Mineralogi

29
DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya ACARA II MINERALOGI A. NOMOR PRAKTIKUM : I B. TUJUAN PRAKTIKUM : 1. Praktikan dapat mengidentifikasi beberapa jenis mineral dengan pendekatan Sifat-sifat fisiknya; 2. Praktikan dapat mengenali mineral-mineral sebagai materi penyusun batuan. C. PEMBAHASAN : Pengertian mineral secara umum adalah padatan homogen alami, terbentuk secara anorganik, dengan komposisi kimia tertentu dan mempunyai susunan atom tertentu juga. Mineral juga dapat didefinisikan sebagai : 1. Mineral dalam pengertian geologi adalah suatu bahan yang terbentuk secara alamiah berupa padatan kristalin yang inorganik (Monroe & Wicander, 1997) 2. Mineral tersusun oleh sejumlah atom yang membentuk kerangka 3 dimensi tertentu dan memiliki sejumlah keteraturan yang berpengaruh terhadap perawakan mineral. 3. Kristalinitas terkait dengan keteraturan dalam sususnan atom dan kalu tidak teratur disebut amorphous. Berdasarkan pengertian di atas, maka kristalisasi mineral berhubungan dengan pendingin magma. LABORATORIUM GEOLOGI DASAR 18

description

geologi

Transcript of Mineralogi

Page 1: Mineralogi

DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

Teknik PertambanganUniversitas Sriwijaya

ACARA II

MINERALOGI

A. NOMOR PRAKTIKUM : I

B. TUJUAN PRAKTIKUM :

1. Praktikan dapat mengidentifikasi beberapa jenis mineral dengan pendekatan Sifat-sifat

fisiknya;

2. Praktikan dapat mengenali mineral-mineral sebagai materi penyusun batuan.

C. PEMBAHASAN :

Pengertian mineral secara umum adalah padatan homogen alami, terbentuk secara

anorganik, dengan komposisi kimia tertentu dan mempunyai susunan atom tertentu juga.

Mineral juga dapat didefinisikan sebagai :

1. Mineral dalam pengertian geologi adalah suatu bahan yang terbentuk secara alamiah

berupa padatan kristalin yang inorganik (Monroe & Wicander, 1997)

2. Mineral tersusun oleh sejumlah atom yang membentuk kerangka 3 dimensi tertentu

dan memiliki sejumlah keteraturan yang berpengaruh terhadap perawakan mineral.

3. Kristalinitas terkait dengan keteraturan dalam sususnan atom dan kalu tidak teratur

disebut amorphous.

Berdasarkan pengertian di atas, maka kristalisasi mineral berhubungan dengan

pendingin magma.

Proses pembentukan mineral terjadi secara perlahan-lahan mengikuti perubahan

tekanan (P) dan temperatur (T) di alam. Mineral yang terbentuk dapat berasal dari

1. Pendinginan magma untuk mineral-mineral pembentuk batuan beku

2. Prestipasi kimiawi atau biokimiawi untuk mineral pembentuk btuan sedimen

3. Metamorfosis yang mengubah mineral yang sudah terbentuk terlebih dahulu supaya

stabil pada kondisi lingkungan yang baru (perubahan P dan T).

Magma yang naik ke permukaan bumi akan mengalami penurunan T dan P. Kondisi

ini menyebabkan lingkungan pembentukan mineral berubah menjadi dangkal hingga

muncul ke permukaan. Implikasi perubahan tersebut adalah terbentuk deret mineral untuk

lebih jelas dipelajari pada deret reaksi Bowen (Bowen reactions series.

L A B O R A T O R I U M G E O L O G I D A S A R 18

Page 2: Mineralogi

DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

Teknik PertambanganUniversitas Sriwijaya

Deret mineral akan memperlihatkan variasi komposisi pembentuk mineral secara kimiawi.

Komposisinya sangat erat hubungannya dengan asal magmanya

Presipitasi kimiawi terutama berkaitan dengan evaporasi air laut, ataupun presitipasi

pada kondisi jenuh CaCO3 berupa mud carbonate yang mengikat partikel seperti mineral,

cangkang binatang, atau pecahan kerang. Mineral utamanya adalah kelompok mineral

karbonat seperti anhydrite, calcite, dolomite, dll.

Metamorfosis adalah proses yang mengubah mineral menjadi mineral baru. Mineral

yang terbentuk dapat menjadi mineral baru, atau justru masih mineral lama namun memiliki

sifat fisik yang lebih keras dari kondisi sebelumnya. Misalkan Andalusite terubah menjadi

kyanite, quartz terubah menjadi quartz (pada kondisi baru), dan calcite (batuan sedimen)

menjadi calcite (pada kondisi baru).

1. Deret Reaksi Bowen (DRB)

DRB adalah suatu skematik proses yang menjelaskan hubungan antara penurunan

temperatur dan pembentukan mineral. Mineral yang terbentuk dibagi atas dasar cara

terbentuknya, apakah secara menerus (continue) atau tidak menerus (discontinue). Dari

deret tidak menerus muncul mineral olivine, pyroxene, amphibole, dan biotite.

Sementara pada deret menerus terbentuk kelompok mineral plagioclase (anorthite,

bytownite, labradorite, andesine, oligoclase, albite). Kedua deret di atas terbentuk

bersamaan. Kemunculan setiap mineral sangat bergantung pada kondisi pembentukannya,

yakni asal magma dan derajat temperatur pendinginan. Selanjutnya disusul oleh mineral

K-fledspar, muscovite, dan quartz (Gambar 1.)

L A B O R A T O R I U M G E O L O G I D A S A R 18

Page 3: Mineralogi

DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

Teknik PertambanganUniversitas Sriwijaya

Gambar 1. Seri Reaksi Bowen

2. Sifat-Sifat Mineral

Mineral dapat menunjukkan sejumlah sifat baik secara fisik, kimiawi dan optis.

Namun saat ini diberikan pengenalan singkat tentang mineral dari aspek fisiknya. Sifat-

sifat tersebut terdiri dari :

a. Warna (Color)

Warna yang terlihat dipengaruhi oleh datangnya sinar yang mengenai

permukaan. Sinar yang datang sebagian dipantulkan (refleksi) dan sebagian lagi akan

diserap (absorbsi) oleh mineral.

Suatu mineral dapat menunjukkan warna mineral bervariasi. Hal ini

dikarenakan perbedaan komposisi kimia atau pengotoran pada mineral. Warna mineral

dibedakan menjadi dua, yaitu :

1) Warna Idiokromatik : Warna asli mineral atau apabila warna mineral selalu tetap,

pada umumnya dijumpai pada mineral yang tidak tembus cahaya (opaque) atau

berkilap logam. Misalnya sulfur bewarna kuning, magnetite bewarna hitam, pyrite

bewarna kuning loyang.

2) Warna Allokromatik : warna akibat pengotoran atau apabila warna mineral tidak

tetap tergantung pada mineral pengotornya, pada umumnya dijumpai pada mineral

yang tembus cahaya (transparan/translucent) atau kilap non logam Misalnya

halite yang dapat bewarna abu-abu, kuning, cokelat gelap, merah muda, biru, dll. ,

atau quartz yang aslinya tidak bewarna dapat berubah warna menjadi violet, merah

muda, coklat kehitaman, dll

b. Perawakan Kristal (Crystal Habits)

Mineral memiliki bentuk kristal yang bervariasi. Karenanya sering dijumpai

berbagai sistem kristal. Namun, untuk mendapatkan mineral yang memiliki bidang

kristal yang sempurna sangat jarang. Pada proses di alam seringkali terjadi gangguan

yang menghambat pertumbuhan kristal. Karena itu bidang-bidang kristal tidak jelass

sehingga kesulitan untuk mengkategorikan ke dalam sistem kristalografinya. Oleh

karena itu mineral dikenali dari perawakan kristal, yakni bentuk khas dari mineral.

Pengenalan perawakan kristal dapat menentukan penamaan jenis mineral.

Menurut Richard Pearl (1975), perawakan kristal dibagi memjadi :

1) Elongated Habit  ( Meniang / Berserabut )

a) Meniang (Columnar); bentuk kristal prismatik yang menyerupai bentuk tiang.

L A B O R A T O R I U M G E O L O G I D A S A R 18

Page 4: Mineralogi

DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

Teknik PertambanganUniversitas Sriwijaya

Misal : Tourmaline, Pyrolusite, Wollastonite.

b) Menyerat (Fibrous); bentuk kristal yang menyerupai serat – serat.

Misal : Asbestos, Tremolit, Gypsum, Silimanite.

c) Menjarum (Acicular); bentuk kristal yang menyerupai jarum – jarum.

Misal : Natrolite, Glaucophane.

d) Menjaring (Reticulate); bentuk kristal kecil dan panjang menyerupai jaring.

Misal : Rulite, Cerussite.

e) Membenang (Filliform); bentuk kristal kecil – kecil menyerupai benang.

Misal : Silver.

f) Merabut (Capillery); bentuk kristal kecil – kecil menyerupai rambut.

Misal : Cuprite, Bysolite.

g) Mondok (Stout,Stubby, Equant); bentuk kristal pendek dan gemuk, sering terdapat

pada kristal – kristal dengan sumbu c lebih pendek dari sumbu yang lainnya. Misal :

Zircon.

h) Membintang (Stellated); bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang.

Misal : Pirofilit.

i) Menjari (Radiated); bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari – jari. Misal :

Markasit.

2) Flattenad Habit (Lembaran Tipis)

a) Membilah (Bladed); bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu

dengan perbandingan antara lebar dan tebal sangat jauh.

Misal : Kyanite, Kalaverit.

b) Memapan (Tabular); bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan,dimana

perbandingan lebar dan tebal tidak terlalu jauh.

Misal : Barite, Hypersthene.

c) Membata (Blocky); bentuk kristal yang tebal menyerupai bentuk bata, dengan

perbandingan lebar dan tebal hampir sama.

Misal : Calcite, Microcline.

d) Mendaun (Foliated); bentuk kristal pipih melapis (lamellar) dengan perlapisan yang

mudah dikupas / dipisahkan.

Misal : Mika, Chlorite.

e) Memencar (Divergent); bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas yang

terbuka.

L A B O R A T O R I U M G E O L O G I D A S A R 18

Page 5: Mineralogi

DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

Teknik PertambanganUniversitas Sriwijaya

Misal : Aragonite, Millerite

f) Membulu (Plumose); bentuk kristal yang tersusun membentuk tumpukan bulu. Misal :

Mika.

3) Rounded Habit (Membutir)

a) Mendada (Mamillary); bentuk kristal bulat – bulat menyerupai buah dada (breast

like). Misal : Opal, Malachite, Hemimorphite.

b) Membulat (Colloform); bentuk kristal yang menunjukkan permukaan yang bulat –

bulat. Misal : Bismuth, Smalite, Cobaltite, Glauconite, Geothite, Franklinite.

c) Membulat jari (Colloform Radial); bentuk kristal yang membulat dengan struktur

dalam memencar menyerupai bentuk jari. Misal : Pyrolorhyte.

d) Membutir (Granular); kelompok kristal kecil membentuk butiran. Misal : Olivine,

Anhydrite,Chromite, Sodalite,Alunite, Niceolite, Cinabar, Cryolite.

e) Memisolit (Pisolitic); kelompok kristal lonjong sebesar kerikil, seperti kacang

tanah. Misal : Pisolitic, Gibbsite.

f) Stalaktit (Stalactic); bentuk kristal membulat dengan litologi batuan gamping. Misal

: Geothite.

g) Mengginjal (Reniform); bentuk kristal yang menyerupai bentuk ginjal. Misal :

Hematite.

c. Kilap (Luster)

Suatu mineral dapat terkena sinar cahayanya akan memberikan kilap mineral. Dapat

juga diartikan sebagai kesan mineral yang ditunjukkan oleh pantulan cahaya yang

dikenakan padanya, atau intensitas cahaya yang dipantulkan oleh permukaan kristal

Intensitas kilap tergantun dari indeks bias mineral. Nilai indeks bias yang tinggi maka akan

semakin besar jumlah-jumlah cahaya yang dipantulkan. Ada tiga kilap yang umum.

1) Kilap Metalik atau Logam (Metalic Luster)

Kilap ini memiliki indeks bias sama dengan 3 atau lebih.

Contoh : Galena, Native metal sulphide, dan Pyrite

2) Kilap Sub-Metalik (Sub-Metalic Luster)

Biasanya kilap ini memiliki indeks bias antara 2,6 s.d 3

L A B O R A T O R I U M G E O L O G I D A S A R 18

Page 6: Mineralogi

DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

Teknik PertambanganUniversitas Sriwijaya

Contoh : Cuprite (n=2,85), Cinnabar (n=2,90), Hematite (n=3,00) dan Alabandite

(n=2,70)

3) Kilap Bukan Logam (Non-Metalic Luster)

Umumnya mineral dengan warna terang dan dapat dibiaskan. Indeks biass biasanya

kurang dari 2,5. Untuk kilap ini banyak jenisnya, yakni sbb.:

a) Kilap kaca (Vitreous Luster)

Kilap ini ditimbulkan oleh permukaan kaca atau gelas. Misal quartz, sulphates,

garnet, leucite, corundum.

b) Kilap Intan (Addamanite Luster)

Kilap yang sangat cemerlang. Misal diamond, caassssiterite, sulphur,

sphalerite, zircoon, rutile.

c) Kilap Lemak (Greasy Luster)

Kilap seperti lemak. Misalnya, nepheline yang sudah teralterasi, dan halte yang

sudah teroksidasi

d) Kilap Lilin

Kilap seperti lilin. Misal serpentine, dan carargyite.

e) Kilap Sutra (Silky Luster)

Kilap menyerupai sutra biasanya dijumpai pada mineral yang beriorentasi

pararel atau berserabut. Misal asbestos, selenite (variasi dari gypsum),

hematite, dan serpentine

f) Kilap Mutiara (Pearly Luster)

Kilap yang timbul oleh mineral transparan yang bentuknya melembar-lembar

dan menyerupai mutiara. Misal talc, mica dan gypsum.

g) Kilap Tanah (Earthy Luster)

Kilap menyerupai tanah. Bila kena cahaya biasanya tidak dipantulkan. Sering

disebut juga kilap buram (Dull Luster). Misal kaoline, diatomea,

monmorilonite, pyrolusite, chalk

d. Kekerasan (hardness)

Beberapa mineral dikenali dari kekerasan dari minerralnya. Kekerasan (hardness)

yang dimaksud adalah kemampuan mineral terhadap abrasivitas. Adapun urutan mineral-

mineral berikut menandakan tingkat kekerasan dari mineral tersebut (Tabel 1)

L A B O R A T O R I U M G E O L O G I D A S A R 18

Page 7: Mineralogi

DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

Teknik PertambanganUniversitas Sriwijaya

Penentuan kekerasan mineral secara relatif daapat ditentukan secara sederhana.

Beberapa penddekatan misalnya adalah sebagai berikut:

a) Kuku jari manusia H = 2,5

b) Kawat tembaga H = 3

c) Pecahan kaca H = 4,5

d) Pisau baja H = 5,5

e) Kikir baja H = 6,5

f) Lempeng baja H = 7

Cara peggunaan alat di atas sebenarnya meupakan pendekatan untuk menentukan

kekerasan suatu mineral. Misal, suatu miineral tidak dapat digores oleh kuku jari manusia,

namun tergores oleh kawat tembaga, maka interprestasinya adalah mineral tersebut

memiliki kekerasan antara 2,5 dan 3.

Tabel 1. Skala kekerasan menurut Freedrich Mohs

Skala Mineral Rumus kimia

1. Talk (Mg3Si4) 10(OH)2

2. Gypsum CaSO4.2H2O

3. Calcite CaCO3

4. Flourite CaF2

5. Apatite Ca5(PO4)3F

6. Orthoclase K(AISi3O8)

7. Quartz SiO2

8. Topaz AI2SiO4(FOH)2

9. Corundum AI2O3

10. Diamond C

e. Gores (Streak)

Warna dari serbuk mineral adalah gores. Minerral yang digoreskan pada lempeng

porselin kasar akan meninggalkan warna goresan. Warna gores dapat sebagai penentu

mineral tertentu.

Mineral dengan warna terang cenderung punya warna gores putih atau tidak

bewarna. Contohnya adalah quartz, gypsum dan calcite.

L A B O R A T O R I U M G E O L O G I D A S A R 18

Page 8: Mineralogi

DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

Teknik PertambanganUniversitas Sriwijaya

Mineral dengan warna gelap atau mineral non-logam memberikan warna yang

lebih terang dari warna aslinya. Misal leucite bewarna abu-abu mempunyai gores putih.

Dolomite bewarna kuninng – merah jambu mempunyai gores putih

Namun ada juga gores suatu mineral yang lebih gelap dari warna aslinya. Misal

Pyrite berwarna kuning yang mempunyai gores warna hitam. Copper berwarna merah

tembaga mempunyai gores hitam. Hematite berwarna abu-abu kehitaman mempunyai

gores merah.

Walaupun begitu juga ada warna gores mineral yang sama dengan warna aslinya.

Misal, Cinnabar mempunyai warna asli dan gores merah. Magnetite yang warna asli dan

gores hitam. Lazurite mempunyai warna asli dan gores biru.

Sebagai perhatian, mineral yang dapat digores biasanya memiliki kekerasan kurang

dari 6. Namun, gores pada mineral yang lebis keras dapat ditentukan dengan cara

menumbuknya menjadi bubuk halus/tepung.

f. Belahan (Cleavage)

Mineral mengalami tekanan sehingga retak yang permukaannya mengikuti struktur

kristalnya. Retakan demikian disebut sebagai belahan. Jenis belahan ada lima.

1) Belahan sempurna (Perfect Cleavege), mineral mudah membelah melalui bidang yang

rata dan sukar membelah kecuali melalui bidangnya. Misal calcite, muscovite, galena

dan halite.

2) Belahan baik (Good Cleavage), mineral mudah mengalami pecah melalui bidang belah

ataupun memotong bidang belah. Misal feldspar, augite, hyperstene.

3) Belahan jelas (Distinct), bidang belah terlihat jelas namun sukar membelah. Misal

staurolite, scapolite, hornblende, anglesite, feldspar, dan scheelite.

4) Belahan tidak jelas (Undistinct), mineral menunjukkan bidang belahan yang masih

nampak jelas, tapi kemungkinan membentuk belahan dan pecahan sama besar. Misal

beryl, platinum, corundum, gold, magnetite.

5) Belahan tidak sempurna (Imperfect), tidak jelas permukaan bidang belahan, n kalau

pecah akan melalui bidang yang tidak rata. Misal apatite, cassiterite, native sulphur.

g. Pecahan

Mineral dapat mengalami retak atau pecah, namun pecahannya tidak beraturan.

Terdapat enam pecahan.

L A B O R A T O R I U M G E O L O G I D A S A R 18

Page 9: Mineralogi

DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

Teknik PertambanganUniversitas Sriwijaya

a. Pecahan Conchoidal yaitu pecahan yang menyerupai pecahan botol atau mengulit

bawang. Misal quartz, cerrusite, zircon, obsidian.

b. Pecahan Hackly (Runcing) yaitu seperti pecahan besi runcing-runcing tajam kasar tak

beraturan atau seperti bergerigi. Misal gold, silver, platinum, cooper.

c. Even (Datar/Rata) yaitu pecahan dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan

bidang pecahan masih mendekati bidang datar. Misal muscovite, biotite, talc.

d. Uneven yaitu pecahan yang menunjukkan bidang pecahan kasar dan tidak beraturan.

Kebanyakan mineral memiliki pecahan ini. Misal calcite, rutile, marcasite, rhodonite,

chromite, pyrolusite, geothite,dan orthoclase.

e. Pecahan Splintery (Berserat/Fibrous) yaitu pecahan yang hancur kecil-kecil dan tajam

menyerupai benang atau berserabut. Misal fluorite, anhydrite, antigorite, dan serpentine.

f. Pecahan Earthy yaitu pecahan mineral yang hancur seperti butir-butir tanah. Misal

kaoline, biotite, muscovite, dan talc.

h. Ketahanan (Tenacity)

Merupakan tingkat ketahanan mineral untuk hancur atau melentur. Dalam hal ini

terdiri dari 6 yaitu,

a. Brittle (Rapuh) adalah mineral yang mudah hancur. Misal calcite dan quartz.

b. Elastic (Lentur) adalah mineral mudah dibentuk, namun dapat kembali ke bentuk

semula. Misal muscovite dan hematite tipis.

c. Flexible yaitu mineral yang dapat dibentuk, namun ke bentuk semu tidak dapat semula.

Misal talc dan gypsum.

d. Malleable (dapat ditempa) yaitu mineral yang dapat dibelah menjadi lembaran-

lembaran. Misal gold dan silver.

e. Sectile (Dapat Diiris) yaitu mineral yang dapat dipotong dengan pisau. Misal gypsum

dan cerargyrute.

f. Ductile (Dapat Dipintal) yaitu dapat dibentuk menjadi tipis. Misal olivine dan copper.

i. Berat Jenis (Spesific gravity)

Berat jenis menunjukkan densitas suatu mineral. Nilainya dapat ditentukan secara

sederhana

L A B O R A T O R I U M G E O L O G I D A S A R 18

Page 10: Mineralogi

DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

Teknik PertambanganUniversitas Sriwijaya

Dimana

SG = Berat Jenis

W1 = Berat butir mineral saat ditimbang

W2 = Berat gelas ukur yang diisi air

W3 = W2 ditambah berat mineral yang dimasukkan kedalamnya

j. Kemagnetan

Kemagnetan adalah sifaat mineral terhadap gaya tarik magnet, ini dapat dibagi

menjadi 3 :

1) Ferromagnetik yaitu memiliki sifat kemagnetan yang sangat kuat. Misal magnetite dan

pyrhotite

2) Paramagnetik yaitu memiliki sifat kemagnetan yang cukup kuat. Misal pyrite

3) Diamagnetik yaitu memiliki sifat kemagnetan yang lemah. Misal kuarsa, gypsum, dll

k. Sifat Tembus cahaya (Transmitted light)

Sifat mineral dalam menyerap cahaya juga merupakan salah satu sifat fisik yang

dapat digunakan untuk mengidentifikasi mineral. Sifat ini dibagi menjadi 3 sifat utama,

yaitu :

1) Opaque : merupakan sifat mineral yang tidak tembus cahaya, misal galena

2) Translucent : dimana cahaya yang melaluinya sebagian diserap dan sebagian

dipantulkan. Misal muscovite

3) Transparent : Sifat mineral yang dapat meluluskan cahaya. Misal kalsit.

l. Rasa dan Bau

Rasa (taste) hanya dipunyai oleh beberapa mineral tertentu, misalnya

1) Astringet adalah rasa yang dimiliki oleh sejenis logam

2) Sweetist astringet adalah rasa seperti tawas

3) Saline adalah rasa yang dimiliki garam

4) Alkaline adalah rasa sperti soda

L A B O R A T O R I U M G E O L O G I D A S A R 18

Page 11: Mineralogi

DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

Teknik PertambanganUniversitas Sriwijaya

5) Bitter adalah rasa garam pahit

6) Cooling adalah rasa sendawa (asam nitrat)

7) Sour adalah rasa seperti belerang

Bau (odor) kadang kala hadir ketika mineral dipanaskan atau diberikan

penambahan asam sehingga bau mineral akan mencirikan mineral tertentu, misalnya :

1) Alliaceous adalah bau seperti bawang, yakni proses pereaksian dari arsenopyrite, dan

dimiliki pula olah senyawa arsenite karena proses pemanasan

2) Horse radish adalah bau dari lobak kuda yang menjadi busuk, misal biji selenite yang

dipanasi

3) Sulphourous adalah bau dari reaksi pyrite atau pemansan mineral yang mengandung

sulfida

4) Bituminous adalah seperti bau aspal (bitumen)

5) Fetid adalah bau dari asal sulfida atau seperti telur busuk

6) Argillaceous adalah bau lempung basah seperti serpentine dan pyrargillate dipanasi.

m.Reaksi dengan Asam

Sejumlah mineral akan bereaksi ketika diberi tetesan HCl. Calcite yang ditetesi HCl

akan bereaksi mengeluarkan gelembung-gelembung dari gas CO2. Sedangkan pada mineral

sulfida akan terbentuk gelembung dari gas H2S.

3. Mineral Pembentuk Batuan

Mineral memiliki kehadiran penting di dalam batuan. Kumpulan mineral pada

batuan beku, batuan sedimen kristalin dan batuan metamorf menentukan komposisi dari

jenis batuannya.

a. Mineral pada Batuan Beku

Mineral pembentuk batuan beku dengan mudah dikenali secara sederhana dari

warna relatifnya. Mineral dapat memiliki kecenderungan berwarna gelap (mafic

minerals) dan berwarna terang (felsic minerals). Mineral gelap contohnya antara lain :

olivine, pyroxene, amphibole, dan micca. Sedangkan contoh untuk mineral terang

adalah quartz, feldspar, dan feldspatoid. Mineral diatas adalah mineral utama. Artinya,

kehadirannya dalam batuan sangat menentukan penamaan jenis batuan. Perhatikan pula

deret reaksi Bowen diatas yang dapat digunakan untuk menentukan asosiasi mineral

L A B O R A T O R I U M G E O L O G I D A S A R 18

Page 12: Mineralogi

DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

Teknik PertambanganUniversitas Sriwijaya

pembentuk jenis batuan beku tertentu. Misal, kehadiran mineral olivine akan dominan

pada peridotitte, sedikit pada basalt, namun tidak di jumpai pada granite.

b. Mineral pada Batuan Sedimen

Mineral pembentuk batuan sedimen dapat berasal dari mineral rombakan dari

batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf. Selain mineral rombakan, maka

mineral pembentuk batuan sedimen dapat berasal dari presipitasi kimiawi secara

langsung.

Adapun contoh mineral-mineral rombakan sebagai pembentuk batuan sedimen

yaitu : quartz, micca, feldspar (asal batuan beku); calcite, dolomite, anhydrite (asal

batuan sedimen) dan garnet (asal pecahan dari batuan metamorf). Namun pada batuan

sedimen, dapat pula satu jenis mineral (mono-mineral) mendominasi batuan karena

langsung dari presipitasi kimiawi. Misalnya calcite yang mendominasi pada limestone

(batu gamping). Contoh lain adalah dolomite yang dominan pada dolostone.

c. Mineral pada Batuan Metamorf

Mineral yang membentuk batuan metamorf adalah mineral asal batuan batuan

beku, batuan sedimen dan batuan metamorf yang terubah karena proses metamorfosis.

Proses metamorfisme mengubah mineral menjadi kondisi berikut, yaitu pertama,

terbentuk mineral baru, dan/atau kedua, membentuk mineral yang sama namun

memiliki sifat yang berbeda karena menyesuaikan kondisi lingkungan yang baru.

Sebagai contoh perubahan pada kondisi pertama yaitu mineral Olivine terubah

menjadi asbestos, dan mineral hornblende membentuk serpentine. Sedangkan,

perubahan pada kondisi kedua yaitu mineral calcite, dan quartz tetap menjadi quartz.

Setidaknya terdapat lima kelompok mineral yang membentuk ketiga jenis batuan,

yaitu mineral ferromagnesian sillicates, Non-ferromagnesian silicates, carbonates, sulfates,

dan halides. Kelila kelompok mineral tersebut dijelaskan komposisi yang membangunnya dan

kemungkinan keterdapatannya pada jenis batuan tertentu (Tabel 2).

Tabel 2. Mineral utama dalam batuan

NO MINERAL KOMPOSISI KEJADIAN

UTAMA

1 Ferromagnesian

Sillicates :

Olivine

(Mg,Fe)2SiO4 Batuan Beku

L A B O R A T O R I U M G E O L O G I D A S A R 18

Page 13: Mineralogi

DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

Teknik PertambanganUniversitas Sriwijaya

Pyroxene group

Augite (sangat umum)

Amphibole group

Hornblende (sangat

umum)

Biotite

Ca,Mg,Fe, Al silicate

Hydrous Na, Ca, Mg,

Fe, Al silicate

Hydrous K, Mg, Fe

silicate

Batuan Beku dan

Metamorf

Batuan Beku dan

Metamorf

Semua Jenis

Batuan

2 NonFerromagnesian

Sillicates :

Quartz

Pottasium feldspar group

Orthoclase, microline

Plagioclase feldspar group

Muscovite

Clay mineral group

SiO2

KalSi3O8

Variasi dari CaAl2SiO8-

NaAlSi3O3

Hydrous K, Al silicates

Bervariasi

Semua Jenis

batuan

Semua Jenis

batuan

Semua Jenis

batuan

Semua Jenis

batuan

Tanah dan batuan

sedimen

3 Carbonates :

Calcite

Dolomite

CaCO3

CaMg(CO3)2

Batuan sedimen

Batuan sedimen

4 Sulfates :

Anhydrite

Gypsum

CaSO4

CaMg(CO3)2

Batuan sedimen

Batuan sedimen

5 Halides :

Halite NaCl Batuan Sedimen

L A B O R A T O R I U M G E O L O G I D A S A R 18

Page 14: Mineralogi

DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

Teknik PertambanganUniversitas Sriwijaya

4. Klasifikasi Mineral

Atas dasar elemen atau senyawa yang hadir dalam mineral dapat diklasifikasi menjadi :

a. Native Elements

Kelompok mineral ini mengandung satu jenis unsur kimia dan merupakan

kelompok paling jarang dijumpai dalam mineral. Karena kelengkapannya maka native

elemen sebagian merupakan mineral berharga. Kelompok ini dicirikan dengan sifat

dalam pada umumnya meleable dan ductile dan mempunyai BJ yang cukup tinggi (6-

22). Kelompok ini dibedakan menjadi 3 yaitu :

1. Metal (logam)

Emas (Au), Perak (Ag), native copper (Cu), dan platina (Pt) yang kesemuanya

mempunyai sistem kristal isometrik.

2. Semi logam

Arsenik (As) dan bismuth (Bi) yang keduanya mempunyai sistem kristal

heksagonal.

3. Non logam

Belerang (S), Intan (C), Graphite (C)

b. Kelompok Sulfida

Kelompok ini dicirikan oleh adanya gugus anion (S2-), yaitu merupakan kombinasi

antara logam atau semi logam dengan belerang (S), biasanya terbentuk pada urat

batuan dan hasil dari larutan hidrotemal. Biasanya berwarna cerah.

Contoh : Kalkosit (CU2S), Galena (PbS), Kalkopirit (CuFeS2), Pyrite (Fes2), Markasit

(FeS2), Arsenopyrite (FeAsS), Bornite or peacock ore (Cu5FeS4 (B4)

c. Kelompok Oksida dan Hidroksida

Kelompok oksida merupakan kombinasi antara oksigen dengan satu macam atau lebih,

yaitu dicirikan oleh gugus anion (O2-). Berdasarkan perbandingan antara logam

dengan oksigen (X dan O), maka kelompok oksida dapat dikelompokkan menjadi oksida

sederhana dan oksida kompleks.

Contoh :

Tipe X2O dan XO : kuprit (Cu2O)

Tipe X2O (grup hematit) : korundum (Al2O3, S)

Tipe XO2 (grup rutil) : pirolusit (MnO2)

Tipe XY2O4 : Magnetit (Fe3O4)

L A B O R A T O R I U M G E O L O G I D A S A R 18

Page 15: Mineralogi

DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

Teknik PertambanganUniversitas Sriwijaya

Kelompok hidroksida dicirikan oleh adanya gugus hidroksil (OH-), atau molekul

H2O yang membuat daya ikatannya secara struktur lebih lemah dari oksida. Contoh :

magnetite (MnO(OH), geothite-limonite (Fe2O3.H2O), Es (H2O), Diaspore (AlO(OH)),

Manganite (MnO(OH)), limonit (FeO(OH).nH2O), Bauksit (Al(OH).nH2O).

d. Kelompok Halida

Kelompok ini dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenelektronegatif.

Seperti : Cl-, Br-, F-, I-, dan Di-. Pada umumnya mempunyai BJ yang rendah (<5). Contoh :

Halite (Nacl), fluorite (CaS2).

e. Kelompok Karbonat

Kelompok ini dicirikan dengan adanya gugus anion yang kompleks, yaitu CO32-.

Hadirnya ion H+ akan menyebabkan mineral-mineral menjadi tidak stabil dan akan

memutuskan ikatannya untuk membentuk air dan CO2. Reaksinya disebut Fizz Test dengan

asam (HCl) yang paling banyak digunakan dalam identifikasi karbonat. Contoh : Kalsit

(CaCO3), aragonit (CaCO3) dan dolomit CaMg(CO3)2.

f. Kelompok Sulfat

Kelompok ini dicirikan oleh adanya gugus anion SO42- dan pada umumnya

mempunyai kilap non logam (kaca, lemak atau sutra) dan terbentuk melalui larutan.

Contoh : Gypsum (CaSO4.2H2O), Anhydrite (CaSO4), Barite (BaSO4), Celestit (SrSO4),

Angelsit (PbSO4).

g. Kelompok Phospat

Kelompok ini dicirikan oleh danya gugus PO43- dan pada umumnya mempunyai

kilap kaca atau lemak. Contoh : apatite (CaF(PO4)3, vanadine (Pb5Cl(PO4)3, Monazit

((Ca,La,Di)PO4), Turquois (Al2(OH)3PO4.H2O), Lazulit (MgAl2(OH)2(PO4)2).

h. Kelompok ini meliputi 25% dari keseluruhan mineral yang dikenal 40% dari mineral yang

umum dijumpai pada batuan. Mineralnya mengandung ikatan antara unsur Si dengan unsur

O. Bentuk struktur ikatannya yang bermacam-macam digunakan sebagai dasar

pengelompokkan. Silikat merupakan gugus molekul yang mengandung SiO4 tetrahedral.

Mineral dari kelompok silikat biasanya banyak digunakan sebagai dasar klasifikasi dan

penamaan batuan, terutama batuan beku (lihat Reaction Bowen’s Series)

Contoh :

Kuarsa (SiO2) dan varietasnya : amethyst, carnelian, krisopras, bloodstone, agate, onyx,

flint, chert, jasper, dll.

Mika (muscovite = Kal2(OH)2AlSi3O10)).

L A B O R A T O R I U M G E O L O G I D A S A R 18

Page 16: Mineralogi

DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

Teknik PertambanganUniversitas Sriwijaya

Mineral lempung (kaolin dan bentonit).

Plagioklas ((Na,Ca)AlSi3O8)).

Ortoklas (KalSi3O8)

Amphibolit (hornblende = (Ca2(Mg,Fe)4Al(OH)2(AlSi7O22)).

Olivin, Piroksen (augit), Garnet

5. Beberapa istilah dalam mineralogi

a. Mineraloid adalah zat atau benda padat bersifat alamiah dan terbenuk melalui proses

anorganik, tetapi bersifat amorf, tidak mempunyai sifat-sifat fisik dan kimia tertentu,

serta tidak mempunyai warna yang tertentu pula, contoh : obsidian dan opal

b. Pseudomorf adalah kristal yang mengalami perubahan komposisi kimianya, tetapi

bentuk kristalnya tetap.

c. Isomorf adalah mineral yang mempunyai bentuk/sistem kristal (sifat fisik) sama, tetapi

komposisi kimianyo berbeda. Contoh : pyrite (FeS2) dengan galena (PbS) yang

mempunyai sistemkristal isometrik, kalsit (CaCO3) dengan dolomit (CaMg(CO3)2) yang

mempunyai sistem kristal trigonal.

d. Polymorf / allotropi adalah mineral yang mempunya komposisi kimia (sifat kimia)

sama, tetapi bentuk / sistem kristalnya (sifat fisik) berbeda, contoh : lihat tabel dibawah

ini.

Tabel 3. Contoh Polymorf / allotropi

No. Unsur/Senyawa Nama Mineral Sistem Kristal

1. C Graphite

Intan

Hexagonal

Isometrik

2. CaCO3 Kalsit

Aragonit

Hexagonal

Orthorombik

3. FeS2 Pyrite

Marcasite

Isometrik

Orthorombik

6. Maseral

Jika mineral merupakan benda padat anorganik, maka berbeda dengan maseral

yaitu termasuk benda atau zat organik. Mineral dalam batuan sedimen anorganik dapat

dipandang setara dengan maseral, bedanya ialah maseral menunjukkan modifikasi struktur

L A B O R A T O R I U M G E O L O G I D A S A R 18

Page 17: Mineralogi

DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

Teknik PertambanganUniversitas Sriwijaya

dan susunan kimia yang bertahap selama proses pembentukan batu bara. Dalam petrografi

batubara, maseral dikelompokan menjadi 3 (tiga) kelompok (group) yang didasarkan pada

bentuk morfologi, ukuran, relief, struktur dalam, komposisi kimia warna pantul, intensitas

refleksi dan tingkat pembatubaraannya (dalam “Coal Petrology” oleh Stach dkk, 1982),

yaitu :

a. Kelompok Vitrinite

Vitrinite berasal dari tumbuhtumbuhan yang mengandung serat kayu (woody tissue)

seperti batang, akar, dahan dan serat daun, umumnya merupakan bahan pembentuk

utama batubara (>50%), melalui pengamatan mikroskop refleksi, kelompok ini

berwarna coklat kemerahan hingga gelap, tergantung dari tingkat ubahan maseralnya.

Kelompok Vitrinit dibagi menjadi 3 sub grup maseral, yaitu Telovitrinit, Detrovitrinit,

dan Gelovitrinit.

1) Sub grup Telovitrinit memiliki 4 macam maseral batubara, yaitu :

a) Tekstinite,

b) Tekto-ulminite,

c) Eu-ulminite, dan

d) Telocolinite.

2) Kemudian sub grup Detrovitrinit memiliki 3 macam maseral batubara, antara lain :

a) Attrinite,

b) Densinite, dan

c) Desmocolinite.

3) Sub grup Gelovitrinit juga memiliki 3 macam maseral batubara, antara lain :

a) Corpogelinite,

b) Porigelinite, dan

c) Eugelinite.

b. Kelompok Liptinite / Eksinite

Liptinite berasal dari organ-organ tumbuhan (algae, spora, kotak spora, kulit

luar(cuticula), getah tumbuhan (resine) dan serbuk sari (pollen). Dibawah mikroskop

menunjukkan pantulan berwarna abu-abu hingga gelap, mempunyai refleksivitas

rendah dan flourensis tinggi.

Kelompok Liptinit memiliki beberapa macam maseral batubara, antara lain :

1) Sporinite

L A B O R A T O R I U M G E O L O G I D A S A R 18

Page 18: Mineralogi

DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

Teknik PertambanganUniversitas Sriwijaya

2) Cutinite

3) Resinite

4) Liptodetrinite

5) Alginite

6) Suberinite

7) Flourinite

8) Eksudanite

9) Bituminite

c. Kelompok Inertinite

Inertinite berasal dari tumbuhan yang sudah terbakar (charcoal) dan sebagian

lagi diperkirakan berasal dari maseral lain yang telah mengalami proses oksidasi atau

proses dekarboksilasi yang disebabkan oleh jamur atau bakteri (proses biokimia).

Kelompok ini berwarna kuning muda, putih sampai kekuningan bila diamati dengan

mikroskop sinar pantul, karakteristik lainnya adalah reflektansi dan reliefnya tinggi

dibanding maseral yang lain.

Kelompok Inertinite memiliki 3 sub grup maseral batubara, yaitu Telo-

inertinite,Detroinertinite, dan Gelo-inertinite. Sub grup Telo-inertinite memiliki 3

maseral batubara, antara lain :

1) Fusinite

2) Semi Fusinite

3) Seklerotinite

D. Latihan Soal dan Tugas :

1. Latihan Soal :

Sebutkan mineral utama, ikutan dan pengotor dari :

a. Emas

b. Nikel

c. Tembaga

d. Timah

e. Besi

f. Aluminium

L A B O R A T O R I U M G E O L O G I D A S A R 18

Page 19: Mineralogi

DIKTAT PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

Teknik PertambanganUniversitas Sriwijaya

2. Tugas :

a. Tugas di Laboraturium

1) Praktikan diminta mengidentifikasi jenis mineral dengan cara membuat deskripsi

mineral dengan cara membuat deskripsi mineral atas contoh-contoh mineral sifat

fisiknya secara megaskopis;

2) Praktikan diminta menggunakan Lembar Deskripsi Mineral yang sudah ada untuk

mendeskripsikan 5 (lima) contoh mineral yang berbeda;

3) Praktikan meminta paraf asisten sebagai bukti telah selesai berlatih

mendeskripsikan mineral

b. Tugas Mingguan

Dari hasil deskripsi tersebut, kemudian lengkapi dengan informasi tambahan tentang

genesa (asal – muasal) terbentuknya mineral tersebut! Informasi ini didasarkan pada

penelusuran internet (open source) atau rujukan pustaka.

L A B O R A T O R I U M G E O L O G I D A S A R 18