minyak nilam dwi

download minyak nilam dwi

of 15

Transcript of minyak nilam dwi

LAPORAN PRAKTIKUM Penyulingan Daun Nilam (Pogostemon cablin, Benth)

DISUSUN OLEH :

Nama Stambuk

: Dwi Cahaya Purnama : G 701 09 013

PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO PALU

2011

BAB IPENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial oils atau volatile oils adalah komoditi ekstrak alami dari jenis tumbuhan yang berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga. Setidaknya ada 150 jenis minyak atsiri yang selama ini diperdagangkan di pasar internasional dan 40 jenis diantaranya dapat diproduksi di Indonesia (Manurung, 2010). Meskipun banyak jenis minyak atsiri yang bisa diproduksi di Indonesia, baru sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah berkembang dan sedang dikembangkan di Indonesia. Industri pengolahan minyak atsiri di Indonesia telah ada sejak zamanpenjajahan. Namun dilihat dari kualitas dan kuantitasnya tidak mengalami banyak perubahan. Hal ini disebabkan sebagian besar unit pengolahan minyak atsiri masih menggunakan teknologi sederhana/tradisional dan umumnya memiliki kapasitas produksi yang terbatas (Gunawan, 2009). Indonesia merupakan negara agraris, dengan kekayaan alam yang luar biasa melimpah ruah, berbagai jenis tanaman tumbuh dengan varietas yang beraneka ragam jenisnya. Di era tahun 1960-an Indonesia tercatat sebagai salah satu penghasil minyak atsiri yang besar (Gunawan, 2009). Tanaman Nilam (Pogostemon Cablin Benth) termasuk tanaman penghasil minyak atsiri yang memberikan kontribusi penting dalam dunia flavour dan fragrance terutama untuk industri parfum dan aroma terapi. Tanaman nilam

berasal dari daerah tropis Asia Tenggara terutama Indonesia, Filipina, India (Grieve, 2002). Minyak yang dihasilkan oleh tanaman nilam disebut juga minyak nilam (patchouli oil). Minyak ini antara lain digunakan sebagai zat pengikat (fiksatif) dalam industri parfum, sabun, dan tonik rambut. Minyak tersebut diperoleh dari hasil penyulingan (destilasi) daun dan tangkai tanaman nilam. Minyak nilam juga banyak digunakan dalam pembuatan sabun dan kosmetika karena dapat dicampur dengan jenis minyak atsiri lainnya, seperti minyak cengkeh, geranium, dan akar wangi. Aroma minyak nilam sangat kaya dan tahan lama, bahkan tetap terasa sampai seluruh minyaknya menguap. Seiring dengan perkembangan zaman, dan semakin meningkatnya kebutuhan manusia pada kesehatan dan kebugaran, minyak nilam banyak digunakan sebagai bahan baku untuk aromaterapi, karena aromanya yang khas. Minyak nilam merupakan bahan baku parfum yang terpenting dan dianggap sebagai bahan fiksatif yang paling baik dari parfumparfum berkualitas tinggi. Dari uraian di atas, maka hal ini yang dapat melatarbelakangi dilakukannya praktikum ini dengan menggunakan penyulingan. metode

B. MAKSUD DAN TUJUAN a. Maksud Memahami dan mengetahui cara penyulingan daun nilam

(Pogestemon cablin, Benth) dengan menggunakan metode penyulingan uap dan air. b. Tujuan Melakukan cara penyulingan daun nilam (Pogestemon cablin, Benth) dengan menggunakan metode penyulingan uap dan air. c. Prinsip Percobaan Penyulingan daun nilam (Pogestemon cablin, Benth) dengan

menggunakan metode penyulingan uap dan air (dikukus) yang dilakukan dengan cara daun nilam diletakkan di atas permukaan air dengan jarak tertentu dari atas saringan, kemudian dipanaskan dan uap dari air di dalam ketel akan mengalir melalui bahan yang akan disuling dan membawa minyak atsiri ke kondensor, sehingga terjadi proses pendinginan dan kondensasi. cairan hasil kondensasi yang terdiri dari campuran air dan minyak ditampung pada suatu tabung, selanjutnya dilakukan proses pemisahan minyak dan air. d. Manfaat percobaan Dapat mengetahui cara penyulingan daun nilam (Pogestemon cablin, Benth) dengan menggunakan metode penyulingan uap dan air.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. URAIAN TANAMAN Tumbuhan daun nilam (Pogestemon cablin, Benth) 1. Klasifikasi (Rukmana, R. 1999) Kingdom Subkingdom Super divisi Divisi Kelas Subkelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Tracheobionta : Spermatophyta : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Asteridae : Lamiales : Lamieceae : Pogestemon : Pogestemon cablin, Benth

2. Morfologi (Kardinan, 2005) Nilam merupakan tanaman daerah tropis sehingga mudah tumbuh dengan baik di dataran rendah hingga dataran tinggi (1200 m dpl), tetapi tumbuh ideal di ketinggian 400-700 m dpl. Nilam termasuk tanaman dari famili Labiate. Famili ini memiliki sekitar 200 genus, yang satu diantaranya adalah Pogostemon. Genus ini diperkirakan memiliki sekitar 40 spesies, yang salah satunya adalah Pogestemon cablin, Benth. Secara geografis, tanaman yang termasuk semak dengan tinggi mencapai 1 meter. Mempunyai akar serabut dengan bentuk daun bulat dan lonjong, batang berkayu berbentuk persegi, permukaan kasar dengan diameter 10 20 mm, berwarna hijau sewaktu muda dan hijau kecokelatan pada batang tua.Jenis nilam ini tidak berbunga, daunnya bebulu halus. Kadar minyak nilam sekitar 2,5 5 %. 3. Nama daerah (Satrohamidjojo, 2004)

Dilem wangi (purwokerto), singgolon (Tapanuli Selatan), dilem kembang (Jawa), nilam bukit (Aceh). 4. Kandungan Kimia (Kardinan, 2005) Minyak nilam mengandung beberapa senyawa, antara lain benzaldehid (2,34%), kariofilen (17,29%), -patchoulien (28,28%), buenesen (11,76%), dan patchoulialkohol (40,04%). 5. Kegunaan (Kardinan, 2005) Minyak yang dihasilkan oleh tanaman nilam disebut juga minyak nilam (patchouli oil). Minyak ini antara lain digunakan sebagai zat pengikat (fiksatif) dalam industri parfum, sabun, dan tonik rambut. Minyak nilam juga banyak digunakan dalam pembuatan sabun dan kosmetika karena dapat dicampur dengan jenis minyak atsiri lainnya, seperti minyak cengkeh, geranium, dan akar wangi. Aroma minyak nilam sangat kaya dan tahan lama, bahkan tetap terasa sampai seluruh minyaknya menguap. Seiring dengan perkembangan zaman, dan semakin meningkatnya kebutuhan manusia pada kesehatan dan kebugaran, minyak nilam banyak digunakan sebagai bahan baku untuk aromaterapi, karena aromanya yang khas. Minyak nilam bersifat fiksatif terhadap bahan pewangi lain, sehingga dapat mengikat bau wangi dan mencegah penguapan zat pewangi tersebut sehingga bau wanginya tidak cepat hilang alias tahan lama.

B. TEORI DESTILASI Distilasi merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap tersebut didinginkan kembali menjadi cairan. Unit operasi distilasi merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan komponenkomponen yang terdapat dalam suatu larutan atau campuran dan tergantung pada distribusi komponen-komponen tersebut antara fasa uap dan fasa air. Semua komponen tersebut terdapat dalam fasa cairan dan uap. Fasa uap terbentuk dari fasa cair melalui penguapan (evaporasi) pada titik didihnya (Geankoplis, 1983). Distilasi dilakukan melalui tiga tahap : evaporasi yaitu memindahkan pelarut sebagai uap dari cairan; pemisahan uap-cairan di dalam kolom, untuk memisahkan komponen dengan titik didih lebih rendah yang lebih volatile dari komponen lain yang kurang volatil dan kondenasasi dari uap, untuk mendapatkan fraksi pelarut yang lebih volatile (Geankoplis, 1983). Penguapan dan destilasi umumnya merupakan proses pemisahan satu tahap. Proses ini dapat dilakukan secara tidak kontinue atau kontinue, pada tekanan normal atau vakum. Pada destilasi sederhana, yang paling sering dilakukan adlah operasi tidak kontinue. Dalam hal ini campuran yang akan dipisahkan dimasukan dalam penguap ( Ummnya alat penguap labu ) dan dididihkan. Hal khusus dari destilasi sderhana adalah destilasi kukus, destilasi molekuler dan destilasi refluks (Handojo, L. 1995 ). Penguapan yang berlangsung juga tidak dapat dipisahkan oleh Air, jika material air tidak dimasukkan kedalam ketel maka suatu kesalahan besar jika menganggap proses hidrodestilasi dapat berlangsung karena air jika dimasukkan kedalam tabung yang dipanaskan pada temperature tinggi akan menghasilkan Uap panas, dan jika air tersebut dicampur dengan senyawa hidro lainnya maka 80% kemungkinan uap yang ada akan menimbulkan bau dari senyawa hidro tersebut (Harper, W J. 1986). Minyak Atsiri adalah minyak yang bersifat mudah menguap dengan komposisi dan titik didih yang berbeda beda setiap substitusi yang dapat menguap

tentunya dapat menghasilkan Bau dan memiliki titik didih tertentu hal ini dipengaruhi oleh suhu (Merson, R.L. 1979). Pada campuran dua cairan yang tidak larut, tekanan uap total adalah penjumlahan tekanan uap dari masing masing komponen dalam keadaan murni. Tekanan uap tersebut tidak tergantung pada perbandinan antar komponen. Tekanan uap total dari campuran dapat menyamai tekanan udara pada suhu yang lebih rendah dari pada suhu yang dicapai sehinggga titik didih campuran selalu lebih rendah dari pada titik didih terendah dari komponen yang membentuknya ( Warren L. Mc Cabe, dkk, 1999 ).

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat - Seperangkat alat destilasi - Statif dan klem - Gelas ukur - Erlenmeyer - Labu alas bulat - Kompor - Kondensor - selang air - ember 2. Bahan - Daun nilam (Pogostemon cablin, Benth) - aquades B. CARA KERJA 1. 2. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan Dimasukkan air suling sebanyak 4,5 liter ke dalam panci yang digunakan untuk penyulingan 3. Diambil sebanyak 500 gram daun nilam, lalu masukkan dalam panci berisi air suling tersebut. 4. Dilakukan pemanasan dengan kompor, dan dihubungkan dengan destilasi 5. 6. Dilakukan destilasi hingga diperoleh minyak nilam Diukur volume minyak nilam yang dihasilkan. alat

C. SKEMA KERJA

500 g daun nilam

- dimasukkan

panci penyulingan

Dilakukan pemanasan dengan kompor dan dihubungkan dengan alat destilasi

Dilakukan destilasi

Minyak kayu putih

Diukur volumenya

D. GAMBAR ALAT

BAB IV HASIL PENGAMATAN A. DATA PENGAMATAN Bahan Bobot sampel (g) Minyak nilam 500 Volume air awal (ml) 4500 2756 Volume air sisa (ml) Volume minyak (ml) 47,3

B. PEMBAHASAN Penguapan dan destilasi umumnya merupakan proses pemisahan satu tahap. Proses ini dapat dilakukan secara tidak kontinue atau kontinue, pada tekanan normal atau vakum. Pada destilasi sederhana, yang paling sering dilakukan adlah operasi tidak kontinue. Dalam hal ini campuran yang akan dipisahkan dimasukan dalam penguap ( Ummnya alat penguap labu ) dan dididihkan. Minyak nilam (Pogestemon cablin, Benth) merupakan minyak yang diperoleh dari penyulingan bagian daun nilam. Dalam percobaan ini dilakukan penyulingan daun nilam (Pogestemon cablin, Benth). Tujuannya adalah untuk mendapatkan minyak nilam yang murni. Hal ini dapat dilihat pada warna cairannya yang berwarna kecoklatan. Proses penyulingan daun nilam (Pogestemon cablin, Benth) dilakukan dengan metode penyulingan uap dan air yang menggunakan tekanan tidak lebih dari 1 atm dan suhu air kira-kira sama dengan suhu didih air (1000C). Pada metode penyulingan ini, daun nilam (Pogestemon cablin, Benth) dirajang kecil-kecil, agar sebagian kecil minyak atsiri ke luar permukaan bahan dan akan segera menguap oleh uap panas. Selanjutnya daun nilam (Pogestemon cablin, Benth) tersebut diletakkan di atas saringan berlubang.

Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air berada tidak jauh di bawah saringan. Dan selanjutnya dipanaskan. Air dapat dipanaskan dengan berbagai cara yaitu dengan uap jenuh yang basah dan bertekanan rendah.dengan memasukan air hingga batas pada ketel, kemudian diberi pembatas. Lalu dimasukan 500 mg sampel daun nilam. Dipanaskan diatas kompor. Sampel daun nilam (Pogestemon cablin, Benth) disuling selama 3-4 jam. Dari 500 mg bobot sampel daun nilam tersebut yang didestilasi diperoleh minyak murni sebesar 47,3 ml. Maka dengan adanya gambaran mengenai proses penyulingan/destilasi daun nilam (Pogestemon cablin, Benth) dari percobaan ini ,tentunya ada suatu pengalaman bagi kami untuk melakukan hal seperti itu,karena minyak nilam banyak digunakan dalam bidang farmasi.

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Cara penyulingan daun nilam (Pogestemon cablin, Benth) dengan menggunakan metode penyulingan uap dan air dapat dilakukan dengan cara daun nilam diletakkan di atas permukaan air dengan jarak tertentu dari atas saringan, kemudian dipanaskan dan uap dari air di dalam ketel akan mengalir melalui bahan yang akan disuling dan membawa minyak atsiri ke kondensor, sehingga terjadi proses pendinginan dan kondensasi, sehingga dihasilkan suatu minyak. 2. Hasil yang diperoleh pada penyulingan daun nilam hingga minyak nilam yaitu sebesar 47,3 ml menjadi

B. SARAN Sebaiknya pada praktikum ini, disiapkan penuntun praktikum sehingga praktikumnya lebih terarah.

DAFTAR PUSTAKACabe MC. L Warren, C. Smith Julian dan Harriot Peter, 1993, Operasi Tehnik Kimia jilid 2, Erlangga, Jakarta. Guenther, Ernest, 1990, Minyak Atsiri, Universitas Indonesia, Jakarta Handoyo Lienda, 1995, Teknik Kimia 2, Pradnya Paramita, Jakarta Harris,R., 1993, Tanaman Minyak Atsiri, Penebar Swadaya, Jakarta Harper,1986, Dayri Technology and Enggineering, AVI, CoLtd, Westport, Connectitut. Kardinan, Agus, 2005, Tanaman Penghasil Minyak Atsiri, PT Agro Media Pustaka, Jakarta Merson, R L. 1979, Food Enggineering, Academic Press, New York.