METODOLOGI KEPERAWATAN
-
Upload
ridwan-conan -
Category
Documents
-
view
50 -
download
4
Transcript of METODOLOGI KEPERAWATAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan
fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut , serta bersifat
persisten dan irreversible.
Menurut catatan medical record RS Fatmawati klien gagal ginjal kronik yang dirawat
di RS Fatmawati pada periode 1 Agustus 2003 – 31 Juli 2004 berjumlah 224 orang atau
6,73% dari 3327 penderita penyakit dalam yang dirawat, adapun periode 1 Agustus 2004 –
31 Juli 2005 berjumlah 237 orang atau 6,03 % dari 3930 klien penyakit dalam yang dirawat,
hal ini menunjukan penurunan jumlah penderita gagal ginjal kronis yang dirawat sebesar
0,33 %, namun demikian masalah keperawatan yang sering timbul pada gagal ginjal kronik
cukup kompleks, yang meliputi : kelebihan volume cairan, perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, kecemasan, penurunan cardiac out put, gangguan mobilitas fisik,
konstipasi / diare, resiko tinggi injuri perdarahan, perubahan proses pikir dan kurangnya
pengetahuan.
Dalam mengatasi berbagai permasalahan yang timbul pada pasien gagal ginjal kronik,
peran perawat sangat penting, diantaranya sebagai pelaksana, pendidik, pengelola, peneliti,
advocate. Sebagai pelaksana, perawat berperan dalam memberikan asuhan keperawatan
secara profesional dan komprehensif yang meliputi : mempertahankan pola nafas yang
efektif, mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, meningkatkan asupan nutrisi
yang adekuat, meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi dan mencegah injury.
Sebagai pendidik perawat memberikan pendidikan kesehatan, khususnya tentang
perbatasan diet, cairan, dll. Perawat sebagai pengelola, yaitu perawat harus membuat
perencanaan asuhan keperawatan dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya
sehingga program pengobatan dan perawatan dapat berjalan dengan baik. Peran perawat
sebagai peneliti adalah menerapkan hasil penelitian di bidang keperawatan untuk meningkat
1
mutu asuhan keperawatan. Peran perawat sebagai advocate adalah membela hak klien
selama perawatan, seperti hak klien untuk mengetahui rasional penatalaksanaan medis,
pemeriksaan penunjang , dan sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah definisi penyakit gagal ginjal kronik?
Bagaimana epidemiologi kasus penyakit gagal ginjal kronik?
Bagaimana etiologi penyakit gagal ginjal kronik?
Apa sajakah klasifikasi penyakit gagal ginjal kronik?
Bagaimanakah patofisiologi penyaki gagal ginjal kronik?
Bagaimanakah manifestasi klinis penyakit gagal ginjal kronik?
Apasajakah pemeriksaan diagnostik penyakit gagal ginjal kronik?
Bagaimanakah penatalaksanaan penyakit gagal ginjal kronik?
Apa sajakah komplikasi pada penyakit gagal ginjal kronik?
Bagaimanakah prognosis penyakit gagal ginjal kronik?
Bagaimanakah asuhan keperawatan penyakit gagal ginjal kronik?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan gambara tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Hj.H yang
Mengalami Gagal Ginjal Kronik.
1.3.2 Tujuan Khusus
2
a. Pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami gagal ginjal kronik.
b. Diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami gagal ginjal kronik.
c. Perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami gagal ginjal kronik.
d. Implementasi pada klien yang mengalami gagal ginjal kronik.
e. Hasil evaluasi keperawatan pada klien yang mengalami gagal ginjal kronik.
1.4 Manfaat
Sebagai dasar dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien penderita
penyakit diabetes mellitus dan sebagai sarana pengembangan ilmu dan penatalaksanaan
pada pasien penyakit diabetes mellitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1 Definisi
Penyakit gagal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang
beragam mengakibatkan penurunan fungsi yang progresif, dan pada umumnya berakhir
dengan gagal ginjal. Selanjutnya gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai
dengan penurunan fungsi ginjal yang irrefesibel, pada suatu derejat yang memerlukan terapi
pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal.Uremia adalah suatu
sindrom klinik dan labolatirikyang terjadi pada semua organ, akibat penurunan fungsi ginjal
pada penyakit ginjal kronik.
2.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, data tahun 1995-1999 menyatakan insiden penyakit ginjal kronik
diperkirakan 100 kasus per juta penduduk per tahun, dan angka ini meningkat sekitar 8%
setiap tahunnya. Di Malaysia, dengan populasi 18 juta, diperkirakan terdapat 1800 kasus baru
gagal ginjal per tahun. Di negara- negara berkembang lainnya insiden ini diperkirakan sekitar
40-60 kasus per juta penduduk per tahun.
2.3 Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat dibagi dalam
2 kelompok :
a.Penyakit Parenkhim Ginjal
o Penyakit ginjal primer: Glomerulonefritis, Mielonefritis, Ginjal Polikistik, TBC
Ginjal.
o Penyakit Ginjal sekunder: Nefritis lupus, Nefropati, Amilordosis ginjal,
Poliarteritis nodasa, Sclerosis sistemik progresif, Gout, DM
b.Penyakit Ginjal Obstrukdsi : Pembesaran Prostat, batu saluran Kemih, Refluks ureter.
Secara garis besar penyebab gagal ginjal dapat dikategorikan
o Infeksi yang berulang dan nefron yang memburuk
o Obstruksi saluran kemih
4
o Dekstruksi pembuluh darah akibat diabetes dan hipertensi yang lama.
2.4 Patofisiologi
Pada gagal ginjal kronik fungsi renal menurun, produk akhir protein ysng normalnya
diekskresikan ke dalam urine tertimbn dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap
sistem tubuh. Semakin banyak timbunan sampah, maka gejala akan semakin berat.
Penurunan jumlah glomeruli yang normal menyebabkan penurunan klirens subtansi darah
yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal. Dengan menurunnya glomerulo filtrat rate (GFR)
mengakibatkan penurunan klirens kreatinin dan peningkatan kadar kreatinin serum.
Hal ini menimbulkan gangguan metabolisme protein dalam usus yang menyebabkan
anureksia, naungsea, maupun vomitus yang menimbulkan perubahan nutrisi kurang daro
kebutuhan tubuh. Peningkatan urium kreatinin sampai ke otak mempengaruhi fungsi kerja
mengakibatkan gangguan pada syaraf, terutama pada neurosensori. Selain itu Blood Urium
Nitrogen (BUN) biasa juga meningkat. Pada penyakit ginjal tahap akhir urine tidak dapat
dikosentrasikan atau diencerkan secara normal sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan
elektrolit natrium dan cairan tertahan meningkatkan gagal jantung kongestif. Penderita dapat
menjadi sesak napas, akibat dari ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan.
Dengan tertahannya natrium dan cairan bisa terjadi edema dan asites. Hal ini
menimbulkan resiko kelebihan volume cairan dalam tubuh, sehingga perlu dimonitor balance
cairannya. Semakin menurunnya fungsi renal terjadi asidosis metabolik akibat
mengekskresikan muatan asam( H+)yang berlebih. Terjadi penurunan produksi eritroprotein
yang mengakibatkan terjadinya anemia. Sehingga pada penderita dapat timbul keluhan
adanya kelemahan dan kulit terlihat pucat menyebabkan tubuh tidak toleran terhadap
aktivitas.
Dengan penurunannya filtrasi glomerulus ginjal terjadi peningkatan kadar fosfat serum
dan penurunan kadar serum kalsium. Penurunan kadar kalsiun serum menyebabkan sekresi
parathohormon dari kelenjar paratiroid. Laju penurunan fungsi ginjal dan perkembangan
gagal ginjal kronik berkaitan dengan gangguan yang mendasari, ekskresi protein dalam urine,
dan adanya hipertensi(Bruner dan Suddarth, 2001)
2.5 Klasifikasi
5
Klasifikasi penyakit gagal ginjal kronik didasarkan atas 2 hal yaitu atas dasar
derajat(stade) penyakit dan atas dasar etiologi.
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar EFG yang dihitung dengan
menggunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut:
(140- umur ) X berat badan
LFG (ml/ mnt/ 1,73m2)
72X kreatinin plasma (mg/dl)
Klasifikasi Penyakit Gagal Ginjal Kronikatas Dasar Derajat Penyakit
Derajat Penjelasan LFG(ml/mnt/
1,73m2)
1
2
3
4
5
Kerusakan ginjal denggan LFG normal /meningkat
Kerusakan ginjal dengan LFG menurun ringan
Kerusakan ginjal dengan LFG menurun sedang
Kerusakan ginjal dengan LFG menurun berat
Gagal ginjal
≥90
60-89
30-59
15-29
<15/ dialisis
2.6 Manifestasi Klinik
Gejala – gejala akibat gagal ginjal kronik :
a. Umum : Fatig, malaise, gangguan tumbuh kembang.
b. Kulit : Pucat, mudah lecet.
c. Kepala dan Leher : Fetur uremik, lidah kering dan berselaput.
d. Kardiovaskuler : Hipertensi, kelebihan cairan, gagal jantung,
perikarditis, uremik, penyakit vaskuler,.
e. Pernapasan : Hiperventilasi asidosis, edema paru, efusi pleura.
f. Gastrointestinal : Anoreksia, nausea, gastritis, ulkus
pepetikum, colitis uremik, diare yang disebabkan oleh antibiotic.
6
g. Kemih : Nokturia, poliuria’
h. Reproduksi : Penurunan libido
i. Hematologi : Anemia, mudah mengalami perdarahan.
j. Endokrin : Multiple
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Kreatinin plasma akan meningkat seiring dengan penurunan laju filtrasi glomerulus,
dimulai bila lajunya kurang dari 60 ml/menit. Konsentrasi ureum plasma kurang dapat
dipercaya karena dapat menurun pada diet rendah protein dan meningkat pada diet tinggi
protein. Pemeriksaan biokimia plasma untuk mengetahui fungsi ginjal dan gangguan
elektrolit, mikroskopik urin, urinalisis. USG ginjal sangat penting untuk mengetahui ukuran
ginjal dan penyebab gagal ginjal, missal adanya obstruksi pelvis ginjal dan kista.
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanan penyakit ginjal kronik meliputi :
Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid (comorbid condition)
Memperlambat pemburukan fungsi ginjal
Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kaardiovaskuler
Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi
Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal
2.9 Komplikasi
7
Adapun komplikasi dari gagal ginjal kronik adalah :
Hipertensi
Anemia
Osteodistrofi renal
Payah jantung
Asidosis metabolik
2.10 Prognosis
Pada pasien gagal kronik prognosisnya buruk
BAB III
8
ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL KRONIK
3.1 Pengkajian
Tgl/bln/MRS : 3 April 2007
Ruang : Bedah
Kamar No : 3
1. Identitas klien
Nama : Hj. H
Umur : 40 tahun
No. reg : 0762xxx
Tanggal lahir : 23 januari 1968
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jombang xxx
Suami : H. X
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jombang xxx
No. Telf : 081333xxx
2. Keluhan Utama
9
MRS
Klien mengatakan : Tidak bisa buang air kecil dan nyeri pada pinggang
sebelah kanan.
Saat Pengkajian
Klien mengatakan : Nyeri pada pinggang.
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan : Nyeri pada pinggang, nyeri sering timbul pada malam hari secara
berturut-turut.
4. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan : Sebelumnya pasien pernah mengalami hipertensi dan sakit
pinggang sejak dia duduk di bangku kuliah dan pasien dapat
mengatasinya dengan obat-obat yang dibeli ditoko
5. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga mengatakan : Bapak didapatkan penyakit hipertensi dan diabetes militus dan
menyebabkan bapaknya meninggal
GGK
10
Meninggal
Laki-laki
Wanita
Px
3.2 Pola Aktifitas Sehari - hari
Sebelum MRS Sesudah MRS
1. Aktifitas dan istirahat
Pasien mengatakan : susah
tidur pada malam hari ( tidur
hanya 3-4 jam pada malam hari)
Pasien mengatakan : Sering
mengalami kelemahan otot
bahkan keram.
Pasien mengatakan gerak
sedikit mudah lelah.
Pasien mengatakan : Susah tidur
pada malam hari( tidur hanya 2 jam)
Pasien mengatakan : mengalami
kelemahan otot dan sering keram
pada alat gerak
Pasien mengatakan : Mudah lelah
2. Nutrisi
Pasien mengatakan : setiap hari
hanya makan 2x sehari dengan
komposisis:
a.Nasi : 2 entong
b.Sayur : sayur saja tanpa kuah
c.Lauk : tahu,temped an
kadang ikan
Pasien mengatakan : sering
merasa mual setelah makan.
Pasien mengatakan : Berat
badanya bertambah dari 45 kg
naik menjadi 48 kg selama 3
hari.
Pasien mengatakan : Frekuensi
minumnya 13 gelas kali
200cc /hari = 2600cc/hari
Pasie mengatakan : Setiap hari
makan 3x sehari ( diet ahli gizi )
dan tidak habis
Pasien mengatakan : Mualnya
berkanjut bahkan sampai muntah
Pasien mengatakan : Badannya
bertambah dari 48 kg menjadi 50 kg
dalam 2 hari dan terus berlanjut
Pasien mengatakan : frekuensi
minumnya bertambah 14 gelas kali
200cc per hari = 2800cc perhari
11
3. Eliminasi
Pasien mengatakan : jarang
berkemih dan jika berkemih
hanya sedikit kurang lebih
600cc perhari
Pasien mengatakan :
Perutnya sering kembung
dan frekuensi 2x1 hari
Pasien mengatakan :
urinenya agak pekat dan
berwarna kuning
kecoklatan.
Pasien mengatakan ; Sering
diare( tinjanya lembek dan
berair )
Pasien mengatakan : jarang
berkemih dan jika berkemih
hanya sedikit kurang lebih
600cc per hari
Pasien mengatakan :
perutnya sering kembung
dengan frekuensi 3-4x
sehari
Pasien mengatakan :
diarenya berkurang ( tinja
sudah agak lunak dan tidak
berair)
4. Pola persepsi diri dengan konsep
diri
Pasien mengatakan : sedang
mendapat cobaan dan pasien
tidak malu dan sedih akan
penyakitnya serta pasien
optimis akan kesembuhan
penyakitnya.
Pasien mengatakan ; sedang
mendapat cobaan dan pasien
tidak malu dan sedih akan
penyakitnya serta pasien
optimis akan kesembuhan
penyakinya
5. Pola persepsi kognitif ( perasaan )
Pasien dapat membedakan
rasa, raba, lihat,
pendengaran serta
penciuman, dan proses
berpikir lancer.
Pasien mengatakan : ada
rasa nyeri pada pinggang
yang kadang timbul dan
kadang hilang
12
3.3 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Pada saat pengkajian, keadaan pasien lemah, letih, dan lesu, kesadaran baik,
penampilan pasien kotor, pakaiannya rusuh, dan badannya mengelurkan baru.
2. TTV
TD : 90/60 mmHg
N : 120x/menit
CRT : 4 detik
Turgor : > 6 detik
Akral : Dingin
TB : 160 cm
BB : 60 kg ( sebelum sakit 55 kg ) meenurun 5 kg.
3. Head to toe
a. Kepala
Inspeksi : kapala berbentuk bulat dan jika dilihat tidak didapatkan benjolan,
rambut kotor dan kemerahan.
Palpasi : krepitasi (-), nyeri tekan (-), lesi (-).
b. Wajah
Inspeksi : Pucat, skelera ikterik (-)/(-),anemis (+)/(+),Simetris, kotoran
hidung (+)/(-), mukosa bibir kering dan pecah-pacah
Palpasi : Tidak adanya nyeri tekan
c. Leher
Inspeksi : Pembesaran kelenjar tiroid negative
Palpasi : pembesaran vena jugularis ( -), pembesaran kelenjar limfe (-)
d. thorak
Inspeksi : Simetris, Pembesaran thorak (-), koste tidak menonjol
Palpasi : pembesaran thorak (-), nyeri tekan (-), RR 24x/menit, gangguan
pernapasan (-),Traktil frenitus (-)/(-),krepitasi (-)
Auskultasi : ronchi (-),whizzing (-)
14
e. Ekstermitas
Inspeksi : Pembengkakan ekstermitas SD (+)
Pembengkakan ekstermitas SS (+)
Pembengkakan ekstermitas ID (+)
f. Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen N tidak didapatkan benjolan tidak didapat asites
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : tympani
Auskultasi : Bising usus
g. Integumen
Kulit kelihatan pucat, terutama pada bagian wajah
15
3,4 Pohon Masalah
16
Etiologi
Infeksi saluran kemih
Nefron sehat mengalami hipertrofi
Terjadi kerusakan nefron
GFR
Keseimbangan glomerolus-tubulus tidak dapat dipertahankan
Beban kerja nefron
Proses reabsorbsi terganggu
GGK
Fleksibelitas pd proses ekskersi maupun konsentrasi zat terlarut
Gang. Pemenuhan nutrisi
BUN kreatinin
Keringat berbau amoniak
Urea dalam air liurUreum dalam keringat
Penumpukan toxin uranik
Intake nutrisi
Mual, muntah
Bau mulutedema
Gang. Pemenuhan ADL
Lemah,letih,lesu
energi
Msk ke intersisial kulit
Terjadi reflug
Ekskresi terganggu
Pe cairan pd pembuluh darah
Urin masuk dalam darah
Gang. Intregitas kulit
Fungsi lap kulit
Resiko curah jantung
3.5 Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1 Ds : pasien mengatakan jangtung
berdetak dengan cepat.
Do :
TTV : TD :160/90 mmhg
N : 82 kali/mnt
RR : 36 kali/menit
T : 37,8 ⁰C
Klien tampak gelisah
Resiko tinggi terhadap
penurunan curah
jantung
Ketidak seinbangan
cairan dan elektrolit
2 Ds : pasien mengatakan tidak ada nafsu
makan, mual, dan ingin muntah
Do :
Porsi makan tudak habis
Lemak subkutan tipis
BB awal 60 Kg/BB akir 55 Kg
Muntah (+)
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Intake nutrisi yang
tidak adekuat
3 Ds : pasien mengatakan bengkak pada
tangan Serta terasa nyeri
Do :
Turgor > 2 detik
Piting edema (+)
Tangan klien tampak bengkak
Klien tampak membatasi gerak
Perubahan integritas
kulit
Adanya edema dan
kerapuhan kapiler
4 Do : pasien mengatakan sulit tidur pada
malam hari
Do :
Mata merah (+)
Pucat
Lemah
Gangguan
penemenuhan
pemenuhan ADL
Kelemahan fisik
17
Hb : 7,7 mg/dl
3.6 Diagnosa keprawatan :
1. gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan
muntah
3. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan edema dan kerapuhan kapiler.
4 Resiko tinggi terhadap curah jantung berhubungan dengan peningkatan cairan
18
3.5 NCP
Tgl No
Dx
Perencanaan Rasional Ttd
Tujuan Kriteri hasil Intervensi
1 Jangka pendek :
mampu
beraktifitas untuk
dirinya
Jangka panjang :
mampu
berpartisipasi
dalam aktifitas
perawatan diri
Berkurangnya
kelemahan
Pemenuhan keb
istirahat (tidur)
Dapat
melaksanakan
mobilisasi
dengan baik
Mandiri
Identifikasi
factor yang
dapat
mendukung
pasien untuk
toleransi
terhadap
aktifitas
Atur jadwal
pasien,
pemberian
istirahat antara
aktifitas dan
waktu tidur
yang cukup
Batasi
pengunjung dan
lamanya
kunjung selama
periode istirahat
Bantu pasien
dalam
merencanakan
jadwal aktifitas
sehari-hari
Kolaborasi :
Sebagai indicator
untuk mengetahui
factor yang
mendukung
aktifitas sehingga
memudahkan
dalam memenuhi
ADL.
Dengan pemberian
waktu istirahat
diharapkan klien
lebih menghemat
energy/ komsumsi
O2
Menyediakan
energy yang
dibutuhkan selama
penyembuhan
melalui istirahat
Mengurangi
mobilisasi yang
kurang efektif
19
Pemberian obat
analgesic
sedative (CTM)
Untuk
meningkatkan rasa
ngantuk
2 Jangka pendek :
Pemasukan
makanan yang
adekuat
Jangka panjang :
kebutuhan nutrisi
klien sesuai
dengan toleransi
tubuh
Merencanakan
jumlah
kalori/nutrisi
yang tepat
Mempertahankan
berat badan
Menunjukkan
tingkat energy
yang biasanya
Mandiri
Pantau
masukan nutrisi
makanan setiap
hari
Timbang berat
badan
Beri masukan
nutrisi secara
teratur
Lakukan
perawatan oral
higine
Kolaborasi
Pemeriksaan
lab. BUN,
kreatinin dan
albumin
Kolaborasi
Pemberian diet
tinggi kalori,
rendah garam,
rendah protein
Dengan pantauan
pola makan setiap
hari nutrisi klien
dapat terpenuhi
Merupakan
indicator
pemenuhan nutrisi
yang adekuat
Meminimalkan
anoreksia,
meningkatkan
absorbs
Membantu
menutralkan
amoniak yang
dibentuk oleh
perubahan urea
Sebagai indicator
kebutuhan nutrisi
serta pembatasan
dan kebutuhan
nutrisi
20
Lemak dan protein
tidak digunakan
sebagai energy
utama, sehingga
tidak terjadi
penumpukan yang
bersifat asam, diet
rendah garam
memungkintan
retensi air kedalam
lattravaskular
3 Jangka pendek :
mencegah
timbulnya
infeksi,
menurunkan
resiko terjadinya
kerusakan
integritas kulit
Jangka panjang :
tercapainya
proses
penyembuhan
edema
Berkurangya
edema dan lesi
pada kulit
Turgor < 2 detik
Mandiri
Kaji kulit dari
kemerahan,
kerusakan,
memar
Berikan
perawatan kulit
dengan lotion
untuk
menghindari
keringat
Intruksikan
pasien untuk
tidak
menggaruk
daerah edema
Bantu pasien
untuk
mengubah
posisi tiap 2 jam
Deteksi dini
terhadap masalah
pada kulit untuk
memudahkan
tindakan
Mengurangi gatal
dan keringat pada
kulit, iko mencegah
robekan pada kulit
Menurunkan resiko
intradernal
Mencegah
penekanan terus
menerus yang
21
jika pasien
bedres total
Pertahankan
kulit tetap
kering dan
bebas keringat
Anjurkan klien
untuk memakai
pakaian dari
katun yang
longgar
Kolaborasi
Berikan matras
busa/ flotasi
menyebabkan luka
karena
vaskularisasi tidak
lancer
Menurunkan iritasi
dermal dan resiko
kerusakan kulit
Mencegah iritasi
dermal langsung
dan meningkatnya
evaporasi pada kulit
Menurunkan
tekanan lama pada
jaringan, yang
dapat membatasi
perfusi selular yang
menyebabkan
nekrosis
4 Jangka pendek :
mengembalikan
keseimbangan
cairan sirkulasi
dalam waktu < 2
jam
Jangka panjang :
penurunan
curang jantung
tidak terjadi
Mepertahankan
curah jantung
Mandiri
Awasi TD dan
frekuensi
jantung dengan
melakukan
EKG
Auskultasi
bunyi jantung
dan paru,
evaluasi
Deteksi dini
terhadap kelebihan
cairan
Untuk mengetahui
adanya GGK
( takikardi,
frekuensi jantung
22
adanyya edema
dan keluhan
dispnea
Kaji adanya
derajat
hipertensi
( awasi TD)
Pertahankan
tirah baring dan
pemenuhan
istirahat adekuat
Obserfasi
adanya nyeri
dada
Kolaborasi
Pemeriksaan
lab. (K, Na, Ca,
dan Mg)
Berikan
tambahan
oksigen
Berikan obat
antihipertensi
( kaptopril,
hidralazin,
prazozin, dll).
tidak teratur,
dispnea, seanosis,
edema).
Disfungsi ginjal
dapat
mengakibatkan
hipertensi karena
gangguan pada
system aldosteron
rennin /
angiotensin.
Hipertensi dan GJK
kronis dapat
menyebabakan IM,
kurang lebih pasien
GGK dengan
dialysis mengalami
perikarditis
Ketidakseimbangan
dapat menggangu
konduksi elektrikal
dan fungsi jantung
Menurunkan
konsumsi
oksigen/kerja
jantung
Menurunkan
tahanan faskuler
23
sistemik dan
pengeluaran rennin
untuk menurunkan
kerja miokardial
dan membantu
mencegah GJK.
3.6 Implementasi dan Evaluasi
24
No. Dx
Tgl/ hari/ jam
Implementasi Evaluasi TTD
1. Mengidentifikasi klien 2. Mengatur jadwal istirahat
dan aktivitas klien3. Mengatur jadwal kunjungan
pada klien4. Memberikan obat analgesic
pada klien( CTM)
S :pasien mengatakan bias tidur nyenyakO :mata merah Tidak tampak pucatTidak lemahA :masalah teratasiP :atur jadwal aktivitas dan istirahat
1. Observasi menu makanan klien
2. Menimbang BB klien3. Memberikan masukan nutrisi
secara terutur dan adekuat4. Melakukan perawatan oral
hygyne5. Memantau hasil
pemeriksaan lab (keratin dan albumin)
6. Memberikan menu makanan dengan diet tinggi kalori, rendah garam, dan rendah proten
S :pasien mengatakan napsu makan kembaliO :
pasien mengatakan porsi makan habis
lemak sukotan kembali BB meningkat (dari 55kg
menjadi 60kg) Muntah (-)
A :masalah teratasiP :pertahankan asupan nutrisi yang adekuat serta memenuhi diet rendah garam, rendah protein dan tinggi kalori
1. Mengkaji kondisi kulit2. Memberikan perrawatan
kulit dengan lotion3. Mengintruksikan klien untuk
tidak menggaruk daerah edema
4. Membantu klien merubah posisi setiap 2 jam
5. Mempertahankan kondisi kulit klien agar tetap kering dan bebas dari keringat
6. Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang longgar
7. Memberikan matras busa pada klien
S :pasien mengatakan edema mulai menyusut serta nyeri mulai berkurang O :
Tugor >2 dtk Pitting adema (+) Edema pada tangan mulai
menyusut Klien mulai bias beraktivitas
sendiri A :masalah teratasi sebagian P :lakukan impementasi 2, 3, 5, & 7
1. Mengobservasi TD klien dan melakukan EKG
2. Mengauskultasi denyut jantung & paru
3. Mengobservasi adanya nyeri
S :pasien mengatakan detak jantung tidak cepatO :
TD : 120/80mmHg N : 80/ menit
25
dada4. Memantau hasil
pemeriksaan lab (K, Na, Ca, Mg)
5. Memberikan tambahan oksigen
6. Memberikan obat antihipertensi (hidralazin, prozazin, kaploprin)
RR : 20X/menit S : 36,5 ⁰C
A : masalah teratasiP : observasi terus TTV klien
BAB IV
26
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat, biasanya berlangsung beberapa tahun. Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai
macam penyakit yang merusak nefron ginjal. Gambaran umum perjalanan gagal ginjal
kronik dapat diperoleh dengan melihat hubungan antara kebersihan kreatinin dan
kecepatan filtrasi glomerulus (GFR) sebagai persentasi dari keadaan normal, terhadap
kreatinin serum dan kadar nitrogen urea darah (BUN) dengan rusaknya messa nefron
secara progresif oleh penyakit ginjal. Prognosis dari penyakit ini adalah buruk maka dari
itu pencegahan dini harus dilakukan.
4.2 Saran
Bagi klien dan keluarga
Di harapkan klien lebih mengerti dan memahami serta mau menjaga organ –organ
penting didalam tubuh contohnya organ ginjal ssetidaknya klien dan keluarga lebih
berhati-hati serta mencegah timbulnya penyakit tersebut.
Bagi perawat
Di harapkan dalam melakukan tindakan mengacu pada asuhan keperawatan sehingga
masalah yang terjadi dapat teratasi dengan baik dan dapat bekerja secara professional.
27