Micro Finance
-
Upload
aldy-mochammad-faiz-raksayudha -
Category
Documents
-
view
79 -
download
5
description
Transcript of Micro Finance
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini perekonomian di Indonesia di hadapkan pada perekonomian
global dan liberalisasi yang terwujud pada perdagangan bebas Krisis finansial
global ini menjadi sebuah momentum tersendiri bagi perkembangan ekonomi
Islam. Karena sistem ekonomi islam ini sudah lama memberikan sebuah usulan
alternatif mengenai tatanan perekonomian dunia yang lebih baik. Sehingga
gelombang krisis bisa di tahan dan diredam, yang sebagian ekonom
mengganggap bersifat endogen pada sistem ekonomi kapitalisme itu sendiri (A.
Prasetyantoko, 2008). Dimana sistem ekonomi kapitalis tengah berlangsung
disebagian Negara-negara di dunia.Krisis ini memperkuat kembali eksistensi dan
urgensi penerapan ekonomi Islam bagi perekonomian dunia.
Ekonomi Islam bukanlah hal baru yang ada di perekonomian domestic
maupun internasional.Sistem ekonomi islam akan tenggelam dan tidak terjadi
perkembangan pemikiran dikarenakan konstelasi peradaban dunia yang akhir-
akhir ini di kuasai oleh pemikiran barat. Bahkan ada beberapa ahli yang
menyebutkan bahwa ekonomi Islam datang dari kevakuman sehingga bersifat
ahistoris (Hoetoro, 2008). Dari penjelasan di atas dapat di ketahui bahewa
ekonomi islam sudah selayaknya diterapkan di Indonesia yang mayoritas
penduduknya beragama islam. Ekonomi islam selain bisa bertahan saat krisis
ekonomi yang melanda negeri juga mensejahterakan seluruh umat manusia.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Micro Finance atau
keuangan mikro.
2. Mahasiswa dapat mengetahui contoh lembaga keuangan mikro.
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembiayaan Syariah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keuangan Mikro
Istilah “microfinance” dimaknai sebagai bentuk pelayanan jasa keuangan,
kredit, mobilisasi dana, dan pelayanan produk kepada masyarakat yang
berpenghasilan rendah. Microfinance adalah microenterprise finance atau
keuangan untuk usaha mikro (Bambang Ismawan). Sementara Muchtar Abbas
menyebutkan, microfinance adalah keuangan, pembiayaan, atau modal bagi usaha
mikro yang dikelola oleh rakyat miskin. Istilah “microcredit” berarti pelayanan
kredit dengan jumlah relatif kecil kepada nasabah (perorangan atau kelompok).
Sedangkan “microbanking” mengarah kepada kalangan perbankan yang dalam
kiprah operasionalnya lebih banyak mengarah ke microfinance dan microcredit.
Target group pelayanan keuangan mikro adalah orang-orang miskin yang
terbagi ke dalam 3 strata, yaitu kelompok yang sangat miskin (the poorest),
kelompok miskin namun aktif secara ekonomi (economically active poor), dan
kelompok berpenghasilan rendah. Saat ini muncul kecenderungan, bahwa
pelayanan keuangan dengan pendekatan kredit komersial dapat diberikan kepada
kelompok miskin yang aktif secara ekonomi dan yang berpenghasilan rendah.
Sedangkan untuk kelompok yang sangat miskin paling jauh dapat dilayani dengan
kredit non komersial. Perlu ditambahkan, dewasa ini microcredit menjadi salah
satu unsur yang sangat berpengaruh dalam dinamika wacana dan kegiatan
pengembangan masyarakat (community development).
2.2 Lembaga Keuangan Mikro
Menurut Microcredit Summit (1997) dalam Ashari (2006:147)
mengemukakan definisikredit mikro yaitu “Programmes extend small loans to
very poor for self-employment projects that generate income, allowing them to
care for themselves and their families” atau “Program pemberian kredit
berjumlah kecilkepada warga miskin untuk membiayai kegiatan produktif yang
dia kerjakansendiri agar menghasilkan pendapatan, yang memungkinkan mereka
peduliterhadap diri sendiri dan keluarganya.”Sementara menurut Paket
Kebijaksanaan (1993) dalam buku Totok Budisantoso (2005: 121) menyatakan
bahwa “Kredit untuk usaha kecil adalah kredit yang diberikan kepada nasabah
usaha kecil dengan plafon kredit maksimum Rp250 juta untuk membiayai usaha
produktif”.Sedangkan pengertian kredit untuk usaha mikro adalah “Kredit yang
diberikan kepada nasabah usaha kecil dengan plafon kredit sampai dengan Rp25
juta”. Meskipun terdapat perbedaan, tapi kedua pernyataan di atas mempunyai
persamaan bahwa kredit mikro diberikan bagi pengusaha kecil dan mikro dengan
plafon kredit yang berbeda untuk membiayai kegiatan usaha yang produktif.
Usaha dikatakan produktifapabila usaha tersebut dapat memberikan nilai tambah
dalam menghasilkan barang dan jasa serta pendapatan mereka.
Kredit mikro ini disalurkan melalui lembaga keuangan yang umumnya disebut
dengan Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Mandala Manurung dan Prathama
Rahardja (2004: 124) menyatakan bahwa “LKM adalah lembaga keuangan yang
memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat berpenghasilan rendah dan miskin
serta para pengusaha kecil”.Sementara itu menurut ahli lain, “LKM didefinisikan
sebagai penyedia jasa keuangan bagi pengusaha kecil dan mikro serta berfungsi
sebagai alat pembangunan bagi masyarakat pedesaan” (Soetanto Hadinoto, 2005:
72). Menurut Direktorat Pembiayaan (Deptan), (2004) dalam Ashari (2006:
148),dinyatakan bahwa “LKM dikembangkan berdasarkan semangat untuk
membantu dan memfasilitasi masyarakat miskin baik untuk kegiatan konsumtif
maupun produktif keluarga miskin tersebut”.
Walaupun terdapat banyak definisi LKM, terdapat tiga elemen penting dari
berbagai definisi tersebut, yaitu:
1. Menyediakan beragam jenis pelayanan keuangan
Keuangan mikro dalam pengalaman masyarakat tradisional Indonesia seperti
lumbung desa, lumbung pitih nagari dan sebagainya menyediakan pelayanan
keuangan yang beragam seperti tabungan, pinjaman, pembayaran, deposito
maupun asuransi.
2. Melayani rakyat miskin
Keuangan mikro hidup dan berkembang pada awalnya memang untuk
melayani rakyat yang terpinggirkan oleh sistem keuangan formal yang ada
sehingga memiliki karakteristik konstituen yang khas.
3. Menggunakan prosedur dan mekanisme yang kontekstual dan fleksibel
Hal ini merupakan konsekuensi dari kelompok masyarakat yang dilayani,
sehingga prosedur dan mekanisme yang dikembangkan untuk keuangan
mikro akan selalu kontekstual dan fleksibel.
2.3 Baitul Maal Wattamwil (BMT)
2.3.1 Pengertian BMT
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) atau Balai Usaha Mandiri Terpadu,
adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi
hasil, menumbuh kembangkan derajat dan martabat serta membela
kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal
dari tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan pada system
ekonomi yang salaam.
2.3.2 Asas dan Prinsip Dasar
Prinsip dasar BMT, adalah:
1. Ahsan (mutu hasil terbaik), thayyiban (terindah), ahsanu
’amala(memuaskan semua pihak), dan sesuai dengan nilai-nilai salaam:
keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan.
2. Barokah, artinya berdaya guna, berhasil guna, adanya penguatan
jaringan, transparan(keterbukaan), dan bertangggung jawab sepenuhnya
kepada masyarakat.
3. Spiritual communication (penguatan nilai ruhiyah)
4. Demokratis, partisipatif, dan inklusif.
5. Keadilan social dan kesetaraan jender, non-diskriminatif
6. Ramah lingkungan
7. Peka dan bijak terhadap pengetahuan dan budaya local, serta
keanekaragaman budaya.
8. Keberlanjutan, memberdayakan masyarat dengan meningkatkan
kemampuan diri dan lembaga masyarakat lokal.
2.3.3 Sifat, Peran, dan Fungsi
BMT bersifat terbuka, independen, tidak partisan, berorientasi pada
pengembangan tabungan dan pembiayaan untuk mendukung bisnis ekonomi
yang produktif bagi anggota dan kesejahteraan social masyarakat sekitar,
terutama usaha mikro dan fakir miskin.
Peran BMT di masyarakat sebagai berikut :
1. Motor penggerak ekonomi dan social masyarakat banyak
2. Ujung tombak pelaksanaan system ekonomi syariah
3. Penghubung antara kaum aghnia (kaya) dan kaum dhu’afa (miskin)
4. Sarana pendidikan informal untuk mewujudkan prinsip hidup yang
barakah, ahsanu ‘amaia dan salaam melalui spiritual communication
dengan dzikir qalbiyah ilahiah.
2.3.4 Fungsi BMT di masayarakat
1. Meningkatkan kualitas SDM anggota, pengurus, dan pengelola menjadi
lebih professional, salaam, dan amanah sehingga semakin utuh dan
tangguh dalam berjuang dan berusaha menghadapi tantangan global.
2. Mengorganisir dan memobilisasi dana sehingga dana yang dimiliki oleh
masyarakat dapat termanfaatkan secara optimal di dalam dan luar
organisasi untuk kepentingan rakyat banyak.
3. Mengembangkan kesempatan kerja.
4. Mengukuhkan dan meningkatkan kualitas usaha dan pasar produk-
produk anggota
5. Memperkuat dan meningkatkan kualitas lembaga-lembaga ekonomi dan
sosial rakyat banyak.
2.3.5 Pendirian BMT
BMT dapat didirikan oleh :
1. Sekurang-kurangnya 20 orang.
2. Satu pendiri dengan lainnya sebaiknya tidak memiliki hubungan
keluarga vertical dan horizontal satu kali.
3. Sekurang-kurangnya 70% anggota pendiri bertempat tinggal di sekitar
daerah kerja BMT.
4. Pendiri dapat bertambah dalam tahun-tahun kemudian jika disepakati
oleh rapat para pendiri.
2.3.6 Mekanisme kerja BMT
Cara kerja BMT adalah sebagai berikut :
1. Pendamping atau beberapa pemrakarsa yang mengetahui tentang BMT,
menyampaikan dan menjelaskan idea tau gagasan ini kepada rekan-
rekannya sebagai upaya untuk menarik beberapa orang sebagai
pemrakarsa awal hingga mencapai lebih dari 20 orang.
2. Dua puluh orang atau lebih tersebut kemudian menyepakati pendirian
BMT di desa, kecamatan, pasar, atau masjid dan bersepakat
mengumpulkan modal awal pendirian BMT.
3. Modal awal kemudian ditentukan sesuai dengan kesepakata bersama
(tidak harus sama jumlahnya antara pemrakarsa, hingga mencapai
jumlah yang telah ditentukan untuk pendirian sebuah BMT).
4. Pemrakarsa membuat rapat untuk memilih pengurus BMT.
5. Pengurus BMT kemudian merapatkan dan merekrut pengelola/
manajemen BMT dari lingkungan tersebut yang memiliki sifat sidiq,
amanah, fathanah dan benar-benar menguasai visi, misi, tujuan dan
usaha-usaha BMT, serta memiliki keinginan keras dan dengan sepenuh
hati untuk mengembangkan BMT.
6. Penggurus BMT menghubungi PINBUK setempat untuk memberikan
pelatihan kepada calon pengelola/manajemen BMT tersebut(umumnya 2
minggu pelatihan dan magang).
7. Pengelola yang telah diberi pelatihan kemudian membuka kantor dan
menjalankan BMT, dengan giat menggalakan simpanan masyarakat dan
memberikan pembiayaan pada usaha mikro dan kecil di sekitarnya.
8. Pembiayaan pada usaha mikro dilakukan dengan menerapkan system
bagi hasil yang disampaikan sesuai dengan akad yang telah disepakati.
9. Hasil dari bagi hasil ini kemudian digunakan oleh para pengelola untuk
membayar honor para pengelola dan membayar kegiatan operasional
BMT.
10. Hasil dari bagi hasil juga digunakan untuk membayar bagi hasil kepada
penyimpanan data, diupayakan agar nilai bagi hasil yang diperoleh para
penyimpan dana bias lebih besar dari bunga bank konvensional.
2.4 Contoh Kasus (BMT Mitra Amanah)
Berdirinya Baitul Tamwil (BMT Mitra Amanah) berdiri tanggal 29 September
2009 dengan pemerkasa oleh pengurus Laz Yaumil di Kompleks PT. Badak
NGL Bontang Kalimantan Timur, berawal dari dana iuran anggota dan dana Infak
dari Laz Yaumil untuk program-program pembiayaan usaha mikro dan usaha
kecil dengan modal awal 150 juta . Dengan dana awal tersebut BMT Mitra
Amanah bisa melaksanakan kegiatan dan mengawali operasional dengan tenaga 2
orang. Dan pada Bulan Sempember tahun 2009 BMT Mitra Amanah dikukuhkan
oleh Dinas PRINDAKOP Kota Bontang. Dalam pengembangannya, BMT Mitra
Amanah tidak hanya melakukan berbagai jenis pembiayaan. Berikut pembiayaan
yang dilakukan oleh BMT Mitra Amanah :
1. Pembiayaan Jual Beli (Murabahah)
Pembiayaan ini merupakan pembiayaan yang diberikan oleh BMT Mitra
Amanah Syariah Barokah Dana Sejahtera kepada nasabah dengan prinsip
jual beli. BMT bertindak sebagai penjual sedangkan nasabah sebahai
pembeli. Harga jual bank dari pemasok ditambah keuntungan yang
disepakati BMT dan nasabah, barang diserahkan setelah akad jual beli dan
pembayaran bisa dilakukan secara angsuran atau sekaligus.
2. Pembiayaan Bermitra (Musyarakah)
Merupakan pembiayaan yang diberikan kepada nasabah yang telah
menjalankan usaha dan berniat untuk mengembangkannya namun masih
kekurangan dana. Pembiayaan ini didasarkan atas prinsip bagi hasil,
sedangkan nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan perjanjian kedua
belah pihak.
3. Pembiayaan Kebajikan (Qurdhu Hasan)
Merupakan pembiayaan yang diberikan sebagai pinjaman talangan
pinjaman tunai kepada pengusaha kecil.
4. Pembiayaan Kelompok Tanggung Renteng
Pembiayaan ini adalah pembiayaan diperuntukan kepada pedagang mikro
dengan kelompok kelipatan 5 sampai dengan maksimal 25 orang.
Pembiayaan ini perupakan pembiayaan tanggung renteng yang dikelola
dengan prinsip-prinsip pemberdayaan mikro.
Selain pembiayaan diatas, BMT Mitra Amanah juga melakukan beberapa
usaha untuk menggalang modalnya, beberapa usaha tersebut adalah :
1. Tabungan Mitra
Tabungan ini merupakan produk BMT Mitra Amanah yang menggunakan
prinsip al-wadi’ah yad Dhomamah (titipan). Nasabah dapat menyetor dan
menarik uang kapanpun saat dibutuhkan, setiap bulannya bank akan
memberikan bonus yang kompetitif kepada nasabah.
2. Investasi Berkah
Merupakan produk pilihan investasi bagi nasabah dalam jangka waktu 6,
12 dan 24 bulan. Deposito ini ditujukan bagi nasabah yang ingin
berinvestasi sesuai prinsip syariah. Dana akan diinvestasikan secara baik
dan selektif melalui pembiayaan yang halal yang berguna.
3. Tabungan Haji
Merupakan produk BMT Mitra Amanah yang didasarkan pada prinsip
mudharabah (bagi hasil) dan diperuntukkan bagi nasabah yang
menginginkan dananya diinvestasikan secara murni syariah. Nasabah
dapat menyetorkan uang setiap saat, untuk pertama, dana dipersyaratkan
telah mengendap selama satu bulan. Bank akan memberikan bagi-hasil
dari pendapatannya dengan sistem bagi hasil sebesar 5% untuk nasabah
dan 75% untuk pihak bank.
4. Tabungan Qurma (Qurban, Walimah, dan Aqiqah) MITRA
Merupakan produk tabungan BMT Mitra Amanah yang dipersiapkan bagi
nasabah untuk kepentingan quran, persiapan walimah, ataupun persiapan
aqiqah.
BAB III
KESIMPULAN
Lembaga keuangan mikro pada saat ini sedang berkembang di Indonesia. Tidak
bisa dipungkiri bahwa lembaga keuangan mikro turut memberikan sumbangsih besar
dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Lembaga keuangan mikro sendiri
memberikan bantuan dengan cara pemberian kredit mikro, yang berarti program
pemberian kredit berjumlah kecilkepada warga miskin untuk membiayai kegiatan
produktif yang dia kerjakansendiri agar menghasilkan pendapatan, yang
memungkinkan mereka peduliterhadap diri sendiri dan keluarganya.
Lembaga keuangan mikro ini dibentuk dengan tujuan untuk membantu
melaksanakan tiga hal, yaitu . Menyediakan beragam jenis pelayanan keuangan,
melayani masyarakat miskin serta menggunakan prosedur dan mekanisme yang
kontekstual dan fleksibel.
Ada beberapa contoh lembaga keuangan mikro yang sedang berkembang di
Indonesia, misalnya kopersi syariah dan Baitul Maal wa Tamwil (BMT). BMT
sendiri pada dasarnya pengelolaannya hampir sama dengan koperasi syariah, bedanya
pada BMT usaha yang dilakukan tidak terbatas pada satu usaha saja. Contohnya
adalah BMT Mitra Amanah yang ada di daerah Bontang, Kalimantan Timur dimana
BMT ini memberikan pembiayaan pada masyarkat kecil sekaligus menyediakan jasa
penyimpanan atau tabungan yang berlandaskan asas-asas syariah.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyono, budi. 2012. Pengertian Lembaga Keuangan Mikro. www.pendidikanekonomi.com (diakses pada 3 April 2013)
Zahra, inayatus. 2012. Peranan Lembaga Keuangan Mikro Syariah. www.nayyasemangat.blogspot.com (diakses pada 3 April 2013)
_____. 2011. Keuangan Mikro. www.binaswadaya.org (diakses pada 3 April 2013)
_____. 2012. BMT Mitra Amanah. www.bmtmitraamanah.com (diakses pada 3 April 2013)
_____. 2013. Lembaga Keuangan Syariah. www.makalahmajannaii.blogspot.com (diakses pada 3 April 2013)