Mielitis Transvers1
-
Upload
yani-pukari-sweet -
Category
Documents
-
view
221 -
download
1
Transcript of Mielitis Transvers1
-
8/22/2019 Mielitis Transvers1
1/24
1
Kata Pengantar
egala puji dan syukur penyusun panjatkan ke Tuhan Yang Maha Esa, yang dengan
pertolongan-Nya, referat yang berjudul Mielitis Transversa dapat selesai disusun. Referat inidisusun sebagai sarana diskusi dan pembelajaran, serta diajukan guna memenuhi persyaratan
penilaian di Kepaniteraan Klinik Neurologi di Rumah Sakit Mardi Rahayu, Kudus.
Penghargaan dan rasa terima kasih disampaikan kepada Dr. dr. Fenny L. Yudiarto,
Sp.S(K) yang telah memberikan dorongan, bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan referat
ini. Penyusun juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan referat ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam referat ini masih jauh dari sempurna, baik mengenai
isi, susunan bahasa, maupun kadar ilmiahnya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman dari penyusun dalam mengerjakan referat ini. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan referat ini.
Semoga referat ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan
ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Kudus, Mei 2012
Penyusun
S
-
8/22/2019 Mielitis Transvers1
2/24
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...1BAB I. Pendahuluan. 3
1.1Latar Belakang. 31.2Epidemiologi....3
BAB II. Pembahasan..5
2.1Definisi Mielitis Transversa . 52.2Anatomi Medula Spinalis....52.3Etiologi. 102.4Patofisiologi. 112.5Manifestasi Klinis....132.6Diagnosis. 142.7Diagnosis Banding.. 182.8Penatalaksanaan...18
BAB III. Penutup...21
Daftar Pustaka... 22
-
8/22/2019 Mielitis Transvers1
3/24
3
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pada abad 19, hampir semua penyakit pada medula spinalis disebut mielitis. Dalam
Dercums Textbook of Nervous Diseases pada tahun 1895, Morton Prince menulis tentang
mielitis traumatik, mielitis kompresif dan sebagainya, yang agak memberikan kejelasan tentang
arti terminologi tersebut. Dengan bertambah majunya pengetahuan neuropatologi, satu persatu
penyakit di atas dapat diseleksi sehingga yang tergolong benar-benar karena radang saja yang
masih tertinggal.1
Saat ini, medulla spinalis diketahui sebagai lokus dengan jumlah terbatas dari infeksi dan
proses inflamasi non-infeksi yang disebabkan oleh kerusakan neuron, substansia alba dan
melibatkan meninges atau menyebabkan nekrosis pada substansia alba dan grisea. Hal ini
disetujui sebagai kondisi inflamasi yang disebut mielitis.Bila dengan tepat mengenai area
melintang dari medulla spinalis yang terkena pada satu tingkat atau lebih, maka proses ini
disebut mielitis transversa.1
Mielitis transversa mempunyai berbagai macam penyebab. Tetapi, secara umum mielitis
disebabkan oleh multiple sclerosis dan proses post-infeksi. Pembagian mielitis berdasarkan
perjalanan klinis antara awitan hingga muncul gejala klinis, yaitu akut, subakut dan kronis dibagi
berdasarkan perjalanan klinis penyakit yang berlangsung.2
Diagnosa dapat dilakukan dengan pemeriksaan pungsi lumbal, CT scan atau MRI,
mielogram serta pemeriksaan darah, untuk mencari penyebab dan menyingkirkan kemungkinan-
kemungkinan lainnya.3
1.2 Epidemiologi Mielitis Transversa
Mielitis transversa merupakan penyakit yang jarang dengan insidensi 1-4 kasus baru per
1 juta penduduk per tahun. Penyakit ini dapat mengenai individu pada semua umur (6 bulan-88
tahun) dengan insidensi tertinggi antara umur 10-19 tahun dan 30-39 tahun. Tidak ada faktor
jenis kelamin atau keluarga sebagai faktor predisposisi.3Meskipun hanya beberapa studi telah
meneliti tingkat insiden, diperkirakan bahwa sekitar 1.400 kasus baru di diagnosis mielitis
transversa setiap tahun di Amerika Serikat, dan sekitar 33.000 orang Amerika memiliki
beberapa jenis kecacatan akibat gangguan ini.4
-
8/22/2019 Mielitis Transvers1
4/24
4
Sekitar sepertiga penderita mielitis transversa sembuh dengan sedikit sampai tidak ada
sekuele setelah serangan pertama. Sepertiga penderita sembuh dengan disabilitas permanen
derajat sedang, dan sepertiga lainnya tidak mengalami penyembuhan dan mengalami disabilitas
berat.3
-
8/22/2019 Mielitis Transvers1
5/24
5
BAB II
Pembahasan
2.1 DefinisiMielitis transversa (MT) adalah suatu proses inflamasi yang mengenai potongan
melintang substansia alba dan grisea di medula spinalis, dengan karakteristik klinis adanya
perkembangan baik akut atau sub akut dari tanda dan gejala disfungsi neurologis pada saraf
motorik, sensorik dan otonom dari traktus saraf di medula spinalis.5
Bila proses radang tersebut meluas ke atas disebut mielitis asendens. Istilah mielitis
transversa atau asendens menyatakan distribusi lesi pada medulla spinalisnya.2
2.2 Anatomi Medula Spinalis
Medula spinalis merupakan suatu massa jaringan saraf yang berbentuk silinder
memanjang dan menempati dua pertiga bagian atas canalis vertebralis di dalam kolumna
vertebralis. Panjang normal medula spinalis orang dewasa adalah 42-45 cm.6
Di superior medula spinalis dimulai di foramen magnum dalam tengkorak, yaitu tempat
medula spinalis bersambung dengan medula oblongata, sedangkan di inferior orang dewasa
berakhir setinggi tepi bawah vertebra lumbalis I. Pada anak kecil, medula spinalis relatif lebih
panjang dan biasanya berakhir di tepi bawah vertebra lumbalis III.6
Medula spinalis dibungkus oleh tiga lapis meninges, yaitu duramater, arachnoidmater,
dan piamater. Pelindung lainnya adalah cairan serebrospinal (Liquor Cerebral Spinal/LCS) yang
mengelilingi medula spinalis dalam ruang subaraknoid (spatium subarachnoidea). Sakus
arakhnoid berakhir di dalam kanalis vertebralis dalam tulang sacrum. Dalam medulla
spinalis keluar 31 pasang saraf, terdiri dari :
Servikal : 8 pasang
Torakal : 12 pasang
Lumbal : 5 pasang
Sacral : 5 pasang
Koksigeal : 1 pasang
-
8/22/2019 Mielitis Transvers1
6/24
6
Tiga puluh satu pasang saraf yang muncul dari segmen-segmen medulla spinalis melalui
dua akar yaitu akar anterior dan akar posterior. Serabut saraf motorik membentuk akar
anterior yang berpadu dengan serabut saraf sensorik pada akar posterior bersama
membentuk saraf spinalis gabungan. Penyatuan ini terjadi sebelum serabut saraf itu
melintasi foramen intervertebralis, segera setelah itu membagi diri lagi menjadi serabut
primer anterior dan serabut primer posterior. Serabut primer posterior melayani kulit dan
otot punggung. Sedangkan serabut primer anterior membentuk berbagai cabang yang
menjadi pleksus saraf anggota gerak dan membentuk saraf interkostalis pada daerah
toraks.6
Bagian Dalam Medula Spinalis
Gambar 1. Penampang Medula Spinalis
- Substansia GriseaSuatu potongan melintang dari medulla spinalis memperlihatkan bagian adalam dari massa
zat kelabu atau substansia grisea yang berbentuk huruf H yang dikelilingi oleh zat putih
atau substansia alba. Substansia grisea tersusun atas dua bagian simetris yang
dihubungkan melalui garis tengah oleh komisura yang mengandung kanalis sentralis yang
kecil. Kornu anterior terdapat di depan kanalis sentralis. Kornu ini mengandung sel-sel
yang berasal dari serabut akar ventralis. Kornu intermediolateralis merupakan bagian dari
zat kelabu diantara kornu anterior dan kornu posterior. Bagian ini merupakan proyeksi
-
8/22/2019 Mielitis Transvers1
7/24
7
segitiga yang menonjol ke lateral di bagian torakal dan lumbal atas. Bagian ini mengandung
sel praganglion untuk susunan saraf otonom. Kornu posterior hampir menjangkau sulkus
posterolateralis. Berkas serabut-serabut kecil yang padat, fasikulus dorsolateralis atau
traktus Lissauer adalah bagian dari jaras nyeri yang terletak di perifer medulla spinalis.6
- Substansia AlbaKolumna dorsalis terletak diantara sulkus medianus posterior dan sulkus posterolateralis.
Pada segmen servikal dan torakal atas, kolumna dorsalis terbagi menjadi bagian medial,
fasikulus grasilis, dan bagian lateral, fasikulus kuneatus. Kolumna lateralis terletak di
antara sulkus posterolateralis dan sulkus anterolateralis. Kolumna ventralis terletak di
antara sulkus anterolateralis dan fisura mediana posterior. Zat putih dari medulla spinalis
terdiri dari serabut saraf yang bermielin dan yang tidak bermielin. Serabut bermielin yang
berkonduksi cepat membentuk berkas yang naik atau turun untuk jarak yang berbeda-
beda.6
-
8/22/2019 Mielitis Transvers1
8/24
8
Gambar 2. Dermatom
-
8/22/2019 Mielitis Transvers1
9/24
9
Gambar 3. Miotom
-
8/22/2019 Mielitis Transvers1
10/24
10
2.3EtiologiEtiologi mielitis transversa mempunyai berbagai macam penyebab antara lain :
a. Infeksi virus atau pasca infeksi virus
Virus yang dapat menyebabkan infeksi pada melitis transversa, yaitu Varicella, Herpes
simplex, CMV, HIV, Influenza, Hepatitis, dan Rubella. Pada beberapa kasus, gejala klinis
mielitis transversa merupakan hasil dari rusaknya jaringan saraf yang disebabkan oleh agen
infeksius atau oleh sistem imun, ataupun keduanya. Pada beberapa kasus lainnya, mielitis
transversa disebabkan oleh infeksi mikroba langsung pada SSP. Tiga puluh sampai enam
puluh persen pasien mielitis transversa dilaporkan menderita infeksi dalam 3-8 minggu
sebelumnya dan bukti serologis infeksi akut oleh rubella, campak, infeksi mononucleosis,
influenza, enterovirus, mikoplasma atau hepatitis A, B, dan C. Patogen lainnya yaitu virus
herpes langsung menginfeksi medulla spinalis dan menimbulkan gejala klinis mielitis
transversa.7
b. Autoimun
Mielitis transversa telah dihubungkan dengan penyakit autoimun sistemik seperti SLE.
Beberapa pasien dilaporkan mempunyai vaskulitis spinal fokal yang berhubungan dengan
gejala SLE yang aktif.4
Selain itu, penyebab demielinisasi mielitis transversa termasuk
multiple sclerosis dan neuromyelitis optica. Multiple sclerosis adalah penyakit autoimunsistem saraf pusat dimana sel-T menolak antigen yang tidak dikenal yang membuat inflamasi
dari cascade, demielinisasi dan kehilangan akson. Neuromyelitis optica dipercaya sebagai
suatu penyakit dimana antibodi anti-aquaporin-4 diproduksi oleh aktivasi komplemen sel-B
dan merangsang terjadinya demielinisasi.7
Mielitis transversa komplit sering disebabkan parainfeksi (infeksi yang terjadi saat suatu
organisme masuk ke dalam tubuh dan dimana saat berlangsungnya proses infeksi), dimana
respon imun tubuh menolak organisme yang bersangkutan sehingga mengakibatkan serangan
autoimun terhadap mielin atau antigen lainnya pada medula spinalis. Mekanisme potensial
termasuk molecular mimicry, dimana sel-T atau antibodi dirangsang oleh epitopes (antigen
determinan) yang ditemukan pada agen infeksius yang bereaksi silang dengan antibodi yang
berada di sistem saraf pusat, atau induksi respon super antigen oleh organisme.7
-
8/22/2019 Mielitis Transvers1
11/24
11
c. Komplikasi pasca vaksinasi (antirabies, varisela, pertusis, polio, tetanus)
d. Insufisiensi aliran darah
Beberapa kasus mielitis transversa disebabkan oleh malformasi arteri vena (AVM),
atau penyakit vaskular seperti seperti atherosklerosis yang menyebabkan iskemik, sehingga
menurunkan kadar oksigen pada jaringan medula spinalis. Iskemik dapat disebabkan oleh
perdarahan dalam medula spinalis, pembuluh darah yang sempit atau tersumbat, atau faktor
lainnya.
2.4PatofisiologiSecara anatomi, sistem yang mengurus dan sekaligus melaksanakan gerakan yang
dikendalikan oleh kemauan, terdiri dari upper motorneuron (UMN), lower motorneuron
(LMN), alat penghubung antara unsur saraf dan otot, dan otot skeletal.8
Semua neuron yang menyalurkan impuls motorik secara langsung ke LMN (Lower
Motor Neuron) atau melalui interneuronnya, tergolong dalam kelompok UMN (Upper
Motor Neuron). Berdasarkan perbedaan anatomi dan fisiologi kelompok UMN dibagi dalam
susunan piramidal dan susunan ekstrapiramidal.8
Susunan piramidal terdiri dari neuron-neuron penghuni girus presentralis yang
dinamakan korteks motorik. Melalui aksonnya neuron korteks motorik menghubungi
motor neuron yang membentuk inti motorik saraf cranial dan motor neuron di kornu
anterior medula spinalis. Akson tersebut menyusun jaras kortikobulbar-kortikospinal.
Berkas saraf turun dari korteks motorik ke kawasan kapsula interna mulai dari genu
sampai seluruh kawasan krus posterior. Di tingkat mesensefalon serabut-serabut
berkumpul di 3/5 bagian tengah pedunkulus serebri dan diapit oleh serabut-serabut
frontopontin dari sisi medial dan serabut-serabut parietotemporopontin dari sisi lateral. Di
pons serabut-serabut di atas menduduki pes pontis. Bangunan yang merupakan lanjutan
dari pes pontis mengandung hanya serabut-serabut kortikobulbar dan kortikospinal, yangdikenal sebagai piramis dan merupakan bagian ventral medula oblongata. Sepanjang
batang otak, serabut kortikobulbar meninggalkan kawasannya untuk menyilang garis
tengah dan berakhir secara langsung di motor neuron saraf kranial motorik. Sebagian dari
serabut kortikobulbar berakhir di inti-inti saraf kranial motorik sisi ipsilateral. Di
perbatasan antara medula oblongata dan medula spinalis, serabut kortikospinal sebagian
-
8/22/2019 Mielitis Transvers1
12/24
12
besar menyilang dan membentuk jaras kortikospinal lateral (traktus piramidalis lateralis),
yang berjalan di funikulis posterolateralis kontralateralis dan sebagian lagi tidak menyilang
tetapi melanjutkan perjalanan ke medula spinalis di funikulus ventralis ipsilateral dan
dikenal sebagai jaras kortikospinal ventral atau traktus piramidalis ventral. Kawasan jaras
piramidal lateral dan ventral makin ke kaudal makin kecil karena banyak serabut sudah
mengakhiri perjalanan.8
Susunan ekstrapiramidal terdiri atas komponen-komponen, yakni korpus striatum,
globus palidus, inti-inti talamik, nukleus subtalamikus, substansia nigra, formation
retikularis batang otak, serebelum berikut dengan korteks motorik tambahan, yaitu area 4,
area 6 dan area 8. Komponen-komponen tersebut dihubungkan satu dengan lain oleh
akson masing-masing komponen tersebut. Dengan demikian terdapat lintasan yang
melingkar, yang dikenal dengan sirkuit striatal.8
Neuron-neuron yang menyalurkan impuls motorik pada bagian perjalanan terakhir
ke sel otot skeletal dinamakan lower motor neuron (LMN). LMN menyusun inti-inti saraf
otak motorik dan inti-inti radiks ventralis saraf spinal.8
Tiap lesi medulla spinalis yang merusak daerah jaras kortikospinal lateral menimbulkan
kelumpuhan UMN pada otot-otot bagian tubuh yang terletak di bawah tingkat lesi. Lesi yang
memotong melintang atau medula spinalis pada tingkat servikal, mengakibatkan kelumpuhan
UMN pada otot-otot tubuh yang dibawah tingkat lesi. Lesi tingkat servikal diatas C4 akan
mengakibatkan kelumpuhan UMN pada keempat ekstremitas atau disebut juga tetraparesis
spastik. Bila lesi dibawah tingkat servikal C4 hingga tingkat thorakal Th1, akan mengakibatkan
tetraparesis dengan bagian ekstremitas superior bersifat flaksid dan ekstremitas inferior bersifat
spastik. Lesi transversal yang merusak segmen itu tidak saja memutuskan jaras kortikospinal
lateral, melainkan ikut memotong segenap lintasan asendens dan desendens lain. Di samping itu
kelompok motor neuron yang berada di dalam segmen medula spinalis ikut terusak. Pada tingkat
lesi kelumpuhan bersifat LMN. Akibat ikut terputusnya lintasan somatosensorik dan lintasan
autonom neurovegetatif asendens dan desendens, maka dari tingkat lesi ke bawah, penderita
kuadriplegia, tidak dapat merasakan perasaan apapun, tidak bisa buang air besar dan kecil dan
tidak memperlihatkan reaksi neurovegetatif.9
Lesi transversal yang memotong medulla spinalis pada tingkat torakal atau tingkat lumbal
atas, mengakibatkan kelumpuhan, yang pada dasarnya serupa yaitu pada tingkat lesi terjadi
-
8/22/2019 Mielitis Transvers1
13/24
13
kelumpuhan LMN dan dibawah tingkat lesi terdapat kelumpuhan UMN. Kelumpuhan LMN di
tingkat lesi mengenai kelompok otot yang merupakan sebagian kecil dari otot-otot di daerah
toraks atau abdomen yang peranannya tidak begitu menonjol, maka kelumpuhan LMN di tingkat
lesi tidak begitu jelas seperti pada kelumpuhan yang melibatkan anggota gerak. Lesi tingkat
thorakal dibawah Th1 akan mengakibatkan kelumpuhan UMN pada kedua ekstremitas bawah
disebut juga paresis inferior spastik Tingkat lesi medula spinalis di tingkat torakal dan lumbal
atas ini mudah terungkap oleh batas defisit sensorik. Tanda UMN satu-satunya yang dapat
dibangkitkan pada otot abdomen ialah hipertonia. Tonus otot abdominal meningkat maka refleks
otot dinding perut meninggi.9
Lesi di segmen-segmen lumbal bawah dan sacral merusak motorneuron-motorneuron
berikut dengan terminalia serabut saraf kortikospinal, sehingga kelumpuhan kedua tungkai akibat
lesi itu bersifat LMN.9
2.5Manifestasi KlinisMenurut perjalanan klinis antar awitan hingga munculnya gejala klinis mielitis dibedakan
menjadi akut, subakut dan kronis. Akut bila gejala berkembang dengan cepat dan mencapai
puncaknya dalam tempo beberapa hari. Subakut, jika perjalanan berkembang dalam waktu 2
sampai 6 minggu. Kronis bila perjalanan berkembang dalam waktu lebih dari 6 minggu.2
Mielitis transversa dapat timbul berdiri sendiri atau bersama-sama dengan penyakit lain.Mielitis transversa dikatakan akut bila tanda dan gejala berkembang dalam hitungan jam sampai
beberapa hari, sedangkan subakut gejala klinis berkembang lebih dari 12 minggu.2,5
Pada pasca infeksi dan pasca vaksinasi, defisit neurologis timbul setelah beberapa hari
menderita infeksi tersebut. Pada awalnya dapat ditemukan adanya demam, malaise dan mialgia.
Diagnosis pada penderita ditandai dengan karakteristik secara klinis yaitu berkembangnya tanda
dan gejala dari disfungsi neurologi pada saraf motorik, sensoris, otonom dan traktus saraf di
medula spinalis, baik akut maupun subakut. Inflamasi di dalam medula spinalis memutus jaras-
jaras ini dan menyebabkan timbulnya gejala umum dari mielitis transversalis2,5
.
Kelemahan digambarkan sebagai paraparesis yang berlangsung progresif cepat, dimulai
dari tungkai dan sebagai tambahan dapat juga diikuti keterlibatan lengan. Kelemahan mungkin
yang pertama dicatat dengan adanya tanda gambaran keterlibatan traktus piramidal yang
berlangsung perlahan-lahan pada minggu kedua setelah sakit.2,5
-
8/22/2019 Mielitis Transvers1
14/24
14
Keterlibatan level sensoris dapat ditemukan hampir pada semua kasus. Nyeri dapat
timbul pada punggung, ekstremitas atau perut. Parastesia merupakan tanda awal yang paling
umum mielitis transversa pada orang dewasa dan tidak pada anak-anak. Sensasi berkurang di
bawah level keterlibatan medula spinalis pada sebagian besar pasien, begitu pula nyeri dan
suhu2,5
.
Gejala otonom bervariasi terdiri dari peningkatan urgensi, inkontinesia urin dan alvi,
pengosongan yang tidak sempurna atau konstipasi perut. Gejala yang juga sering didapatkan
sebagai akibat keterlibatan sistem saraf sensoris dan otonom adanya disfungsi seksual. Lebih dari
80% pasien mendapatkan tanda klinis pada tingkat yang paling parah dalam 10 hari sesudah
onset, walaupun perburukan fungsi neurologis bervariasi dan berlangsung progresif, biasanya
berlangsung dalam 4-21 hari.2,5
Perjalanan penyakit yang akut serta lesi transversal ini sering menunjukkan fase syok
spinal. Setelah fase syok berlalu (3-6 minggu) akan dijumpai paralisis spastik.5
2.6DiagnosisKriteria diagnostik untuk mielitis transversalis akut idiopatik, yaitu harus memenuhi
semua kriteria inklusi dan tidak ada satupun kriteria eksklusi. Sedangkan, diagnosis yang
berhubungan dengan penyakit lain harus memenuhi semua kriteria inklusi dan memiliki
manifestasi klinis dari penyakit yang dicantumkan di kriteria ekslusi.10,11
-
8/22/2019 Mielitis Transvers1
15/24
15
Table 1. Kriteria Diagnosis MT
(fromwww.thieme-connect.com/ejournals/html/sin/doi/10.1055/s-2007-1019132)
Pemeriksaan Penunjang
Punksi LumbalPunksi lumbal merupakan pemeriksaan yang harus dilakukan untuk membedakan
mielopati karena inflamasi ataupun non-inflamasi. Pemeriksaan rutin LCS (hitung sel, jenis,
protein, dan glukosa) dan sitologi LCS harus diperiksa. Punksi lumbal biasanya tidak
didapatkan blokade aliran LCS, terdapat pleiositosis moderat (antara 20-200 sel/mm3),
terutama jenis limfosit, protein sedikit meninggi (50-120 mg/100ml) dan kadar glukosa
normal.2,10
Manifestasi klinis seperti demam, meningismus, rash, infeksi sistemik yang terjadi
bersamaan/concurrent (pneumonia atau diare), status immunocompromise (AIDS atau
penggunaan obat-obat immunosuppresan), infeksi genital berulang, sensasi terbakar radikuler
dengan atau tanpa vesikel, sugestif untuk radikulitis zoster, atau adenopati sugestif untuk
etiologi infeksi dari mielitis transversa akut. Pada kasus seperti ini, kultur bakteri dan virus
http://www.thieme-connect.com/ejournals/html/sin/doi/10.1055/s-2007-1019132http://www.thieme-connect.com/ejournals/html/sin/doi/10.1055/s-2007-1019132http://www.thieme-connect.com/ejournals/html/sin/doi/10.1055/s-2007-1019132http://www.thieme-connect.com/ejournals/html/sin/doi/10.1055/s-2007-1019132 -
8/22/2019 Mielitis Transvers1
16/24
16
dari LCS, PCR (Polymerase Chain Reaction), dan pemeriksaan titer antibodi harus
dilakukan, misalnya CD4 untuk HIV, PCR Varicella.10,11
MRIEvaluasi awal untuk pasien mielopati harus dapat menentukan apakah ada penyebab
struktural, seperti HNP, fraktur vertebra patologis, metastasis tumor, atau spondilolistesis
atau tidak ada kelainan. Idealnya, MRI dengan kontras gadolinium harus dilakukan dalam
beberapa jam setelah penampakan gejala.10
Pemeriksaan LainnyaManifestasi klinis lainnya dapat mengarahkan diagnosis untuk penyakit inflamasi
sistemik seperti sindrom sjogren, sindrom antifosfolipid, SLE, sarkoidosis, atau penyakit
jaringan ikat campuran. Pada kondisi seperti ini, pemeriksaan yang harus dilakukan yaitu
ANA (Anti Nuclear Antibody) untuk membantu diagnose penyakit autoimun, ACE
(Angiotensin Converting Enzym) level untuk membantu diagnosa sarkoidosis, anti ds-DNA
sebagai antibody spesifik untuk SLE, SS-A (Ro) dan SS-B (La) untuk sindrom sjorgen, ACA
(Anti Cardiolipin Antibody) untuk membantu diagnose sindrom antifosfolipid.10
Tabel 2. Tes Diagnostik untuk Mielitis TransversalisKemungkinan Penyebab Pemeriksaan Penunjang
Infeksi Serologi darah; kultur, serologi, dan PCR LCS;
Foto Thorax dan pemeriksaan imaging lainnya
dengan indikasi
Autoimun Sistemik atau Penyakit
Inflamasi
Pemeriksaan Fisik; pemeriksaan serologi; Foto
Thorax dan Sendi; pemeriksaan imaging lainnya
dengan indikasi
Paraneoplastik Foto Thorax, CT scan, PET; antibody
paraneoplastik serum dan LCSAcquired CNS Demyelinating
Disease (sklerosis multiple, optic
neuromyelitis)
MRI otak dengan kontras gadolinium; LCS
rutin; pemeriksaan visual evoked potential;
serum NMO-IgG
Post infeksi atau post vaksinasi Anamnesis riwayat infeksi dan vaksinasi
sebelumnya; konfirmasi serologi adanya infeksi;
eksklusi penyebab lain
-
8/22/2019 Mielitis Transvers1
17/24
17
Bagan 1. Alur Diagnostik untuk Mielitis Transversalis Akut(fromwww.thieme-connect.com/ejournals/html/sin/doi/10.1055/s-2007-1019132)
http://www.thieme-connect.com/ejournals/html/sin/doi/10.1055/s-2007-1019132http://www.thieme-connect.com/ejournals/html/sin/doi/10.1055/s-2007-1019132http://www.thieme-connect.com/ejournals/html/sin/doi/10.1055/s-2007-1019132http://www.thieme-connect.com/ejournals/html/sin/doi/10.1055/s-2007-1019132 -
8/22/2019 Mielitis Transvers1
18/24
18
2.7Diagnosis BandingDiagnosis banding dari mielitis transversa berdasarkan penyebab :
Inflamasi Non-Inflamasi
Kompresi
Osteofit Diskus Metastasis Trauma Tumor
Penyakit Demielinisasi
Sklerosis multiple Optik neuromyelitis Ensefalomielitis diseminata akut Mielitis transversalis akut idiopatik
Infeksi
Virus: coxsackie, mumps, varicella,CMV
Tuberculosis Mikoplasma
Sindrom Paraneolastik Penyakit inflamasi Lupus eritematosus sistemik Neurosarkoidosis
Diagnosis banding dengan penyakit lain :
-Sindrom Guillain BarreGejala neurologik kadang-kadang tampak seperti penyakit flu ringan dan penyakit ini
dikenal sebagai polineuritis infeksi akut. Gejala motorik biasanya timbul lebih awal
daripada gangguan sensorik. Biasanya terdapat gangguan sensasi perifer dengan distribusisarung tangan dan kaos kaki, tetapi kadang-kadang gangguan tampak segmental. Otot-otot
proksimal dan distal terganggu. Refleks tendon menghilang. Nyeri bahu dan punggung
biasanya ditemukan. Otot fasial dan ocular kadang terganggu. Perluasan dan kelemahan
otot-otot batang tubuh menuju toraks akan mengganggu pernapasan. Pada cairan
serebrospinal dijumpai kelebihan protein (sampai 20 gr/L), tapi selnya sedikit (disosiasi
sitoalbumin).12
-Paralisis PeriodikPeriodik paralisis merupakan kelainan pada membran yang sekarang ini dikenal sebagai
salah satu kelompok kelainan penyakit chanellopathies pada otot skeletal. Gejala yang
timbul adalah kelumpuhan keempat anggota gerak yang bersifat LMN, mutlak motorik dan
sepintas lalu serta timbul berkala, dianggap sebagai kelumpuhan miogenik. Secara klinis
-
8/22/2019 Mielitis Transvers1
19/24
19
terbukti mempunyai hubungan erat dengan ion kalium. Dikenal 3 macam paralisis periodik,
yaitu hipokalemik familial, hiperkalemik familial, dan yang ketiga normokalemik.
Perbedaan berdasarkan kadar kalium dalam serum. Pada jenis hipokalemik, paralisis
bangkit biasanya setelah bekerja, setelah makan makanan tinggi karbohidrat atau pada
iklim dingin. Paralisis dapat berlangsung beberapa jam sampai ada kalanya 2 hingga 3 hari.
Kadar kalium di dalam serum di bawah 3 mEq/L dengan balans kalium positif. Pada jenis
hiperkalemik, kelumpuhan keempat anggota gerak bangkit selalu setelah bekerja. Sebagian
disertai serangan miotonia dan sebagian tidak. Paralisis tidak berlangsung lama dan kadar
kalium serum lebih dari 4,2 mEq/l. Jenis normokalemik dapat menyerupai hipokalemik,
tetapi berlangsung lama sekali dan sering bersifat total.13
2.8PenatalaksanaanA. Terapi Kausatif
Tujuan terapi selama fase akut mielitis adalah untuk menghambat progresivitas dan
menginisiasi resolusi lesi spinal yang terinflamasi sehingga dapat mempercepat perbaikan
secara klinis. Kortikosteroid merupakan terapi lini pertama. Pemberian kortikosteroid
biasanya diberikan pada penderita yang datang dengan gejala awitan sedang berlangsung
dalam waktu 10 hari pertama atau bila terjadi progresivitas defisit neurologis. Sekitar 50-
70% pasien mengalami perbaikan parsial atau komplit. Regimen intravena dosis tinggi(1000 mg metilprednisolon setiap hari, biasanya selama 3-5 hari) diberikan kepada pasien.
Regimen oral dapat digunakan pada kasus pasien mielitis episode ringan yang tidak perlu
dirawat inap. Kortikosteroid diberikan dalam bentuk prednisolon oral 1mg/kgbb/hari sebagai
dosis tunggal selama 2 minggu, lalu secara bertahap dan dihentikan setelah 7 hari. Efek yang
tidak diinginkan pada terapi kortikosteroid yaitu gejala gastrointestinal, insomnia, nyeri
kepala, kecemasan, hipertensi, manik, hiperglikemia, dan gangguan elektrolit.2,14
.
IVIG (Intra Venous Immuno Globulin) diberikan sebagai terapi pengganti protein
plasma (IgG) pada pasien dengan defisiensi sistem imun dengan penurunan produksi
antobodi. Biasanya terapi diberikan setiap 3 sampai 4 minggu, dengan dosis tinggi
(umumnya 1-2 gram IVIG per kgBB. IVIG bertujuan untuk menekan inflamasi yang
seharusnya tidak terjadi.15
-
8/22/2019 Mielitis Transvers1
20/24
20
Terapi dengan plasma exchange bermanfaat pada pasien yang tidak respon dengan
pemberian kortikosteroid. Hipotensi, gangguan elektrolit, koagulopati, trombositopenia,
thrombosis yang berhubungan dengan pemasangan kateter, dan infeksi merupakan
komplikasi dari tindakan ini.Plasmapharesis berguna pada pasien yang masih memiliki sisa
fungsi sensorimotor saat pertama kali serangan, tetapi pada pasien yang kehilangan fungsi
sensorimotor mengalami perbaikan hanya ketika diterapi dengan siklofosfamid dan
plasmapharesis. Pada pasien demielinisasi, imunomodulator long-acting atau terapi
imunosupressan menunjukkan pengurangan risiko serangan berulang14
.
B. Terapi Simtomatik
- Respirasi
Mielitis transversalis dapat menyebabkan gagal nafas apabila medulla spinalis
servikal atas dan batang otak telah terlibat. Intubasi dengan ventilasi mekanik diperlukan
pada beberapa pasien. Disartria, disfagia, atau penurunan fungsi lidah atau refleks muntah
memerlukan pemeriksaan fungsi menelan untuk menentukan apakah pemakaianfeeding tube
diperlukan.14
- Tonus AbnormalMielitis yang berat menyebabkan hipotonia pada fase akut (spinal shock), tetapi
biasanya diikuti dengan peningkatan resistensi terhadap pergerakan (spastisitas tonus),
bersama dengan spasme otot involunter (spastisitas fasik). Spastisitas merupakan respon
adaptif, tetapi jika berlebihan, nyeri atau intrusive, memerlukan terapi dengan fisioterapi atau
obat-obatan. Penelitian controlled trials meneliti bahwa baclofen, tizanidine, dan
benzodiazepin sebagai terapi untuk pasien dengan spastisitas akibat gangguan otak dan korda
spinalis.Baclofen, derivate neurotransmitter GABA, dengan dosis awal 5 mg, 3 kali sehari,
setelah 3 hari meningkat menjadi 10 mg. Tizanidin merupakan senyawa derivate imidazolin.
Cara kerjanya ialah menghambat sistem eksitasi neuronal pada kelompok interneuron
polisinaptik di kornu posterior dan anterior medula spinalis14
-Nyeri
-
8/22/2019 Mielitis Transvers1
21/24
21
Nyeri merupakan manifestasi yang sering muncul selama dan setelah serangan mielitis
dan dapat disebabkan oleh injuri langsung pada saraf (nyeri neuropatik), faktor ortopedik
(nyeri akibat perubahan posisi atau bursitis), spastisitas, atau kombinasi dari beberapa faktor
ini. Nyeri neuropatik merespon baik dengan agen antikonvulsan, obat-obatan anti-depressan
(tricyclic antidepressants dan reuptake inhibitors of serotonin dan norepinefrin), NSAIDS,
dan narkotik. Gejala seringkali ditangani dengan terapi gabapentin (agen antikonvulsan baru)
dengan dosis 600 mg per oral 3x/hari, nortriptylin (anti depresan trisiklik) mulai dengan 25
mg/hari po dinaikkan perlahan sampai 150 mg/hari atau tramadol (agonis parsial opioid)
dengan dosis hingga 400 mg/hari terbagi menjadi 4 dosis.14
- Disfungsi Usus dan GenitourinariPemasangan kateter biasanya diperlukan selama mielitis transversalis pada fase akut
karena retensi urin. Setelah fase akut, hiperrefleksia detrusor biasanya muncul dengan ciri-
ciri frekuensi berkemih yang sering, inkontinensia, dan persepsi spasme kandung kemih.
Gejala ini biasanya berkurang dengan pemberian antikolinergik (oxybutinin dan tolterodin).
Pemeriksaan ultrasonografi untuk memeriksa volume urin yang tersisa setelah miksi berguna
untuk menyingkirkan retensi urin, tetapi studi urodinamis mungkin diperlukan untuk menilai
disfungsi urin. Obat yang menghambat reseptor 1-adrenergik, yaitu tamsulosin dapat
membantu relaksasi sfingter urin dan pengosongan urin pada pasien dengan hiperaktivitas
sfingter, tetapi beberapa pasien memerlukan kateterisasi intermitten untuk mengosongkan
kandung kemih.14
Pada fase akut mielitis transversalis, disfungsi usus dicirikan dengan konstipasi dan
risiko impaksi, kesulitan mengosongkan usus, dan pada beberapa kasus inkontinensia yang
biasanya disebabkan gangguan pemrograman usus untuk mengurangi konstipasi dan kontrol
waktu defekasi.14
Disfungsi seksual merupakan konsekuensi yang sering dari myelitis transversalis.
Manifestasinya yaitu berkurangnya sensasi genital, nyeri, dan berkurangnya kemampuan
untuk orgasme, atau anorgasmia. Untuk peningkatan fungsi dapat diberikan terapi sildenafil
50-100 mg per hari sebelum melakukan aktivitas seksual. Penggunaan terus menerus
sebaiknya dilakukan screening osteoporosis dengan penilaian densitometri tulang diikuti
-
8/22/2019 Mielitis Transvers1
22/24
22
dengan terapi Ca2+
1000mg/hari dengan vitamin D 400 IU/hari dan pertimbangan terapi
bifosfat untuk mengurang resiko fraktur patologis.4
-
8/22/2019 Mielitis Transvers1
23/24
23
BAB III
Penutup
Mielitis transversa (MT) adalah suatu proses inflamasi yang mengenai potongan
melintang substansia alba dan grisea di medula spinalis, dengan karakteristik klinis adanya
perkembangan baik akut atau sub akut dari tanda dan gejala disfungsi neurologis pada saraf
motorik, sensorik dan otonom dan traktus saraf di medula spinalis. Mielitis transversa merupakan
penyakit yang jarang dengan insidensi 1-4 kasus baru per 1 juta penduduk per tahun dan dapat
mengenai usia berapapun. Mielitis transversa dapat disebabkan oleh berbagai macam hal seperti
autoimun, para infeksi dan lain sebagainya. Pada dasarnya manifestasi yang timbul yaitu pada
tingkat lesi terjadi kelumpuhan LMN dan dibawah tingkat lesi terdapat kelumpuhan UMN.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, seperti MRI
untuk melihat tinggi lesi. Tujuan terapi selama fase akut mielitis adalah untuk menghambat
progresivitas dan menginisiasi resolusi lesi spinal yang terinflamasi sehingga dapat mempercepat
perbaikan secara klinis, dengan kortikosteroid sebagai terapi lini pertama. Selain itu, terapi juga
berdasarkan kondisi yang pasien alami.
-
8/22/2019 Mielitis Transvers1
24/24
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Ropper AH, Samuels MA. Disease of the Spinal Cord. Adams and Victors principles ofneurology. 9
thed. USA : The McGraw-Hill Companies; 2009.1191-2.
2. Hadinoto S. Mielitis. Dalam : Harsono, penyunting. Kapita Selekta Neurologi Edisikedua. Yogyakarta: Gajah Mada University Press; 2009.183-93.
3. Pathophysiology myelitis transverse. BMJ Evidence Centre. 2011. [14 May 2012]. Citedfrom www.ninds.nih.gov/disorders/transversemyelitis/detail_transversemyelitis.htm
4. Kerr D. Current Therapy in Neurologic Disease: Transverse Myelitis. 6th ed.5. Tapiheru LA, Sinurat PPO, Rintawan K. 2007. Laporan Kasus: Myelitis Transversalis.
Majalah Kedokteran Nusantara 2007;40;e235.
6. DeGroot J. Sumsum tulang belakang. Dalam : munandar A, penyunting.. NeuroanatomiKorelatif. Jakarta : EGC; 1997.29-39.
7. Pathophysiology myelitis transverse. BMJ Evidence Centre. 2011. [14 May 2012]. Citedfromhttp://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/1061/basics/pathophysiology.ht
ml
8. Mardjono M, Sidharta P. Susunan neuromuskular. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: DianRakyat; 2006.1-7.
9. Mardjono M, Sidharta P. Tetraplegia dan paraplegia akibat lesi di medulla spinalis.Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2006.35-7.
10.Transverse Myelitis Consortium Working Group. Proposed Diagnostik Kriteria andNosology of Acute Transverse Myelitis. Neurology 2002; 59; 499-5
11.Jacob A, Weinshenker BG. An Approach to the Diagnosis of Acute Transverse Myelitis.Semin Liver Dis 2008; 1; 105-120.
12.Margono. Asnawi C. Neuropati. Dalam : Harsono, penyunting. Kapita Selekta NeurologiEdisi kedua. Yogyakarta: Gajah Mada University Press; 2009.293.
13.Mardjono M, Sidharta P. Periodik paralisis. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: DianRakyat; 2006.58-9.
14.Frohman EM, Wingerchuk DM. Transverse Myelitis. The New England Journal ofMedicine 2010. [15 May 2012]. Cited from
www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMcp1001112.
http://www.ninds.nih.gov/disorders/transversemyelitis/detail_transversemyelitis.htmhttp://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/1061/basics/pathophysiology.htmlhttp://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/1061/basics/pathophysiology.htmlhttp://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMcp1001112http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMcp1001112http://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/1061/basics/pathophysiology.htmlhttp://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/1061/basics/pathophysiology.htmlhttp://www.ninds.nih.gov/disorders/transversemyelitis/detail_transversemyelitis.htm