Meutia Fakhriah Tekrem B

download Meutia Fakhriah Tekrem B

of 7

Transcript of Meutia Fakhriah Tekrem B

  • 7/26/2019 Meutia Fakhriah Tekrem B

    1/7

    Remediasi PT. Chevron

    1. Perencanaan dan Teknologi yang diterapkan

    Metode bioremediasi bersifat organik dan terbukti aman serta efektif untuk

    membersihkan tanah yang terpapar minyak mentah dan minyak lainnya dari sisa

    pengolahan berbagai industri.

    Bioremediasi mengacu pada segala proses yang menggunakan mikroba atau enzim-

    enzim yang dihasilkan oleh mikroba tersebut untuk membersihkan atau menetralkan

    bahan-bahan kimia dan limbah secara aman. Metode bioremediasi bersifat organik dan

    terbukti aman serta efektif untuk membersihkan tanah yang terpapar minyak mentah,

    dalam kaitannya dengan proses eksplorasi dan produksi migas. Selain untuk proses

    eksplorasi minyak dan gas, bioremediasi telah digunakan di berbagai aplikasi industri,

    misalnya untuk membersihkan minyak baik di dalam dan sekitar pabrik-pabrik amunisi,

    fasilitas petrokimia, tangki penyimpanan bawah tanah, rel kereta, dan kapal laut.

    Cara Kerja Bioremediasi

    Mikroba yang hidup di tanah dan air tanah memakan senyawa minyak. Setelah

    senyawa minyak dimakan, proses pencernaan pada hama tersebut secara alami

    mengubah senyawa minyak menjadi air dan gas yang tidak berbahaya. Prosesbioremediasi mengembalikan tanah ke bentuk asalnya, sehingga aman untuk digunakan

    di berbagai jenis lingkungan.

    Berdasarkan lokasi bioremediasi, ada dua metode yang biasanya digunakan dalam

    bioremediasi: In-Situ: Metode ini memproses materi yang terpapar minyak di lokasi

    yang bersangkutan dan biasanya digunakan pada kondisi ketika tidak mungkin

    memindahkan tanah dari lokasi. Namun metode in-situ dinilai kurang efektif untuk

    eksplorasi dan produksi minyak mentah karena lokasi yang terpapar minyak mentah

    tidak dapat digunakan sampai proses bioremediasi selesai dilaksanakan. Selain itu

    proses bioremediasi memerlukan irigasi dan aerasi tanah secara teratur selama periode

    waktu tertentu. Aerasi tanah di dalam dan sekitar lokasi produksi minyak mentah

    merupakan hal yang sulit, bahkan kadangkala tidak mungkin untuk dilakukan tanpa

    menghentikan produksi. Dengan demikian, metode ini dapat menyebabkan hilangnya

    kapasitas produksi minyak dari lokasi yang bersangkutan dalam jangka waktu yang

    lama. Ex-Situ: Dalam metode ini, materi yang terpapar minyak mentah digali dan

  • 7/26/2019 Meutia Fakhriah Tekrem B

    2/7

    dikirim dengan aman ke lokasi yang secara khusus dirancang untuk mengolah dan

    membersihkan tanah tersebut secara efektif dan efisien. Lokasi pengolahan terdiri atas

    bebepa sel pengolahan yang secara berkala dilakukan proses penyiraman dan

    pembajakanuntuk memastikan aerasi berjalan dengan baik. Antara aktivitas irigasi danaerasi, lokasi didiamkan agar mikroba dapat bekerja untuk memakan senyawa minyak.

    Ex-situ adalah metode yang terbukti efektif untuk pengolahan tanah terpapar minyak

    mentah karena metode ini memungkinkan pengolahan tanpa mengganggu proses

    produksi.

    Bioremediasi di Indonesia

    PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI) telah bekerja sama dengan Kementerian

    Lingkungan Hidup (KLH), instansiinstansi pemerintah terkait dan ahli-ahli di bidang

    lingkungan untuk merintis program bioremediasi di Indonesia sebagai metode

    pembersihan tanah yang aman dan ramah lingkungan. Kerja sama antar institusi ini

    dalam merancang, menjalankan serta mengawasi pelaksanaan program bioremediasi

    telah berhasil membantu CPI dan mendukung pemerintah Indonesia mencapai target

    produksi minyak nasional secara bertanggung jawab dan ramah lingkungan.

    Saat ini CPI mengoperasikan sembilan fasilitas bioremediasi di Riau, Sumatera.

    Fasilitas-fasilitas ini memiliki luas lebih dari sepuluh hektar dengan kapasitas gabungan

    yang mampu membersihkan kurang lebih 42 ribu meter kubik tanah per siklus

    pengolahan. Sejak awal sampai sekarang program bioremediasi telah melibatkan lebih

    dari seratus karyawan dari masing-masing keahlian di bidang operasi, pengelolaan

    lingkungan, teknis dan fungsi pendukung. Saat ini program bioremediasi didukung oleh

    dua kontraktor yang membantu pelaksanaan aktifitas lapangan termasuk menyediakan,

    mengoperasikan dan memelihara alat-alat berat yang diperlukan dalam siklus

    pengolahan.

    Sejarah proyek Remediasi

    1994: CPI bekerja sama dengan para ahli di bidang Lingkungan melakukan studi dan

    uji laboratorium mengenai bioremediasi untuk pertama kalinya di Indonesia.

    1997: Hasil pengujian skala lapangan menyatakan bahwa bioremediasi ex-situ

    dengan metode land farming merupakan metode yang terbukti efektif dan efisien untukmembersihkan tanah yang terpapar minyak.

  • 7/26/2019 Meutia Fakhriah Tekrem B

    3/7

    2000: CPI mengajukan permohonan izin penggunaan bioremediasi sebagai metode

    pengolahan tanah terpapar minyak untuk pertama kalinya di Indonesia.

    2002: Kementerian Lingkungan Hidup mengabulkan permohonan izin CPI untuk

    memulai program bioremediasi menyeluruh di daerah operasi Sumatera.2003-sekarang: Dengan menerapkan teknologi bioremediasi, CPI berhasil secara

    aman mengolah lebih dari setengah juta meter kubik tanah yang setara dengan ukuran

    200 kolam renang berstandar olimpiade. Tanah yang telah diolah tersebut digunakan

    untuk penghijauan kembali 60 hektar lahan di provinsi Riau, Sumatera yang setara

    dengan 75 lapangan sepak bola.

    Proses Bioremediasi dan Pengujian Tanah

    CPI menggunakan proses bioremediasi ex-situ dengan metode land farming. Tanah

    yang terpapar minyak dikirim ke laboratorium untuk dilakukan pengujian kandungan

    minyak mentahnya melalui test TPH (Total Petroleum Hydrocarbon). Sesuai dengan

    Kepmen KLH no. 128/2003, tanah yang mengandung TPH maksimal 15% dinilai efektif

    untuk diolah dengan proses bioremediasi. Setelah tanah digali, diangkut dan diolah di

    sel-sel pengolahan pada fasilitas bioremediasi, tanah tersebut akan menjalani pengujian

    yang ketat. Tanah tersebut diuji minimal sekali dalam dua minggu selama siklus proses

    bioremediasi yang berlangsung maksimal 8 bulan tergantung karakteristik tanah dan

    tingkat TPH. Jika hasil uji tanah menunjukan nilai TPH kurang atau sama dengan 1%,

    proses bioremediasi dinyatakan berhasil berdasarkan Kepmen KLH no 128/2003 dan

    dapat dipergunakan untuk program penghijauan atau keperluan operasi dengan ijin dari

    KLH. CPI terus memantau dan menguji tanah yang telah dikembalikan ke lingkungan

    untuk memastikan integritas hasil bioremediasi. CPI mengoperasikan fasilitas riset dan

    laboratorium pengujian tanah yang terakreditasi. Fasilitas ini mempekerjakan tenaga

    ahli, periset, dan teknisi termasuk mereka yang merancang dan mengawasi program

    bioremediasi. Dalam setiap tahap pengujian, CPI menggunakan standar industri untuk

    ekstraksi tanah dan prosedur pencatatan yang rapi guna melindungi dan menjaga

    integritas sampel tanah sehingga dapat memastikan hasil pengujian seakurat mungkin.

    Lahan yang sudah dibersihkan harus diverifikasi oleh KLH untuk mendapatkan Surat

    Status Penyelesaian Lahan Terkontaminasi (SSPLT).

    Pengelolaan Proyek

  • 7/26/2019 Meutia Fakhriah Tekrem B

    4/7

    Program bioremediasi melibatkan berbagai tim seperti manajemen lingkungan,

    operasi, teknis dan tim lain yang masing-masing memiliki fungsi dan peran yang

    berbeda dan saling mendukung dalam mengelola program ini. Dalam pelaksanaan

    program ini, CPI dibantu oleh kontraktor yang dipilih melalui proses tender yangterbuka, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan prosedur yang

    ditetapkan pemerintah. Kontraktor ini membantu pengerjaan aktivitas lapangan,

    termasuk menyediakan, mengoperasikan dan memelihara alat berat yang dibutuhkan

    dalam siklus pengolahan. Ketika tanah dinyatakan berhasil diremediasi berdasarkan

    peraturan yang berlaku, kontraktor CPI mengangkut tanah tersebut keluar dari fasilitas

    bioremediasi dan menempatkannya ke lokasi yang telah disetujui.

    2.

    Peraturan dan Pembiayaan yang bermasalah

    PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) president director, A. Hamid Batubara,

    menyatakan,Kami sangat kecewa dengan keputusan majelis hakim untuk melanjutkan

    sidang kasus ini sebagai perkara pidana. Dalam pandangan kami, jaksa penuntut umum

    tidak dapat menunjukkan dakwaan yang jelas, cermat dan lengkap serta bukti adanya

    kerugian Negara atau tindakan kriminal yang dilakukan oleh karyawan CPI sebagaimana

    keputusan majelis hakim pada praperadilan. Meskipun demikian kami akan terus

    bekerjasama dengan Kejagung dan pengadilan serta proses hukum yang berlangsung.

    Proyek bioremediasi merupakan proyek pengelolaan lingkungan yang sukses yang telah

    disetujui dan dimonitor oleh lembaga pemerintah yang berwenang. Kami tetap yakin

    bahwa peninjauan yang obyektif atas fakta-fakta akan membuktikan bahwa tidak ada

    kasus kriminal dalam proyek ini. Chevron IndoAsia business unit managing director,

    Jeff Shellebarger, menyatakan,Kami menghormati otoritas yang berwenang. Namun

    kami meminta majelis hakim untuk merujuk penyelesaian kasus proyek bioremediasi ini

    kepada lembaga pemerintah yang berwenang dalam audit dan persetujuan proyek-

    proyek dalam Production Sharing Contract (PSC) yang melandasi operasi CPI. Kami

    akan terus menggunakan semua sumberdaya untuk memastikan bahwa hak-hak

    karyawan kami sebagai warga Negara Indonesia tetap terlindungi dan kami akan terus

    mempertahankan reputasi perusahaan dan memastikan hak kami sesuai PSC, sebagai

    kesepakatan hukum yang mengikat antara CPI dan pemerintah Indonesia, tetap

    dihormati dan dilindungi.

  • 7/26/2019 Meutia Fakhriah Tekrem B

    5/7

    Presiden Direktur PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI), A. Hamid Batubara,

    menyatakan,PT CPI dan para karyawan terus bekerjasama sepenuhnya dengan

    Kejaksaan Agung. Kami sangat berharap atas sidang praperadilan oleh Pengadilan

    Negeri Jakarta Selatan yang sedang menguji sah tidaknya alasan penahanan karyawankami. Namun demikian, mewakili karyawan dan keluarganya, kami sangat kecewa dan

    memprotes keras pengumuman hari ini bahwa Kejaksaan Agung akan memperpanjang

    penahanan karyawan kami dalam kasus bioremediasi selama 30 hari kedepan. Tindakan

    memperpanjang masa penahanan yang tidak lazim ini diambil Kejagung sebelum

    Pengadilan Negeri Jakarta Selatan membuat keputusan atas praperadilan yang sedang

    memeriksa keabsahan penyelidikan, penerapan prosedur hukum dan penghormatan

    hak-hak asasi manusia warga negara Indonesia oleh Kejaksaan Agung dalam kasus ini.

    Dalam sesi sidang praperadilan sampai saat ini, tidak ada bukti yang disampaikan oleh

    Kejagung yang membuktikan adanya kerugian negara. Tidak juga ada bukti yang

    menyatakan terdapat aktivitas melawan hukum yang dilakukan para karyawan CPI. Dan

    tidak ada alasan yang jelas yang disampaikan oleh Kejagung mengapa karyawan-

    karyawan ini dijadikan tersangka atas keterlibatan mereka dalam program lingkungan

    yang terbukti sukses dan disetujui oleh pemerintah. Kami yakin bahwa penahanan

    Kejagung atas karyawan kami, warga negara Indonesia ini, tidak disertai bukti-bukti

    adanya tindakan kriminal. Para karyawan ini, sebagai ayah dan ibu, dikenal baik di

    lingkungannya dan di industri ini telah dipisahkan dari keluarga mereka selama hampir

    dua bulan. Salah satu karyawan, seorang wanita, sempat dimasukkan ke dalam sel

    tahanan laki-laki. Permintaan penangguhan penahanan sebelum persidangan telah

    ditolak meski sudah ada jaminan bahwa mereka akan hadir dalam persidangan. Bahkan

    Kejagung kembali memperpanjang masa penahanan mereka tanpa alasan yang sah dan

    bisa dipahami. Jeff Shellebarger, Managing Director Chevron IndoAsia business unit,

    menyatakan,Kami sangat prihatin dan sangat khawatir atas tidak dihormatinya hak-hak

    hukum, hak sipil dan hak asasi para karyawan kami. Karyawan kami memiliki hak untuk

    mengetahui alasan dijadikan tersangka dan alasan ditahan oleh Kejagung. Kami akan

    terus memberikan dukungan penuh untuk mempertahankan hak dan reputasi karyawan

    kami dan keluarganya dan berharap Pengadilan Negeri Jakarta Selatan akan berlaku adil

    dan obyektif terhadap fakta-fakta yang ada dalam memeriksa kasus ini.

  • 7/26/2019 Meutia Fakhriah Tekrem B

    6/7

    Proyek bioremediasi yang dilaksanakan oleh PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI)

    merupakan program pengelolaan lingkungan yang berhasil yang telah disetujui dan

    dimonitor oleh instansi pemerintah terkait. Proyek ini nyata dan tidak fiktif. CPI

    menyayangkan proses penyidikan Kejaksaan Agung yang sedang berlangsung ini, karenamenurut CPI bertentangan dengan kerangka peraturan di industri minyak dan gas di

    Indonesia. Menurut Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing Contract/PSC), semua

    proyek yang bisa dibebankan ke dalam cost recovery merupakan kewenangan mutlak

    BPMIGAS dan proses audit pemerintah. Selanjutnya, semua biaya yang terkait proyek

    bioremediasi CPI dibiayai sepenuhnya oleh CPI dan belum dimasukan ke dalam cost

    recovery, sehingga tidak ada uang negara yang dipakai untuk pelaksanaan proyek ini.

    CPI memiliki proses tender/kontrak yang sangat ketat, harus mendapatkan persetujuan

    BPMIGAS dan sejalan dengan kode perilaku dan etika bisnis yang tinggi, yang harus

    ditaati oleh semua karyawan. CPI akan sepenuhnya mempertahankan karyawan yang

    melakukan pekerjaan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan memegang teguh kode

    prilaku dan etika bisnis yang ditetapkan.

    3. Evaluasi dan Putusan peradilan

    Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Matheus Samiadji, menegaskan empat

    orang tersangka perkara proyek bioremediasi PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI)

    tidak bebas dari perkara yang menjeratnya, meski mereka keluar dari tahanan.

    "Bukan bebas tetapi dibebaskan dari tahanan dan mereka tetap tersangka. Kecuali

    penyidik menghentikan penyidikan," kata Samiadji saat berbincang dengan

    VIVAnews.com, Rabu 28 November 2012.

    Samiadji menuturkan, ada setidaknya enam gugatan atau permohonan yang

    diajukan empat tersangka itu dalam sidang praperadilan. Dari enam itu, hanya dua

    pokok yang dikabulkan. "Yang empatnya bisa dikatakan ditolak. Antara lain adalah

    penyelidikan, penetapan tersangka, dan pencekalan yang disebut tidak sah. Karena itu

    bukan materi praperadilan," ujarnya. Samiadji melanjutkan dua pokok permohonan

    yang dikabulkan adalah terkait dengan penahanan dan ganti rugi atas kesalahan dalam

    proses penahanan itu dengan jumlah maksimal senilai Rp1 juta. "Syarat ditahan harus

    didasarkan bukti yang cukup. Kemarin bukti tidak cukup seperti yang diatur dalam pasal

    21 ayat 1 KUHAP. Dan 184 dan 183 KUHAP," jelasnya. Sebelumnya, Kejagungmenetapkan tujuh tersangka dalam kasus yang berdasar audit BPKP diperkirakan

  • 7/26/2019 Meutia Fakhriah Tekrem B

    7/7

    merugikan negara mencapai US$9 juta atau Rp100 milliar. Mereka diduga keras dan

    cukup bukti terlibat dalam tindak pidana korupsi. Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

    mengabulkan sebagian permohonan praperadilan empat tersangka kasus proyek

    bioremediasi dari PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) antara lain Kukuh Kertasafari,Widodo, Bachtiar Abdul Fatah dan Endah Rumbiyanti atas penahanan mereka yang

    dianggap tidak sah. "Memutuskan mengabulkan sebagian permohonan pemohon dan

    menyatakan penahanan tidak sah," kata hakim Matheus Samiadji dalam sidang

    tersangka Bachtiar Abdul Fatah di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, kemarin.