MGSO4

17
1 I. PENDAHULUAN Magnesium sulfat pertama kali dicoba untuk pengobatan kejang oleh Meltzer pada tahun 1899 dan bersamaan dengan Auer mencobanya untuk pengobatan kejang pada kera yang sakit tetanus. Khon dan Sraubee sependapat dengan mereka dan mulai mengunakan magnesium sulfat untuk pengobatan penderita tetanus. 1,2 Pengunaan magnesium sulfat parenteral untuk pengobatan eklampsia pertama kali dilakukan oleh Horn tahun 1906 dengan penyuntikan secara intrathekal. Rissmann tahun 1916 memberikan secara subkutan, Fisher tahun 1916 memberikan secara infus sebanyak 250 ml larutan 2% dan Von Miltner (1920) memberikan secara gabungan suntikan subkutan dan intramuskuler. 2 Eastman dan Steptoe melaporkan pada tahun 1945 mengenai pengunaan megnesium sulfat pada eklampsia dengan dosis 10 gram di ikuti tiap 6 jam dengan dosis 5 gram. Setelah mengunakannya untuk 1200 kasus preeklampsia dan eklampsia, Eastman menyatakan bahwa magnesium sulfat merupakan obat tunggal yang paling ampuh pada preeklampsia berat. Selain mencegah kejang obat ini tidak menghambat persalinan. 3 Sejak tahun 1951, Pritchard mempelajari penggunaan magnesium sulfat sebagai pengobatan tunggal pada preeklampsia. Selama 3 tahun terdapat 211 penderita preeklampsia dan eklampsia yang diobati dengan magnesium sulfat dan dilaporkan hanya 1 kamatian ibu, sedangkan kamatian perinatal sebesar 10%. 2 Zuspan pada tahun 1966 melaporkan 69 kasus eklampsia yang dirawat sejak tahun 1956 dengan pengobatan magnesium sulfat secara tetes kontinyu dengan dosis 1 gram/jam dilaporkan 2 kematian ibu (2,9%) yang terjadi 4 minggu pasca persalinan yang disebabkan kelainan sebagai akibat eklampsia. 4 Suplementasi magnesium berupa pemberian oral magnesium aspartate hidrochloride selama kehamilan untuk menurunkan insiden preeklampsia telah diteliti oleh Sibai dkk. Walaupun terjadi peningkatan kadar magnesium dalam plasma darah, hasil analisa menunjukan tidak ada perbedaan bermakna dalam hal insiden preeklampsia 5,6 .

Transcript of MGSO4

Page 1: MGSO4

1

I. PENDAHULUAN

Magnesium sulfat pertama kali dicoba untuk pengobatan kejang oleh Meltzer pada

tahun 1899 dan bersamaan dengan Auer mencobanya untuk pengobatan kejang pada

kera yang sakit tetanus. Khon dan Sraubee sependapat dengan mereka dan mulai

mengunakan magnesium sulfat untuk pengobatan penderita tetanus.1,2

Pengunaan magnesium sulfat parenteral untuk pengobatan eklampsia pertama

kali dilakukan oleh Horn tahun 1906 dengan penyuntikan secara intrathekal.

Rissmann tahun 1916 memberikan secara subkutan, Fisher tahun 1916 memberikan

secara infus sebanyak 250 ml larutan 2% dan Von Miltner (1920) memberikan

secara gabungan suntikan subkutan dan intramuskuler.2

Eastman dan Steptoe melaporkan pada tahun 1945 mengenai pengunaan

megnesium sulfat pada eklampsia dengan dosis 10 gram di ikuti tiap 6 jam dengan

dosis 5 gram. Setelah mengunakannya untuk 1200 kasus preeklampsia dan

eklampsia, Eastman menyatakan bahwa magnesium sulfat merupakan obat tunggal

yang paling ampuh pada preeklampsia berat. Selain mencegah kejang obat ini tidak

menghambat persalinan.3

Sejak tahun 1951, Pritchard mempelajari penggunaan magnesium sulfat sebagai

pengobatan tunggal pada preeklampsia. Selama 3 tahun terdapat 211 penderita

preeklampsia dan eklampsia yang diobati dengan magnesium sulfat dan dilaporkan

hanya 1 kamatian ibu, sedangkan kamatian perinatal sebesar 10%.2

Zuspan pada tahun 1966 melaporkan 69 kasus eklampsia yang dirawat sejak

tahun 1956 dengan pengobatan magnesium sulfat secara tetes kontinyu dengan

dosis 1 gram/jam dilaporkan 2 kematian ibu (2,9%) yang terjadi 4 minggu pasca

persalinan yang disebabkan kelainan sebagai akibat eklampsia.4

Suplementasi magnesium berupa pemberian oral magnesium aspartate

hidrochloride selama kehamilan untuk menurunkan insiden preeklampsia telah

diteliti oleh Sibai dkk. Walaupun terjadi peningkatan kadar magnesium dalam

plasma darah, hasil analisa menunjukan tidak ada perbedaan bermakna dalam hal

insiden preeklampsia5,6.

Page 2: MGSO4

2

Sampai saat ini magnesium sulfat merupakan obat yang terpakai banyak untuk

pengobatan preeklampsia dan eklampsia di Amerika Serikat.1,7 Di Indonesia sendiri

pengunaan magnesium sulfat pada penderita preeklampsia dan eklampsia sudah

cukup lama dan pada saat KOGI VI tahun 1985 di Ujung Pandang oleh Satgas

Gestosis POGI ditetapkan magnesium sulfat merupakan satu-satunya obat yang

dipakai untuk pengobatan preeklampsia dan eklampsia8.

Tujuan referat ini akan membahas farmakokinetik dan farmakodinamik

(absorbsi dan ekskresi, mekanisme kerja, interaksi obat dan efek samping, dosis dan

cara pemberian) pada kasus obstetri, serta pengaruh magnesium sulfat pada janin

dan bayi baru lahir.

II. FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK

Magnesium merupakan kation kedua yang terbanyak ditemukan dalam cairan

intraseluler. Magnesium diperlukan untuk aktifitas sistem enzim tubuh dan

berfungsi penting dalam transmisi neurokimiawi dan eksitabilitas otot. Kurangnya

kation ini dapat menyebabkan gangguan struktur dan fungsi dalam tubuh1,2.

Seorang dewasa dengan berat badan rata-rata 70 kg mengandung kira-kira 2000

meq magnesium dalam tubuhnya. 50% ditemukan dalam tulang, 45% merupakan

kation intraseluler dan 5% didalamnya cairan ekstraseluler. Kadar dalam darah

adalah 1,5 sampai 2,2 meq magnesium/liter atau 1,8 sampai 2,4 mg/100 ml, dimana

2/3 bagian adalah kation bebas dan 1/3 bagian terikat dengan plasma protein1,2.

Pada wanita hamil terdapat penurunan kadar magnesium darah, walaupun tidak

ditemukan perbedaan yang bermakna antara kehamilan normal dan preeklampsia-

eklampsia. Penurunan kadar magnesium dalam darah pada penderita preeklampsia

dan eklampsia mungkin dapat diterangkan atas dasar hipervolemia yang fisiologis

pada kehamilan5.

Page 3: MGSO4

3

A. Absorbsi dan ekskresi

Seorang dewasa membutuhkan magnesium 20-40 meq/hari dimana hanya

1/3 bagian diserap dibagian proksimal usus halus melalui suatu proses aktif yang

berhubungan erat dengan sistem transport kalsium. Bila penyerapan magnesium

kurang akan menyebabkan penyerapan kalsium meningkat dan sebaliknya1,2.

Garam magnesium sedikit sekali diserap oleh saluran pencernaan.

Pemberian magnesium parenteral segera didistribusikan ke cairan ekstrasel,

sebagian ketulang dan sebagian lagi segera melewati plasenta. Ekskresi

magnesium terutama melalui ginjal, sedikit melalui penapasan, air susu ibu,

saliva dan diserap kembali melalui tubulus ginjal bagian proksimal. Bila kadar

magnesium dalam darah meningkat maka penyerapan ditubulus ginjal menurun,

sedangkan clearence ginjal meningkat dan sebaliknya. Peningkatan kadar

magnesium dalam darah dapat disebabkan karena pemberian yang berlebihan

atau terlalu lama dan karena terhambatnya ekskresi melalui ginjal akibat adanya

insufisiensi atau kerusakan ginjal1,2,10.

Pada preeklampsia dan eklampsia terjadi spasme pada seluruh pembuluh

darah sehingga aliran darah ke ginjal berkurang yang menyebabkan GFR dan

produksi urine berkurang. Oleh karena itu mudah terjadi peninggian kadar

magnesium dalam darah2,10.

Ekskresi melalui ginjal meningkat selama pemberian glukosa, amonium

klorida, furosemide, asam etakrinat dan merkuri organik. Kekurangan

magnesium dapat disebabkan oleh karena penurunan absorbsi misalnya pada

sindroma malabsorbsi, by pass usus halus, malnutrisi, alkholisme, diabetik

ketoasidosis, pengobatan diuretika, diare, hiperaldosteronisme, hiperkalsiuri,

hiperparatiroidisme2.

Cruikshank et al menunjukan bahwa 50% magnesium akan diekskresikan

melalui ginjal pada 4 jam pertama setelah pemberian bolus intravena, 75%

setelah 20 jam dan 90% setelah 24 jam pemberian. Pitchard mendemontrasikan

bahwa 99% magnesium akan diekskresikan melalui ginjal setelah 24 jam

pemberian intavena2.

Page 4: MGSO4

4

B. Mekanisme Kerja

1. Sistem Enzym

Magnesium merupakan ko-faktor dari semua enzym dalam rangkaian reaksi

adenosin fosfat (ATP) dan sejumlah besar enzym dalam rangkaian

metabolisme fosfat. Juga berperan penting dalam metabolisme intraseluler,

misalnya proses pengikatan messanger-RNA dalam ribosom.1

2. Sistem susunan syaraf dan cerebro vaskuler.

Mekanisme dan aksi magnesium sulfat mesih belum diketahui dan menjadi

pokok pembahasan. Beberapa penulis berpendapat bahwa aksi magnesium

sulfat di perifer pada neuromuskular junction dengan minimal atau tidak ada

sama sekali pengaruh pada sentral. Tapi sebagian besar penulis berpendapat

bahwa aksi utamanya adalah sentral dengan efek minimal blok

neuromuskuler.2

Magnesium menekan saraf pusat sehingga menimbulkan anestesi dan

mengakibatkan penurunan reflek fisiologis. Pengaruhnya terhadap SSP mirip

dengan ion kalium. Hipomagnesemia mengakibatkan peningkatan iritabilitas

SSP, disorientasi, kebingungan, kegelisahan, kejang dan perilaku psikotik.

Suntikan magnesium sulfat secara intravena cepat dan dosis tinggi dapat

menyebabkan terjadinya kelumpuhan dan hilangnya kesadaran. Hal ini

mungkin disebabkan karena adanya hambatan pada neuromuskular

perifer.1,4,11,12

Penghentian dan pencegahan kejang pada eklampsia tanpa menimbulkan

depresi umum susunan syaraf pusat pada ibu maupun janin.10

Donaldson (1978,1986) serta beberapa neurolog lainnya dengan alasan

yang sulit dimengerti, secara keliru menekankan bahwa magensium sulfat

merupakan anti konvulsan yang bekerja perifer dan karenanya merupakan

obat yang jelek. Obat ini hanya bekerja pada konsentrasi yang menyebabkan

kelumpuhan dan akibatnya pasien eklampsia yang diobati akan menjadi

tenang diluar tetapi masih kejang-kejang didalam.10

Page 5: MGSO4

5

Thurnau dkk. (1987) memperlihatkan bahwa konsentrasi magnesium

dalam cairan serebrospinal setelah terapi magnesium pada preeklampsia

mengalami sedikit peningkatan tetapi sangat bermakna. Borges dan Gucer

(1978) mengajukan bukti yang meyakinkan bahwa ion magnesium

menimbulkan efek pada susunan saraf pusat yang jauh lebih spesifik dari

pada depresi umum. Borges dkk. mengukur kerja magnesium sulfat yang

diberikan secara parenteral terhadap aktifitas syaraf epileptik pada primata

dibawah tingkat manusia yang tidak diberi obat dan dalam keadaan sadar.

Magnesium akan menekan timbulnya letupan neuron dan lonjakan pada

EEG interiktal dari kelompok neuron yang dibuat epileptik dengan

pemberian penisilin G secara topikal. Derajat penekanan akan bertambah

seiring dengan meningkatnya kadar magnesium plasma dan akan berkurang

dengan menurunnya kadar magnesium.10

3. Sistem neuromuskular

Magnesium mempunyai pengaruh depresi langsung terhadap otot rangka.

Kelebihan magnesium dapat menyebabkan :

- Penurunan pelepasan asetilkolin pada motor end-plate oleh syaraf simpatis.

- Penurunan kepekaan motor end-plate terhadap asetilkolin.

- Penurunan amplitudo potensial motor end-plate.

Pengaruh yang paling berbahaya adalah hambatan pelepasan asetilkolin.

Akibat kelebihan magnesium terhadap fungsi neuromuskular dapat diatasi

dengan pemberian kalsium, asetilkolin dan fisostigmin.1,2,10

Bila kadar magnesium dalam darah melebihi 4 meq/liter reflek tendon

dalam mulai berkurang dan mungkin menghilang dalam kadar 10 meq/liter.

Oleh karena itu selama pengobatan magnesium sulfat harus dikontrol refleks

fatela1,2,9.

4. Sistem syaraf otonom

Magnesium menghambat aktifitas dan ganglion simpatis dan dapat

digunakan untuk mengontrol penderita tetanus yang berat dengan cara

Page 6: MGSO4

6

mencegah pelepasan katekolamin sehingga dapat menurunkan kepekaan

reseptor adrenergik alfa.

5. Sistem Kardiovaskular

Pengaruh magnesium terhahap otot jantung menyerupai ion kalium. Kadar

magnesium dalam darah yang tinggi yaitu 10-15 meq/liter menyebabkan

perpanjangan waktu hantaran PR dan QRS interval pada EKG. Menurunkan

frekuensi pengiriman infuls SA node dan pada kadar lebih dari 15 meq/liter

akan menyebabkan bradikardi bahkan sampai terjadi henti jantung yaitu

pada kadar 30 meq/liter. Pengaruh ini dapat terjadi karena efek langsung

terhadap otot jantung atau terjadi hipoksemia akibat depresi pernapasan.

Kadar magnesium 2-5 meq/liter dapat menurunkan tekanan darah. Hal ini

terjadi karena pengaruh vasodilatasi pembuluh darah, depresi otot jantung

dan hambatan gangguan simpatis. Magnesium sulfat dapat menurunkan

tekanan darah pada wanita hamil dengan preeklampsia dan eklampsia,

wanita tidak hamil dengan tekanan darah tinggi serta pada anak-anak dengan

tekanan darah tinggi akibat penyakit glomerulonefritis akut.2,10

Hutchinson dalam penelitiannya mendapatkan sedikit penurunan darah

arteri setelah diberikan magnesium sulfat 4 gram secara intravena dan dalam

waktu 15-20 menit normal kembali. Sedangkan Thiagarajah dkk dalam

penelitiannya tidak mendapatkan perubahan yang bermakna baik penurunan

tekanan darah, perubahan denyut jantung ataupun tahanan perifer. Cotton

dkk (1842), mengumpulkan data-data menggunakanan kateterisasi ateri

pulmonal dan radial. Setelah pemberian 4 gram magnesium sulfat intravena

dalam waktu 15 menit, tekanan darah arteri rata-rata sedikit menurun.

Pemberian magnesium menurunkan tahanan vaskuler sistemik serta tekanan

arteri rata-rata, dan secara bersamaan juga meningkatkan curah jantung

tanpa disertai depresi miokardium.10

Page 7: MGSO4

7

6. Sistem pernapasan

Magnesium dapat menyebabkan depresi pernapasan bila kadarnya lebih dari

10 meq/liter bahkan dapat menyebabkan henti napas bila kadarnya mencapai

15 meq/liter.10

Somjen memonitor secara ketat dua orang penderita dengan kadar

magnesium dalam darah 15 meq/liter akan didapati kelumpuhan otot

pernapasan tanpa disertai gangguan kesadaran maupun sensoris.2,10

Sebagai pengobatan hipermagnesia segera setelah terjadi depresi

pernapasan diberikan kalsium glukonas dengan dosis 1 gram (10 ml dari

larutan 10%) secara intravena dalam waktu 3 menit dan dilakukan

pernapasan buatan sampai penderita dapat bernapas sendiri. Pemberian ini

dapat dilanjutkan 50 ml kalsium glukonas 10% yang dilarutkan dalam

dektrose 10% per infus. Bila keadaan tidak dapat diatasi dianjurkan untuk

hemodialisis atau peritoneum dialisis.

7. Uterus

Pengaruh magnesium sulfat terhadap kontraksi uterus telah banyak dipelajari

oleh para sarjana. Hutchinson dkk meneliti 32 penderita yang diberi 4 gram

MgSO4 secara intravena dan mendapatkan adanya penurunan kontraksi

uterus yang nyata pada 21 penderita , pada 7 penderita terdapat penurunan

kontraksi uterus yang sedang dan pada 4 penderita malah di dapatkan

penambahan kekuatan kontraksi uterus. Perubahan kontraksi ini hanya

berlangsung selama 3-15 menit dimana kadar magnesium meningkat dari 2

meq/liter menjadi 7-8 meq/liter dan menurun kembali 5-6 meq/liter pada

akhir menit ke-15. lama dan derajat perubahan sangat individual, bahkan

diperoleh perbaikan sifat kontraksi uterus.2

Magnesium sulfat (Mg SO4 7[H2O]), sudah cukup lama dikenal

sebagai obat utama pada preeklampsia di Amerika Serikat, namun kini telah

diterima dan bahkan menjadi obat utama diberbagai pusat layanan sebagai

obat tokolitik13. Tahun 1969 Vulpian pertama kali mendemontrasikan

adanya aksi paralisis dari magnesium sulfat. Tahun 1982, Nan Dyke dan

Page 8: MGSO4

8

Hasting melihat bahwa pada kondisi kadar yang berbeda memberikan respon

yang berbeda pula. Tapi keadaan yang berlawanan justru terjadi yakni

adanya efek relaksasi uterus pada keadaan tidak adanya magnesium maupun

pada keadaan kadar magnesium yang tinggi. Bila kadar magnesium sulfat

berada dalam kadar menengah, nampaknya terjadinya kontraksi

miometrium.14

Pada tahun 1959, Hall melakukan penelitian invitro efek magnesium

sulfat pada miometrium. Pada penelitian ini megnesium sulfat menyebabkan

relaksasi bila konsentrasi mencapai 8-19 mEq/1, penghambatan sempurna

dicapai bila konsentrasi magnesium 14-30 mEq/1. pada penelitian invivo,

digunakan magnesium sulfat dengan kadar dalam darah 5-8 mEq/1.

Toksisitas tampak bila kadar dalam darah mencapai kurang lebih 10 mEq/1.

Hall juga mendemontrasikan perpanjangan proses persalinan pada penderita

preeklampsia yang diberikan pengobatan dengan magnesium sulfat. Lama

proses persalinan secara berlangsung sebanding dengan kadar magnesium

sulfat dalam darah. Tahun 1966, pertama kali pemakaian magnesium sulfat

sebagai obat tokolitik dilaporkan oleh Rusu dan tahun 1975, Kiss dan Szoke

melaporkan pengunaan magnesium secara intravena untuk tokolitik.13

Pemberian magnesium sulfat oleh beberapa ahli disebutkan dapat

menurunkan angka kejadian celebral palsy. Namun grether dkk, tidak

menemukan adanya hubungan yang bermakna antara pemberian magnesium

sulfat dengan resiko cerebral plsy ini. Pada penelitian lainnya Grether telah

membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pemberian

magnesium sulfat dengan resiko kematian neonatus.15

Magnesium adalah kation terbesar kedua didalam sel. Jumlah seluruh

magnesium dalam tubuh adalah 24 g. magnesium intraseluler adalah bagian

terpenting sebagai kofaktor pada reaksi berbagai enzim dan masuk ke dalam

sel secara difusi. Magnesium dikeluarkan dari dalam tubuh melalui ginjal.

Magnesium secara bebas difiltrasi dalam glomerulus dan sebagian

direabsorbsi dalam tubulus renalis. ekskresi dalam urin kurang lebih 3-5%

Page 9: MGSO4

9

dari magnesium yang difitrasi. Pada wanita hamil kadar magnesium plasma

menurun ; 1,83 mEq/1 untuk wanita tidak hamil menjadi 1,39 mEq/1 untuk

wanita yang hamil.2

Magnesium sulfat tampaknya mempunyai dua aktivitas sebagai obat

tokolitik yakni dengan cara menekan transmisi syaraf ke miometrium dan

secara langsung berefek pada sel-sel miometrium. Pertama, peningkatan

kadar megnesium menurun pelepasan asetikolin oleh motor end plate pada

neuromuscular junction. Sebagai tambahan Magnesium mencagah

masuknya kalsium neuron dan efektif memblokir transmisi syaraf. Kedua,

magnesium berefek sebagai antagonis terhadap kalsium pada tingkat sel dan

dalam ruang ekstraseluler. Peningkatan kadar magnesium menyebabkan

hipokalsemia melalui penekanan sekresi hormon paratiroid dan melalui

peningkatan pembuangan kalsium oleh ginjal. Baik Magnesium dan kalsium

direabsorbsi pada tubulus renalis. Pada sisi yang sama Peningkatan kadar

magnesium mencegah rabsorbsi kalsium dan menyebabkan hiperkalsiuria.

Disamping menyebabkan hipokalsemia, peningkatan kadar magnesium juga

berkompetisi dengan sisi ikatan kalsium yang sama yang mengakibatkan

penurunan menurunnya kadar ATP (adenosine triphosphate) sampai pada

kadar dimana sel tidak mengikat kalsium. Hal ini mencegah aktivasi dari

kompleks aktin dan myosin. Data klinik mendukung teori bahwa magnesium

berefek sebagai tokolitiknya melalui antogonism kalsium : pada keadaan

hipokalsemia pada penderita yang menerima magnesium sulfat kemudian

diobati dengan pemberian kalsium, terjadi peningkatan aktivitas uterus.13

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menilai efektifitas magnesium

sulfat sebagai tokolitik. Namun, batasan saat pemberian tokolitik sulfat

sangat bervariasi. Steer dan Petrie mengemukan bahwa magnesium sulfat

efektif sebagai tokolitik dan ma,pu menghambat persalinan prematur selama

24 jam pada 96% penderita bila pembukaan serviks kurang dari 1 sentimeter.

Tetapi bila pembukaan serviks 2-5 sentimeter hanya 25% yang berhasil. Para

ahli berkesimpulan bahwa makin cepat pemberian obat tokolitik merupakan

Page 10: MGSO4

10

kunci keberhasilan penundaan proses persalinan prematur. Tokolitik dengan

magnesium sulfat secara konvensional dibatasi selama 72 jam.13,16,17

Kadar magnesium dalam serum untuk tokolitik dipertahankan pada kadar

4-9 mg/dl. Bila digunakan sebagai tokolitik, toksisitas magnesium sulfat

sangat jarang meskipun kecepatan pemberiannya kurang lebih 4 g/jam atau

pasien penderita penyakit ginjal. Refleks patella akan menghilang bila kadar

magnesium plasma 9-13 mg/dl, depresi pernapasan terjadi pada kadar 14

mg/dl. Sebagai antodotum untuk toksisitas magnesium adalah 1 g kalsium

glukonas yang dinerikan secara intravena. Keseimbangan cairan harus

dimonitor secara ketat dan pemberian cairan sacara intravena harus dibatasi

untuk mencegah terjadinya edema paru.13

Berbagai efek samping yang mungkin muncul dengan pemberian

magnesium sulfat adalah edema paru, flushing, peningkatan suhu tubuh,

nyeri kepala, pandangan kabur, mual, muntah, nystagmus, lethargy,

hipotermi, retensi urin, dan konstipasi. Laporan dari penelitian Scudiero

menunjukan bahwa ternyata ada hubungan antara pembaerian tokolitik

magnesium sulfat dan terjadinya kematian pada janin. Pada sebagian besar

penderita efek samping itu ringan. Efek samping yang jarang tetapi

dampaknya serius adalah hipokalsemi. Pada kadar kalsium kurang dari 7

mg/dl dapat menyebabkan tegang.13

Menurut Abarbanel kontraksi uterus yang diakibatkan oleh pemberian

oksitosin dapat dihambat dengan pemberian magnesium sulfat8.

Sekitar 20-40 pasien nulipara dalam persalinannya membutuhkan

oksitosin augmentasi. Tetapi 7-33% berkembang menjadi hiperstimulasi

uterus dan diberhentikan pemberian oksitosin. Valenzuela dkk. mencoba

mengamati penggunaan magnesium sulfat untuk mengatasi keadaan tersebut.

Dalam 5 menit setelah pemberian 4 gram magnesium sulfat intravena terjadi

peningkatan interval amplitudo kontraksi uterus.18

Magensium sulfat merupakan non spesipik kalsium antagonis. Macones

& collegues (1997) dan Gyetvai & cowokers (1999) mengevaluasi efikasi

Page 11: MGSO4

11

magnesium sulfat dan tokolisis secara meta-analsis. Magnesium sulfat

sebagai tokolisis dapat memperpanjang kehamilan 24-48 jam dengan efeks

samping ibu yang minimal. Setara dengan golongan beta-mimetik seperti

ritidrine.19

C. Interaksi obat dan Efek Samping

Dahulu MgSO4 dalam jumlah yang banyak secara parenteral digunakan sebagai

obat anestesi. Pemberian secara intratekal menghasilkan anestesi yang baik,

tetapi pengunaannya sebagai obat anestesi tidak bertahan lama karena sempitnya

waktu karena antara terjadinya anestesi dan depresi pernapasan. Karena MgSO4

menghambat pelepasan asetilkolin dan menurunkan kepekaan motor endplate

maka MgSO4 mempunyai pengaruh potensial, sinergis dan memperpanjang

pengaruh dari obat-obat pelemas otot non depolarisasi (kurare) dan depolarisasi

(suksinilkolin) sehingga kerja obat-obat tersebut akan lebih kuat dan lebih lama .

Pemberian reversal pada akhir operasi akan lebih sulit atau memerlukan dosis

yang lebih tinggi. Karena itu dianjurkan 20-30 menit sebelum pemberian obat-

obat pelemas otot, sebaiknya pemberian MgSO4 dihentikan dan dosis obat-obat

pelemas otot tersebut dikurangi selama operasi.2

MgSO4 mempunyai pengaruh potensiasi dengan obat-obat penekan SSP

(barbiturat, obat-obat anestesi umum).

Pemberian MgSO4 pada penderita yang sedang mendapat pengobatan

digitalis harus dengan hati-hati karena bila terjadi hipermagnesia, pengobatan

kalsium yang diberikan dapat menyebabkan henti jantung.

Pemberian MgSO4 bersamaan dengan promethazine dapat menyebabkan

hipotensi yang hebat karena kedua obat tersebut menpunai efek vasodilatasi.

Bloss dkk dalam penelitiannya mendapatkan bahwa gabungan MgSO4

dengan oksitosin yang sering terdapat pada penderita preeklampsia berat,

ternyata oksitasin tidak mempengaruhi farmakokinetik, distribusi dan kadar

magnesium.

Page 12: MGSO4

12

Pada penyuntikan intravena didapatkan gejala yang kurang enak berupa rasa

panas dimuka, muka merah, mual-mual dan muntah. Reaksi ini segera timbul

karena kadar magnesium segera meningkat dan akan menghilang dengan

menurunnya kadar magnesium. Reaksi tidak didapatkan pada penyuntikan

secara intramuskular walaupun dengan dosis tinggi, karena peningkatan kadar

magnesium secara perlahan-lahan. Rasa panas dimuka dan muka merah akibat

vasodilatasi yang terjadi setelah pemberian magnesium sulfat.

D. Sediaan

Garam magnesium tersedia dalam berbagai bentuk misalnya magnesium sitrat,

magnesium karbonat, magnesium oksida, milk of magnesia, magnesium fosfat,

magnesium trisilikat, dan magnesium sulfat.

Magnesium sulfat atau disebut juga garam Epson, banyak dipergunakan dalam

bidang kebidanan, merupakan sediaan yang dipakai untuk pengunaan parenteral.

Apabila kita menyebut magnesium sulfat maka yang dimaksud adalah senyawa

MgSO4. 7H2O USP (United States Pharmacope) yang merupakan kristal

berbentuk prisma dingin, pahit dan larut dalam air (kelarutan 1 : 1). Satu gram

garam ini setara dengan 4,08 milimol atau 8,12 meq magnesium. Larutan injeksi

MgSO4. 7H2O USP terdapat dalam konsentrasi 10%, 12,5%, 25%, 40%, dan

50%.

E. Dosis dan Cara Pemberian

Magnesium sulfat merupakan garam yang sangat larut dalam air dan dapat

diberikan melalui berbagai cara. Peroral ternyata magnesium sulfat sangat

sedikit diserap dari saluran pencernaan dan jumlah sedikit yang diserap tersebut

segera dikeluarkan melalui urin, sehingga kadar magnesium dalam serum

hampir tidak dipengaruhi. Pemberian secara parenteral barulah dapat menaikan

kadar magnesium. Dalam sejarah pengunaannya, cara pemberian parenteral

sangat bervariasi dari mulai pemberian secara intratekal, intraspinal, hipodemal,

subkutan, intramuskular, intravena sampai perimpus secara terus menerus.

Page 13: MGSO4

13

Kebanyakan sekarang digunakan secara pemberian per infus secara kontinyu

karena lebih manusiawi dari pada suntikan intramuskuler yang sangat nyeri

walaupun sudah dicampur dengan procain. Suntikan intramuskuler berulang-

ulang dapat berakibat mialgia dan abses. Namun cara pemberian per infus

membutuhkan pangawasan yang ketat karena bahaya terjadinya henti napas.

Penguanaan magnesium sulfat dijaman modern dipopulerkan oleah Eastman

dan sumbangan yang sangat penting diberikan oleh Chesley, Pritchard dan Hall.

Eastman menganjurkan cara pemberian sabagai berikut; yaitu dosis awal 10

gram diikuti 5 gram setiap 6 jam, akan memberikan kadar serum magnesium

sebesar 3 sampai 6 mg per 100 ml dan tidak ada yang melebihi 7 mg, sehingga

kadar ini masih dalam batas aman.

Pritchard mengunakan dodis yang lebih tinggi dari pada Eastman yaitu pada

eklampsia diberikan dosis 4 gram secara intravena dan 10 gram secara

intramuskuler, selanjutnya setiap 4 jam diberikan 5 gram intramuskuler,

sehingga dosis total dalam 24 jam mencapai 39 gram. Kadar magnesium serum

yang diperoleh biasanya diantara 4-7 meq/liter atau 8-8,4 mg/100 ml.

Zuspan mengunakan cara inpus dengan dosis 10-20 gram magnesium sulfat

dilarutkan dalam larutan 1000 ml dekstrose 5%, diberikan pada kecepatan 1

gram/jam atau 16 tetes/menit. Untuk kasus eklampsia ditambahkan dosis awal

sebanyak 4-6 gram, diberikan secara intravena perlahan-lahan selama 5-10

menit. Apabila penderita masih kejang atau 2-4 gram intravena. Apabila

penderita sudah tidak kejang lagi dan dosis pemeliharaan tetap 1 gram/jam yang

diberikan dengan pompa infus.

Gedekoh dkk menganjurkan pengobatan terpilih untuk penderita eklampsia

adalah pemberian magnesium sulfat dengan dosis awal 4 gram secara intravena,

diikuti infus kontinyu dengan dosis 1-2 gram/jam.

Satgas Gestosis POGI dalam buku Panduan Pengolaan Hipertensi Dalam

Kehamilan di Indonesia menganjurkan cara pemberian dan dosis magnesium

sulfat sebagai berikut :

a. Preeklampsia berat

Page 14: MGSO4

14

Dosis awal

4 gram magnesium sulfat, (20% dalam 20 ml) intravena sebanyal 1 g/menit,

ditambah 4 gram intra muskuler di bokong kiri dan 4 gram di bokong kanan

(40% dalam 10 ml)

Dosis pemeliharaan

Diberikan 4 gram intramuskuler, setelah 6 jam pemberian dosis awal,

selanjutnya diberikan 4 gram intramuskuler setiap 6 jam

b. Eklampsia

Dosis awal

4 gram magnesium sulfat 20% dalam larutan 20 ml intravena selam 4 menit,

disusul 8 gram larutan 40% dalam larutan 10 ml diberikan pada bokong kiri

dan bokong kanan masing-masing 4 gram

Dosis pemeliharaan

Tiap 6 jam diberikan lagi 4 gram intramuskuler

Dosis tambahan

Bila timbul kejang lagi dapat diberikan MgSO4 2gram intravena 2 menit.

Diberikan sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir

Dosis tambahan 2 gram hanya diberikan sekali dalam 6 jam saja

Bila setelah diberikan dosis tambahan masih tetap kejang maka diberikan

amobarbital 3-5 mg/KgBB secara intravena perlahan-lahan.

III. PENGARUH MgSO4 PADA JANIN DAN BAYI BARU LAHIR

Magnesium dapat melewati plasenta dan segera masuk kejaringan janin. Seorang

bayi baru lahir dengan berat badan 3,5 kg mempunyai 600 meq magnesium dalam

badan.

Cruickshank dkk. menyelidiki hubungan antara kadar magnesium dan kalsium

dalam serum ibu dan bayi setelah mendapatkan pengobatan magnesium sulfat.

Ternyata kenaikan kadar magnesium dalam serum ibu, juga diikuti dengan kenaikan

kadar magnesium dalam darah tali pusat janin tetapi sedikit lebih rendah.

Page 15: MGSO4

15

Pengaruh magnesium sulfat terhadap variabilitas frekwensi dasar denyut jantung

janin masih diperdebatkan. Beberapa peneliti mengatakan tidak ada perubahan.

Tetapi penulis lain mendapatkan peningkatan variabilitas frekuensi dasar denyut

jantung janin.

Mengenai nilai apgar pada bayi baru lahir dengan kadar rata-rata magnesium

dalam serum 3,7 meq/l (2,0 meq/1 – 7,4 meq/1) ternyata terdapat 8 bayi diantara

118 bayi dengan nilai apgar menit pertama kurang dari 5 dan 2 bayi meninggal

karena berat badan lahir rendah. Sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

yang bermakna antara kadar magnesium dalam serum bayi dengan nilai apgar.

Hipermagnesia pada ibu dapat menyebabkan keadaan yang kurang baik bagi

janin dan bayi yang baru lahir. Gejala hipermagnesia pada bayi adalah : mengantuk,

hambatan pada pernapasan sehingga diperlukan resusitasi atau ventilasi yang baik,

tidak dapat menangis atau lemah, tonus menurun dan refleks yang menurun.

Lipsitz melaporkan 16 bayi baru lahir dengan hipermagnesia dengan gejala

kegagalan pernapasan dan repleks yang menurun sehingga ia membuat suatu skor

hipermagnesemik yang dinilai dari menit pertama sampai menit ke 60 setelah bayi

lahir. Tinggi skor tersebut menggambarkan makin tingginya hipermagnesemia bayi.

Savory dkk mendapatkan 2 bayi baru lahir yang mengalami hipermagnesemia

dengan kadar magnesium sulfat dalam darah 8-10 meq/1 dari 92 kasus

preeklampsia-eklampsia yang mendapatkan magnesium sulfat dengan dosis awal (2

gram intravena dan 8 gram intramuskuler) dosis selanjutnya 4 gram/ 4 jam. Penulis

lain mendapat 2 bayi baru lahir dengan gejala perut kembung dan mekonium yang

tidak dapat dikeluarkan (sindroma aspirasi mekonium). Bayi pertama dengan kadar

magnesium dalam serum 9,0 meq/1 dan yang kedua 6,0 meq/1. diduga

hepermagnesemia menekan fungsi otot polos dari usus sehingga menyebabkan ileus.

Peaceman dkk. melakukan penelitian terhadap pengaruh magnesium sulfat pada

tololisis terhadap profil biofisik janin. Dari 22 responden didapatkan hasil 50% janin

menunjukan NST nonreactive, 4 dari 22 (18%) fetal breathing movement lemah.

Sedangkan fetal tone, gross body movements dan cairan ketuban tidak

Page 16: MGSO4

16

dipengaruhi.21 Sedangkan penelitian Carlan dkk. menunjukan menurunnya fetal

breathing activity pada bayi aterm.22

Suatu kontrol studi mengamati pengaruh magnesium tokolisis terhadap

abnormalitas tulang neonatus menunjukan bahwa pemberian magnesium sulfas akan

menimbulkan abnormalitas proses mineralisasi pada metapisis humerus.23

Pengobatan hipermagnesemia pada bayi baru lahir :

1. Resusitasi dan bantuan pernapasan, bila perlu dengan intubasi dan alat

resusitator.

2. berikan kalsium glukonnas sebagai antagonis terhadap depresi susunan syaraf

tepi dan pusat dengan dosis 200-500 mg yang diencerkan dalam 10 ml NaCl dan

diberikan secara perlahan-lahan secara intravena dengan memonitor denyut

jantung bayi

3. Dekstrose 10% dengan dosis 65 ml/kg/hari dalam 24 jam pertama kemudian

dilanjutkan dengan dosis 85 ml/kg/hari dekstrose 10 dalam NaCl 0,2%.

Pengobatan ini bertujuan untuk balans elektrolit dan memperlancar diuresis.

4. Transfusi tukar darah

IV. RINGKASAN

Pengunaan magnesium sulfat sebagai pengobatan preeklampsia dan eklampsia lebih

disukai karena mudah mencegah dan mengatasi kejang, penderita tetap sadar, jarang

terjadi aspirasi, pengaruh terhadap bayi sedikit dan mudah dilaksanakan

Cara pemberian dan dosis terpilih magnesium sulfat masih bermacam-macam,

namun semuanya bertujuan untuk mendapatkan kadar magnesium dalam darah yang

dapat memberikan efek pengobatan yang optimal dan berlangsung lama.

V. RUJUKAN 1. Goodman and Gilman’s. The pharmacological bases of therapeutics. 7th edition. New

York : Mac Millian Publishing Co. Inc, 1985: 874-6 2. Idama To, Lindow SW. Magnesium sulfate : a review o clinical pharmacology applied to

obstetrics. Br J Obstet Gynecol 1998; 105: 260-8 3. Pritchard JA. The use of magnesium ion in the management of eclamtogenic toxemia.

Gynecol Obstet 1955;100:131-40.

Page 17: MGSO4

17

4. Zuspan FP. Treatmen of severe preeclampsia and eclampsia. Clin Obstet Gynecol 1966;9:954-72.

5. Sibai BM, Villar MA, Bray E. Magnesium suplementation during pregnancy : a double blind randomizid controlled clinical trial. Am J Obstet Gynecol 1989 ; 161:115-9

6. Sibai BM. Prevention of preeclampsia : a big disappointment. Am J Obstet Gynecol 1998; 179:1275-8

7. Livingston JC, Livingston LW, Ramsey R, Mabie BC, Sibai BM. Magnesium sulfate in women with mild preeclampsia: a randomize controlled trial. Am J Obstet Gynecol 2003; 101: 217-20

8. Angsar MD, Simanjuntak P, Handaya, Syahid S. Panduan pengolahan hipertensi dalam kehamilan di Indonesia. Edisi pertama. Satgas Gestosis POGI, 1985:1-24

9. Seydoux J, LucPaunier EG, Beguin F. Serum and intracellular magensium during normal pregnancy and in patients with pre-eclampsia. Br J Obstet Gynecol 1992; 99: 207-11

10. Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NP. William obstetrics. Edisi 18. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC, 1995:805-9

11. Sibai BM, Graham JM, Mc Cubbin JH. A comparation of intravenous and intramuscular magnesium sulphate regimen in preeclampsia. Am J Obstet Gynecol 1984; 150:728-33

12. Hutchinson HT, Nichols MM, Kuhn CR, Vasicka A. Effects of magnesium sulfate on uterine contractility, intra uterin fetus and infant. Am J Obstet Gynecol 1964; 88:747-57

13. Gordon MC, Iams JD. Magnesium sulfate. Clin Obstet Gynecol 1995: 38: 706-83 14. Mittendorf R, Pryde P, Khoshnood B, Lee KS. If tocolytic magnesium sulfate is associated

with excess total pediatric mortality, what is its imfact? Obstet Gynecol 1998; 92: 308-11 15. Grether JK, Hoogstrate J, Selvin S, Nelson KB. Magnesium sulfate tocolys and risk of

neonatal death. Am J Obstet Gynecol 1998; 178: 1-6 16. Dudley D, Gagnon D, varner M. Long term tocolysis with intravenous magnesium sulfate.

Obstet Gynecol 1989; 73: 373-8 17. Duley L. Magnesium sulphate : the time of reckoning. Br J Obstet Gynecol 1996; 103: 99-

102 18. Valenzuela GJ, Foster TC. Use of magnesium sulfate to treat hyperstimulation in term labor.

Obstet Gynecol. 1990; 75: 762-4 19. Guinn DA, Parilla BP. Acute therapy for preterm labor. In :Ransom SB, Evans MI,

Dombrowski MP, Ginsburg KA. Contemporery therapy in obstetrics ang gynecology. Philadelphia : W.B. Saunders company, 2002:33

20. Marnoto, BW. Masalah bayi dari ibu penderita gestosis. Dalam: Pusponegoro T. EPH gestosis. Unit Perinatologi-Anak,RSAB Harapan Kita, Jakarta 2000.

21. Peaceman AM, Meyer BA, Thorp JA, et al. The effect of magnesium sulfate tocolysis on the fetal biophysical profile. Am J Obstet Gynecol 1989;161:771-4

22. Carlan SJ, O.brien WF. The effect of magnesium sulfate on the biophysical profile of normal term fetuses. Obstet Gynecol. 1998; 92: 691-3

23. Holcomb Jr WL, Shakelford GD, Petrie RH. Magnesium tocolysis and neonatal bone abnormalities : a controlled study. Obstet Gynecol. 1991; 78: 611-4