mITIGASI
-
Upload
merryana-elmyta -
Category
Documents
-
view
12 -
download
1
Transcript of mITIGASI
![Page 1: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN PROGRAM
Penanganan Konflik Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Wilayah Kelompok Hutan Angke
Kapuk dan SekitarnyaMei 2011
Kerjasama:
BKSDA DKI JAKARTA YAYASAN IAR INDONESIA
Balai Konservasi Sumberdaya Alam DKI JakartaJln Salemba Raya No.9 Jakarta Pusat (10440), Telp/Fax : 021-3158142
www.bksdadkijakarta.com Email : [email protected] IAR Indonesia
![Page 2: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/2.jpg)
Jl. Curug Nangka Blok Pasir Loji RT. 04 RW 05, Kp. Sinarwangi Kel. SukajadiKec. Taman Sari Ciapus - Kab. Bogor telp/fax 0251-8389232 PO BOX 125 Bogor 16001
LEMBAR PENGESAHAN
KERJASAMA :
BKSDA DKI JAKARTAYAYASAN IAR INDONESIA
Tentang
Penanganan Konflik Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
di Wilayah Kelompok Hutan Angke Kapuk dan SekitarnyaMei 2011
Ditetapkan di :Nomor :Tanggal :
BKSDA DKI Jakarta Pengurus IAR IndonesiaKepala Balai Direktur Eksekutif
Ir. Ahmad Saeroji Karmele Llano SanchezNIP.
![Page 3: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/3.jpg)
DAFTAR SINGKATAN
BKSDA : Balai Konservasi Sumber Daya AlamIAR-I : International Animal Rescue-IndonesiaMonyet : Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)LSM : Lembaga Swadaya MasyarakatPolhut : Polisi HutanSMMA : Suaka Margasatwa Muara AngkeHL : Hutan Lindung Muara AngkeTWA : Taman Wisata Alam Angke KapukHAK : Hutan Angke Kapuk dan SekitarnyaPIK : Perumahan Pantai Indah KapukGIS : Geographic Information System / Peta Tutupan LahanJGM : LSM - Jakarta Green MonsterRS. PIK : Rumah Sakit Pantai Indah KapukIMReD IPB : (LPP) Lembaga Pengkajian dan Pengembangan
Mangrove Institute Pertanian Bogor
![Page 4: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/4.jpg)
Kata Pengantar
Program tentang Penanganan Konflik Monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis) di Wilayah Kelompok Hutan Angke Kapuk dan Sekitarnya
dilakukan bersama oleh International Animal Rescue
Indonesia (IAR-I) yang bekerja sama dengan Balai
Konservasi Sumber Daya Alam wilayah DKI-Jakarta
(BKSDA DKI-Jkt). Program ini dilakukan selama enam bulan,
mulai bulan Desember 2010, dan bertujuan untuk memberikan
gambaran kondisi konflik atau permasalahn antara Monyet ekor
panjang (Macaca fascicularis) dengan manusia khususnya
masyarakat sekitar kawasan Hutan Angke Kapuk.
Program ini menggunakan beberapa data primer: source dari
media, informasi Polisi hutan dari BKSDA, pengaduan masyarakat
sekitar kawasan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang
mempunyai kegiatan di sekitar kawasan dan informasi dari
banyak pihak sekitar, sedangkan studi kasus untuk melengkapi
sekaligus merupakan uji silang (cross check) terhadap hasil
temuan selama dilapangan. Dari temuan-temuan hasil penelitian
ini kami mencoba menarik beberapa pelajaran dan memberikan
masukan bagi penanganan konflik khususnya di sektor
permasalahan monyet ekor panjang di Indonesia. Pelaksana
program ini adalah Ayut Enggeliah E. dari staff IAR-I dan
dibantu oleh Counterpat / pendamping dari Polhut yakni staff
BKSDA DKI Jakarta dan relawan selama kegiatan dilapangan.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak
yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu yang telah
memberikan masukan untuk penulisan laporan ini.
![Page 5: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/5.jpg)
Kami menyadari bahwa hasil laporan ini belum sempurna. Oleh
sebab itu kami menghargai masukan konstruktif yang dapat
menyempurnakan laporan ini. Harapan kami, laporan singkat ini
dapat bermanfaat untuk semua pihak, khususnya bagi pihak
Pemerintah, LSM dan masyarakat yang behubungan langsung
dengan satwa khususnya Monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis) di Indonesia.
Bogor, Mei 2011
Tim Penyusun
ABSTRAK
Kami menggambarkan profil konflik Monyet ekor panjang
(Macaca fasccularis) disekitar hutan Angke Kapuk Jakarta Utara.
Berdasarkan hasil tinjauan secara umum dari data media massa
yang ada bahwa permasalahan tentang monyet ekor panjang
cukup banyak, hampir terjadi di banyak daerah dan meyeluruh
kawasan mulai dari Sumatera sampai Papua. Hal ini disebabkan
karena tingginya populasi atau angka kelahiran dari jenis primata
ini tingkat bertahan hidup (survive) tidak hanya sebagai jenis
hewan yang tetapi jenis ini dapat menyesuaikan diri dengan
kondisi lingkungan dimanapun dan dalam kondisi apapun,
bahkan dalam kondisi buruk Monyet ekor panjang (Macaca
fasccularis) juga dapat bertahan hidup sendiri tanpa
berkelompok.
Secara umum penyebab utama konflik Monyet ekor panjang
(Macaca fasccularis) adalah keluarnya kelompok monyet dari
habitat baik terdesak karena untuk mencari makan atau pun
sengaja dilepas oleh pemilik karena berbagai alasan dan
sebagian dari kelompok monyet over populasi.
Laporan ini akan lebih menitik beratkan pada penilaian
(assesisment) selama dilapangan, studi lapangan menunjukkan
![Page 6: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/6.jpg)
bahwa sejarah konflik yang terjadi adalah lebih bersifat
permasalahan kawasan atau habitat, diharapkan hasil
rekomendasi nantinya dapat memberikan masukan yang bisa
sebagai panduan penyelesaian jangka panjang dalam arti hasil
rekomendasi tidak hanya sekedar memindah masalah tetapi
tidak menyelesaikan permasalahan.
Penelitian ini merekomendasikan agar (i) pengelolaan konflik
dipertimbangkan sebagai elemen dalam pengelolaan
penanganan konflik dengan cara mancari sumber masalah dan
mengklasifikasikan masalah, (ii) pemantauan konflik terus
dilakukan agar kejadian, penyebab dan cara untuk mengelolanya
dapat dipelajari lebih jauh, dan (iii) pilihan-pilihan metode untuk
pengelolaan konflik
harus digali.
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Suaka Margasatwa, Hutan lindung,Taman Wisata Alam Muara Angke
merupakan kawasan konservasi yang berlokasi di utara Jakarta. Jakarta utara
walaupun memiliki hutan yag tidak terlalu luas tetapi memiliki nilai
keanekaragaman tinggi baik flora maupun fauna. Terdapat beberapa kelas
hewan di daerah ini antara lain kelas Aves, Mamalia, Herpetofauna, Insect,
Pisces dan Moluska. Salah satu jenis mamalia yang terdapat dan mudah sekali
untuk ditemukan adalah Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis),
keberadaan monyet ini dibiarkan dalam keadaan liar karena berdasarkan
sejarah konservasi, lokasi tersebut merupakan salah satu habitat alami
mereka. Di dalam ekosistem yang ditempati, Monyet ekor panjang yang
termasuk bangsa primata, selain memiliki fungsi sebagai salah satu pengatur
keseimbangan alam juga berfungsi sebagai pemencar biji (Pijl , 1982).
![Page 7: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/7.jpg)
Diperkirakan jauh sejak sebelum SMMA ditetapkan sebagai cagar alam oleh
pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 17 Juni 1939 di kawasan ini sudah
menjadi habitat Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).
Namun, setelah dibangunnya komplek Pantai Indah Kapuk di sekitar kawasan
SMMA dan Hutan Lindung Muara Angke (HL), banyak dilaporkan konflik
antara monyet dengan manusia. Hal inilah yang menjadi latar belakang
diadakannya sebuah penelitian tentang Penanganan konflik antara Monyet
Ekor Panjang dengan manusia.
Latar belakang dilakukan penelitian atau kajian tentang Penanganan Konflik
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Wilayah Kelompok Hutan
Angke Kapuk dan Sekitarnya (HAK) adalah:.
Adanya Perjanjian Kerjasama Teknis tentang “Upaya Penaganan Konflik
Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Di Wilayah Kelompok Hutan
Kapuk dan Sekitarnya”, sejak penandatanganan MoU dengan BKSDA
Jakarta Timur tanggal 01 Desember 2010 selama 6 bulan sejak
penandatangan.
Adanya permintaan sebuah penanganan dari masyarakat sekitar kawasan
HAK yang disampaikan oleh BKSDA DKI Jakarta.
Dari hasil survey populasi dan monitoring saat ini terdapat lebih dari 8
kelompok dengan masing-masing kelompok terdapat sekitar 4 – 35 ekor
ditiap kelompok. Keberadaan monyet ekor panjang di kawasan adalah
sebagai satwa endemik juga merupakan secara ekologi juga sebagai
penyebar biji sehingga keanekaragaman hayati bisa tetap terjaga.
Namun bila jumlah monyet ekor panjang melebihi daya tampung
(carrying capacity) habitatnya akan menimbulkan efek yang kurang baik
kepada monyet itu sendiri, pengunjung, dan masyarakat sekitar. Kepadatan
populasi pada satu habitat akan menyebabkan tingginya frekwensi
ketegangan, perkelahian dan agresivitas antar anggota sekelompok atau
antar kelompok. Hal ini harus ada sebuah tinjauan langsung dilapangan,
apakah memang populasinya yang semakin banyak ataukah karena habitat
yang semakin menyempit seiring dengan proses pembangunan yang
semakin meningkat. Insiden pengunjung tergigit oleh monyet (Wheatley
![Page 8: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/8.jpg)
1989) akan meningkat pada populasi yang demikian. Untuk menghindari
ketegangan atau perkelahian, beberapa anggota populasi akan keluar dari
habitatnya. Keadaan ini akan merugikan penduduk karena kerusakan
pertanian atau perkebunan yang ditimbulkannya (Wandia 2007). Untuk
mengatasi konsekuensi negatif kelebihan populasi, usaha penyeimbangan
jumlah monyet dengan daya tampung habitat perlu diupayakan. Data
demografi atau struktur populasi, luas habitat, dan jumlah pakan yang
tersedia (Alikodra 2002) sangat dibutuhkan untuk dapat mewujudkan
usaha tersebut.
1.2. Tinjauan Pustaka
1.2.1 Hutan Angke Kapuk (HAK)
HAK merupakan salah satu kawasan pelestarian alam di Indonesia yang
memegang peranan sangat penting dalam menjaga kelestarian sumber
daya alam hayati dan keseimbangan ekosistem sesuai dengan fungsi
perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan.
Potensi alam di hutan kapuk antaranya adalah:
a. Hutan mangrove
b. Berbagai jenis burung, mamalia dan reptil
A. Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA)
Kawasan ini merupakan suaka margasatwa terkecil di Indonesia, namun
perannya sangat besar bagi lingkungan. Kawasam Hutan Bakau ini
dihuni sekitar 91 spesies jenis Burung dan 5 jenis mangrove. Luas
kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke adalah 25,02 Ha. Secara
Geografis terletak antara 6°06′ – 6°10′ Lintang Selatan dan 106°43′ -
106°48′ Bujur Timur.
B. Taman Wisata Alam Angke Kapuk (TWA)
Adalah kawasan pelestarian alam yang dimanfaatkan untuk kegiatan
wisata alam berpusat pada pengembangan ecotourism, luas areal TWA
![Page 9: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/9.jpg)
99,82 Ha. Secara geografis terletak pada 106°43′-106°45′ Bujur Timur
dan 6°05′-6°07′ Lintang Selatan. Sedangkan batas TWA adalah :
Sebelah barat berbatasan dengan tambak milik Dinas Kehutanan,
Kelautan dan Pertanian Propinsi DKI Jakarta.
Sebelah selatan berbatasan dengan jalan akses menara radar dan tanah
penduduk
Sebelah timur berbatasan dengan PIK dan HL.
Sebelah utara berbatasan dengan pantai.
Merupakan tipe lahan basah yang didominasi vegetasi utama mangrove,
kawasan ini telah berubah menjadi tambak dan telah direhabilitasi
tanaman mangrove 40% tindakan dan pelestarian dan penanaman
kembali hutan mangrove.
C. Hutan Lindung Muara Angke (HL)
Kawasan ini merupakan termasuk daerah kewenangan dari Dinas
Kehutanan, Kelautan dan Pertanian Propinsi DKI Jakarta. Hutan Lindung
Muara Angke terletak sepanjang pantai panjang 5 km dan lebar 100 m
dengan luas ±44.25 Ha, fungsi utama kawasan ini adalah :
- Untuk melindungi terjadinya abrasi pantai, yaitu pengikisan atau erosi
pantai oleh gelombang laut.
- Untuk mencegah adanya intrusi air laut kearah daratan.
- Sebagai sumber bahan makanan bagi ikan dan sekaligus sebagai
tempat bertelur/berkembang biak ikan.
- Untuk mengurangi kecepatan angin daratan.
- Sebagai habitat dan tempat mencarai makanan satwa liar, khususnya
jenis burung.
- Kondisi pohon cukup baik terutama terdiri dari jenis pohon bakau.
1.3. Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)
Menurut Aldrich-Blake (1976) dalam Chivers (1980) monyet ekor
panjang merupakan monyet kecil yang berwarna coklat dengan perut
agak putih terutama pada mukanya. Bayi monyet yang baru lahir
![Page 10: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/10.jpg)
berwarna hitam, muka dan telinganya berwarna merah muda. Setelah
satu minggu kulit mukanya menjadi merah muda keabu-abuan dan
setelah enam minggu menjadi coklat.
Warna rambut yang menutupi tubuh bervariasi tergantung pada umur.
Musim dan lokasi. Monyet yang menghuni kawasan hutan umumnya
berwarna lebih gelap dan lebih mengkilap, sedangkan yang menghuni
kawasan pantai umumnya berwarna lebih terang (Lekagul dan McNeely,
1977)
1.4. Konflik
Konflik manusia dan satwa liar adalah segala interaksi antara manusia
dan satwa liar yang mengakibatkan efek negatif kepada kehidupan sosial
manusia, ekonomi, kebudayaan, pada konservasi satwa liar dan atau pada
lingkungannya.
Penanggulangan konflik manusia-satwa liar adalah proses dan upaya atau
kegiatan mengatasi atau mengurangi konflik antara manusia dan satwa
liar dengan mengedepankan kepentingan dan keselamatan manusia tanpa
mengorbankan kepentingan dan keselamatan satwa liar.
Konflik merupakan suatu perbedaan cara pandang. Bentuknya bisa
berupa keluhan saja sampai pada tingkat kekerasan dan perang, berbagai
definisi konflik yang memperlihatkan bahwa konflik ternyata merupakan
suatu wacana yang dikonstruksikan secara sosial dan bisa dipandang dari
berbagai sudut (Walker dan Daniels, 1997). Dalam penanganan program
ini adalah sebagai suatu “perwujudan perbedaan cara pandang” antara
berbagai pihak terhadap obyek yang sama. Dengan demikian , bisa saja
wujud konflik yang berupa wacana argumentasi dan perbedaan pendapat,
ada sebagian masayarakat atau pihak menganggap sebagai konflik ada
juga yang menganggap tidak dikategorikan sebagai suatu konflik.
Sebagai contoh, peristiwa konflik yang sama yakni sebagian masyarakat
menganggap keberadaan kelompok monyet ekor panjang disekitar
lingkungan tinggal sebagai masalah dan sebagian masyarakat
![Page 11: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/11.jpg)
dilingkungan yang sama menganggap keberadaan kelompok monyet
tersebut tidak mengganggu.
2. TUJUAN
Tujuan kegiatan dari program ini adalah peningkatan pengelolaan sumber daya
alam kawasan HAK dan daerah sekitarnya adalah untuk perlindungan kawasan
hutan lindung satwa lain yang ada dengan secara khusus mengelola konflik
monyet ekor panjang (Macaca fasciclaris) dengan masyarakat melalui peran
masyarakat lokal dalam menjaga dan melindungi secara berkesinambungan,
Adapun tujuannya adalah;
Pengumpulan data tentang populasi, habitat dan potensi konflik antara
Monyet ekor panjang dan manusia di daerah HAK
Mengolah data-data hasil pengumpulan untuk membuat sebuah laporan
sebagai acuan dalam membentuk strategi bersama yang paling tepat untuk
menaggulangi dan mengelola konflik antara monyet ekor panjang dan
manusia.
Mengimplementasi strategis yang dibuat untuk mengurangi konflik antara
Monyet ekor panjang dengan manuasia
Melakukan berberapa usaha-usaha yang akan dibuat setelah laporan dan
strategis selesai dibuat.
Perlindungan sumberdaya alam kawasan HAK secara umum, satwa disana
dan khususnya monyet ekor panjang yang memiliki peran starategis bagi
ekosistem hutan
Pengembangan ilmu pengetahun melalui penelitian ekosistem dan sosial
ekonomi kawasan
2.1. Batasan
Seperti yang telah disampaikan pada bagian pertama, konflik melibatkan
Monyet ekor panjang dan masyarakat sekitar kawasan HAK. Dalam
laporan ini, konflik yang terjadi di sekitar areal kawasan konservasi,
dengan latar belakang permasalahan yang melibatkan ketidak nyaman
warga sekitar, semakin menyempitnya habitat alami Monyet ekor panjang
![Page 12: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/12.jpg)
dan sosialisasi keberadaan satwa disekitar permukiman. Dari
permasalahan tersebut ditelusuri dan dianalisis konflik apa saja yang
terjadi, siapa yang terlibat, kapan terjadinya, apa faktor penyebabnya,
bagaimana tingkat eskalasi dan penyelesaian yang pernah diupayakan.
Beberapa konsep yang dipakai sebagai acuan dalam penelitian ini akan
dibahas pada bab berikutnya.
3. METODE
Informasi tentang kasus serupa atau mirip dari media massa merupakan salah
satu masukan sebagian dipilih untuk mengobservasi artikel koran yang memuat
tentang konflik monyet ekor panjang. Selain itu juga mengumpulkan informasi
dari LSM yang juga melakukan kegiatan di kawasan Muara Angke.
Data dan informasi dari studi lapangan merupakan data empiris yang
dikumpulkan selama program berjalan langsung ke lokasi.
Program ini selama 6 bulan (Desember 2010 – Mei 2011).
3.1. Pengambilan data primer dan data sekunder dengan melakukan
pengumpulan dengan cara:
- Studi pustaka (Library Research), Studi pustaka dilakukan dengan
mencari literatur yang hampir sama berkaitan permasalahan Monyet
ekor panjang di lain daerah.
- Informasi dari LSM yang melakukan kegiatan disekitar kawasan dan
pengamatan dilapangan.
- Pengamatan lapangan dilakukan dengan cara Survey dan Monitoring
Populasi Monyet ekor panjang.
- Pembuatan peta GIS (tutupan lahan)
- Inventarisasi Potensi pakan Monyet ekor panjang.
- Mengdesign formulir dan questionair untuk mengambil data primer
tentang keadaan konflik antara makaka dan manusia
![Page 13: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/13.jpg)
3.2. Studi literatur Pengkajian, analisa aspek-aspek geografis dan
biodiversity.
3.2.1. Pengetahuan tentang daerah
Aspek geografi: pembatasan antara masyarakat
Aspek penggunaan ruang
Luasan besar distribusi satwa (monyet ekor panjang)
Penggunaan lahan: perumahan dan tambak
2.2.2.Pengetahuan tentang biodiversity daerah hutan di
Survey flora dan fauna
Survey khusus Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
Jenis satwa dan jenis yang dilindungi
3.3. Studi litelatur social Ekonomi di daerah Suaka Margasatwa
Muara Angke dan sekitarnya
Ekonomi masyarakat
Pendapatan per capita
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Potensi Alam Hutan Angke Kapuk
4.1.1. Jenis Burung yang terdapat di sekitar HAK
No Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Status
1 Pecuk padi kecil Phalacrocorax niger Little Cormorant
2 Pecuk padi hitam Phalacrocorax sulcirostris little black cormorant
3 Pecuk ular asia Anhinga melanogaster Oriental darter Dilindungi
4 Cangak abu Ardea cinerea Grey heron
5 Cangak merah Ardea purpurea Purple heron
6 Bambangan hitam Dupetor flavicollis Black bittern
7
Bambangan
kuning Ixobrychus sinensis Yellow bittern
8 Bambangan merah Ixobrychus cinnamomeus Cinnamon Bittern
9 Blekok sawah Ardeola speciosa Javan pond heron Dilindungi
![Page 14: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/14.jpg)
10 Kokokan laut Butorides striatus Little heron
11
Kowak malam
kelabu Nycticorax nyticorax Night heron
12 Kuntul besar Egretta alba Great egret Dilindungi
13 Kuntul kecil Egretta garzetta Little egret Dilindungi
14 Kuntul kerbau Bubulcus ibis Cattle egret Dilindungi
15 Kuntul perak Egretta intermedia Intermediate egret Dilindungi
16 Bangau Bluwok Mycteria cinerea Milky stork Dilindungi
17 Itik benjut Anas gibberifrons Grey teal
18 Belibis batu Dendrocygna javanica Lesser Whistling Duck
19 Elang alap nipon Accipiter gularis Japanese sparrowhawk Dilindungi
20 Alap-alap sapi Falco moluccensis Spotted Kestrel Dilindungi
21 Kareo padi Amaurornis phoenicurus
White breasted
waterhen
22 Mandar batu Gallinula chloropus Common moorhen
23 Mandar besar Porphyrio porphyrio Purple Swamphen
24 Tikusan Merah Porzana fusca Ruddy-breasted crake
25 Tikusan alis putih Porzana cinerea White-browed crake
26 Dara laut tiram Sterna nilotica Gull-billed Tern Dilindungi
27 Dara laut jambul Sterna bergii Great Crested Tern Dilindungi
28 Trinil pantai Tringa hypoleucos Commom Sandpiper
29 Terik Asia Glareola maldivarum Oriental Pranticole
30 Tekukur biasa Streptopelia chinensis Sppoted dove
31 Punai gading Treron vernans
Pink-necked green
pigeon
32 Pergam hijau Ducula aenea Green Imperial Pigeon
33 Pergam laut Ducula bicolor Pied Imperial Pigeon
34 Dederuk jawa Streptopelia bitorquata Island collared-dove
35 Uncal buau Macropygia emiliana Ruddy cuckoo-dove
36 Perkutut Jawa Geopelia striata Zebra Dove
37 Betet biasa Psittacula alexandri Red breasted Parakeet
38 Kangkok melayu Cuculus fugax
Hodgson's Hawk-
Cuckoo
39 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus Plaintive Cuckoo
40 Kedasi Australia Chrysococcyx basalis Horsfield's Bronze
![Page 15: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/15.jpg)
Cuckoo
41
Bubut pacar
jambul Clamantor coromandus
Chestnut-winged
Cuckoo
42 Bubut alang-alang Centropus bengalenis Lesser coucal
43 Bubut jawa Centropus nigrorufus Sunda coucal
44 Cabak kota Caprimulgus affinis Savannah Nigthjar
45 Walet linchi Collocalia linchi Cave swiftlet
46 Walet sarang putih Collocalia fuchipaga Edible-nest swiftlet
47
Walet sarang
hitam Collocalia maxima Black-nest Swiftlet
48 Walet palem asia Cypsiurus balasinensis Asian palm swift
49 Kapinis rumah Apus affinis Little swift
50 Cekakak Cina Halcyon pileata
Black-capped
Kingfisher Dilindungi
51 Cekakak sungai Todirhamphus chloris Collared kingfisher Dilindungi
52 Cekakan suci Todirhamphus sanctus Sacred Kingfisher Dilindungi
53 Cekakak Jawa Halcyon cyanoventris Javan Kingfisher Dilindungi
54 Raja udang biru Alcedo coerulescens Small blue kingfisher Dilindungi
55
Raja udang
meninting Alcedo meninting Blue-eared kingfisher Dilindungi
56 Kirik-kirik laut Merops philippinus Blue-tailed Bee-eater
57 Caladi tilik Picoides moluccensis Sunda woodpecker
58 Caladi ulam Dendrocopus macei
Fulvous breasted
woodpecker
59 Layang-layang api Hirundo rustica Barn swallow
60
Layang-layang
batu Hirundo tahitica Pacific swallow
61
Layang-layang
rumah Delichon dasypus Asian House-martin
62 Kapasan kemiri Lalage nigra Pied triller
63 Sepah kecil Pericrocotus cinnamomeus Small minivet
64 Cipoh kacat Aegithina tiphia Common lora
65 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier Yellow vented bulbul
66 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster Sooty headed bulbul
67 Cucak kuning Pycnonotus melanicterus Black-crested Bulbul
68 Empuloh janggut Alophoixus bres Grey-cheeked Bulbul
![Page 16: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/16.jpg)
69 Srigunting gagak Dicrurus annectans Crow-billed drongo
70
Kepodang kuduk
hitam Oriolus chinensis Black naped oriole
71 Tangkar cetrong Crypsirina temia Racket tailed treepie
72
Gelatik batu
kelabu Parus major Great tit
73 Kucica kampung Copsychus saularis Magpie Robin
74 Kipasan belang Rhipidura javanica Pied fantail Dilindungi
75 Sikatan bubik Muscicapa dauurica Asian Brown Flycatcher
76 Remetuk laut Gerygone sulphurea Golden bellied gerygone
77 Cinenen pisang Orthotomus sutorius Common tailorbird
78 Cinenen jawa Orthotomus sepium Olive-backed tailorbird
79 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps Ashy tailorbird
80 Perenjak coklat Prinia polychroa Brown prinia
81 Perenjak rawa Prinia flaviventris Yellow-belied prinia
82 Perenjak jawa Prinia familiaris Bar winged prinia
83 Perenjak padi Prinia inornata Plain prinia
84 Cici padi Cisticola juncidis Zitting cisticola
85 Kerak basi ramai Acrocephalus stentoreus Clamarous reed-warbler
86 Cikrak kutub Phylloscopous borealis Arctic Warbler
87 Kicuit kerbau Motacilla flava Yellow Wagtail
88 Kekep babi Artamus leucorhynchus
White-breasted wood
swallow
89 Bentet kelabu Lanius schah Long-tailed shrike
90 Jalak putih Sturnus melanopterus Black winged starling Dilindungi
91 Jalak cina Sturnus sturninus Purple-backed Starling
92 Kerak kerbau Acridotheres javanicus Javan mina
93 Perling kumbang Aplonis panayensis Asian Glossy Starling
94
Jalak tunggir
merah Scissirostrum dubium Finch-billed Myna
95
Burung madu
sriganti Nectarinia jugularis Olive backed sunbird Dilindungi
96
Burung madu
kelapa Anthreptes malacenis Plain-throated sunbird Dilindungi
97
Burung madu
bakau Nectarinia calcostetha
Copper-throated
Sunbird Dilindungi
![Page 17: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/17.jpg)
98 Cabai jawa Dicaeum trochileum
Scarlet headed
flowerpecker
99 Kacamata biasa Zosterops palpebrous Oriental white eye
10
0 Kacamata laut Zosterops chloris
Lemon-bellied white-
eye
10
1 Burung gereja Passer montanus Eurasian tree sparrow
10
2 Bondol jawa Lonchura leucogastroides Javan munia
10
3 Bondol oto hitam Lonchura ferruginosa Chesnut Munia
10
4 Bondol peking Lonchura punctulata Scaly breasted munia
(Data 2010: JGM)
4.1.2. Jenis Reptil
a. Biawak
b. Katak
4.1.3. Jenis Mamalia
a. Monyet Ekor Panjang (Macaca fasciculars)
b. Bajing
c. Tikus
d. 5 Jenis Kelelawar:
- Codot Krawar (Cynoptenus brachyotis)
- Codot horsfield (Cynoptenus horsfieldi)
- Cecandu pisang-besar (Macrogterssus soninus)
- Cecandu pisang-kecil (Macroglossus minimus)
- Kelelawar sayap-merah (Kerivoula picta)
4.1.4. Jenis Mangrove
a. Api-api (Avicennia marina),
b. Bakau (Rhizophora mucronata dan Rhizophora stylosa),
c. Pidada (Sonneratia alba), nypa (Nypa frutican),
d. Tancang (Bruguiera gymnorrhiza).
![Page 18: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/18.jpg)
e. Bidara (Sonneratia caseolaris),
f. Warakas (Acrosticum areum),
g. Cantinggi (Ceriops sp.),
h. Buta-buta (Exocecaris agallocha),
Sedangkan jenis vegetasi mangrove ikutan;
a. Jeruju (Acanthus illicifolius),
b. Piai raya (Acrotichum aureum) dan
c. Waru laut (Hibiscus tiliaceus).
Jenis vegetasi pantai dan pinggir sungai, yaitu :
a. Nyamplung (Callophylum inophyllum),
b. Kelapa (Cocos nucifera),
c. Ketapang (Terminalia catappa) dan
d. Rotan (Callamus mannan)
4.2. Data Sosial Ekonomi
4.2.1.Data Masyarakat Sekitar Kawasan Berdasarkan Jumlah Pendidikan
dan Pekerjaan
Pendidikan / Pekerjaan
Jenis Kelamin
JumlahLaki-lakiPerempuan
Jumlah Penduduk 24338 22422 46769Jumlah Kepala Keluarga 13573 2721 16293Pendidikan tertinggia. Tidak Sekolah 226 244 470b. Tidak Tamat SD 713 846 1559c. Tamat SD 2566 3392 5958d. Tamat SLTP 5568 4887 10455e. Tamat SLTA 7258 5724 12982f. Tamat Akademi/PT 3366 2006 5372Pekerjaana. Tani 0 0 0b. Karyawan swasta/pemerintah/ABRI 8164 5721 13865c. Pedagang 6976 3993 10969d. Nelayan 2689 0 2689
![Page 19: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/19.jpg)
e. Buruh Tani 0 0 0f. Pensiunan 559 237 797g. Pertukangan 24 0 24h. Pengangguran 607 352 959i. Fakir miskin 356 252 608j. Lain-lain 915 2818 3733Drop Out (Putus Sekolah) 0 0 0
(Data Desember 2010: Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan Jkt-Utara)
4.2.2.Data Masyarakat Sekitar Kawasan Berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin
UraianWNI WNA Jml.
KeseluruhanLK. PR. Jumlah LK. PR. Jumlah0 – 4 1636 1653 32898 0 0 0 32895 – 9 1753 1678 3429 0 0 0 3429
10 – 14 1701 1652 3353 0 0 0 335315 – 19 1813 1629 3442 0 0 0 344220 – 24 1766 1593 3359 3 1 4 336325 – 29 1809 1677 3486 2 3 5 349130 – 34 1899 1718 3617 2 4 6 362335 – 39 1894 1652 3546 3 2 5 355140 – 44 1794 1624 3418 4 4 8 342645 – 49 1843 1521 3364 5 5 10 337450 – 54 1686 1499 3185 7 3 10 318555 – 59 1766 1551 3317 5 4 9 332660 – 64 1617 1401 3018 4 3 7 302565 – 69 742 777 1519 3 2 5 152470 – 74 486 601 1087 4 7 11 1098
74 keatas 89 154 243 2 4 6 249Jumlah 24294 22380 46674 44 42 86 46760
(Data Desember 2010: Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan Jkt-Utara)
Data diatas hanya disekitar warga Kelurahan Pluit dimana disekitar
komplek perumahan terdapat 1 kelompok monyet dengan total 32 ekor,
sedangkan kita tidak mendapatkan data warga sekitar perumahan PIK dari
pihak pemerintah (Kecamatan Penjaringan), jadi data warga sekitar
kawasan kita anggap sudah dapat mewakili secara keseluruhan.
Berdasarkan pantauan dilapangan warga sekitar kawasan yang langsung
berdekatan dengan HAK sudah tidak ada yang memanfaatkan kawasan
sebagai mata pencaharian utama seperti tambak dan mencari hasil laut
atau ikan. Terutama kawasan TWA sejak dikelola oleh PT. Murindra
![Page 20: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/20.jpg)
Karya Lestari berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
537/Kpts-II/1997 sudah beralih fungsi dari tambak yang dulunya dikelola
oleh masyarakat sekitar menjadi daerah wisata alam dan rehabilitasi
mangrove.
4.3. Survey Populasi
Kegiatan Survey ini dilakukan selama 6 hari dari tanggal 06-08
Desember 2010 dan 14-16 Desember 2010.
4.3.1.Tujuan atau hasil survey populasi adalah :
- Untuk memperoleh data dan informasi serta mengetahui keadaan
terbaru satwa Monyet ekor panjang di kawasan HAK.
- Mengetahui populasi dan distribusi Monyet ekor panjang
disekitar kawasan.
- Mengetahui potensi pakan habitat Monyet ekor panjang.
- Mengidentifikasi permasalahan Monyet ekor panjang dengan
manusia.
4.3.1. Metode survey
- Metode yang digunakan pada kegiatan survei ialah metode
deskripsi dengan teknik survei langsung dan perhitungan
langsung berdasarkan yang terlihat (Visual Encountered Survey).
Pengamatan dilakukan pada pagi dan sore hari pada saat monyet
tersebut beraktifitas.
- Survey dilakukan dengan melakukan penjelajahan menyusuri
seluruh kawasan dalam hutan yang merupakan ruang gerak
Macaca fasciculars dan persebarannya. Selain di dalam kawasan
penjelajahan juga di lakukan di pemukiman sekitar kawasan
dengan terlebih dahulu membuat jalur- jalur untuk memudahkan
tim survey pada saat pengambilan data.
- Data selama melakukan survey adalah pencatatan titik-titik
perjumpaan, aktifitas dan jumlah Monyet ekor panjang yang
dijumpai. Selain itu juga dicatat jenis-jenis tanaman buah dan
tumbuhan lain yang potensial menjadi pakan alami bagi Monyet
![Page 21: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/21.jpg)
ekor panjang. Selain jenis Monyet ekor panjang, juga di catat
perjumpaan dengan satwa lain yang telah ditemukan.
- Perolehan data populasi masing-masing kelompok dilakukan
pengulangan selama 3 kali dalam waktu yang berbeda.
Peta Sebaran Kelompok Monyet ekor panjang yang terpantau selama
Survey Populasi:
Table data populasi satwa di SM, HL, TWA Muara Angke dan perumahan pluit
Jenis satwa Lokasi Jumlah
Macaca fascicularis TWA 3 ekor
HL 17 ekor
HL - SM 25 ekor
SM 45 ekor
Perumahan Pluit 16 kor
Keterangan Peta Sebaran Macaca fascicularis (penambahan kelompok HL/pos 4 sebanyak 18 ekor) tgl 10 februari 2011No
Lokasi Jumlah & Komposisi Pakan Potensi Konflik
Jml Bayi
Ank jntn
Ank btn
Md jnt
Md
Dws jntn
Dws
![Page 22: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/22.jpg)
nbtn btn
1 TWA 3 ekor 1 1 1 Sampah, pidada Tdk berpotensi
99,82 Ha Rizhopora dll Konflik krn lokasiPete cina, b.jeruk Dan potensi
Manga, manggis Makanan masih
kelapa, Cukup memadai
2 HL 17 ekor 2 2 2 5 6Sampah, pete cina
Mngkhawatirkandilihat dr lokasi
44,25 Ha Pidada, akasia tidak ada barier
pos 3 serangga Dgn perumahan
(semut & rayap) & sekolah, kalau
Dr potensi pakan
3 HL 18 ekor 3 4 2 5 4 bisa sj memicu
44,25 Ha Untuk cepat
pos 4 Berkembang biak
4 HL 17 ekor 2 2 2 5 6 Sampah, akasiaMngkhawatirkandilihat dr lokasi
44,25 Hapete cina, pidada tdk ada barier dgn
pos 3 seranggaperumahan&sekolah
(semut & rayap) Kl drpotensi pakan
5 HL 18 ekor 3 4 2 5 4 bisa sj memicu unt
44,25 Ha Cepat berkembang
pos 4 biak
6 Gereja selalu mencari mkn
dr sampah pd saat
kegiatan di lokasi
5 SM/HL 25 ekor 4 4 3 1 8 5 Sampah dr sugai Daerah jelajah di
Angke, api-apisekitar bibir S.Angke
pohon waru laut 1Km, tdk berotensi
konflik krn mkn
6 SM/HL 25 ekor 4 4 3 1 8 5Sampah dr s. Angke cukup memadai
pohon api-api&jauh dr prmukiman
pohon waru laut
7 SM 45 ekor 4 5 4 5 12 15 Eceng gondok Menyebar diseluruh
Pos 1Rizhopora, pidada kawasan SM mncariPete cina, api-api mkn dr pengunjung
sampah kantor Sampai masuk
BKSDA pos 1 kawasan perum dan
![Page 23: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/23.jpg)
Sampai perum mencari makan drMediterania / PIK tempat sampah
8 Pluit 16 ekor 1 6 2 3 2 2 pohon cermai,lokasi sempit (taman
10X300m Sawo, pisang, perum) dgn mkanan
jambu air, kelapa, yg tercukupi.
buah trembesi kegiatan hanyasampah dr s. Angke mencari makan,
sesaji dr rumah grooming & kawin
4.3.3. Potensi pakan Monyet ekor panjang di kawasan HKA.
Pada kegiatan survey yang dilakukan di 4 tempat yang berbeda tim
survey juga melakukan kegiatan inventarisasi tumbuhan pakan dan
potensi pakan di masing-masing lokasi survey untuk mengetahui
kelimpahan jenis pakannya.
Kawasan TWA
Tumbuhan dan potensi pakan yang terdapat di daerah ini antara lain
: Rizhopora sp, Pete cina, Api-api, pidada, mangga, belimbing,
sawo dan sampah buangan dari pihak pengelola kawasan.
Kawasan HL
Di kawasan hutan lindung ini tumbuhan pakan didominasi oleh
jenis mangrove yaitu rizhopora sp. Selain jenis tersebut ada jenis
lain
diantaranya : akasia, api-api, waru laut, pete cina. Ada juga jenis
serangga seperti semut dan rayap yang hidup di pepohonan.
Kawasan SMMA
Jenis mangrove pidada, nipah dan enceng gondok mendominasi
tumbuhan yang bisa menjadi pakan bagi monyet ekor panjang di
SM Muara Angke.
Jenis pakan lainnya adalah : api-api, buta-buta, beringin, rizhopora
sp dan ketapang.
![Page 24: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/24.jpg)
Selain tumbuhan tersebut macaca di area ini juga memanfaatkan
jenis serangga dan sampah yang ada banyak di sepanjang aliran
sungai muara angke sebagai sumber pakannya.
Perumahan Pluit
Kelompok monyet ekor panjang di perumahan pluit banyak
memanfaatkan tumbuhan buah yang ditanam oleh warga
perumahan. Jenis tumbuhan tersebut diantaranya : cermai, mangga,
jambu air, kelapa, pisang, asem jawa, ketapang dan bambu. Selain
itu mereka juga memakan sesaji dari ritual keagamaan yang dianut
oleh sebagian besar warna perumahan pluit sebagai salah satu
sumber pakannya.
4.4. Monitoring Populasi
Monitoring Populasi ini dilaksanakana selama 7 hari pada tanggal 23-29
Maret 2011. Kegiatan survey ini merupakan pengecekan ulang dari hasil
survey populasi sebelumnya dengan harapan ada sebuah pembanding dan
akurasi data yang tepat dari hasil pengamatan sebelumnya. Survey
dilakukan dengan melakukan penjelajahan menyusuri seluruh kawasan
dalam hutan yang merupakan ruang gerak Macaca fascicularis dan
persebarannya. Selain di dalam kawasan penjelajahan juga di lakukan di
pemukiman sekitar kawasan dengan terlebih dahulu membuat jalur- jalur
untuk memudahkan tim survey pada saat pengambilan data.
4.4.1. Metode Survey
Metode yang digunakan pada kegiatan monitoring ialah metode
deskripsi dengan teknik survei langsung dan perhitungan langsung
berdasarkan yang terlihat (Visual Encountered Survey). Sedangkan
untuk pengambilan data metode yang digunakan yaitu focal animal
sampling. Metode ini merupakan suatu cara untuk mengetahui aktivitas
monyet ekor panjang dengan cara mengamati suatu individu yang
menjadi fokus dan dianggap representatif untuk menyimpulkan
aktivitas kelompok (Dr. Melati Ferianita Fachrul, 2006). Pengamatan
ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
![Page 25: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/25.jpg)
a. Pagi: pukul 06.00-10.00
b. Siang: pukul 10.00 – 14.00
c. Sore: pukul 14.00 – 18.00
Interval waktu yang digunakan adalah 10 menit, selama interval
tersebut semua kriteria dan aktivitas yang terjadi diamati secara cermat
dan dicatat lamanya. Pola aktivitas yang diamati dikelompokkan dalam
suatu rangkaian perilaku secara keseluruhan, yaitu:
a. Istirahat: duduk, berbaring, dan berdiri
b. Berpindah: berjalan, melompat, dan memanjat
c. Makan: memegang, memetik, memasukkan ke dalam mulut
d. Aktivitas sosial: bermain, kawin, grooming, dan bersuara
Data selama melakukan survey dan monitoring adalah pencatatan titik-
titik perjumpaan, aktifitas dan jumlah Monyet ekor panjang yang
dijumpai. Selain itu juga dicatat jenis-jenis tanaman buah dan tumbuhan
lain yang potensial menjadi pakan alami bagi Monyet ekor panjang.
Selain jenis Monyet ekor panjang, juga di catat perjumpaan dengan
satwa lain yang telah ditemukan.
Selain itu untuk menentukan daerah jelajah masing-masing kelompok,
tim menggunakan metode minimum conveg polygon yaitu dengan cara
menghubungkan titik-titik terluar perjumpaan dengan satwa macaca
fascicularis.
4.4.2. Tujuan dari monitoring populasai adalah:
Mengamati dari setiap masing-masing kelompok antara lain:
a. Memastikan komposisi dari hasil perolehan survey sebelumnya:
b. Komposisi (usia dan jenis kelamin)
c. Home range
d. Aktivitas dari pagi keluar pohon tidur sampai kembali
e. Sumber pakan
![Page 26: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/26.jpg)
f. Data foto/dokumentasi (pohon tidur, aktivitas, potensi konflik
pada saat berinteraksi dengan masyarakat, mencari makan
ditempat sampah, tempat sampah dll)
g. Menitik kawasan terluar
h. Mencatat informasi dari berbagai sumber, masyarakat / polhut
tentang Macaca fascicularis
4.4.3. Kelompok Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
Berdasarkan pengamatan keberadaan kelompok Monyet ekor panjang
dilakukan selama 2 kali, yaitu survey populasi dan monitoring
populasi. Dari hasil perolehan jumlah/populasi kelompok yang
digunakan adalah hasil perolehan yang terakhir yaitu monitoring
populasi Monyet ekor panjang, karena dianggap hasil terbaru dan
lebih mendekati akurat dengan metode mengetahui aktivitas dengan
cara mengamati masing-masing kelompok mulai keluar dari pohon
tidur (pagi hari) sampai kembali ke pohon tidur (menjelang
petang/matahari mulai tenggelam). Dari hasil survey dan monitoring
terdapat 10 kelompok baik didalam maupun diluar kawasan dengan
total keseluruhan adalah 191 ekor Monyet ekor panjang
Kelompok Macaca fascicularis didalam Kawasan
Kelompok Lokasi
Jumlah & Komposisi
Total Bayi Anak
Mud
a jntn
Muda
btn
Dws
jantan
Dws
betina
1 TWA 4 ekor 1 1 1 1
99,82 Ha
2 HL 44,25 Ha 18 ekor 1 5 4 3 5
pos 4
3 HL 44,25 Ha 27 ekor 5 3 2 7 10
pos 3
4 HL 44,25 Ha 31 ekor 2 6 5 10 7
pos 2 1 ?
Sungai Angke 17 ekor 3 2 7 5
![Page 27: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/27.jpg)
HL
5 SMMA / gereja 35 ekor 2 7 15 5 6
(Tangan buntung)
SMMA 25,02 Ha 15 ekor 1 4 5 4 3
pos 1 (Jengger)
Keterangan Kelompok Macaca fascicularis diluar Kawasan
6 Perum Pluit 32 ekor 3 4 4 6 5
7 Sungai Cengkareng 4 ekor 4
8 PIK Kantri 8 ekor 2 6
4.4.4. (Home Range) Kelompok Monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis)
Daerah jelajah berdasarkan peta kawasan:
Dari peta diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 kelompok
didalam kawasan dan 3 kelompok diluar kawasan, dari kelompok
didalam kawasan tersebut terdapat kelompok besar di peta no 4 dan
5 dimana masing-masing terdapat 2 kelompok.
![Page 28: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/28.jpg)
Kelompok di dalam kawasan:
Dimulai dari keterangan no. 1 khusus untuk kelompok ini dari total
kawasan seluas 99,82 Ha hanya terdapat 4 ekor monyet saja, dengan
potensi pakan alami yang cukup banyak jadi kemungkinan potensi
konflik cukup kecil.
Kelompok no. 2 merupakan wilayah pos 2 dari kawasan HL,
terdapat 18 ekor monyet dengan daerah jelajah tidak terlalu luas
disekitar titik-titik koordinat yang muncul, hal ini disebabkan lokasi
berbatasan langsung dengan laut, juga karena intensitas keluar dari
kawasan kurang karena terdapat anjing penjaga dari pihak keamanan
perumahan, berdasarkan informasi dari penjaga anjing ini sengaja
diadakan sebagai penghalau bagi monyet masuk komplek warga.
Kelompok no. 3 merupakan wilayah kawasan HL tepatnya disana
terdapat pos 3 yang di jaga oleh petugas dari Dinas Kelautan dan
Pertanian Propinsi DKI Jakarta, jumlah kelompok ini terdapat 27
ekor monyet, pergerakan kelompok ini mulai dari pohon tidur
disekitar bibir laut, ujung kawasan sebelah barat sampai setengah
dari kawasan hingga bersinggungan dengan kelompok 4.
Keterangarn di no 4 terdapat total 48 ekor monyet dimana terbagi
menjadi dua kelompok terkadang berbagi daerah jelajah untuk
mencari makan yaitu wilayah HL yang terpantau pohon tidurnya
disekitar pos 3 dan wilayah kelompok sungai Angke, daerah jelajah
kelompok ini juga cukup luas mulai pohon tidur disekitar pinggir
sungai sampai jelajah mencari makan sekitar pos 2.
Untuk kelompok besar no. 5 dengan total 50 ekor monyet, dalam
kelompok ini terdapat dua kelompok dengan ciri fisik salah satu
individu yaitu “tangan buntung” dan “mata satu”, kedua keompok ini
berbagi pohon tidur yang sama didalam kawasan SM dengan jelajah
mencari makan berbeda. Kelompok “tangan buntung” jelajah
mencari makan mulai dari dalam kawasan SM sampai gereja Regina
Caeli dan pintu masuk perumahan Mediterania PIK, sedangkan
kelompok “mata satu” atau biasa disebut kelompok “Jegger” dari
![Page 29: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/29.jpg)
pohon tidur sampai pos 1 (kantor SM) atau pintu masuk kawasan
SM.
Kelompok di Luar Kawasan:
Kelompok no. 6 berada di sekitar Perumahan Pluit lebih tepatnya di
seberang kawasan SMMA yang terpisah oleh Sungai Angke,
kelompok ini terpantau sebanyak 32 ekor dengan daerah jelajah
sekitar taman perumahan sampai bibir S. Angke, dengan luas taman
sekitar 300-400 meter dan melewati jembatan S. Angke sepanjang
sungai kearah selatan.
Kelompok no. 7 adalah terpantau sebanyak 4 ekor, berada di taman
bibir S. Cengkareng belakang Rumah Sakit PIK, dari jelajah mereka
sepanjang jalan dan kemungkinan pohon tidur disekitar pos 3
kawasan HL.
Kelompok diluar kawasan yang terpantau adalah pada no. 8,
kelompok ini berada di sekitar bangunan terlantar sepanjang jalan
utama PIK kira-kira 6 Ha, dengan total informasi dari Polhut sekitar
8 ekor (6 dewasa dan 2 anak-anak).
4.4.5. Potensi Pakan
Sebaran populasi monyet tergantung dari potensi pakan, dari
pantauan dilapangan selama 1 minggu dan 3 kali pantauan dalam
sehari dapat disimpulkan bahwa jenis tumbuhan pakan alami yang
dimakan adalah 18 jenis, bagian yang dimakan adalah daun, buah,
tangkai, kulit batang, akar, bunga, umbut, dan lainnya. Diketahui 8
jenis tumbuhan yang tergolong sering dimakan (sangat disukai) oleh
monyet ekor panjang. Potensi jenis tumbuhan yang dimakan oleh
monyet cukup beragam. Hal ini dapat terlihat dari komposisi jenis
yang dimakan monyet yang alami. Selain makanan alami yang
terdapat dalam kawasan monyet juga memakan sampah, baik yang
terdapat di tempat sampah dikawasan dan dari tempat sampah
didepan rumah warga, monyet juga mencari makan dari sampah yang
terdapat di Sungai Angke.
![Page 30: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/30.jpg)
Kawasan Taman Wisata Alam
Kawasan TWA hanya terdapat 4 ekor monyet dan potensi pakan
alami cukup banyak, yaitu: jenis Rizhopora sp, Pete cina, Api-api,
pidada, jenis tanaman buah-buahan yang ditanam disekitar lokasi
penginapan dan kantor managemen PT. Murindra Karya Bakti
seperti buah mangga, belimbing, sawo, jeruk dll juga sampah
buangan dari pihak pengelola kawasan.
No Nama Lokal Nama Ilmiah Bagian yg
dimakan
Tingkat
kesukaa
n
1 Pidada Sonneratia caseolaris Buah, daun, SS
2 Bakau Rhizophora mucronata,
R. apiculat
Pucuk daun, akar,
buah, ranting,
batang muda
SS
3 Rumput glagah Saccharum
spontaneum
Daun KS
4 Buta-buta Excoecaria agallocha Kulit kayu KS
5 Bidara laut Strychnos ligustrina Bl Daun S
6 Waru laut Hibiscus tiliaceus Kulit kayu KS
7 Bluntas Pluchea indica L. Daun TS
8 Flamboyan Delonix regia Daun KS
Keterangan:
Tidak di sukai : TS (frekwensi perjumpaan makan 0-2 kali)Kurang di sukai : KS (frekwensi perjumpaan makan 3-6 kali)Suka : S (frekwensi perjumpaan makan 7-10 kali)Sangat Suka : SS (frekwensi perjumpaan makan 11-15 kali)
Kawasan Hutan Lindung
Kawasan HL terdapat 4 kelompok monyet, yaitu kelompok
disekitar sungai, pos 2, pos 3 dan pos 4 dengan total keseluruhan
103 ekor. Secara keseluruhan kawasan ini didominasi vegetasi
jenis mangrove (Rizhopora sp.) 56,52 %, sedangkan lebih banyak
perairan 24,71% terutama disekitar sungai Angke perbatasan
![Page 31: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/31.jpg)
SMMA dan HL sampai wilayah pos 2, selebihnya lebih banyak
variasi tumbuhan pendukung lainnya yang juga merupakan
potensi pakan alami bagi monyet.
No Nama Lokal Nama Ilmiah Bagian yg dimakan Tingkat
kesukaa
n
1 Bakau Rhizophora mucronata,
R. apiculata
Pucuk daun, akar,
buah, ranting,
batang muda
S
2 Akasia Acacia auriculiformis Buah, biji, pucuk
daun, kambium
SS
3 Flamboyan Delonix regia Kulit kayu S
4 Api-api Aviciena Daun, buah SS
5 Anggur-
angguran
Buah, pucuk daun,
sulur, daun
SS
6 Petai cina Leucaena Leucocephala Biji, daun S
7 Eceng gondok Eichhornia crassipes Umbut KS
8 Kangkung
sungai
Daun KS
9 Waru laut Hibiscus tiliaceus Kulit kayu KS
10 Pidada Sonneratia caseolaris Buah, daun SS
11 Buta-buta Excoecaria agallocha Kulit kayu KS
12 Serangga Insecta Semut dan rayap S
Kawasan SMMA
Kawasan SM terdapat 2 kelompok yaitu kelompok “Tangan
buntung” dengan total 35 ekor dan kelompok “Jegger” total 15
ekor. Dilihat dari peta tutupan lahan jenis-jenis Pidada
(Sonneratia sp) yang paling banyak sekitar 38,9 % di lanjutkan
dengan jenis Rizhopora 22%, sedangkan luasan perairan yang
![Page 32: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/32.jpg)
ditumbuhi eceng gondok sekitar 25,8% dari total kawasan juga
terdapat tumbuhan lainnya yang merupakan tanaman pendukung.
No Nama Lokal Nama Ilmiah Bagian yg
dimakan
Tingkat
kesukaa
n
1 Pidada Sonneratia caseolaris Buah, daun, SS
2 Eceng gondok Eichhornia crassipes Umbut SS
3 Rumput glagah Saccharum
spontaneum
Daun KS
4 Petai cina Leucaena
Leucocephala
Daun, biji SS
5 Nipah Nypa fruticans
Wurmb
Bunga, pelepah,
buah, daun
SS
6 Anggur-angguran Buah, sulur S
7 Waru laut Hibiscus tiliaceus Kulit kayu KS
8 Bambu Ujung daun KS
9 Labu Bunga, tangkai,
daun
S
10 Buta-buta Excoecaria agallocha Kulit kayu S
11 Kerukup
Siam/Ceri
kampong
Muntingia calabura. Kulit kayu, buah S
Selain potensi makan alami yang terdapat di kawasan, moyet
dikelompok SMMA ini juga mengandalkan makanan yang terdapat di
tempat sampah. Kalau untuk kelompok “tangan buntung” intensitas
mecari makan dikawasan perumahan PIK hampir setiap sore hari
sejak pukul 15.00 Wib sampai menjelang petang pukul 18.00 Wib,
kelompok ini selain dari tempat sampah dari tempat sampah juga
terbisa mendapatkan makanan dari para pengendara kendaraan yang
sengaja berhenti untuk memberi makan kepada monyet, makanan
yang didapatkan biasanya kacang, roti ataupun kerupuk.
![Page 33: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/33.jpg)
Sedangkan kelompok “Jegger” hampir waktunya habis untuk
mendapatkan makanan dari tempat sampah yang terdapat di sekitar
kantor SMMA / pos 1 Kantor BKSDA / Polhut dan dari makanan
yang dibawa oleh pengunjung kawasan SMMA, bahkan banyak juga
pengunjung sengaja member makan, hal ini disebabkan karena
minimnya informasi tentang larangan memberi makan kepada
monyet di dalam kawasan.
Monyet ekor panjang merupakan satwa opportunistic omnivore, yaitu
satwa yang dapat memperoleh bahan makanan dari apa saja yang
tersedia dilingkungan habitatnya. Disamping memperoleh makanan
dari buah-buahan, satwa ini juga memakan daging dan tumbuh-
tumbuhan (Poirier and Smith, 1974 dalam Mampioper, 2006). Satwa
ini juga memakan binatang bertulang belakang jika mendapat
kesempatan. Termasuk semua kelompok monyet di sekitar Hutan
Angke Kapuk memakan sampah dari tempat sampah disekitar
kawasan juga mencari dari sampah yang dibawa oleh Sungai Angke.
Intensitas memakan sampah adalah cukup besar, sekitar 40% dari
totsl waktu mereka mencari makan adalah dari sampah, mereka
memakan apa saja yang didapat, seperti sampah: sisa nasi bungkus,
kulit buah dan buah, kelapa, sayur, roti dll.
4.4.5.1. Kondisi Sungai Angke.
Sungai Angke merupakan salah satu sumber permasalahan utama Monyet
ekor panjang di kawasan Hutan Angke Kapuk, karena hampir sebagian
besar semua monyet memanfaatkan sampah yang terbawa oleh Sungai
Angke sebagai makanan utama selain pakan alami, informasi ini berasal
dari JGM / Jakarta Green Monster yang juga merupakan LSM yang
bergerak dibidang perlindungan kawasan dan habitat di SMMA.
Lembar Fakta Sungai atau Kali Angke
Lokasi
![Page 34: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/34.jpg)
Kali Angke merupakan salah satu sungai lintas propinsi yang melalui
Jakarta. Hulu kali Angke berada di daerah Semplak, Kabupaten Bogor.
Propinsi Jawa Barat dan bermuara di Teluk Jakarta. Luas Daerah Aliran
Sungai Angke 54,267 Ha. Kali Angke yang melintasi wilayah DKI
Jakarta memiliki panjang 35 Km. Kali Angke mengairi wilayah Jakarta
Barat sampai dengan Jakarta Utara. Sebagian besar wilayah yang dilalui
adalah wilayah padat penduduk. Seringkali setiap musim hujan datang,
wilayah pemukiman di bantarannya pasti akan terkena banjir.
Peruntukan Kali Angke
Berdasarkan Keputusan Gubernur KDKI Jakarta No. 582 Tahun 1995
tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai/Badan Air Serta
Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
sistim aliran sungai Angke dibedakan menjadi dua wilayah pengembagan,
yaitu (1) Wilayah pengembangan barat (hulu sungai di Jakarta sampai
Cengkareng Drain) yang termasuk badan air golongan C. Badan air
golongan ini dapat dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan dan peternakan.
Sedangkan sistim aliran sungai Angke wilayah pengembangan tengah
(pintu air Cengkareng Drain sampai muara sungai Angke) dimasukkan ke
dalam badan air golongan D yang dimanfaatkan untuk pertanian, usaha
perkotaan dan industri pembangkit listrik tenaga air (NKLD DKI Jakarta,
2000).
Permasalahan
Kali Angke yang sudah memasuki wilayah DKI Jakarta memiliki
permasalahan tipikal wilayah perkotaan. Tingginya desakan yang terjadi
membuat daya dukung lingkungan kali Angke cenderung mengalami
penurunan. Hal ini dapat dilihat pada bencana banjir yang selalu
menggenangi pemukiman di sekitar wilayah aliran kali Angke.
1. Perubahan Aliran Air
Penurunan kemampuan ini salah satunya disebabkan oleh penyodetan
(pengalihan aliran air). Penyodetan bertujuan untuk mengurangi debit air
saat musim penghujan, sehingga wilayah pemukiman padat penduduk
![Page 35: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/35.jpg)
dapat terbebas dari banjir. Pengubahan aliran kali menyebabkan
berubahnya fungsi kali ini. Aliran kali Angke, pada awalnya memiliki
muara di Muara Angke. Namun, aliran tersebut berubah sejak
dibangunnya Cengkareng Drain pada tahun 1980-an. Aliran utama kali
Angke saat ini bermuara di Muara Cengkareng Drain. Aliran air yang
lama, saat ini praktis menggenang karena tidak ada lagi aliran air utama.
Jadi pemandangan yang terlihat adalah seperti got yang sangat lebar dan
panjang. Di sepanjang sungai dapat dilihat sampah dengan warna hitam
dan bau yang menyengat.
2. Alih Fungsi Lahan
Bantaran kali diperkirakan telah mengalami penyusutan luas DAS mulai
28 sampai dengan 35 persen. Penyusutan tersebut diakibatkan oleh
pemanfaatan bantaran sungai menjadi perumahan dan indutri.
3. Sampah
Beberapa jenis sampah padat yang sering ditemui, antara lain seperti botol
kaca, barang plastik, styrofoam, plastik belanjaan, kertas, sisa sayuran.
Pemantauan Dinas Kebersihan pada tahun 2005, jumlah timbulan sampah
terangkut seluruh Jakarta mencapai 27.966 m3. Dari jumlah tersebut,
setelah diidentifikasi berdasarkan jenisnya, sampah organik ada sekitar
65,05 % dan sampah non organik mencapai 34,95 %. Dari persentase
tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah sampah terbesar adalah sampah
domestik. Sumber timbulan sampah, volume yang terangkut dan
persentasenya tersaji pada tabel Tingginya volume sampah yang mengalir
ke muara kali Angke ini disebabkan adanya praktek pembuangan sampah
di sungai. Hampir di setiap bantaran kali pasti ada tumpukan sampah baik
legal maupun ilegal. Pemantauan titik sampah sungai Angke yang
dilakukan dari jembatan Pesing Poglar sampai muara sungai Angke,
ditemukan ada sekitar 5 titik penimbunan sampah pinggir kali. Kondisi ini
diperparah dengan aktifitas pembuangan sampah ke kali yang dilakukan
oleh warga secara acak dan pertemuan sungai Angke dengan aliran Banjir
Kanal Barat yang banyak membawa sampah dari sungai Ciliwung dan
saluran Mookervart yang membawa sampah dari Sungai Pesanggrahan.
![Page 36: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/36.jpg)
Maka tidak heran jika muara sungai Angke menjadi tempat akumulasi
sampah terbanyak di sepanjang pesisir utara Jakarta.
4. Limbah Cair Domestik
Dari pemantauan yang dilakukan oleh BPLHD DKI Jakarta tahun 2005,
parameter pencemaran air yang terukur di jembatan Pantai Indah Kapuk
(badan air golongan D) tersaji pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Data Kualitas Sungai Angke di Jembatan Pantai Indah Kapuk Tahun
2005
Parameter Satuan RerataBaku
Mutu
Status
Oksigen terlarut (DO) mg/L 0,95 3 Tidak memenuhi baku mutu
Merkuri mg/L 0,0008 0,0005 Tidak memenuhi baku mutu
Phosphat mg/L 1,21 0,5 Tidak memenuhi baku mutu
BOD mg/L 13,42 20 Memenuhi baku mutu
COD mg/L 34,84 30 Tidak memenuhi baku mutu
Coliform Koloni/100 mL 8,63 x 106 2 x 104 Tidak memenuhi baku mutu
Sumber : BPLHD Propinsi DKI Jakarta, 2005
Dampak Pencemaran Sungai Angke pada Suaka Margasatwa Muara
Angke
Jika dilihat dari sudut pandang ekosistem, pencemaran yang terjadi di kali
Angke secara tidak langsung akan mengakibatkan penurunan kualitas
lingkungan baik darat maupun perairan. Ekosistem yang terkena dampak
serius dari pencemaran sungai Angke adalah Suaka Margasatwa Muara
Angke (SMMA). Suaka margasatwa terakhir Propinsi DKI Jakarta dan
terkecil di Indonesia, dengan luas 25,02 Ha. Kini kelestariannya berada
dalam ancaman karena semakin tingginya aktifitas manusia yang berada di
sekitarnya. Hal ini menyebabkan tekanan baik secara langsung atau tidak
pada kawasan. Di samping itu ancaman juga datang dari aliran sungai
Angke. Aliran sungai ini mengalirkan sampah 1.000 m3 per hari ke muara.
Dan beberapa diantaranya akan terdampar di SMMA.
Dari hasil bersih sampah berkala di SMMA pada Maret 2007, diperoleh
hasil bahwa jumlah sampah plastik mencapai 4 ton. Sedangkan sampah
non plastik sekitar 206 Kg. Aksi bersih sampah ini dilakukan pasca banjir
![Page 37: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/37.jpg)
besar Jakarta Februari 2007. Jenis sampahnyapun beragam mulai bungkus
permen sampai kulkas. Sekitar 95 % sampah yang ditemukan merupakan
sampah plastik dan sumbernya berasal dari rumah tangga. Sampah tersebut
masuk ke dalam kawasan SMMA melalui aliran sungai Angke.
Dampak yang ditimbulkan dengan masuknya sampah ke dalam kawasan
yaitu mengancam kelestarian ekosistem mangrove baik flora maupun
faunanya. Dengan kehadiran sampah di SMMA juga menyebabkan
perubahan perilaku makan monyet ekor panjang (Macaca fasicularis).
Sebelumnya kawanan monyet ini memakan buah tanaman mangrove.
Namun sejak masuknya sampah, perilaku memakan sampah dari sungai
bukan hal yang aneh lagi. Yang berbahaya adalah jika plastik ikut
termakan, akan mempengaruhi saluran pencernaannya dan akan berakibat
kematian. Hal ini juga mengancam kawanan burung air yang
menggunakan SMMA dan dipinggiran sungai Angke sebagai tempat
mencari makan. Tidak hanya itu, ancaman yang tidak terlihat juga datang
dari air sungai Angke yang telah tercemar oleh pencemar organik maupun
non organik (logam berat). Tingginya konsentrasi bahan pencemar di
dalam kawasan, tentu akan berpengaruh pada keberlangsungan hidup
ekosistem mangrove itu sendiri.
Kesimpulan
Dari penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pencemaran yang
terjadi di hulu baik oleh buangan limbah cair maupun sampah ke badan
sungai, akan menyebabkan penurunan kualitas lingkungan. Dampak dari
pencemaran sungai ini dapat dilihat pada kondisi sungai Angke dan
SMMA saat ini. Telah terjadi penurunan kualitas lingkungan yang serius.
Kondisi demikian akan mengancam keberadaan flora dan fauna yang
berinteraksi secara langsung di dalamnya, baik di ekosistem sungai
maupun ekosistem mangrove. Dampak dari pencemaran ini, suatu saat
pasti yang akan dirasakan oleh manusia. Untuk mencegahnya, diperlukan
komitmen dari berbagai pihak untuk mengurangi tingkat pencemaran di
sungai baik di hulu maupun di hilir.
![Page 38: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/38.jpg)
4.5. Peta Tutupan Lahan
Sebagai data pendukung untuk menentukan luasan lahan dan tutupan
lahan kawasan adalah pembuatan peta kawasan dengan menggunakan
teknologi Geographic Information System (GIS) atau Sistem Informasi
Geografis (SIG)
Pengamatan lapangan (ground check) dilakukan pada tanggal: 09-10
April 2011, berikut mekanisme atau teknis pengambilan data selama
dilapangan:
Keterangan Informasi
Peta
Tutupan dan Penggunaan Lahan Lokasi TWA (Taman
WisataAlam), SMMA (Suaka Margasatwa Muara Angke), HL
(HutanLindung)
Output
yang
dihasilkan
1. Peta Kawasan TWA, SMMA, HL di Muara Angke Jakarta Utara
2. Peta Tutupan dan Penggunaan Lahan TWA, SMMA, dan HL
3. Luasan Tutupan dan Penggunaan Lahan TWA, SMMA, dan HL
Sumber1. Peta RBI Bakosurtanal Lembar Muara Angke (2 Lembar)
2. Capture Image Google Earth lokasi MuaraAngke
Metode Metode yang digunakan untuk pemetaan wilayah TWA, SM, dan
HL di muara angkedi dasarkan pada interpretasi citra satelit yang
didapatkan dari Google Earth (terbaru) dengan membedakan
suatu obyek dari tekstur, warna, dan penampakan sehingga
didapatkan informasi tutupan dan penggunaan lahan di wilayah
tersebut.
Selain hal tersebut, ground check dan ground truth dilakukan
untuk memvalidasi obyek yang diidentifikasi dari satelit pada
penampakannya, sehingga dapat membantu untuk
mengidentifikasi penampakan yang didapatkan dari Google earth
secara nyata.
Ground check dilakukan pada 38 titik yang tersebar disekitar
![Page 39: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/39.jpg)
Wilayah TWA, SMMA, dan HL sehingga didapatkan beberapa
informasi penampakan sebenarnya di muka bumi untuk
diidentifikasi pada citra satelit yang didapatkan dari Google
Earth.
Pada pekerjaan ini, dilakukan dengan cara on screen digitation,
yaitu pengerjaan peta yang dilakukan secara manual dengan
mendigitasi informasi penampakan melalui sebuah media
instalasi di komputer, dengan hasil akhir berupa peta.
Flow chart Umum untuk pembuatan peta tutupan dan penggunaan lahan di
kawasan Hutan Angke Kapuk
Tujuan dibuatnya peta GIS adalah untuk mencari berapa persentase
tutupan lahan dari lokasi kawasan yang merupakan habitat alami dari
Monyet ekor panjang, hal ini sangat penting mengingat kelangsungan
hidup tergantung dari seberapa luas dan dari sini juga nantinya dapat
![Page 40: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/40.jpg)
diketahui akar permasalahan dan potensi konflik yang terjadi sejauh
mana.
Berikut hasil Peta GIS Tutupan Lahan berdasarkan lokasi kawasan Hutan
Angke Kapuk secara keseluruhan (SMMA, HL dan TWA):
Dari hasil peta tutupan lahan kawasan secara keseluruhan di bagi menjadi
7 kategori unsur vegetasi yang terdapat di kawasan, antara lain: rumput,
vegetasi Pidada (Sonneratia sp), vegetasi bakau (Rizhopora sp), vegetasi
Nipah (Nypa sp), Limbah, Lahan Terbangun, dan Tubuh air. Apabila
dilihat dari hasil potensi jenis tanaman yang muncul adalah didominasi
jenis-jenis tanaman Rizhopora yang tersebar hampir diseluruh kawasan
terutama disekitar HL, potensi perairan merupakan mayoritas 45,89%
yang sebagian besar dikawasan TWA dan potensi lainnya rata-rata
dibawah 10 % antara lain Pidada, Nipah dan rerumputan.
![Page 41: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/41.jpg)
Peta GIS kawasan SMMA:
Hasil tutupan lahan terlihat lebih banyak didominasi unsur jenis
tumbuhan pidada sebesar 38,95 %, rawa atau perairan yang hampir
sebagian tertutup oleh eceng gondok 25,87 %, jenis mangrove 22,05 %,
Nipah 10,64 % dan lain-lain sekitar 2,5 % yaitu jenis rumput dan limbah
atau sampah. Jika dari polehan persentase tutupan lahan jelas kawasan
SMMA merupakan habitat ideal bagi monyet ekor panjang, karena apa
bila dihubungkan dengan potensi pakan, pidada yang mendominasi
kawasan merupakan salah satu jenis tanaman yang sangat disukai oleh
monyet.
![Page 42: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/42.jpg)
Peta GIS kawasan HL:
Hasil persentase peta tutupan lahan kawasan HL antara lain didominasi
jenis tumbuhan bakau 56,52 %, perairan 24,71 %, Nypa 6,63 %, rumput
5,51 %, pidada 4,15 % dan lain-lain hampir 3%. Apabila dilihat dari
tingkat kesukaan monyet sangat menyukai jenis tumbuhan akasia, api-api,
anggur-angguran dan pidada, masih sangat memungkinkan kawasan ini
menjadi habitat monyet karena berdasarkan informasi tingkat intensitas
monyet keluar kawasan untuk mecari makan cukup minim, hal ini
disebabkan mereka masih memungkinkan untuk dapat mendapatkan
makanan alami dari kawasan.
![Page 43: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/43.jpg)
Peta GIS kawasan TWA:
Sejarah kawasan TWA sebelumnya adalah merupakan lokasi tambak,
meskipun sekarang sudah sudah ada upaya rehablitasi mangrove, tetapi
dominasi kawasan masih lebih banyak perairan sebanyak 71,31 %,
vegetasi mangrove 19,97 % selebihnya adalah lahan bangunan sebagai
lokasi wisata, apa bila dilihat dari total kawasan yang cukup luas 99,98
Ha dihuni oleh 4 ekor monyet dengan potensi pakan yang cukup banyak
jelas tidak berpotensi munulnya konflik.
4.6. Penyadartahuan
Salah satu kegiatan lapangan dalam program ini adalah penyadartahuan
(awareness) kepada masyarakat sekitar dan pengunjung kawasan, dengan
![Page 44: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/44.jpg)
tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan memberikan
penyadartahuan kepada masyarakat tentang arti penting, fungsi secara
ekologi dari kawasan konservasi berserta isinya salah satunya adalah
keberadaan monyet ekor panjang.
Kegiatan dilakukan selama 4 kali pertemuan dari 3 kelompok atau
komunitas, yaitu:
Tanggal 26 Maret 2011, kepada pengunjung Suaka Margasatwa
Muara Angke dalam kegiatan bersih sampah diselenggarakan oleh
Transformasi Hijau Jakarta, diikuti sekitar hampir 100 orang.
Peserta dari berbagai komunitas yakni (SMAN 32 Jakarta, Kehati,
Jerami, mahasiswa Universitas Indonesia dan Jakarta Bird Watcher),
kegiatan diawali dengan membersihkan sampah non organik dan
sebagian tumbuhan eceng gondok di sekitar kawasan SMMA, setelah
proses kegaiatan berlangsung diakhiri dengan melakukan evalusai,
selain pihak panitia memberikan informasi tentang bahaya sampah di
sekitar Jakarta dalam sesi evaluasi ini IAR-Indonesia juga diberikan
kesempatan untuk memberikan informasi dan sosialisasi tentang
permasalahan monyet ekor panjang dikawasan dan habitatnya kepada
peserta kegiatan.
Tanggal 03 April 2011, kepada Warga perumahan Pantai Indah
Kapuk, selama 2 sesi pertemuan sekitar 40 – 45 orang.
Kegiatan ini adalah disampaikan kepada siswa sekolah minggu dari
Gereja Regina Caeli dengan lokasi yang bersebelah langsung dengan
kawasan SMMA, dengan usia siswa sekitar umur 8 – 11 Tahun. Pesan
yang disampaikan adalah tentang kesejahteraan satwa (Animal
Welfare) secara umum, habitat monyet dan ”apa yang harus dilakukan
apa bila berada disekitar kelompok monyet dan kenapa terjadi
penyerangan dari monyet?”
Tanggal 09 April 2011, kepada pengunjung Suaka Margasatwa Muara
Angke dalam kegiatan bird watching komunitas WTM / Weekend
![Page 45: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/45.jpg)
Tanpa ke Mall, diikuti sekitar 50 orang. Kegiatan ini merupakan
program setiap 2 mingguan dari komunitas WTM / Weekend Tanpa
ke Mall, kali ini Bird Watching, kegiatan diawali dengan Bird
Watching sampai pukul 11.00 WIB, setelah itu dilanjutkan dengan
evaluasi kegiatan yakni sesi informasi dan tanya jawab, dalam sesi ini
ada beberapa organisasi yang memberikan materi dan informasi:
1. SBI (Sahabat Burung Indonesia) yang disampaikan oleh Irma
Dana tentang berbagai jenis dan keberadaan burung di kawasan,
2. Transformasi Hijau yang disampaikan oleh Fadil tentang
permasalahan dan kampanye sadar sampah sendiri dan sampah
berbahaya bagi manusia.
3. IAR-Indonesia yang disampaikan oleh Ayut Enggeliah E,
menjelaskan tentang berbagai permasalahan dan apa yang harus
dilakukan apabila berada disekitar kawasan yang terdapat habitat
Monyet ekor panjang dan permasalahannya, pertanyaan yang
muncul dari peserta tentang Monyet secara umum yaitu “apa yang
harus dilakukan apa bila berada disekitar kelompok monyet dan
kenapa terjadi penyerangan dari monyet?”
4.7. Kuesioner
Selain data informasi wawancara, kuesioner adalah instrumen
pengumpulan data atau informasi yang dioperasionalisasikan ke dalam
bentuk item atau pertanyaan. Kuesioner dapat berfungsi sebagai alat dan
sekaligus teknik pengumpulan data yang berisi sederet pertanyaan dalam
wujud konkrit. Dalam program ini diharapkan penyebaran kuesioner
kepada masayarakat sekitar kawasan dapat memberikan gambaran
sampai sejauh mana masyarakat berpandangan tentang keberadaan
monyet ekor panjang dilingkungan mereka tinggal.
Daftar pertanyaan dalam lembar kuesioner yang disampaikan kepada
responden sebagian sample atau dianggap cukup mewakili warga
(Lampiran)
![Page 46: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/46.jpg)
responden atau target dari penyebaran kuesioner ini selain kepada warga
sekitar kawasan juga kepada pengunjung kawasan, dengan total 84
responden (warga 22 dan pengunjung sebanyak 62). Selama dilapangan
ada beberapa kendala selama penyebaran kuesioner sehingga sedikit
menyulitkan untuk memperoleh data pendukung, antara lain adalah:
- Tidak lengkapnya data mayarakat tinggal disekitar kawasan dari pihak
pemerintah Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara.
- Pihak pengelola managemen perumahan PIK tidak memberikan ijin
untuk berinteraksi dengan warga yang langsung berbatasan langsung
dengan kawasan, dengan alasan tidak ingin kenyamanan warga
terganggu.
4.7.1 Hasil Persentase Koesioner
Kuesioner terdiri dari 14 pertanyaan, masing-masing pertanyaan
merupakan sumber informasi sampai sejauh mana masyarakat
mengetahui keberadaan dan fungsi dari kawasan konservasi, arah
pertanyaan selanjutnya pada keberadaan monyet sebagai salah satu
fungsi ekologi di kawasan sekitar sebagai habitat alaminya,
selanjutnya pertanyaan mengarah kepada potensi konflik dan mencari
sumber dari permasalahan yang ada. Nantinya tidak semua hasil
pertanyaan akan menjadi sumber data dan kesimpulan, hanya yang
dapat mewakili sesuai yang diharapkan.
1. Apakah warga mengetahui bahwa tinggal disekitar kawasan
konservasi?
Ya27%
Tidak 73%
kawasan ?
![Page 47: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/47.jpg)
2. Mengetahui fungsi kawasan konservasi?
Warga :
Ya86%
Tidak 14%
W. fungsi kawasan?
Pengunjung :
Ya89%
Tidak 11%
P. fungsi kawasan?
3. Pernah mengunjungi kawasan?
Warga :
![Page 48: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/48.jpg)
Ya68%
Tidak32%
W. mengunjungi kawasan?
Pengunjung :
Ya89%
Tidak11%
P. mengunjungi kawasan?
4. Dimanakah meletakkan tempat sampah dirumah?
Warga:
di Luar (terbuka)
15%
di dlm (ter-tutup)85%
dmn t4 sampah?
5. Pernah melihat Monyet sekitar rumah?
![Page 49: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/49.jpg)
Warga :
Ya50%
Tidak50%
melihat M dsekitar rmh?
6. Apakah yang dilakukan jika melihat keberadaan monyet?
Warga :
mem-biarkan
73%
mengusir23%
beri makan5%
W. jika melihat M?
Pengunjung :
mem-biarkan
52%mengusir21%
beri makan
10%
lain-lain16%
P. jika melihat M?
7. Apakah pernah diganggu monyet?
![Page 50: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/50.jpg)
Warga :
Pernah18%
Tidak82%
W. pernah diganggu M?
Pengunjung :
Pernah57%
Tidak43%
P. lihat M cr makan t4 sampah?
8. Pernah lihat papan hmbauan tidak member makan monyet?
Warga :
Pernah50%
Tidak50%
W. board himbauan?
Pengunjung :
![Page 51: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/51.jpg)
Pernah26%
Tidak74%
P. board himbauan?
9. Tindakan terhadap monyet?
Warga :
relokasi50%dibiarkan
33%
tdk beri makan17%
W. Tindakan?
Pengunjung :
t4 yg layak50%
menjaga33%
dib-iarka
n17%
P. Tindakan?
![Page 52: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/52.jpg)
5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Data Informasi Konflik
Menghitung data konflik sangat dilematis karena ada kemungkinan konflik
dengan isu yang sama muncul ke permukaan beberapa kali dan
disampaikan kepada pihak yang berwenang (BKSDA DKI Jakarta). Oleh
karena itu peristiwa konflik yang dilaporkan harus terdata dengan jelas
oleh siapa, kapan, lokasi, keterangan kelompok dan kronologi kejadian
sehingga bisa dihitung sebagai satu peristiwa konflik.
Hal ini dilakukan untuk menentukan tingkat kerawanan dan mendesak
untuk dilakukan sebuah tindakan segera.
5.1.1. Penyebab Konflik
Penyebab konflik dalam upaya penanganan mitigasi konflik ini dibagi
menjadi
lima kategori berdasarkan berita yang dilaporkan di media massa dan
informasi di lapangan. Penentuan kategori didasarkan pada perbedaan
jenis kegiatan yang memicu terjadinya konflik, yang diamati dari
informasi Polhut dan masyarakat yaitu sebagai berikut:
![Page 53: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/53.jpg)
• Mengganggu fasilitas umum sehingga mengganggu kenyamanan
warga, adalah pergerakan kelompok monyet yang memanfaatkan faslitas
umum yakni: kabel listrik, berada di sekitar jalan umum komplek
perumahan Pluit dan PIK, membuat berantakan dari tempat sampah yang
terbuka.
Hasil dilapangan:
1. Tetapi setelah dilakukan wawancara secara langsung pihak keamanan
Perumahan Pluit mengatakan bahwa selama ini tingkat pengaduan
dari warga tentang keberadaan monyet tidak menghawatirkan, dan
sebagian besar hasil sample dan kuesioner dan wawancara langsung
kepada warga bahwa kehadiran kelompok monyet tidak terlalu sering
seperti dahulu sekitar hanya 1 minggu sekali hanya di lokasi yang
menetap / taman dan lapangan basket perumahan.
2. Sedangkan informasi dari pihak managemen PIK (Bapak Tuko
sebagai coordinator keamanan) hanya mengatakan keberadaan
monyet mengganggu tetapi tidak ada data (kapan, siapa, dimana dan
dokumentasi) tentang pengaduan tersebut. Pihak manajemen hanya
berharap ada upaya relokasi.
3. Informasi dari salah satu guru pengajar sekolah BPK. Penabur, lokasi
berjarak sekitar 10 meter dari kawasan HL, (Ibu Evelin guru TK)
mengatakan bahwa “terkadang ada sebagian monyet yang masuk
sekolah tetapi tidak sering hanya sesekali, dan belum pernah terjadi
kasus merugikan fasilitas umum sekolah dan murid”
4. Berdasarkan informasi pengaduan tentang laporan monyet
mengganggu yang berasal dari warga adalah kasus keberadaan
monyet lepasan masyarakat tidak bertanggung jawab dari luar, karena
tidak dapat masuk dalam kelompok kawasan sehingga akhirnya
mencari makan dan mengganggu dipermukiman, hal ini dapat
terpantau informasi pengaduan selama 6 bulan terakhir antara in:
- Tanggal 12 Maret 2011, terdapat 1 ekor monyet menyerang warga
pengguna perahu di sekitar S. Angke perbatasan SMMA dan HL,
![Page 54: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/54.jpg)
diketahui ciri monyet agresif dan menggunakan sabuk atau tali
diperut
- Kelompok diluar kawasan 4 ekor dibelakang RS. PIK, pada peta
sebaran no. 7 diketahui saah satu menggunakan tali atau tanda di
bagian perut.
- Beruk (Macaca nemestrina) disekitar lokasi sekolah BPK.
Penabur dan International School ST. Nicholas depan / perbatasan
kawasan HL.
- 1 ekor monyet lepasan di sekitar pnggir jalan tol Sudiyatmo
• Overpopulasi, adalah ketika jumlah total monyet ekor panjang melebihi
jumlah ideal bila dibandingkan dengan luas areal habitat tertentu.
Pada kawasan liar tanpa ada pakan tambahan daya tampung maksimum
sekitar 1000 kg biomasa / Km2 atau sekitar 333 ekor/km2 dengan rataan
berat monyet 3 kg, atau sekitar 3 – 4 ekor /Ha (Lesson at al. 2004).
Kepadatan yang tinggi akan meningkatkan ketegangan dan agressivitas
diantara anggota populasi (Alikodra, 2002), sedangkan kepadatan
populasi monyet ekor panjang di kawasan SMMA yaitu rata-rata 2 ekor /
Ha, jauh melebihi batas kepadatan maksimum di habitat liar, kawasan
HL dengan rata-rata kepadatan yaitu total 90 ekor / luas kawasan 45 Ha
jadi sekitar 2 ekor / Ha, selanjutnya untuk kawasan TWA total luas 99 Ha
hanya terdapat 4 ekor berarti sekitar 24 ekor / Ha masih jauh dari konflik.
Sama halnya dengan kawasan SMMA dan HL masih memungkinkan
kawasan sebagai habitat monyet ekor panjang. Tetapi besar
kemungkinann untuk kelompok yang diluar kawasan terutama di
perumahan Pluit karena dengan daerah jelajah yang sempit dengan total
populasi 32 ekor berpotensi suatu saat menimbulkan konflik perebutan
kekuasaan karena semakin banyaknya jumlah ditiap kelompok dan
mengganggu warga dan fasilitas umum.
• Batas kawasan, adalah tidak adanya batasan yang memadai antara
kawasan konservasi sebagai habitat monyet ekor pajang dengan
permukiman warga.
![Page 55: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/55.jpg)
• Pengelolaan sampah, yaitu tidak tersedianya tempat sampah yang
memadai (tempat sampah yang tidak mudah dibuka oleh monyet ekor
panjang) sehingga memancing kelompok monyet untuk selalu
menghampiri tempat sampah untuk mecari makan.
Memberi makan, adalah kurangnya sosialisasi tentang larangan
bahkan sanksi kepada siapapun yang memberikan makanan kepada
monyet ekor panjang baik didalam kawasan maupun disekitar
kawasan yang berbatasan langsung dengan permukiman warga.
5.1.1.1. Dokumentasi potensi konflik.
Dalam sebuah pengumpulan data diperoleh tidak hanya dari berbagai
pihak yang terkait tetapi juga dibutuhkan data informasi secara tertulis
dan dokumentasi baik berupa gambar/foto maupun gambar yang
bergerak/film sebagai data pendukung dan menjadi kekuatan dalam
mewakili sebuah fakta atau kejadian. Pengambilan foto disekitar lokasi
adalah selain masing-masing setiap kelompok monyet, habitat, kawasan
secara umun, potensi pakan, potensi konflik dan lain-lain yang
memungkinkan sebagai data pendukung permasalahan dilapangan.
![Page 56: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/56.jpg)
Masyarakat bebas memberi makan kepada monyet dalam kawasan
Monyet memasuki lingkungan rumah warga.
![Page 57: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/57.jpg)
Mencari makan sampah didalam kawasan / kantor Polhut dan sungai Angke
![Page 58: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/58.jpg)
Kawasan HL, kelompok no. 2 (warga memberi makan & petugas kemanan
PIK membiarkan)
Perum Pluit, Contoh rumah dengan tempat sesaji yang menyediakan buah-
buahan
![Page 59: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/59.jpg)
Tempat sampah yang terbuka
Contoh tempat sampah yang tertutup, monyet tidak diganggu monyet
REKOMENDASI
![Page 60: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/60.jpg)
1. Relokasi atau upaya pemindahan pada monyet lepasan diluar kawasan
yang berpotensi mengganggu warga dan fasilitas umum
2. Upaya sterilisasi atau KB kepada kelompok yang berpotensi over populasi
di kelompok didalam dan diluar kawasan pada no. 6 perumahan Pluit dan
no. 8 Katri
3. Pengadaan board atau papan informasi tentang “dilarang memberi makan
kepada monyet” di kawasan SMMA, HL dan TWA terutama yang
berbatasan langsung dengan permukiman warga di Pluit, PIK dan sekitar
kawasan sekolah / HL dan bila perlu pemberian sanksi kepada warga yang
member makan kepada monyet.
4. Awareness atau penyadartahuan kepada pihak manajemen perumahan dan
mengupayakan membuat kebijakan kepada warga yang dikelola sekitar
kawasan.
5. Penertiban keberadaan sampah di kawasan terutama di SMMA (pos 1 /
kantor Polhut) dan larangan keras memberi makan kepada monyet, karena
justru masalah memberi makan adalah petugas yang berjaga dan tinggal
di lokasi tersebut.
6. Pemberian pagar pembatas yang lebih efektif antara kawasan dengan
permukiman agar monyet enggan keluar kawasan, contoh: pemberian
tanaman kaktus berduri yang rapat disepanjang batas/pagar yang sudah
ada.
7. Menghimbau kepada pihak BKSDA dan pengelola perumahan untuk
tidak menanam tanaman yang disukai monyet disekitar pagar pembatas,
seperti petai cina, tanaman buah dll.
Lampiran:
![Page 61: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/61.jpg)
Contoh foto Potensi Pakan
Waru laut (Hibiscus tiliaceus)
Anggur-angguran
Eceng gondok (Eichhornia crassipes)
Bakau (Rhizophora mucronata)
![Page 62: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/62.jpg)
Kangkung (Ipomoea aquatica) dan Rumput glagah (Saccharum spontaneum)
Pidada (Sonneratia caseolaris) dan kotoran yang terlihat biji pidada
Ceri / kersen (Muntingia calabura) dan buah Sawo
![Page 63: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/63.jpg)
Contoh Potensi Alam HAK
Kawasan TWA
Kutilang (Pycnonotus aurigaster)
![Page 64: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/64.jpg)
Pecuk ular asia (Anhinga melanogaster)
![Page 65: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/65.jpg)
Biawak (Varanus salvator)
![Page 66: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/66.jpg)
Contoh Foto Selama Kegiatan
![Page 67: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/67.jpg)
![Page 68: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/68.jpg)
![Page 69: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/69.jpg)
Kuesioner
List Pertanyaan (Kuesioner):
Tanggal :
![Page 70: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/70.jpg)
Nama :Umur :Wanita/Pria :Agama :
1. Apakah Anda mengetahui di sekitar kawasan komplek perumahan Anda terdapat kawasan konservasi?a. Ya, dimanakah lokasinya…….b. Tidak
2. Apakah Anda mengetahui fungsi kawasan konservasi?a. Yab. Tidak
3. Jika jawaban Anda di nomer 2 (Ya), jawaban boleh lebih dari 1Fungsi kawasan konservasi?a. Habitat satwab. Mencegah abrasic. Penyerap karbond. Tempat pembuangan sampahe. Tempat membuang satwaf. Daerah resapan air
4. Apakah Anda pernah mengunjungi kawasan konservasi?a. Yab. Tidak
5. Dimanakah Anda meletakkan tempat sampah dirumah Anda?a. Didepan rumah (diluar/dihalaman) dalam keadaan terbukab. Didepan rumah (dalam container) dalam keadaan tertutupc. Ditempat khusus diluar
6. Apakah Anda pernah melihat kelompok monyet disekitar rumah Anda?a. Ya, dimanakah………b. Tidak
7. Apakah yang akan Anda lakukan jika melihat kelompok monyet disekitar rumah Anda?a. Membiarkanb. Mengusirnyac. Memberi makand. Lain-lain: ………………………..
8. Apakah selama ini keberadaan kelompok monyet tersebut pernah mengganggu Anda atau keluarga Anda?
![Page 71: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/71.jpg)
a. Pernahb. Tidak pernahc. Lain-lain: …………………………
9. Jika jawaban Anda di nomer 8 (pernah)Apakah Anda pernah melihat kelompok monyet tersebut disekitar tempat sampah?a. Pernahb. Tidak pernahc. Lain-lain: ………………………..
10. Apakah Anda pernah melihat kelompok monyet mencari makan di sekitar tempat sampah?a. Pernahb. Tidak pernah
11. Apakah Anda pernah melihat orang memberi makan monyet?a. Pernahb. Tidak pernah
12. Apakah Anda pernah mendengar atau melihat ada larangan untuk tidak memberi makan kelompok monyet tersebut?a. Pernahb. Tidak pernah
13. Apakah menurut Anda leompok monyet tersebut sudah mengganggu dan meresahkan Anda dan keluarga Anda?a. Yab. Tidakc. Lain-lain: ………………………….
14. Jika jawaban Anda di nomer 13 (Ya)Menurut Anda apakah yang harus dilakukan terhadap masalah kelompok monyet tersebut? ………………………………..
Terimakasih atas partisipasi Anda
![Page 72: mITIGASI](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062308/563db82d550346aa9a9143f4/html5/thumbnails/72.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar. Jilid I. YPFK. Bogor.
Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan Jkt-Utara, Desember 2010
Ferianita Fachrul, M. 2006. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Piorier, F. E. and E. o. Smith. 1974. The Crab-Eating Macaque (Macaca fascicularis) of Angaur Islan, Palau, Micronesia. Folia Primatology 22: 258-306
Kantor statistik DKI Jakarta dan Biro LH DKI Jakarta (NKLD-DKI Jakarta), 2000
BPLHD - Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup DKI, Jakarta2005
Lesson C, Kyes RC., Iskandar E. 2004. Estimating population density of Longtailed macaques (Macaca fascicularis) on Tinjil Island, Indonesia, using the line transect sampling method. Jurnal Primatologi Indonesia 4(1):7-14.
Wandia I N. 2007. Struktur dan Keragaman Genetik Populasi Lokal Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Jawa Timur, Bali, dan Lombok. Disertasi. PRM. IPB. Bogor. 2007.
Wheatley BP. 1989. Diet of Balinese temple monkeys, Macaca fascicularis. Kyoto University Overseas Research Report of Studies on Asian Non-Human Primates. Kyoto University Primate Research Institute. No. 7:62-75.
Van der Pijl, L. 1982. Principles of dispersal in higher plants. Spinger-Verlag. Berlin, Germany. 161 pp
Aldrich-Blake, F.P.G 1976. Long Tailed Macaque dalam D.J. Chivers. 1980. Malayan Forest Primates. Plenum Press, New York
Lekagul and Mc. Neely. 1977. Mammals of Thailan, Kurusapha. Ladprao Press, Bangkok
Daniels, S.E, and Walker, G.B. 2001. Working throught Environmental Conflict: The Colaborative Learning Approach. Praeger Publishers, Wesport. Connecticut.