Mewujudkan Agribisnis di Desa

9
1 MEWUJUDKAN AGRIBISNIS DI DESA SESUAI DENGAN KOMODITI SPESIFIK LOKALITA Oleh : Dwita Indrarosa, ST., MP. Widyaiswara BBPP batu Dalam upaya mengembangkan pemberdayaan masyarakat pedesaan dihadapkan pada masalah berupa profil usahatani petani. Karakteristik agribisnis petani menambah fakta bahwa perlu pendekatan baru dalam pembinaan dan pengembangan agribisnis di pedesaan. Beberapa kombinasi skala agribisnis dengan profil bisnis dan status petaninya yang sekarang ini berkembang dikalangan masyarakat masih beraneka ragam diantaranya adalah sebagai berikut : Skala kecil – tidak terorganisasi, dimana memiliki karakteristik : -Kesadaran agribisnis petani masih awal (pemula); -Ada kelompok tani, tetapi masih berstatus pemula; -Hasil pertanian dijual di pasar lokal. Skala kecil sampai menengah, dimana memiliki karakteristik : (1) Skala kecil yang terorganisasi; -Kelompok Tani berstatus madya; -Kesadaran agribisnisnya menengah; -Hasil pertanian dijual di pasar lokal atau melalui pengumpul. (2) Skala menengah yang terorganisasi; -Kelompok Tani yang berstatus madya atau maju, -Dominasi oleh petani bermodal; -Pemasaran bersama langsung ke pedagang besar di kota kabupaten atau provinsi. Skala besar – petani bermodal bergabung dalam Kelompok Tani/Gapoktan yang telah maju, dimana memiliki karakteristik :

description

 

Transcript of Mewujudkan Agribisnis di Desa

Page 1: Mewujudkan Agribisnis di Desa

1

MEWUJUDKAN AGRIBISNIS DI DESA SESUAI DENGAN KOMODITI SPESIFIK LOKALITA

Oleh :

Dwita Indrarosa, ST., MP.

Widyaiswara BBPP batu Dalam upaya mengembangkan pemberdayaan masyarakat pedesaan dihadapkan

pada masalah berupa profil usahatani petani. Karakteristik agribisnis petani menambah

fakta bahwa perlu pendekatan baru dalam pembinaan dan pengembangan agribisnis di

pedesaan. Beberapa kombinasi skala agribisnis dengan profil bisnis dan status petaninya

yang sekarang ini berkembang dikalangan masyarakat masih beraneka ragam

diantaranya adalah sebagai berikut :

Skala kecil – tidak terorganisasi, dimana memiliki karakteristik :

-Kesadaran agribisnis petani masih awal (pemula);

-Ada kelompok tani, tetapi masih berstatus pemula;

-Hasil pertanian dijual di pasar lokal.

Skala kecil sampai menengah, dimana memiliki karakteristik :

(1) Skala kecil yang terorganisasi;

-Kelompok Tani berstatus madya;

-Kesadaran agribisnisnya menengah;

-Hasil pertanian dijual di pasar lokal atau melalui pengumpul.

(2) Skala menengah yang terorganisasi;

-Kelompok Tani yang berstatus madya atau maju,

-Dominasi oleh petani bermodal;

-Pemasaran bersama langsung ke pedagang besar di kota kabupaten atau

provinsi.

Skala besar – petani bermodal bergabung dalam Kelompok Tani/Gapoktan yang

telah maju, dimana memiliki karakteristik :

Page 2: Mewujudkan Agribisnis di Desa

2

-Hasil pertanian dijual ke pengusaha maju atau industri pertanian dengan

kontrak;

-Kesadaran beragribisnis maju sampai sangat maju.

Di dalam sistem agribisnis terdiri atas : (a) subsistem pengadaan dan penyaluran

sarana produksi, (b) subsistem produksi atau usahatani, dan (c) subsistem pengolahan

(agroindustri) dan tataniaga hasil pertanian (agroniaga) (Deptan, 2000). Subsistem

agribisnis dan factor penunjangnya diilustrasikan dalam gambar klaster-klaster

agribisnis.

Keputusan petani untuk mengadopsi sangat ditentukan oleh keyakinan mereka

terhadap inovasi teknologi tersebut. Adapun skala bisnis dan status petani yang telah

berkembang di perdesaan seperti terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Tiga skala bisnis dan status petani di pedesaan

Profil Bisnis

Dana BLM

Usahatani Tidak feasible Tidak bankable

Kredit Program

Usahatani Feasible Tidak bankable

Kredit Komersial

Feasible bankable

Orientasi pasar Tujuan petani

Sumber

masukan(input)

Produk Sumber pendapatan

rumah tangga

Subsistem Swasembada pangan Dari hasil rumahtangga (tidak diperdagangkan) Beraneka ragam Utamanya pertanian

Semi komersial Penambahan kelebihan hasil Campuran yang diperdagangkan dan tidak diperdagangkan Agak spesifik Pertanian dan non-pertanian

Komersial Maksimal keuntungan Utamanya diperdagangkan Sangat spesifik Utamanya non-pertanian (pertanian komersial)

A

B

Page 3: Mewujudkan Agribisnis di Desa

3

Kesadaran beragribisnis

Tingkat kemajuan Kelompok Tani

Awal Pemula (merpati)

Menengah Lanjutan sampai madya (pedati)

Tinggi – sangat tinggi Utama (sejati)

Gambar 1. Proses pengambilan keputusan oleh petani untuk mengadopsi atau menolak teknologi (Roger, 1983)

Uraian diatas menunjukkan bahwa perlu ada perubahan paradigma dalam

pembinaan dan pengembangan agribisnis di desa-desa. Secara rinci perubahan

paradigma ditunjukkan dalam tabel 2. Ada beberapa perbedaan mendasar antara

paradigma lama dan paradigma baru dalam pembinaan dan pengembangan agribisnis :

Paradigma lama

(1) Asumsinya adalah bahwa dengan pelatihan, petani akan mampu mencari sendiri

obyek agribisnis dan mengembangkannya,

(2) Sasaran dan metode pemberdayaan petani digeneralisasi atau sama bagi petani

skala kecil dengan kesadaran agribisnis awal, dan bagi petani skala sedang dan

Perluasan

Dan modifikasi

Implementasi

(pilot produksi)

Pengambilan

Keputusan

Persuasi

Inovasi teknologi

adopsi

penolakan

Adopsi

berlanjut

Adopsi lambat

Adopsi

berhenti

Penolakan

berlanjut

Page 4: Mewujudkan Agribisnis di Desa

4

skala besar dengan kesadaran agribisnis berturut-turut menengah dan tinggi-

sangat tinggi.

(3) Teknik pelatihan (kurikulum, pengajar),

(4) Sasaran akhir adalah model agribisnis yang bankable.

Paradigma baru

(1) Asumsinya adalah seeing is believing, petani harus melihat contoh-contoh inovasi

teknologi (obyek agribisnis yang mampu meningkatkan produktivitas lahan, hasil,

kualitas hasil dan pendapatan,

(2) Sasaran dan metode pemberdayaan petani disesuaikan dengan kemampuan

nalar dan modal petani; jadi, berbeda antara agribisnis skala kecil, sedang dan

besar yang berturut-turut terkait dengan petani yang nalar agribisnisnya awal,

sedang/moderat dan tinggi sampai sangat tinggi,

(3) Teknik pelatihannya (kurikulum, pengajar) berbeda antara tingkat kemajuan

beragribisnis petani,

(4) Sasaran akhirnya pun berbeda

o Petani dengan agribisnis skala kecil : kenaikan kemantapan dan

keberlanjutan hasil; tujuan berkelompok adalah untuk pemerataan,

o Petani dengan agribisnis skala sedang : kenaikan hasil dan seterusnya

diikuti oleh peningkatan posisi tawar dalam pemasaran.

Page 5: Mewujudkan Agribisnis di Desa

5

Tabel 2. Pergeseran Paradigma Pembinaan dan Pengembangan Agribisnis diPerdesaan

Paradigma lama (2007-2009)

Paradigma baru (2010-2011)

Asumsi

Sasaran dan metode pemberdayaan

Metode pembinaan melalui pelatihan

Bentuk agribisnis

- Dengan pembelajaran petani akan mampu mencari dan mengembangkan agribisnis

- Perubahan perilaku berlangsung cepat

Diberlakukan umum ke semua tingkat kemajuan petani/Poktan/Gapoktan, dan semua skala agribisnis Teknik pelatihan sama bagi semua tingkat kemajuan petani/Poktan/Gapoktan Model enterprise dengan tataniaga sesuai dengan kriteria agribisnis maju

- Obyek agribisnis (komoditas unggulan dan teknologi inovatif) adalah daya tarik bagi pengembangan agribisnis (dem-farm)

- Secara paralel diselenggarakan pembelajaran petani

- Perubahan perilaku berlangsung secara bertahap tergantung dari obyek agribisnis dan pemasarannya

- Diberlakukan berbeda tergantung pada tingkat kemajuan petani/Poktan/Gopoktan, skala agribisnis dan kesadaran berbisnis petani

- Teknik pelatihan berbeda tergantung pada tingkat kemajuan petani/Poktan/Gopoktan

- Dem-farm adalah penarik minat petani terhadap agribisnis

- Untuk petani skala kecil dengan kesadaran agribisnis awal, perhatian difokuskan kepada : kenaikan hasil dan kualitas hasil, kemantapan dan keberlanjutan hasil serta kemerataan

- Untuk petani skala sedang adalah model enterprise yang memenuhi enterpeise ideal, sehingga bankable

Page 6: Mewujudkan Agribisnis di Desa

6

Pemilihan Strategi Program Pembinaan Dan Pengembangan Agribisnis

Ada 5 prinsip dalam menempatkan pembinaan petani sebagai prime mover dari

pengembangan agribisnis pedesaan seperti terlihat dalam gambar 2. Komoditas

unggulan prioritas yang diberi perlakuan pra atau pasca-panen yang sederhana dan

mudah diimplementasikan di derm-farm akan mencapai keberhasilan dini berupa

kenaikan hasil atau perbaikan kualitas. Pengaruh perluasan diciptakan melalui temu

lapang dan sarasehan antar petani yang difasilitasi oleh Badan Penyuluhan setempat.

Setiap periode dem-plot harus mulai diiniasi bersamaan dengan revitalisasi BPP.

Lokasi demplot bisa di lahan BPP untuk tanaman semusim, untuk tanaman setahun dan

tanaman tahunan. Lokasi demplot adalah di lahan petani dengan memanfaatkan

tanaman yang telah lama dibudidayakan oleh petani.

Capai Keberhasilan Dini

yang Dapat Dikenali

Mulai dari yang

Sederhana dan

Bertahap

Batasi Komoditas dan

Teknologinya

Gunakan Experimentasi

Pada Skala Kecil

Ciptakan Pengaruh

Perluasan

Petani

(Poktan/Gopoktan)

Mampu Mengatasi

Masalah Secara

Mandiri

Petani

(Poktan/Gopoktan)

Memahami dan

Mengadopsi Inovasi

Teknologi/Kelembagaan

Tujuan dan Sasaran

Tercapai Secara

Efektif/Efisien

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1112

13

Page 7: Mewujudkan Agribisnis di Desa

7

Gambar 2. Dengan prinsip-prinsip program yang benar dan perencanaan serta pelaksanaan yang baik, tujuan dan sasaran akan tercapai

Periode yang terlalu singkat sulit untuk mengubah perilaku petani dari tradisional

ke modern. Perilaku itu akan lebih cepat berubah kalau lokasi sasaran ada obyek

agribisnis, dari komoditas pertanian unggulan di desa tersebut akan menarik perhatian

karena prospeknya besar dan berpeluang meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

mereka.

Maka kegiatan dibagi menjadi beberapa langkah berikut :

Langkah 1 : Inventarisasi dan Pemetaan Dominansi Status Kelompok Petani dan Skala

Agribisnis

- Kritetia penentuan status Poktan/Gapoktan telah dibuat, perlu disempurnakan;

- Kriteria yang telah diisi dan disempurnakan akan digunakan untuk pemetaan status

Poktan/Gapoktan; peta ini digunakan untuk melokalisasi pendekatan spesifik bagi

pembinaan Poktan/Gapoktan untuk pengembangan agribisnis yang secara

agronomis sesuai, secara sosial-budaya diterima, secara ekonomi menguntungkan,

dan ramah lingkungan

Langkah 2 : Pemetaan ZAE Desa

- Desa-desa sasaran PMT diposisikan pada peta ZAE oleh BPTP / Instansi yang

berkompeten (peta ZAE skala 1 ; 100.000 atau 1 : 50.000)

- Komoditas unggulan (tanaman, ternak) dinilai potensinya berdasarkan tingkat

kesesuaian marjinal.

Langkah 3 : Penyeleksian Desa

- Petani/Gapoktan di desa-desa yang sering menjadi obyek proyek-proyek perbantuan

dengan pendekatan top-down yang bersifat paternalistik perbantuan umumnya

“manja”, artinya mereka akan berpartisipasi kalau dibantu dana, Desa-desa seperti

tersebut diatas, supaya dieliminasi.

-

Page 8: Mewujudkan Agribisnis di Desa

8

Langkah 4 : Seleksi Obyek Agribisnis yang Prospektif dari kegiatan sebelumnya

- Langkah ini menentukan dalam menunjukkan contoh keberhasilan program.

Gambar 3 adalah ilustrasi proses bagaimana agribisnis diinisiasi dan dikembangkan yang

diawali oleh penerapan inovasi teknologi terhadap komoditas pertanian yang telah

diusulkan dan diwujudkan.

Gambar 3. Proses untuk menginisiasi dan mengembangkan agribisnis diawali oleh

penerapan inovasi teknologi terhadap komoditas pertanian yang dipilih dalam tahun

sebelumnya

- Komoditas pertanian yang jumlahnya ratusan bahkan ribuan dan menelan biaya

sangat besar, harus dinilai potensi agribisnisnya :

(1) Jumlah petani yang terlibat (skala ekonomi),

(2) Status Poktan (pemula, menengah, utama),

(3)Potensi pasar (pasar lokal, pasar kabupaten atau pasar luar kabupaten),

ketersediaan modal.

DHA DEMONSTRASI HASIL AGRIBISNIS

TOMT

TOT

TOF

“TEACHING BY SHOWING”

BAGUS TEKNOLOGI + PETANI ORGANISASI MANAJEMEN = UNTUNG

“LEARNING BY DOING” PETANI

- Lapangan/desa -skala ekonomik

Page 9: Mewujudkan Agribisnis di Desa

9

(4)Mitra usaha, dsb.

- Komoditas pertanian yang tidak memenuhi syarat, dapat dinilai sebagai objek yang

tidak masuk prioritas.

Langkah 5 : Penerapan Inovasi Teknologi pada Komoditas Pertanian Unggulan

(eksperimentasi)

- Inovasi teknologi yang tepat guna harus dibuktikan di lapang, petani (kelompok tani)

menerapkan inovasi teknologi itu pada pertanamannya atau peliharaannya,

- BPP yang telah berfungsi memfasilitasi dalam verifikasi inovasi teknologi tersebut,

didukung oleh Balai Diklat / BPTP,

- Dalam verifikasi inovasi teknologi tersebut, diamati :

(1) Penerapan inovasi teknologi,

(2) Ketersediaan sarana produksi untuk menerapkan inovasi teknologi,

(3) Pencacatan kegiatan harian (farm record keeping) oleh petani sendiri,

(4) Analisis financial/keuntungan akibat dari penerapan inovasi teknologi.

Langkah 6 : Upaya Pengembangan dan Perluasan Agribisnis

- Posisi lokasi desa dengan penerapan inovasi teknologi yang berhasil di lokalisasi

dalam peta ZEA untuk perluasan ekoregional, artinya lokasi inilah yang dapat

dijadikan sample dalam penerapan inovasi teknologi tersebut.

- Temu lapang dan sarasehan diselenggarakan oleh Poktan/Gapoktan; peserta temu

lapang dan sarasehan ialah Dinas-Dinas terkait, Pemda dan mitra (pelaku agribisnis),

dan Bank,

- Pengembangan industri pedesaan dijajagi dalam sarasehan dan dalam pertemuan-

pertemuan berikutnya.

7 Dulker, S.W. 1996. Research in An Ecoregional Framework for Sustainable Landuse and Food Production : Report

of Symposium. ISNAR (International Service National Agriculturan Research, Briefing Paper 26, February