mita.docx
-
Upload
aris-wahidin -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of mita.docx
JUDUL : Hubungan Antara Iklim Sekolah Dengan Kedisiplinan Siswa di SD Negeri 93
Kota Gorontalo
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dizaman sekarang dari waktu ke waktu semakin pesat
yang berdampak pada arus globalisasi yang semakin deras sehingga menyebabkan terjadinya
berbagai persaingan dalam berbagai bidang salah satunya dalam bidang pendidikan. setiap
keberhasilan dalam dunia pendidikan sangat erat kaitannya dengan kedisiplinan. Kedisiplinan
menjadi faktor utama yang sangat berperan penting dalam memajukan dunia pendidikan, apabila
disuatu lingkungan sekolah memiliki tingkat kedisiplinan yang rendah, maka tidak menutup
kemungkinan sekolah tersebut akan melahirkan generasi yang kurang bermutu, dengan begitu
dapat dikatakan tinggi rendahnya penegakan kedisiplinan disuatu sekolah menentukan tinggi
rendahnya mutu sumberdaya manusia yang dihasilkan.
Menurut Poerbakawatja (dalam Sagala, 2011:205) bahwa “disiplin adalah proses
mengarahkan, mengabdikan kehendak-kehendak langsung, dorongan-dorongan, keinginan atau
kepentingan-kepentingan, kepada suatu cita-cita atau tujuan tertentu untuk mencapai efek yang
lebih besar”. Jadi kedisiplinan sangat penting dimiliki dalam memajukan dunia pendidikan
khususnya para siswa, namun penegakan kedisplinan kepada para siswa perlu adanya peran dari
iklim sekolah, karena menurut Hoy dan Miskel (dalam Masaong, 2011:181) bahwa “ iklim
sekolah merupakan seperangkat karakteristik suatu sekolah yang membedakan dengan sekolah
lain dan karakteristik itu akan mempengaruhi perilaku guru, staf, siswa, dan stakeholder lainnya
yang ada pada sekolah tersebut”. Maka dapat disimpulkan kedisplinan siswa dapat
dikembangkan apa bila sekolah memiliki iklim yang baik.
Berdasrkan penjelasan diatas penulis mengangkat judul “Hubungan Antara Iklim Sekolah
dengan Kedisiplinan Siswa di sekolah SD Negeri 93 Kota Utara”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas maka dapatdi rumuskan beberapa permasalahan
diantaranya :
1. Bagaimana perkembangan iklim sekolah di SD Negeri 93 Kota Utara.
2. Bagaimana hubungan iklim sekolah dengan kedisiplinan siswa di SD Negeri 93 Kota Utara.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini antara lain :
1. Mengetahui gambaran tentang perkembangan ilklim sekolah di SD Negeri 93 Kota Utara.
2. Memperoleh data dan informasi tentang hubungan antara iklim sekolah dengan kedisiplinan
siswa di SD Negeri 93 Kota Utara.
1.4 Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat diantaranya :
1. Bagi siswa
Siswa mampu menerapkan kedisiplinan baik di sekolah maupun berada diluar sekolah
2. Bagi kepala sekolah
Kepala sekolah mengetahui dan menegakkan kedisiplinan disekolah yang ia pimpin
3. Bagi Guru
Guru dapat mengajarkan tentang pentingnya nilai-nilai kedisiplinan kepada para siswa.
4. Bagi dinas pendidikan
Penelitian ini memberikan data dan informasi kepada dinas pendidikan bahwa iklim sekolah
memiliki hubungan dalam menerapkan kedisiplinan disekolah khususnya kepada para siswa
BAB II
KAJIAN TAORI
2.1 Kedisplinan Siswa
2.1.1 Pengertian kedisiplinan
Perhatian terhadap seluruh sub sistem sekolah membutuhkan kerja ekstra keras,
meliputi keseluruhan fisik dan interaksi di dalamnya dengan mengaturnya sedemikian rupa
membina disiplin sekolah yang berkaitan satu dengan lainnya.
Secara etimologis disiplin berasal dari bahasa inggris “ diciple “ yang berarti
pengikut atau penganut pengajaran, latihan dan sebagainya. Sinungan (2005:145). Disiplin
merupakan suatu keadaan tertentu dimana orang-orang yang tergabung dalam organisasi
tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan rasa senang hati. Sedangkan kerja adalah
segala aktivitas manusia yang dilakukan untuk menggapai tujuan yang telah ditetapkanya.
Poerbakawatja (dalam Sagala, 2011:205) bahwa “disiplin adalah proses mengarahkan,
mengabdikan kehendak-kehendak langsung, dorongan-dorongan, keinginan atau
kepentingan-kepentingan, kepada suatu cita-cita atau tujuan tertentu untuk mencapai efek
yang lebih besar”.
2.1.2 Karakteristik Kedisiplinan
Menurut Mulyasa, (2011:79) bahwa karakteristik kedisplinan adalah sebagai berikut :
a. Terdapat peraturan tertulis yang menetapkan tingkah laku peserta didik yang bisa diterima,
prosedur-prosedur disiplin, dan sanksi-sanksinya.
b. Penyusunan tatatertib melibatkan dan/atau mendengarkan aspirasi peserta didik
c. Terhadap pelanggaran-pelanggaran, dengan cepat dilakukan tindakan kedisiplinan
d. Pemberian tugas tambahan atas ketidakhadiran dan keterlambatan yang dilakukan peserta
didik.
e. Tata tertib disosialisasikan kepada peserta didik melalui berbagai cara, termasuk
menuliskannya dalam bentuk poster informasi yang di pajang di lokasi lokasi strategis
f. Sosialisasi dan penerapan tata tertib terutama difokuskan pada upaya membantu peserta didik
memahami dan mampu menyediakan diri dengan setiap butir aturan dam tata tertib tersebut
g. Orang tua peserta didik memberi dukungan kepada sekolah mengenai kebijakan disiplin
sekolah
h. Penjatuhan hukuman atas pelanggaran tata tertib endaknya disertai dengan penjelasan
mengenai alasan dan maksud positif pengambilan tindakan tersebut
i. Penegakan tata tertib merupakan bagian dan terintegrasi dengan upaya membangun budaya
perilaku stik dan sikap disiplin, baik di lingkungan internal sekolah maupun dilingkungan
luar sekolah.
j. Peserta didik memperlakukan guru dan peserta didik lainnya dengan rasa saling menghargai
k. Ada konsistensi/kesepakatan diantara para guru mengenai prosedur prosedur disiplin bagi
peserta didik
l. Guru memiliki standar tertulis tentang perilau peserta didik yang harus dipatuhi secara
konsisten dalam kelas.
2.1.3 Dimensi Kesiplinan Siswa
Menurut Sagala, (2011:205) bahwa “kedisplinan siswa mencakup berbagai dimensi,
antra lain (1) disiplin dalam kehadiran, dalam hal ini peserta didik yang terlambat tidak
diperkenankan masuk kelas, namun disuruh belajar diperpustakaan sampai jam pelajaran
tambahan; (2) disiplin pergaulan antara peserta didik; (3) disiplin dalam kegiatan belajarr dan
ujian; (4) disiplin dalam pengawasan anak yang ijin atau membolos; (5) disiplin dalam
kegiatan ritual”.
2.2 Iklim Sekolah
2.2.1 Pengertian Iklim Sekolah
Menurut Hoy dan Miskel (dalam Masaong, 2011:181) bahwa “ iklim sekolah
merupakan seperangkat karakteristik suatu sekolah yang membedakan dengan sekolah lain
dan karakteristik itu akan mempengaruhi perilaku guru, staf, siswa, dan stakeholder lainnya
yang ada pada sekolah tersebut”. Sergiovani (1987) mengemukakan iklim sekolah sebagai
sebuah konsep sekelompok yang tidak lebih daru persepsi seseorang, perasaan, atau
interprtasi kehidupan dala suatu sekolah, sedangkan menurut Ownes (1995) menjelaskan
bahwa iklim sekolah berkaitan erat dengan persepsi yang dimiliki oleh individu guru, staf dan
siswa disekolah. Jadi, Iklim sekolah dapat dikatakan sebagai perasaan yang dirasakan oleh
guru, staf, dan siswa dalam suatu lembaga pendidikan. Hal ini menunjukan bahwa iklim
sekolah mempengaruhi pola tingkah laku para stakeholder yang dirasakannya sebagai dasar
menterjemahkan situasi serta sumber tekanan bagi aktivitas kepemimpinan.
Menurut mulyasa (2011:90) bahwa “ iklim sekolah yang kondusif ditandai denga
terciptanya lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan tertib, sehingga pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif”. Sedangkan menurut Rohiat (2010:67) bahwa “iklim sekolha
(fisik dan nonfisik) yang kondusif merupakan prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar
mengajar yang efektif”.
2.2.2 Karakteristik Iklim Sekolah
Menurut Campbell (dalam Masaong & Tilomi, 2011:182) karakteristik iklim sekolah dapat
dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut : (1) kesesuaian; berkaitan erat dengan perasaan
yang ada terhadap tuntutan dari luar sekolah, persepsi tentang banyaknya peraturan, prosedur,
kebijakan dan pelaksanaan tugas; (2) tanggung jawab; mencakup pemberian tanggung jawab
untuk mencapai tujuan sekolah, pembuatan keputusan dalam menyelesaikan masalah; (3)
standard; meliputi penekanan pada kualitas/ prestasi dan hasil yang lebih baik; (4)
penghargaan; yaitu merasa diakui dan dihargai karena semngat kerja dan kinerjanya yang
tinggi, dikritik atau dihukum pada saat melakukan kesalahan; (5) kejelasan struktur sekolah;
yaitu diorganisir dengan baik, tujuan dirumuskan secara jelas dan tidak membingungkan; (6)
kehangatan dan dukungan; meliputi saling percaya dan salaing mendukung; (7)
kepemimpinan; yakni keinginan guru dan staf untuk menerima pengaruh dan pengarahan dari
sosok yang berkualitas.
2.2.3 Dimensi Iklim Sekolah
Menurut Moons (dalam Masaong & Tilomi, 2011:183) dimensi iklim sekolah antara
lain : (1) dimensi hubungan (relationship), yaitu mengukur sejauh mana keterlibatan
personalia yang disekolah seperti kepala sekolah, guru, dan peserta didik, saling mendukung
dan membantu, serta sejauh mana mereka dapat mengekspresikan kemampuan mereka secara
bebas dan terbuka. Dimensi ini mencakup aspek afektif dari interaksi antara guru dengan
guru, guru dengan staf sekolah lainnya dengan kepala sekolah. Skala-skala (scales) yang
termasuk dalam dimensi ini antaranya adalah dukungan peserta didik (student support),
afiliasi (affiliation), keretakan (disengagement), keintiman (intimacy), kedekatan (closeness),
dan keterlibatan (involvement); (2) dimensi pertumbuhan/ perkembangan pribadi (personal
growth/ development) yaitu dimensi yang berorientasi pada tujuan membicarakan tujuan
utama sekolah dalam mendukung pertumbuhan/ perkembangan pribadi dan motivasi diri para
staf untuk tumbuh dan berkembang. Skala-skala iklim sekolah yang dapat dikelompokkan
dalam dimensi ini di antaranya adalah minat profesional (profesional interest), halangan
(hindrence), dan orientasi pada tugas (task orientation); dan (3) dimensi perubahan dan
perbaikan sistem (system maintenance and change) yaitu dimensi yang membicarakan sejauh
mana iklim sekolah mendukung, harapan, memperbaiki, kontrol, dan merespon perubahan.
Skala sakala iklim sekolah yang termasuk dalam dimensi ini diantaranya adalah kebebasan
staf (staff freedom), partisipasi dalam pembuatan keputusan (participatory decision making),
inovasi (innovation), tekanan kerja (work pressure), kejelasan (clarity), dan pengawasan
(control).
Mengacu pada berbagai pendapat yang telah dikemukakan para ahli menunjukan
adanya penekanan yang berbeda-beda terhadap cakupan iklim sekolah. Hal ini menunjukan
betapa luasnya cakupan iklim sekolah yang digumakan sebagai alat ukur iklim sekolah.
Cakupan tersebut yaitu afiliasi pembaharuan, partisipasi dalam mengambil keputusan, minat
profesional, kelengkapan sumber, kebebasan staf, dukungan kepada peserta didik, dan
tekanan terhadap pekerjaan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan waktu penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 93 Kecamatan Kota Utara Kota
Gorontalo.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 5 Juli 2014 – s/d selesai
3.2 Desain dan Rancangan Penelitian
penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat hubungan. Yaitu
untuk mengetahui adanya hungungan dari satu variabel independen dengan satu variabel
dependen. Subjek dalam penelitian ini adalah Siswa-siswa Sekolah SD Negeri 93 Kota
Utara. Karena menurut Sugiono (2012:14). Bahwa” Metode penelitian kuantitatif dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada
umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan”. Oleh sebab itu penelitian yang menggunakan metode ini akan mengarahkan
peneliti kepada proses pemecahan masalah dengan menggambarkan informasi dari hasil
penelitian.
Pada penelitian ini pengumpulan data juga dilakukan dengan menggunakan kuesioner
dimana yang digunakan dalam penelitian ini kuesioner kedisiplinan siswa. Selain itu
kuesioner tersebut juga berisi skala Likert yang digunakan untuk mengukur sikap para siswa.
Karena Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiono, 2011:134).
3.3 Variabel Penelitian inklud instrumen penelitian
Variabel penelitian yang diteliti terdiri dari dua yaitu variabel Iklim Sekolah (X) yang
merupakan variabel independen, dan variabel Kedisiplinan (Y) yang merupakan variabel
dependen, dengan instrumen penelitian yang menggunakan lembar angket kuesioner, lembar
angket kuesioner adalah lembvar angket kepada subjek atau responden sesuai dengan tujuan
penelitian, tujuan dari pembuatan kuesioner ini adalah untuk memperoleh informasi yang
relevan dengan memperhatikan reliabilitas dan validitas data yang didapatkan.
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri aats obyek dan subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetpkan oleh peneliti untuk dipeljari dan
kemudian ditarik kesimpulanya. Sedangkan, Sampel yaitu bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiono, 2003:117-118). Maka apabila populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SD Negeri 93 Kota Utara. Maka Sampel
penelitian dapat diambil berdasarkan pendekatan probablity sampling dengan menggunakan
tehnik Simple Random Sampling.
3.5 Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini ada beberapa jenis pengumpulan yang digunakan penulis adalah
lembar angket kuesioner, yakni teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya (sugiono, 2003:199).
3.6 Teknik analisis data
Penelitian kuantitatif yang digunakan ini, teknik analisis datanya terbagi menjadi dua
yakni kegiatan mendeskripsikan data dan melakukan uji statistik. Kegiatan mendeskripsikan
data adalah menggambarkan data yang ada, guna memperoleh bentuk nyata dari responden,
sehingga lebih mudah dimengerti peneliti atau orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian
yang dilakukan sedangkan kegiatan uji statistik untuk memperoleh gambaran nyata terhadap
hubungan dari variabel variabel yang diteliti.
3.7 Hipotesis Statistika
Hipotesis Statistika yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua arah yaitu hipotesis
alternative (Ha) dan hipotesis Nol (H0) . Hipotesis benar jika hipotesis alternative (Ha)
terbukti kebenarannya. Artinya Ha : menunjukan adanya hubungan antara Iklim sekolah
dengan kedisiplinan siswa sedangkan H0 : menunjukan tidak ada hubungan antara iklim
sekolah dengan kedisplinan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Masaong, Abdul Kadim. Dan Tilomi. 2011. Kepemimpinan Brbasis Multiple Intelligence:Sinergi
Kecerdasan Intelektual, Emosional dan Spritual untuk Meraih Kesuksesan yang Gemilang.
Bandung: Alfabeta
Mulyasa, H.E 2011. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta:
BumiAksara.
Sinungan, Muchdarsyah. 2005. Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Rohiat. 2010. Manajemen Sekolah:Teori dasar dan praktek. Bandung: PT Refika Aditama
Sagala, Syaiful. 2011. Manajemen Stratejik dalam peningkatan mutu pendidikan. Bandung:
Alafabeta