Mikroba pada Ikan Asap dan Ikan Asin

19
Jenis-Jenis Mikroba Yang Terdapat Pada Produk Ikan Asap dan Ikan Asin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor perikanan dan peternakan merupakan andalan utama sumber pangan dan gizi bagi masyarakat indonesia. Ikan, selain merupakan sumber protein, juga diakui sebagai "functional food" yang mempunyai arti penting bagi kesehatan karena mengandung asam lemak tidak jenuh berantai panjang (terutama yang tergolong asam lemak omega-3), vitamin,serta makro dan mikro mineral. Dibandingkan negara lain, sumbangan perikanan dalam penyediaan protein di indonesia termasuk besar, yakni 55% . Namun demikian, jumlah ikan yang tersedia belum memenuhi kondisi ideal kecukupan gizi sebesar 26,55 kg ikan/kapita/tahun. Dengan produksi ikan sebesar 4,80 juta ton, maka jumlah ketersediaan ikan hanya 19,20 kg/kapita pada tahun 1998. Diperkirakan angka konsumsi ikan secara aktual berada di bawah angka ketersediaan tersebut, karena masih tingginya angka susut hasil ("loss") baik kuantitas, kualitas, maupun nilai gizinya (Heruwati, 2002). Ikan asap merupakan salah satu produk olahan yang digemari konsumen baik di Indonesia maupun di mancanegara karena rasanya yang khas dan aroma yang sedap spesifik. Proses pengasapan ikan di Indonesia pada mulanya masih dilakukan secara tradisional menggunakan peralatan yang sederhana serta kurang memperhatikan aspek sanitasi dan hygienis sehingga dapat memberikan dampak bagi kesehatan dan lingkungan. Kelemahan-kelemahan yang ditimbulkan oleh pengasapan tradisional antara lain kenampakan kurang menarik (hangus sebagian), kontrol suhu sulit dilakukan dan mencemari udara (polusi) (Swastawati , 2011). Menurut Adawyah (2007) bahwa pengasapan merupakan cara pengolahan atau pengawetan ikan dengan memanfaatkan kombinasi perlakuan pengeringan dan pemberian senyawa kimia alami dari hasil pembakaran bahan bakar alami. Senyawa asap tersebut menempel pada ikan dan terlarut dalam lapisan air yang ada dipermukaan tubuh ikan, sehingga terbentuk aroma dan rasa ikan yang khas pada produk dan warnanya menjadi keemasan atau kecoklatan.

description

Perikanan

Transcript of Mikroba pada Ikan Asap dan Ikan Asin

  • Jenis-Jenis Mikroba Yang Terdapat Pada Produk Ikan Asap dan Ikan Asin 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Subsektor perikanan dan peternakan merupakan andalan utama sumber

    pangan dan gizi bagi masyarakat indonesia. Ikan, selain merupakan sumber

    protein, juga diakui sebagai "functional food" yang mempunyai arti penting bagi

    kesehatan karena mengandung asam lemak tidak jenuh berantai panjang (terutama

    yang tergolong asam lemak omega-3), vitamin,serta makro dan mikro mineral.

    Dibandingkan negara lain, sumbangan perikanan dalam penyediaan protein di

    indonesia termasuk besar, yakni 55% . Namun demikian, jumlah ikan yang

    tersedia belum memenuhi kondisi ideal kecukupan gizi sebesar 26,55 kg

    ikan/kapita/tahun. Dengan produksi ikan sebesar 4,80 juta ton, maka jumlah

    ketersediaan ikan hanya 19,20 kg/kapita pada tahun 1998. Diperkirakan angka

    konsumsi ikan secara aktual berada di bawah angka ketersediaan tersebut, karena

    masih tingginya angka susut hasil ("loss") baik kuantitas, kualitas, maupun nilai

    gizinya (Heruwati, 2002).

    Ikan asap merupakan salah satu produk olahan yang digemari konsumen

    baik di Indonesia maupun di mancanegara karena rasanya yang khas dan aroma

    yang sedap spesifik. Proses pengasapan ikan di Indonesia pada mulanya masih

    dilakukan secara tradisional menggunakan peralatan yang sederhana serta kurang

    memperhatikan aspek sanitasi dan hygienis sehingga dapat memberikan dampak

    bagi kesehatan dan lingkungan. Kelemahan-kelemahan yang ditimbulkan oleh

    pengasapan tradisional antara lain kenampakan kurang menarik (hangus

    sebagian), kontrol suhu sulit dilakukan dan mencemari udara (polusi) (Swastawati

    , 2011).

    Menurut Adawyah (2007) bahwa pengasapan merupakan cara pengolahan

    atau pengawetan ikan dengan memanfaatkan kombinasi perlakuan pengeringan

    dan pemberian senyawa kimia alami dari hasil pembakaran bahan bakar alami.

    Senyawa asap tersebut menempel pada ikan dan terlarut dalam lapisan air yang

    ada dipermukaan tubuh ikan, sehingga terbentuk aroma dan rasa ikan yang khas

    pada produk dan warnanya menjadi keemasan atau kecoklatan.

  • Jenis-Jenis Mikroba Yang Terdapat Pada Produk Ikan Asap dan Ikan Asin 2

    Pengasinan merupakan suatu cara pengolahan ikan dengan hasil produk

    berupa ikan asin. Cara ini telah umum dilakukan dengan tujuan agar ikan lebih

    awet atau tahan lama.

    Pengasinan adalah suatu proses pengolahan ikan dengan cara memberikan

    garam sehingga mempunyai kandungan garam sangat tinggi yang kemudian

    dikeringkan. Cara pengolahan tersebut telah lama dilakukan untuk beraneka

    ragam species ikan.

    1.2 Maksud dan Tujuan

    Untuk mengetahui definisi pengasapan dan penggaraman

    Untuk mengetahui kerusakan yang timbul pada ikan asin

    Untuk mengetahui kontaminasi bakteri pada ikan asap

    Utuk mengetahui jenis-jenis mikroba yang ditemukan pada penelitian ikan

    asap dan ikan asin

    Untuk mengetahui cara penanggulangan kerusakan ikan asin

  • Jenis-Jenis Mikroba Yang Terdapat Pada Produk Ikan Asap dan Ikan Asin 3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Penggaraman

    Hasil akhir dari pengawetan dengan proses penggaraman adalah ikan asin,

    yaitu ikan yang telah mengalami proses penggaraman dan pengeringan. Dalam

    skala nasional, ikan asin merupakan salah satu produk perikanan yang mempunyai

    kedudukan penting, hampir 65% produk perikanan masih diolah dan diawetkan

    dengan cara penggaraman.

    2.2 Prinsip Penggaraman Ikan

    Penggaraman merupakan proses pengawetan yang banyak dilakukan di

    berbagai negara, termasuk Indonesia. Proses tersebut menggunakan garam sebagai

    media pengawet, baik yang berbentuk kristal maupun larutan. Selama proses

    penggaraman, terjadi penetrasi garam ke dalam tubuh ikan dan keluarnya cairan

    dari tubuh ikan karena perbedaan konsentrasi. Cairan itu dengan cepat dapat

    melarutkan kristal garam atau mengencerkan larutan garam. Bersamaan dengan

    keluarnya cairan dari dalam tubuh ikan, partikel garam akan memasuki tubuh

    ikan. Lama kelamaan kecepatan proses pertukaran garam dan cairan semakin

    lambat dengan menurunnya konsentrasi garam di luar tubuh ikan dan

    meningkatnya konsentrasi garam di dalam tubuh ikan. Bahkan pertukaran garam

    dan cairan tersebut berhenti sama sekali setelah terjadi keseimbangan. Proses itu

    mengakibatkan pengentalan cairan tubuh yang masih tersisa dan penggumpalan

    protein (denaturasi serta pengerutan sel-sel tubuh ikan sehingga sifat dagingnya

    berubah). Selama proses penggaraman berlangsung terjadi penetrasi garam ke

    dalam tubuh ikan dan keluarnya cairan dari tubuh ikan karena adanya perbedaan

    konsentrasi. Cairan tersebut dengan cepat akan melarutkan kristal garam atau

    mengencerkan larutan garam. Bersamaan dengan keluarnya cairan dari dalam

    tubuh ikan, partikel garam pun masuk ke dalam tubuh ikan. Ikan yang telah

    mengalami proses penggaraman, sesuai dengan prinsip yang berlaku, akan

    mempunyai daya simpan tinggi karena garam dapat berfungsi menghambat atau

    menghentikan reaksi autolisis dan membunuh bakteri yang terdapat di dalam

    tubuh ikan. Cara kerja garam di dalam menjalankan fungsi kedua sebagai berikut.

  • Jenis-Jenis Mikroba Yang Terdapat Pada Produk Ikan Asap dan Ikan Asin 4

    Garam menyerap cairan tubuh ikan, selain itu garam juga menyerap cairan tubuh

    bakteri sehingga proses metabolisme bakteri terganggu karena kekurangan cairan,

    akhirnya bakteri mengalami kekeringan dan mati. Garam pada dasarnya tidak

    bersifat membunuh mikroorganisme (germisida). Konsentrasi garam rendah (1

    3%), justru garam membantu pertumbuhan bakteri halofilik. Garam yang berasal

    dari tempattempat pembuatan garam di pantai mengandung cukup banyak bakteri

    halofilik yang dapat merusak ikan kering. Beberapa jenis bakteri dapat tumbuh

    pada larutan garam berkonsentrasi tinggi, misalnya red halofilic bacteria yang

    menyebabkan warna merah pada ikan. Selain mengakibatkan terjadinya proses

    osmosis pada sel-sel mikroorganisme sehingga terjadi plasmolisis. Kadar air

    dalam sel bakteri terekstraksi, sehingga menyebabkan kematian bakteri.

    Penggaraman ikan biasanya diikuti dengan pengeringan untuk menurunkan kadar

    air dalam daging ikan. Dengan demikian, pertumbuhan bakteri semakin terhambat

    2.3 Metode Penggaraman

    Pada proses penggaraman, pengawetan dilakukan dengan cara mengurangi

    kadar air dalam badan ikan sampai titik tertentu sehingga bakteri tidak dapat

    hidup dan berkembang lagi. Pengawetan ikan dengan cara penggaraman terdiri

    dari dua proses, yaitu proses penggaraman dan proses pengeringan. Adapun

    tujuan utama dari penggaraman sama dengan tujuan pengawetan dan pengolahan

    lainnya, yaitu untuk memperpanjang daya tahan dan daya simpan ikan. Ikan yang

    mengalami proses penggaraman menjadi awet karena garam dapat menghambat

    atau membunuh bakteri penyebab kebusukan pada ikan.

    Garam merupakan faktor utama dalam proses penggaraman ikan. Sebagai

    bahan pengawet, kemurnian garam sangat mempengaruhi mutu ikan yang

    dihasilkan. Garam juga merupakan bahan pembantu yang sengaja ditambahkan

    atau diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan konsistensi, nilai gizi, cita rasa,

    mengendalikan keasaman dan kebasaan, serta dapat memantapkan bentuk dan

    rupa. Secara umum garam terdiri atas 39,39% Na dan 60,69% Cl, bentuk kristal

    seperti kubus dan berwarna putih. Di dalam pengolahan ikan asin, biasanya garam

    diperuntukkan sebagai pengawet dan pemberi rasa. Sebagai bahan pengawet,

    garam mempunyai tekanan osmosis yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan

  • Jenis-Jenis Mikroba Yang Terdapat Pada Produk Ikan Asap dan Ikan Asin 5

    terjadinya peristiwa osmosis dengan daging ikan. Kecepatan penetrasi garam ke

    dalam tubuh ikan dipengaruhi oleh tingkat kemurnian garam. Garam yang baik

    adalah garam yang mengandung NaCl cukup tinggi (95%) dan sedikit

    mengandung elemen magnesium (Mg) maupun kalsium (Ca). Elemen tersebut

    mempengaruhi mutu ikan asin yang dihasilkan karena :

    1. Dapat memperlambat penetrasi garam ke dalam tubuh ikan sehingga

    terjadi proses pembusukan sebelum proses penggaraman berakhir.

    2. Dapat menyebabkan ikan menjadi higroskopis sehingga sering

    menimbulkan masalah dalam penyimpanan.

    3. Garam yang mengandung CaSO4 sebanyak 0,5-1,0% menyebabkan

    ikan asin yang dihasilkan mempunyai daging yang putih, kaku, dan

    agak pahit.

    4. Garam yang mengandung MgCl atau MgSO4 akan menghasilkan

    ikan asin yang agak pahit.

    5. Garam yang mengandung Fe dan Cu dapat mengakibatkan ikan asin

    berwarna kuning atau coklat kotor.

    Langah-Langkah Pembuatan Ikan Asin

    1. Bersihkan ikan, jika ikannya besar sayat dan potong hingga kurang

    lebih maksimal ketebalannya 1 cm.

    2. Campur garam dengan konsentrasi 50% dalam air bersih.

    3. Rendam ikan dalam larutan garam tersebut, pastikan benar benar

    terendam . Bilaa perlu gunakan penindih supaya ikan tenggelam.

    4. Rendam ikan selama 1 hari jika tidak ingin terlalu asin atau 2 hari

    jika ingin yang asin.

    5. Setelah itu angkat ikan dan cuci dengan air bersih. Jemur ikan

    hingga agak kering.

    Kemas dalam wadah kedap udara lebih baik, simpan dalam lemari

    pendingin..

  • Jenis-Jenis Mikroba Yang Terdapat Pada Produk Ikan Asap dan Ikan Asin 6

    2.4 Penyimpanan Ikan Asin

    Kemasan yang diinginkan adalah kemasan yang dapat mempertahankan

    kerenyahanvproduk lebih lama dan dapat memperlambat kerusakan karena proses

    ketengikan. Beberapavkemasan yang dapat digunakan adalah film (plastik) high

    density polietilen (HDPE) atauvpolipropilen (PP) yang dilapisi dengan aluminium

    foil. Kemasan primer ini ditempatkanvdalam kemasan sekunder yang terbuat dari

    kotak karton, kaleng atau wadah plastik rigid. Pemilihan kemasan sekunder sangat

    tergantung pada produk akhir dan target pemasaran. Untuk meningkatkan

    ketahanan produk kemasan terhadap tekanan mekanis, maka ke dalam kemasan

    primer dapat diisi dengan gas inert, misalnya nitrogen, agar kemasan lebih padat

    (menggembung) dan tahan terhadap tekanan mekanis. Setelah kering, ikan-ikan

    kemudian disusun secara teratur di dalam peti atau keranjang yang telah dilapisi

    kertas. Selanjutnya peti atau keranjang tersebut diletakkan di dalam ruangan yang

    sejuk dan kering dengan ventilasi yang baik. Peti atau keranjang yang berisi ikan

    asin hendaknya tidak disimpan bersama-sama dengan bahan lain yang

    membahayakan kesehatan, seperti pupuk tanaman, racun tikus, minyak tanah atau

    zat kimia lain yang dapat membahayakan kesehatan. Jika suhu ruang

    penyimpanan dapat diatur hingga berkisar antara 050C, daya awet ikan asin

    dapat mencapai enam bulan. Apabila lingkungan tidak memenuhi syarat, maka

    produk ikan asin sering mengalami kerusakan selama dalam penyimpanan.

    Kualitas ikan dan kondisi ruang penyimpanan yang akan digunakan perlu

    mendapat perhatian. Tingkat kesegaran ikan sangat berpengaruh terhadap jumlah

    bakteri. Selain itu, cara penanganan, sanitasi, factor biologis, temperatur

    lingkungan, alat pengangkutan ikan dan ruang penyimpanan harus mendapat

    perhatian pula karena dapat mempengaruhi mutu ikan asin yang dihasilkan.

    Selain disebabkan oleh bakteri halofilik, kerusakan mikrobiologi pada ikan

    asin juga dapat disebabkan oleh jamur, ragi dan beberapa serangga dalam bentuk

    larva atau dewasa. Beberapa kerusakan mikrobiologis yang biasa terjadi pada ikan

    asin yaitu :

    1. Pink Spoilage

  • Jenis-Jenis Mikroba Yang Terdapat Pada Produk Ikan Asap dan Ikan Asin 7

    Kerusakan ini disebabkan oleh bakteri halofilik yang secara perlahan-lahan

    berkembang biak dan membentuk pigmen berwarna kuning kemerah-merahan.

    Bakteri tersebut dengan cepat akan menguraikan daging ikan dan menimbulkan

    bau busuk dan tengik. Akibatnya daging akan menjadi lunak dan berwarna keabu-

    abuan serta mudah lepas dari tulangnya. Jenis bakteri penyebab pink spoilage

    yang paling dominan adalah Sarcina sp, Serratia, Salinaria dan Micrococci.

    2. Dun Spoilage

    Kerusakan tersebut dikarenakan semacam jamur yang hidup hanya pada

    permukaan daging ikan dan membentuk pigmen berwarna keabu-abuan. Gejala

    yang terjadi biasanya pada ikan asin yang mempunyai kadar air di bawah 17%.

    3. Rust Spoilage

    Untuk mencegah terjadinya ketengikan pada ikan asin, garam akan

    melepaskan senyawa karbonil. Jika bereaksi dengan asam amino, senyawa

    tersebut akan menghasilkan senyawa coklat keabu-abuan dengan bau tengik yang

    menyolok.

    4. Saponifikasi

    Kerusakan itu dikarenakan aktivitas bakteri anaerob yang menghasilkan

    lendir berbau sangat busuk. Kerusakan tersebut sangat membahayakan kesehatan

    manusia, karena tidak hanya terjadi pada permukaan tetapi juga menyerang bagian

    dalam. Bakteri yang umum menimbulkan saponifikasi adalah Mycobacteria.

    5. Taning

    Kerusakan itu dikarenakan sejenis bakteri pembusuk tertentu yang muncul

    karena proses penetrasi garam ke dalam daging ikan berlangsung sangat lambat

    atau penyebarannya di dalam tubuh ikan kurang merata. Ciri-ciri ikan yang

    terserang taning, timbulnya noda atau bercak merah sepanjang tulang punggung

    ikan dan timbulnya bau yang sangat busuk. Serangan lalat ditimbulkan oleh

    sejenis larva lalat rumah, terutama jenis Drosophila casei, telur tersebut dapat

    menetas pada temperature 200C dan larvanya menyerang daging ikan. Parasit

  • Jenis-Jenis Mikroba Yang Terdapat Pada Produk Ikan Asap dan Ikan Asin 8

    yang sering menyerang ikan asin adalah Dermestidae. Gejalanya berupa lubang-

    lubang pada ikan asin, karenanya parasit itu sering disebut juga si pembuat

    lubang. Setelah telur menetas menjadi larva, akan menyerang daging ikan

    dengan cara membuat lubang. Akibat serangan itu akan timbul bau yang sangat

    busuk dan daging ikan akan terurai menjadi serbuk. Jika serangannya sangat

    hebat, ikan asin dapat habis dalam waktu satu minggu sehingga yang tersisa hanya

    bagian tulang saja.

    6. Salt Burn

    Kerusakan itu terjadi karena penggunaan garam halus secara berlebihan

    pada saat proses penggaraman. Apabila ikan asin dijemur, bagian luar akan kering

    sedangkan bagian dalam masih tetap basah. Penyebabnya adalah terjadinya

    penarikan air yang sangat cepat pada tubuh bagian

    luar, sehingga sel tubuh ikan akan terkoagulasi dan mengakibatkan proses

    difusi air dari sel-sel tubuh bagian dalam menjadi terlambat.

    7. Jamur

    Kerusakan pada ikan asin dapat ditimbulkan oleh berbagai jenis jamur

    seperti jamur Sporendonemia epizoum yang mengakibatkan bercak-bercak pada

    daging ikan. Meskipun tidak berbahaya bagi kesehatan, kerusakan yang

    ditimbulkan oleh jamur ini dapat menurunkan harga jual ikan asin

    2.5 Mikroba Pada Ikan Asin

    Garam merupakan bahan yang sangat penting dalam pengawetan ikan,

    daging, dan bahan pangan lainnya. Garam berpertan sebagai penghambat selektif

    pada mikroorganisme pencemar tertentu. Namun, masih tetap ada jenis

    mikroorganisme yang dapat tumbuh pada bahan pangan yang mengandung garam,

    baik garam dengan kadar rendah, maupun garam dengan kadar tinggi. Jenis ini

    disebut dengan bakteri halofilik.

    Halofilik memiliki asal kata dari Bahasa Yunani, yaitu : halo yang artinya

    garam, dan pholis yang artinya suka. Jadi, bakteri halofilik merupakan bakteri

  • Jenis-Jenis Mikroba Yang Terdapat Pada Produk Ikan Asap dan Ikan Asin 9

    yang membutuhkan konsentrasi Natrium chlorida (NaCl) minimal tertentu untuk

    pertumbuhannya. Kebutuhan garam untuk pertumbuhan optimum bervariasi, yaitu

    2 5 % untuk bakteri halofilik ringan, 5 20 % untuk bakteri halofilik sedang,

    dan 20 30 % untuk bakteri halofilik ekstrim. Bakteri halofilik ringan antara lain

    Pseudosomonas, Moraxella, Flavobacterium, Acinobacter, dan spesies Vibrio.

    Kelompok halofilik ringan ini sering dijumpai pada ikan dan kerang-kerangan.

    Bacillus, Micrococcus, Vibrio, Acinetobacter, dan Moraxella termasuk kelompok

    bakteri halofilik sedang. Sedangkan bakteri halofilik ekstrim biasanya tampak

    berwarna merah atau merah muda dan berasal dari kelompok bakteri

    Halobacterium dan Halococcus serta sering tampak pada makanan yang telah

    diawetkan dengan penggaraman. (Fardiaz, 1992).

    Kerusakan pada ikan asin dapat disebabkan oleh bakteri halofilik yang

    mampu mengubah tekstur maupun rupa daging ikan.

    Bakteri itu dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

    Fakultatif halofilik, yaitu bakteri yang dapat hidup secara baik pada

    media dengan kandungan garam sebesar 2%.

    Obligat halofilik, yaitu bakteri yang dapat hidup secara baik pada

    lingkungan yang mengandung garam dengan konsentrasi lebih besar

    dari 2%.

    Selain ketiga golongan tersebut ada juga bakteri yang termasuk halotoleran

    (tahan garam). Golongan bakteri ini dapat hidup dengan atau tanpa garam. Garam

    yang dibutuhkan oleh halotoleran sekitar 5% atau lebih. Kelompok bakteri

    halotoleran antara lain Bacillus, Micrococcus, Corynobacterium, Streptococcus,

    dan Clostridium (Fardiaz, 1992).

    Beberapa bakteri halofilik dapat berfotosintesis dan memiliki zat warna yang

    disebut bacteriorodhopsin. Bakteri tersebut dengan cepat akan menguraikan bahan

    pangan dan menimbulkan bau busuk dan tengik. Akibatnya bahan pangan akan

    menjadi lunak dan berwarna keabu-abuan (Buckle, 1987).

    Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang

    diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini

    daging ikan yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di

  • Jenis-Jenis Mikroba Yang Terdapat Pada Produk Ikan Asap dan Ikan Asin 10

    suhu kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan, walaupun biasanya harus ditutup

    rapat (Anonima, 2009)

    Menurut Tjahjadi (2008), penambahan garam pada bahan pangan dapat

    berfungsi sebagai pengawet yang dapat memperpanjang umur simpan dari bahan

    pangan tersebut. Alasan mengapa garam digunakan sebagai bahan pengawet

    adalah :

    Karena garam dapat mengikat air yang terdapat dalam bahan pangan,

    sehingga aktifitas air (Aw) dalam bahan pangan tersebut menjadi rendah,

    dan mikroorganisme yang terdapat dalam bahan pangan tersebut akan

    susah untuk bertumbuh.

    Garam (NaCl), mengandung ion Cl- yang memiliki kadar toksisitas yang

    tinggi terhadap mikroorganisme sehingga dapat menghambat respirasi

    mikroorganisme tersebut.

    Garam yang terdapat dalam bahan pangan dapat mempengaruhi tekanan

    osmotik sehingga mengakibatkan mikroorganisme yang terdapat dalam

    bahan pangan menjadi lisis.

    Bakteri yang tahan pada kadar garam tinggi, umumnya mempunyai

    kandungan Kalium chlorida (KCl) yang tinggi dalam selnya. Selain itu bakteri ini

    memerlukan konsentrasi kalium yang tinggi untuk stabilitas ribosomnya. Bakteri

    halofil ada yang mempunyai membran purple bilayer, dinding selnya terdiri dari

    murein, sehingga tahan terhadap ion Natrium (Sukarminah, 2008).

    Pengujian Bakteri Halofilik Rifa Mufidah dkk 2012

    Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian keberadaan bakteri halofilik

    dengan sampel ikan peda dan ikan teri yang diinokulasikan pada media Nutrien

    Agar (NA). NA merupakan media yang mempunyai spesifikasi untuk

    pertumbuhan berbagai jenis bakteri. Selanjutnya, sampel ditimbang sebanyak 1

    gram dan dihaluskan. Lalu, dibuat pengenceran sampai tingkat pengenceran 10-3.

    Diambil masing-masing 1 ml sampel dari pengenceran 10-2 dan 10-3 untuk

    diinokulasikan menngunakan metode tuang dengan media NA, NA + 5% NaCl,

    NA + 10% NaCl, dan NA + 15% NaCl ke dalam cawan petri. Kemudian, buatlah

    angka delapan untuk mencampur media dengan sampel agar merata. Tujuan daari

  • Jenis-Jenis Mikroba Yang Terdapat Pada Produk Ikan Asap dan Ikan Asin 11

    penambahan NaCl yang bervariasi adalah untuk mengetahui kebutuhan garam

    terhadap pertumbuhan bakteri koliform rendah hingga koliform ekstrim,

    sedangkan untuk medium yang tidak ditambah NaCl adalah untuk mendeteksi

    pertumbuhan bakteri non-koliform. Langkah selanjutnya yaitu inkubasi selama

    dua hari pada suhu 30C.

    a. Ikan Peda

    Dari hasil yang didapat maka pada sampel ikan peda dapat diketahui bahwa

    dengan bertambahnya kadar NaCl yang digunakan pada media, maka jumlah

    koloni bakteri yang tumbuh semakin menurun. Hal tersebut membuktikan

    keberadaan garam sebagai zat anti mikroba sehingga kemampuan tumbuh

    mikroorganisme menurun. Bentuk dan warna bakteri yang tumbuh bervariasi,

    antara lain bulat putih, bulat kuning, dan lonjong putih.

    Koloni yang tumbuh kemudian dilakukan pewarnaan gram. Bakteri yang

    mendapat perlakuan pewarnaan gram adalah dua bakteri yang paling dominan

    tumbuh, yaitu yang berbentuk bulat dan berwarna putih pada media NA + 10%

    NaCl serta bakteri berbentuk lonjong dan berwarna putih yang tumbuh pada

    media NA.

    Pertama pada bakteri yang tumbuh pada media NA dengan pengamatan di

    bawah mikroskop didapat bakteri berbentuk coccus dan berwarna merah yang

    berarti bakteri tersebut termasuk bakteri gram negatif. Berdasarkan ciri-ciri

    tersebut, diduga bakteri yang tumbuh adalah bakteri Pseudomonas.

    Pseudomanas ini termasuk famili Pseudomonadaceae. Bakteri ini merupakan

    bakteri yang dapat menyebabkan kebusukan makanan, bersifat motil dengan

    flagella polar. Bakteri ini berbentuk bulat, gram negatif dan dalam

    perumbuhannya membutuhkan O2 (aerobic). Dapat mensintesis faktor-faktor

    pertumbuhan dan vitamin. Beberapa species bersifat proteolitik dan lipolitik, dan

    dapa membentuk pigmen (Sukarminah, 2008).

    Kedua, pengamatan dilakukan terhadap bakteri yang tumbuh pada media

    NA + 10% NaCl. Ketika diamati di bawah mikroskop, tidak terlihat jelas bentuk

    dan warna dari bakteri ini. Hal ini dikarenakan sel bakteri yang sangat tipis

    sehingga tidak dapat terlihat oleh mikroskop atau karena kesalahan praktikan saat

  • Jenis-Jenis Mikroba Yang Terdapat Pada Produk Ikan Asap dan Ikan Asin 12

    menggunakan mikroskop. Selain itu kemungkinan karena terjadi kesalahan saat

    menginokulasikan sel bakteri pada objek glass. Dugaan sementara bakteri yang

    tumbuh pada media ini adalah Micrococcus, Pediococcus, atau Pseudomonas,

    karena dilihat dari bentuk sel bakterinya yang berbentuk coccus.

    Bakteri Micrococcus termasuk famili Micrococcaceae. Bakteri berbentuk

    coccus, gram positif, berpasangan, tetrad atau kelompok kecil, aerobic, katalase

    positif dan tidak berspora. Bakteri ini mempunyai suhu optimal untuk

    pertumbuhan 25 30C, dapat mengoksidasi glukosa menjadi asam. Kebanyakan

    species bersifat proteolitik dan beberapa bersifat lipolitik. Beberapa species tahan

    garam, membuata garam ammonium sebagai sumber N, bersifat termodurik (tahan

    suhu pasteurisasi). Bakteri ini banyak ditemukan pada debu dan air serta berbagai

    bahan pangan segar (Sukarminah, 2008).

    Bakteri Pediococcus merupakan bakteri yang dapat tumbuh pada sampel

    dengan konsentrasi NaCl sebanyak 7% .Pediococcus adalah genus bakteri yang

    termasuk bakteri asam laktat (BAL) dengan ciri non-motil (tidak bergerak) dan

    memiliki bentuk sferis. Genus Pediococcus termasuk golongan fakultatif anaerob

    dan untuk hidup memerlukan lingkungan yang kaya nutrisi serta mengandung

    faktor pertumbuhan dan gula yang dapat difermentasi. Bakteri ini tergolong

    homofermentatif. Suhu optimum untuk pertumbuhan Pediococcus adalah 25-30

    C dan pH optimum 6. Spesies dan galur dari genus ini berbeda dalam toleransi

    atau ketahanannya terhadap oksigen, pH, suhu, resistensi antibiotik, dan NaCl

    (Sukarminah, 2008).

    b. Ikan Teri

    Setelah dilakukan pengamatan terhadap ikan peda selanjutnya dilakukan

    pengamatan terhadap ikan teri. Pengamatan pertama dilakukan terhadap ikan teri

    yang diletakkan pada media NA. Pada pengenceran 10-2 dan 10-3 tidak

    ditemukan adanya koloni yang tumbuh. Pengamatan selanjutnya dilakukan pada

    sampel ikan teri dengan media NA + 5% NaCl. Pada pengenceran 10-2 tidak

    ditemukan 3 koloni bakteri yang tumbuh dan pada pengenceran 10-3 ditemukan

    adanya koloni sebanyak 16 koloni dengan bentuk dan warna yang bermacam-

    macam. Ada yang berwarna putih dengan bentuk bulat dan berwarna putih oranye

  • Jenis-Jenis Mikroba Yang Terdapat Pada Produk Ikan Asap dan Ikan Asin 13

    dengan bentuk bulat pula. Selain itu, ditemukan pula pertumbuhan khamir pada

    pengenceran 10-2 berwarna putih dengan bentuk menjari. Maka nilai SPC nya

    adalah 1,6 x 104 cfu/g.

    Setelah itu dilakukan pewarnaan gram terhadap bakteri yang paling dominan

    tumbuh yaitu bakteri yang berbentuk bulat dan berwarna putih. Lalu, diamati di

    bawah mikroskop. Koloni yang tumbuh merupakan bakteri gram positif karena

    ketika diamati di bawah mikroskop ternyata berwarna ungu dan berbentuk basil.

    Bakteri tersebut diduga adalah bakteri jenis Halobacterium. Menurut Buckle

    (1987), bakteri ini termasuk bakteri jenis halofilik yang dapat tumbuh pada

    konsentrasi NaCl dengan kisaran 3,5% sampai jenuh. Bakteri ini dapat ditemui

    pada air laut dan larutan garam. Pada ikan teri sendiri, kerusakan yang disebabkan

    karena bakteri halofilik adalah ditandai dengan adanya bercak-bercak merah pada

    permukaan ikan.

    Khamir yang ditemukan tumbuh pada media NA + 5% NaCl, diduga

    merupakan khamir Debaromyces. Khamir ini merupakan khamir tahan garam,

    tumbuh pada makanan yang mengandung garam dalam jumlah yang tinggi.

    Bentuk sel nya bulat atau oval, membentuk pelikel pada daging asin kering.

    Pengamatan selanjutnya pada sampel ikan teri dengan media NA + 10%

    NaCl. Pada pengenceran 10-2 ditemukan koloni sebanyak 38 koloni dan pada

    pengenceran 10-3 tidak ditemukan pertumbuhan bakteri. Koloni yang tumbuh

    berbentuk bulat dan berwarna putih. Maka nilai SPC nya adalah 3,8 x 103 cfu/g.

    Sedangkan, dengan media NA + 15% NaCl, pada pengenceran 10-2 ditemukan 1

    koloni yang tumbuh dan pada pengenceran 10-3 tidak ditemukan adanya koloni

    yang tumbuh. Maka perhitungan SPC nya adalah 1,0 x 102 cfu/g .

    Setelah itu dilakukan pewarnaan gram dan pengamatan di bawah mikroskop.

    Sel bakteri yang mendapat perlakuan pewarnaan gram adalah bakteri yang paling

    dominan tumbuh, yaitu bakteri dengan bentuk bulat dan berwarna putih. Setelah

    diamati di bawah mikroskop ternyata koloni yang tumbuh berbentuk basil dan

    merupakan gram positif, sama seperti pengamatan sebelumnya. Bakteri tersebut

    diduga adalah bakteri jenis Halobacterium.

    Sirossiris-Penyebab Kerusakan Ikan Asin 2006

  • Jenis-Jenis Mikroba Yang Terdapat Pada Produk Ikan Asap dan Ikan Asin 14

    Pada ikan asin, mikroba yang tumbuh adalah jenis mikroba halotoleran. Di

    mana mikroba halotoleran adalah mikroba yang tahan terhadap garam. Bakteri

    halotolerant dapat tumbuh pada ikan yang digarami dibawah luas rata rata dari

    konsentrasi garam. Pada awal mikroorganisme, ukuran kehygienisan dan suhu

    selama pengolahan dan penyimpanan memegang peranan penting dalam jumlah

    bakteri halotoleran dari produk ikan asin. Bakteri yang termasuk dalam

    halotoleran adalah mikroba pembusuk seperti Bacillus sp. dan micrococcus sp

    serta pathogen pembusuk seperti Clostridium Botulinum, Stapylococcus Aureus,

    dan Vibrio Parahemoliticus. Tidak menutup kemungkinan juga timbulnya jamur

    pada produk ikan asin yang dihasilkan. Dari beberapa mikroorganisme yang

    merusak, ada yang bias dihilangkan dengan mudah yaitu pencucian saja. Tapi

    untuk bakteri pembusuk dan pathogen harus dihilangkan dengan penambahan

    senyawa kimia.

    Cara untuk menghilangkan mikroba yang tidak diinginkan

    Solusi/Penanganan dapat dilakukan dengan menggunakan Trisodium Phosphate

    (TSP). Trisodium phosphate (TSP, Na3P04)merupakan bahan tambahan makanan

    yang termasuk dalam Generally Recognized As Safe (GRAS). Efek antimicrobial

    dari TSP telah d uji pada beberapa tipe makanan berbasis daging, ayam, ikan dan

    daging domba. TSP membunuh mikroorganisme dengan cara melewati permeable

    dan mengganggu sitoplasmik dan membrane terluar dari sel bakteri karena terdiri

    dari pH alkali yang dapat dengan mudah melepasnya dari kandungan intraseluler

    dan pada akhirnya sel akan mati.

    Didalam penggunaan TSP, dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu

    eksperimen percobaan dengan menggunakan metode kering. Ikan di campur

    secara terus menerus dengan metode kering dan ditempakan pada tong tong kecil.

    Tong tong tersebut didiamkan semalaman sehingga ikan dapat turun. Tong tong

    berisi air garam dan di tutup. Kemudian disimpan secara arobik pada suhu ruang,

    221C seperti pada kondisi komersial. Ada juga yang dilakukan perlakuan lain

    yaitu disimpan secara aerobic dan di rekomendasikan suhu dingin yaitu 41C.

    Tong tong tersebut diguncang setiap minggunya selama 6 minggu pertama dari

    penyimpanan. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa garam sudah meresap

  • Jenis-Jenis Mikroba Yang Terdapat Pada Produk Ikan Asap dan Ikan Asin 15

    ke dalam ikan dan mengalami pemasakan yang baik. Total waktu pemasakan

    adalah selama 60 hari.

    Setelah itu, dilakukan Enumerasi dari jumlah total bakteri halotoleran.

    Selain itu juga dilakukan analisa statistic dari efek perlakuan dari kelompok ikan

    yang ditambahkan 0.5% TSP. sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :

    Ikan yang di garami telah mengalami dekontaminasi pada penambahan

    0.5% TSP di bawah kualitas produl dan poetnsial reiko minilal dari bakteri

    halotoleran.

    penambahan 0.5% TSP pada penyimpanan pada 22C berhasil dalam

    penurunan yang signifikan.

    2.6 Definsi Pengasapan

    Ikan asap merupakan salah satu bahan pangan yang banyak mengalami

    proses kemunduran mutu atau berubah menjadi busuk. Kemunduran mutu ikan

    disebabkan oleh beberapa factor antara lain: aktifitas enzim yang tidak terkendali,

    aktifitas dari bakteri, prses kimiawi, dan kerusakan fisis. Untuk menghambat

    proses kerusakan yang berakibat kemunduran mutu antara lain adalah dengan

    pengasapan ikan. Prinsip pengamatan ikan adalah proses penarikan air dari

    jaringan tubuh ikan dilanjutkan dengan penyerapan oleh berbagai senyawa kimia

    yang berasal dari asap. Sumber asap dan sumber panas berasal dari bahan bakar.

    Berdasarkan penelitian daya awet ikan karena proses pengasapan bukan

    berasal dari asap, melainkan unsure-unsur kimia yang terkandung dalam asap,

    diantaranya phenol, asam-asam organic, formaldehid dan lain-lain. Asap juga

    mempunyai daya untuk menahan pertumbuhan bakteri dan membunuh bakteri, an

    kemampuan ini tergantung dari lama pengasapan, suhu, volume asap, jenis bahan

    bakar atau tipe kayu dan sirulasi udara.

    Fungsi pengasapan ikan diantaranya:

    1. Memberikan efek keempukan pada ikan yang diasap, karena terjadinya

    kontaminasi penggunaan suhu dan kelembapan yang relative tinggi,

    2. Memberikan kenampakan yang mengkilat (glossy) karena terdapat asap

    pada permukaan ikan yang tertutp leh aldehid, phenl, dan lain-lain.

    Adapun resin diperoleh dari reaksi antara aldehid, formaldehid dan phenol.

  • Jenis-Jenis Mikroba Yang Terdapat Pada Produk Ikan Asap dan Ikan Asin 16

    3. Memberikan flavr yang spesifik, karena phenl,quaiqol,methyl ether

    piroganl serta asam-asam karbksilat.

    4. Berwarna semakin menarik dan rassa yang spesifik

    5. Memberikan sifat anti oksidan terhadap proses oksidasi lemak.

    6. Memberikan efek antiseptik dan efek germisida, Karena pengasapan,

    pengeringan dan pemanasan dan juga adanya phenol dan aldehis sebagai

    pencegah pertumbuhan mikroba

    Proses pengasap ikan merupakan gabungan aktivitas penggaraman,

    pengeringan dan pengasapan. Proses pengasapan meliputi tahapan penyiangan dan

    pencucian (splitting dan cleaning), penggaraman (salting), pengasapan (smoking)

    dan pengemasan (packing).

    2.7 Kontaminasi Mikroorganisme dalam Ikan Asap

    Kualitas ikan asap secara fisik dan bilgis banyak ditentukan leh kualitas asap

    ikan yaitu kualitas ikan segarnya. Selama proses pengasapan kuantitas mikrba

    dapat dihambat, namus setelah melalui prses pengasapan kuantitas ikan banyak

    ditentukan interaksi antara penjamah dan lingkungannya. Hygiene penjamah

    diartikan sebagai usaha individu atau kelmpok dalam menjaga kesehatan melalui

    kebersihan dengan cara mengendalikan kondisi lingkungan, mencegah timbulnya

    penyakit karena faktr lingkungan serta membuat kondisi lingkungan sedemikian

    rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan. Mikroba yang sering

    mengkontaminasi ketika interaksi antara penjamah dan makanan adalah S. aureus.

    Mikroorganisme tersebut hidup sebagai saprofit dalam saluran pengeluaran

    lender, dari tubuh manusia dan hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan, dan

    dapat dikeluarkan ketika batuk dan bersin. Disamping itu S. aureus merupakan

    mikroflora yang terdapat pada pori-pori, permukaan kulit, kelenjar keringat dan

    saluran usus. Keracunan makanan yang terjadi karena infeksi mikroba ini

    disebabkan karena produksi eksotoksin yang bersifat stabil.

    Ikan yang telah diasap harus disimpan di tempat yang kering dan tertutup

    rapat. Kerusakan yang sering terjadi pada ikan asap adalah terjadinya

    pertumbuhan jamur atau kapang, karena jamur dapat tumbuh pada makanan

  • Jenis-Jenis Mikroba Yang Terdapat Pada Produk Ikan Asap dan Ikan Asin 17

    dengan kadar air rendah. Pertumbuhan jamur pada ikan asap dapat menyebabkan

    terjadinya perubahan bau menjadi tengik dan perubahan tekstur.

    Anonim, Analisi Organoleptik Ikan tongkol Asap 2013

    Menurut Winarno dan Laksmi, (1974) bahwa lama penyimpanan cenderung

    dapat meningkatkan kadar air bahan makanan yang akan menunjang pertumbuhan

    jamur atau kapang dan juga perubahan warna, rasa pahit pada bahan makanan.

    Menurut Winarno (1997) pertumbuhan mikroorganisme tidak pernah terjadi

    tanpa adanya air. Aktivitas air atau aw sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan

    mikroba seperti kapang. Hal ini yang diduga terjadinya peningkatan jumlah

    kapang pada ikan tongkol asap yang dikemas secara berbeda. Kadar air dalam

    bahan pangan atau makanan dapat berupa air terikat secara fisik maupun terikat

    secara kimia, serta dalam bentuk air bebas. Air bebas itulah yang akan banyak

    mempengaruhi aw dari pangan oleh moisture sorption isotherm dan kemampuan

    hidup mikroba.

    Menurut Syarief et al. (1989), bahan kemas mempunyai kemampuan dalam

    menahan serangan mikroba, hal ini ditentukan oleh ada tidaknya lubanglubang

    yang sangat kecil pada permukaannya. Dilihat dari jumlah kapang selama

    penyimpanan 0-12 hari pada ketiga kemasan berbeda terjadi peningkatan jumlah

    kapang . Nilai rata-rata jumlah kapang tertinggi pada kemasan kertas kraft dan

    yang terendah pada kemasan daun lontar. Peningkatan jumlah kapang pada ketiga

    jenis kemasan diduga karena kemasan tidak dapat melindungi ikan tongkol secara

    sempurna.

    Sesuai dengan pendapat Waluyo (2007) bahwa kapang membutuhkan air

    untuk pertumbuhan. Sehingga semakin naik kadar air pada ikan tongkol asap

    semakin naik juga pertumbuhan kapang. Sesuai hasil analisis kadar air ikan

    tongkol asap mengalami peningkatan selama masa penyimpanan. Peningkatan

    kadar air ini memicu pertumbuhan kapang.

    Winarno dan Jenie dalam Wigati (2009), mengemukakan bahwa potensi

    terbesar bagi mikroba untuk tumbuh terutama kapang pada permukaan kemasan

    adalah bila permukaan-permukaan kemasan dalam keadaan lembab. Penyebab

    tumbuhnya kapang sangat dipengaruhi oleh kadar air pada ikan tongkol asap.

  • Jenis-Jenis Mikroba Yang Terdapat Pada Produk Ikan Asap dan Ikan Asin 18

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Prinsip pengamatan ikan adalah proses penarikan air dari jaringan tubuh

    ikan dilanjutkan dengan penyerapan oleh berbagai senyawa kimia yang berasal

    dari asap. Sumber asap dan sumber panas berasal dari bahan bakar.

    Pada proses penggaraman ikan, pengawetan dilakukan dengan cara

    mengurangi kadar air dalam badan ikan sampai titik tertentu sehingga bakteri

    tidak dapat hidup dan berkembang biak lagi. Jadi, peranan garam dalam proses ini

    tidak bersifat membunuh mikroorganisme (fermicida), tetapi garam

    mengakibatkan terjadinya proses penarikan air dalam sel daging ikan sehingga

    terjadi plasmolisis (kadar air dalam sel mikroorganisme berkurang, lama

    kelamaan bakteri mati).

    Kerusakan pada ikan asin dapat disebabkan oleh bakteri halofilik. Bakteri

    ini dibagi menjadi 2 bagian :

    Fakultif halofilik

    Obligat halofilik

    Halofilik dari bahasa Yunani ;Halo (garam), pholis (suka).

    Kerusakan Mikrobiologis Ikan Asin

    Pink Spoilage

    Rust Spoilage

    Dun Spoilage

    Saponifikasi

    Taning

    Salt Burn

    Mikroba yang ditemukan pada ikan asin seperti pseudomonas, microcccus,

    clostridium botulinum, staphylococcus aureus, pseudomonas, chromohalobacter,

    halomonas deleya, bacillus, salinicoccus marinococcus dan kurthia

    Mikroba yang ditemukan pada ikan asap seperti kapang, clostridium &

    bacillus.

  • Jenis-Jenis Mikroba Yang Terdapat Pada Produk Ikan Asap dan Ikan Asin 19

    DAFTAR PUSTAKA

    Dra. Sri Yuliawati,M.Kes., dkk. (2005). Kontaminasi Bakteri Pada Ikan Asap di

    Sentra Industri Pengasapan Ikan yang di Jual di Kota Semarang.

    Universitas Diponegoro

    Ely John Karimela, dkk. (2013). Staphylococcus sp. Pada Ikan Layang Asap

    Produk Khas Sangihe. Jurnal Medi Teknlogi Hasil Perikanan Vol. 1,No. 2,

    Agustus 2013

    Anonim. (2015). Analisis Organoleptik Ikan TongkoAsap

    Dewi Andriyani. (2015). Isolasi dan Identifikasi Bakteri Halofilik dari Ikan Asin.

    file:///E:/Folder%20Baru%20(3)/UNS%20Digital%20library%20%20%20

    Dewi%20Andriyani%20%20%20ISOLASI%20DAN%20IDENTIFIKASI

    %20BAKTERI%20HALOFILIK%20DARI%20IKAN%20ASIN.html

    Sirissiris. (2006). Kerusakan Ikan Asin dan Penanganannya.

    file:///E:/Folder%20Baru%20(3)/PENYEBAB%20KERUSAKAN%20IK

    AN%20ASIN%20DAN%20PENANGANANNYA%20%20%20SIR%20

    OSSIRIS%20HOME%20SITE.html