Pengolahan Minyak Nilam Jabar

25
KAJIAN TEKNIS BUDIDAYA DAN MANAJEMEN PRODUKSI PENGOLAHAN MINYAK NILAM DI BEBERAPA SENTRA NILAM JAWA BARAT Oleh Dr.H.Roni Kastaman, Ir.MT. Bandung, Oktober 2003

Transcript of Pengolahan Minyak Nilam Jabar

Page 1: Pengolahan Minyak Nilam Jabar

KAJIAN TEKNIS BUDIDAYA DAN MANAJEMEN PRODUKSI

PENGOLAHAN MINYAK NILAM DI BEBERAPA SENTRA NILAM JAWA BARAT

Oleh

Dr.H.Roni Kastaman, Ir.MT.

Bandung, Oktober 2003

Page 2: Pengolahan Minyak Nilam Jabar

1

KATA PENGANTAR

Dalam rangka pengembangan komoditas unggulan Jawa Barat,

Universitas Padjadjaran melalui Lembaga Pengabdian kepada

Masyarakat diminta oleh Dinas Koperasi & UKM Propinsi Jawa Barat

untuk melakukan kegiatan penelitian kaji tindak (Action Research)

pada beberapa sentra produksi minyak nilam sebagai salah satu

komoditas unggulan di Jawa Barat.

Komoditas nilam (Pogostemon cablin) sebagaimana telah

banyak diketahui adalah merupakan tanaman yang menghasilkan

minyak atsiri dengan nilai ekonomi di pasaran luar negeri sangat baik,

mengingat negara penghasil komoditas ini hanya beberapa negara

saja dan salah satunya yang terbesar adalah Indonesia. Dengan

demikian pengembangan komoditas ini merupakan langkah strategis

dalam menumbuh kembangkan sektor agribisnis dan agroindustri di

Indonesia.

Laporan kegiatan kaji tindak ini merupakan bagian salah satu

tugas pendamping dan kelembagaan dari sentra komoditas unggulan

Jawa Barat tahun 2003, yang telah disahkan oleh Kepala Dinas

Koperasi dan UKM Propinsi Jawa Barat.

Laporan ini disusun sebagai salah satu bentuk komitmen atas

penugasan yang diberikan kepada peneliti dalam rangka

mengembangkan sentra unggulan di Jawa Barat khususnya komoditas

nilam.

Page 3: Pengolahan Minyak Nilam Jabar

2

Tiada lain harapan penulis selaku peneliti, semoga tulisan ini

dapat menjadi bahan masukan baik bagi Dinas Koperasi & UKM

maupun “stakeholder” yang terlibat langsung dalam bidang

agroindustri nilam di Jawa Barat.

Bandung, Oktober 2003.

Peneliti,

Dr.H.Roni Kastaman, Ir.MT.

Page 4: Pengolahan Minyak Nilam Jabar

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 3

I LATAR BELAKANG 4

II OBSERVASI LAPANGAN 5

III HASIL PENGAMATAN 6

3.1. Observasi Lapangan di Tasikmalaya 6

3.2. Observasi Lapangan di Majalengka 12

3.3. Observasi Lapangan di Kabupaten Garut 15

3.4. Observasi Lapangan di Kabupaten Bandung 17

IV REKOMENDASI UMUM 18

Page 5: Pengolahan Minyak Nilam Jabar

4

I. LATAR BELAKANG

Hampir sekitar 90 % pasokan minyak nilam dunia (+ 1.500 ton)

adalah berasal dari Indonesia terutama dari daerah Propinsi Aceh.

Namun dengan memburuknya situasi keamanan di Propinsi Aceh pada

akhir-akhir ini, pasokan minyak nilam Indonesia juga ikut berkurang.

Sehingga situasi ini membuka peluang bagi daerah-daerah lain di

Indonesia untuk mengembangkan usaha komoditas ini. Minyak nilam

mempunyai prospek usaha yang cerah mengingat komoditas ini di

Amerika dan Eropah bisa mencapai harga USD 50/Kg yang terutama

dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pembuatan minyak wangi

(sebagai pengikat bau atau fixative parfum) dan kosmetik. Namun

minyak nilam juga bisa dimanfaatkan untuk bahan anti-septik, anti-

jamur, anti-jerawat, obat eksim dan kulit pecah-pecah, serta berbagai

jenis kegunaan lainnya sesuai kebiasaan masyarakat di negara

pemakai.

Di Jawa Barat, tanaman nilam telah dikembangkan di beberapa

daerah seperti Kabupaten Garut, Tasikmalaya, Bandung, Kabupaten

Kuningan dan Kabupaten Majalengka, baik oleh swasta maupun

melalui dukungan Dinas terkait (misalnya : Dinas Koperasi & UKM dan

Dinas Perindag) dengan pertumbuhan yang cukup memuaskan. Oleh

karenanya budidaya tanaman nilam ini perlu diupayakan dengan

dukungan teknologi pengolahan (destilasi) yang lebih efisien dan

berkualitas agar mempunyai daya saing dan lebih efisien dan

berkualitas agar mempunyai daya saing dan lebih ekonomis

dibandingkan dengan sistem konvensional yang ada.

Sejalan dengan hal tersebut Dinas Koperasi & UKM telah

menunjuk beberapa pakar terkait untuk meneliti dan mengembangkan

potensi komoditas unggulan Jawa Barat, yang salah satunya adalah

nilam. Pada kesempatan ini telah dilakukan beberapa observasi di

Page 6: Pengolahan Minyak Nilam Jabar

5

beberapa sentra komoditas nilam untuk mendapatkan gambaran yang

komprehensif mengenai potensi dan pengembangan lebih lanjut

mengenai komoditas ini, baik dari sisi budidaya, teknik produksi

minyak nilam, pemasaran hingga pengembangan produk samping

sebagai salah satu upaya mengatasi dampak dari limbah nilam yang

dihasilkan.

Ada beberapa hal yang ingin diketahui dalam observasi lapangan

berkaitan dengan budidaya dan teknologi penyulingan minyak nilam di

Jawa Barat, antara lain yaitu :

1. Mengevaluasi hasil budidaya tanaman nilam dan kualitas minyak

nilam yang dihasilkan oleh unit destilasi yang dibuat agar dapat

diketahui apakah kondisi saat ini telah sesuai dengan standar mutu

minyak nilam yang telah ditetapkan.

2. Mengevaluasi kinerja perangkat unit destilasi (penyulingan) minyak

nilam yang telah dibuat, sehingga secara teknis penyulingan yang

dilakukan mampu memberikan mutu minyak yang terbaik.

3. Memberikan rekomendasi guna perbaikan teknis budidaya tanaman

dan sistem penyulingan minyak nilam yang baik dan optimal

II. OBSERVASI LAPANGAN

Kegiatan yang telah dilakukan di beberapa daerah antara lain:

1. Survey lapangan, yaitu mencakup pengamatan visual (observasi)

ke daerah penanaman (budidaya) tanaman nilam di Kabupaten

Tasikmalaya, Garut, Majalengka dan Kabupaten Bandung, dengan

maksud untuk mendapatkan gambaran umum lokasi dan evaluasi

kesesuaian lahan budidaya tanaman nilam.

2. Pengamatan visual pada areal budidaya dan unit instalasi

penyulingan minyak nilam di kecamatan Pager Ageung Kabupaten

Tasikmalaya, kemudian di kecamatan Cilawu (perbatasan

Kabupaten Garut – Tasikmalaya), kecamatan Banjaran (kabupaten

Page 7: Pengolahan Minyak Nilam Jabar

6

Bandung) dan kecamatan Argapura (Kabupaten Majalengka),

dengan maksud untuk mendapatkan gambaran teknis dan kinerja

unit penyulingan minyak nilam yang akan digunakan oleh

masyarakat petani di lokasi pengamatan.

3. Pengambilan sample (contoh) daun nilam dan minyak nilam yang

didestilasi dengan peralatan yang ada untuk kemudian dianalisis di

laboratorium kimia, dalam hal ini Fakultas MIPA Universitas

Padjadjaran.

4. Evaluasi teknis budidaya dan mutu minyak nilam yang dihasilkan

serta analisis prospektif pemanfaatan produk samping dari limbah

daun nilam hasil destilasi.

III. HASIL PENGAMATAN

3.1. Observasi Lapangan di Tasikmalaya

a. Aspek Budidaya

Berdasarkan pengamatan lapangan diperoleh gambaran sebagai

berikut :

1. Lokasi penanaman tersebar di banyak lokasi dengan keragaman

karakteristik lahan, tanah dan tanaman yang signifikan secara

visual. Hal ini terlihat dari tidak seragamnya produktivitas tanaman

yang dihasilkan. Beberapa gambaran visual lokasi pengamatan

teknis budidaya tanaman nilam tersebut adalah seperti yang

disajikan pada gambar berikut :

Gambar 1. Tanaman Nilam Gambar 2. Nilam Tanaman Sela

Page 8: Pengolahan Minyak Nilam Jabar

7

Gambar 3. Budidaya Nilam Sebagai Tumpang Sari

Gambar 4. Tanaman Nilam Setelah Dipanen

Gambar 5. Budidaya Nilam Diantara Tanaman Pisang

Gambar 6. Pengeringan Daun Nilam Dengan Matahari

2. Cara pemanenan belum mengikuti kaidah atau prasyarat bagi

tercapainya mutu minyak nilam yang baik. Hal ini terlihat dari

gambar di atas, dimana cara pemanenan dan pengeringan tidak

terkontrol dengan baik.

3. Kesesuaian lahan nampaknya belum diuji secara laboratorium dan

hal ini terlihat dari belum seragamnya hasil mutu minyak setelah

dianalisis di laboratorium. Oleh karena itu pengujian tanah dan

penentuan kesesuaian lahan baik dari sisi topografi dan zona

klimatisasinya perlu dilakukan untuk masa yang akan datang.

b. Pengamatan Visual dan Kinerja Unit Destilasi

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, baik di

bengkel yang mengerjakan rancang bangun unit destilasi minyak

nilam, maupun di lapangan tempat uji coba mesin dilaksanakan dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Page 9: Pengolahan Minyak Nilam Jabar

8

1. Sistem pemanasan destilasi tidak seragam (tidak merata) sehingga

hal ini berdampak pada mutu minyak yang dihasilkan tidak

seragam (Gambar 7.) disamping itu dengan sistem destilasi seperti

yang dirancang sekarang ini akan mengkonsumsi energi yang

berlebih dengan sistem perpindahan panas yang tidak merata

karena panas didistribusikan secara serial (Gambar 8.). Untuk

perbaikan di masa yang akan datang perlu dimodifikasi sistem

penyebaran panas secara konsentrik radial, sehingga pemanasan

akan lebih merata.

Gambar 7. Minyak yang Dihasilkan dari Unit Destilasi

Gambar 8. Sistem Penyulingan dengan Pemanasan Serial dari Tangki 1 ke Tangki Lainnya 2. Cara penampungan minyak seharusnya diperbaiki dengan tidak

menggunakan bahan penampung dan penyimpanan dari bahan

Page 10: Pengolahan Minyak Nilam Jabar

9

plastik. Bahan yang baik setidaknya adalah bahan kaca berwarna

gelap agar tidak mengubah komposisi kimia minyak nilam yang

dihasilkan.

3. Cara pembuangan uap harus diupayakan agar beberapa bagian uap

yang masih mengandung minyak tidak terbuang percuma ke luar

sistem destilasi, dengan demikian harus dimodifikasi sistem

pengeluaran uap yang berbentuk sistem “looping” (arus balik).

4. Bahan pipa-pipa penyalur dan konstruksi lainnya harus seragam

dan terbuat dari bahan “stainless steel” agar tidak berpengaruh

terhadap kualitas minyak.

5. Penyimpanan daun kering dan cara pengeringan daun dari sejak

dipotong dari kebun harus diupayakan seoptimal mungkin untuk

menghindari terjadi fermentasi dan susut rendemen minyak dalam

daun, mengingat sistem destilasi yang digunakan pada disain yang

ada saat ini adalah sistem penyulingan cara kering (menggunakan

daun kering).

6. Sistem pendinginan untuk kondensasi uap – minyak perlu

disempurnakan sehingga aliran air yang masuk ke pendingin dapat

berfungsi secara maksimal dan merata dengan demikian hasil dan

mutu minyak yang diperoleh dapat lebih baik.

c. Hasil Analisis Laboratorium untuk Hasil Minyak Nilam

Dari hasil pengujian sample daun dan minyak nilam di

laboratorium kimia Universitas Padjadjaran, dapat disampaikan

beberapa kesimpulan teknis, baik yang menyangkut aspek tanaman

yang telah dibudidayakan, maupun minyak hasil destilasi dengan

menggunakan mesin yang telah dipasang di daerah sentra produksi

Pager Ageung, Kabupaten Tasikmalaya (hasil uji pada lampiran).

Tanaman Nilam yang digunakan sebagai sumber minyak nilam

dalam hal ini tidak dapat diketahui dengan pasti varietasnya. Hal ini

disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :

Page 11: Pengolahan Minyak Nilam Jabar

10

1. Pada saat pengambilan sample diketahui bahwa terdapat 5 jenis

tanaman dengan varietas yang berbeda (tanpa nama species yang

pasti) yang ditanam pada satu lokasi penanaman.

2. Taman tersebut memiliki nama daerah yang sama, yaitu : Nilam

Aceh, tapi asal yang berbeda, yaitu ; Cisaroni, Bengkulu 1,

Sidikalang, Bengkulu 2 dan Lokal.

3. Akibat dari faktor-faktor diatas, daun yang sekarang dihasilkan

tidak tertutup kemungkinan telah mengalami perubahan dalam arti

terjadi persilangan yang menghasilkan varietas baru yang tidak

diketahui dengan pasti kualitasnya.

4. Dari hal-hal tersebut diatas dapat dilihat satu bukti yang nyata

yaitu rendahnya kadar Patchouli alcohol (20,28 %) yang mana hal

ini menunjukkan bahwa proses biokimia pembentukan senyawa

tersebut tidak berlangsung dengan baik. Hal ini juga

mengindikasikan bahwa telah terjadi ketidakcocokan sistem

budidaya antara faktor genetik (spesies tanaman) dan faktor

pendukung lingkungan ( unsur hara, iklim, dll).

Disamping hal tersebut di atas juga belum dapat diketahui bagaimana

sebenarnya cara budidaya tanaman nilam tersebut dilakukan di

lapangan, apakah mengikuti kaidah budidaya, pola tanam, syarat

tumbuh dan kesesuaian lahannya (baik dari sisi iklim, tanah,

topografi, dan faktor lainnya). Untuk itu perlu kiranya dilakukan

kegiatan pengamatan lebih lanjut dan penyuluhan intensif kepada

petani agar aspek budidaya tanaman dan pemilihan varietas nilam

dapat dilakukan dengan baik, agar dihasilkan minyak dengan kadar

yang baik pula.

Minyak Nilam yang dihasilkan, baik yang diperoleh dari uji daun

maupun dari uji sample minyak yang diperoleh dari destilator yang

ada di pager Ageung, hampir seluruhnya tidak memenuhi dengan

Page 12: Pengolahan Minyak Nilam Jabar

11

lengkap standar spesifikasi perdagangan (SNI: 06-2385-1991). Hal ini

diperkirakan sebagai akibat dari :

1. Daun tanaman tidak memenuhi standar kualitas, yang

kemungkinan diakibatkan oleh :

• Varietas tanaman tidak unggul atau telah terjadi

penyerbukan silang diantara varietas tanaman yang belum

diketahui spesifikasi asalnya dengan jelas.

• Daya dukung ekologi/lahan yang tidak sesuai dengan

kebutuhan tanaman

• Proses pemeliharaan budidaya

• Kesalahanan proses produksi pasca panen, yang salah

satunya faktornya adalah dekomposisis kandungan minyak

atsiri pada proses pengeringan.

2. Mekanisme proses destilasi yang terjadi dalam mesin / alat destilasi

belum bekerja secara sempurna, akibat laju pemanasan tidak

seragam dan proses penguapan yang kurang sempurna. Proses

Penyulingan yang kurang sempurna ini dapat disebabkan oleh

beberapa faktor, antara lain :

• Kualitas alat (bahan logam) dari sistem penyulingan yang

digunakan kurang baik, sehingga masih terdapat kandungan

logam-logam yang dapat terlarut dan bereaksi dengan

minyak nilam selama proses penyulingan.

• Kebersihan seluruh sistem peralatan yang digunakan,

sehingga terdapat kemungkinan masuknya kotoran yang

bukan dari minyak atsiri ke dalam minyak hasil penyulingan.

Bukti yang paling jelas adalah pada minyak atsiri yang

dihasilkan terdapat sisa-sisa proses karbonisasi (berupa bau

minyak terbakar).

• Tempat penyimpanan / tempat penampungan minyak tidak

sesuai dengan standar (sebaiknya bahan kaca gelap / tidak

tembus cahaya).

Page 13: Pengolahan Minyak Nilam Jabar

12

d. Solusi Dan Saran Perbaikan

Berdasarkan hasil kajian data data diatas dapat disimpulkan :

1. Perlu dilakukan analisis total terhadap parameter sistem agribisnis

yang ada, yang terdiri dari :

a. Analisis daya dukung lingkungan (seperti kesesuaian unsur

hara, pH, iklim, topografi, dll)

b. Analisis tanaman (kepastian varietasnya)

c. Analisis sistem penyulingan ( kadar logam terlarut, tempat

penampungan minyak, termodinamika penyulingan, sistem

perpindahan panas, dll)

2. Dari ketiga faktor diatas, salah satu cara yang paling cepat untuk

dilakukan adalah penggunaan bibit nilam (secara in – situ) dengan

varietas yang jelas dan kualitas yang baik pada kebun percontohan

untuk digunakan sebagai pembanding kualitas. Untuk mendapatkan

bahan tanaman yang baik dapat dilakukan melalui pengambilan

varietas tanaman langsung dari sumber asal, diuji coba tanamkan

di lokasi percontohan dan pengamatan pertumbuhan secara

intensif. Dengan demikian diharapkan akan terjadi varietas

tanaman yang mampu beradaptasi dengan baik dengan

lingkungannya yang baru dengan kualitas dan kuantitas minyak

yang baik. Untuk mendapatkan mutu minyak hasil destilasi perlu

dilakukan penyetelan ulang mesin dan bila memungkinkan

dilakukan modifikasi sistem penyulingan sehingga diperoleh cara

pemanasan daun (sistem penguapan), yang seragam dengan

derajat pemanasan yang terkendali. Sistem pemanasan juga dapat

dilakukan dengan cara penguapan pada daun basah dan pada daun

kering. Namun untuk itu diperlukan studi lebih lanjut.

3.2. Observasi Lapangan di Majalengka

a. Aspek Budidaya

Areal budidaya tanaman nilam untuk kabupaten Majalengka saat

ini terpusat di dusun Calingcing kecamatan Argapura. Luas areal

Page 14: Pengolahan Minyak Nilam Jabar

13

budidaya yang ada saat ini sekitar 70 hektar tersebar di beberapa

dusun dengan pola penanaman tumpang sari dengan tanaman

tahunan di kaki gunung yang ada di sekitarnya.

Dari hasil observasi lapangan dapat diketahui bahwa varietas tanaman

yang dibudidayakan oleh petani sudah seragam (varietas Sidikalang)

dimana proses awal budidaya dilakukan dengan menguji coba

kesesuaian varietas tanaman tersebut bekerjasama dengan Balitro.

Gambar 9. Lokasi dan Varietas Nilam yang Dibudidayakan

b. Pengamatan Visual dan Kinerja Unit Destilasi

Pada awalnya unit destilasi yang ada di lokasi pabrik

menggunakan cara destilasi daun basah, akan tetapi pada uji coba

awal ada kelemahan pada sistem pemanasan sehingga pada akhirnya

unit destilasi dimodifikasi kembali untuk penanganan bahan baku daun

kering. Elemen pemanas yang digunakan saat ini adalah batu bara

atau minyak tanah (dengan menggunakan kompor pemanas khusus

sebagaimana terlihat pada gambar).

Page 15: Pengolahan Minyak Nilam Jabar

14

Tungku Batu bara Tangki Destilasi

Tangki Penampung Minyak Set Up Destilasi

Pengeringan Daun Nilam

Gambar 10. Unit Peralatan Destilasi di Pabrik Pengolahan Minyak Nilam Majalengka

Page 16: Pengolahan Minyak Nilam Jabar

15

Hasil uji coba pada unit destilasi yang ada menunjukkan tingkat

persentase pachouli alkohol (PA) yang dihasilkan telah memenuhi

syarat minimal standar produksi nilam dimana PA yang diperoleh

sekitar 34% (standar yang syaratkan harus lebih besar dari 30%).

Rendemen minyak hasil destilasi dengan unit destilasi yang ada saat

ini baru mencapai 2,6% dari berat kering daun yang diproses.

Kinerja yang ada saat ini masih dapat ditingkatkan antara lain

dengan memperbaiki sistem pemanasan dan cara pemotongan daun

dan ranting yang akan didestilasi.

3.3. Observasi Lapangan di Kabupaten Garut

a. Aspek Budidaya

Sentra nilam di Kabupaten Garut pada saat ini baru dalam tahap

awal pengembangan, yaitu di sekitar daerah Pakenjeng, Malangbong

dan Cilawu. Fokus utama pada daerah tersebut adalah pengembangan

bibit dan budidaya varietas unggul agar sesuai untuk kondisi

setempat. Salah seorang yang merupakan pionir dalam

pengembangan tanaman nilam khususnya dalam hal pembibitan

adalah Pa Djadja (staf Dinas Perkebunan & Kehutanan Kabupaten

Garut). Beliau saat ini secara rutin telah dapat mengembangkan bibit-

bibit yang baik dan telah disebar pada beberapa lokasi budidaya di

kabupaten Garut.

Pembibitan yang dikelola oleh Pa Djadja saat ini dapat

memenuhi kebutuhan bagi kelompok tani dengan rata-rata produksi

bibit per periode tanaman sekitar 1 – 2 bulan antara 20.000 hingga

30.000 bibit.

Page 17: Pengolahan Minyak Nilam Jabar

16

Pa Djadja dengan Staf Pengepakan Bibit

Areal Pembibitan Pemilahan Bibit

Areal Kebun Bibit Pekarangan Kebun Bibit Secara Masal

Gambar 11. Areal Kebun Pembibitan Nilam di Cilawu

Page 18: Pengolahan Minyak Nilam Jabar

17

b. Unit Destilasi

Untuk sentra nilam di kabupaten Garut saat ini belum

menggunakan unit destilasi yang modern. Kebanyakan kelompok tani

masih menggunakan peralatan yang sederhana dengan menggunakan

drum dan sumber pemanas dari kayu bakar. Sehingga minyak yang

dihasilkan masih di bawah standar yang ditentukan. Saat ini beberapa

kelompok tani tengah mengupayakan membangun unit destilasi

modern dengan bahan stainless dan sumber pemanas kompor /

burner yang lebih baik.

3.4. Observasi Lapangan di Kabupaten Bandung

Pengamatan dilakukan pada salah satu pengusaha agribisnis

yang tertarik untuk mengembangkan tanaman nilam, yaitu di desa

Arjasari kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung. Perusahaan yang

dikelola oleh swasta ini baru sebatas uji coba unit destilasi sedangkan

kebun untuk budidaya tanaman nilam belum memadai dan masih

dalam tahap penyiapan. Untuk saat ini pemenuhan bahan baku

penyulingan daun nilam diperoleh dari berbagai daerah, antara lain :

Garut dan Tasikmalaya. Unit destilasi yang digunakan adalah

sebagaimana disajikan pada gambar berikut.

Gambar 12. Unit Destilasi yang Digunakan

Page 19: Pengolahan Minyak Nilam Jabar

18

Gambar 13. Areal Kebun Percobaan Tanaman Nilam Di Arjasari Kecamatan Banjaran

IV. REKOMENDASI UMUM

Berdasarkan hasil pengamatan keseluruhan di beberapa

lokasi observasi dapat direkomendasikan beberapa hal sebagai

berikut :

1. Perlu dilakukan analisis kesesuaian lahan mulai dari jenis tanah,

kesuburan tanah, topografi, ketinggian tempat dan zona

klimatisasinya agar diperoleh pertumbuhan tanaman nilam yang

paling baik.

2. Perlunya perbaikan budidaya tanaman nilam yang lebih baik

untuk mendapatkan mutu minyak yang seragam. Setidaknya

ada beberapa hal yang menyangkut budidaya tanaman yang

perlu diperhatikan, antara lain sebagai berikut :

Nilam dapat tumbuh baik pada tanah regosol, latosol dan

aluvial. Bertekstur lempung berpasir atau lempung bedebu

dengan pH tanah antara 6 – 7. dan tidak boleh tergenang

air. Tanaman nilam dapat tumbuh dari mulai dataran

rendah sampai ketinggian di atas 1000 m dpl, tapi akan

tumbuh optimum pada ketinggian 100 m s/d 400 m dpl,

suhu yang paling cocok untuk tanaman nilam adalah

Page 20: Pengolahan Minyak Nilam Jabar

19

sekitar 18oC s/d 27oC, dengan kelembaban 60 s/d 70%.

Tanaman nilam membutuhkan curah hujan yang cukup

tinggi antara 2300 s/d 3000 mm/tahun.

Kriteria Bahan Stek

Pemilihan Bibit untuk bahan untuk stek yang baik dengan

persyarata sebagai berikut :

a. Tanaman induk telah berumur 6 – 12 bulan dan

bebas dari hama penyakit

b. Pemotongan stek dilakukan pada pagi hari

menggunakan pisau yang steril dengan panjang

sekitar 20-30 cm serta mempunyai 3-4 mata tunas

c. Cara pemotongan meruncing tepat di bawah atau di

atas buku.

d. Segera dilakukan penyemaian sebab tanaman nilam

cepat layu

e. Untuk kebutuha satu hektar diperlukan antara

40.000 s/d 50.000 stek

Tempat Persemaian

Tanah untuk keperluan bedengan diolah dan dicampur

pasir dengan perbandingan tanah dan pasir 2 : 1, Ukuran

bedengan : lebar 80-120 cm, tinggi 25-30 cm, dan

panjang bergantung kondisi lapangan. Di atas bedengan

diberi pupuk kandang atau kompos secara merata.

Bedengan harus diberi pohon naungan atau di atas

bedengan diberi atap daunkelapa, alang-alang dan

sebagainya. Penanaman stek bibit di bedengan dilakukan

pada sore hari. Untuk merangsang pertumbuhan

perakaran dapat digunakan hormon tertentu.

Persiapan Lahan/Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan dapat dimulai 1-2 bulan sebelum tanam,

dengan pencangkulan tanah sedalam kira-kira 30 cm.

Ukuran bedengan tinggi 20-30 cm, lebar 1-1,5 meter dan

Page 21: Pengolahan Minyak Nilam Jabar

20

panjang disesuaikan dengan lainnya berkisar 40-50 cm,

untuk memudahkan perawatan tanaman. Satu minggu

menjelang tanam buatlah lubang tanam dengan ukuran 15

x 15 x 15 cm. Jarak tanam antara lubang satu dengan

yang lainnya 50 x 50 cm.

Cara Tanam

setiap lubang tanam dapat diisi 1-2 stek, bibit yang

mempunyai akar sangat rimbun harus dikurangi agar

pertumbuhan nilam tidak bengkok.

Penyulaman Tanaman

Penyulaman dilakukan apabila didapati kondisi tanaman

kurang segar layu atau bahkan mati, penyulaman

dilakukan sekitar 3 minggu setelah tanam/

Penyiraman Tanaman

Pemberian air harus disesuaikan dengan umur tanaman

nilam. Pada fase-fase pertumbuhan akhir sudah harus

dikurangi pemberian airnya. Menjelang panen sampai

dengan pemetikan daun, tanah harus dikeringkan untuk

mencegah turunnya mutu daun dan mempertingi daya

simpan.

Penyiangan Tanaman

Gulma yang tumbuh disekitar tanaman nilam harus

dibersihkan. Waktu penyiangan dilakukan sebelum

pemupukan, yakni menjelang umur 1 bulan, 3 bulan dan 5

bulan.

Pemupukan

Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk organik (alami)

dan popok non organik (buatan). Pupuk nilam

mencangkup : pupuk dasar, pupuk susulan dan bila perlu

pupuk daun.

a. Pupuk dasar, berupa pupuk kandang diberikan pada

waktu membuat persemaian, dan pada bedengan

Page 22: Pengolahan Minyak Nilam Jabar

21

dikebun pada waktu 2 minggu menjeleng tanam.

Pemberian pupuk kandang sekitar 10-20 ton/ha.

b. Pupuk susulan. Disesuaikan dengan pertumbuhan

dan perkembangan nilam sebagai berikut : Umur 1

bulan : 75 Kg Urea/ha, 50 Kg Za/ha dan 50 kg TSP

dan 25 kg KCl. Umur 3 bulan : 50 kg Urea, 50 kg

ZA/ha dan 25 Kg KCl/ha. Umur 5 bulan : 25 kg

urea/ha, 25 kg ZA/ha dan 12,5 kg KCl/ha.

c. Pupuk daun (Gandasil D, Atonik, Bayfolan dll). Umur

1 bulan 1 liter/ha, Umur 3 bulan 1liter/ha.

Pembumbunan

Tanah dicangkul tipis di sekeliling tanaman dengan jarak ±

20 cm. Setiap kali pembumbunan akan berbentuk

guludan, dan sekaligus terbentuk pula saluran drainase

yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air.

3. Perlu dilakukan pemilihan atau seleksi bibit yang baik dan

seragam kemudian diadaptasikan secara intensif untuk

memberikan hasil rendemen minyak nilam yang semaksimal

mungkin.

4. Perlu diperhatikan model rancangan unit destilasi terutama pada

bagian pemindah panas dan bahan tangki destilasinya agar tidak

mengurangi mutu minyak yang dihasilkan.

5. Dari hasil pengamatan di lapangan diketahui adanya masalah

pada limbah daun nilam sisa destilasi. Jumlah timbunan limbah

yang makin menumpuk menyebabkan dampak negatif pada

tanah, tanaman, air dan lingkungan di sekitarnya. Oleh karena

itu perlu upaya penanganan limbah menjadi produk samping

yang memiliki nilai tambah signifikan. Hasil kajian sementara di

laboratorium. Limbah daun nilam sisa penyulingan ini dapat

digunakan untuk berbagai produk potensial seperti :

Page 23: Pengolahan Minyak Nilam Jabar

22

• Arang briket

• Kompos

• Bahan campuran obat nyamuk dan racun tikus

• Bahan campuran serat untuk bahan bangunan

Hasil kajian laboratorium telah memberikan gambaran potensi

pemanfaatan produk samping tersebut. Kajian lebih lanjut

adalah bagaimana mengimplementasikannya menjadi produk

komersial. Dengan demikian dari proses produksi nilam ini

diupayakan dapat diperoleh industri hulu hingga hilir yang

memiliki nilai ekonomi yang dapat diandalkan. Beberapa contoh

produk hulu dan produk hilir yang telah dikaji dari agroindustri

nilam ini adalah seperti yang disajikan pada Gambar 14.

6. Perlu adanya pelatihan dan penyuluhan intensif mulai dari cara

budidaya, aspek teknologi destilasi dan manajemen mutu

minyak menjelang di pasarkan.

Page 24: Pengolahan Minyak Nilam Jabar

23

Daun Nilam

Minyak Nilam Limbah

↓ ↓

Campuran Parfum Campuran Dekomposer Bahan kompos

Bahan arang briket

Gambar 14. Derifat Produk Hulu dan Hilir Agroindustri Nilam

Page 25: Pengolahan Minyak Nilam Jabar

24

Lampiran Hasil Analisis Laboratorium

DATA HASIL PENGUJIAN DAUN KERING DAN DAN MINYAK NILAM KELOMPOK TANI INTI MITRA USAHA JAYA

KECAMATAN PAGER AGEUNG - TASIKMALAYA

Data Hasil Pengujian Sampel

No Parameter Nilam Aceh Var.

Cisaroni

Nilam Aceh Var. Bengkulu

Nilam Aceh Var. Sidikalang

Nilam Aceh Var. Bengkulu

Nilam Aceh Var. Lokal

Minyak Nilam

Var. ………

Sandar Mutu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 • Warna Kuning Kuning Kuning agak

muda Kuning Kuning Kuning Kuning Muda-

Coklat Tua • Berat Jenis, 25 0C 0,9401 0,9329 0,9645 0,9455 0,9546 0,9446 0,943 – 0,983 • Indeks Bias, 25 0C 1,5033 1,5053 1,5061 1,5066 1,5031 1,5023 1,506 – 1,516 • Putaran optik - 47 0 - 48 0 - 46 0 - 49 0 - 48 0 - 44 0 (-470) - (-660) • Kelarutan dalam

Alkohol 90 % 1: 9 1: 7,5 1: 7,5 1: 6 1: 7 1: 8,5 Larut jernih

1:1-10 • Bilangan Asam 4,11 4,21 4,53 4,42 4,01 4,51 Max 5,0 • Bilangan ester 8,27 7,27 6,35 6,22 6,00 6,27 Max 10,0

• Patchouli Alkohol (%, GC)

25,31 24.87 24,52 23,24 26,33 20,28