdiri

lebih dari satu plot utama dan sub-plot.6 Hal ini terlihat pada plot dalam novel

DKKDRR yang memiliki plot utama dan sub-plot. Adanya plot utama dan sub-plot

pada cerita dalam novel DKKDRR memberikan gambaran terbentuknya cerita

berbingkai pada pengkisahan novel tersebut. Berdasarkan hal tersebut, akan

dipaparkan sebagai berikut:

a. Plot utama

Plot utama pada novel DKKDRR merupakan urutan peristiwa yang

dialami oleh tokoh Mat Dawuk dan Inayatun. Sedangkan sub-plot novel

tersebut adalah urutan peristiwa kisah; Warto Kemplung dengan tokoh aku,

kisah legenda Rumbuk Randu, dan kisah dendam Mbah Dulawi dan Sinder

Harjo yang mempunyai keterkaitan dengan tokoh utama Mat Dawuk

sebagai bagian penjelasan keseluruhan isi cerita plot utama. Berdasarkan

urutan peristiwa, plot utama pada novel DKKDRR adalah sorot balik-

flasback. Penentuan tersebut terbukti pada kutipan:

Kira-kira lima pekan lalu, pada sebuah sore yang biasa, yang orang

mengira tak akan terjadi apa-apa, ia muncul di ujung kelokan jalan

dari arah utara desa Rumbuk Randu, desa istrinya, setelah

menghilang hampir dua windu lamanya.7

Berdasarkan kutipan tersebut, cerita pada novel DKKDRR dimulai

dengan tahapan pemunculan peristiwa kedatangan kembali Mat Dawuk

6 Burhan Nurgiantoro, Op.Cit., h. 15. 7 Mahfud Ikhwan, Op.Cit., h. 9.

Page 55: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

42

yang telah menghilang selepas peritiwa berdarah kematian Inayatun.

Kedatangannya ke desa Rumbuk Randu bertujuan untuk berziarah ke

makam istrinya. Namun, kedatangannya membuat keresahan orang-orang

desa Rumbuk Randu. Berikut ini akan disajikan tahapan plot dalam plot

utama:

1) Tahap pengenalan situasi cerita, yaitu menceritakan pertemuan

tokoh Mat dan Inayatun di Malaysia. Hal ini terbukti pada kutipan:

“Inayatun kan?” Mat Dawuk memastikan. “Mat ini Mat.” Ia

menyingkap rambut kriting panjangnya, mengikatnya ke

belakangan, dan memperlihatkan dengan lebih jelas wajah

buruknya. “Rumbuk Randu. Ya, Rumbuk Randu.”8

Kutipan tersebut merupakan peristiwa pertemuan antara Mat Dawuk

dan Inayatun di tanah perantauan yakni di Malaysia. Lewat pertemuan

itu juga kehidupan Mat Dawuk dan Inayatun semakin erat, dan

semakin menjadi lebih dekat. Pertemuan itu terjadi karena Mat Dawuk

menolong Inayatun yang sedang dikejar oleh lelaki wandu-nya yang

begitu tergila-gila mencintai Inayatun tetapi membuat Inayatun

merasa tidak bahagia karena tersiksa. Pada tahap cerita pertemuan itu

juga menjadi awal cerita selanjutnya bergulir.

2) Tahapan peningkatan konflik, yaitu kemunculan peristiwa ketika

Mat Dawuk dan Inayatun memutuskan untuk menikah dan pulang ke

Rumbuk Randu dari Malaysia. Inayatun dan Mat Dawuk dianggap

sebagai pasangan ganjil yang oleh orang-orang Rumbuk Randu

dianggap tidak cocok. Hal ini terbukti pada kutipan:

Pada bulan ketujuh kebersamaan mereka, Mat memasukkan

kembali poster Ayat Kursi, Al-Quran, dan kitab-kitabnya ke

kardus, membungkusnya dengan rapi. Kali ini sekalian dengan

poster-poster film, buku-buku Wiro Sableng, dan kaset-kaset

lagu Indianya. Setelah menimang banyak hal, mereka

memutuskan untuk pulang ke Rumbuk Randu. “Untuk hidup

yang lebih baik,” kurang lebih begitu pamit mereka kepada

orang-orang yang mereka kenal di Malaysia. Tapi, kalian tahu,

justru kehancuranlah yang tengah menunggu.9

8 Ibid.,h .31. 9 Ibid., h. 45.

Page 56: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

43

Pulang dengan laki-laki yang berbeda itu bikin malu. Namun

menggandeng Mat Dawuk ke depan kedua orangtuanya

dianggap lebih buruk dari sekedar penghinaan.10

Peristiwa kembalinya Inayatun dan Mat Dawuk ke Rumbuk Randu

dari tanah perantauan menjadi tahap pemunculan konflik. Kepulangan

mereka mengagetkan orang-orang Rumbuk Randu serta membuat

hubungan Inayatun dan orangtuanya semakin renggang. Pernikahan

mereka tidak mendapat restu.

3) Tahapan konflik, yaitu peristiwa kunjungan Mandor Har dan

Blandong Hasan ke rumah kandang, padahal pada saat itu hanya

Inayatun yang berada di rumah. Mandor Har dan Blandong Hasan

datang bertamu dan bertanya status kepemilikan tanah yang digarap

oleh Mat Dawuk kepada Inayatun. Namun, peristiwa tersebut membuat

ketiganya terlibat dalam percekcokan. Hal ini terbukti pada kutipan:

Inayatun memohon untuk dilepaskan; “Aku sedang

mengandung,” katanya mengiba; “Wah, malah kebetulan,”

sahut Mandor Har dengan muka senang, “Kalau aku ikut

urunan, wajah anakmu nanti bisa lebih mendingan; Mandor Har

bertindak semakin jauh, mulai menyosori tengkuk Inayatun dan

menaikkan cengkaman tangannya dari pinggang ke dadanya,

sementara Blandong Hasan malah dengan sigap mengunci pintu

rumah dari dalam…11

Berdasarkan kutipan tersebut, peristiwa percekcokan itu

mengarah untuk memperkosa Inayatun. Peristiwa tersebut membuat

ketiganya melakukan aksi pertahanan dan perlawanan. Mandor Har

dan Blandong Hasan yang memang berniat datang berkunjung untuk

menggoda Inayatun beraksi dengan cepat, tetapi Inayatun yang

merasa terancam melakukan ancaman dengan memegang pisau.

Hingga, peristiwa itu membuat meninggalnya Inayatun dan Mandor

Har. Hal ini berdasarkan kutipan:

Inilah takdir yang menjungkirbalikkan kehidupan bahagianya

dengan Inayatun. Seluruh kehidupannya, lebih tepatnya.12

10 Ibid., h. 19. 11 Ibid., h. 118. 12 Ibid.,h. 76

Page 57: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

44

“Itu Mat Dawuk!” Terdengar seorang menyebut namanya, tapi

bukan untuk memanggilnya.

“Dia yang bunuh Inayatun dan Mandor Har!” Seseorang

terdengar menyahut, kali ini cukup keras di antara deru hujan

yang menderas.13

Peristiwa yang berdarah sore itu membuat Mat Dawuk tertuduh dan

menjalani hukuman atas perbuatan yang sebenarnya tidak

dilakukannya. Peristiwa konflik tersebut membuat ketegangan antara

Mat Dawuk dengan orang-orang Rumbuk Randu. Peristiwa itu juga

yang membuat kisah Dawuk benar-benar kelabu; ditinggal meninggal

istirnya dan semakin dikucilkan masyarakat.

4) Tahap penyelesaian, yaitu dengan menurunnya konflik berdarah

kematian Inayatun dan Mandor Har. Penurunan konflik berdarah

tersebut diakhiri dengan kesedihan. Peristiwa akhir cerita yaitu

pengeroyokan kembali Mat Dawuk, setelah sebelumnya pernah

dilakukan ketika kematian Inayatun. Perisitwa terjadi ketika Mat

Dawuk pulang ke Rumbuk Randu untuk berziarah ke makam istrinya

setelah dua windu menghilang. Pengeroyokkan tersebut dilakukan

orang-orang Rumbuk Randu untuk menyelesaikan keresahan warga

atas kemunculan kembali Mat Dawuk. Peristiwa penyelesaian

dibiarkan menggantung oleh penulis. Hal ini berdasarkan kutipan:

Tapi, belum lagi lampu teplok itu menggantung sempurna,

sebuah bayangan menghambur ke arahnya. Mat Dawuk

terhempas ke daun pintu rumah kandangnya, setelah sebuah

terjangan yang keras dan penuh amarah menerpa pangkal

pahanya. Ia terjerembab ke samping. Lampu teplok bergoyang

karena tangan yang sebelumnya memegangnya terpental

mengikuti tubuh yang terjengkang. Jelas sudah, ia sedang tak

sekuat sebelum-sebelumnya. Dari cahaya teplok yang goyah,

Mat Dawuk terlihat memegangi kepalanya, mengaduh tertahan.

Tampaknya kepalanya membentur kusen pintu. Ketika berusaha

hendak bangkit, sebuah sepakan keras dari kaki yang lain

menyambut dagunya, dan itu membuat kepalanya kembali

13 Ibid.,h. 83

Page 58: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

45

terpental, kali ini jatuh terkulai ke lantai tanah. “Rangket dia!

Ikat!” terdengar suara mengomando.14

Siapa yang mati? Siapa yang hilang? Siapa membunuh siapa?15

Berdasarkan penggalan dalam kutipan novel tersebut, akhir cerita

oleh pengarang dibiarkan menggantung begitu saja. Tahap penyelesaian

kisah Mat Dawuk dibirakan menggantung dan membingungkan. Dengan

demikian, jika peristiwa diurutan pada plot utama pada DKKDRR dapat

digambarkan sebagai berikut:

Tabel 4.1 Plot Utama Novel Dawuk: Kisak Kelabu Dari Rumbuk Randu

14 Ibid.,h. 163 15 Ibid., h. 181

No Tahapan

Plot

Urutan

Peristiwa Peristiwa

1 Pengenalan

situasi cerita B

Pertemuan Mat Dawuk dan Inayatun di

Malaysia.

2 Pemunculan

peristiwa A

Kemunculan kembali Mat Dawuk setelah

menghilang selama bertahun-tahun

setelah kejadian berdarah untuk

berziarah ke makam istrinya di Rumbuk

Randu membuat warga merasa tergangu

dan terusik.

3 Peningkatan

Konflik C

Mat Dawuk dan Inayatun memutuskan

menikah dan kembali ke Rumbuk Randu

dari perantauan di Malaysia.Pernikahan

mereka tidak direstui oleh orang tua

Inayatun dan perniakahan mereka

menjadi perbincangan karena dianggap

sebagai pasangan ganjil.

4 Konflik D

Terbunuhnya Inayatun dan Mandor

Hariyanto dalam percekcokkan berdarah

di rumah kandang. Mat Dawuk dituduh

sebagai pembunuh.

5 Penyelesaian E Mat Dawuk dikeroyok di rumah

kandang.

Page 59: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

46

Sedangkan, jika dituliskan dalam bentuk skema, secara garis besar plot

utama novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu yaitu sorot balik- flasback

dapat digambarkan sebagai berikut:

D1A B C D ED2

Peristiwa D1 dan D2 merupakan pertalian kronologis cerita yang plotnya

saling berkaitan dan terjadi dalam kurun waktu yang bertahap progresif. Hal

tersebut dikarenakan kemunculan kembali Mat Dawuk setelah menghilang selama

dua windu membuat keresahan, sehingga terjadi peristiwa dikeroyoknya Mat

Dawuk di Rumah Kandang. Ada pertalian dalam satu kurun waktu yang progresif

antara peristiwa A dan E, sehingga awal cerita diawali dengan suspensi dalam

tahapan penceritaan dalam novel sehingga cerita menjadi sorot balik-flasback.

b. Sub-plot

Sub-plot pada novel DKKDRR merupakan cerita yang menjelaskan serta

melengkapi kesempurnaan isi cerita. Sub-plot mempunyai keterkaitan untuk

menjelaskan beberapa cerita dalam plot utama. Sub-plot memiliki konflik yang

tetap masih ada hubungannya dengan plot utama. Sub-plot dalam novel novel

DKKDRR menggambarkan juga adanya cerita berbingkai di dalam novel tersebut.

Sebuah cerita dapat dikatakan mempunyai cerita berbingkai jika cerita kedua yang

dikisahkan lebih penting dibanding cerita yang pertama yang hanya berfungsi

sebagai pengantar.16

Sub-plot dalam novel tersebut dianalisis dengan diberi judul “Cerita di Warung

Kopi”, “Legenda Rumbuk Randu” dan “Dendam Tiga Generasi”. Pemberian judul

digunakan untuk mempermudah pengklasifikasian plot utama. Selain itu,

pemberian judul juga sebagai gambaran cerita yang berfungsi pegantar dan

penjelasan kelengkapan isi cerita. Hal ini dilakukan juga untuk memberikan

penjelasan secara merinci berkaitan urutan peristiwa. Berikut ini akan dipaparkan

sub-plot dalam novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu:

16 Jan van Luxemburg, dkk, Tentang Sastra, Terj. dari Over Literatuur oleh Akhadiati

Ikram, (Jakarta: Intermasa, 1991), h. 118.

Page 60: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

47

1. Sub-Plot Cerita di Warung Kopi

Cerita di Warung Kopi merupakan kisah dalam novel yang dimunculkan di

bab awal. Kemunculan narrator Warto Kemplung yang menceritakan kisah

kelabu Rumbuk Randu kepada para pembeli di warung kopi. Peristiwa tersebut

membuat cerita DKKDRR termuat dalam koran, dari sana pula cerita menjadi

rumit dan tidak sederhana. Tokoh Aku yang berperan sebagai penulis cerita

tersebut mengalami kebingungan perihal kebenaran cerita yang sudah ditulis di

koran. Hal ini terbukti pada kutipan:

Dan, ya, beginilah. Aku adalah raja yang malang, juga bodoh, yang

pagi-pagi rela datang ke warung kopi ini, mengabaikan meliput

peristiwa tidak penting untuk mendengar seorang pembual

mengisahkan cerita yang mungkin lebih tidak penting. Dan jelas-jelas

sama sekali tak terjamin kebenarannya.17

Berdasarkan pemaparan kutipan di atas, cerita Mat Dawuk dan Inayatun

bergulir dengan kemunculan tokoh “Aku” yang ingin mendengarkan Warto

Kemplung “si pembual”. Penulis memunculkan sub-plot sebagai petunjuk

bahwa cerita berbentuk naratif berbingkai dengan kemunculan nyata tokoh-

tokoh lain yang secara langsung tidak terlibat pada kisah, tetapi muncul sebagai

pengantar. Sub-Plot yang memunculkan sang narrator sebagai pembawa kisah

kelabu Rumbuk Randu.

2. Sub-Plot Legenda Rumbuk Randu

Legenda Rumbuk Randu merupakan kisah yang menceritakan asal-usul

nenek moyong orang-orang Rumbuk Randu. Kisah tersebut menjadi

terungkap kembali dengan adanya pernikahan pasangan ganjil yaitu Mat

Dawuk dan Inayatun. Hal tersebut berdasarkan kutipan:

Kisah nenek-moyang yang merupakan percintaan kutukan sang anak

kyai yang bengal dan tidak mau dijodohkan, tetapi dikarenakan

perbuatannya dia bertemu dengan pemuda kalang buruk rupa. Sang

kyai malu dan murka dengan keputusan anak gadisnya. Pasangan yang

tak direstuinya itu diusirnya agar pergi jauh sehingga ia tak lagi melihat

wajah mereka. Tak lupa disumpahinya pula. Kepada anak gadisnya,

sang kyai jatuhkan kutuk: si anak gadis, dan gadis-gadis yang jadi anak

cucunya kelak, tak akan bisa memegang janji kepada lelaki yang

dipilihnya sebagai suami, sebagaimana ia tak bisa dipegang oleh

17 Ibid., h. 89

Page 61: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

48

ayahnya sendiri; kepada si pemuda kalang ia menyabda: ladang, hutan,

ternak, dan keahlian apapun yang dimilikinya berkaitan dengan itu tak

akan mampu menghidupi istri dan anaknya keturunannya. Keduanya

kemudian berkelana membawa serta kutukan itu. Di suatu tempat yang

jauh dari hutan, yang jauh dari utara, tak terjangkau dari selatan, yang

batas barat dan timurnya tak terbayangkan, mereka mumutuskan

berhenti dan menetap, dan kemudian beranak-pinak. Dan setelah tiba

ramainya masa, tempat itulah yang kemudian disebut sebagai Rumbuk

Randu.18

Cerita tersebut disampaikan oleh Warto Kemplung yang

memberikan gambaran bahwa pernikahan Mat Dawuk dan Inayatun

dikaitkan dengan kisah nenek moyang Rumbuk Randu. Pernikahan yang

sangat ditolak oleh orang-orang Rumbuk Randu. Pertalian cerita tersebut

juga yang membuat orang-orang Rumbuk Randu menolak kedatangan

kembali Mat Dawuk sebagai warganya, hal ini berdasarkan kutipan:

Mat Dawuk harus mati lebih karena ia lelaki berwajah buruk yang

menikahi perempuan tercantik yang pernah lahir di Rumbuk Randu.

Tahu kenapa? Karena pasangan ganjil itu, cinta tak terbayangkan antara

si buruk rupa dan si cantik jelita itu, mengingatkan mereka akan legenda

Siti si anak kyai dan Suta si Pemuda Kalang, nenek moyang yang tak

pernah mereka akui itu. Mereka tak ingin kisah tak menyenangkan itu

diputar ulang, dengan kutukan yang diperbaharui. Mereka tak terima

itu.19

Berdasarkan penggalan kutipan pada novel tersebut, pengkategorian

cerita ini sebagai sub-plot merupakan sebagai kisah penjelas yang

mempunyai keterkaitan dengan plot utama, yakni kemunculan peristiwa

pengeroyokan Mat Dawuk di rumah kandang. Penjelasan tersebut tetapi

tidak masuk dalam peristiwa pokok dalam plot. Cerita hanya mempengaruhi

sebagai pengantar peristiwa yang memperjelas adanya sebab-akibat,

sehingga cerita tersebut menjadi sub-plot.

3. Sub-Plot Dendam Tiga Generasi

Sub-plot selanjutnya yaitu kisah Dendan Tiga Generasi, cerita dimulai

dengan kemunculan Mbah Dulawi untuk memberikan saksi di pengadilan

18 Ibid., h. 95-96. 19 Ibid., h. 103

Page 62: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

49

atas tuduhan Mat Dawuk membunuh Inayatun dan Mandor Har. Cerita

dendam tersebut juga bergulir sebagai pengantar yang memberikan

penjelasan sebab-akibat konflik Mandor Har dan Mat Dawuk. Hal ini

terbukti pada kutipan:

Ini lebih berkaitan dengan bangkitnya kembali amarah yang terpendam

selama tiga generasi.20

Dan ketika melihat Dulawi muncul di pengadilan, dalam keadaan sehat-

walafiat pula, apalagi mencoba membebaskan Mat Dawuk dari tuduhan

pembunuhan atas Mandor Har, mereka menyadari ada yang belum

tuntas. Ada yang musti diselesaikan. Dendam itu masih ada. Sakit hai

itu masih nyata.21

Berdasarkan kutipan tersebut, penjelasan cerita Dendam Tiga

Generasi sebagai sub-plot memberikan gambaran penjelasan tambahan

alasan peristiwa Mat Dawuk dikeroyok di rumah kandang setelah kematian

Inayatun. Peristiwa tersebut bukan hanya terjadi karena orang-orang

Rumbuk Randu resah karena kemunculannya kembali untuk berziarah ke

makam istrinya melainkan dikarenakan masih ada dendam yang belum

selesai antara Mbah Dulawi yang bercucu Mat Dawuk dan Sinder Harjo

yang bercucu Mandor Har. Ada keterkaitan silsilah dendam keluarga yang

membuat peristiwa tersebut terjadi.

Peristiwa pengeroyokan yang dilakukan sebagai penyelesaian akhir

dari plot utama merupakan akibat dari dendam tiga generasi yang belum

selesai. Ada kekuatan tambahan dari orang-orang yang menyimpan dendam

pada Mat Dawuk. Hal tersebut yang membuat muncul sub-plot Dendam

Tiga Generasi. Cerita yang di dalamnya tidak terlibat secara langsung

dengan plot utama, tetapi memberikan penjelasan keterkaitan peristiwa.

Sub-plot dalam plot uta ma dapat dijelaskan sebagai adanya hubungan

sebab-akibat.

Berdasarkan pemaparan plot utama dan sub-plot, dapat ditarik

kesimpulan dalam bagan sebagai berikut:

20 Ibid., h. 121 21 Ibid., h. 131

Page 63: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

50

Bagan 4.1 Plot Utama dan Sub-plot

Keterangan:

= Plot Utama

= Sub-plot yang masuk ke plot utama

= Sub-plot pengantar cerita

3. Tokoh dan Penokohan

Tokoh merupakan orang yang terlibat dalam cerita, sedangkan penokohan

merupakan watak atau karakter yang melekat pada tokoh tersebut. Setiap tokoh

dalam cerita mempunyai karakter yang berbeda-beda. Penokohan dimaksudkan

untuk menunjang jalannya cerita dalam novel. Mengikuti perkembangan peran

dalam cerita, maka tokoh dalam novel DKKDRR karya Mahfud Ikhwan memiliki

dua golongan tokoh yaitu, tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama

merupakan tokoh-tokoh yang terlibat konflik dan mempengaruhi perkembangan

plot cerita. Unsur tokoh tambahan adalah tokoh yang terlibat dalam cerita sebagai

unsur yang melengkapi perkembangan cerita. Berikut pembagian tokohnya beserta

dengan penokohannya:

a. Tokoh Utama

Tokoh utama novel DKKDRR yaitu Mat Dawuk dan Inayatun. Tokoh

tersebut terlibat dalam plot utama dalam keseluruhan kisah dalam novel

DKKDRR. Keduanya menjadi tokoh pusat kisah percintaan di desa Rumbuk

Randu. Berikut penggambarannya:

1. Mat Dawuk

Mat Dawuk merupakan tokoh laki-laki yang digambarkan sebagai

seorang yang buruk rupanya, Hal tersebut terunggap dalam kutipan:

1 2

3

Page 64: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

51

Agak sulit menjelaskan betapa buruk rupanya Mat Dawuk di masa

bocahnya, sebagaimana sulit menjelaskan betapa mengerikan

wajahnya saat dewasa.22

Kutipan tersebut menegaskan bahwa tokoh Mat Dawuk

digambarkan sebagai tokoh yang memiliki fisik buruk rupa, nama

sebenarnya Muhammad Dawud, namun orang mengejeknya sebagai

“Dawuk”. Hal tersebut terungkap dalam kutipan:

Nama aslinya bagus, bahkan agung: Muhammad Dawud. Tapi,

karena sejak kecil ia begitu kumuh, kumal, tak terawatt, orang

mengejeknya sebagai “Dawuk”, sebutan yang biasanya dipakai

orang Rumbuk Randu untuk menyebut kambing berbulu kelabu.

Sejak itu orang memanggilnya Mat Dawuk.23

Kutipan tersebut memberikan gambaran bahwa tokoh Mat Dawuk

terlukiskan sebagai tokoh yang sudah sejak kecil dilabeli dengan

keburukrupaan dan tidak terurus. Hal ini dikarenakan Mat Dawuk yang

terlahir buruk rupa tidak mempunyai sanak-saudara, kehilangan Ibu yang

meninggal saat melahirkannya, dan bapak yang tidak menganggap dirinya

ada. Tokoh Dawuk tergambar memiliki nasib buruk, hal tersebut terunggap

dalm kutipan:

Lebih buruk dari wajahnya adalah nasibnya. Sudah buruk rupa, si

anak juga tak dianggap oleh si bapak sebagai biang keladi kematian

ibunya, yang meninggal saat melahirkannya.24

Tokoh Dawuk merupakan tokoh yang memiliki perwatakan sebagai

seorang tokoh yang tetap mengedepankan nilai-nilai, beliau memiliki nilai

kebaikan yang ditunjukan ketika pada suatu hari menolong Inayatun dari

kejaran seorang laki-laki. Hal tersebut terungkap dalam kutipan berikut:

Ketika Inayatun melihat orang itu dan Mat Dawuk melihat ketakutan

yang sangat di matanya, ia sudah tahu apa yang terjadi. Ia mengerti.

Tanpa kata-kata, diberinya Inayatun tanda agar tidak usah takut dan

tak perlu lari.25

Kutipan di atas menggambarkan Mat Dawuk yang mencoba

menolong Inayatun yang sedang dikejar-kejar oleh seorang laki-laki, Mat

22 Ibid.,h. 19 23 Ibid., 24 Ibid., h. 19-20 25 Ibid., h. 32

Page 65: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

52

Dawuk mencoba memberikan pertolongan dan memberikan kenyamanan

bahwa tidak perlu takut, dirinya dapat menolong Inayatun. Hal tersebut

memberikan gambaran bahwa sebagai seorang yang sama-sama merantau

di Malaysia Mat Dawuk memberikan pertolongan pada Inayatun yang

sedang dalam bahaya. Semua itu berupa nilai-nilai yang sesuai dengan

pandangan kita secara umum, sehingga Mat Dawuk termasuk dalam

kategori tokoh protagonis. Meskipun sejak kecil terkucilkan dan dijauhi

orang-orang Rumbuk Randu, dia sesungguhnya tetap muncul sebagai

seorang yang baik dan memiliki watak yang tetap mengedapankan nilai-

nilai sosial. Hal ini terbukti pada kutipan:

Ketika malam, ia lebih asyik dengan kesendiriannya, dengan lagu-

lagu India lama yang dulu sering didengar bersama istrinya. Ia

tenang-tenang saja ketika seorang mengambil jarak saat ia ikut

shalat berjamaah di masjid. Tak perlu ada yang diambil hati ketika

seseorang mengulurkan tangan sesudah salam ke sisi lain namun

tidak kepadanya.26

Berdasarkan kutipan di atas dapat diperjelas kembali bahwa

perwatakan tokoh Dawuk termasuk dalam kategori tokoh bulat. Tokoh

Dawuk tergambar sebagai seorang yang penyendiri, namun dengan

kesendirian itu bukan berarti dia menjauhi orang-orang sekelilingnya

meskipun di masyarakat tokoh Dawuk dijauhi dan dikucilkan karenan

dianggap seorang yang berbeda dan buruk rupa.

Jika dilihat dari peran tokoh dalam perkembangan cerita, tokoh

Dawuk terkategori sebagai tokoh utama (yang) utama. Tokoh Dawuk

menjadi tokoh utama yang mendominasi keseluruhan dan menentukan plot

cerita secara keseluruhan. Hal tersebut dapat dilihat bahwa judul novel

mengangkat nama “Dawuk”; sebuah penggambaran bahwa isi keseluruhan

novel bercerita tokoh Dawuk.

2. Inayatun

Inayatun adalah sosok perempuan yang muncul pada novel

DKKDRR sebagai seorang perempuan cantik yang bisa dikatakan sebagai

26 Ibid., h. 11

Page 66: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

53

kembang desa di Rumbuk Randu. Perempuan yang tumbuh dengan

kecantikan yang luar biasa namun juga memiliki sikap yang membuat

pusing keluarganya. Hal tersebut terbukti pada kutipan:

Inayatun tumbuh sebagai gadis cantik yang disukai banyak pria, tapi

bikin pusing keluarganya.27

Penggambarak tokoh Inayatun yang cantik jelita membuat Inayatun

banyak disukai pria, namun dengan kecantikan itu juga dia mudah merayu

banyak lelaki dan kurang memiliki akhlak yang baik, Inayatun menjadi anak

yang tidak diharapkan keluarganya karena sikapnya yang kurang baik.

Inayatun tampil sebagai sosok perempuan yang gampang gonta-ganti

pasangan, akhlak yang bobrok, dan tampil sebagai perempuan yang tidak

diharapkan oleh keluarga. Hal ini terbukti pada kutipan:

Mereka tentu saja mendambakan anak gadis yang salehah. Bukan

saja demi kebaikannya sendiri di akhirat sana, tapi juga demi

kebaikan diri dan keluarganya di dunia. Tapi apa daya, yang mereka

dapatkan adalah seorang gadis badung yang sulit diatur, yang

ngawur. Inayatun memang pandai mengaji, tapi sepandai itu pula ia

merayu laki-laki. Bacaan Arab-nya fasih, sefasih saat ia bicara kotor

atau memaki.28

Berdasarkan penggambaran lewat penggalan di atas dapat dilihat

bahwa tokoh Inayatun memiliki perwatakan yang tergambarkan memiliki

banyak sisi dan beragam dia tidak hanya digambarakan pada satu sisi,

sehingga dia terkategorikan tokoh bulat.

Inayatun berperan sebagai tokoh utama (yang) utama perempuan

dalam novel DKKDRR, pengkategorian sebagai tokoh utama karena ia

banyak diceritakan juga mempengaruhi isi cerita berkaitan dengan kisah

percintaan dengan Mat Dawuk. Posisinya dapat dikategorikan sebagai

tokoh protagonis, meskipun dalam beberapa aspek tidak mengedepankan

nilai-nilai norma tapi Inayatun masih memiliki nilai baik karena dirinya

rajin mengaji dan lancar membaca Alquran. Sebuah nilai norma yang

27 Ibid., h. 17 28 Ibid.,

Page 67: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

54

diharapkan oleh masyarakat bahwa meskipun akhlaknya buruk, masih ada

sisi yang patutu dicontoh. Pembawa nilai-nilai norma hal ini dikarenakan

penokohan pada dirinya sebagai penyebab terjadinya konflik, dia menjadi

penyebab banyak terjadinya perubahan peristiwa ketika bertemu dengan

Mat Dawuk.

b. Tokoh Tambahan

Tokoh tambahan dalam novel DKKDRR merupakan tokoh yang

melengkapi keseluruhan isi cerita. Tokoh-tokoh tersebut tampil sebagai

pelengkap peristiwa serta mempunyai peran menjelaskan sebab-akibat

dalam cerita novel. Tokoh-tokoh tersebut terdiri dari tokoh yang

beroposisi dengan tokoh utama, tokoh yang mendukung tokoh utama, serta

tokoh di luar plot cerita utama (sub-plot). Berikut ini penggambarannya:

1. Pak Immamudin

Pak Imamudin atau Pak Imam adalah ayah kandung Inayatun,

yang berarti mertua Mat Dawuk. Pak Imam; seorang kyai sekaligus

pamong desa kawakan yang dipercaya dan sangat dihormati di

Rumbuk Randu. Hal ini berdasarkan kutipan:

Bapaknya, Immamudin (orang-orang dengan hormat

memanggilnya Pak Imam), adalah seorang pamong desa

kawakan dengan pengetahuan agama yang mendalam.29

Selain itu, tokoh Pak Imam mempunyai perwatakan kejam,

pemarah, dan keras kepala bahkan memiliki pikiran negatif. Hal ini

terbukti juga pada kutipan:

“Tapi siapa yang tahu kau hanya berpura-pura Mat?”

Ah betul-betul buruk perangai orang itu, tak mengherankan

anaknya tumbuh sebagai gadis Bengal.30

“Copot kalung jimat di lehermu!” perintah Pak Imam.Mat

Dawuk tersenyum tak percaya dengan mertua tak berbelas

kasihanya, seperti seorang paman penyayang menghadapi

rengekan keponakan yang menjengkelkan.31

29 Ibid., h. 17. 30 Ibid., h. 162. 31 Ibid., h. 160.

Page 68: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

55

Berdasarkan pemaparan kutipan di atas, tokoh Pak Immamudin

berperan sebagai tokoh tambahan yang beroposisi dengan tokoh utama

dalam peristiwa konflik. Kadar tokoh tambahan pak Immamudin

bersifat tokoh tambahan (peripheral) utama. Keberadaan sebagai tokoh

tambahan memiliki keutamaan yang sangat tinggi sebagai tokoh yang

turut mempengaruhi sebagian plot cerita. Selain itu, dapat

dikategorikan sebagai tokoh antagonis, hal ini dikarenakan Pak Imam

begitu banyak memiliki nilai-nilai ideal yang bertolak belakang, yaitu

angkuh, berkuasa, kejam, pemarah, berpikiran negatif. Apabila dilihat

dari perwatakan tokoh, maka Pak Imam termasuk dalam kategori tokoh

bulat karena ditampilkan dengan karakter yang beragam.

2. Ibu Sulaikah

Ibu Sulaikah adalah isteri Pak Imam, artinya ibu kandung dari

Inayatun sekaligus mertua perempuan Mat Dawuk. Tokoh ini

digambarkan sebagai seorang yang aktif di Rumbuk Randu dan

mengurus urusan pengajian. Tokoh ibu Sulaikah menjadi panutan ibu-

ibu Rumbuk Randu karena sebagai seorang istri dari tokoh masyarakat

yang disegani, sehingga dengan suaminya yang tokoh dan pamong desa

Rumbuk Randu, ibu Sulaikah juga mempunyai tempat di orang-orang

Rumbuk Randu sebagai seorang yang sangat dihormati dan disegani.

Hal ini berdasarkan kutipan:

Ibunya, Sulaikah, sementara itu adalah pengurus pengajian

yang bersemangat dan jadi panutan.32

Penggambaran tokoh ibu Sulaikah sangat sederhana, dia

hanya muncul sekali dalam kutipan novel DKKDRR, sehingga sulit

diidentifikasi perihal wataknya. Namun dari kutipan di bawah ini

tergambar bahwa sosok ibu Sulaikah sebagai seorang yang lemah dan

lembut, hal ini tergambar ketika dia terkejut kemudian pingsan melihat

32 Ibid., h. 17.

Page 69: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

56

Inayatun pulang menggandeng Mat Dawuk sebagai suaminya. Terbukti

pada kutipan:

“Kenapa kau tak laburi saja muka ibumu ini dengan tahi, In!” Jerit

ibunya sebelum tumbang pingsan.33

Berdasarkan kutipan di atas, ibu Sulaikah berperan sebagai tokoh

tambahan yang dapat bersifat tokoh tambahan (yang memang)

tambahan, hal ini dikarenakan hanya ditampilkan secara sekilas. Selain

itu, tokoh ibu Sulaikah termasuk ke dalam tokoh antagonis karena tokoh

beroposisi dengan tokoh protagonis, juga terkategori sebagai tokoh

sederhana karena hanya ditampilkan kualitas kepribadian tertentu saja,

yaitu sebagai seorang ibu yang lembut

3. Mandor Hariyanto (Mandor Har)

Mandor Hariyanto atau biasanya dipanggil Mandor Har

adalah polisi hutan di Rumbuk Randu. Dia merupakan penguasa hutan

di Rumbuk Randu, kekuasaannya didapatkan secara turun temurun.

Mandor Har digambarkan dengan perawakan fisik yang tinggi besar,

tampan, rambut kecoklatan. Mandor Har juga ditampilakan sebagai

seorang yang memiliki hubungan percintaan dengan Inayatun pada

masa remaja. Hal ini berdasarkan kutipan:

Itu Mandor Hariyanto, atau biasa dipanggil lebih sederhana

sebagai Mandor Har. Inilah si empu nama yang disebut istrinya

di rumah tadi. Ia boleh dibilang sebagai keturunan ketiga

penguasa hutan Rumbuk Randu. Anak Mantri Hartoyo dan cucu

Sinder Harjo, ia sangat mudah dikenali, apalagi di tengah hutan,

karena perawakan yang tinggi besar, berkulit gelap namun

tampan, dengan rambut yang agak kecoklatan—ciri-ciri yang

konon merupakan tinggalan nenek dari garis ibunya yang punya

darah campuran Ambon-Spanyol, yang datang dari keluarga

penguasa hutan masa Gupernemen di loji-loji besar di bekas

Karesidenan Rembang.34

Dan tentu ia tahu cerita cinta remaja Mandor Har dan Inayatun di

masa lalu.35

33 Ibid., h. 19. 34 Ibid., h. 70. 35 Ibid., h. 72.

Page 70: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

57

Perwatakan Mandor Har dilukiskan sebagai tokoh yang suka

bercanda dan angkuh. Hal ini berdasarkan kutipan teks:

“Tidak sedang mau mblandong, to?” tanya Mandor Har lagi,

itu jelas bercanda, meskipun nadanya menuduh.36

…Inayatun terus mencoba meronta, dan Mandor Har sudah

mulai bertindak terlalu jauh: Inayatun memohon untuk

dilepaskan. “Aku sedang mengandung,” katanya mengiba;

“Wah, malah kebetulan,” sahut Mandor Har dengan muka

senang, “kalua aku ikut urunan, wajah anakmu nanti bisa

lebih mendingan.” Mandor Har bertindak semakin jauh…37

Berdasarkan pemaparan di atas Mandor Har berperan sebagai

tokoh tambahan yang dapat dikategorikan sebagai tokoh sederhana, hal

ini dikarenakan hanya ditampilkan kualitas kepribadian tertentu saja.

Selain itu juga, Mandor Har dapat dikategorikan tokoh antagonis,

sebab dia oposisi dari tokoh Mat Dawuk.

4. Hasan

Tokoh Hasan atau biasa dikenal dengan Blandong Hasan

adalah seorang tokoh yang berprofesi sebagai penggergaji kayu. Profesi

yang bagi orang Rumbuk Randu adalah pekerjaan yang cukup

mengangkat derajat. Status sosial Hasan yang berbeda dengan

kebanyakan orang Rumbuk Randu membuat ia memiliki watak yang

congkak dan sombong. Hal ini berdasarkan kutipan:

“Mau nggak, Mat? Hasan, atau orang ramai menyebutnya

Blandong Hasan, mengulagi pertanyaan lagi, sembari berdiri

di samping motor tril Mandor Har. Seperti yang dikenal Mat

sebelum-sebelumnya, anak Blandong Hasim, orang Rumbuk

Randu pertama yang punya gergaji mesin, yang umurnya

sepantaran dengannya itu tak pernah mengurangi rasa

congkak ucapannya.38

Berdasarkan pemaparan tersebut, tokoh Hasan berperan

sebagai tokoh tambahan yang bersifat tokoh tambahan (yang memang)

tambahan. Hal tersebut, dikarenakan keberadaan tokoh Hasan tidak

36 Ibid., h. 70. 37 Ibid., h. 117-118. 38 Ibid.,

Page 71: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

58

mempengaruhi apapun dalam plot cerita. Tokoh Hasan sebatas

memperjelas dan melengkapi isi cerita. Tokoh Hasan juga merupakan

tokoh antagonis karena ditampilkan sebagai sosok yang congkak;

merasa dan bertindak membanggakan dirinya, juga merupakan oposisi

dari tokoh Dawuk. Kutipan di atas juga memberikan gambaran bahwa

tokoh hasan ditampilkan satu kualitas kepribadian, sehingga termasuk

dalam tokoh sederhana.

5. Mbah Dulawi

Mbah Dulawi adalah tokoh yang ditampilkan sebagai kakek

dari Mat Dawuk. Mbah Dulawi adalah mantan geriliyawan. Mbah

Dulawi sosoknya banyak tidak diketahui orang-orang Rumbuk Randu.

Keberadaanya yang menghilang pada saat Mat Dawuk masih kecil

membuat tokoh Mbah Dulawi sangat misterius. Keberadaanya bagi

orang-orang sangat misterius. Kemisteriusan itu membuat Mbah

Dulawi terkenal sebagai pribadi yang tertutup. Hal ini berdasarkan

kutipan:

Mbah Dulawi, demikian kakeknya dipanggil, adalah orang

yang memberikan nama bagus bagi cucu yang berwajah

buruk itu. Sayangnya, sang kakek tak lama bersamanya. Saat

Mat Dawuk beumur lima tahunan, Mbah Dulawi

menghilang—ya, menghilang, lenyap, tak jelas

juntrungannya, dan orang-orang tak bisa memastikan apakah

ia masih hidup atau sudah mati.39

Ketika Mat Modar diperkirakan telah mati di tangan pasukan

Jepang, Dulawi bergabung dengan laskar-laskar gerilya,

keluarmasuk hutan sepanjang masa-masa perjuangan,

melawan sisasisa pasukan Jepang dan kemudian menghadapi

Sekutu.40

Tokoh Mbah Dulawi kemudian muncul kembali menjadi

sosok yang serba tahu dalam eksekusi pengadilan atas tuduhan Mat

Dawuk membunuh istrinya. Hal ini terbukti pada kutipan:

“Begitulah, Pak Hakim sekalian,” Mbah Dulawi

memungkasi kesaksiannya. Semua orang di pengadilan

39 Ibid., h. 20. 40 Ibid., h.126.

Page 72: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

59

tercengang. Lengkap, tak ada yang terlewatkan, meyakinkan,

dan sangat masuk akal. 41

Berdasarkan pemaparan di atas, tokoh Mbah Dulawi dapat

dikategorikan sebagai tokoh tambahan yang bersifat tokoh tambahan

(periferal) utama yang serba tahu. Hal tersebut didasarkan perannya

sebagai tokoh yang mendukung keberadaan tokoh utama dan menjadi

tokoh yang membawa plot menuju sub-plot cerita. Mbah Dulawi juga

dapat terkategorikan sebagai tokoh protagonis dikarenakan perannya

membawa nilai-nilai sebagai pejuang kebenaran. Tokoh Mbah Dulawi

juga dapat terkategori tokoh sederhana karena dalam novel

ditampilakan hanya mencerminkan satu watak.

6. Sinder Harjo

Sinder Harjo merupakan tokoh yang digambarkan memiliki

riwayat permusuhan dengan Mbah Dulawi. Akar dari dendam tiga

turunan yang diceritakan dalam novel. Tokoh Sinder Harjo merupakan

tokoh terkenal sebagai orang kaya dan terhormat karena pohon jati atau

hutan jati yang menjadi pengawasannya. Tugasnya sebagai aparat

kehutanan adalah untuk menjaga pohon-pohon jati yang ada di hutan

Rumbuk Randu. Badan Sinder Harjo tambun dan buncit, ia memiliki

watak yang tegas, angkuh, namun lemah juga penakut ketika bertemu

dengan Mbah Dulawi. Hal ini berdsarkan kutipan:

Di loji, Sinder Harjo memukulinya dengan batang jati muda.

Ditanya mencuri jati untuk apa, ia terpaksa menjawab bahwa

jati itu untuk disumbangkan ke langgar Dulawi. “Bilang ke

Dulawi,” kata Sinder Harjo, seperti diceritakan blandong

yang malang itu, “kalau ia mau bikin langgar dari kayu jati,

suruh dia menanam jati sendiri, jangan nyolong kayu punya

pemerintah!”42

Berdasarkan pemaparan di atas, tokoh Sinder Harjo

merupakan tokoh tambahan dengan kategori sifat tokoh tambahan

(yang memang) tambahan. Hal tersebut didasarkan karena peran tokoh

41 Ibid., h.120. 42 Ibid., h. 128.

Page 73: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

60

merupakan penjelas isi cerita dalam sub-plot dalam novel. Selain itu,

tokoh Sinder Harjo termasuk dalam tokoh antagonis karena beroposisi

dengan tokoh utama, serta ditampilkan dengan karakter yang konsisten.

7. Warto Kemplung

Warto kemplung merupakan tokoh yang muncul sebagai

seorang yang mencerita kisah kelabunya Rumbuk Randu di warung

kopi. Warto kemplung terkenal dan mempunyai watak pembual. Watak

pembual atau pembohong yang dilakukan untuk menarik para

pengunjung terhadap ceritanya dan memberikan atau membayarakan

kopi dan rokok agar dia terus bisa bercerita. Hal ini terbukti pada

kutipan:

Tentu saja tak ada seorang pun yang percaya dengan kisah

itu. Dan sejak itulah Warto menjadi Warto Kemplung.

Hingga hari ini, di warung kopi ini, ia tetap dianggap sebagai

seorang pembual.43

Tokoh Warto Kempung dapat dikategorikan sebagai tokoh

tambahan yang bersifat tokoh tambahan (periferal) utama dalam sub-

plot karena perannya dalam cerita sebagai narrator kisah kelabu

Rumbuk Randu. Tokoh ini juga dapat dikategorikan sebagai tokoh

antagonis dikarenakan sifatnya yang tidak membawa nilai-nilai ideal;

terkenal pembual, dan tokoh Warto Kemplung juga dikategorikan

sebagai tokoh sederhana karena memiliki satu sifat tertentu.Tokoh

Warto mempengaruhi peran dalam cerita sebagai tokoh pelengkap sub-

plot Cerita Warung Kopi.

8. Bu Siti

Bu Siti adalah pemilik warung kopi, tempat Warto Kemplung

menceritakan bualannya perihal kisah Kelabu Rumbuk Randu.Tokoh

Bu Siti memiliki watak yang galak dan pemarah, tapi hanya kepada

Warto Kemplunglah ia bersikap seperti itu. Hal ini terbukti pada

kutipan:

43 Ibid., h. 7.

Page 74: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

61

“Oi, Siti...! Kopi!” kali ini ia benar-benar menggonggong.

“Tak usah teriak-teriak! Sentak suara serak perempuan dari

arah dapur. “Ini warung, bukan hutan!” Si kerudung sarung

tersenyum demi mendengar sahutan marah itu. “Manis atau

pahit?” teriak suara dari dapur. “Biasa!” Sebentar kemudian,

seorang perempuan paroh baya muncul dengan wajah kusut,

seperti seorang yang baru saja dibangunkan mimpi buruk

dari tidur nyenyaknya. Ia menaruh cangkir kopi di depan

pemesannya dengan gerakan setengah melempar.44

Tokoh Bu Siti dalam hal ini dapat dikategorikan sebagai

tokoh tambahan (yang memang) tambahan, dia berperan hanya sebagai

tokoh yang muncul dalam melengkapi isi cerita agar terkesan lengkap

di dalam bagian sub-plot Cerita Warung Kopi, keberadaanya sulit

dianalisis karena hanya muncul beberapa kali dan tidak cukup

berpengaruh terhadap isi cerita.

9. Mustofa Abdul Wahab (Aku)

Tokoh ini adalah narator dalam keseluruhan cerita dalam

novel. Ia adalah pengarang yang masuk ke dalam cerita sebagai tokoh

“aku”. Ia menggambarkan dirinya sebagai seorang jurnalis di sebuah

koran, pekerjaannya menulis sebuah berita dan mengedit berita

sebelum diterbitkan dalam koran kecilnya.

Dia selalu hadir ketika Warto Kemplung mulai membual di

warung kopi Bu Siti. Ia ingat setiap kejadian, bahkan ia ingat semua

bualan Warto Kemplung, yang kemudian ia jadikan cerbung atau cerita

bersambung guna mengisi konten koran buatannya. Ia sangat tertarik

dengan semua bualan atau cerita Warto Kemplung. Hal ini berdasarkan

kutipan:

Dan, ya beginilah. Aku adalah raja yang malang, juga bodoh,

yang pagi-pagi rela datang ke warung kopi ini, mengabaikan

meliput peristiwa penting tidak penting untuk mendengar

seorang pembual mengisahkan cerita yang mungkin lebih

tidak penting lagi. Dan jelas-jelas sama sekali tak terjamin

kebenarannya.45

44 Ibid., h. 2. 45 Ibid., h. 89.

Page 75: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

62

Tokoh aku sangat antusias untuk mendengarkan semua

bualan Warto Kemplung. Namun di akhir cerita dalam novel, tokoh

“Aku” dilanda kebingungan setelah didatangi seseorang yang mengaku

sebagai Mat. Orang tersebut menyuruh tokoh “aku” menghentikan

cerbung terhadap cerbung buatannya. Hal ini terbukti pada kutipan:

“Pakde Warto hanya membual. Karena itu, demi kebaikan

bersama, sebaiknya koranmu berhenti memuat cerita buruk

ini,” katanya tegas, sambil mengetuk-ngetukkan benda yang

dipegangnya tepat pada nama penulis—namaku—yang

berada di bawah ilustrasi cerbung.46

Tokoh aku menjadi tokoh utama (yang) utama di bagian

kisah sub-plot Cerita Warung Kopi. Keberadaanya yang menjadi

narrator seluruh kisah membuat perannya mempengaruhi isi cerita.

Tokoh Mustofa Abdul Wahab termasuk dalam fungsi protagonis sebab

karena membawa nilai ideal yakni menghargai Warto Kemplung pada

saat bercerita dan termasuk dalam tokoh sederhana karena konsisten

dengan satu karkter yaitu menjadi pendengar setia cerita Warto

Kemplung. Lewat perannya sebagai “aku” dapat terlihat bahwa cerita

dalam novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu merupakan

kisah berbingkai.

3. Latar

Latar merupakan pijakan sebuah cerita dalam menciptakan suasana realistis

dan memberikan suasana tertentu seolah-olah berada dalam lingkungan yang

sering ditemui. Berikut ini merupakan pemaparan analisis latar dalam novel

Dawuk: Kisah Kelabu Rumbuk Randu.

a) Latar Tempat

Secara garis besar, latar tempat yang terdapat di dalam novel

Dawuk: Kisah Kelabu Rumbuk Randu berada dalam lingkungan perdusunan

bernama Rumbuk Randu, sesuai dengan nama judul novelnya, memang

46 Ibid., h. 180.

Page 76: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

63

novel tersebut berkisah tentang kehidupan di Rumbuk Randu. Berdasarkan

kutipan dibawah ini:

Untuk banyak alasan dan pertimbangan, agak mengherankan nenek-

moyang orang Rumbuk Randu memilih tempat itu untuk tinggal.

Jika dihitung jarak dari Laut Jawa di utara dan Bengawan Solo di

selatan, tempat itu hampir persis di tengah-tengah.47

Berdasarkan gambaran kutipan di atas, latar tempat seperti

mengarah pada keadaan pedesaan di Lamongan, Jawa Timur. Sebuah desa

yang memang menjadi tempat kelahiran penulis novel.

Selain itu, penamaan desa Rumbuk Randu memiliki makna tersendiri.

Rumbuk adalah alat untuk menangkap udang terbuat dari batang pohon

yang diikat dan diberi penambat atau penahan, kemudian ditambatkan di

sungai, sedangkan randu adalah pohon yang kayunya tidak keras dan

berwarna putih, kulit kayu berwarna hijau, berdaun majemuk, terdiri atas 3–

9 anak daun tersusun menjari, bunganya berwarna putih kekuning-

kuningan, berbuah lonjong, berbiji bulat kecil berwarna hitam, berserat

kapuk, digunakan untuk mengisi bantal dan kasur. Randu juga berarti

kapuk. Namun, untuk memudahkan keterkaitan tempat, dikategorikanlah

latar tempat dalam plot utama novel Dawuk: Kisah Kelabu Rumbuk Randu

yakni terdiri dari rumah kandang, masjid, pengadilan, hutan, kamar Mat

Dawuk, dan stasiun kereta api Kuala Lumpur. Sedangkan, latar sup-plot

berada di warung kopi Bu siti dan Rumah Kos Mustofa Abdul Wahab.

Berikut ini rincian latar tempat yang mempengaruhi cerita:

1) Rumah Kandang

Hal ini dibuktikan dengan kutipan berikut:

Ya, memang itulah sebutan yang pas untuk rumah yang mereka

huni sesampainya di Rumbuk Randu. Itu adalah bekas kandang

sapi milik Pak Imam yang terpaksa diberikan untuk anak

perempuannya yang Bengal dan suami barunya yang buruk rupa.48

47Ibid., h. 92. 48 Ibid., h.47.

Page 77: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

64

Rumah Kandang merupakan sebuatan untuk rumah yang dibangun

dari bekas kandang sapi. Rumah Kandang menjadi latar tempat yang

sangat penting dan paling sering muncul dalam novel dikarenakan

rumah tersebut menjadi tempat kejadian percekcokkan berdarah antara

Inayatun, Mandor Har, serta Blandong Hasan, dan tempat Mat Dawuk

dikeroyok oleh Pak Imam dan orang-orang Rumbuk Randu.

2) Masjid

Hal tersebut berdasarkan kutipan:

Masalah justru datang dari bocah-bocah yang sama-sekali tak

mengenalnya, yang pasti belum lahir ketika peristiwa itu terjadi,

yang tak sanggup menahan diri dari rasa takjub yang meletup-letup

perihal orang aneh yang tiba-tiba muncul di masjid mereka. 49

Ia tenang saja ketika orang mengambil jarak saat ia ikut shalat

berjamaah di masjid. Tak ada yang perlu diambil hati ketika

seseorang mengulurkan tangan sesudah salam ke sisi lain, namun

tidak kepadanya.50

Ketika orang yang mereka bicarakan muncul lagi di masjid pada lain

hari, bisik-bisik itupun mulai lagi.51

Ya, ia memang jarang bergaul sejak pulang dari Malaysia. Boleh

jadi karena rumahnya yang jauh, tapi terutama karena agak malas—

kemunculannya terakhir ke masjid bersama Mat Dawuk untuk ikut

shalat berjamaah terlalu mencolok, sehingga malah jadi pusat

perhatian.52

Tak perlu menghiraukan pandangan ingin tahu dan curiga orang-

orang dan anak-anak atas kehadirannya dan sosoknya yang aneh, ia

mulai di masjid saat Jumatan.53

Latar masjid menjadi latar yang muncul dalam novel Dawuk: Kisah

Kelabu Rumbuk Randu, kemunculan latar Masjid berkaitan dengan

peristiwa adanya keresahan dan kasak-kusuk kemunculan Mat Dawuk

yang sudah lama menghilang kembali lagi di hadapan orang-orang

Rumbuk Randu pada saat jam-jam ibadah salat di Masjid.

Latar masjid menjadi tempat orang-orang Rumbuk Randu selalu

berkumpul karena melaksanakan salat berjamaah. Kemunculan Mat

49 Ibid., h.11. 50 Ibid., 51 Ibid., h.13. 52 Ibid., h.50. 53 Ibid., h.60.

Page 78: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

65

Dawuk di masjid Rumbuk Randu menjadi permasalahan bagi anak-anak

desa Rumbuk Randu yang merasa aneh dengan fisik dan tingkah laku

Mat Dawuk.

3) Pengadilan

Hal ini dibuktikan dengan kutipan berikut:

Mat Dawuk disidang nyaris tanpa pengacara.54

Ketika proses pengadilan memasuki tahap mendengar saksi-saksi

dari pihak terdakwa, Mat tak tahu siapa yang mesti diajukannya.

Pada saat itulah muncul Mbah Dulawi, kakeknya, dengan cara yang

sulit dijelaskan betapa mengherankannya.55

Pengadilan menjadi tempat yang paling penting dikarenakan

mempengaruhi plot cerita berkaitan dengan kemuunculan kembali

Mbah Dulawi untuk memberikan saksi karena Mat Dawuk diadili atas

tuduhan membunuh Inayatun; istrinya.

4) Hutan

Hal ini dibuktikan dengan kutipan berikut:

Karena tujuan utamanya ke hutan adalah mencarikan buah kurcacil

untuk Inayatun, ia tak banyak membuang waktu.56

“Kalau aku kasih gergaji mesin, kau mau jadi blandong, Mat?”

terdengar pertanyaan dari suara lain. Hasan, seorang pemilik rumah

penggergajian kayu tidak resmi di Rumbuk Randu, muncul dari

semak dibalik pohon sembari merapikan keretan celananya.57

Latar tempat hutan lekat dengan kisah di novel Dawuk: Kisah

Kelabu Rumbuk Randu. Hutan juga menjadi latar tempat bertemu

Mandor Har dan blandong Hasan pada saat sebelum terjadi tragedi

berdarah kematian Inayatun. Hutan juga menjadi gambaran umum

keadaan desa Rumbuk Randu sebagai komoditas kayu jati.

5) Stasiun Kereta Api Kuala Lumpur

Hal ini terbukti pada kutipan:

54 Ibid., h.115. 55 Ibid., 56 Ibid., h. 73. 57 Ibid., h. 71.

Page 79: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

66

Inayatun duduk di kursi tunggu yang agak tersembunyi di sebuah

stasiun kereta api kecil dan sepi di sekitaran Kuala Lumpur—apa

namanya rasanya tak penting.58

Itu bukan pertama kali baginya. Menemukan perempuan Jawa

menangis di bangku stasiun kereta api di Malaysia bisa berarti

macam-macam, tapi nyaris semuanya buruk.59

Stasiun kereta api di Kuala Lumpur merupakan tempat pertama Mat

Dawuk dan Inayatun bertemu, pertemuan yang membawa mereka

menjalin kedekatan dan menjadi akrab. Stasiun tersebut juga tempat yang

paling mudah dijumpai para TKI/TKW dari Indonesia. Stasiun tersebut

juga menjadi penting dikarenakan ketika pertemuan itu, Mat Dawuk

menolong Inayatun dari kejaran laki-laki yang tergila-gila padanya. Mat

Dawuk melumpuhkan laki-laki tersebut dengan perkelahian satu lawan

satu di stasiun tersebut.

6) Kamar Mat Dawuk

Hal tersebut berdasarkan kutipan:

Tak seperti perawakan dan penampilannya, kamar Mat Dawuk jauh

lebih rapi dari yang bisa dikira. Tentu saja kamar itu sangat

sederhana, Cuma sepetak sekatan papan dan asbes seluas tiga kali

dua meter yang jadi bagian dari sebuah bangunan tak selesai di

pinggir kebun sawit, itu pun kebun sawit yang sudah tak diurus. 60

Ketika Inayatun pertama kali memasukinya, di kamar itu hanya ada

sebuah dipan kecil dengan Kasur tipis yang disangga dengan tiga

lapis papan agar tidak melengkung. Ada meja yang tingginya sejajar

dengan bantal dan guling yang ditumpuk.61

Latar kamar Mat Dawuk menjadi latar berkaitan dengan peristiwa

antara Mat Dawuk dan Inayatun yang tinggal bersama, dalam kamar

tersebut mulai tumbuh perasaan antara Mat Dawuk dan Inayatun,

melalui latar kamar Mat Dawuk, Inayatun merasa nyaman dan

terlindungi dari lelaki wandu yang mengejar-ngejarnya dan tergila-gila

padanya. Kamar Mat Dawuk menjadi tempat tinggal Inayatun setelah

kabur dari pelarian lelaki wandu nya.

58 Ibid., h. 30. 59 Ibid., h. 31. 60 Ibid., h. 37. 61 Ibid.,

Page 80: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

67

7) Warung Kopi Bu Siti

Hal ini berdasarkan kutipan:

Pagi di warung kopi.62

“Tak usah teriak-teriak!” sentak suara serak perempuan dari arah

dapur. “Ini warung, bukan hutan!” 63

Latar warung kopi menjadi tempat penyampaian cerita kisah

Rumbuk Randu kepada para pengunjung yang ada di sana, tempat

bergulirnya cerita Rumbuk Randu yang diceritakan oleh Warto

Kemplung; si pembual. Latar warung kopi Bu Siti muncul dalam sub-

plot Cerita di Warung Kopi.

8) Rumah Kos Mustofa Abdul Wahab

Hal ini berdasarkan kutipan:

Pagi itu, di beranda rumah kosku, aku tengah membaca ulang

cerbung tersebut di edisi keempatnya.

Ia naik beranda dengan tenang, nyaris tak sopan, dan tanpa permisi

duduk di kursi kosong di sisi lain mejaku. “Mustofa Abdul Wahab?”

tanyanya sambil menaikkan kacamata ke kepalanya. Bau jel rambut

menusuk hidungku.64

“Pakde Warto hanya membual. Karena itu, demi kebiakan bersama,

sebaiknya koranmu berhenti membuat cerita buruk itu.” Katanya

tegas, sambal mengetuk-ngetukkan benda yang dipeganggnya tepat

pada nama penulis—namaku—yang berada di bawah ilustrasi

cerbung.65

Rumah Kos Mustofa Abdul Wahab merupakan tempat yang di

datangi seorang yang mengaku Mat. Dia meminta dan memberi tahu

bahwa cerita perihal Rumbuk Randu hanya bualan, dan meminta agar

cerita yang ditulis di koran oleh Mustofa Abdul Wahab perihal Rumbuk

Randu agar tidak dilanjutkan. Latar rumah kos muncul dalam latar sub-

plot Cerita di Warung Kopi.

b) Latar Waktu

Latar waktu dalam plot utama novel Dawuk: Kisah Kelabu Rumbuk

Randu secara umum muncul seperti pagi, siang, sore, malam. Namun,

62 Ibid., h. 1. 63 Ibid., h. 2. 64 Ibid., h. 179. 65 Ibid., h. 180.

Page 81: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

68

waktu sore menjadi waktu paling penting dalam novel tersebut, hal ini

dikarenakan pada sore terjadi peristiwa berdarah meninggalnya Inayatun

dan Mandor Har. Peristiwa yang menjadi puncak konflik cerita dalam

novel. Hal ini berdasarkan kutipan:

Tanpa perlu ditanya macam-macam lagi, ia bercerita apa yang

diketahuinya tentang peristiwa berdarah sore itu. Ia memulai dari

saat Mat meninggalkan Inayatun setelah pertengkaran kecil mereka,

sebelum Mat berangkat ke hutan dan bertemu dengan Mandor Har

dan Blandong Hasan…66

Itu sore yang sangat berbeda. Sam asekali berbeda. Tak adacericit

empirit. Angin mati. Udara tak bergerak.67

Selain latar waktu sore, novel Dawuk: Kisah Kelabu Rumbuk Randu

menunjukkan peristiwa terjadi pada tahun 1987. Hal ini berdasarkan

kutipan:

Ini kisah yang sebenarnya belum lama terjadi. Sebuah kisah kelabu

penuh darah. Hanya seumuran dua kali coblosan lurah; tak berselang

lama dari saat, untuk pertama kalinya di daerah sini, Golkar menang

dari Petiga dengan mudah. 68

Tak berapa lama sehabis Pemilu Lapan Tujuh, setelah kemenangan

Golkar yang pertama di desa itu dan harga minyak tanah malah naik,.69

Berdasarkan pemaparan kutipan di atas, latar waktu tersebut

memberikan gambaran juga bahwa pengkisahan dalam plot utama

merupakan sorot balik-flasback. Hal tersebut juga dibuktikan dengan

adanya penunjukkan waktu sub-plot Cerita di Warungi Kopi yang

menceritakan kisah berdarah tersebut merupakan kisah yang sudah lama

bergulir dan kembali diceritakan karena kemunculan Mat Dawuk

meresahkan orang-orang Rumbuk Randu. Hal ini terbukti pada kutipan:

Kira-kira lima pekan lalu, pada sebuah sore yang biasa orang mengira

tak akan terjadi apa-apa, ia muncul di ujung kelokan jalan dari arah

utara desa Rumbuk Randu, desa istrinya setelah menghilang hampir

dua windu lamanya.70

66 Ibid., h 116. 67 Ibid., h 78. 68 Ibid., h. 9. 69 Ibid., h. 99. 70 Ibid., h. 9.

Page 82: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

69

Berdasarkan kutipan tersebut, waktu kemunculan kembali Mat

Dawuk setelah kejadian berdarah dan kematian Inayatun dapat diperkirakan

pada tahun 2003. Waktu tersebut menjadi bagian dari plot utama sekaligus

menjadi latar waktu pada sub-plot Cerita di Warung Kopi bergulir. Latar

waktu tersebut membuktikan bahwa gambaran kisah kelabu tersebut

dikisahkan kembali oleh sang narator cerita Warto Kemplung.

Selain itu, latar waktu yang dimunculkan oleh pengarang juga

memberikan penjelasan waktu dalam istilah Kalender Islam. Penunjukkan

waktu tersebut, dapat terlihat sebagai upaya memberikan kesan nyata cerita

yang bergulir. Hal ini terbukti pada kutipan:

Bulan tua di separoh akhir Sa’ban itu begitu lemah dan renta

menghadapi pekatnya langit malam.71

Penggambaran waktu tersebut bulan Sa’ban dalam kutipan tersebut

merupakan bulan kemunculan kembali Mat Dawuk setelah menghilang

selama dua windu dari tahun 1987.

c) Latar Sosial

Latar sosial yang muncul pada Novel Dawuk: Kisah Kelabu Rumbuk

Randu adalah pedesaan, sebuah desa yang bertempat di Jawa Timur bagian

utara. Masyarakat desa pinggiran hutan bekerja sebagai mandor atau

penjaga hutan, pesanggem atau penggarap lahan hutan, dan sebagian yang

lain merantau ke Malaysia sebagai TKI. Hal ini berdasarkan kutipan:

Tak mungkin jadi nelayan karena terlalu jauh dari pantai, mereka

juga nanggung kalau disebut petani, tak seperti tetangga mereka di

selatan hutan, yang setiap tahun mendapat kiriman lumpur subur

dari luapan air bengawan. Karena itulah, secara turun temurun

mereka hanya jadi pesanggem, penggarap ladang hutan.72

… orang-orang Rumbuk Randu meninggalkan ladang kering

mereka, melanggar tabu punden-punden mereka yang tak suka

meninggalkan tanah kelahiran. Ketularan desa-desa sekitar,

mereka berduyun-duyun menyebrang ke Malaysia.73

71 Ibid. h. 149. 72 Ibid., h. 93. 73 Ibid., h.99.

Page 83: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

70

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat diketahui bahwa latar

dimunculkan oleh pengarang sebagai tempat persitiwa dalam

mempengaruhi perubahan plot. Latar-latar tersebut memberikan gambaran

nyata bergulirnya sebuah kisah dalam novel. Penamaan latar tempat pada

novel Dawuk: KKDRR berpengaruh pada kaitannya terhadap pemaknaan

latar sosial yang ada di dalam novel. Penamaan itu mengindikasikan bahwa

daerah itu berlatar sosial kapuk yang tentu harga jualnya cukup mahal,

namun kenyataanya masyarakat di Rumbuk Randu malah bekerja sebagai

pesanggem dan penggarap lading hutan

Penggambaran keadaan sosial yang sangat kontradiksi bahwa

mereka sendiri mengatakan diri mereka tidak memiliki apapun di daerahnya

sendiri. Orang-orang rumbuk randu hidup dengan keadaan sosial yang

kurang dari sejahtera, dan tidak menikmati hasil dari hutan-hutan mereka.

Komoditas jati yang jelas menjadi latar tempat pada novel ini digambarkan

tidak dinikmati para warganya. Hal ini terbukti pada kutipan:

Jati jawa jelas kayu terbaik di dunia, tak diragukan lagi. (jika

bangunan-bangunan di surge memakai kusen-kusen dari kayu,

pastilah itu terbuat dari jati jawa). Tapi siapapun tahu, orang Jawa,

lebih-lebih para penebangnya, tak pernah mendapat berkah dari

hutan jatinya. Dulu begitu, dan masih akan terus begitu. Sebaliknya,

mereka justru menderita karenanya.74

Penggambaran latar tersebut jelas memberikan informasi bahwa

keadaan sosial di Desa Rumbuk Randu tidak seperti yang terlihat dalam

kenyataannya, dengan adanya kapuk dan hutan jati bukan berarti mereka

hidup sejahtera, malah justru keadaan sosial mereka tertinggal dan

terbelakang secara ekonomi. Keadaan itu yang menyebabkan mereka pergi

merantau ke Malaysia. Ada hal yang tergambar jelas lewat latar sosial dalam

novel ini, seperti menyiratkan bahwa keadaan alam yang sangat kaya malah

justru tidak dinikmati oleh orang-orang Rumbuk Randu, malah justru tidak

ada kesejahteraan yang didapatkan dari keadaan alam yang melimpah.

74 Ibid., h.93.

Page 84: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

71

4. Sudut Pandang

Sudut pandang yang digunakan pada novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari

Rumbuk Randu merupakan sudut pandang campuran. Sudut pandang yang

digunakan pengarang dengan menggunakan narator Warto Kemplung sebagai

tokoh yang masuk dalam naskah dan menggunakan sudut pandang “dia”. Hal ini

terbukti pada kutipan:

Ia duduk di bangku panjang dengan kasar, seperti bocah kecil yang sedang

tak enak hati. Dihentak-hentakkan kakinya dengan gelisah ke tanah. Sepasang

kaki itu, dengan sandal jepit bolong di salah satu tumitnya dan tali rafia

penolong di jepitannya, kotor dan berdebu. Ia mengingatkan kepada seorang

pembuat arang yang tak sempat membersihkan tubuhnya sehabis bekerja.75

Penggalan kutipan tersebut merupakan bagian dari cerita plot utama.

Penggunaan sudut pandang “dia” oleh pengarang dimunculkan pada plot utama.

Namun, di beberapa bagian cerita berubah menjadi sudut pandang tokoh aku, hal

ini terbukti pada kutipan:

Aku tersenyum kecut membaca berita pendek yang hanya diberi judul

“Rumbuk Randu” itu—tentu saja itu bukan judul sebenarnya, melainkan

inisial tempat kejadian. Dan alangkah buruknya berita itu ditulis. Seorang

bocah magang yang mengerjakannya. Meskipun sudah diedit—dan, sialnya,

akulah yang mengeditnya—berita kecil itutetap tak tertolong buruknya.76

Peralihan sudut pandang dari “dia” ke “aku” dalam novel Dawuk: Kisah

Kelabu Dari Rumbuk Randu memberikan penggambaran dan penjelasan berkaitan

dengan adanya penceritaan dengan pola cerita berbingkai. Pada penggunaan sudut

pandang “dia” menunjukkan cerita berkisah dengan plot utama. Namun, ketika

pengkisahan menjadi sudut pandang “aku” terjadi peralihan cerita yang masuk

dalam sub-plot.

Dengan demikian, penggunaan sudut pandang campuran ( dari “dia” ke

“aku”) dalam novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu merupakan

peralihan dari plot utama menuju sub-plot. Penggunaan sudut pandang tersebut juga

75 Ibid., h. 1. 76 Ibid., h. 168.

Page 85: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

72

memberikan efek sorot balik-flasback; artinya pembaca dibawa untuk melakukan

peralihan plot cerita dengan petunjuk sudut pandang.

5. Gaya Bahasa

Novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu menggunakan gaya

bahasa naratif dan dialog. Cerita yang menggunakan teknik naratif biasanya

digunakan pengarang untuk menguraikan cerita, sedangkan dalam dialog

pengarang berusaha menghidupkan tokohnya dengan menyertakan dialog atau

cakapan antara tokoh yang satu dengan yang lainnya.77

Gaya bahasa naratif banyak muncul dalam sub-plot yang menarasikan kisah

lagenda Rumbuk Randu dan Cerita dendam tiga generasi. Hal ini ini berdasarkan

kutipan:

Kisah nenek-moyang yang merupakan percintaan kutukan sang anak kyai

yang bengal dan tidak mau dijodohkan, tetapi dikarenakan perbuatannya dia

bertemu dengan pemuda kalang buruk rupa. Sang kyai malu dan murka

dengan keputusan anak gadisnya. Pasangan yang tak direstuinya itu diusirnya

agar pergi jauh sehingga ia tak lagi melihat wajah mereka. Tak lupa

disumpahinya pula.

Kepada anak gadisnya, sang kyai jatuhkan kutuk: si anak gadis, dan gadis-

gadis yang jadi anak cucunya kelak, tak akan bisa memegang janji kepada

lelaki yang dipilihnya sebagai suami, sebagaimana ia tak bisa dipegang oleh

ayahnya sendiri; kepada si pemuda kalang ia menyabda: ladang, hutan,

ternak, dan keahlian apapun yang dimilikinya berkaitan dengan itu tak akan

mampu menghidupi istri dan anaknya keturunanya. Keduanya kemudian

berkelana membawa serta kutukan itu. Di suatu tempat yang jauh dari hutan,

yang jauh dari utara, tak terjangkau dari selatan, yang batas barat dan

timurnya tak terbayangkan, mereka mumutuskanberhenti dan menetap, dan

kemudian beranak-pinak. Dan setelah tiba ramainya masa, tempat itulah yang

kemudian disebut sebagai Rumbuk Randu.78

Ini lebih berkaitan dengan bangkitnya kembali amarah yang terpendam

selama tiga generasi.79

Dan ketika melihat Dulawi muncul di pengadilan, dalam keadaan sehat-

walafiat pula, apalagi mencoba membebaskan Mat Dawuk dari tuduhan

pembunuhan atas Mandor Har, mereka menyadari ada yang belum tuntas.

Ada yang musti diselesaikan. Dendam itu masih ada. Sakit hai itu masih

nyata.80

77 Burhan Nurgiantoro, Op.Cit., h. 418. 78 Mahfud Ikhwan, Op.Cit., h. 95-96. 79 Ibid., h. 121. 80 Ibid., h. 131.

Page 86: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

73

Penggunaan gaya bahasa naratif yang muncul pada novel Dawuk: Kisah

Kelabu Dari Rumbuk Randu memberikan gambaran pula berkaitan cara pengarang

untuk melakukan penyampaian penceritaan dengan teknik cerita berbingkai. Sub-

plot pada novel tersebut dituliskan lebih banyak dengan gaya naratif.

Gaya naratif juga digunakan pengarang dalam mendeskripsikan latar. Hal

tersebut membuat pengarang secara khusus memperlihatkan latar secara rinci

sebagai cara menggambarkan isi cerita secara nyata. Hal ini berdasarkan kutipan:

Kira-kira lima pecan yang lalu, pada sebuah sore yang biasa, yang orang

mengira tak akan terjadi apa-apa, ia muncul di ujung kelokan jalan dari arah

utara desa Rumbuk Randu, desa istirnya, setelah menghilang hampir dua

windu lamanya.81

Selain naratif, pengarang menggunakan gaya bahasa dialog. Gaya bahasa

dialog muncul banyak dalam plot-utama, hal ini memperlihatkan bahwa pengarang

membawa pembaca untuk berinteraksi langsung dengan tokoh dan peristiwa. Hal

ini berdasarkan kutipan:

“Aku tak suka gerak-geriknya,” Inayatun meneruskan.

“Memang dia melakukan apa,” Mat bertanya.

“Dia tak melakukan apa-apa. Mungkin belum,”

“Ah, kau hanya sedang perasa saja.”82

Penggunaan gaya dialog dalam novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk

Randu memberikan kesan realistis dan membawa pembaca masuk ke dalam cerita.

Penggunaan gaya dialog juga memberi petunjuk dalam mengambil sudut pandang

penceritaan. Penggunaan gaya dialog yang digunakan pengarang sering kali

menggunakan narasi penjelas. Hal tersebut membuktikan juga ada dialog yang

bukan dari bagian dari plot utama, terbukti pada kutipan:

“Kopi! Lagi! Biasa!” teriaknya, berseri-seri, seperti penjudi ketengan yang

baru saja bikin bangkrut bandar.83

81 Ibid., h. 9. 82 Ibid., h. 67. 83 Mahfud Ikhwan, Op. Cit., h. 9. Dialog yang muncul pada sub-plot Cerita di Warung

Kopi. Dialog ini memberikan gambaran interaksi si narator ditampilkan secara langsung

dengan pendengar yang ada di warung kopi. Dialog yang memberikan petunjuk

kemunculan adanya narator sebagai tokoh yang bercerita.

Page 87: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

74

Penggunaan gaya bahasa yang digunakan Mahfud Ikhwan dalam novel

Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu merupakan gaya bahasa yang

memberikan petunjuk berkaitan isi cerita di dalamnya. Penggunaan naratif dan

dialog tersebut memberikan gambaran ada plot utama dan sub-plot yang dihadirkan

lewat penggunaan gaya bahasa.

6. Amanat

Amanat adalah pesan yang tersirat dalam sebuah karya sastra. Pada novel

Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu amanat yang dapat diambil yakni

pengarang mengajak pembaca untuk tidak terlalu terlena dalam sebuah

kebahagiaan, sebab kebahagiaan di dunia itu adalah fana. Ini. lihat cangkir kopi ini.

ya, inilah kebahagiaan. Hal ini terbukti pada kutipan:

Bahagia itu, kalian tahu, jika memang ada, hanya permainan dan tipudaya

dunia belaka. Itulah kenapa Tuhan hanya benar-benar menjanjikan

kebahagiaan itu di alam sana, bukannya di sini, di dunia ini. Yang kekal

abadi, selamanya, khaalidiina fiiha abadan, hanya di surga. Di sini,

semuanya fana. Dan fana artinya binasa. Mati. Habis.84

Pengarang memberikan pesan kepada pembaca bahwa kebahagiaan di dunia

itu tidaklah kekal, justru bahagia yang abadi adalah di surga. Lewat isi cerita dalam

Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu, pengarang menyampaikan konsep

kebahagiaan yang selama ini manusai selalu cari di dunia, padahal kebahagiaan

dunia itu hanya sesaat. Selain itu, pesan yang terdapat pada novel tersebut juga

memberikan pandangan lain bahwa sebagai manusia kita tidak boleh begitu saja

menerima sebuah cerita tanpa mencari kebenarannya. Hal ini terbukti pada kutipan:

Ketika orang itu sudah tak terlihat lagi, tiba-tiba aku tersadar, sampai hari

ini aku belum pernah bertemu dengan Mat Dawuk, apalagi mengenalnya.

Aku tak pernah melihat secara langsung wajah buruknya, rambut merah

keriting panjangnya, kaos dalam hitam dan celana Camel dengan saku-

sakunya yang besar, dan tentu saja ruyung kecilnya yang ditakuti itu.

bahkan, sebagai wartawan, aku seharusnya masih mempertahankan rasa

curiga soal apakah orang bernama Mat Dawuk itu memang benar-benar

ada atau hanya karangan belaka. Sementara, pada saat yang sama, tak

mungkin semua kisah Warto Kemplung bisa kupercaya85

84 Ibid.,58. 85 Ibid.,180.

Page 88: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

75

Berdasarkan pemaparan kutipan di atas juga memberikan penjelasan bahwa

tidak semua cerita yang disampaikan seseorang bisa dipercaya, tapi cerita tersebut

belum tentu juga salah. Lewat novel tersebut pesan pengarang pada pembaca yakni

agar terus menjadi seorang yang kritis dan tidak mudah percaya begitu saja terhadap

sebuah informasi, berita, ataupun cerita. Pesan yang menyiratkan untuk menjadi

pribadi yang lebih kritis.

B. Analisis Mitos Dalam Novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu

Adapun mitos pada Novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu tergambar

pada diri tokoh dan anggapan orang-orang Rumbuk Randu yang

mengkontruksinya, dalam hal ini oposisi yang terlihat yakni antara tokoh Dawuk-

Inayatun yang beroposisi dengan Pak Immamudin yang dalam perannya sebagai

tokoh masyarakat dengan kekuasaan dominan. Adapun mitos yang ditemukan

sebagai berikut:

1. Kehidupan yang Sempurna

Mitologi sebagai pembongkar ideologi yang dianggap “kebenaran” oleh

masyarakat. Orang-orang Rumbuk Randu menganggap bahwa kehidupan sebagai

segala hal yang sempurna, dan tidak ada celah cacat sedikitpun. Kesempurnaan itu

dalam bentuk fisik dan batin. Hal tersebut terlihat pada adanya anggapan kutukan

sebagai makna konotasi dari kelahiran Mat Dawuk di dalam novel tersebut. Mat

Dawuk yang lahir dengan membuat sang ibu meninggal dianggap lahir secara tidak

sempurna, ditambah dengan keadaan dirinya yang memiliki fisik yang tidak sama

dengan kebanyakan orang Rumbuk Randu semakin membuat anggapan kehidupan

yang sempurna tidak dimiliki oleh Mat Dawuk. Hal ini berdasarkan kutipan:

Namun, setelah Mat Dawuk lahir, yang untuk itu harus ditebus dengan

kematian ibunya.86

Sudah buruk rupa, si anak juga dianggap oleh bapak sebagai biang keladi

kematian ibunya, yang meninggal saat melahirkannya.87

86 Mahfud Ikhwan, Dawuk: Kisah Kelabu dari Rumbuk Randu, (Tangerang Selatan:

Marjin Kiri, 2017, h. 133. 87 Ibid., h. 19.

Page 89: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

76

Berdasarkan kutipan di atas, masyarakat menganggap keadaan Mat Dawuk

tidak mencerminkan keadaan kehidupan yang lengkap. Dia ditinggal ibu ketika

lahir, buruk rupa, dan tidak disayang oleh bapak merupakan sesuatu yang sangat

aib. Masyarakat Rumbuk Randu menganggap itu sebagai sebuah kutukan dalam

kehidupan. Sebuah aib yang tidak pernah ingin mereka alami, sehingga keberadaan

Mat Dawuk dijauhi dan dikucilkan, bahkan dia dianggap berbahaya dan

menakutkan. Hal ini terbukti pada kutipan:

“Nggak mau mandi, mau seperti Mat Dawuk, ya?” begitu biasanya.

Atau, “Kalau masih nakal, nanti digendong Mat Dawuk lho”.

Tapi, tanpa kalimat-kalimat macam itupun, para bocah, bahkan yang seusia

dengannya, menjauh, takut, tak merasa aman dekat dengannya.88

Berdasarkan penggalan kutipan dalam novel tersebut, orang-orang Rumbuk

Randu mengaitkan diri Mat Dawuk sebagai sesuatu yang menjadi cambuk

ketakutan. Sebuah anggapan bahwa ketidaksempurnaan kehidupan Mat Dawuk

menjadi sebuah peringatan yang perlu ditekankan pada anak-anak orang Rumbuk

Randu, sehingga tanpa sadar anggapan itu menyebar dan terus menerus dilakukan

sebagai sebuah gambaran kehidupan yang tidak pernah ingin mereka alami dan

jangan sampai terjadi pada anak-anak mereka.

Kehidupan yang sempurna yang menjadi pandangan kehidupan di desa

tergambar oleh masyarakat Rumbuk Randu kenyataanya di dalam novel dengan

kontradiksi yang sangat berbeda. Bukan hanya terlihat dari kelahiran Dawuk

dengan ketidaksempurnaan yang digambarkan saja, melainkan pada kehidupan

sosial masyarakat tersebut. Keadaan pedesaan orang-orang rumbuk randu hidup

dengan keadaan sosial yang kurang dari sejahtera, dan tidak menikmati hasil dari

hutan-hutan mereka. Komoditas jati yang jelas menjadi latar tempat pada novel ini

digambarkan tidak dinikmati para warganya. Hal ini terbukti pada kutipan:

Jati jawa jelas kayu terbaik di dunia, tak diragukan lagi. (jika bangunan-

bangunan di surge memakai kusen-kusen dari kayu, pastilah itu terbuat dari

jati jawa). Tapi siapapun tahu, orang Jawa, lebih-lebih para penebangnya, tak

pernah mendapat berkah dari hutan jatinya. Dulu begitu, dan masih akan terus

begitu. Sebaliknya, mereka justru menderita karenanya.89

88 Ibid., h. 21. 89 Ibid., h. 93.

Page 90: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

77

Berdasarkan pemaparan di atas, kehidupan desa yang sempurna dan sejahtera

tidak muncul dalam novel tersebut. Pandangan tentang desa malah terlihat sangat

jauh dari sejahtera. Orang-orang Rumbuk Randu justru menderita dengan keadaan

tersebut. Berikut ini proses signifikasi penanda-petanda sehingga terbongkar

ideologi yang menjadi mitos hanyalah sebuah pandangan yang sebenarnya

terbentuk dari konotasi:

Bagan 4.2. Mitos Kehidupan yang Sempurna

Mitos kutukan dalam kaitannya oleh masyarakat Rumbuk Randu

mempunyai fungsi untuk menaturalisasikan sebuah peristiwa yang saling memberi

penjelasan. Kenyataanya dalam anggapan tersebut ada kontruksi yang terbentuk

antara yang terkena mitos yaitu Mat Dawuk dan yang membuat mitos yakni

masyarakat. Mat Dawuk mempercayai dirinya sebagai kutukan dan masyarakat

menggunakan itu sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu secara begitu adanya,

sehingga terlihat agar alamiah. Masyarakat mengakui serta memperkuat mitos

tersebut, hal ini terbukti pada kutipan:

Mereka tidak ingin kisah yang sudah seharusnya mereka lupakan, dengan

kutukan yang secara terus menerus berusaha mereka patahkan, terulang

kembali—dengan cara yang begitu terang-benderang.90

Berdasarkan pemaparan kutipan tersebut dijelaskan pula bahwa orang-orag

Rumbuk Randu mengakui bahwa keberadaan tokoh Dawuk adalah kutukan. Bagi

masyarakat kampung Rumbuk Randu, konsepsi tersebut merupakan hasil dari

kelakuan orang tua yang tidak bisa menjaga sikap dan perilaku. Mereka tidak ingin

90 Ibid., h. 103.

Ibu meninggal saat melahirkan (Penanda I) → pembawa sial (Petanda I)

Penanda II → Kutukan (petanda II)

Penanda III → tidak tarak pada istri saat hamil (petanda III)

Penanda IV → Anak terlahir buruk rupa

Kehidupan yang sempurna >< Kehidupan tidak sempurna

(Ideologi yang dibongkar)

Page 91: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

78

kutukan si anak yang membuat ibunya meninggal terus hadir di masyarakat

Rumbuk Randu. Ada usaha dari masyarakat untuk melupakan kisah kelam lahirnya

tokoh Dawuk di Rumbuk Randu agar hilang dan terlupakan.

Mitos tokoh Dawuk sebagai kutukan terdepolitisasi sebagai sebuah

penjelasan dari sebuah peristiwa. Masyarakat Rumbuk Randu menguatkan mitos

dengan kekuatan dominan agar diterima begitu saja dan terlihat sebagai sesuatu

yang alamiah.

2. Religius Bermoral

Religius sebagai suatu pandangan yang hadir dalam novel ditunjukan oleh

tokoh Pak Immamudin sebagai tokoh agamis yang sangat dihargai oleh orang-orang

Rumbuk Randu. Sikap-sikap kesalehan yang ditunjukan oleh Pak Imam

memberikan gambaran perihal keadaan desa yang melekat dengan konsep

ketuhanan. Hal ini berdasarkan kutipan:

Bapaknya, Immamudin (orang-orang dengan hormat memanggilnya Pak

Imam), adalah seorang pamong desa kawakan dengan pengetahuan agama yang

mendalam.91

Berdasarkan kutipan di atas, tokoh pak Immam yang agamis tersebut

seharusnya membuat sikap-sikap toleransi muncul. Namun. Kenyataanya di dalam

novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu pandangan tentang religius malah

mencerminkan kontradiksi yang sangat berbeda dari yang terlihat. Tokoh pak Imam

malah menjadi tokoh yang paling menentang kehadiran Mat Dawuk. Hal ini

terbukti pada kutipan:

“Pak Imam, sang mertua yang kini terlihat semakin jemawa, dengan

congkak menyahut: “agar kamu terlihat seperti Mat Modar dan kemudian

mati dengan merasa jadi pahlawan, heh?” sebuah tendangan lagi, kali ini

di punggung, menyambut ucapan Pak Imam. “Apa kamu kira kami

bodoh?”92

Berdasarkan pemaparan di atas, berkaitan dengan kejadian pengeroyokan

Mat Dawuk atas tuduhan membunuh istrinya Inayatun ternyata dikomandoi oleh

Pak Immam sebagai mertua. Tokoh agamis yang seharusnya melerai keributan

91 Ibid., h. 17. 92 Ibid., h. 164.

Page 92: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

79

malah dengan sebaliknya menjadi pendukung. Sikap-sikap religius yang

seharusnya di wujudkan lewat sikap toleransi tidak ditunjukkan oleh tokoh Pak

Immam. Pak Immam yang seharusnya menjadi tokoh yang mencontohkan dan

menjaga kedamaian menunjukan kontradiksi yang mematahkan pandangan umum

sikap religiuitas dengan sikap moral masyarakat. Dia memberikan stigma baru

bahwa orang agamis belum tentu menunjukan sikap-sikap toleransi. Berikut ini

proses signifikasi penanda-petanda sehingga terbongkar ideologi yang menjadi

mitos hanyalah sebuah pandangan yang sebenarnya terbentuk dari konotasi:

Bagan. 4.3. Mitos Religius Moralis

Berdasarkan pemaparan di atas, religius dengan sikap-sikap moral ternyata

tidak selalu begitu saja muncul secara bersamaan. Pak Imam memberikan

pelemahan terhadap mitos tersebut. Dia menjadi tokoh yang membuat terjadinya

pengeroyokan Mat Dawuk di rumah kandang. Nilai sikap yang sangat tidak

mencerminkan moralitas. Dengan demikian, fungsi mitos religius bermoral

terlemahkan dalm novel Dawuk: Kisah Kelabu Rumbuk Randuk. Pandangan

umum tersebut terbongkar dan ternyata hanya menjadi sebuah ideologi yang tidak

bisa disamaratakan pada semua orang religius.

3. Pasangan Serasi

Pernikahan adalah menyatukan dua orang dalam satu ikatan yang secara

legal berlaku di agama dan masyarakat. Konsep pasagan serasi merupakan

kontruksi ideologi yang berkembang banyak di masyarakat. Sebuah anggapan

bahwa yang cantik diharuskan juga bersanding dengan yang tampan. Namun dalam

novel Dawuk: Kisah Kelabu Rumbuk Randuk tokoh Dawuk dan Inayatun yang

Pak Immamudin (penanda I) → Tokoh agamis/ religius (petanda II)

Penanda II → Tokoh agama yang tidak moralis

(petanda II)

Religius bermoralis >< Religius tidak bermoral

(Ideologi yang dibongkar)

Page 93: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

80

menjadi poros dalam cerita percintaan itu dikatakan sebagai pasangan yang ganjil.

Dua orang itu dihadang dan dilabeli pasangan yang tidak serasi, dan tidak pantas.

Hal ini terbukti pada kutipan:

Dalam soal rupa, itu jelas pernikahan yang ganjil bagi banyak orang.93

Keganjilan itu dikarenakan wajah tokoh Dawuk yang buruk rupa dan Tokoh

Inayatun yang cantik jelita. Pasangan ganjil yang dianggap tidak pantas untuk

bersatu. Masyarakat Rumbuk Randu merasa bahwa pernikahan itu sebagai sebuah

ketidakwajaran. Hal ini terbukti pada kutipan:

Karena pasangan ganjil itu, cinta tak terbayangkan antara si buruk rupa dan

si cantik jelita itu, mengingatkan mereka akan legenda Siti si anak kyai dan

Suta si pemuda kalang. Nenek-moyang yang tak pernah mereka akui itu.94

Kisah nenek-moyang yang merupakan percintaan kutukan sang anak kyai

yang bengal dan tidak mau dijodohkan, tetapi dikarenakan perbuatannya dia

bertemu dengan pemuda kalang buruk rupa. Sang kyai malu dan murka

dengan keputusan anak gadisnya. Pasangan yang tak direstuinya itu diusirnya

agar pergi jauh sehingga ia tak lagi melihat wajah mereka. Tak lupa

disumpahinya pula. Kepada anak gadisnya, sang kyai jatuhkan kutuk: si anak

gadis, dan gadis-gadis yang jadi anak cucunya kelak, tak akan bisa memegang

janji kepada lelaki yang dipilihnya sebagai suami, sebagaimana ia tak bisa

dipegang oleh ayahnya sendiri; kepada si pemuda kalang ia menyabda:

ladang, hutan, ternak, dan keahlian apapun yang dimilikinya berkaitan dengan

itu tak akan mampu menghidupi istri dan anaknya keturunanya. Keduanya

kemudian berkelana membawa serta kutukan itu. Di suatu tempat yang jauh

dari hutan, yang jauh dari utara, tak terjangkau dari selatan, yang batas barat

dan timurnya tak terbayangkan, mereka mumutuskanberhenti dan menetap,

dan kemudian beranak-pinak. Dan setelah tiba ramainya masa, tempat itulah

yang kemudian disebut sebagai Rumbuk Randu.95

Berdasarkan kutipan tersebut, ketidakwajaran disebabkan percintaan Mat

Dawuk dan Inayatun mengingatkan pada kisah Siti anak kyai dan Suta si pemuda

kalang merupakan kisah kutukan. Kisah yang berisi kutukan dari sang ayah yang

kecewa dengan perilaku Siti sang anak yang bengal dan pemalas. Perilaku tersebut

membuat sang anak mendapat jodoh pemuda kalang. Kisah tersebut merupakan

sebuah kisah yang harus terlupakan dan jangan sampai terjadi kembali. Kisah

kutukan yang tak pernah ingin masyarakat Rumbuk Randu mengingatnya. Kisah

93 Ibid., h. 45. 94 Ibid., h.103. 95 Ibid., h. 95-96.

Page 94: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

81

yang mereka percayai sebagai sebuah kekelaman asal-usul desa. Lebih jelasnya

proses signifikasi sebagai berikut:

Bagan 4.4. Mitos Pasangan Serasi

Mitos tersebut mempunyai fungsi untuk menaturalisasikan sebuah peristiwa

yang saling memberi penjelasan. Kenyataanya dalam anggapan tersebut ada

kontruksi yang terbentuk antara yang terkena mitos yakni Mat Dawuk dan Inayatun,

serta yang membuat mitos yakni orang-orang Rumbuk Randu. Kontruksi tersebut

berkaitan dengan kesepakatan untuk menerima mitos pasangan serasi terus

berkembang. Masyarakat tersebut mengakui serta memperkuat mitos tersebut, hal

ini terbukti pada kutipan:

Mat Dawuk harus mati lebih karena ia lelaki berwajah buruk yang menikah

perempuan tercantik yang pernah lahir di Rumbuk Randu.

Tahu kenapa? Karena pasangan ganjil itu, cinta tak terbayangkan antara si

buruk rupa dan si cantik jelita itu, mengingatkan mereka akan legenda Siti

si anak kyai dan Suta si pemuda kalang, nenek-moyang yang tak pernah

mereka akui.96

Fungsi mitos berdasarkan kutipan tersebut memberikan penjelasan bahwa

orang-orang Rumbuk Randu membuat sebuah pemaknaan yang lebih tentang

pasangan serasi. Pemaknaan tersebut berkaitan dengan adanya penerimaan yang

begitu saja dilakukan dengan membiaskan sesuatu berdasarkan kebutuhan.

Maksudnya, orang-orang Rumbuk Randu melihat itu sebagai sesuatu yang sudah

ada sebelumnya dan saling mengaitkan cerita sebelumnya dengan cerita yang

sedang terjadi. Ada reinkarnasi kisah ketika Mat Dawuk dan Inayatun menikah,

sehingga kemunculan pasangan cantik menikah dengan yang buruk rupa menjadi

96 Ibid., h. 103.

Cantik+ buruk rupa (penanda I) → Inayatun + Mat Dawuk (petanda II)

Penanda II → Pasangan ganjil (petanda II)

Pasangan serasi >< Pasangan tidak serasi

(Ideologi yang dibongkar)

Page 95: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

82

sebuah hal yang mereka tidak sukai. Padahal, kenyataanya pernikahan tidak hanya

sebatas kesamaan wajah dan fisik. Konsepsi antara Inayatun dan Mat Dawuk

diterima sebagai hal yang tidak mereka sukai.

4. Orang Tua Baik Mejadikan Anak Baik

Mitologi membongkar pemikiran yang dianggap “kebenaran” yang terlihat

secara natural. Orang tua sebagai model ideal dianggap menentukan karakteristik

diri anak. Orang-orang Rumbuk Randu beranggapan orang tua yang baik akan

menghasilkan anak yang baik pula. Pada pandangan ini terlihat pada Pak

Immamudin dan Ibu Sulaikah sebagai orang yang terpandang tentu mendambakan

anak yang saleh dan baik, namun ternyata Inayatun sebagai anak tidak mecirikan

sedikitpun karakter yang diharapkan, meskipun kedua orang tuanya sebagai

pemuka agama yang dihormati dan dihargai. Hal ini terbukti pada kutipan:

Bapaknya, Immamudin (orang-orang dengan hormat memanggilnya Pak

Imam), adalah seorang pamong desa kawakan dengan pengetahuan agama

yang mendalam.97

Ibunya, Sulaikah, sementara itu adalah pengurus pengajian yang

bersemangat dan jadi panutan.98

Berdasarkan kutipan di atas, pemaparan dari karakter Pak Immamudin dan

Ibu Sulaikah menampilkan sosok suami-istri yang tentu sangat ideal. Keduanya

tentu mempunyai kualitas kepribadian yang sangat bagus, sehingga orang-orang

Rumbuk Randu tentu akan membayangkan kehadiran anak dari keduanya pasti

baik. Hal ini berdasarkan kutipan:

Mereka tentu mendambakan anak gadis yang salehah. Bukan saja demi

kebaikannya sendiri di akhirat sana, tapi juga demi kebaikan diri dan

keluarganya di dunia. Tapi apa daya, yang mereka dapatkan adalah seorang

gadis badung yang sulit diatur, yang ngawur.99

Berdasarakan pemaparan kutipan di atas, ada harapan-harapan yang muncul

sebagai orang tua yang mempunyai gelar kehormatan dan disegani oleh orang-

orang di sekelilingnya untuk mempunyai anak yang baik secara moral ataupun fisik.

Tokoh Inayatun merupakan anak gadis cantik jelita di Desa Rumbuk Randu yang

97 Ibid., h. 17. 98 Ibid., 99 Ibid.,

Page 96: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

83

sejak kecil diidam-idamkan karena kecantikannya, namun ketika dewasa menjadi

kebencian keluarganya. Keyakinan akan anak yang akan tumbuh baik karena lahir

dari orang tua yang baik terbongkar dan terjungkirbalikan begitu saja oleh tokoh

Inayatun. Meskipun kedua orangtuanya menjadi panutan di desa tersebut sebagai

sosok yang agamis dan panutan, ternyata sang anak memiliki norma-norma sosial

yang tidak sesuai di masyarakat.

Inayatun sebagai seorang anak yang diharapkan menjadi anak yang baik.

Kedua orang tua yang berkarakter dan berlatarbelakang mempunyai status sosial

serta kepribadian yang terhormat. Latar belakang orang tua yang bagi masyarakat

dianggap berstatus baik dan berkualitas justru terbalik dengan keadaan dan karakter

sang anak; Inayatun. Petanda sebagai pasangan suami istri yang baik, muncul

dalam Pak Imam dan Ibu Sulaikah. Pasangan suami istri yang dalam kontruksi

masyarakat dianggap sebagai orang tua ideal.

Petanda itu memunculkan penanda bahwa dari sana akan memunculkan

keluarga harmonis dan baik pula, sebab keduanya membangun keluarga dari

karakter dan kepribadian yang baik. Keluarga yang baik tentu akan mendambakan

anak yang baik pula. Anggapan itu muncul sebagai sebuah mitos yang melekat

banyak dalam masyarakat, bahwa ketika orang tua sudah baik, maka akan muncul

anak baik. Proses siginifikasi mitos ini dapat dijelaskan sebagi berikut:

Bagan 4.5. Mitos orang tua baik, anak juga baik

Pak Immamudin dan Bu Sulaikah (penanda I) → pasangan suami istri

ideal (petanda II)

Penanda II → Inayatun: anak perempuan

badung (petanda II)

Orang tua baik, anak juga baik >< orang tua baik, tapi anak tidak baik

(Ideologi yang dibongkar)

Page 97: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

84

Mitos yang terbentuk perihal orang tua baik; anak juga baik terpatahkan

dalam cerita novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu. Mitos yang

beranggapan kebaikan pada orang tua akan memunculkan juga anak yang baik

terlemahkan dalam cerita novel ini. Inayatun tidak mencerminkan nilai-nilai

ideal yang dimiliki orang tuanya, juga terdapat pada dirinya. Hal ini terbukti

pada kutipan:

Inayatun memang pandai mengaji, tapi sepandai itu pula ia merayu

laki-laki. Bacaan Arab-nya fasih, sefasih saat ia bicara kotor atau

memaki.100

Berdasarkan penggalan kutipan tersebut, mitos tersebut terlemahkan oleh

tokoh Inayatun. Dia menjadi orang yang mematahkan fungsi mitos. Mitos yang

berkebutuhan untuk memunculkan kesepakatan itu oleh Inayatun dimatikan dan

dibunuh pemaknaanya. Mitos tersebut melemah, dan terbongkar menjadi makna

baru juga, bahwa tidak semua kebaikan pada orang tua, akan memunculkan

karakter anak yang baik juga. Hal ini membuktikan bahwa mitos silsilah

keluarga baik dapat berubah tergantung karakter individu anak tersebut.

5. Cantik Fisik itu kebahagiaan

Kecantikan merupakan pandangan mitos yang juga muncul pada novel

Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu. Cantik yang dalam posisi ini

dimiliki oleh tokoh Inayatun. Cantik yang mengonsep bahwa dirinya lebih

bahagia dibandingkan perempuan lain di Rumbuk Randu. Kecantikan yang dia

miliki dapat menarik perhatian laki-laki di sekelilingnya. Petanda paras yang

cantik dan badan yang molek membuat Inayatun lekat sekali dengan

kecantikan bagi orang-orang Rumbuk Randu. Inayatun merupakan primadona

desa. Hal ini terbukti pada kutipan:

… sejak kecil adalag gadis pujaan. Ia adalah primadona desa. Saat kanak-

kanak, ia bayi perempuan dengan mata besar, pipi montok, kulit terang.

Dan mulut yang tak henti-hentinya mengoceh. Para ibu yang sedang

mengandung atau ingin mengandung mengelus perutnya sembari menatap

wajahnya, berharap memperoleh anak perempuan sepertinya101

100 Ibid., h. 17. 101 Ibid., h. 16.

Page 98: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

85

Berdasarkan penggalan di atas, kecantikan yang di miliki Inayatun sudah

melekat sejak ia kecil. Paras dan tubuh yang ideal menjadi tanda kecantikan itu

ada dalam diri Inayatun. Masyarakat Rumbuk Randu menyetujui dan

menyepakati itu sebagai sebuah kecantikan yang kemudian didambakan pada

setiap anak perempuan yang mereka ingin milik. Fisik yang melekat pada diri

Inayatun menjadi petanda yang membentu penanda konsep cantik dalam benak

masyarakat Rumbuk Randu.

Petanda-penanda yang terbentuk itu kemudian membiaskan dan

membentuk makna adanya kebahagiaan sebab dalam dirinya ada ciri tertentu

yang tidak dimiliki oleh perempuan lain di Rumbuk Randu. Kesepakatan ini

membentuk adanya mitos kecantikan dan kebahagiaan. Masyarakat sepakat

bahwa mitos tersebut ada. Hal ini terbukti pada kutipan:

Pada Inayatun, para perempuan Rumbuk Randu belajar apa yang

diinginkan laki-laki dan apa yang didambakan para suami. Dengan adanya

Inayatun, mereka menjadi getol merawat diri, sebab mereka tak secantik

dia. Dan dari Inayatun, diakui atau tidak, mereka belajar menjadi

perempuan yang lebih bahagia, lebih bangga atas dirinya. Dan Inayatun

sangat tahu hal itu.102

Berdasarkan kutipan tersebut, mitos kecantikan terbentuk dan terkonotasi

maknanya dengan kebahagiaan. Mitos kecantikan dan kebahagiaan disepakati

oleh masyarakat Rumbuk Randu dengan adanya Inayatun. Orang-orang rumbuk

randu begitu mendambakan kecantikan fisik yang melekat pada Inayatun juga

bisa didapatkan oleh mereka. Paradigma sebagai perempuan yang

membandingkan kecantikan dengan standar perempuan lain terkontruksi dalam

novel ini. pembandingan yang mencerminkan kebahagiaan yang didapatkan.

Masyarakat sepakat, bahwa paras dan fisik menjadi tanda kecantikan itu

berwujud. Anggapan itu muncul sebagai sebuah mitos yang melekat, bahwa

ketika cantik, maka akan bahagia. Proses siginifikasi mitos ini dapat dijelaskan

sebagi berikut:

102 Ibid., h. 53.

Page 99: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

86

Bagan 4.6. Mitos Cantik Fisik sebagai Kebahagiaan

Mitos berkaitan dengan kecantikan yang berarti kebahagiaan bagi

perempuan di Rumbuk Randu fungsinya menjadi kuat. Masyarakat Rumbuk Randu

begitu saja menjadi alamiah dan menerima itu sebagai sebuah kewajaran.

Masyarakat mendukung fugsi mitos kecantikan itu kebahagiaan, hal ini dibuktikan

dengan kutipan:

Tak banyak beda, atau malah terlihat lebih matang, ia kini akan membuat

para suami kurang bahagia dengan perkawinannya, sementara para istri

menjadi lebih tidak bahagia lagi. Bahwa ia tak sepesolek dulu, berpupur

sekedarnya saja, malah sering tak pakai liven, itu sama sekali tak

mengurangi pesonanya.103

Berdasarkan pemaparan di atas gambaran Inayatun yang menjadi dambaan

semua orang di dasarkan pada kesempurnaan diri yang cantik sebagai perempuan.

Orang-orang Rumbuk Randu berpikir bahwa memiliki anak perempuan dengan

wajah cantik merupakan sebuah kebahagiaan. Tapi kenyataanya, lewat diri

Inayatun wajah cantik tersebut membuat pusing keluarganya. Hal ini terbukti pada

kutipan:

Inayatun tumbuh sebagai gadis cantik yang disukai banyak pria, tapi bikin

pusing keluarganya.104

Berdasarkan pemaparan tersebut tergambar bahwa tokoh Inayatun yang

cantik jelita ternyata tidak sesuai harapan keluarganya. Sebuah pandangan

kontradiksi yang membongkar bahwa kecantikan wajah seorang anak tidak serta

103 Ibid.,h. 50. 104 Ibid., h.17.

Mata besar pipi montok, kulit putih (penanda I) → Inayatun (Petanda II)

Penanda II → Perempuan badung yang cantik

(petanda II)

Cantik Fisik sebagai kebahagiaan >< Cantik yang jadi Malapetaka

(Ideologi yang dibongkar)

Page 100: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

87

merta membuat kebahagiaan. Pandangan kecantikan yang sering dianggap

kebahagiaan bagi sebagian orang tapi di dalam novel ini terkontradiksi dengan

sebuah kesedihan. Kecantikan yang sering dipandang menyenangkan dan

membahagiakan dibongkar lewat tokoh Inanyatun yang cantik tetapi tidak membuat

bahagia keluarganya. Hal ini berdasarkan kutipan:

Tapi apa daya, yang mereka dapatkan adalah seorang gadis badung yang

sulit diatur, yang ngawur. Inayatun memang pandai mengaji, tapi sepandai

itu pula ia merayu laki-laki. Bacaan Arab-nya fasih, sefasih saat ia bicara

kotor atau memaki.105

Penggalan kutipan tersebut memberikan gambaran pula bahwa

sesungguhnya kecantikan fisik bukan sebagai sesuatu kebahagiaan mutlak yang

perlu selalu dipuja-puja dan diagungkan. Lewat narasi tersebut pandangan cantik

fisik sebagai kebahagiaan justru terbongkar menjadi sebuah hal yang ironi.

Pandangan cantik fisik dibongkar secara jelas bukan sebagai sesuatu yang penting

untuk ditampilkan. Sebaliknya nilai-nilai moral yang menjadikan diri setiap orang

cantik dan bukan fisik saja.

Novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu memiliki banyak bias

mitos yang terbentuk dari kekuasaan, masyarakat menaturalisasikan itu sebagai

sebuah ideologi yang perlu dipertahankan. Padahal, mereka melakukan depolitisasi

menurut kebutuhan. Berdasarkan pemaparan berkaitan dengan mitos pada novel

Dawuk: Kisah Kelabu Rumbuk Randu dapat dirangkum hasil analisis ke dalam tabel

berikut ini:

Tabel. 4.2 Tipe Mitos novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu

No Mitos Tipe Mitos

Kuat Lemah

1 Kehidupan yang Sempurna ✓

2 Religius Bermoralis ✓

3 Pasangan Serasi ✓

4 Orang tua baik, anak baik ✓

5 Cantik Fisik sebagai Kebahagiaan ✓

105 Ibid.,

Page 101: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

88

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa mitos dalam novel tersebut

terbentuk sebagai upaya depolitisasi atau penundaan, serta pengalihan sesuatu yang

ada di masyarakat sebagai tanda kebudayaan untuk membentuk adanya proses

kausalitas memaknai keadaan kehidupan di masyarakat.

Pengalihan dan penundaan tersebut dibentuk agar terjadi penerimaan terjadi

begitu saja adanya dan terlihat seperti alamiah, sehingga kemunculan mitos dalam

masyarakat merupakan upaya untuk menjelaskan sesuatu berdasarkan apa yang

diharapkan oleh masyarakat sebagai pembuat mitos. Mitos mengeneralisasikan

segala hal berdasarkan cara memaknainya sebagai pemberi pesan dan penerima

pesan.

Mitos yang muncul pada novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu

merupakan cara pandang memaknai dan memberikan penjelasan terhadap masa lalu

dan ingatan terhadap sebuah kisah yang di dalamnya merupakan kisah kelam yang

tidak pernah diinginkan oleh orang-orang Rumbuk Randu. Mitos yang muncul

dalam novel tersebut digunakan sebagai upaya untuk menjelaskan sesuatu yang

mereka tidak sukai. Kemunculan mitos pada novel tersebut dimunculkan sebagai

upaya untuk memenuhi kebutuhan mereka untuk dapat memberikan justifikasi

secara alamiah dan wajar fenomena-fenomena yang muncul di Rumbuk Randu.

C. Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra di SMA

Pembelajaran sastra di SMA merupakan sebuah upaya dalam memberikan

pengalaman gejala-gejala kehidupan di masyarakat. Pengalaman tersebut

didapatkan peserta didik dengan membaca karya sastra serta menerapkan analisis

terhadap isi karya sastra. Lewat membaca dan menganalisis karya sastra peserta

didik dapat mengetahui masalah tanpa perlu terlebih dahulu mereka mengalaminya.

Masalah-masalah yang ditampilakan pada karya sastra mengasah peserta didik

dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor lewat mempelajari dan mendalami

makna yang terkandung dalam karya sastra. Masalah dalam karya sastra dapat

memberikan pengalaman untuk diambil pelajaran serta cara menyikapinya jika

sewaktu-waktu masalah dalam karya sastra dialami oleh peserta didik.

Page 102: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

89

Karya sastra yang memuat banyak pemasalahan sering kali lebih banyak

muncul pada novel. Hal tersebut karena karya sastra novel relatif lebih banyak

menampilkan peristiwa lebih kompleks, sehingga memberikan pengalamanan pada

peserta didik secara lebih mendalam berkaitan kemunculan permasalahan pada

karya sastra. Permasalah tersebut sering dimunculkan berkaitan dengan gejala-

gejala kebudayaan pada masyarakat. Namun, pembelajaran berkenaan tentang

karya sastra khususnya dengan novel sering dianggap membosankan karena

memiliki bacaan yang cukup tebal dan sulit dipahami maknanya.

Kelemahan memaknai pesan, tanda, dan makna dalam novel membuat

pemaknaan teks karya sastra hanya pada satu kerangka berpikir; misalnya peserta

didik hanya terfokus pada unsur-unsur intrinsik yang sederhana tanpa membongkar

hal lain dalam menstrukturkan perepresentasian dalam teks berkenaan hal-hal yang

lainnya. Kelemahan tersebut terkadang membuat pembelajaran sastra sering

terabaikan dan kurang diminati oleh peserta didik.

Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian analisis mitos dalam novel

Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan diharapkan

memberikan pemahaman baru berkaitan memaknai karya sastra. Pemilihan karya

tersebut dikarenakan novel tersebut mengandung banyak gejala-gejala kebudayaan

yang sering ditemui di masyarakat. Gejala-gejala tersebut berkaitan dengan cara

memandang suatu hal yang sudah alami dan wajar tetapi ternyata diperlukan

pemikiran kritis untuk mendapatkan kebenarannya.

Selain itu, novel tersebut dapat membuat daya imajinasi peserta didik

berkembang sebab penceritaan disajikan dengan cara cerita berbingkai. Dengan

begitu, peserta didik dapat memandang segala hal bukan hanya berdasarkan satu

representasi satu sudut pandang saja, melainkan juga dengan cara lain. Cara

penceritaan cerita berbingkai memungkinkan peserta didik untuk menelaah isi

cerita secara cermat. Hal tersebut dilakukan agar peserta didik mengetahui pokok

pemasalah yang bisa diambil pelajaran untuk dirinya.

Penelitian dalam bentuk analisis mitos pada novel Dawuk: Kisah Kelabu

Dari Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan dengan fokus mitos memiliki implikasi

terhadap pembelajaran sastra di kelas XII sesuai dengan silabus yang tertera pada

Page 103: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

90

kurikulum 2013 dengan kompetensi dasar menganalisis isi dan kebahasaan novel.

Dengan adanya pembelajaran sastra di sekolah, peserta didik diharapkan dapat

mengambil pesan yang tersirat dalam bacaan yang telah mereka baca tidak hanya

sekedar paham mengenai unsur pembangun sastra di dalamnya tetapi pesan-pesan

yang belum terugkap dan termaknai secara kritis dan cermat.

Hasil penelitian berupa bentuk-bentuk mitos yang muncul dalam novel

Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu diharapkan memberikan alternatif baru

dalam menganalisis karya sastra. Melalui kegiatan menganalisis mitos diharapkan

siswa dapat memahami mitos bukan hanya sebagai pengertian dari cerita dewa-

dewa dan hal-hal ghaib, tetapi memaknai segala sesuatu berdasarkan kebenaran

yang dapat dipertanggungjawabkan dan bukan atas dasar kekuasaan yang

mendominasi atau dimaknai sesuai kebutuhan dirinya saja.

Novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan

menceritakan kisah percintaan si buruk rupa dan si cantik jelita yang tidak

mendapat restu dan mendapat pengucilan karena dianggap kutukan. Sikap-sikap

kontroversi yang muncul dalam kisah novel tersebut dapat memberikan pelajaran

untuk peserta didik agar bersikap dengan bijak menghadapi fenomena di

masyarakat.

Page 104: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

91

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada novel Dawuk:

Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan dapat

disimpulkan:

1. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada sembilan mitos dalam

novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan

antara lain: mitos kehidupan yang sempurna, religuitas bermoralis,

pasangan serasi, orang tua baik; anak baik, dan cantik fisik sebagai

kebahagiaan. Tipe-tipe mitos yang muncul dalam novel tersebut rata-

rata diperlemah. Hal tersebut membuktikan bahwa terjadi pembongkaan

ideologi. Mitos tersebut terbentuk sebagai penjelasan atas apa yang

orang-orang Rumbuk Randu tidak sukai. Mitos menjelaskan hubungan

kausalitas berdasarkan kebutuhan masyarakat sebagai pengguna mitos

tersebut.

2. Implikasi yang dapat diterapkan dari penelitian mitos dalam novel

Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan

terhadap pembelajaran sastra di kelas XII sesuai dengan silabus yang

tertera pada kurikulum 2013 dengan kompetensi dasar menganalisis isi

dan kebahasaan novel. Dengan adanya pembelajaran sastra di sekolah,

peserta didik diharapkan dapat mengambil pesan yang tersirat dalam

bacaan yang telah mereka baca tidak hanya sekedar paham mengenai

unsur pembangun sastra di dalamnya tetapi pesan-pesan yang belum

terugkap dan termaknai secara wajar dikritisi dengan cermat. Melalui

kegiatan menganalisis mitos diharapkan siswa dapat memahami mitos

bukan hanya sebagai pengertian dari cerita dewa-dewa dan hal-hal

ghaib, tetapi memaknai segala sesuatu berdasarkan kebenaran yang

dapat dipertanggungjawabkan dan bukan atas dasar kekuasaan yang

mendominasi atau dimaknai sesuai kebutuhan dirinya saja.

Page 105: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

92

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian serta implikasi terhadap pembelajaran

sastra di sekolah, maka penulis menyarankan:

1. Melalui penelitian mitos dalam novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari

Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan, peserta didik dapat

memperbaharui bahan bacaan dengan masalah-masalah kehidupan yang

dekat dengan gejala pemaknaan kebenaran bukan berdasarkan

kedominanan makna tersebut digunakan oleh masyarakat. Hal tersebut

membuat peserta didik memepersiapkan diri untuk menerima segala

pesan kehidupan tanpa justifikasi secara berlebihan. Selain itu juga,

peserta didik dapat membedakan mitos dalam pengertian tradisional

dengan mitos yang dimaknai dengan teori Roland Barthes.

2. Melalui penelitian mitos dalam novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari

Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan pendidik dapat memberikan

referensi bahan bacaan sastra serius yang tidak selalu berpusat pada

karya-karya lama yang tebal dan sulit dipahami penggunaan bahasanya.

3. Dengan hadirnya penelitian ini, peneliti yang lain dapat menggunakan

novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan

sebagai penelitian lebih lanjut guna mendapatkan nilai-nilai yang lebih

luas dalam memperbaharui wawasan sastra di Indonesia, sehingga

penelitian dapat berguna dalam dunia pendidikan dan sastra.

Page 106: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

93

DAFTAR PUSTAKA

Rujukan Buku

Barker, Chris. Cultural Studies: Teori dan Praktik, Ter. dari Culture Studies,

Theory and Practice oleh Nurhadi. Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2011.

Barthes, Roland. Mitologi, Ter. dari Mythologies oleh Nurhadi dan A, Sihabul

Millah. Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2004.

Danesi, Marcel. Pesan, tanda, dan Makna; Buku teks dasar mengenai semiotik

dan Teori Komunikasi. Ter. dari Meassages, Signs, and Meanings: A Basic

Textbook in Semiotics and Communication Theory oleh Evi Setyarini dan

Llusi Lian Piantari. Yogyakarta: Jalasutra, 2010.

Emzir dan Saifur Rohman, Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta: Rajawali Press,

2016.

Hoed, Benny H. Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas

Bambu, 2014.

Hoed, Benny. Indonesia: Tanda yang Retak. Jakarta: Wedatama Widya Sastra:

2002.

Ida, Rachmah Ida. Metode Penelitian Studi Media dan Kajian Budaya.Jakarta:

Prenada Media Group, 2014.

Ikhwan, Mahfud. Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu. Tangerang Selatan:

Marjin Kiri, 2017.

Ismawati, Esti. Pengajaran Sastra, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013.

Keraf, Gory. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia, 2009.

Kholifah, Siti dan I Wayan Suyadnya, Metodologi Penelitian Kualitatif Berbagi

Pengalaman Dari Lapangan. Depok: Rajawali Pres, 2018.

Kosasih, E. Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya,

2012.

Luxemburg, Jan Van., Mieke Bal, Willem G. Westseijn, Pengantar Ilmu Sastra.

Terj. dari Inleiding in de Literatuurwetenschap oleh Dick Hartoko. Jakarta:

Gramedia, 1986.

Page 107: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

94

Luxemburg, Jan Van., Mieke Bal, Willem G. Westseijn, Tentang Sastra, Terj. dari

Over Literatuur oleh Akhadiati Ikram. Jakarta: Intermasa, 1989.

Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2007.

Rafiek, M. Teori Sastra: Kajian Teori dan Praktik. Bandung: Refika Aditama,

2010.

Ratna, Nyoman Kutha.Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2013.

Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo, 2008.

Sobur, Alex. Semiotik Komunikasi. Bandung: Rosdakarya, 2016.

Stanton, Robert. Teori Fiksi. Terj. dari An Introduction to Ficton oleh Sugihastuti

dan Rossi Abi Al Irsyad.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Thwaites, Tony., Lloyd Davis, Warwick Mules. Introducing Cultural and Media

Studies: Sebuah Pendekatan Semiotik. Ter. dari Introducing Cultural and

Media Studies: A Semiotic Approach oleh Saleh Rahmana. Yogyakarta:

Jalasutra, 2009.

Wellek, Rene and Austin Warren. Teori Kesusastraan, Terj. dari Theory of

Literature oleh Melani Budianta. Jakarta: Gramedia, Cet. V, 2013.

Rujukan Skripsi, Jurnal, Artikel Daring

Aji, Muhammad Satria. “Kearifan Lokal dalam Novel Dawuk Karya Mahfud

Ikhwan serta Relevansinya Sebagai Materi Pembelajaran Sastra di SMA”

Skripsi. Universitas Sebelas Maret: Solo, 2019.

Aninditia, Febrina,“Wacana Kehidupan Bersama Mahfud Ikhwan” pada laman

https://www.whiteboardjournal.com/interview/ideas/wacana-kehidupan-

bersama-mahfud-ikhwan/ di akses pada tanggal 24 Juli 2019 pukul 15:06

Aini, Fazli. “Sistem Kode dalam Novel 86 Karya Okky Madasari (suatu kajian

semiologi Roland Barthes). Skripsi. Universitas Negeri Makasar, diunduh

pada lamanhttp://eprints.unm.ac.id/, 21 November 2019.

Badio, Sabda. Profil Mahfud Ikhwan, Pemenang Kusala Sastra Khatulistiwa 2017

Kategori Prosa. https://www.abasrin.com/2017/10/profil-mahfud-

ikhwan.html diakses 15 Juli 2019 pukul 12:00 WIB.

Page 108: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

95

Cahyani. Suci Purnama., R.Yudi Permadi, Nana Suryana. Gambaran Kemiskinan

Dalam Novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu Karya Mahfud

Ikhwan. Jurnal. Bandung, Metahumaniora Vol. 8 No. 2 Universitas

Padjajaran, 2017.

Hidayat, Arif. “Pembelajaran Sastra Di Sekolah”, Jurnal INSANIA, Vol. 4, No. 2,

2009.

Insiyah, Zahrotul. “Analisis Semiotik Pesan Dakwah dalam Novel Rindu Karya

Darwis Tere Liye, Skripsi. Universitas Islam Negeri Walisongo, diunduh

pada laman http://eprints.walisongo.ac.id/ 21 November 2019.

Ismatullah, Dadang. “Mitos Cinta Layla Majnun (Kajian Mitologi Roland

Barthes)”, Jurnal ALFAZ, Vol. 1, No. 1, 2013.

Kusumua, Bayu Teja. “Representasi Nilai Perempuan dalam Islam pada Novel

Ratu yang Bersujud (Analisis Semiotik Roland Barthes)”, Skripsi.

Universitas Sultan Ageng Titayasa Serang-Banten , diunduh pada laman

http://repository.fisip-untirta.ac.id/ 22 November 2019.

Mega, Sophia dan Mahfud Ikhwan, “Desa & Kambing Bagi Mahfud Ikhwan-

Dialog Ep.4” https://www.youtube.com/watch?v=XSnN2V8seSo di akses

20 Mei 2019 pukul 14.15 WIB

Mulansari, Ika Istyna Mulansari. “Aspek Moral Dalam Novel Dawuk Kisah

Kelabu Dari Rumbuk Randu Karya Mahfud Ikhwan (Sebuah Kajian

Sosiologi Sastra)”Jurnal Skripsi Fakultas Ilmu Budaya, Program Studi

Sastra Indonesia, Universitas Diponegoro, tahun 2019. Diunduh dari laman

eprints.undip.ac.id, 12 Juni 2019 pukul 23.57.

Mustika dan Fina Amalia Masri.“Kajian Semiotik Roland Barthes dalam Cerpen

Bayi yang Dipetik Sebatang Pohon Karya Yetti A. KA. Jurnal, Universitas

Halu Oleo diunduh pada laman

http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/hiskisultra/article/view/190, 21

November 2019.

Nafi, M. ” Mahfud Ikhwan : Desa, Sepakbola, dan Film India dalam laman

http://www.sajadah.co/mahfud-ikhwan-desa-sepakbola-dan-film-

india/ di akses pada tanggal 24 Juli 2019 pukul 14:54.

Page 109: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

96

Putri, Dwina Dian. “Narasi NU dan Muhamadiyah dalam Roman Kambing dan

Hujan Karya Mahfud Ikhwan dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran

Sastra di Sekolah”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2019.

Putri, Rany Rizkyah. Konflik Sosial Dalam Novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari

Rumbuk Randu Karya Mahfud Ikhwan (Kajian Teori Ralf Dahrendorf).

Surabaya: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Volume 01

Nomor 01, Universitas Negeri Surabaya, 2018.

Ratna, Wa Ode Wulan. Pahlawan Menulis Mahfud Ikhwan,

https://jurnalruang.com/read/1511937033-pahlawan-menulis-mahfud-

ikhwan, diakses pada tanggal 29 April 2019 pukul 20:00 WIB.

Santoso, Puji. Sastra Dan Jati Diri Bangsa: Kontribusi Mitologi Dan

Multicultural Dalam Sastra Indonesi, 2019.

(http//badanbahasa.kemendikbud.go.id//content/sastra-jati-diri-bangsa-

kontribusi-mitologi-dan-multikultural-dalam-sastra-indonesia), diakses

tanggal 6 April 2019 pukul 17.56.

Saguni, Suarni Syam dan Baharman. “Narasi tentang Mitos Kecantikan dan

Tubuh Perempuan dalam Sastra Indonesia: Studi atas Karya-Karya Cerpenis

Indonesia”Jurnal Retorika, Vol 9, No 2 (2016) Universitas Negeri Makasar,

diunduh pada laman https://ojs.unm.ac.id/retorika/article/view/3804/2196

22 November 2019.

Wawancara pribadi via surel ([email protected]) dengan penulis

([email protected]) pada tanggal 06 April 2019 pukul 23.47

WIB.

Yuliyani “Sistem Kode Dalam Novel Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi karya

M. Aan Mansyur (Semiologi Roland Barthes). Skripsi. Universitas Negeri

Makasar, diunduh pada laman http://eprints.unm.ac.id/, 21 November 2019.

Page 110: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

97

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMA/MA..........................

Mata Pelajaran : BAHASA INDONESIA

Kelas/Semester : XII/1

Materi Pokok : Unsur Intrinsik dan Kebahasaan Novel

Alokasi Waktu : 45 menit x 2 (1 x pertemuan)

A. Kompetensi Inti (KI)

KI-1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI-2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli

(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab,

responsif, dan pro-aktif dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan

perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan

lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan

internasional

KI-3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis,

spesifik, detil, dan kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab

fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan pada bidang

kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk

memecahkan masalah

KI-4 : Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara:

efektif, kreatif, produktif, kritis, . mandiri, kolaboratif, komunikatif,

dan solutif, dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu

menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

C. Tujuan Pembelajaran

Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan model active

learning peserta didik dapat menganalisis isi dan kebahasaan novel dengan rasa ingin

tahu, tanggung jawab, displin, dan kreatif (Integritas) selama proses pembelajaran

dengan bersikap jujur,percaya diri, serta pantang menyerah.

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

3.9 Menganalisis isi dan

kebahasaan novel

3.9.1 Mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik dan

kebahasaan dalam novel

3.9. 2 Mempresentasikan hasil temuan unsur-unsur

instrinsik dan kebahasaan dalam novel

3.9.3 Menganalisis unsur-unsur isi dalam novel

LAMPIRAN

Page 111: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

98

D. Materi Pembelajaran

Unsur-unsur instrinsik dalam novel :

1. Tema

2. Tokoh dan Penokohan

3. Latar

4. Plot

5. Sudut Pandang

6. Gaya Bahasa

7. Amanat

E. Metode/Model

Pendekatan : Saintifik

Model : Active Learning

Metode : ceramah, diskusi kelompok, tanya jawab, peta konsep

F. Media/Alat dan Bahan

1. Laptop

2. Proyektor

3. Video unsur-unsur intrinsik

4. Power Point

5. Buku paket

6. Novel

G. Bahan dan Sumber Belajar

1. Buku paket bahasa Indonesia kelas XII SMA/MA

2. Novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan

3. Internet

H. Langkah-langkah Pembelajaran (2JP)

Pertemuan pertama (2x 45 menit)

Tahap Langkah-langkah pembelajaran

Nilai Karakter

(PPK, 4C,

HOTS)

Alokasi

waktu

PENDAHULUAN

MEMBANGUN

KONTEKS

Orientasi

❖ Melakukan pembukaan dengan

salam pembuka dan berdoa untuk

memulai pembelajaran

❖ Memeriksa kehadiran peserta

didik sebagai sikap disiplin

Apersepsi

❖ Mengaitkan materi/tema/kegiatan

pembelajaran yang akan

dilakukan dengan pengalaman

Religiusitas

(PPK)

Disiplin

Rasa ingin tahu

(PPK)

15 menit

Page 112: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

99

peserta didik dengan

materi/tema/kegiatan sebelumnya,

pada kelas XI

❖ Mengingatkan kembali materi

prasyarat dengan bertanya.

❖ Mengajukan pertanyaan yang ada

keterkaitannya dengan pelajaran

yang akan dilakukan.

Motivasi

❖ Memberikan gambaran tentang

manfaat mempelajari pelajaran

yang akan dipelajari.

❖ Apabila materi/tema/projek ini

kerjakan dengan baik dan

sungguh-sungguh ini dikuasai

dengan baik, maka peserta didik

diharapkan dapat menjelaskan

tentang:

➢ Unsur intrinsik dan kebahasan

pada novel

❖ Menyampaikan tujuan

pembelajaran pada pertemuan

yang berlangsung

❖ Mengajukan pertanyaan.

Pemberian Acuan

❖ Memberitahukan materi pelajaran

yang akan dibahas pada pertemuan

saat itu.

❖ Memberitahukan tentang

kompetensi inti, kompetensi dasar,

indikator, dan KKM pada

pertemuan yang berlangsung

❖ Pembagian kelompok belajar

❖ Menjelaskan mekanisme

pelaksanaan pengalaman belajar

sesuai dengan langkah-langkah

pembelajaran.

Komunikasi

Kolaborasi

Berpikir Kritis

Komunikasi

KEGIATAN INTI

MENELAAH

MODEL

Mengamati

Peserta didik diberi motivasi atau

rangsangan untuk memusatkan perhatian

pada topik

➢ Unsur intrinsik dan kebahasan

pada novel

Dengan cara:

❖ Melihat (tanpa atau dengan alat)

1. Menayangkan materi unsur-unsur

instrinsik dan kebahasaan pada novel

Literasi Media

Kemandirian

Tanggungjawab

Berpikir kritis

Berpikir Kritis

70 menit

Page 113: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

100

MENGKONSTR

UKSI MANDIRI

MENYAJIKAN

HASIL KARYA

2. Peserta didik diminta untuk

mengomentari terkait materi yang

telah ditayangkan

❖ Membaca Novel Dawuk: Kisah

Kelabu Dari Rumbuk Randu

(dilakukan di rumah sebelum kegiatan

pembelajaran berlangsung), dan

mengaitkan dengan materi

pembelajaran

❖ Mengajukan pertanyaan tentang :

pertanyaan terkait dengan materi unsur-

unsur instrinsik dan unsur kebahasaan

pada novel

❖ Mengumpulkan Informasi

Peserta didik secara berkelompok

berdiskusi untuk menemukan unsur-unsur

instrinsik dan unsur kebahasan dalam

novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk

Randu yang telah dibaca sebelumnya

❖ Mengkomunikasian

Peserta didik secara berkelompok

menyimpulkan hasil temuan pada novel

yang telah dianalisis sebelumnya.

kemudian peserta didik lain melakukan:

❖ Mengemukakan pendapat atas

presentasi yang dilakukan dan

ditanggapi oleh kelompok yang

mempresentasikan.

❖ Setiap kelompok menanggapi

presentasi teman/kelompok lain

secara santun

Komunikasi

Literasi

Berpikir Kritis

Kolaborasi

Berpikir kritis

Tanggungjawab

kerjasama

Kolaborasi

Berpikir kritis

kerjasama

tanggungjawab

Komunikasi

Kreatif dan

inovatif

PENUTUP

Kegiatan guru bersama peserta didik

yaitu:

1. Peserta didik berdiskusi

menyimpulkan materi pembelajaran

melakukan refleksi terhadap kegiatan

yang sudah dilaksanakan; dan

2. memberikan umpan balik terhadap

proses dan hasil pembelajaran; dan

3. menutup pembelajaran dengan berdoa

Kegiatan guru yaitu:

1. melakukan penilaian;

2. merencanakan kegiatan tindak lanjut

dalam bentuk pembelajaran remedi,

program pengayaan, layanan

Kolaborasi,

Tanggung Jawab,

Kerja sama

Komunikasi

Religuitas

Komunikasi

15 e

n

i

t

5 Menit

Page 114: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

101

konseling dan/atau memberikan

tugas baik tugas individual maupun

kelompok sesuai dengan hasil belajar

peserta didik; dan

menyampaikan rencana pembelajaran

pada pertemuan berikutnya.

Catatan :

Selama pembelajaran berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam pembelajaran yang

meliputi sikap: disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi masalah

tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan)

Pertemuan kedua (2 x 45 menit)

Tahap Langkah-langkah pembelajaran

Nilai Karakter

(PPK, 4C,

HOTS)

Alokasi

waktu

PENDAHULUAN

MEMBANGUN

KONTEKS

Orientasi

❖ Melakukan pembukaan dengan

salam pembuka dan berdoa untuk

memulai pembelajaran

❖ Memeriksa kehadiran peserta

didik sebagai sikap disiplin

Apersepsi

❖ Mengaitkan materi/tema/kegiatan

pembelajaran yang akan

dilakukan dengan pengalaman

peserta didik dengan

materi/tema/kegiatan sebelumnya,

pada kelas XI

❖ Mengingatkan kembali materi

prasyarat dengan bertanya.

❖ Mengajukan pertanyaan yang ada

keterkaitannya dengan pelajaran

yang akan dilakukan.

Motivasi

❖ Memberikan gambaran tentang

manfaat mempelajari pelajaran

yang akan dipelajari.

❖ Apabila materi/tema/projek ini

kerjakan dengan baik dan

sungguh-sungguh ini dikuasai

dengan baik, maka peserta didik

Religiusitas

(PPK)

Disiplin

Rasa ingin tahu

(PPK)

Komunikasi

Kolaborasi

15 menit

Page 115: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

102

diharapkan dapat menjelaskan

tentang:

➢ Unsur intrinsik dan isi novel

❖ Menyampaikan tujuan

pembelajaran pada pertemuan

yang berlangsung

❖ Mengajukan pertanyaan.

Pemberian Acuan

❖ Memberitahukan materi pelajaran

yang akan dibahas pada pertemuan

saat itu.

❖ Memberitahukan tentang

kompetensi inti, kompetensi dasar,

indikator, dan KKM pada

pertemuan yang berlangsung

❖ Pembagian kelompok belajar

❖ Menjelaskan mekanisme

pelaksanaan pengalaman belajar

sesuai dengan langkah-langkah

pembelajaran.

Berpikir Kritis

Komunikasi

KEGIATAN INTI

MENELAAH

MODEL

MENGKONSTR

UKSI MANDIRI

Mengamati

Peserta didik diberi motivasi atau

rangsangan untuk memusatkan perhatian

pada topik

➢ Unsur intrinsik dan isi novel

Dengan cara:

❖ Membaca Novel Dawuk: Kisah

Kelabu Dari Rumbuk Randu

(dilakukan di rumah sebelum kegiatan

pembelajaran berlangsung), dan

mengaitkan dengan materi

pembelajaran berkaitan kemunculan

mitos pada novel

❖ Mengajukan pertanyaan tentang:

pertanyaan terkait dengan materi isi

kaitannya perihal kemunculan mitos

❖ Mengumpulkan Informasi

Peserta didik secara berkelompok

berdiskusi untuk menemukan unsur-unsur

instrinsik dan unsur kebahasan dalam

novel Dawuk: Kisah Kelabu Dari Rumbuk

Randu yang telah dibaca sebelumnya

dikaitkan dengan temuan mitos pada

novel tersebut.

❖ Mengkomunikasian

Literasi Media

Kemandirian

Tanggungjawab

Berpikir kritis

Literasi

Berpikir Kritis

Komunikasi

Kolaborasi

Berpikir kritis

Tanggungjawab

kerjasama

Kolaborasi

Berpikir kritis

70 menit

Page 116: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

103

MENYAJIKAN

HASIL KARYA

Peserta didik secara berkelompok

menyimpulkan hasil temuan pada novel

yang telah dianalisis sebelumnya.

kemudian peserta didik lain melakukan:

❖ Mengemukakan pendapat atas

presentasi yang dilakukan dan

ditanggapi oleh kelompok yang

mempresentasikan.

❖ Setiap kelompok menanggapi

presentasi teman/kelompok lain

secara santun

kerjasama

tanggungjawab

Komunikasi

Kreatif dan

inovatif

Catatan :

Selama pembelajaran berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam pembelajaran yang

meliputi sikap: disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi masalah

tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan)

PENUTUP

Kegiatan guru bersama peserta didik

yaitu:

4. Peserta didik berdiskusi

menyimpulkan materi pembelajaran

melakukan refleksi terhadap kegiatan

yang sudah dilaksanakan; dan

5. memberikan umpan balik terhadap

proses dan hasil pembelajaran; dan

6. menutup pembelajaran dengan berdoa

Kegiatan guru yaitu:

3. melakukan penilaian;

4. merencanakan kegiatan tindak lanjut

dalam bentuk pembelajaran remedi,

program pengayaan, layanan

konseling dan/atau memberikan

tugas baik tugas individual maupun

kelompok sesuai dengan hasil belajar

peserta didik; dan

5. menyampaikan rencana

pembelajaran pada pertemuan

berikutnya.

Kolaborasi,

Tanggung Jawab,

Kerja sama

Komunikasi

Religuitas

Komunikasi

15 e

n

i

t

4 Menit

Page 117: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

104

I. Penilaian

1. Penilaian Sikap

a. Teknik penilaian : Observasi: sikap religiius dan sikap sosial

b. Bentuk penilaian : lembar pengamatan

c. Instrumen penilaian : jurnal (terlampir)

2. Pengetahuan

Jenis/Teknik tes : tertulis

Bentuk tes : uraian

Instrumen Penilaian (terlampir)

3. Keterampilan

Teknik/Bentuk Penilaian : Lisan

Praktik/Performence

Instrumen Penilaian (terlampir)

Page 118: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

105

Lampiran Instrumen Penilaian

A. PENILAIAN SIKAP

INTRUMEN PENILAIAN SIKAP

Nama Satuan pendidikan : MA/SMA N

Tahun pelajaran : 2018/2019

Kelas/Semester : XII/ 1

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

N

O WAKTU NAMA

KEJADIAN/

PERILAKU

BUTIR

SIKAP

POS

/

NE

G

TINDAK LANJUT

1

2

3

Kolom aspek perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut.

5 = sangat baik 4 = baik 3 = cukup 2 = kurang 1 = sangat kurang

B. PENILAIAN PENGETAHUAN

Kompetensi

Dasar IPK

Materi

Pokok Instrumen soal

Btk soal

3.9

Menganalisis

isi dan

kebahasaan

novel

3.9.1

Mendeskripsikan

unsur-unsur

intrinsik dan

kebahasaan

dalam novel

3.9.3

Menganalisis

unsur isi novel

Unsur

intrinsik dan

kebahasaan

novel

Tentukan dan

deskripsikanlah unsur-unsur

instrinsik dan kebhasaan

dalam novel Dawuk: Kisah

Kelabu Dari Rumbuk

Randu!

Tentukan isi mitos yang

terdapat dalam novel

Dawuk: Kisah Kelabu Dari

Rumbuk Randu!

Tulis

C. PENILAIAN KOMPETENSI KETERAMPILAN

Kompetens

i Dasar IPK

Materi

Pokok Instrumen soal

Btk

soal

3.9

Menganalisi

s isi dan

kebahasaan

novel

3.9.2

Mempresentasi

kan hasil

temuan unsur-

unsur instrinsik

dan kebahasaan

dalam novel

Unsur

intrinsik dan

kebahasaan

novel

Presentasikanlah hasil

diskusimu bersama

kelompokmu terkait unsur

instrisnsik dan

kebahasaaan novel

Dawuk: Kisah Kelabu

Dari Rumbuk Randu di

depan kelas !

Lisan

Page 119: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

106

Lampiran Pedoman Skor

NO Aspek yang Dinilai Skor Skor

Maksimal

1.

a. Peseta didik dapat menentukan unsur-unsur instrinsik

novel dengan tepat

b. Peseta didik dapat menentukan unsur-unsur instrinsik

novel kurang tepat.

c. Peseta didik dapat menentukan unsur-unsur instrinsik

novel tidak tepat.

30

20

10

30

2. a. Peseta didik dapat menjelaskan unsur-unsur kebahasaan

novel dengan tepat.

b. Peseta didik dapat menjelaskan unsur-unsur kebahasaan

novel dengan kurang tepat.

c. Peseta didik dapat menjelaskan unsur-unsur

kebahasaan novel tidak tepat.

35

25

25

35

3. a. Peseta didik dapat mempresentasikan dengan urutan

yang benar.

b. Peseta didik dapat mempresentasikan dengan urutan

yang kurang tepat.

c. Peseta didik dapat mempresentasikan dengan urutan

yang tidak tepat.

35

25

15

35

Total skor 100

Penilaian Akhir

Nilai Akhir= 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑎ℎ

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑘𝑜𝑟 x 100

Nilai Keterangan Predikat

90-100 Sangat Baik A

80-89 Baik B

70-79 Cukup C

69-0 Kurang D

Mengetahui ..............., ................................

2019

Kepala SMA, Guru Mata Pelajaran,

……………………………. Rifa Nurafia

Page 120: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

107

Page 121: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

108

Page 122: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

109

Page 123: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

110

Page 124: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

111

Page 125: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

112

Page 126: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

113

Page 127: MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49000/1/RIFA NURAFIA... · MITOS DALAM NOVEL DAWUK: KISAH KELABU DARI RUMBUK

114

RIWAYAT PENULIS

Rifa Nurafia lahir di Bogor, 17 Januari 1997. Anak kedua

dari pasangan Ucu Sopian dan Masuliyah. Penulis yang

hobi menulis dan mengoleksi novel ini menempuh

pendidikan di MI Nurul Huda (2003-2009), SMP Negeri 1

Ciseeng (2009-2012), SMA Negeri 1 Ciseeng (2012-2015),

kemudian kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan mengambil Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia.

Sejak lulus Sekolah Menengah Atas penulis telah

aktif mengajar dan mengabdi di SMP Islam Bina Insani Ciseeng, sekolah yang dibangun

untuk anak yatim dan dhuafa di wilayah Cibeuteung Muara Ciseeng Bogor.

Penulis dapat dihubungi via

Twitter: @rifanurafia

Instagram: rifanurafia/jatuhcintadenganbeda

blog: [email protected]