mini c ex ela

14
MINI C-EX OTOMIKOSIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung dan Tenggorok RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Diajukan kepada Yth: dr. Asti Widuri, Sp. THT-KL, M. Kes Diajukan oleh: Pagela Pascarella Renta BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROK RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015

description

THT

Transcript of mini c ex ela

Page 1: mini  c ex ela

MINI C-EX

OTOMIKOSIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti

Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung dan Tenggorok

RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan kepada Yth:

dr. Asti Widuri, Sp. THT-KL, M. Kes

Diajukan oleh:

Pagela Pascarella Renta

BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROK

RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2015

Page 2: mini  c ex ela

LEMBAR PENGESAHAN

Mini C-Ex

OTOMIKOSIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung dan Tenggorok

Di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :

Pagela Pascarella Renta

Mengetahui

Dosen Penguji Klinik

dr. Adnan Abdullah, Sp. THT, M. Kes

Page 3: mini  c ex ela

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : Tn. H

Umur : 38 th

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Menikah

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam

Alamat : Suryadiningratan, Yogyakarta

II. ANAMNESIS

a. Keluhan Utama:

Telinga kanan gatal

b. Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien laki-laki, 38 tahun datang ke poli dengan keluhan telinga kanannya gatal.

Keluhan ini sudah dirasakan dua bulan sebelum periksa ke poli. Telinga kanannya

juga terasa nyeri, penuh, dan kadang mengeluarkan cairan kental berwarna putih.

Pendengaran telinga kanan pasien juga sedikit terganggu. Menurut pasien

keluhannya muncul setelah pasien mengorek-orek telinganya sendiri. Pasien

belum pernah melakukan usaha pengobatan sebelumnya. Riwayat batuk pilek

disangkal.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

- Pasien tidak pernah mengalami keluhan telinga gatal sebelumnya

- Hipertensi (-), DM (-), riwayat atopi (dermatitis atopik, asma, konjungtivitis)

(-)

Page 4: mini  c ex ela

d. Riwayat Penyakit Keluarga

- Hipertensi (-), DM (-), riwayat atopi (dermatitis atopik, asma, konjungtivitis)

(-)

e. Anamnesis sistem

- Sistem serebrospinal : tidak panas, pusing, tidak mual

- Sistem respiratorius : tidak sesak nafas, batuk (-)

- Sistem kardiovaskuler : tidak berdebar-debar

- Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan

- Sistem anogenital : tidak ada keluhan

- Sistem muskuloskeletal : tidak ada hambatan dalam bergerak

- Sistem integumentum : suhu raba hangat, nyeri

III. PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran : Compos Mentis

Vital Sign :

- Tekanan Darah : 120/90 mmHg

- Suhu : 36,2 0C

- Nadi : 88 x/menit

- Respirasi Rate : 16 x/menit

Status Lokalis

1. Telinga

Inspeksi, Palpasi, Perkusi

- Inspeksi: CAE AD tampak hiperemis dan edema

- Palpasi: nyeri tragus (+), nyeri tarik pinna (+)

pada AD

Otoskopi

- Terlihat discharge berwarna putih kental

berbintik-bintik hitam

Page 5: mini  c ex ela

Fungsional (Test Pendengaran : Garpu Tala)

- Rinne : dalam batas normal

- Webber : dalam batas normal

- Swabach : dalam batas normal

2. Hidung dan Paranasal

Inspeksi, Palpasi, Perkusi

Deviasi nasal (-), massa (-), obstruksi nasal (-),

rhinorrea (-), darah (-), nyeri tekan (-)

SPN : edema nasal (-), NT pipi/kelopak bawah (-),

NT pangkal hidung(-)/kelopak atas (-) .

Rhinoskopi Anterior

Septum letak sentral, deformitas os nasal (-).

ND/NS

Mukosa hiperemis (-/-), mukosa pucat (-/-), edema

concha (+/+), massa (-/-), nyeri tekan (-/-).

Rhinskopi Posterior

Dalam batas normal

3. Tenggorokan dan Laring (Leher)

Page 6: mini  c ex ela

Inspeksi, Palpasi

Trakhea letak sentral, gld. Thyroid tak teraba, nll. tak

teraba, massa (-), NT (-), retraksi (-).

Cavum oris : Karies (-), gigi tanggal (-) ,mukosa

mulut dalam batas normal, papil lidah

dalam batas normal, lidah mobile, protrusi

asimetris lidah (-), uvula sentral, massa (-)

Faring : mukosa tidak hiperemis, edema (-), massa

(-)

Tonsil : tidak hiperemis, tidak membesar, abses

peritonsiler (-)

Arcus palatoglossus : tidak hiperemis, protrusi

asimetris (-), massa (-)

Arcus palatopharingeus : tidak hieperemis, protrusi

asimetris (-), massa (-)

Laringoskopi Indirek

Dalam batas normal

IV. ASSESSMENT

Dari anamnesis didapatkan telinga kanan pasien mengalami gatal, nyeri, rasa penuh

dan keluar cairan putih. Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya hiperemis dan

edem pada CAE, nyeri tekan tragus dan nyeri tarik pinna dextra juga ada.

Pemeriksaan otoskopi juga didapatkan adanya discharge putih kental berbintik hitam

di dalam CEA. Maka, diagnosa bandingnya:

- Otomikosis

- Otitis eksterna difusa ec bakterial

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Swab telinga untuk diperiksa:

Page 7: mini  c ex ela

- Pemeriksaan KOH untuk melihat ada tidaknya hifa fungal

- Kultur bakteri

Pada pasien tidak dilakukan keduanya tetapi direncanakan akan dilakukan bila

pengobatan yang saat ini (pemberian obat tetes otilon) tidak memberikan

perbaikan secara klinis.

VI. DIAGNOSIS

Otomikosis

Diagnosis banding: Otitis eksterna difusa ec bakterial

VII. TERAPI

Terapi yang dianjurkan, meliputi (Moghadam, A. et al. 2010)

1. Pembersihan dan debridement liang telinga

2. Obat tetes telinga:

- Asam asetat 2% dalam alkohol (pada penelitian yang dilakukan Moghadam

dkk, 2010, pasien yang diberi terapi campuran asam asetat dan alkohol dalam

3 minggu pemeriksaan mikroskop tidak menunjukkan adanya tanda

otomikosis lagi)

- Larutan povidon iodin 5%

- Kombinasi antibiotik dan steroid

3. Antifungal nonspesifik: timerosal atau gentian ungu

4. Antifungal spesifik: nistatin, klotrimazol, ketokonazol

5. Antifungal oral. Itrakonazol bila terjadi infeksi Aspergillus

Page 8: mini  c ex ela

BAB II

OTOMIKOSIS

A. DEFINISI

Otomikosis merupakan salah satu bentuk otitis eksterna yang penyebabnya adalah

infeksi jamur pada liang telinga. Pravelensi otomikosis kurang lebih 9% dari

keseluruhan kasus otitis eksterna dan lebih dari 30,4% pasien menunjukkan gejala

inflamasi pada telinga. Pravelensi dipengaruhi oleh area georafi dimana otomikosis

sering terjadi pada negara dengan iklim tropis/subtropis dengan kelembapan tinggi.

Umumnya lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria dan lebih banyak pasien

dewasa dibanding anak-anak.

B. ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI

Penyebab umum otomikosis yaitu, Aspergillus niger, Candida albicans, Actinomyces,

Trichophyton, Aspergillus fumigatus, dan Candida tropicalis. Sedangkan faktor

predisposisinya meliputi infeksi bakterial, penggunaan alat bantu dengar, trauma,

berenang pada kolam yang terkontaminasi, terapi antibiotik spektrum luas, steroid,

neoplasma dan gangguan imun.

C. GEJALA

Gejala yang paling umum adalah sensasi gatal dan keluarnya discharge dari telinga

disertai hipermis pada liang telinga. Gejala lain seperti rasa nyeri, penuh akibat

sumbatan debris pada liang telinga juga dapat ditemukan. Kadang pasien otomikosis

juga mengeluhkan penurunan pendengaran.

D. PENEGAKAN DIAGNOSIS

Penegakan diagnosis otomikosis didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan telinga kanan pasien mengalami

gatal, nyeri, rasa penuh dan keluar cairan putih. Dari pemeriksaan fisik didapatkan

adanya hiperemis dan edem pada CAE, nyeri tekan tragus dan nyeri tarik pinna dextra

juga ada. Pemeriksaan otoskopi juga didapatkan adanya discharge putih kental

berbintik hitam di dalam CEA.

Page 9: mini  c ex ela

E. PENGOBATAN

Terapi yang dianjurkan, meliputi (Moghadam, A. et al. 2010)

6. Pembersihan dan debridement liang telinga

7. Obat tetes telinga:

- Asam asetat 2% dalam alkohol (pada penelitian yang dilakukan Moghadam

dkk, 2010, pasien yang diberi terapi campuran asam asetat dan alkohol dalam

3 minggu pemeriksaan mikroskop tidak menunjukkan adanya tanda

otomikosis lagi)

- Larutan povidon iodin 5%

- Kombinasi antibiotik dan steroid

8. Antifungal nonspesifik: timerosal atau gentian ungu

9. Antifungal spesifik: nistatin, klotrimazol, ketokonazol

10. Antifungal oral. Itrakonazol bila terjadi infeksi Aspergillus

Page 10: mini  c ex ela

REFERENSI

Farida Khan, Raza Muhammad, Muhammad Riaz Khan, Fazal Rehman, Johar Iqbal, Munib Khan, Gohar Ullah. Efficacy of Topical Clotrimazole in Treatment of Otomycosis. J Ayub Med Coll Abbottabad. 2013; 25(1-2): 78-80

Yaganeh Moghadam A, Asadi MA, Dehghani R, Zarei Mahmoudabadi A, Rayegan F, Hooshyar H, Khorshidi A. Evaluating the effect of a mixture of alcohol and acetic acid for otomycosis therapy. Jundishapur J Microbiol. 2010; 3(2): 66-70.