Mineralisasi Emas Dan Logam Dasar Di Daerah Gunung Senyang ...

13
SURVEI GEOKIMIA TANAH LANJUTAN DAERAH GUNUNG SENYANG KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT Kisman dan Bambang Nugroho Widi Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Gunung Senyang merupakan salah satu daerah mineralisasi emas dan logam dasar. Secara administratif daerah ini termasuk wilayah Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. Gunung Senyang adalah daerah perbukitan dengan ketinggian antara 600-675 meter diatas permukaan laut, dengan lereng dari landai hingga terjal. Secara geologi disusun oleh dominasi batuan intrusi pada bagian atas dan batuan metasedimen pada bagian bawah. Batuan metasedimen merupakan batuan tertua, di susul oleh intrusi diorit dan endapan aluvium. Struktur geologi yang berkembang adalah berupa sesar geser dengan arah umum utara-selatan dan sesar normal (graben?). Mineralisasi di tandai oleh urat kuarsa menerobos intrusi diorit dan setempat pada batuan metasedimen yang mengandung bijih sulfida (emas dan logam dasar) membentuk suatu zona (ketebalan urat kuarsa kurang dari 1 cm hingga 3 cm). Di bagian utara (Sungai Entinyuh) asosiasi mineral berupa pirit, kalkopirit dan galena. Sedangkan di bagian selatan yaitu di Sungai Paju mineralisasi ditandai oleh urat kuarsa, menerobos batuan diorit dengan arah N290ºE-N330ºE, kemiringan sampai 80º. Urat kuarsa berwarna putih abu-abu, tekstur gigi anjing dan vuggy dan terdapat sulfida pirit. Jenis alterasi yang terbentuk di daerah penyelidikan secara kasad mata adalah silisifikasi, argilitisasi sebagian propilitisasi tetapi sangat terbatas pada daerah-daerah sesar. Sedangkan butiran emas ditemukan dalam konsentrat dulang dari Sungai Bungo. Hasil dari analisis mineralogi butir, emas teridentifikasi memiliki bentuk dan ukuran butiran yang bervariasi dari VFC (sangat halus) hingga CC (sangat kasar) dengan bentuk sub angular hingga sub rounded. Emas letakan berasal dari daerah aliran Sungai Bungo pada lokasi SSE- 15MN02P, SSE-15MN04P dan SSE-15MN211P. Berdasarkan hasil analisis Fire assay conto batuan kandungan emas dari daerah aliran sungai (DAS) Bungo memiliki kadar 11,82 gr/ton Au, DAS Entinyuh kadar 4,90 gr/t Au dan dari DAS Paju menunjukkan kadar 14,38 gr/t Au. Hasil analisis mineragrafi pada conto SSE- 15MN193F menunjukkan butiran emas berasosiasi dengan sfalerit, pirit kalkopirit dan galena. Pada conto yang lain ditemukan adanya stibnit. Sedangkan hasil analisis petrografi pada conto SSE-15MN198R dijumpai adanya mineral biotit sekunder. Dengan data tersebut dapat diperkirakan bahwa mineralisasi terbentuk atau bergerak dari suhu tinggi ke suhu rendah (tipe porfiri-tipe epitermal). PENDAHULUAN Kegiatan survei geokimia tanah sebagai salah satu tahapan tindak lanjut dari kegiatan penyelidikan mineral logam di daerah perbatasan MalaysiaKabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat tahun 2012. Informasi dari hasil kegiatan tersebut adalah terdapatnya anomali geokimia unsur Au dari conto sedimen sungai aktif dan atau batuan. Hasil analisis conto sedimen sungai aktif di daerah kaki Gunung Senyang terdapat unsur Au 3.902 ppb. Penambangan emas aluvial atau koluvial terletak pada kaki Gunung Senyang di bagian utara, di lokasi tersebut terdapat batusabak terkersikan bersentuhan dengan diorit atau granodiorit oleh van Schelle,1884 (dalam Tim Penyelidikan, 2012). Survei geokimia

Transcript of Mineralisasi Emas Dan Logam Dasar Di Daerah Gunung Senyang ...

Page 1: Mineralisasi Emas Dan Logam Dasar Di Daerah Gunung Senyang ...

SURVEI GEOKIMIA TANAH LANJUTAN DAERAH GUNUNG SENYANG

KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Kisman dan Bambang Nugroho Widi

Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi

SARI

Gunung Senyang merupakan salah satu daerah mineralisasi emas dan logam dasar.

Secara administratif daerah ini termasuk wilayah Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau,

Provinsi Kalimantan Barat. Gunung Senyang adalah daerah perbukitan dengan ketinggian

antara 600-675 meter diatas permukaan laut, dengan lereng dari landai hingga terjal. Secara

geologi disusun oleh dominasi batuan intrusi pada bagian atas dan batuan metasedimen pada

bagian bawah. Batuan metasedimen merupakan batuan tertua, di susul oleh intrusi diorit dan

endapan aluvium. Struktur geologi yang berkembang adalah berupa sesar geser dengan arah

umum utara-selatan dan sesar normal (graben?).

Mineralisasi di tandai oleh urat kuarsa menerobos intrusi diorit dan setempat pada

batuan metasedimen yang mengandung bijih sulfida (emas dan logam dasar) membentuk

suatu zona (ketebalan urat kuarsa kurang dari 1 cm hingga 3 cm). Di bagian utara (Sungai

Entinyuh) asosiasi mineral berupa pirit, kalkopirit dan galena. Sedangkan di bagian selatan

yaitu di Sungai Paju mineralisasi ditandai oleh urat kuarsa, menerobos batuan diorit dengan

arah N290ºE-N330ºE, kemiringan sampai 80º. Urat kuarsa berwarna putih abu-abu, tekstur

gigi anjing dan vuggy dan terdapat sulfida pirit.

Jenis alterasi yang terbentuk di daerah penyelidikan secara kasad mata adalah

silisifikasi, argilitisasi sebagian propilitisasi tetapi sangat terbatas pada daerah-daerah sesar.

Sedangkan butiran emas ditemukan dalam konsentrat dulang dari Sungai Bungo. Hasil dari

analisis mineralogi butir, emas teridentifikasi memiliki bentuk dan ukuran butiran yang

bervariasi dari VFC (sangat halus) hingga CC (sangat kasar) dengan bentuk sub angular

hingga sub rounded. Emas letakan berasal dari daerah aliran Sungai Bungo pada lokasi SSE-

15MN02P, SSE-15MN04P dan SSE-15MN211P.

Berdasarkan hasil analisis Fire assay conto batuan kandungan emas dari daerah aliran

sungai (DAS) Bungo memiliki kadar 11,82 gr/ton Au, DAS Entinyuh kadar 4,90 gr/t Au dan

dari DAS Paju menunjukkan kadar 14,38 gr/t Au. Hasil analisis mineragrafi pada conto SSE-

15MN193F menunjukkan butiran emas berasosiasi dengan sfalerit, pirit kalkopirit dan galena.

Pada conto yang lain ditemukan adanya stibnit. Sedangkan hasil analisis petrografi pada conto

SSE-15MN198R dijumpai adanya mineral biotit sekunder. Dengan data tersebut dapat

diperkirakan bahwa mineralisasi terbentuk atau bergerak dari suhu tinggi ke suhu rendah (tipe

porfiri-tipe epitermal).

PENDAHULUAN

Kegiatan survei geokimia tanah

sebagai salah satu tahapan tindak lanjut

dari kegiatan penyelidikan mineral logam

di daerah perbatasan Malaysia–Kabupaten

Sanggau Provinsi Kalimantan Barat tahun

2012. Informasi dari hasil kegiatan tersebut

adalah terdapatnya anomali geokimia

unsur Au dari conto sedimen sungai aktif

dan atau batuan. Hasil analisis conto

sedimen sungai aktif di daerah kaki

Gunung Senyang terdapat unsur Au 3.902

ppb.

Penambangan emas aluvial atau

koluvial terletak pada kaki Gunung

Senyang di bagian utara, di lokasi tersebut

terdapat batusabak terkersikan

bersentuhan dengan diorit atau granodiorit

oleh van Schelle,1884 (dalam Tim

Penyelidikan, 2012). Survei geokimia

Page 2: Mineralisasi Emas Dan Logam Dasar Di Daerah Gunung Senyang ...

tanah di daerah Gunung Senyang secara

administratif termasuk ke dalam wilayah

Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau

Provinsi Kalimantan Barat (Gambar 1).

Survei geokimia tanah dilakukan untuk

mengetahui penyebaran unsur–unsur

logam dalam tanah dan mendapatkan

zona-zona anomali unsur logam. Makalah

ini merupakan salah satu bagian dari data

hasil penyelidikan Pusat Sumber Daya

Geologi Tahun Anggaran 2015.

METODOLOGI

Survei geokimia tanah di daerah

Gunung Senyang dilakukan dengan cara

pengamatan geologi konvensional disertai

pengambilan conto tanah interval 50 meter

pada horizon B dengan metoda ridge and

spur, conto batuan dengan chip sampling.

Analisis kimia unsur dilakukan di

laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi

dengan metoda AAS dan Fire Assay.

Unsur yang dianalisis adalah unsur Au, Ag,

Cu, Pb, Zn, Mn, Fe, As, Mo, Sb, Hg dan Li.

Selain metoda AAS dan Fire Assay juga

analisis fisika mineral yang terdiri dari

petrografi untuk mengetahui jenis mineral

penyusun batuan dan mineragrafi untuk

mengetahui jenis mineral logam atau

mineral bijih yang membentuk endapan

bijih. Pengolahan data hasil analisis kimia

unsur dari conto tanah dengan statistik

deskriptif menggunakan program excel dan

plotting dalam peta dengan program

Mapinfo-11.

GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN

Morfologi daerah penyelidikan

dibagi dua satuan yaitu: satuan bukit terjal

mengelilingi Gunung Senyang di sekitarnya

dan bukit-bukit rendah bergelombang

seiring dengan jarak yang menjauh dari

puncak. Bagian morfologi tertinggi adalah

puncak Gunung Senyang dengan

ketinggian antara 600-675 meter. Pola

aliran sungai-sungai yang terbentuk

berpola radial dengan stadium yang relatif

masih muda berbentuk huruf V.

Litologi daerah penyelidikan dapat

dibagi menjadi tiga satuan batuan tersusun

dari yang berumur tua ke muda yaitu:

Satuan batuan metasedimen, satuan

batuan intrusi dan endapan alluvium

dengan sisipan batu lempung (Gambar 2).

Satuan batuan metasedimen terdapat dua

jenis yaitu berupa perselingan batupasir

dan batu lempung. Batuan lempung

umumnya berwarna abu-abu sampai

warna gelap (Gambar 3). Sedangkan

batupasir berbutir halus sampai kasar

berwarna putih terdapat kesan perlapisan

warna coklat muda hingga kuning

(Gambar 4).

Satuan batuan beku sebagai intrusi

di daerah Gunung Senyang yaitu diorit,

dasit dan andesit. Satuan batuan diorit

banyak tersingkap disekitar Sungai Bungo,

Sungai Entinyuh, Sungai Paju dan di

puncak-puncak bukit (Gambar 5). Satuan

alluvium dengan sisipan lempung,

batulumpur yang masih lunak dan endapan

kerikil pasir beraneka bahan (Gambar 6).

Struktur geologi di daerah

penyelidikan pada umumnya berupa sesar

dengan arah umum utara-selatan. Sesar

geser pada satuan batuan metasedimen

dijumpai dilokasi Sungai Paju, dengan jelas

terlihat pergeseran alur lapisan yang sama

sebagaimana Gambar 7. Sedangkan

struktur kekar yang terisi mineral sulfida

umumnya akan berpotongan dengan

struktur utama, dengan arah N130oE-

N160oE atau N310oE-N325oE.

Mineralisasi

Mineralisasi terbentuk karena

adanya penetrasi larutan hidrotermal

melalui struktur rekahan dan terperangkap

diantara batuan yang dilaluinya (trap).

Data yang diperoleh dari pengamatan di

lapangan memberikan gambaran

mineralisasi banyak terbentuk pada batuan

intrusi. Mineralisasi yang terbentuk

berpengaruh terhadap adanya batuan

ubahan yang bersifat lokal, umumnya pada

batuan diorit. Mineralisasi dicirikan oleh

Page 3: Mineralisasi Emas Dan Logam Dasar Di Daerah Gunung Senyang ...

adanya urat kuarsa halus (ketebalan

kurang dari 1 cm hingga sekitar 3 cm) yang

membentuk suatu zona ditandai adanya

pirit dan mineral lain seperti kalkopirit,

spalerit dan galena.

Ada tiga lokasi yang diperkirakan

memiliki indikasi mineralisasi yang

signifikan yaitu : Mineralisasi di daerah

aliran sungai (DAS) Bungo (conto batuan

S. Bungo_R) dan ditemukannya butiran

emas dari konsentrat dulang. Mineralisasi

di (DAS) Paju dicirikan oleh adanya urat

kuarsa (SSE-15MN197R) menerobos

batuan diorit dengan arah antara N290ºE-

N330ºE dan kemiringan sampai 80º. Urat

kuarsa berwarna putih-abu-abu bening

hingga kecoklatan, bertekstur paralel dan

gigi anjing. Alterasi yang terjadi di sekitar

urat kuarsa adalah silisifikasi dan

argilitisasi pada beberapa bagian dijumpai

pirit halus (Gambar 8). Float urat kuarsa

mengandung mineral sulfida ditemukan di

Sungai Entinyuh (SSE-15MN207F) seperti

pada Gambar 9.

ANALISIS DAN HASIL

Fotomikrograf specimen conto

SSE-15MN207F terlihat beberapa mineral

sulfida (Gambar 10). Pada conto specimen

yang berasal dari (DAS) Bungo,

fotomikrograf disajikan pada Gambar 11.

Berdasarkan data hasil analisis conto

batuan kandungan unsur emas mencapai

11,83 ppm.

Hasil analisis kimia batuan

menunjukkan terdapat tiga conto yang

memiliki kadar emas cukup signifikan yaitu

conto SSE-15MN207F berkadar 4,90 gr/t

Au; conto S. Bungo_R berkadar 11,83 gr/t

Au dan SSE-15MN193F sebesar 14,38 gr/t

Au. Ketiga conto tersebut merupakan

conto-conto dengan kadar emas tertinggi

dibanding conto-conto lainnya.

Hasil analisis petrografi dari conto

SSE-15MN198R terdapat mineral biotit

sekunder (Gambar 12). Hasil analisis

mineragrafi memperlihatkan mineral emas

berasosiasi dengan kalkopirit, sfalerit,

galena dan stibnit (Gambar 13). Begitu pula

hasil analisis mineralogi butir

memperlihatkan butiran emas dengan

berbagai ukuran dari halus VFC hingga

kasar MC dan berbagai bentuk dari sub

angular hingga sub rounded (Gambar 14).

Korelasi antara hasil analisis kimia,

petrografi dan mineragrafi sayatan tipis

saling mendukung cukup baik. Kondisi

seperti tersebut di atas dapat diduga

bahwa proses mineralisasi yang terbentuk

pada range dari suhu rendah sampai suhu

tinggi (tipe epitermal ke mesotermal).

Analisis statistik deskriptif terhadap

nilai unsur dari 236 conto tanah horizon B

berupa mean, standar deviasi, jumlah

conto, nilai minimal, nilai maksimal dan

tingkat kepercayaan. Setiap conto

dianalisis sebanyak 11 unsur logam yaitu :

Au, Ag, Cu, Pb, Zn, Fe, Mn, As, Mo, Sb

dan Li dengan satuan kadar ppm kecuali

Au dan Hg dalam ppb dan Fe (%). Hasil

pengolahan data dirangkum dan disajikan

pada Tabel 1 dan koefisien korelasi antar

unsur disajikan pada Tabel 2.

Penentuan besarnya anomali unsur

kimia dibuat menjadi empat kelas yaitu :

Kelas-1 nilai minimum s.d. mean

Kelas-2 mean s.d. mean + Standar

deviasi

Kelas-3 mean + Standar deviasi s.d.

mean + 2 Standar deviasi

Kelas-4 mean + 2 Standar deviasi s.d.

nilai maksimum.

Penggambaran peta sebaran unsur

dibuat berdasarkan kelas yang ada dengan

perbedaan besarnya lingkaran padat pada

setiap titik-titik lokasi. Hasil proses

pengolahan data tersebut ditampilkan

dalam peta yang menunjukkan penyebaran

unsur, sebagai contoh untuk unsur Au, As

dan Hg diperlihatkan pada Gambar 15,

Gambar 16 dan Gambar 17. Sedangkan

hasil analisis conto batuan tidak dilakukan

pengolahan data statistik sebagaimana

conto tanah horizon B, tetapi hanya

dilakukan plotting langsung dalam peta

(Gambar 18).

Page 4: Mineralisasi Emas Dan Logam Dasar Di Daerah Gunung Senyang ...

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis kimia

terhadap 236 conto tanah horizon B, maka

karakteristik kandungan unsur Au adalah

kadarnya berkisar antara 1 ppb - 169 ppb

dengan nilai mean 21,79 ppb. Hasil paling

tinggi terdapat pada conto SSE/15MN23S

dengan koordinat lokasi (110.3110;

0.894146). Lokasi tersebut di punggungan

sebelah kiri hulu Sungai Bungo. Untuk As

kadarnya berkisar antara 0 ppm - 64 ppm

dengan nilai mean 11,7 ppm. Hasil paling

tinggi terdapat pada conto SSE/15MN220S

dengan koordinat lokasi (110.366;

0.888723) . Lokasi tersebut di punggungan

berarah tenggara yang berhadapan

dengan hulu Sungai Entinyuh. Sedangkan

Unsur Hg kadarnya berkisar antara 14 ppb

- 323 ppb dengan nilai mean 73,3 ppb.

Hasil paling tinggi terdapat pada conto

SSE/15MN93S dengan koordinat lokasi

(110.358; 0.891477). Lokasi tersebut di

puncak punggungan ujung hulu Sungai

Entinyuh.

Koefisien korelasi antar unsur

berdasarkan hasil analisis kimia conto

tanah horizon B antara unsur Au terhadap

As dan Hg menunjukkan hubungan positif

dengan nilai 0,13 dan 0,02. Angka

koefisien korelasi tersebut di atas dapat

dijadikan sebagai dasar perkiraan bahwa

keterjadian emas di daerah penyelidikan

termasuk kategori suhu rendah.

Berdasarkan konsep hidrotermal,

mineralisasi terbentuk sedikitnya oleh tiga

faktor utama yaitu: 1) Adanya batuan

intrusi, berperan sebagai heat sources, 2)

Adanya batuan induk berperan sebagai

rumah atau tempat larutan hidrotermal

mengalami pembentukan menjadi endapan

hidrotermal (bijih), 3) Adanya struktur

berperan sebagai jalan masuknya larutan

hidrotermal dan terjebak dalam batuan

induk sebagai deposits.

Selain tiga faktor di atas faktor

lainnya adalah sirkulasi air bawah

permukaan atau ground water circulation.

Di daerah Gunung Senyang peran tersebut

telah membentuk endapan emas dan

logam dasar. Hal tersebut di atas jejaknya

terekam dari hasil pengamatan lapangan

dan analisis laboratorium bahwa dari

semua lokasi yang teramati, ada tiga lokasi

memiliki kandungan emas cukup signifikan

yang disertai logam dasar. Ketiga lokasi

tersebut yaitu: DAS Bungo, DAS Entinyuh

dan DAS Paju.

Uji pendulangan mineral berat di

lokasi endapan koluvium DAS Bungo dan

menghasilkan butiran emas dengan bentuk

sub angular hingga sub raounded, hal ini

menunjukkan bahwa mineralisasi emas

masih berasal dari sumber yang dekat.

Keyakinan bahwa mineralisasi emas dan

logam dasar di daerah penyelidikan

dikuatkan dengan pengujian silang atau

cross check antara analisis mineragrafi dan

fire assay menghasilakan data yang saling

mendukung. Hasil analisis mineragrafi

menunjukkan butiran emas berasosiasi

dengan sfalerit, pirit, kalkopirit dan galena,

sedangkan dari analisis kimia conto batuan

yang sama menghasilkan nilai kadar yang

cukup signifikan. Dari hasil analisis

petrografi (sayatan tipis) salah satu conto

batuan diorit menunjukkan adanya mineral

biotit sekunder, hal ini mengindikasikan

bahwa dilokasi tersebut dikategorikan pada

tingkat alterasi potasik.

Rekonstruksi model pembentukan

mineralisasi yang dilakukan di daerah

penyelidikan belum mendapatkan hasil

yang permanen. Untuk mendapatkan

gambaran model dilakukan pendekatan

terhadap adanya hubungan aplit dengan

urat kuarsa yang menerobos batuan diorit

daerah penyelidikan. Sketsa spekulatif

model mineralisasi daerah Gunung

Senyang disajikan pada Gambar 19.

Diperkirakan mineralisasi daerah Gunung

Senyang terbentuk dan bergerak dari suhu

tinggi ke suhu rendah (tipe porfiri-tipe

epitermal).

KESIMPULAN

1) Secara geologi daerah penyelidikan

merupakan perbukitan, disusun oleh

Page 5: Mineralisasi Emas Dan Logam Dasar Di Daerah Gunung Senyang ...

satuan batuan metasedimen, satuan

batuan intrusi diorit dan endapan

alluvium. Struktur geologi berupa

sesar geser berarah utara-selatan dan

sesar normal membentuk graben (?).

2) Mineralisasi ditandai dengan adanya

urat kuarsa yang menerobos batuan

diorit berarah umum baratlaut-

tenggara. Urat kuarsa memiliki

ketebalan antara 1-3 cm mengandung

emas berasosiasi dengan sfalerit,

galena dan kalkopirit dan alterasinya

adalah silisifikasi, argilitisasi dan

propilitisasi.

3) Hasil analisis fire assay tiga conto

batuan menunjukkan kandungan

emas mencapai kadar 14,38 gr/t Au

(SSE-15MN193F); 11,83 gr/t Au

(S.Bungo_R) dan 4,90 gr/t Au (SSE-

15MN207F). Berdasarkan analisis

kimia conto tanah horizon B, unsur Au,

As dan Hg mempunyai koefisien

korelasi positif dengan nilai 0,13 dan

0,02 yang mengindikasikan emas

terjadi dalam kategori suhu redah.

4) Terdapatnya mineral biotit sekunder pada

analisis petrografi menunjukkan tingkat

alterasi potasik, sehingga secara genesa

mineralisasi daerah penyelidikan

terbentuk dan bergerak dari suhu tinggi ke

suhu rendah (tipe porfiri-tipe epitermal?).

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan terima

kasih kepada Koordinator Kelompok

Penyelidikan Mineral dan tim editor yang

telah memberikan saran dan koreksinya

terhadap makalah ini sehingga dapat

diterbitkan.

DAFTAR PUSTAKA

Annonim, 2006, Kajian Sumber Daya Geologi Pulau Kalimantan, Pusat Sumber Daya Geologi

Bandung.

Annonim, 2012, Penyelidikan Mineral Logam di Daerah Perbatasan Malaysia – Kabupaten

Sanggau Provinsi Kalimantan Barat, Pusat Sumber Daya Mineral, Bandung.

Annonim, 2014, Eksplorasi Umum Mineral Logam Mulia dan Logam Dasar di Daerah

Perbatasan Malaysia – Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat, Pusat Sumber

Daya Mineral, Bandung.

Corbett and Leach, 1996, Southwest Pacifik Rim Gold-Copper System: Structure, Alteration

and Mineralization, Australia

Supriatna, S., Margono U., Sutrisno, de Keyser F., Langford R.P., 1993, Geologi Lembar

Sanggau, Kalimantan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Survei

Page 6: Mineralisasi Emas Dan Logam Dasar Di Daerah Gunung Senyang ...

Ga

mb

ar

2.

Peta

Ge

olo

gi D

aera

h G

unu

ng S

enya

ng

Page 7: Mineralisasi Emas Dan Logam Dasar Di Daerah Gunung Senyang ...

Gambar 3. Singkapan Satuan Batuan Metasedimen Jenis Lempung Lokasi di Sungai Paju

Gambar 4. Singkapan Satuan Batuan Metasedimen Jenis Batupasir Lokasi di Sungai

Entinyuh

Gambar 5. Singkapan Batuan Diorit di Lereng Bukit Hulu Sungai Bungo

Gambar 6. Singkapan Lempung-Batulumpur Sebagai Sisipan Pada Endapan Alluvium

Berwarna Abu-abu Lokasi di Sungai Bungo

Page 8: Mineralisasi Emas Dan Logam Dasar Di Daerah Gunung Senyang ...

Gambar 7. Singkapan Sesar Geser Pada Satuan Batuan Metasedimen di Sungai Paju

Gambar 8. Singkapan Urat Kuarsa Mengisi Rekahan Batuan Diorit Mengandung Mineral

Sulfida Pirit, Kalkopirit, Galena. Lokasi Sungai Paju Conto SSE-15MN197R

(110.352, 0.886995)

Gambar 9. Urat Kuarsa Mengisi Rekahan Batuan Diorit Berisi Mineral Sulfida, Galena,

Spalerit, Kalkopirit dan Pirit Pada Bongkahan Float Conto SSE-15MN207F

(110.357, 0.899874)

Page 9: Mineralisasi Emas Dan Logam Dasar Di Daerah Gunung Senyang ...

Gambar 10. Fotomikrograf Specimen Conto SSE-15MN207F Pembesaran 4,7x Nampak

Beberapa Mineral Sulfida Pirit, Galena dan Sfalerit, Dari Hasil Analisis KIMIA menunjukkan

Kadar Emas 4,90 gr/t Au

Gambar 11. Fotomikrograf Specimen Conto S.BUNGO_R Pembesaran 20x Nampak Mineral

Galena, Hasil Analisis Kimia Kadar Emas 11,83 gr/t Au.

Gambar 12. Fotomikrograf Sayatan Tipis Batuan Diorit Terdapat Mineral Biotit Sekunder (bi)

dan Hornblenda (hb) Conto SSE-15MN198R

Page 10: Mineralisasi Emas Dan Logam Dasar Di Daerah Gunung Senyang ...

Gambar 13. Fotomikrograf Emas Berasosiasi Dengan Kalkopirit, Sfalerit dan Galena Lokasi

(SSE-15MN193F) Sungai Paju.

Gambar 14. Fotomikrograf Butiran Emas Dengan Bentuk Sub Angular Hingga Sub Rounded

(SSE-15MN211P) daerah Sungai Bungo.

Gambar 15. Peta Sebaran Unsur Au (ppb) Pada Conto Tanah Horizon B

Page 11: Mineralisasi Emas Dan Logam Dasar Di Daerah Gunung Senyang ...

Gambar 16. Peta Sebaran Unsur As (ppm) Pada Conto Tanah Horizon B

Gambar 17. Peta Sebaran Unsur As (ppm) Pada Conto Tanah Horizon B

Page 12: Mineralisasi Emas Dan Logam Dasar Di Daerah Gunung Senyang ...

Gambar 18. Peta Sebaran Unsur Pada Conto Batuan Daerah Gunung Senyang

Gambar 19. Sketsa Spekulatif Model Mineralisasi Daerah Gunung Senyang

Page 13: Mineralisasi Emas Dan Logam Dasar Di Daerah Gunung Senyang ...

Tabel 1. Rangkuman Statistic Deskriptif Dari Conto Tanah Horizon B Daerah Gunung

Senyang

Tabel 2. Korelasi Antar Unsur Dari Conto Tanah Horizon B Daerah Gunung Senyang

Descriptive Cu_ppm Pb_ppm Zn_ppm Mn_ppm Ag_ppm Li_ppm Fe_% Au_ppb As_ppm Mo_ppm Sb_ppm Hg_ppb

Mean 29.2 40.3 69.6 413.9 2.3 9.6 5.11 21.8 11.7 0.8 2.2 73.3

Standard Error 1.1 0.7 1.6 27.1 0.1 0.2 0.11 1.7 0.9 0.1 0.1 2.6

Median 26 38.5 67 219.5 2.3 9 4.73 12.5 5 0 2 64.4

Mode 15 35 68 120 2.3 8 4.51 2 2.5 0 2 40.2

Standard Deviation 17.2 10.7 24.4 416.2 2.1 3.7 1.71 26.2 13.5 1.1 2.0 40.0

Sample Variance 296.9 115.5 597.1 173251.7 4.3 13.7 2.94 687.7 183.2 1.2 3.9 1599.6

Kurtosis 9.9 5.0 6.1 5.1 208.2 1.5 0.26 10.8 0.9 0.3 34.8 10.3

Skewness 2.2 1.6 1.5 2.1 14.0 1.1 0.69 2.9 1.3 1.0 4.3 2.5

Range 143 85 209 2384 32.7 21 10.16 168 64 5 20 309.2

Minimum 3 12 8 36 0.3 3 1.12 1 0 0 0 14.3

Maximum 146 97 217 2420 33 24 11.28 169 64 5 20 323.4

Sum 6886 9502 16429 97690 549.4 2269 1206.26 5142 2754.2 187 522 17300.4

Count 236 236 236 236 236 236 236.00 236 236 236 236 236

Confidence Level(95.0%) 2.2 1.4 3.1 53.4 0.3 0.5 0.22 3.4 1.7 0.1 0.3 5.1

Cu_ppm Pb_ppm Zn_ppm Mn_ppm Ag_ppm Li_ppm Fe_% Au_ppb As_ppm Mo_ppm Sb_ppm Hg_ppb

Cu_ppm 1

Pb_ppm 0.181734 1

Zn_ppm 0.184195 0.261328 1

Mn_ppm 0.158132 0.025581 0.410548 1

Ag_ppm 0.085259 0.016207 0.043216 0.077284 1

Li_ppm 0.019021 -0.16574 0.073505 -0.11214 -0.131 1

Fe_% 0.281481 0.276628 0.3879 0.560993 0.145177 -0.4906 1

Au_ppb 0.075776 0.144641 -0.02753 0.065966 -0.02781 -0.09708 0.220835 1

As_ppm 0.001612 0.250493 -0.18465 -0.30782 -0.07367 0.174646 -0.30954 0.124916 1

Mo_ppm -0.04654 -0.09345 0.019841 0.024676 -0.03368 0.012772 0.061606 0.08828 -0.13906 1

Sb_ppm -0.08645 -0.03267 0.058249 -0.11847 0.015185 0.000748 -0.04587 -0.05767 0.034152 0.078293 1

Hg_ppb 0.017847 -0.0591 0.089906 0.204335 0.020573 -0.17161 0.2745 0.017253 -0.10977 0.051673 -0.03412 1