Militer dalam sistem politik Indonesia

42
Militer dalam sistem politik Indonesia Sistem Politik Indonesia

Transcript of Militer dalam sistem politik Indonesia

Page 1: Militer dalam sistem politik Indonesia

Militer dalam sistem politik Indonesia

Sistem Politik Indonesia

Page 2: Militer dalam sistem politik Indonesia

Militer dan orde baru

Militer, khususnya Angkatan Darat, berperan sentral dalam politik Orde Baru di bawah kendali Presiden Soeharto;

Militer merupakan instrumen utama untuk mendukung dan mempertahankan kekuasaan – dengan dalih menjaga stabilitas politik demi pembangunan ekonomi, yang praktis dilakukan dengan melumpuhkan semua kekuatan politik “yang berpotensi mengancam”.

Page 3: Militer dalam sistem politik Indonesia

Latar belakang historis Militer sudah terlibat dalam politik sejak sebelum

lahirnya Orde Baru; Karakteristik perjuangan kemerdekaan Indonesia –

yang mencakup gerakan politik dan diplomasi, serta pertempuran bersenjata – memberikan konteks yang unik. Konteks ini mendasari rumusan “ideologi” militer Indonesia: “dwi fungsi ABRI”.

Peran politik militer menguat seiring dengan pergolakan politik di daerah-daerah dan otoriterisme di pusat pemerintahan.

Page 4: Militer dalam sistem politik Indonesia

Latar belakang historis Demokrasi Terpimpin Soekarno membuka jalan

bagi peran politik militer melalui pembentukan Dewan Nasional demi memperkuat kepemimpinan Soekarno;

Konfigurasi kekuasaan bertumpu pada pada tiga pilar: TNI, PKI, dan Soekarno sebagai penyeimbang atas rivalitas antar TNI dan PKI;

Secara konstitusional, peran politik militer berlindung pada konsep “golongan fungsional” yang harus terwakili dalam politik/parlemen, khususnya MPR.

Page 5: Militer dalam sistem politik Indonesia

Relasi Militer dan Politik Sistem politik demokrasi senantiasa mengajarkan

doktrin “supremasi sipil” – politisi sipil harus mengendalikan militer (sebagai bagian birokrasi yang profesional);

Ketidakefektifan pemerintahan sipil – terlalu banyak pertikaian politik dan instabilitas, terutama negara demokrasi baru – tak jarang menggoda militer untuk mengambil-alih kekuasaan politik, termasuk melalui kudeta;

Besar-kecilnya peran politik militer berbanding terbalik dengan lemah-kuatnya konsolidasi demokrasi.

Page 6: Militer dalam sistem politik Indonesia

Eric Nordlinger (1977): tipologi militer politik

Moderators Guardians Rulers

Kekuasaan yang dimiliki

Kekuasaan veto

Kontrol pemerintahan Dominasi rezim

Tujuan ekonomi dan politik

Melindungi status quo

Melindungi status quo dan mengoreksi kesalahan serta pemborosan

Memengaruhi perubahan politik dan perubahan sosial-ekonomi

Page 7: Militer dalam sistem politik Indonesia

Amos Permutter (1977): ‘tentara praetorian’ Autokratik praetorian (the personalist):

tentara mendukung satu orang yang sangat berkuasa dalam satu negara;

Oligarkhi praetorian: secara struktural kekuasaan dikendalikan oleh sejumlah orang yang didukung oleh militer;

Korporatis praetorian: sistem kekuasaan politik didasarkan pada korporatisme dan klientilisme.

Page 8: Militer dalam sistem politik Indonesia

Samuel Huntington (1996): kontrol sipil ‘Subjective Civilian Control’: maksimalisasi

kekuasaan sipil atas militer, dengan kontrol sipil atas lembaga-lembaga pemerintahan, kelas-kelas (organisasi) sosial, dan aturan-aturan konstitusional (prosedural);

‘Objective Civilian Control’: kontrol sipil atas militer dilakukan melalui pemaksimalan profesionalisme militer. Selain militer merasa diakui dan dihargai perannya, militer profesional dengan sendirinya akan menjauhi politik.

Page 9: Militer dalam sistem politik Indonesia

Karakteristik kontrol objektif

1. Ada pengakuan kurangnya kompetensi profesional, dan disadari perlunya ditingkatkan untuk mencapai standar profesional tingkat tinggi;

2. Subordinasi efektif militer terhadap kepemimpinan sipil tentang kebijakan luar negeri dan militer;

3. Pengakuan atas kepemimpinan profesional dan otonomi militer;

4. (Implikasinya) Minimalisasi intervensi militer dalam politik dan intervensi politik dalam militer.

Page 10: Militer dalam sistem politik Indonesia

Paradigma Baru TNI: 3R -- redefinisi, reposisi, reaktualisasi

1. Posisi dan metode baru: tidak selalu harus di depan dan mendominasi;

2. Dari menduduki ke memengaruhi: bukan mengintervensi, melainkan memberi kontribusi pembangunan;

3. Dari memengaruhi langsung (direct influence) ke tak langsung (indirect influence);

4. Kesediaan melakukan political and role sharing bersama dengan komponen bangsa yang lain.

Page 11: Militer dalam sistem politik Indonesia

Reformasi TNI Pemisahan fungsi pertahanan (militer) dan

keamanan (polisi). Polri bukan lagi bagian dari ABRI: Polri dan TNI;

Penghapusan peran sosial politik militer: TNI dan Polri tak lagi memiliki jatah perwakilan di parlemen (baik di pusat maupun di daerah);

Personel militer (dan polisi) tak diberi hak pilih dalam pemilu. Personel militer yang tertarik untuk berpolitik harus pensiun, melepas keanggotaannya.

Page 12: Militer dalam sistem politik Indonesia

Doktrin pertahanan & komando teritorial Doktrin pertahanan yang dianut TNI adalah

sistem pertahanan rakyat semesta (sishanrata): total war. Alat pertahanan bukan sekadar tentara, melainkan segenap elemen masyarakat: TNI sekadar intinya;

Karena itu, TNI perlu melakukan pembinaan masyarakat tentang pentingnya pendekatan keamanan (security approach). Fungsi ini dijalankan oleh komando teritorial: KODAM, KODIM, KORAMIL, Babinsa.

Page 13: Militer dalam sistem politik Indonesia

Fungsi-fungsi teritorial1. Persatuan & kesatuan

bangsa;2. Binkamwil/siskamling3. Operasi bhakti buta

aksara;4. Partisipasi

pembangunan;5. Gerakan nasional orang

tua asuh;6. Pembinaan Menwa;7. Pembinaan daerah

rawan pangan;

8. Pembinaan tokoh masyarakat;

9. KB/kesehatan;10. Manunggal pertanian;11. Pembinaan generasi muda;12. Pembinaan unit

pemukiman transmigrasi;13. Pembinaan kawasan

pembangunan terpadu, dan

14. Pembinaan keluarga prasejahtera.

Page 14: Militer dalam sistem politik Indonesia

Masa depan peran politik militer? Sangat ditentukan keberhasilan konsolidasi

demokrasi – ada tidaknya alasan intervensi militer; Kematangan politisi sipil dan efektivitas institusi-

institusi politik sipil: partai politik, parlemen, ... Peran masyarakat sipil prodemokrasi: organisasi

kemasyarakatan, kelompok-kelompok gerakan, dll – apakah saling berkonflik dengan kekerasan atau mengonsolidasikan partisipasi politik;

Keberhasilan otonomi daerah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat ....

Page 15: Militer dalam sistem politik Indonesia

Sistem Politik Indonesia

BISNIS DAN POLITIK dalamSISTEM POLITIK INDONESIA

Page 16: Militer dalam sistem politik Indonesia

Permasalahan: dua titik tolak Pertama, keterlibatan politik (negara,

pemerintah) dalam praktik bisnis (pasar). Apa dasar argumen yang membenarkan keterlibatan, seberapa jauh keterlibatan itu (diperlukan/dapat ditoleransi), apa dampaknya bagi bisnis/pasar: menyehatkan atu menghalangi? Ada nilai dan prinsip ekonomi: kesukarelaan (tanpa paksaan), efisiensi, persaingan, pertumbuhan atau akumulasi, ...

Page 17: Militer dalam sistem politik Indonesia

Permasalahan: dua titik tolak Kedua, keterlibatan pelaku bisnis dalam

kehidupan politik (pemerintahan, negara). Apa motivasi dan landasan yang membenarkannya, apa pengaruh kelompok bisnis dalam politik, apakah menyehatkan atau justru mengancam demokrasi? Ada nilai dan prinsip politik: partisipasi, hak asasi manusia, kewarganegaraan, keadilan (kesetaraan), solidaritas, keterbukaan, the rule of law – negara merupakan organisasi paksaan yang diperlukan ...

Page 18: Militer dalam sistem politik Indonesia

Dua pendekatan State-centered approach. Pendekatan

yang berkiblat ke negara: negara entitas terpenting. Negara harus menjalankan peran dalam penyelengaran pembangunan ekonomi: developmental state.

Market-centered approach. Pendekatan ini justru berpandangan untuk membatasi peran negara: mekanisme pasarlah yang utama. Campur tangan politik (negara) justru dapat merusak mekanisme pasar.

Page 19: Militer dalam sistem politik Indonesia

State-centered/development state Gagasan yang mendasari pentingnya

negara kuat dan perlu campur tangan dalam bisnis: Industrialisasi terlambat (late industrialisation).

Percepatan industrialisasi hanya bisa dilakukan dengan campur tangan dan dukungan negara;

Otonomi negara (state autonomy). Negara harus dan dimungkinkan untuk berposisi otonom, bukan menjadi alat dari kelas dominan yang memenangi pertikaian, melainkan justru harus secara otonomi mengendalikan kelas-kelas yang bertikai dalam masyarakat.

Page 20: Militer dalam sistem politik Indonesia

State-centered/development state Negara dalam posisi dan peran sangat

menentukan dalam pembangunan. Andrian Leftwich: “negara memiliki kekuasaan politik yang terkonsentrasi secara cukup, otonom, dan berkapasitas untuk membentuk, mencapai dan mendorong pencapaian tujuan pembangunan eksplisit, baik melalui pembentukan dan promosi arah petumbuhan dan kondisi yang diperlukan, atau melalui pengorganisasian pertumbuhan ekonomi secara langsung, atau mengombinasikannya.”

Page 21: Militer dalam sistem politik Indonesia

Karakteristik development state

1. Prioritas kebijakan negara diarahkan untuk meningkatkan kemampuan produktif bangsa dan meningkatkan surplus dari investasi, serta mengejar ketertinggalan teknologi ...

2. Menjaga kohesivitas agen-agen negara, khususnya yang berkaitan dengan proyek transformatif (industrialisasi);

3. Keterkaitan kelembagaan antaraktor ekonomi yang terorganisasi: kerjasama lebih penting ketimbang saling bersaing sendiri-sendiri.

Page 22: Militer dalam sistem politik Indonesia

Contoh sukses developmental state Negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara:

Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Hong Kong, Singapore, Malaysia, Indonesia, Thailand, ... Dua kemampuan: (i) mengarahkan perusahaan-perusahaan domestik, dan (ii) kemampuan mengoordinasikan agen-agen negara yang terkait kebijakan ekonomi

Prasyarat sukses: Developmental elite: Lew Kuan Yew, Mahatir Muhammad,

Park Chung Hee, Soeharto, .... Perangkat kelembagaan yang otonom, ... Birokrasi yang rasional, ...

Page 23: Militer dalam sistem politik Indonesia

Market-centered approach Sejumlah developmental state dilanda krisis

ekonomi hebat – government failure! Mekanisme pasar seharusnya dibiarkan

berjalan sendiri. Ruth McVey: kapitalisme pada akhirnya melahirkan efisiensi dan inovasi, sekaligus distribusi kekayaan yang rasional.

Intervensi negara pada dasarnya harus dihindari, karena hanya akan menyuburkan ‘rent-seeking interest’ – ekonomi biaya tinggi!

Page 24: Militer dalam sistem politik Indonesia

Market-centered approach Negara perlu membatasi perannya pada hal-hal

vital yang dibutuhkan, khususnya public goods: pertahanan-keamanan, hukum, hak milik (intelektual), manajemen makro, public health, perlindungan orang miskin ...

Perdagangan bebas harus diadopsi, bahkan didorong ...

Industrialisasi tak sekadar berorientasi ke dalam, melainkan harus lebih berorientasi keluar (outward-looking oriented industrialisation) ...

Page 25: Militer dalam sistem politik Indonesia

Tipologi Sistem Kapitalis [Hutchroft, 1994]

Aparatur negara relatif lebih kuat vis a vis kepentingan-kepentingan bisnis

Aparatur negara relatif lebih lemah vis a vis kepentingan-kepentingan bisnis

Secara relatif negara lebih ‘legal-rasional’

Kapitalisme Negara (Developmental State)

Kapitalisme Pasar Bebas (Regulatory State)

Secara relatif negara lebih ‘patrimonial’

Kapitalisme ‘Birokratik’ (Patrimonial Administrative State)

Kapitalisme Rente (Patrimonial Oligarchic State)

Page 26: Militer dalam sistem politik Indonesia

Relasi Bisnis-Politik di Indonesia Indonesia Orde Baru, meskipun secara

politik otoriter, pernah dipuji sebagai kisah sukses pembangunan ekonomi: .... Bagaimana bisa dicapai?

Orde Baru akhirnya runtuh setelah mengalami krisis luar biasa: ... Mengapa terjadi?

Bagaimana relasi bisnis-politik di Indonesia masa depan?

Page 27: Militer dalam sistem politik Indonesia

Pelaku bisnis dalam politik Indonesia Hampir separuh anggota DPR RI berlatarbelakang

pengusaha; Demikian juga anggota-anggota DPRD

Provinsi/Kabupaten/Kota; Sejumlah pengusaha diangkat sebagai menteri; Cukup banyak pengusaha terpilih sebagai kepala

daerah dan berhasil memimpin daerah; Banyak pengusaha menjadi pengurus partai politik; Organisasi-organisasi pengusaha aktif memengaruhi

kebijakan pemerintah .... Kinerja politik sering diukur dengan capaian ekonomi

Page 28: Militer dalam sistem politik Indonesia

SOP212 Sistem Politik Indonesia

Hubungan Agama dan Politik:Kebangkitan Politisasi Agama dan

Paradoks Demokrasi

Page 29: Militer dalam sistem politik Indonesia

Negara dan Kebaikan Bersama Agama sebagai rujukan dan sumber

inspirasi untuk mengelola kehidupan yang baik. Bagaimana hubungannya dengan negara (yang notabene sebagai organisasi paksaan): Negara agama Pemisahan antara negara dan agama Relasi konstruktif antara negara dan agama

Page 30: Militer dalam sistem politik Indonesia

Demokrasi dan Agama Demokrasi membuka ruang luas untuk

mengekspresikan keanekaragaman, memperjuangkan aspirasi politik yang berbeda-beda, termasuk yang berlatar belakang agama;

Tetapi, aspirasi politik berbasis keagamaan itu adakalanya justru menolak demokrasi – yang notabene memberinya ruang hidup – itu sendiri.

Ada potensi paradoksal?

Page 31: Militer dalam sistem politik Indonesia

Sikap Politik Kelompok Islam Radikal

KelompokSyariah

Komprehensif

Negara Islam Khalifah Demokrasi

DI/NII Ya Ya Tidak Tidak

JI Ya Ya Ya Tidak

MMI Ya Ya Ya Tidak

FPI Ya Tidak Tidak Ya

FKAWJ/LJ Ya Tidak Tidak Tidak

HT Ya Ya Ya Tidak

Page 32: Militer dalam sistem politik Indonesia

Agama merupakan ...

Fakta kultural?

Fakta politik?

Page 33: Militer dalam sistem politik Indonesia

Bagan Sistem Politik: David Easton

33

Sistem PolitikKeputusan atauKebijakan

Tuntutan

Dukungan Out

puts

Inpu

ts

Umpan-balikLingkungan

Lingku

ngan

Page 34: Militer dalam sistem politik Indonesia

Bagan Sistem Politik: Gabriel A Almond

34

Inputs ConversionOutputs intoEnvironment

EnvironmentalOutcomes

Policy-Making

Processes

ExtractionsDistributionsRegulationsSymbols

PrecedingEnvironmentalStates

EndogenousChanges inEnvironment*

*Changes not caused by actions of political system itself

Domestic andInternationalWelfare andSecurity

Demands

ParticipantSupport

SubjectSupport

Feedback loops

Page 35: Militer dalam sistem politik Indonesia

Reformasi dan kebangkitan politik agama Pengorganisasian politik masyarakat Indonesia

(partai politik) pernah populer disebut dengan istilah politik aliran. Organisasi dan pengelompokan politik terbentuk berdasarkan orientasi budaya, bukan kelas atau status dan kepentingan ekonomi.

Peta budaya – santri, abangan – lebih memengaruhi perilaku politikm dibanding relasi kelas – buruh dan majikan.

Page 36: Militer dalam sistem politik Indonesia

KOTA – DESA

SANTRI ABANGAN

NU PKI

MASYUMI PNI(Priyayi)

Page 37: Militer dalam sistem politik Indonesia

Partai-partai berbasis Islam Post-OB Partai Politik berbasis Islam: PPP, PKB,

PAN, PBB, PK(S), PSII, PPTI, PAKMSI, PSII 1905, PUMI, PPII Masyumi, PAKKAM, PUI, PNU, Partai KMI, Partai Abul Yatama, Partai Dua Syahadat, PKU, Partai Perti, PIPI, Partai GIMI, Partai KAMI, Partai Ka’bah, PP, PPTI, PRI, Partai Suni.

21 partai Islam mengikuti Pemilu 1999, dan 8 partai Islam mengikuti Pemilu 2004.

Page 38: Militer dalam sistem politik Indonesia

Partai-partai bercorak Islam [Fealy, 2001] Formalist Islam parties (moderate dan

radical formalist Islamic parties): PBB, PPP, PKS

Pluralist Islam parties: PKB, PAN

Page 39: Militer dalam sistem politik Indonesia

Partai-partai agama Non-Islam

Partai Buddhis Demokrat Indonesia Partai Demokrat Katolik, Partai Katolik

Demokrat Partai Kristen Nasional Indonesia (Krisna),

Partai Reformasi Cinta Kasih Kristus Kebangsaan Indonesia, Partai Demokrasi Kasih Bangsa, Partai Damai Sejahtera, Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI)

Page 40: Militer dalam sistem politik Indonesia

Paradoks Demokrasi Adolf Hitler adalah pemimpin yang muncul ke tampuk

kekuasaan melalui pemilu demokratis. Tetapi, begitu berkuasa ia menggunakan kekuasaan untuk mengabaikan demokrasi, melakukan kekejaman yang memicu perang dunia;

Demokrasi memang membuka ruang lebar untuk partisipasi, bahkan kompetisi/kontestasi untuk “merebut” atau mengendalikan penggunaan kekuasaan. Tetapi, demokrasi perlu dijaga dan dijamin keberlangsungannya;

Demokrasi bukan sekadar prosedur-teknis pemilu, melainkan nilai-nilai.

Page 41: Militer dalam sistem politik Indonesia

Nilai Demokrasi [Martya Sen, 2006]

Nilai intrinsik

Nilai instrumental

Nilai konstruktif

Page 42: Militer dalam sistem politik Indonesia

Modernisasi dan Demokrasi Nilai-nilai yang tumbuh seiring proses

modernisasi: rasionalisasi (rasionalisasi instrumental), indivudualisasi, differensiasi, ...

Demokrasi merupakan modus institusional yang diperlukan untuk memperkuat kembali integrasi (reintegrasi), menjaga stabilitas, dan keberlanjutan (sustainability), melalui: Pengorganisasian kepentingan-kepentingan Negosiasi dan renegosiasi antarkepentingan Buat sepakat tentang kerangka dasar hidup bersama

yang inklusif berkeadilan ...