MINGGU, 12 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Konservasi … fileJ ANGAN kaget jika su-atu saat...

1
J ANGAN kaget jika su- atu saat berjalan-jalan di Kawasan Hutan Produk- tif Pesanggrahan, Anda ditegur pria berkumis lebat. Bahasanya yang ceplas-ceplos, dan penampilan bak jawara mungkin membuat pria ini kurang bersahabat. Namun jika Anda tidak membuang sampah atau me- rusak tanaman, tidak ada yang perlu ditakuti darinya. Adalah H Chaerudin, nama pria itu, kawan yang ramah. Sapaan lantangnya adalah reeksi dari perjuangan belasan tahun memperbaiki lingkungan Kali Pesanggrahan, termasuk daerah yang kini ditetapkan sebagai hutan produktif itu. Jika sapaan itu disambut baik, bisa jadi Anda malah di- layani seperti tamu. Seperti saat ditemui Media Indonesia pada Selasa (7/12), pria yang akrab disapa Babeh atau Bang Idin ini menerima hangat komunitas pesepeda Bike to Work yang berkunjung ke saungnya yang ada di dalam hutan itu. “Ya, lu keliling-keliling dah sana, udah dibikinin jalurnya jadi lu enak,” kata Babeh Idin menunjuk proyek pekerjaan jalan setapak oleh Pemprov DKI. “Gue seneng orang pada ke- mari, mau sepedaan, apa manc- ing ikan yang gue tebar. Tapi, kalo ngerusak gue gamparin,” tutur pria 54 tahun itu. Memang terdengar kasar, tapi inilah konservasi ala Babeh Idin. Konservasi yang ia sebut bermodal pacul dan golok. Dengan pacul ia menghijau- kan kembali Kali Pesanggra- han. Sekitar 38 hektare daerah bantaran Karang Tengah, Ja- karta Selatan, yang semula penuh sampah kini hijau. Di bawahnya tersebar be- lasan kotak lebah madu. Di tempat lainnya, ada empang- empang tempat pembibitan ikan dan kandang berisi kam- bing-kambing ettawa. Namun untuk itu semua berapa kali Babeh Idin harus bersitegang dengan aparat. Di sinilah ‘goloknya bermain’, meski tidak benar-benar de- ngan kekerasan. Ayah tiga anak yang turun- menurun tinggal di daerah itu menuturkan, pertengahan 90- an, didorong keprihatinan yang memuncak ia membersihkan bantaran. Sampah-sampah dari perumahan mewah di sana di- kumpulkan dan dikembalikan lagi agar warga sadar. Ia juga menghalangi tiap kali ada pihak yang berusaha men- jual tanah di sekitar bantaran. Tidak mengherankan jika ia langganan ditangkap aparat. Namun lambat laun, entah lelah atau sadar, pihak-pihak itu membiarkan kegiatan Babeh Idin. Para pemilik perumah- an pun tidak lagi membuang sampah ke sungai. Kegiatan penghijauan Babeh Idin pun makin lama makin luas, bahkan sampai Bogor. Ini sebenarnya juga buah kegema- rannya menyusuri alam. Sebelum memerangi sampah, Babeh Idin pernah berjalan kaki dan berakit batang pisang me- nyusuri Pesanggrahan sampai ke hulunya di Puncak, Bogor. Ia mencari tahu apa saja pe- nyebab kerusakan sungai. Dari situ pula ia menjalin hubungan dengan warga di Ciampea, Bo- gor, untuk menjaga sungai. Kini berbagai penghargaan termasuk Kalpataru dan peng- hargaan dari pemerintah Dubai telah dianugerahkan kepada- nya. Babeh Idin sendiri bertekad menyebarkan konsep konser- vasinya ke 13 sungai Jakarta. Harus menghidupi Konservasi ala Babeh Idin ini nyatanya tidak sekadar menanam dan adu otot. Jika diperhatikan lebih dalam, ada pemikiran yang tidak kalah dari konsep Barat. Ia tidak sekadar menghijau- kan, tapi juga membuat sungai sumber pencaharian. Ikan tiap bulan ditebar di sungai bukan hanya untuk mengembalikan keanekaragaman hayati, tapi untuk dinikmati warga. “Buat gue konservasi harus menghidupi, bukan lalu orang enggak boleh masuk. Malah kalo dia ngerasain enaknya, ya pasti dia juga ikut jaga,” kata Babeh Idin menunjuk warga yang sedang memancing. Berbagai tanaman produktif seperti sawo duren dan melinjo juga ditanam. Di lahan lainnya ada berbagai tanaman obat dan sayur. Ada juga pembibitan ikan asli yang sudah langka, seperti ikan kumpai. Untuk ini, Babeh Idin tidak sendiri, tapi bersama masya- rakat yang tergabung dalam Kelompok Tani Lingkungan Hidup (KLTH) Sangga Buana. Anggota kelompok yang ia didirikan pada 1998 ini sudah puluhan orang. Babeh Idin juga membentuk jaringan kelom- pok tani di berbagai daerah termasuk Bogor, Banten, hingga Sulawesi. Prestasi Babeh Idin kerap membuat orang dari berbagai daerah datang untuk menimba ilmu tani dan ternak. Bahkan seorang peneliti dari Inggris menghabiskan waktu setahun mempelajari Kali Pesanggra- han bersama Babeh Idin. Babeh Idin sendiri yakin pro- fesi petani dan peternak adalah kunci kelestarian lingkungan. “Kalau orang tetap tani dan ternak, orientasinya akan tetap alam. Dia enggak bakal jual tanahnya untuk dibikin vila,” tukas pria yang sejak dahulu beternak kambing ini. Sebab itu Babeh Idin mendo- rong usaha ternak di berbagai daerah. Usahanya didukung Telkom yang memberi bantuan dana untuk peternakan di Ci- ampea, Bogor. Di sisi lain, banyaknya pihak yang menawarkan bantuan jmembuat Babeh Idin berhati- hati. Bantuan asing yang men- syaratkan program tertentu ia tolak. Ia juga berusaha untuk teguh pada prinsipnya un- tuk beribadah melalui alam. (M-1) miweekend@ mediaindonesia.com HAL lain yang menarik dari pola konservasi Babeh Idin ada- lah kentalnya unsur budaya. Kebiasaannya berpakaian ala tempo dulu dan kegemarannya mengutip cerita-cerita sejarah bukan sekadar nostalgia. Baginya budaya dan sejarah punya peran penting untuk menjaga lingkungan. Setelah mengetahui bersejarah dan leluhur, baginya, mestinya o- rang akan ikut menjaga daerah sekitar lokasi itu. Paduan budaya dan lingkung- an itu pula yang ia terapkan pada berbagai komunitas dan kelompok yang kerap berkun- jung ke tempatnya. Contohnya kepada komunitas pesepeda Bike To Work (B2W) yang kerap berkunjung ke sana. Meski menyambut hangat, dengan gayanya yang khas, Babeh Idin menyindir agar para muda-mudi itu tidak sekadar bersepeda, tapi juga berbuat untuk lingkungan. Babeh pun menawarkan ko- munitas itu untuk membuat acara bersepeda dengan tempat pemberhentian tertentu yang kemudian di sana belajar me- ngenal pohon atau mendengar sejarah sekitar Pesanggrahan. Di sekitar kali itu memang terdapat banyak situs sejarah termasuk makam para leluhur Jayakarta. “Wah, saya malah baru tahu di sekitar kali ini ba- nyak sejarahnya. Kalau begitu mah emang harus dijaga ya, Beh,” kata seorang anggota B2W. Pendekatan seperti itu nya- tanya jitu merangkul banyak pemuda. Di luar komunitas B2W, lebih banyak kelompok pemuda ataupun individual yang berkunjung ke sana. Beberapa orang malah senang bermalam di sana. Salah satu- nya Ebes, pemuda yang baru lulus menimba ilmu broadcast di Bina Sarana Informatika. “Tadinya ke sini untuk bikin lm tugas kuliah tapi habis itu malah betah di sini karena bisa banyak belajar. Saya sendiri jadi terus bikin lm-lm ten- tang lingkungan,” tutur Ebes yang juga kerap menemani pengunjung berkeliling hutan produktif itu. Ebes dan para pemuda lain- nya dari berbagai bidang ilmu kini sedang berusaha mewu- judkan mimpi Babeh Idin mem- buat lm lingkungan tentang Kali Pesanggrahan. Film itu diharap dapat menjadi dorong- an daerah lain untuk peduli ter- hadap alamnya. (Big/M-1) Bintang Krisanti Bantaran Pesanggrahan dihijaukan, sementara di kalinya puluhan ikan ditebar. Boleh diambil, tapi yang merusak harus berhadapan dengan sang pendekar. Konservasi ala Jagoan Jakarta Menggabungkan Sejarah dan Lingkungan HIJAU YANG MENGHIDUPI: Babeh Idin di bantaran Kali Pesanggrahan, Lebak Bulus, Jakarta, Selasa (7/12). Belasan tahun putera asli Jakarta ini mememperbaiki lingkungan kali hingga kini menjadi kawasan konservasi yang ditetapkan sebagai Kawasan Hutan Produktif Pesanggrahan. Konsep konservasinya bukan hanya menjaga tapi juga memberi penghidupan. FOTO-FOTO: MI/RAMDANI 6 | Green Concern MINGGU, 12 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Tips Green! Jangan langsung buang sampah plastik, coba kreasikan untuk dipakai kembali. BERGAYA DENGAN LIMBAH P ERANG melawan limbah plastik mungkin sudah sering Anda dengar. Namun bagaimana dengan perang yang sekaligus membuat Anda tampil gaya? Inilah yang dilakukan oleh Xs Project. Sejak 2002 yayasan ini mendaur ulang sampah plastik menjadi berbagai produk fesyen, bahkan juga perangkat rumah tangga. Plastik kemasan bekas sabun cuci, pembersih mobil, dan bumbu makan diubah menjadi tas wanita, dompet, jas hujan, hingga sarung gitar dan sofa. Produk-produk dari berbagai tempat pembuangan sampah di Jakarta itu kini sudah melanglang buana hingga ke Eropa. Produk ini dihargai selayaknya tas baru. Dan memang tidak aneh, karena tampilannya memang semenarik produk baru umumnya. Adalah seorang seniman asal Amerika Serikat, Ann Wizer, yang memulai usaha daur ulang ini. Wizer yang ketika itu mendampingi suaminya bertugas di Jakarta prihatin dengan banyaknya sampah plastik. Ia pun mulai mengumpulkannya dari pemulung. Produk ini kemudian mendapat respons baik di kalangan orang tua murid di sekolah-sekolah internasional. Kegiatan Xs Project terus berkembang hingga kini meski Wizer tidak lagi di Indonesia. Setiap bulannya mereka bisa mengolah hingga 400 kuintal sampah dan jenisnya. Xs Project tidak sendiri. Masih di Jakarta, sejak 2008 berdiri pula Dyrt, usaha daur ulang material bekas reklame yang digawangi Karen Isdaryono dan Bieke van Den Broek. Mereka mampu membuat 500-1.000 tas setiap bulannya dari limbah itu. Selain mendukung usaha tersebut, Anda sendiri pun bisa membuat produk fesyen dari limbah di sekitar. Ingin tahu bagaimana triknya? Simak di Green FM. (Big/M-1) Setelah mengetahui lokasi bersejarah mestinya orang akan ikut menjaga daerah sekitar lokasi itu.” Komunitas pesepeda ikut menikmati Kawasan Hutan Produkti Pesanggrahan. Penghasilan tambahan didapat dari penangkaran lebah yang dibuat Babeh Idin. Warga dari berbagai daerah datang untuk belajar beternak kambing dan bertani.

Transcript of MINGGU, 12 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Konservasi … fileJ ANGAN kaget jika su-atu saat...

Page 1: MINGGU, 12 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Konservasi … fileJ ANGAN kaget jika su-atu saat berjalan-jalan di Kawasan Hutan Produk-tif Pesanggrahan, Anda ditegur pria berkumis lebat.

JANGAN kaget jika su-atu saat berjalan-jalan di Kawasan Hutan Produk-tif Pesanggrahan, Anda

ditegur pria berkumis lebat. Bahasanya yang ceplas-ceplos, dan penampilan bak jawara mungkin membuat pria ini kurang bersahabat.

Namun jika Anda tidak membuang sampah atau me-rusak tanaman, tidak ada yang perlu ditakuti darinya. Adalah H Chaerudin, nama pria itu, kawan yang ramah.

Sapaan lantangnya adalah refl eksi dari perjuangan belasan tahun memperbaiki lingkungan Kali Pesanggrahan, termasuk daerah yang kini ditetapkan sebagai hutan produktif itu.

Jika sapaan itu disambut baik, bisa jadi Anda malah di-layani seperti tamu. Seperti saat ditemui Media Indonesia pada Selasa (7/12), pria yang akrab disapa Babeh atau Bang Idin ini menerima hangat komunitas pesepeda Bike to Work yang berkunjung ke saungnya yang ada di dalam hutan itu.

“Ya, lu keliling-keliling dah sana, udah dibikinin jalurnya jadi lu enak,” kata Babeh Idin menunjuk proyek pekerjaan jalan setapak oleh Pemprov DKI.

“Gue seneng orang pada ke-mari, mau sepedaan, apa manc-ing ikan yang gue tebar. Tapi, kalo ngerusak gue gamparin,”

tutur pria 54 tahun itu.Memang terdengar kasar,

tapi inilah konservasi ala Babeh Idin. Konservasi yang ia sebut bermodal pacul dan golok.

Dengan pacul ia menghijau-kan kembali Kali Pesanggra-han. Sekitar 38 hektare daerah bantaran Karang Tengah, Ja-karta Selatan, yang semula penuh sampah kini hijau.

Di bawahnya tersebar be-lasan kotak lebah madu. Di tempat lainnya, ada empang-empang tempat pembibitan ikan dan kandang berisi kam-bing-kambing ettawa.

Namun untuk itu semua berapa kali Babeh Idin harus bersitegang dengan aparat. Di sinilah ‘goloknya bermain’, meski tidak benar-benar de-ngan kekerasan.

Ayah tiga anak yang turun-menurun tinggal di daerah itu menuturkan, pertengahan 90-an, didorong keprihatinan yang memuncak ia membersihkan bantaran. Sampah-sampah dari perumahan mewah di sana di-kumpulkan dan dikembalikan lagi agar warga sadar.

Ia juga menghalangi tiap kali ada pihak yang berusaha men-

jual tanah di sekitar bantaran. Tidak mengherankan jika ia langganan ditangkap aparat.

Namun lambat laun, entah lelah atau sadar, pihak-pihak itu membiarkan kegiatan Babeh Idin. Para pemilik perumah-an pun tidak lagi membuang sampah ke sungai.

Kegiatan penghijauan Babeh Idin pun makin lama makin luas, bahkan sampai Bogor. Ini sebenarnya juga buah kegema-rannya menyusuri alam.

Sebelum memerangi sampah, Babeh Idin pernah berjalan kaki dan berakit batang pisang me-

nyusuri Pesanggrahan sampai ke hulunya di Puncak, Bogor.

Ia mencari tahu apa saja pe-nyebab kerusakan sungai. Dari situ pula ia menjalin hubungan dengan warga di Ciampea, Bo-gor, untuk menjaga sungai.

Kini berbagai penghargaan termasuk Kalpataru dan peng-hargaan dari pemerintah Dubai telah dianugerahkan kepada-nya. Babeh Idin sendiri bertekad menyebarkan konsep konser-vasinya ke 13 sungai Jakarta.

Harus menghidupiKonservasi ala Babeh Idin

ini nyatanya tidak sekadar menanam dan adu otot. Jika diperhatikan lebih dalam, ada pemikiran yang tidak kalah dari konsep Barat.

Ia tidak sekadar menghijau-kan, tapi juga membuat sungai sumber pencaharian. Ikan tiap bulan ditebar di sungai bukan hanya untuk mengembalikan keanekaragaman hayati, tapi untuk dinikmati warga.

“Buat gue konservasi harus menghidupi, bukan lalu orang enggak boleh masuk. Malah kalo dia ngerasain enaknya, ya pasti dia juga ikut jaga,” kata

Babeh Idin menunjuk warga yang sedang memancing.

Berbagai tanaman produktif seperti sawo duren dan melinjo juga ditanam. Di lahan lainnya ada berbagai tanaman obat dan sayur. Ada juga pembibitan ikan asli yang sudah langka, seperti ikan kumpai.

Untuk ini, Babeh Idin tidak sendiri, tapi bersama masya-rakat yang tergabung dalam Kelompok Tani Lingkungan Hidup (KLTH) Sangga Buana.

Anggota kelompok yang ia didirikan pada 1998 ini sudah puluhan orang. Babeh Idin juga membentuk jaringan kelom-pok tani di berbagai daerah termasuk Bogor, Banten, hingga Sulawesi.

Prestasi Babeh Idin kerap membuat orang dari berbagai daerah datang untuk menimba ilmu tani dan ternak. Bahkan seorang peneliti dari Inggris menghabiskan waktu setahun mempelajari Kali Pesanggra-han bersama Babeh Idin.

Babeh Idin sendiri yakin pro-fesi petani dan peternak adalah kunci kelestarian lingkungan. “Kalau orang tetap tani dan ternak, orientasinya akan tetap alam. Dia enggak bakal jual tanahnya untuk dibikin vila,” tukas pria yang sejak dahulu beternak kambing ini.

Sebab itu Babeh Idin mendo-rong usaha ternak di berbagai daerah. Usahanya didukung Telkom yang memberi bantuan dana untuk peternakan di Ci-ampea, Bogor.

Di sisi lain, banyaknya pihak yang menawarkan bantuan jmembuat Babeh Idin berhati-hati.

Bantuan asing yang men-syaratkan program tertentu ia tolak. Ia juga berusaha untuk teguh pada prinsipnya un-tuk beribadah melalui alam. (M-1)

[email protected]

HAL lain yang menarik dari pola konservasi Babeh Idin ada-lah kentalnya unsur budaya. Kebiasaannya berpakaian ala tempo dulu dan kegemarannya mengutip cerita-cerita sejarah bukan sekadar nostalgia.

Baginya budaya dan sejarah punya peran penting untuk menjaga lingkungan. Setelah mengetahui bersejarah dan leluhur, baginya, mestinya o-

rang akan ikut menjaga daerah sekitar lokasi itu.

Paduan budaya dan lingkung-an itu pula yang ia terapkan pada berbagai komunitas dan kelompok yang kerap berkun-jung ke tempatnya. Contohnya kepada komunitas pesepeda Bike To Work (B2W) yang kerap berkunjung ke sana.

Meski menyambut hangat, dengan gayanya yang khas,

Babeh Idin menyindir agar para muda-mudi itu tidak sekadar bersepeda, tapi juga berbuat untuk lingkungan.

Babeh pun menawarkan ko-munitas itu untuk membuat acara bersepeda dengan tempat pemberhentian tertentu yang kemudian di sana belajar me-ngenal pohon atau mendengar sejarah sekitar Pesanggrahan.

Di sekitar kali itu memang

terdapat banyak situs sejarah termasuk makam para leluhur Jayakarta. “Wah, saya malah baru tahu di sekitar kali ini ba-nyak sejarahnya. Kalau begitu mah emang harus dijaga ya, Beh,” kata seorang anggota B2W.

Pendekatan seperti itu nya-tanya jitu merangkul banyak pemuda. Di luar komunitas B2W, lebih banyak kelompok pemuda ataupun individual

yang berkunjung ke sana.Beberapa orang malah senang

bermalam di sana. Salah satu-nya Ebes, pemuda yang baru lulus menimba ilmu broadcast di Bina Sarana Informatika. “Tadinya ke sini untuk bikin fi lm tugas kuliah tapi habis itu malah betah di sini karena bisa banyak belajar. Saya sendiri jadi terus bikin fi lm-fi lm ten-tang lingkungan,” tutur Ebes

yang juga kerap menemani pengunjung berkeliling hutan produktif itu.

Ebes dan para pemuda lain-nya dari berbagai bidang ilmu kini sedang berusaha mewu-judkan mimpi Babeh Idin mem-buat fi lm lingkungan tentang Kali Pesanggrahan. Film itu diharap dapat menjadi dorong-an daerah lain untuk peduli ter-hadap alamnya. (Big/M-1)

Bintang Krisanti

Bantaran Pesanggrahan dihijaukan, sementara di kalinya puluhan ikan ditebar. Boleh diambil, tapi yang merusak harus berhadapan dengan sang pendekar.

Konservasi ala Jagoan Jakarta

Menggabungkan Sejarah dan Lingkungan

HIJAU YANG MENGHIDUPI: Babeh Idin di bantaran Kali Pesanggrahan, Lebak Bulus, Jakarta, Selasa (7/12). Belasan tahun putera asli Jakarta ini mememperbaiki lingkungan kali hingga kini menjadi kawasan konservasi yang ditetapkan sebagai Kawasan Hutan Produktif Pesanggrahan. Konsep konservasinya bukan hanya menjaga tapi juga memberi penghidupan.

FOTO-FOTO: MI/RAMDANI

6 | Green Concern MINGGU, 12 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

TipsGreen!

Jangan langsung buang sampah plastik, coba kreasikan untuk dipakai kembali.

BERGAYA DENGAN LIMBAH

PERANG melawan limbah plastik mungkin sudah sering Anda dengar. Namun

bagaimana dengan perang yang sekaligus membuat Anda tampil gaya? Inilah

yang dilakukan oleh Xs Project. Sejak 2002 yayasan ini mendaur ulang sampah plastik menjadi berbagai produk fesyen, bahkan juga perangkat rumah tangga.

Plastik kemasan bekas sabun cuci, pembersih mobil, dan bumbu makan diubah menjadi tas wanita, dompet, jas hujan, hingga sarung gitar dan sofa.

Produk-produk dari berbagai tempat pembuangan sampah di

Jakarta itu kini sudah melanglang buana hingga ke Eropa. Produk ini dihargai selayaknya tas baru.

Dan memang tidak aneh, karena tampilannya memang semenarik produk baru umumnya. Adalah seorang seniman asal Amerika Serikat, Ann Wizer, yang memulai usaha daur ulang ini.

Wizer yang ketika itu mendampingi suaminya bertugas di Jakarta prihatin dengan banyaknya sampah plastik. Ia pun mulai mengumpulkannya dari pemulung.

Produk ini kemudian mendapat respons baik di kalangan orang tua murid di sekolah-sekolah internasional.

Kegiatan Xs Project terus berkembang hingga kini meski Wizer tidak lagi di Indonesia. Setiap bulannya mereka bisa mengolah hingga 400 kuintal sampah dan jenisnya.

Xs Project tidak sendiri. Masih di Jakarta, sejak 2008 berdiri pula Dyrt, usaha daur ulang material bekas reklame yang digawangi Karen Isdaryono dan Bieke van Den Broek. Mereka mampu membuat 500-1.000 tas setiap bulannya dari limbah itu.

Selain mendukung usaha tersebut, Anda sendiri pun bisa membuat produk fesyen dari limbah di sekitar. Ingin tahu bagaimana triknya? Simak di Green FM. (Big/M-1)

Setelah mengetahui lokasi bersejarah mestinya orang akan ikut menjaga daerah sekitar lokasi itu.”

Komunitas pesepeda ikut menikmati Kawasan Hutan Produkti Pesanggrahan. Penghasilan tambahan didapat dari penangkaran lebah yang dibuat Babeh Idin. Warga dari berbagai daerah datang untuk belajar beternak kambing dan bertani.