METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM...

82
1 METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM TAFSIR AL-MISBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB Oleh DINI NUR’AENI 103024027538 JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H./2009 M.

Transcript of METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM...

Page 1: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

1

METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS

DALAM TAFSIR AL-MISBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB

Oleh

DINI NUR’AENI103024027538

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H./2009 M.

Page 2: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

2

ABSTRAK

DINI NUR’AENIMetode Terjemahan Ayat-Ayat Hukum Waris Dalam Tafsir al-MisbahKarya M. Quraish Shihab

Al-Qur’an secara empiris merupakan suatu naskah teks, sebagai suatu kitab yangmenggunakan sarana komunikasi bahasa. Namun demikian, hendaklah dipahamibahwa al-Qur’an berbeda dengan teks sastra maupun teks lainnya. Kekhususan inikarena sifat hakikat bahasa yang terkandung di dalam al-Qur’an memiliki fungsiyang berbeda dengan fungsi bahasa lainnya. Perbedaan ini terletak pada hakikatmakna, fungsi bahasa al-Qur’an yang khas, Universal, dan mengatasi ruang danwaktu.

Allah swt. sebagai Pencipta dan Pengatur alam semesta adalah sumbersegala pengetahuan yang menurunkan al-Qur’an untuk menjadi petunjuk danpegangan bagi hidup manusia tidak mungkin tidak menjelaskan segala-galanya.Begitu juga dengan hukum waris, hukum waris Islam yang dibawa NabiMuhammad saw. telah mengubah hukum waris Arab pra-Islam dan sekaligusmerombak struktur hubungan kekerabatannya, bahkan merombak sistemkepemilikan masyarakat tersebut atas harta benda, khususnya harta pusaka.Sebelumnya, dalam masyarakat Arab ketika itu, wanita tidak diperkenankanmemiliki harta benda, kecuali wanita dari kalangan elite, bahkan wanita menjadisesuatu yang diwariskan.

”Pelajarilah Al-Qur’an dan ajarkanlah kepada orang lain, serta pelajarilahfaraid dan ajarkanlah kepada orang lain. Sesungguhnya aku seorang yang bakalmeninggal, dan ilmu ini pun bakal sirna hingga akan muncul fitnah. Bahkan akanterjadi dua orang yang akan berselisih dalam hal pembagian (hak yang mesti iaterima), namun keduanya tidak mendapati orang yang dapat menyelesaikanperselisihan tersebut”. (HR Daruquthni)

Sebagaimana telah penulis ungkapkan di atas bahwa al-Qur’an merupakankitab yang Universal yang menembus ruang dan waktu. Sehingga dalammemahami satu makna kata saja dalam al-Qur’an dapat timbul berbagai macampendapat. Selain itu juga dalam memahami makna al-Qur’an banyak metode yangdigunakan. Dengan melihat serta menganalisis beberapa terjemah al-Qur’an yangditerjemahkan dalam berbagai metode serta tipe yang berbeda-beda, akhirnyadapat dijadikan sebuah perbandingan analisis bagi penulis.

Page 3: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

3

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat pemilik alam raya dan segenap

isinya (Allah swt). Tanpa kekuatan dan pancaran Dzatnyalah, sesungguhnya

penulis tidak yakin untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat serta

salam semoga tercurah kepada tokoh pembaharu sepanjang masa Nabi

Muhammad saw.

Dalam penulisan skripsi ini, banyak hambatan dan kesulitan yang penulis

hadapi. Namun, alhamdulillah berkat rahmat dan pertolongan Allah swt., serta

bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Oleh karena itu sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih yang tak

terhingga:

1. Bapak Dr. H. Abd. Chair, selaku Dekan Fakultas Adab Dan Humaniora

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Abdullah, M.Ag., Pembantu Dekan III Fakultas Adab dan

Humaniora yang telah membuat citra Jurusan Tarjamah baik di mata

Jurusan lain.

3. Bapak Drs. H. Ahmad Syatibi, M. Ag., selaku Pembimbing Akademik.

4. Bapak Drs. Ikhwan Azizi, M.A., selaku Ketua Jurusan Tarjamah,

merangkap sebagai Dosen pembimbing skripsi yang banyak membantu

penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini, bukan saja persoalan-

persoalan subtansial dalam skripsi ini, tapi lebih kepada ketelitian dalam

menelaah teks-teks, paragraf demi paragraf yang berujung pada

penambahan ilmu baru bagi penulis.

Page 4: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

4

5. Bapak H. Ahmad Syaekhudin, M. Ag., selaku Sekertaris Jurusan

Tarjamah.

6. Ibu Karlina Helmanita, M. Ag., selaku Dosen Seminar Skripsi.

7. Seluruh Dosen di Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora, yang

telah mencurahkan segenap kemampuannya dalam memberikan ilmu

pengetahuan. Dalam hal ini, penulis selalu berdoa semoga semua ilmu

yang telah diserap penulis dari mereka menjadi ilmu yang bermanfaat dan

menjadi bekal kelak di masa depan. Amin.

8. Penulis juga menyampaikan secara khusus kepada kedua orang tua,

Ayahanda H. Ahmad Shaleh dan Ibunda Hj. Ai Nuroh. Terimakasih yang

tak terhingga, karena merekalah yang telah memberi dukungan lahir batin

kepada penulis untuk terus belajar hingga dapat menyeleseikan studi di

Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora. Serta tak henti-hentinya

mendoakan dengan tulus untuk kesuksesan penulis. Buat satu-satunya adik

tersayang Hani Tahliani yang sedang ”menimba” ilmu di Pesantren.

Perjuangan kamu masih panjang ’Dik’ jangan pernah lelah untuk

menggapai mimpi.

9. Penulis juga ingin menyampaikan tarima kasih sedalam-dalamnya secara

pribadi kepada Samsiri Sirojuddarory. Dorongan kasih sayang dan

pengorbanan yang hampir diberikan setiap saat. Dari itu semua, hari-hari

penulis yang tak pernah berhenti diterpa gelombang semangat, termasuk

dari menyelesaikan skripsi ini adalah buah dari dorongan semangatnya.

Page 5: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

5

10. Untuk melengkapi ucapan terima kasih ini tak puas untuk menyertakan

sahabat-sahabat penulis Ceu Na2, te2 Naj, Ayoe si nyit-nyit yang centil

yang ga’ pernah kehilangan ide untuk lawakannya. Mpo Goday Zinta, dan

te’ Entis. Doa Bom2 selalu menyertai kalian, he..he..!

11. Ucapan terima kasih ini juga disampaikan untuk semua teman-teman

tarjamah angkatran 2003. Terima kasih kawan atas semuanya. Semoga

suka dan duka yang kita jalani bersama selama menuntut ilmu akan

menjadi kenangan terindah yang tak pernah terlupakan. Saat KKN, waktu

itulah kita mengenal pribadi masing-masing yang ternyata semua Gokil

Abiiizzzz! itu adalah kenangan yang tak akan pernah terdelet dalam dalam

ingatan penulis.

Atas semua bantuan dari berbagai pihak, penulis hanya bisa

mengembalikan kepada Allah swt, dan semoga segala bantuannya dibalas sebagai

amal baik dengan balasan yang berlipat ganda. Amin!

”Tak ada gading yang tak retak.” Penulis merasa skripsi ini masih banyak

kekurangan, tapi penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja

yang membutuhkannya, baik sebagai rujukan penulisan skripsi, penulisan

makalah dan lainnya. Akhirnya penulis berharap semoga Allah swt, senantiasa

meridoi semua langkah kita. Amin!

Jakarta, 22 Juni 2009

Penulis

Page 6: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

6

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................ 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................... 6

D. Metode Penelitian ......................................................... 6

E. Sistematika Penulisan ................................................... 7

BAB II KERANGKA TEORI ...................................................... 8

A. Teori Penerjemahan ...................................................... 8

1. Definisi Penerjemahan ............................................ 8

2. Metode Penerjemahan ............................................. 12

3. Proses Penerjemahan............................................... 18

4. Prosedur penerjemahan ........................................... 22

B. Pengertian Kalimat Efektif ........................................... 24

1. Definisi Kalimat Efektif .......................................... 24

2. Stuktur Kalimat Efektif .......................................... 25

3. Ciri-ciri Kalimat Efektif .......................................... 32

Page 7: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

7

BAB III M. QURAISH SHIHAB DAN TAFSIR AL-MISBAH .... 38

A. Biografi dan Perjalanan Karier M. Quraish Shihab........ 38

B. Latar Belakang Penulisan Tafsir Al-Misbah .................. 43

C. Karya-Karya Ilmiah M. Quraish Shihab ........................ 44

BAB IV ANALISIS TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM

WARIS ............................................................................. 47

A. Analisis Metode Terjemahan M. Quraish Shihab........... 47

B. Analisis Gramatikal Terjemahan M. Quraish Shihab ..... 54

C. Keunggulan dan Kelemahan Terjemahan M. Quraish

Shihab........................................................................... 64

BAB V PENUTUP ....................................................................... 67

A. Kesimpulan................................................................... 67

B. Rekomendasi.................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 70

Page 8: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

8

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Penulisan transliterasi huruf Arab-Latin dalam skripsi ini berpedoman pada buku

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang disusun oleh

Tim Penulis CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terbitan tahun 2007.

A. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا Tidak dilambangkan

ب b be

ت t te

ث ts te dan es

ج j je

ح h ha dengan garis di bawah

خ kh ka dan ha

د d de

ذ dz de dan zet

ر r er

ز z zet

س s es

ش sy es dan ye

ص s es dengan garis di bawah

ض d de dengan garis di bawah

ط t te dengan garis di bawah

ظ z zet dengan garis di bawah

Page 9: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

9

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ع ‘ Koma terbalik di atas hadap kanan

غ gh ge dan ha

ف f ef

ق q ki

ك k ka

ل l el

م m em

ن n en

و w we

ـھ h ha

ء ´ apostrof

ي y ye

B. Tanda Vokal

Tanda Vokal Arab (Tunggal) Tanda Vokal Latin Keterangan

ـ◌ ـ a fathah

ــ i kasrah

ــ u dammah

Page 10: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

10

Tanda Vokal Arab (Rangkap) Tanda Vokal Latin Keterangan

يــ ai a dan i

وــ au a dan u

Tanda Vokal Arab (Panjang) Tanda Vokal Latin Keterangan

ـا ـ â a dengan topi di atas

ـي ـ î i dengan topi di atas

وـ ـ û u dengan topi di atas

C. Penulisan Ta Marbûtah

1. Huruf ta marbûtah dialihaksarakan menjadi /h/, jika terdapat pada kata yang

berdiri sendiri.

Kata Arab Alih Aksara

طريقة tarîqah

2. Huruf ta marbûtah dialihaksarakan menjadi /h/, jika diikuti oleh kata sifat

(na’t).

Kata Arab Alih Aksara

الجامعة الإسلامية al-jâmi’ah al-islâmiyyah

3. Huruf ta marbûtah dialihaksarakan menjadi /t/, jika diikuti kata benda (ism).

Kata Arab Alih Aksara

حدووجة الود wahdat al-wujûd

Page 11: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah wahyu, kitab yang mengandung firman Allah swt.

diturunkan kepada manusia melalui Nabi Muhammad saw. dengan perantara

Jibril, untuk menjadi petunjuk dan pegangan bagi hidup manusia sekarang

maupun di akhirat kelak.

Al-Qur’an secara empiris merupakan suatu naskah teks, sebagai suatu

kitab yang menggunakan sarana komunikasi bahasa. Namun demikian,

hendaklah dipahami bahwa al-Qur’an berbeda dengan teks sastra maupun

teks lainnya. Kekhususan ini karena sifat hakikat bahasa yang terkandung di

dalam al-Qur’an memiliki fungsi yang berbeda dengan fungsi bahasa lainnya.

Perbedaan ini terletak pada hakikat makna, fungsi bahasa al-Qur’an yang

khas, Universal, dan mengatasi ruang dan waktu.1

Al-Qur’an secara teks memang tidak berubah tetapi penafsiran atas

teks selalu berubah, sesuai dengan konteks dan waktu manusia. Karenanya

al-Qur’an selalu membuka diri untuk dianalisis, dipersepsi, dan

diinterpretasikan (ditafsirkan) dengan berbagai alat, metode, dan pendekatan

untuk menguak isi sejatinya.2

1Sahiron Syamsuddin, dkk., Hermeneutika Al-Qur’an Mazhab Yogya (Yogyakarta:Islamika, 2003), h. 69-70.

2Umar Shihab, Kontektualitas Al-Quran Kajian Tematik Ayat-Ayat Hukum DalamAl-Quran (Jakarta: Permadani, 2005), h. 69.

Page 12: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

12

Allah swt. sebagai Pencipta dan Pengatur alam semesta adalah sumber

segala pengetahuan yang menurunkan al-Qur’an untuk menjadi petunjuk dan

pegangan bagi hidup manusia tidak mungkin tidak menjelaskan segala-

galanya.3 Begitu juga dengan hukum waris, hukum waris Islam yang dibawa

Nabi Muhammad saw. telah mengubah hukum waris Arab pra-Islam dan

sekaligus merombak struktur hubungan kekerabatannya, bahkan merombak

sistem pemilikan masyarakat tersebut atas harta benda, khususnya harta

pusaka. Sebelumnya, dalam masyarakat Arab ketika itu, wanita tidak

diperkenankan memiliki harta benda, kecuali wanita dari kalangan elite,

bahkan wanita menjadi sesuatu yang diwariskan.4

Islam merinci dan menjelaskan melalui al-Qur’an bagian tiap-tiap ahli

waris dengan tujuan mewujudkan keadilan di dalam masyarakat. Meskipun

demikian, sampai kini persoalan pembagian harta waris masih menjadi

penyebab timbulnya keretakan hubungan keluarga. Ternyata, di samping

karena keserakahan dan ketamakan manusianya, kericuhan itu sering

disebabkan oleh kekurangtahuan ahli waris akan hakikat waris dan cara

pembagiannya.

Kekurang pedulian umat Islam terhadap disiplin ilmu ini memang

tidak kita pungkiri, bahkan Imam Qurtubi telah mengisyaratkannya: “Betapa

banyak manusia sekarang mengabaikan ilmu faraid.”5

Dalam praktek kehidupan sehari-hari, persoalan waris sering kali

menjadi krusial yang terkadang memicu pertikaian dan menimbulkan

3Harun Nasution, Islam Rasional (Bandung: Mizan), h. 26.4http://media.isnet.org/islam/waris/index.html, diakses pada tanggal 10 Juni 2008.5http://media.isnet.org/islam/waris/index.html, diakses pada tanggal 10 Juni 2008.

Page 13: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

13

keretakan hubungan keluarga. Penyebab utamanya ternyata keserakahan dan

ketamakan manusia, di samping karena kekurang-tahuan pihak-pihak yang

terkait mengenai hukum pembagian waris. Padahal, Allah swt. di dalam

al-Qur’an mengatur pembagian waris secara lengkap. Sementara itu, di sisi

lain, kita jumpai kenyataan bahwa beberapa kalangan, termasuk para pelajar

di sekolah-sekolah Islam, menganggap faraid (ilmu yang mengatur

pembagian harta pusaka) sebagai momok yang menakutkan.6

Allah swt. dalam surah an-Nisa', menegaskan dan merinci bagian

setiap ahli waris yang berhak untuk menerimanya. Perlu kita ketahui bahwa

ayat 11,12, dan 176 dalan surah an-Nisa’ merupakan asas ilmu faraid, di

dalamnya berisi aturan dan tatacara yang berkenaan dengan hak dan

pembagian waris secara lengkap. Oleh sebab itu, orang yang dianugerahi

pengetahuan dan hafal ayat-ayat tersebut akan lebih mudah mengetahui

bagian setiap ahli waris, sekaligus mengenali hikmah Allah Yang Maha

Bijaksana.

Allah Yang Maha Adil tidak melalaikan dan mengabaikan hak setiap

ahli waris. Bahkan dengan aturan yang sangat jelas dan sempurna. Allah

menentukan pembagian hak setiap ahli waris dengan adil serta penuh

kebijaksanaan. Maha Suci Allah. Dia menerapkan hal ini dengan tujuan

mewujudkan keadilan dalam kehidupan manusia, meniadakan kezaliman di

kalangan mereka, menutup ruang gerak para pelaku kezaliman, serta tidak

6http://media.isnet.org/islam/waris/index.html, diakses pada tanggal 10 Juni 2008

Page 14: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

14

membiarkan terjadinya pengaduan yang terlontar dari hati orang-orang yang

lemah.

Imam Qurthubi dalam tafsirnya mengungkapkan bahwa ketiga ayat

tersebut merupakan salah satu rukun agama, penguat hukum, dan induk ayat-

ayat Ilahi. Oleh karenanya faraid memiliki martabat yang sangat agung,

hingga kedudukannya menjadi separo ilmu. Hal ini tercermin dalam hadits

berikut, dari Abdullah Ibnu Mas'ud bahwa Rasulullah saw. bersabda:7

عوالتآنمالقروهلمعواسواالنلمعتوضائاالفروهلمعواسفإالنينؤرماضوقبإنمولمالعسيقبضرظهتونتىالفتحفلتخيانثنىالاف

ةلاالفريضانجديناممهنيل بفصي)الدارقطنيرواه(

”Pelajarilah al-Qur’an dan ajarkanlah kepada orang lain, sertapelajarilah faraid dan ajarkanlah kepada orang lain. Sesungguhnya akuseorang yang bakal meninggal, dan ilmu ini pun bakal sirna hingga akanmuncul fitnah. Bahkan akan terjadi dua orang yang akan berselisih dalamhal pembagian (hak yang mesti ia terima), namun keduanya tidak mendapatiorang yang dapat menyelesaikan perselisihan tersebut.” (HR Daruquthni)8

Oleh karena itu, al-Qur’an merupakan acuan utama hukum dan

penentuan pembagian waris, sedangkan ketetapan tentang kewarisan yang

diambil dari hadits Rasulullah saw. dan ijma' para ulama sangat sedikit. Dapat

dikatakan bahwa dalam hukum dan syariat Islam sedikit sekali ayat al-Qur’an

yang merinci suatu hukum secara detail dan rinci, kecuali hukum waris ini.

Hal demikian disebabkan kewarisan merupakan salah satu bentuk

7Imam ad-Daruquthni, Sunan al-Daruquthni, Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1966. Jilid 4, h. 81.8http://media.isnet.org/islam/waris/index.html, diakses pada tanggal 10 Juni 2008

Page 15: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

15

kepemilikan yang legal dan dibenarkan AlIah swt. di samping bahwa harta

merupakan tonggak penegak kehidupan baik bagi individu maupun kelompok

masyarakat.9

Sebagaimana telah penulis ungkapkan di atas bahwa al-Qur’an

merupakan kitab yang Universal yang menembus ruang dan waktu. Sehingga

dalam memahami satu makna kata saja dalam al-Qur’an dapat timbul

berbagai macam pendapat. Selain itu juga dalam memahami makna al-Qur’an

banyak metode yang digunakan. Dengan melihat serta menganalisis beberapa

terjemah al-Qur’an yang diterjemahkan dalam berbagai metode serta tipe

yang berbeda-beda, akhirnya dapat dijadikan sebuah perbandingan analisis,

serta untuk memfokuskan pembahasan, maka tulisan ilmiah ini mencoba

mengangkat judul Metode Terjemahan Ayat-Ayat Hukum Waris Dalam

Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk memudahkan penelitian, menghindari terlalu melebarnya

jangkauan penelitian dan untuk dapat menemukan sebuah pengertian secara

lebih mendalam, maka penulis mencoba membatasi penelitian seputar analisis

terjemahan ayat-ayat al-Qur’an tentang hukum waris. Adapun perumusan dan

pembatasan masalah adalah sebagai berikut:

1. Apa motode terjemahan ayat-ayat hukum waris dalam Tafsir al-Misbah?

2. Apakah terjemahan ayat-ayat hukum waris dan Tafsir al-Misbah sudah

memenuhi kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar?

9http://media.isnet.org/islam/waris/index.html, diakses pada tanggal 10 Juni 2008.

Page 16: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

16

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui motode terjemahan ayat-ayat hukum waris dalam

Tafsir al-Misbah.

2. Mengetahui terjemahan ayat-ayat hukum waris dalam Tafsir al-Misbah

dengan tolak ukur bahasa Indonesia yang baik dan benar.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat kepustakaan (library researct) dari buku-buku,

majalah-majalah, karya ilmiah serta media elektronik atau internet yang

memiliki hubungan erat dengan skripsi ini, guna mengumpulkan sebanyak

mungkin data-data yang diperlukan. Data pustaka yang digunakan terbagi

dua, yaitu data primer dan data sekunder. Tafsir al-Misbah menjadi data

primer dalam penelitian ini, sedangkan data sekundernya adalah sumber-

sumber lain yang mendukung data primer. Kemudian di dalam

pembahasannya penulis menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu

terlebih dahulu mendeskripsikan data-data atau bahan-bahan yang akan

dipergunakan sebagai sumber primer, kemudian dianalisis secara

proporsional lalu dituangkan dalam skripsi ini.10

Untuk menghindari penulisan yang keliru, maka dalam tekhnik

penulisan, penulis sepenuhnya berpedoman pada buku Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) tahun 2007 yang diterbitkan oleh

10Syahrin Harahaf, Metodologi Studi dan Penelitian Ilmu-ilmu Ushuluddin (Jakarta:Grafindo, 2000), h. 8-9.

Page 17: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

17

CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab

dan sub bab. Adapun susunannya adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Kerangka teori yang berisikan mengenai seputar penerjemahan,

mulai definisi penerjemahan, metode penerjemahan, proses

penerjemahan, prosedur penerjemahan, definisi kalimat efektif,

stuktur kalimat efektif, dan ciri kalimat efektif.

BAB III : M. Quraish Shihab dan Tafsir al-Misbah yang berisikan

mengenai, biografi dan perjalanan karier M. Quraish Shihab,

latar belakang penulisan Tafsir al-Misbah, dan karya-karya

ilmiah M. Quraish Shihab.

BAB IV : Analisis terjemahan ayat-ayat hukum waris, berisikan mengenai

analisis metode penerjemahan ayat-ayat hukum waris, analisis

gramatikal, dan keunggulan dan kelemahan terjemahan ayat-

ayat hukum waris dalam Tafsir al-Misbah.

BAB V : Berisikan tentang kesimpulan dari penelitian yang telah

dianalisis, serta menyertakan rekomendasi yang positif dan

membangun bagi semua pihak.

Page 18: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

18

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Teori Penerjemahan

1. Definisi Penerjemahan

Penerjemahan merupakan salah satu unsur terpenting dalam kajian

kebahasaan. Dalam bahasa Indonesia istilah ‘terjamah’ diambil dari bahasa

Arab, tarjamah. Bahasa Arab sendiri mengambil istilah tersebut dari

bahasa Armenia, turjuman. Kata turjuman serupa dengan tarjamah dan

tarjuman yang berarti orang yang mengalihkan tuturan dari satu bahasa ke

bahasa lainnya.11

Banyak sekali definisi terjemahan yang dikemukan oleh para ahli.

Namun dalam pandangan Ibnu Burhan, apapaun definisi yang digunakan,

sebaiknya dipertimbangkan prinsif operasional akomodatif. Akomodatif

dalam arti mempertimbangkan definisi-definisi yang pernah dikemukakan

oleh para pengkaji pendahulu. Ini dimaksudkan sebagai sikap apresiatif

menghargai terhadap hal-hal yang dihasilkan oleh para pengkaji

sebelumnya. Sedangkan prinsif operasional memiliki maksud, bahwa

definisi yang digunakan sekalipun akomodatif terhadap hasil-hasil

sebelumnya harus tetap berpijak pada pertimbangan, apakah definisi

tersebut dapat dioperasikan pada tahap yang lebih praktis atau tidak.12

11Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia; Teori dan Praktek (Jakarta: Humaniora,2005), h. 7.

12Ibnu Burhan, Menjadi Penerjemah; Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), Cet. Ke-1, h. 9.

Page 19: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

19

Tanslation atau penerjemahan selama ini didefinisikan melalui

berbagai cara dengan latar belakang teori dan pendekatan yang berbeda.

Meskipun sangat tidak mewakili keseluruhan definisi yang ada dalam

dunia penerjemahan dewasa ini.13

Terjemahan secara etimologis berasal dari bahasa Arab ‘Tarjama’

yang artinya penjelasan, bila dikatakan ‘Tarjama kalamuhu’ artinya ia

menerangkan ucapannya dan ia mengalih-bahasakan satu teks dari satu

bahasa ke dalam bahasa lain.14

Kata terjemah berasal dari bahasa Arab tarjamah. Kata tersebut

kedudukannya sebagai mashdar yaitu Fi’il Madhi Ruba’i al-Mujarrad

‘tarjamah’ yang bentuknya terjadi sebagai berikut

ترجم،يتجرم،ترجةم،وترجام،فهو متجرم،وذاك مترجم،تجرم،

مجرتم،مجرتم،مجرتتلا

Dalam muradif yang lain kata tarjama bisa berarti فسر menafsirkan

atau menginterpretasikan. Kata ترجم juga berarti حشر menerangkan,

menjelaskan, atau ترجم juga berarti اعملی menerjemahkan (ide pikiran) ke

dalam tindakan mengoperasionalkan.15

Sedangkan secara terminologis terdapat beberapa definisi

diantaranya adalah sebagai kegiatan memindahkan suatu amanat dari

13Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemahan (Jakarta: Gramedia, 2000), h. 4 dan 5.14Ahcmad Satory Ismail, Dasar-Dasar Menterjemah (Diktat Mata Kuliah Terjemah),

Fakultas Adab & Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bagian I, h. 2.15Atabik Ali, Kamus Kontemporer (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996), Cet. Ke-4,

h. 456.

Page 20: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

20

bahasa sumber ke dalam bahasa penerima dengan pertama-tama

mengungkapkan maknanya dan kedua mengungkapkan gaya bahasanya.16

Ada beberapa pengertian terjemahan menurut para ahli antara

lain:17 Menurut definisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti

terjemahan yaitu menyalin (memindahkan) dari satu bahasa ke dalam

bahasa lain, atau mengalih bahasakan.18

Sedangkan menurut Ibnu Burhan, bahwa penerjemahan sebagai

usaha memindahkan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.19

Catford (1965), seorang profesor Universitas Michigan

mengatakan dalam bukunya A Linguistic Theory of Translation ia

mendefinisikannya sebagai “the reflacement of textual material in one

language by equivalent textual material in another language”, (mengganti

bahan teks dalam bahasa sumber dengan bahan teks yang sepadan dalam

bahasa sasaran).20

Begitu juga Newmark (1988), seperti yang dikutip Rochayah

Machali, memberikan definisi serupa, yaitu: “rendening the meaning of a

teks into another language in the way that the author intenden the teks”

(menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan

yang dimaksud pengarang).21

16Satory Ismail, Dasar-Dasar Menterjemah, h. 2.17Nurachman Hanafi, Teori dan Seni Menerjemahkan (flores: Nusa Indah, 1986), Cet.

Ke- 1, h. 23.18Depdikbud, KBBI (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), Cet. Ke-1, h. 903.19Ibnu Burhan, Menjadi Penerjemah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), Cet. Ke-1, h. 10.20Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah (Jakarta: Gramedia, 2000), h. 5.21 Ibid.

Page 21: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

21

Eugene A. Nida dan Crarles R. Taber, dalam buku mereka The

Theory and Practice of Translation, memberikan definisi penerjemahan

sebagai berikut: “translating consists in reproducing in the receptor

language massage, first in terms of meaning and secondly in term of style”

(menerjemahkan berarti menciptakan paduan yang paling dekat dalam

bahasa penerima terhadap pesan dalam bahasa sumber, pertama dalam hal

makna dan kedua kesesuaian pada gaya bahasanya).”22

Sedangkan menurut Savory (1968) mengemukakan hakikat

penerjemahan di dalam bukunya The Art of Translations dengan

“penerjemahan menjadi mungkin dengan adanya gagasan yang sepadan di

balik ungkapan verbal yang berbeda.”23

Lain halnya dengan definisi yang dikemukakan Brinslin (1973)

dalam bukunya Translation Application and Research: ”penerjemahan

adalah istilah umum yang mengacu pada proses pengalihan buah pikiran

dan gagasan dari suatu bahasa (sumber) ke dalam bahasa sasaran, baik

dalam bentuk lisan maupun tulisan; baik kedua bahasa tersebut telah

mempunyai sistem ataupun belum, baik salah satu atau keduanya

didasarkan pada isyarat orang tuna rungu.”24

Secara lebih sederhana, menerjemahkan dapat didefinisikan

sebagai memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa

sasaran dengan pertama-tama mengungkapkan maknanya dan kedua gaya

bahasanya.

22A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan (Yogyakarta: Kanisius, 1989), Cet. Ke-1.23Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation, Bahasa Penuntun Praktis

Menerjemahkan (yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 12.24 Ibid., h. 12-13.

Page 22: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

22

Melihat kilas definisi tersebut menurut penulis nampak berbeda-

beda namun, mempunyai maksud dan tujuan yang sama yaitu adanya

persamaan dan penyesuaian pesan yang disampaikan oleh penulis naskah

dengan pesan yang diterima oleh pembaca.

2. Metode Penerjemahan

Di dalam literatur penerjemahan banyak ragam yang diterapkan.

Agar penilaian pembaca tetap baik terhadap penerjemah, perlu kiranya

memiliki pengetahuan tentang ragam penerjemahan tersebut, penerjemah

dapat mengetahui dengan ragam apa yang harus digunakan untuk

menerjemahkan teks yang bersangkutan.

Penulis akan memaparkan delapan metode yang digunakan oleh

Newmark, yaitu (1) metode yang memberikan penekanan pada bahasa

sumber (BSu); (2) metode yang memberikan penekanan pada bahasa

sasaran (BSa). Dalam metode jenis yang pertama, penerjemah berupaya

mewujudkan kembali dengan setepat-tepatnya makna kontekstual teks

sumber (Tsu), meskipun dijumpai hambatan-hambatan sintaksis dan

semantis pada teks sasaran (TSa) (yakni hambatan bentuk dan makna).

Dalam metode kedua, penerjemah berupaya menghasilkan dampak yang

relatif sama dengan yang diharapkan penulis asli terhadap pembaca versi

BSu.25

Metode-metode yang memberikan penekakan terhadap bahasa

sumber yaitu:

25Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, h. 49.

Page 23: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

23

a. Penerjemahan Kata Demi Kata

Dalam metode penerjemahan jenis ini biasanya kata-kata teks

sasaran langsung diletakan di bawah versi teks sumber. Kata-kata

dalam teks sumber diterjemahkan di luar konteks, dan kata- kata yang

bersifat kultural dipindahkan apa adanya. Umumnya metode ini

dipergunakan sebagai tahapan pra-penerjemahan (sebagai gloss) pada

penerjemahan teks yang sangat sukar atau untuk memahami

mekanisme bahasa sumber.26

بتكوعندى ثلاثةDan di sisisku tiga buku-buku.

b. Penerjemahan Harfiah

Dengan menggunakan metode harfiah ini, kontruksi gramatikal

bahasa sumber dicarikan padanannya yang terdekat dalam bahasa

sasaran, tetapi penerjemahan leksikal atau kata-katanya dilakukan

terpisah dari konteks. Dalam proses penerjemahan, metode ini dapat

digunakan sebagai metode pada tahap awal pengalihan, bukan sebagai

metode yang lazim. Sebagai proses penerjemahan awal, metode ini

dapat membantu penerjemah melihat masalah yang harus diatasi.27

اءجرلجمرنالبالجرالإوحسإلانكوغياى يلمتارساعدةضاياحلالزالز

Datang seorang laki-laki baik ke Yogyakarta untuk membantu korban-korban gempa bumi.

26Ibid.,h. 50-51.27Ibid., h. 51.

Page 24: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

24

c. Penerjemahan Setia

Penerjemahan setia mencoba mereproduksi makna kontekstual

teks sumber dengan masih dibatasi oleh struktur gramatikalnya. Kata-

kata yang bermuatan budaya dialih bahasakan, tetapi penyimpangan

dari segi tata bahasa dan pilihan kata masih tetap dibiarkan.

Penerjemahan berpegang teguh pada maksud dan tujuan teks sumber,

sehingga hasil terjemahan kadang-kadang sering terasa kaku dan

seringkali asing.28

هكوثيرالرمادDia (laki-laki) dermawan karena banyak abunya.

d. Penerjemahan Semantis

Apabila dibandingkan dengan penerjemahan setia, penerjemahan

semantis lebih luwes, sedangkan penerjemahan setia lebih kaku dan

tidak berkompromi dengan kaidah teks sasaran. Berbeda dengan

penerjemahan setia, penerjemahan semantis harus pula

mempertimbangkan unsur estetika teks bahasa sumber dengan

mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran.

Selain itu, kata yang hanya sedikit bermuatan budaya dapat

diterjemahkan dengan kata yang netral atau istilah yang fungsional.

Bila dibandingkan dengan penerjemahan setia penerjemahan semantis

lebih fleksibel, sedangkan penerjemahan setia lebih terikat oleh bahasa

sumber.29

28 Ibid., h.51-52.29Ibid., h. 52.

Page 25: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

25

أريذتا الوجهأنيمالفاملصSaya melihat si muka dua di depan kelas.

Selain melalui penekanan kepada bahasa sumber seperti dijelaskan

diatas, metode penerjemahan dapat lebih ditekankan kepada bahasa

sasaran. Ini berarti bahwa selain pertimbangan kewacanaan, penerjemah

juga mempertimbangkan hal-hal lain yang berkaitan dengan bahasa

sasaran. Berikut ini adalah keempat metode tersebut.

a. Penerjemahan Adaptasi (termasuk saduran)

Adaptasi merupakan metode penerjemahan yang paling bebas

dan paling dekat dengan bahasa sasaran. Istilah “saduran” dapat

dimasukan di sini asalkan penyadurannya tidak mengorbankan hal-hal

penting dalam teks sumber, misalnya tema, karakter atau alur.

Biasanya metode ini dipakai dalam penerjemahan drama atau puisi,

yaitu yang mempertahankan tema, karakter dan alur. Tetapi dalam

penerjemahan, terjadi peralihan budaya bahasa sumber ke budaya

bahasa sasaran, serta teks asli ditulis kembali serta diadaptasikan ke

dalam teks sasaran. Sebagai contoh adalah penerjemahan (lebih tepat

penyaduran) drama Shakespeare berjudul ‘Macbeth’ yang disadur oleh

penyair terkenal WS. Rendra dan dimainkan di Taman Ismail Marzuki

Jakarta 1994. Rendra mempertahankan semua karakter dalam naskah

Page 26: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

26

asli, dan alur cerita juga dipertahankan, tetapi dialognya sudah disadur

dan disesuaikan dengan budaya Indonesia.30

حينا امنارااننردبKetika bulan purnama bersinar

b. Penerjemahan Idiomatik

Metode ini bertujuan mereproduksi pesan dalam teks BSu, tetapi

sering dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik

yang tidak didapati pada versi aslinya. Dengan demikian, banyak

terjadi distorsi nuansa makna.31

ولاإةذا اللمبعدالتبعBerakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian.

c. Penerjemahan Komunikatif

Metode ini mengupayakan reproduksi makna kontekstual yang

demikian rupa, sehingga baik aspek kebahasaan maupun aspek isi

langsung dapat dimengerti oleh pembaca. Oleh karena itu, versi teks

sasarannya juga langsung berterima. Sesuai dengan namanya, metode

ini memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi, yaitu khalayak

pembaca dan tujuan penerjemahan. Melalui metode ini, sebuah versi

30Ibid., h. 53.31Ibid., h. 54.

Page 27: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

27

teks sumber dapat diterjemahkan menjadi beberapa versi teks sasaran

sesuai dengan prinsip-prinsip di atas.32

نطتورمفطن نثةممنقلعثةممنمضغةKita tumbuh dari mani, segumpal darah, dan kemudian segumpaldaging (awam)

Kita berproses dari sperma, lalu zigot, dan kemudian embrio(berpelajar)

d. Penerjemahan Bebas

Terjemahan bebas meliputi terjemahan yang tidak

memperdulikan aturan tata bahasa dan bahasa sumber. Orientasi yang

paling menonjol adalah pemindahan makna.33 Yang dimaksud dengan

terjemanahan bebas bukan berarti penerjemah boleh menerjemahkan

sekehendak hatinya sehingga esensi terjemah itu sendiri hilang. Bebas

di sini berarti ”penerjemah dalam menjalankan misinya tidak terlalu

terikat oleh bentuk maupun struktur kalimat yang terdapat pada naskah

berbahasa sumber. Ia boleh melakukan modifikasi kalimat dengan

tujuan agar pesan atau maksud penulis naskah mudah dimengerti

secara jelas oleh pembacanya.”34 Metode ini lebih mengutamakan isi

dan seakan-akan mengorbankan struktur gramatikal bahasa sumber.

Metode ini sering dipakai di kalangan media masa. Terjemahan bebas,

pada umumnya, lebih banyak diterima ketimbang terjemahan harfiah,

karena dalam terjemahan bebas biasanya tidak terjadi baik

32Ibid., h. 55.33Burhan, Menjadi Penerjemah, h. 16.34Nurachman Hanafi, Teori dan Seni Menerjemahkan (Flores: Nusa Indah, 1986), Cet.

Ke- 1, h. 56.

Page 28: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

28

penyimpangan makna, maupun pelanggaran norma-norma bahasa

sasaran. Terkadang metode ini berbentuk para frasa yang lebih panjang

atau pendek dari naskah aslinya. Kekurangan teknik terjemahan bebas

ini ialah bahwa yang disampaikan oleh terjemahan bebas ke dalam teks

bahasa sasaran bukan padanan makna teks bahasa sumber, tapi

gambaran situasi, yang menghasilkan perolehan padanan situasi.35

جميعما ينشرى المفلجةيعبرعنكيأرباتهلاا ويعببرالضرورةعنالميأرلجة

Terjemahnya: Isi di luar tanggung jawab percetakan.36

3. Proses Penerjemahan

Penerjemahan sebagai suatu proses, memilki beberapa tahap

sehingga menghasilkan terjemahan yang diinginkan. Terlebih lagi hasil

terjemahan yang baik ialah terjemahan yang mampu menghadirkan isi atau

pesan yang akan disampaikan oleh penulis. Dalam penerjemahan ini,

setidaknya ada tiga tahap yang harus dilakukan oleh penerjemah untuk

mendapatkan hasil yang dianggap baik.

a. Tahap Analisis

Bila kita dihadapkan pada sebuah teks, maka langkah pertama

yang akan kita lakukan yaitu menganalisis teks bahasa sumber tersebut

35Salihen Moentaha, Bahasa dan terjemahan, Language and Translation The NewMillennium Publication (Jakarta: Kesaint Blanc, 2006), h. 52-53.

36Moch. Mansyur dan Kustiawan, Pedoman Bagi Penerjemah Arab Indonesia, Indonesia-Arab (Jakarta: Moyo Segoro Agung, 2002), h. 112.

Page 29: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

29

sebelum diterjemahkan. Analisis ini meliputi apa maksud pengarang

menuliskan teks tersebut, apakah untuk menjelaskan sesuatu, bercerita

atau untuk mempertahankan pendapatnya?37

Semua hal diatas tersebut merupakan pertanyaan dasar yang

harus jelas jawabannya bagi penerjemah, sebelum ia menerjemahkan

teks sumber tersebut ke dalam bahasa sasaran. Untuk menganalisis

bahasa sumber hendaknya penerjemah memperhatikan aspek tata

bahasa dan emosi yang terkandung dalam kata.38

Setelah mempunyai gambaran yang jelas barulah penerjemah

dapat memulai proses selanjutnya, yakni memindahkan atau

mengalihkan teks sumber tersebut ke dalam teks bahasa sasaran.

b. Tahap Pengalihan

Pada tahap ini, seorang penerjemah berupaya untuk

menggantikan unsur teks bahasa sumber dengan unsur teks bahasa

sasaran yang sepadan. Sepadan pada segala unsur dalam teks baik

bentuk maupun isinya.39

Dalam upaya pengalihan ini, terdapat beberapa pertanyaan

yang harus dikaitkan dengan pertanyaan dalam analisis dan

dipertimbangkan oleh penerjemah dalam kegiatan pengalihan diantara

pertanyaan tersebut adalah: apakah pesan penulis dalam naskah asli

harus tetap dipertahankan dalam terjemahan? Dapatkah penerjemah

37Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, h. 33.38Hanafi, Teori dan Seni Menerjemahkan, h. 63.39 Ibid., h. 35.

Page 30: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

30

mengubah pesan yang terdapat dalam naskah asli? Jika boleh, seberapa

banyak atau seberapa jauh dan mengapa? Inilah pertanyaan yang kerap

kali muncul di sela-sela proses penerjemahan. Namun demikian,

seperti yang telah dijelaskan pada definisi penerjemahan, seorang

penerjemah harus mempertahankan maksud yang ingin disampaikan

pengarang.40 Karena pada dasarnya terjemahan bukan sekedar

mengalihkan huruf atau kata yang terdapat dalam bahasa sumber,

tetapi lebih kepada pengalihan pesan yang terdapat dalam bahasa

sumber, tetapi lebih kepada pengalihan pesan yang terdapat dalam

bahasa sumber kepada bahasa sasaran. Tidak heran bila seorang

penerjemah yang telah memasuki tahap ini harus kembali ke tahap

analisis atau sebaliknya sampai ia yakin betul bahwa pemahaman dan

analisisnya sudah cukup baik.41

c. Tahap Penyerasian

Setelah tahap analisis dan pengalihan dilalui dengan baik, tahap

terakhir yang harus dilakukan ialah tahap penyerasian. Pada tahap ini,

penerjemah dapat menyesuaikan bahasanya yang masih terasa ’kaku’

untuk disesuaikan dengan kaidah bahasa sasaran. Di samping itu

mungkin juga terjadi penyerasian dalam hal peristilahan, misalnya

apakah menggunakn istilah yang umum ataukah yang baku.42

Tahap penyerasian ini adalah tahap akhir, ini berarti tahap-

tahap sebelumnya sudah diselesaikan dengan baik. Pada tahap

40Machali, Pedoman Bagi Penerjemah (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 35.41 Ibid., h. 38.42Machali, Pedoman Bagi Penerjemah. h. 38.

Page 31: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

31

penyerasian ini, penerjemah dapat melakukan tahap ini sendiri, atau

bisa meminta bantuan orang lain untuk mengoreksi. Ada dua hal yang

mendasari ungkapan ini. Pertama penerjemah kerap merasa kesulitan

mengoreksi kerjaan sendiri, karena secara psikologis ia akan

menganggap terjemahna sudah baik. Hal ini karena didorong latar

belakang yang ia miliki. Maka penyerasian yang dilakukan orang lain

cukup membantu dalam menghasilkan terjemahan yang baik dan

komunikatif. Kedua, penerjemah sebaiknya merupakan kerja tim;43 ada

yang menerjemahkan dan ada pula yang ’mengedit’. Hal ini

menyangkut faktor keterbacaan, karena terjemahan yang baik ialah

terjemahan yang mengadopsi pesan yang dimuat dalam naskah asli

kedalam bahasa sasaran, serta menyajikan komunikatif sehingga

terkesan naskah asli dengan naskah terjemahan tidak jauh berbeda.

Dari paparan di atas, dapat dikatakan bahwa seorang

penerjemah yang telah punya niatan untuk menggeluti bidangnya,

secara moral ia terikat dengan kenyataan bahwa ia harus menampilkan

apa yang terbaik bagi pembacanya. Untuk itulah baik buruknya suatu

produk terjemahan merupakan refleksi dan pencerminan pembuatnya

sendiri di masyarakat. Sebab produk terjemahan bukanlah milik

penulis naskah asli, tapi ia milik sejati penerjemah sendiri.44

43 Ibid.44Hanafi, Teori dan Seni Menerjemahkan, h. 65.

Page 32: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

32

4. Prosedur Penerjemahan

Menurut Syihabuddin dalam bukunya yang berjudul Penerjemahan

Arab Indonesia (teori dan praktek), istilah prosedur dibedakan dari

metode. Konsep yang pertama merujuk pada proses penerjemahan kalimat

dan unit-unit terjemahan yang lebih kecil, sedangkan konsep kedua

mengacu pada proses penerjemahan secara keseluruhan.45

Perbedaan antara metode dan prosedur terletak pada objeknya.

Objek metode adalah nas secara keseluruhan,46 sedangkan objek prosedur

penerjemahan berlaku untuk kalimat dan satuan-satuan bahasa yang lebih

kecil seperti klausa, frasa, kata dan sebagainya.47

Dalam Diktat Teori dan Permasalahan Terjemahan yang disususn

oleh Moch. Syarif Hidayatullah, prosedur penerjemahan terbagi menjadi

empat kelompok.

a. Taqdim dan Ta’khir

Mendahulukan kata dalam BSu yang diakhirkan dalam BSa

dan mengakhirkan kata dalam BSu yang didahulukan dalam BSa.

جاوالزددعالتملاسالإددحدق5 4 3 2 1

Islam telah membatasi poligami3 1 2 45

45Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia (Bandung: Humaniora, 2005), h.73.46Ibid.47Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 62.

Page 33: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

33

b. Ziyadah

Menambah unsur kalimat yang tidak terlihat dalam BSu.

صنالقعوسامعلمعظيم4 3 2 1

Menyusun kamus merupakan pekerjaan yang berat1 2 h 3 h 4

c. Hadzf

Tidak menerjemahkan beberapa kata dalam BSu untuk alasan

kelaziman atau kelogisan kalimat.

يفيمومذمياالأنهأبحمدلصيدالسمك9 8 7 6 5 4 3 2 1

Suatu hari, Ahmad memancing1234 6 89

d. Tabdil

Mengganti stuktur kata dalam BSu dengan memperhatikan

makna dalam BSu.

يوزعماناجلاويباع5 4 3 2 1

Gratis atau tidak diperjualbelikan2 45

Page 34: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

34

B. Pengertian Kalimat Efektif

1. Definisi Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan

informasi secara sempurna.48 Sedangkan Arifin dan Tasai menuturkan

bahwa kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk

menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau

pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis.49

Kalimat efektif haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai kalimat

yang baik, stukturnya teratur, kata yang digunakan mendukung makna

secara tepat dan hubungan antar bagiannya logis. Susunan kata yang tak

teratur, penggunaan kata yang berlebih, penggunaan kata yang tak tepat

makna, penggunaan kata yang tepat dalam kalimat, semuanya membuat

kalimat tidak efektif.

Secara garis besar pengertian kalimat efektif dikenal dalam

hubungan fungsi kalimat selaku alat komunikasi. Hubungan itu dijabarkan

dengan adanya keterlibatan setiap kalimat dalam proses penyampaian dan

penerima. Apa yang disampaikan dan diterima itu mungkin berupa ide,

gagasan, pesan atau informasi. Jadi, setiap kalimat dikatakan efektif bila

mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan atau berlangsung

secara sempurna, kalimat efektif mampu membuat isi atau maksud yang

disampaikan tergambar lengkap dalam pikiran si penerima (pembaca),

48Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif (Diksi, Stuktur, dan Logika) (Bandung: RefikaAditama, 2007), h. 66.

49Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk PerguruanTinggi (Jakarta: Akademi Pressindo, 2004), h. 89-90.

Page 35: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

35

persis seperti apa yang disampaikan pada teks atau ide dasar. Kalimat

sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat

itu dapat terjamin.50

Menurut Ida Bagus dalam bukunya kalimat efektif (diksi, stuktur,

dan logika), bahwa kalimat dikatakan efektif jika memenuhi dua syarat

utama; yaitu (a) stuktur kalimat efektif dan (b) ciri kalimat efektif.

2. Stuktur Kalimat Efektif

a. Stuktur Kalimat Umum

Ida bagus menuturkan bahwa unsur-unsur yang membangun

sebuah kalimat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: unsur wajib dan

unsur takwajib (unsur manasuka). Unsur wajib adalah unsur yang

harus ada dalam kalimat (yaitu unsur S/subjek dan P/predikat),

sedangkan unsur takwajib atau unsur manasuka adalah unsur yang

boleh ada dan boleh pula tidak ada (yaitu kata kerja bantu: harus,

boleh; keterangan aspek: sudah, akan; keterangan: tempat, waktu, cara

dan sebagainya) unsur-unsur tersebut bisa diikhtisarkan sebagai

berikut:

(Aux) (W)

K = FSb + (Asp) + FPr + (T)

(Pnd) (C)

50Ibid., h. 90.

Page 36: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

36

Keterangan: K : Kalimat

FSb : Frasa Subjek = FB (Frasa Benda)

FPr : Frasa Predikat = FB (Frasa Benda)

FK (Frasa Kerja)

FS (Frasa Sifat)

FD (Frasa Depan)

FBil (Frasa Bilangan)

Aux : Auxilary : harus, boleh, mau;

Asp : Aspek : sudah, akan, sedang;

Pnd : Pendesak : memang, tidak, hanya;

W : Waktu : sebelum, sesudah, ketika;

T : Tempat : di….., ke….., dari…..;

C : Cara : sebab, akibat, syarat,

perlawanan, keadaan, dan lain-

lainnya.

Unsur-unsur yang diapit tanda kurung disebut unsur manasuka,

sedangkan yang lainnya disebut unsur wajib. Untuk menyusun sebuah

kalimat sempurna, unsur wajib harus ada, sedangkan unsur manasuka

boleh digunakan atau tidak.51

Misalnya:Dia memang sudah harus pergi pagi ini ke kampus untuk ujian.FSb Pnd Asp Aux FPr W T C

51Ibid., h. 48.

Page 37: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

37

Unsur wajib kalimat di atas adalah dia dan pergi. Kedua unsur

wajib tersebut membentuk kalimat inti: Dia pergi.

Tidak selamanya, unsur-unsur yang membangun kalimat dalam

bentuk yang sederhana seperti kalimat contoh. Hal ini berarti pada

hakikatnya akan sering kita jumpai bentuk kalimat yang unsur-

unsurnya sudah dikembangkan lebih jauh.

b. Stuktur Kalimat Pararel

Yang dimaksud kesejajaran (pararelisme) dalam kalimat

menurut Ida Bagus adalah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang

sama yang dipakai dalam susunan serial. Jika sebuah ide dalam suatu

kalimat dinyatakan dengan frasa (kelompok kata), maka ide-ide yang

sederajat harus dinyatakan dengan frasa. Jika sebuah ide dalam suatu

kalimat dinyatakan dengan kata benda (misalnya bentuk pe-an, ke-an),

maka ide lain yang sederajat harus dengan kata benda juga. Demikian

juga halnya bila sebuah ide dalam suatu kalimat dinyatakan dengan

kata kerja (misalnya bentuk me-kan, di-kan), maka ide lainnya yang

sederajat harus dinyatakan dengan jenis kata yang sama. Kesejajaran

(pararelisme) akan membantu memberi kejelasan kalimat secara

keseluruhan.52 Contoh:

Penyakit Alzheimer alias pikun adalah satu segi usia tua yang palingmengerikan dan berbahaya, sebab pencegahan dan carapengobatannya tak ada yang tau.

52Ibid., h. 48-49.

Page 38: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

38

Dalam kalimat tersebut, ide yang sederajat adalah kata

“mengerikan dan berbahaya” dan kata “pencegahan dengan cara

mengobatinya.” Oleh sebab itu, bentuk yang dipakai untuk kata-kata

yang sederajat dalam kalimat tersebut harus sama (pararel) sehingga

kalimat tersebut ditata kembali menjadi kalimat.

Penyakit Alzheimer alias pikun adalah satu segi usia tua yang palingmengerikan dan membahayakan, sebab pencegahannya dan carapengobatannya tak ada yang tau.

Hal serupa dapat kita lihat pada contoh berikut:

Ibu meminang mesra si cilik Raminra, menyanyikan lagu, mengajakbicara, mengajak bercanda dengan senang hati.

Pada kalimat tersebut, ide-ide yang sederajat dinyatakan dalam

bentuk kelompok kata (frasa). Kalimat tersebut memakai awalan me-

dalam satuan kelompok kata (frasa), seperti pada meminang mesra,

menyanyikan lagu, mengajak bicara, dan mengajak bercanda.53

Sementara itu, Sugono (2003) yang dikutif oleh Ida Bagus

menyatakan, bahwa stuktur pararel dapat dilihat dari segi kesejajaran

satuan dalam kalimat. Yang dimaksud dengan satuan di sini adalah

satuan bahasa. Unsur pembentuk kalimat seperti subjek, predikat,

objek, dan sebagainnya dapat disebut satuan.54 Contoh:

Saya akan mengambil roti, mentega dan kacang.

53Ibid., h. 49.54Ibid.

Page 39: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

39

Kalimat tersebut terdiri atas tiga satuan fungsional, yaitu subjek,

predikat, dan objek. Subjek saya terdiri atas satu satuan; predikat akan

mengambil terdiri atas dua satuan; serta objek roti, mentega, dan kacang

terdiri atas tiga satuan. Jika kita membicarakan tentang kesejajaran satuan

dalam kalimat, yang dibahas adalah keadaan sejajar atau tidaknya satuan-

satuan yang membentuk kalimat, baik dari segi bentuk maupun dari segi

makna. Tentu saja pengertian kesejajaran mengandaikan bahwa unsur

pembentukan kalimat itu lebih dari satu. Kaitan bentuk dan makna

sangatlah erat dan tidak terpisahkan, tetapi demi kemudahan pembicaraan,

tulisan ini akan berbagi menurut aspek yang menonjol.55

1. Kesejajaran Bentuk

Imbuhan digunakan untuk membentuk kata berperan dan

menentukan kesejajaran. Berikut ini contoh yang memperhatikan

ketidak sejajaran bentuk.

Kegiatannya meliputi pembelian buku, membuat katalog, danmengatur peminjaman buku.

Ketidaksejajaran itu ada pada kata pembelian (buku) yang

disejajarkan dengan kata membuat (katalog) dan mengatur

(peminjaman buku). Agar sejajar, ketiga satuan itu dapat dijadikan

nomina semua, menjadi:

Kegiatannya meliputi pembelian buku, pembuatan katalog, danpengaturan peminjaman buku.

55Ibid., h. 50.

Page 40: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

40

Jika dijadikan verba semua, ubahannya menjadi:

Kegiatannya ialah membeli buku, membuat katalog, dan mengaturpeminjaman buku.

2. Kesejajaran Makna

Seperti telah dinyatakan, bentuk dan makna berkaitan erat.

Keduanya dapat diumpamakan sebagai dua sisi dari kepingan uang

yang sama. Berikut ini akan diuraikan makna yang terkandung dalam

satuan fungsional. Satuan fungsional adalah unsur kalimat yang

berkedudukan sebagai subjek, predikat, objek dan sebagainya. Status

fungsi itu ditentukan oleh relasi makna antar satuan.56 Contoh:

Dia berpukul-pukulan.

Kalimat tersebut tidak ada kesejajaran subjek dan predikat dari

segi makna. Kata berpukul-pukulan bermakna ‘saling pukul’. Hal itu

berarti pelakunya harus lebih dari satu. Karena kata Dia bermakna

tunggal, subjek kalimat itu harus diubah misalnya menjadi mereka,

atau kalimat tersebut perlu ditambahkan keterangan komitatif

(penyerta) dengan temannya, misalnya.

Kalimat berikut tidak memiliki kesejajaran makna predikat dan

objek.

Adik memetiki setangkai bunga.

Kata memetiki mempunyai makna ‘berulang-ulang’ yang

tentunya tidak dapat diterapkan pada setangkai bunga. Perbaikannya

dapat dilakukan dengan mengubah predikat menjadi memetik atau

56Ibid.

Page 41: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

41

menghilangkan satuan setangkai pada objek. Tentu saja kalimat itu

bergantung pada informasi yang akan disampaikan.

3. Kesejajaran Dalam Perincian Pilihan

Kadang-kadang, soal ujian dibuat bentuk pilihan ganda. Soal

yang baik harus memuat perincian pilihan yang sejajar sehingga

memberi peluang yang sama untuk dipilih. Berikut ini contoh

perincian pilihan yang tidak sejajar.57

(1) Pemasangan telepon akan menyebabkan ....

a. Melancarkan tugas

b. Menambah wibawa

c. Meningkatkan pengeluaran

Pada contoh tersebut, jawaban yang diharapkan adalah (a),

tetapi kalimat pemasangan telepon akan menyebabkan melancarkan

tugas bukanlah kalimat yang baik. Pilihan (b) meskipun memang

bukan jawaban yang tepat, tidak mempunyai peluang untuk dipilih

karena kalimat pemasangan telepon akan menyebabkan untuk

menambah wibawa bukanlah kalimat baik. Kalimat yang memuat

pilihan (c) justru paling baik, tetapi pilihan itu bukan jawaban yang

diharapkan. Soal (1) dapat diubah sebagai berikut:

(1a) Pemasangan telepon akan meningkatkan ....

a. kelancaran

b. wibawa

c. pengeluaran

57Ibid., 52-53.

Page 42: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

42

c. Stuktur Kalimat Periodik

Kalau pada kalimat umum, unsur-unsur yang dikemukakan

cenderung unsur intinya, tetapi pada kalimat periodik sebaliknya, yaitu

unsur-unsur tambahan yang terlebih dahulu dikemukakan kemudian

muncul bagian intinya. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian para

pembaca atau pembicara terhadap pendengarnya. Misalnya:58

1) Oleh mahasiswa kemaren jenazah yang busuk itu dikuburkan (O-

K-S-P).

2) Oleh awan panas yang tersembur dari kepundan, dengan bantuan

angin yang berkecepatan tinggi, hutan lindung di lereng bukit itu

terbakar habis (O-K-S-P)

3) Kemaren rombongan mahasiswa PKL UIN disambut oleh

mahasiswa jurusan kedokteran UI (K-S-P-O).

3. Ciri-ciri Kalimat Efektif

a. Mengandung Kesatuan Gagasan

Untuk menjaga kesatuan gagasan penerjemah harus selalu

mengupanyakan berbagai hal, diantaranya adalah:

1) Subjek/predikat kalimat jelas

(Menghindari pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada,

sebagai, tentang, mengenai, menurut)

58Ibid., h. 53-54.

Page 43: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

43

Kalimat di bawah ini tidak efektif karena ada kata berlebih

yang menggunakan subjek, misalnya:

Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uangkuliah59

Penggunaan kata depan ’bagi’ dalam kalimat di atas,

membuat kalimat itu tidak efektif karena tidak jelas lagi mana

subjek kalimat jika dilihat dari segi predikatnya. Jadi kata ’bagi’

tidak perlu digunakan dalam kalimat tersebut.

Penghilangan kata ’bagi’ dalam kalimat di atas tidak akan

mempengaruhi makna kalimat secara keseluruhan. Jadi, kalimat

tersebut dapat diganti sebagai berikut:

Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uangkuliah

2) Tidak terdapat subjek yang ganda

Soal itu saya kurang jelas (salah)

Soal itu kurang jelas (benar)

3) Kata penghubung intra kalimat tidak dipakai pada kalimat

tunggal.

Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti

acara pertama. (salah)

4) Predikat kalimat tidak didahului oleh yang.

Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu. (salah)

59Ibid.

Page 44: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

44

b. Kepararelan

Paralisme (kesejajaran) ialah penggunaan bentuk gramatikal

yang sama untuk unsur-unsur yang sama fungsinya. Jika satu gagasan

dinyatakan dengan kata kerja bentuk ’me-’60 dan sebagainya, maka

gagasan lain yang sejajar harus dinyatakan pula dengan kata kerja

bentuk ’me’ seperti kalimat terjemahan berikut ini:

آوتوا اليتى أاممالوهملاوتتبلدبا الخوالطبثيبيلاولأكتا و

مكالومى ألإمهالومأ”Berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah baligh) harta

mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk, danjangan kamu memakan harta mereka bersama hartanya.”

c. Ketegasan (Penekanan ide pokok kalimat)

1) Diletakan di depan kalimat

Mahasiswa itu ingin pergi ke kampus.

2) Membuat urutan bertahap

Bukan seratus, seribu, sejuta, tapi milyaran rupiah telah

disumbangkan.

3) Melakukan repitisi

Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan

mereka.

60Ibid., h. 136.

Page 45: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

45

4) Melakukan pertentangan

Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan pintar.

5) Menggunakan partikel penegas

Saudaralah yang bertanggung jawab.

d. Kehematan

1) Tidak mengulang subjek

Karena ia tidak diundang, ia tidak datang ke tempat itu.

2) Tidak mengulang subordinat pada hiponim

Ia memakai baju warna merah

3) Tidak mengulang sinonim

Sejak dari pagi ia berenang

4) Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak

Para tamu-tamu sudah datang

e. Kecermatan (Tidak menimbulkan tafsir ganda)

Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu sedang berdemontrasi

f. Kepaduan

1) Bertele-tele

2) Memperhatikan stuktur aspek + agen + verba

Surat itu saya sudah baca (salah)

3) Kalimat yang menghindari kata-kata seperti daripada dan tentang

Dia membahas tentang perpajakan (salah)

Page 46: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

46

4) Kelogisan (ide kalimat dapat diterima oleh akal dan ejaan sesuai

dengan yang berlaku)

Waktu dan tempat kami persilahkan (salah)

g. Kalimat Baku

Kalimat adalah gugusan yang berstuktur atau bersistem yang

mampu menimbulkan makna sempurna. Makna sempurna adalah

makna yang dapat diterima oleh orang lain sesuai dengan maksud

yang dimiliki pembuat kalimat.61

Kalimat baku adalah kalimat yang mengikuti kaidah/ragam

bahasa yang telah ditentukan atau dilazimkan. Kalimat tidak baku

adalah kalimat yang dari segi bentuknya tidak memenuhi persyaratan

sebuah kalimat, sedangkan dari segi isinya tidak mampu menjadi

sarana komunikasi yang sempurna. Kalimat yang tidak baku dapat

saja berupa kalimat yang tidak efektif, tidak normatif, dan tidak logis.

Dikatakan tidak efektif apabila kalimat itu tidak memberikan

pengertian kepada pembaca sesuai dengan maksud penulis dan

penutur. Kalimat tidak normatif adalah kalimat yang tidak memenuhi

norma-norma pembuat kalimat, misalnya unsur minimal tidak

terpenuhi. Sedangkan kalimat yang tidak logis adalah kalimat yang

hubungan antar makna gramatikal dan makna leksikal tidak logis.62

61Kusno Budi Santoso, Problematika Bahasa Indonesia: Sebuah Analisis Praktik BahasaBaku, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 128.

62Ibid.

Page 47: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

47

(1) Buku itu diberi ke saya.

(2) Buku itu diberikan kepada saya.

Kalimat (1) tidak baku karena diberi dan ke tidak lengkap,

sedangkan kalimat (2) adalah bentuk yang baku karena kata diberikan

dan kepada stuktur dan ejaannya sudah lengkap.

Page 48: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

48

BAB III

M. QURAISH SHIHAB DAN TAFSIR AL MISBAH

A. Biografi Singkat dan Perjalanan Karier M. Quraish Shihab

Pada saat ini, bisa dikatakan cendikiawan muslim yang sangat

mendalam ilmunya dalam studi ilmu-ilmu al-Qur’an (Tafsir) di Indonesia

adalah Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab. Dengan kedalaman, keluasan,

dan ketinggian ilmunya di bidang Tafsir al-Qur’an telah mengangkat

namanya menjadi salah satu ikon gerakan pemikiran Islam di Indonesia.

Apalagi pendapat atau pandangan-pandangan keagamaan beliau yang

moderat, menyebabkan beliau bisa diterima oleh berbagai kalangan. Sehingga

tidak mengherankan, Shihab menjabat posisi penting dalam berbagai bidang,

mulai dari pendidikan (akademis) sampai politik, dari non formal sampai

formal. Walaupun tidak bisa dinafikan masih ada beberapa kalangan yang

tidak sepakat dengan pendapat-pendapatnya.

Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab dilahirkan di Rappang, Sulawesi

Selatan, 16 Februari 1944.63 Ia berasal dari keturunan Arab yang terpelajar.

Sosok Quraish Shihab berperawakan tegap dan kharismatik dengan tinggi 172

cm, berat 69, warna rambut hitam, muka lonjong, dan kulit berwarna putih.64

Kini Beliau menjabat sebagai Direktur Pusat Studi al-Qur’an (PSQ)

dan Guru Besar sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN)

63Lihat M. Quraish Shihab, Logika Agama; Batas-Batas Akal dan Kedudukan Wahyudalam Islam (Jakarta: Lentera Hati, 2005)

64Kusmana, “Membangun Citra” dalam Badri Yatim dan Hasan Nasuhi, (ed),Membangun Pusat Keunggulan Studi Islam: Sejarah dan Profil Pimpinan IAIN SyarifHidayatullah Jakarta (Jakarta: IAIN Press, 2002), Cet. Ke-1, h. 245.

Page 49: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

49

Jakarta.65 Beliau adalah kakak kandung mantan Menko Kesra pada Kabinet

Indonesia Bersatu, Alwi Shihab. Sekarang beliau bersama istri bernama

Fatmawati telah dianugerahi lima orang anak, yaitu, Najla, Najwa, Naswa,

Ahmad, dan Nahla.

Ayahnya, Abdurrahman Shihab (1905-1986), seorang guru besar

dalam bidang Tafsir.66 Abdurrahman seringkali mengajak Quraish Shihab

bersama saudaranya yang lain untuk duduk bercengkrama bersama dan

sesekali memberikan petuah-petuah keagamaan. Dari sinilah rupanya mulai

bersemi cinta dalam diri Quraish Shihab terhadap studi al-Qur’an.67

Pengkajian terhadap al-Qur’an dan Tafsirnya, kemudian lebih beliau

dalami di Universitas Al-Azhar Kairo, setelah melalui pendidikan dasarnya

yaitu SD dan SLTP di Ujung Pandang dan pendidikan menengahnya di

Malang (1956-1958) sekaligus menjadi santri di Pondok Pesantren Darul

Hadist al-Faqihiyyah, Malang.68

Pada tahun 1958, beliau berangkat ke Kairo, Mesir, untuk melanjutkan

pendidikan dan diterima di kelas II Tsanawiyah Al-Azhar. Pada tahun 1967,

beliau meraih gelar Lc (S-1) pada Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir dan

Hadist Universitas Al-Azhar.69 Kemudian beliau melanjutkan pendidikannya

di Fakultas yang sama, dan pada 1969 meraih gelar MA untuk spesialisasi

65Shihab, Logika Agama; Batas-batas Akal dan kedudukan Wahyu dalam Islam.66M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran (Bandung: Mizan, 2001), Cet. Ke-

XXII,h.14.67 Ibid., h. 14.68http://media.isnet.org/islam/Quraish/Quraish/html diakses pada tanggal 1 Juni 200869Shihab, Membumikan Al-Quran, h. 15.

Page 50: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

50

bidang tafsir al-Qur’an dengan tesis berjudul Al-I’jaz al-Tasyri’iy li al-Qur’an

al-Karim.70

Dengan rasa suka cita Shihab kembali ke Ujung Pandang, 71 dengan

membawa gelar megisternya. Rasa rindu yang sudah lama dipendamnya

untuk bersua dan berbakti kepada ayah bunda, bercengkraman ria dengan

saudara-saudaranya dan berkasihsayang dengan segenap handai taulan di

kampung halamannya, dengan ini dapat terobati.72

Di Ujung Pandang beliau dipercayakan untuk menjabat Wakil Rektor

bidang Akademis dan Kemahasiswaan pada IAIN Alauddin, Ujung Pandang.

Selain menjabat jabatan tersebut, beliau juga diserahi jabatan-jabatan lain,

baik di dalam kampus seperti Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Wilayah

VII Indonesia Bagian Timur), maupun di luar kampus seperti Pembantu

Pimpinan Kepolisian Indonesia Timur dalam bidang pembinaan mental.

Selama di Ujung Pandang, beliau juga sempat melakukan berbagai penelitian.

Penelitian tersebut antara lain, penelitian dengan tema ”Penerapan Kerukunan

Hidup Beragama di Indonesia Timur” (1975) dan ”Masalah Wakaf Sulawesi

Selatan” (1978).73

Pada tahun 1980, Quraish Shihab kembali ke Kairo dan melanjutkan

pendidikan di almamater yang lama, yaitu Universitas Al-Azhar. Pada tahun

1982, dengan disertasi berjudul Nazhm al-Durar li al-Biqa’iy, Tahqiq wa

70http://media.isnet.org/islan/Quraish/Quraish/html diakses pada tanggal 1 Juni 200871Ujung Pandang adalah nama lain untuk Makasar dan dipakai kira-kira tahun 1950-an

sampai tahun 2000. Alasan mengganti nama Makasar menjadi Ujung Pandang adalah alasanpolitik. Antara lain karena Makasar adalah nama sebuah suku bangsa padahal tidak semuapenduduk kota Makasar adalah anggota dari etnik Makasar.

72Shihab, Membumikan Al-Quran, h. 14.73http://media.isnet.org/islam/Quraish/Quraish/html diakses pada tanggal 1 Juni 2008.

Page 51: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

51

Dirasah, dia berhasil meraih gelar doktor dalam meraih ilmu al-Qur’an

dengan yudisium Summa Cum Laude disertai penghargaan tingkat I (mumtaz

ma’a martabat al-syaraf al-’ula).74 Yang artinya dengan pujian tingkat

pertama.

Beliau merupakan orang pertama di Asia Tenggara yang meraih gelar

doktor di bidang ilmu Tafsir. Sementara dalam lingkup keluarganya

merupakan doktor keempat dari anak-anak Shihab yang berjumlah 12, terdiri

dari enam putra dan enam putri.75

Sekembalinya ke Indonesia, sejak tahun 1984, Quraish Shihab

ditugaskan di Fakultas Ushuluddin dan Pascasarjana IAIN (kini UIN) Syarif

Hidayatullah, Jakarta dan pada tahun 1992-1998 beliau diangkat menjadi

Rektor pada Universitas tersebut. Selain itu, di luar kampus, beliau juga

dipercayakan untuk menduduki berbagai jabatan. Antara lain: Ketua Majelis

Ulama Indonesia (MUI) Pusat (1984), anggota Badan Pertimbangan

Pendidikan Nasional (1989), dan Ketua Lembaga Pengembangan.

Selain jabatan-jabatan dalam bidang akademis (pendidikan) tersebut,

Quraish Shihab juga pernah menduduki jabatan politik. Antara lain tahun

1998, beliau dipercayakan untuk menduduki jabatan Menteri Agama dalam

kabinet Pembangunan VII. Setelah itu beliau diangkat sebagai Duta Besar RI

untuk Mesir, Jibouti, Somalia. Pada tahun 1995-1999 beliau dipilih sebagai

Anggota Dewan Riset Nasional. Dari tahun 1989 sampai sekarang beliau

74http://media.isnet.org/islam/Quraish/Quraish/html diakses pada tanggal 1 Juni 200875Shihab, Membumikan Al-Quran, h. 2.

Page 52: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

52

diangkat sebagai Anggota Dewan Pentashih al-Qur’an Departemen Agama

RI.

Beliau juga banyak terlibat dalam beberapa organisasi profesional.

Antara lain: Pengurus Perhimpunan Ilmu-ilmu Syari’ah, Pengurus

Konsorsium Ilmu-ilmu Agama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dan

Asisten Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI).

Di sela-sela kesibukannya itu, beliau juga terlibat dalam berbagai

kegiatan ilmiah di dalam maupun luar negeri. Yang tidak kalah pentingnya

dan pasti semua orang tahu, Quraish Shihab adalah salah seorang yang aktif

dan produktif dalam kegiatan tulis menulis. Di surat kabar Pelita, beliau

pernah mengasuh rubrik “Pelita Hati” setiap hari Rabu. Dia juga mengasuh

rubrik “Tafsir al-Amanah” dalam majalah dua mingguan yang terbit di

Jakarta, Amanah. Lalu mengasuh rubrik “Quraish Shihab Menjawab” di

harian Republika. Selain itu, dia juga pernah tercatat sebagai anggota Dewan

Redaksi Jurnal Ulumul Qur’an dan Mimbar Ulama, keduanya terbit di

Jakarta.

Quraish Shihab juga sering muncul di layar televisi untuk mengisi

acara- acara yang terkait dengan dakwah Islam. Pada tahun 1996, beliau

mengisi acara bertajuk ‘Sahur Bersama Quraish Shihab’ di layar televisi

RCTI. Selama sebulan penuh setiap menjelang sahur beliau menguraikan

hikmah-hikmah puasa dan bulan Ramadhan serta berbagai masalah

keagamaan lainnya, melalui tanya jawab yang dipandu oleh Dr. Arief

Rahman. Hasil ceramah dan dialog selama sebulan itu kemudian diterbitkan

Page 53: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

53

oleh penerbit Mizan menjadi buku yang sangat laris dengan judul yang sama:

Sahur Bersama Quraish Shihab. Saat ini pun Quraish Shihab masih mengasuh

acara keagamaan di layar MetroTV.

B. Latar Belakang Penulisan Tafsir Al-Misbah

Pada akhir dari “sekapur sirih” M. Quraish Shihab yang terdapat pada

setiap volume, tercantum keterangan bahwa awal penulisan Tafsir al-Misbah

ini bertempat di Kairo, Mesir pada hari jumat. 4 Rabiul Awal 1420 H,

bertepatan dengan tanggal 18 Juni 1999 M dan kemudian untuk pertama

kalinya pada bulan Sya’ban 1421 H, bertepatan pada bulan November 2000

M, oleh penerbit Lentera Hati di Jakarta.

Latar belakang penulisan Tafsir al-Misbah ini didasarkan pada

keinginan Quraish melayani semua masyarakat pembacanya yang ingin

memahami al-Qur’an. Sebagaimana tulisan-tulisannya yang lain, beliau ingin

bahwa al-Qur’an menjadi hudan (petunjuk) yang dapat dimanfaatkan

sepenuhnya oleh semua kalangan masyarakat Islam. Di samping karena

memang usaha menafsirkan al-Qur’an adalah usaha yang sangat mulia

sekaligus merupakan kewajiban para ulama yang punya kemampuan di

bidang itu untuk menyuguhkan pesan-pesan yang terkandung dalam

al-Qur’an sesuai dengan harapan dan kebutuhan.

Penamaan al-Misbah pada kitab tafsirnya ini tentunya tidaklah tanpa

alasan. Dalam analisis Prof. Dr. Hamdani Awar, MA, alasan pemilihan nama

Page 54: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

54

al-Misbah ini paling tidak mencakup dua hal 76, yaitu: pertama pemilihan

nama itu didasarkan pada fungsinya. al-Misbah artinya lampu yang fungsinya

untuk menerangi kegelapan. Menurut Hamdan, dengan memilih nama ini,

penulisnya berharap agar karyanya itu dapat dijadikan sebagai pegangan bagi

mereka yang berada dalam suasana kegelapan dalam mencari petunjuk yang

dapat dijadikan pedoman hidup. Kedua pemilihan nama al-Misbah ini berasal

dari kumpulan tulisan pada rubrik “Pelita Hati” yang diterbitkan dengan

judul “Lentera Hati”. Lentera merupakan padanan kata dari pelita yang arti

dan fungsinya sama. Dalam bahasa Arab, lentera, pelita, atau lampu itu

disebut Misbah, dan kata inilah yang kemudian dipakai oleh Quraish untuk

dijadikan nama karyanya itu. Penerbitnya pun menggunakan nama serupa

yaitu Lentera Hati.

C. Karya-karya Ilmiah M. Quraish Shihab

M. Quraish Shihab adalah termasuk seorang tokoh muslim

kontemporer Indonesia yang produktif. Dalam waktu yang sangat relatif

singkat beliau mampu menghasilkan karya yang sangat banyak dan cukup

bercorak, sesuatu yang luar biasa. Karya itu sangat populer dan bisa diterima

di berbagai kalangan, bahkan sangat dinanti-nanti oleh masyarakat.

Selain kontribusinya untuk berbagai buku suntingan, jurnal-jurnal

ilmiah, dan kontribusi bagi majalah maupun koran, hingga kini M.Quraish

76Hamdani Anwar, Telaah Kritis Terhadap Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihabdalam Jurnal Mimbar Agama dan Budaya,Vol.XXX,No. 2, 1. h. 176-177.

Page 55: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

55

Shihab telah banyak mempublikasikan banyak buku. Diantara karyanya yang

bisa penulis sebutkan adalah:

1. Tafsir Al-Manar: keistimewaan dan kelemahannya, (Ujung Pandang:

IAIN Alaudin, 1948),

2. Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Departemen Agama, 1987),

3. Mahkota Tuntunan Ilahi (Tafsir Surat Al-Fatihah), (Jakarta: Untagma,

1988),

4. Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1994), buku ini merupakan

salah satu best seller yang terjual lebih dari 75 ribu kopi.

5. Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung: Mizan, 1994),

6. Wawasan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1996),

7. Untaian Permata Buat Anakku, (Bandung: Mizan, 1998),

8. Mukjizat Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1998),

9. Menyingkap Tabir Ilahi, (Jakarta: Lentera Hati, 1998),

10. Yang Tersembunyi; Jin, Iblis, Setan & Malaikat, (Jakarta: Lentera Hati,

1999),

11. Pengantin Al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 1999),

12. Haji Bersama Quraish Shihab, (Bandung: Mizan, 1999),

13. Sahur Bersama Quraish Shihab, (Bandung: Mizan, 1999),

14. Shalat Bersama Quraish Shihab, (Jakarta: Abdi Bangsa),

15. Puasa Bersama Quraish Shihab, (Jakarta: Abdi Bangsa),

16. Fatwa-fatwa, (Bandung: Mizan, 1999), 4 jilid.

17. Hidangan Ilahi: Tafsir Ayat-ayat Tahlil, Jakarta: Lentera Hati, 1999),

Page 56: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

56

18. Perjalanan Menuju Keabadian: Kematian, Surga dan Ayat-Ayat Tahlil,

(Jakarta: Lentera Hati, 2000),

19. Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2003), 15 jilid. Tafsir ini adalah

Tafsir yang penulis analisis, khususnya ayat-ayat tentang hukum waris.

20. Jilbab Pakaian Wanita Muslimah: Dalam Pandangan Ulama dan

Cendekiawan Kontemporer, (Jakarta: Lentera Hati, 2004),

21. Dia Di Mana-mana: Tangan Tuhan Dibalik Setiap fenomena, (Jakarta:

Lentera Hati, 2004), dan

22. Perempuan, (Jakarta: Lentera Hati, 2005).

Page 57: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

57

BAB IV

ANALISIS TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS

A. Analisis Metode Terjemahan M. Quraish Shihab

Menerjemahkan berarti berkomunikasi, maksudnya apa yang kita

terjemahkan harus dapat dimengerti oleh orang-orang yang akan membaca

hasil terjemahan itu. Akan lebih baik lagi kalau para pembaca dapat mengerti

dan menikmati hasil terjemahan itu, tanpa merasa bahwa karya tersebut

sebenarnya adalah hasil terjemahan. Untuk menghasilkan terjemahan yang

demikian itu tidak mudah. Ada empat unsur yang terlibat dalam proses

terjemahan, yaitu: unsur isi, unsur pembaca, situasi dan kondisi pada saat

berita atau massage itu diterima.

Setiap penerjemah perlu mempertimbangkan gaya bahasa dalam

konteks penerjemahannya. Namun dalam penerjemahan buku-buku ilmiah,

biasanya para penerjemah tidak terlalu menghadapi kesulitan, sebab gaya

bahasa yang dipergunakan pengarang sumbernya formal dan informtif,

sehingga informasi yang terkandung dalam buku itu dapat mudah dialihkan.

Sementara penerjemahan al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia telah

banyak kita ketahui. Dengan banyaknya terjemahan yang kita ketahui,

tidaklah serta merta terjemahna itu kita terima begitu saja, tanpa mengoreksi

dan menganalisisnya. Pada Bab ini penulis akan menganalisis metode

penerjemahan ayat-ayat hukum waris yang terdapat pada Tafsir al-Misbah

karya M. Quraish Shihab mengacu pada dua penekanan pemilihan bahasa,

Page 58: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

58

yaitu bahasa sumber dan bahasa sasaran. Artinya analisis yang akan penulis

lakukan terhadap ayat-ayat hukum waris ini akan bersandar kepada kedua

penekanan tersebut, berdasarkan metode terjemah yang telah penulis

paparkan pada Bab II. Adapun yang menjadi analisis metode terjemahan

adalah yang terdapat dalam surah an-Nisa’.

Analisis akan dilakukan dengan cara menyertakan teks asli dan teks

terjemahannya sesuai yang tertulis pada Tafsir al-Misbah, tanpa adanya

pengurangan atau pembetulan stuktur formal bahasa. Hal ini bertujuan agar

dapat diketahui dengan jelas analisis yang akan dilakukan pada

Tafsir al-Misbah tersebut.

Ayat-ayat tersebut yaitu: Ayat pertama adalah firman Allah dalam surah

an-Nisa’ [4 ]: 7:

”Bagi laki-laki ada bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dankerabat, dan bagi wanita ada bagian dari harta peninggalan ibu-bapa danpara kerabat, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telahditetapkan.”77

Pada ayat pertama ini terjemahan Shihab termasuk terjemahan yang

dikategorikan terjemahan yang baik. hal ini dikarenakan pesan yang

disampaikan oleh teks asli bisa dipahami dengan mudah ketika membaca teks

terjemahan. Namun untuk mengetahui metode yang digunakan oleh Quraish

77M. Quraish Shihab,Tafsir al-Misbah;Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Quran(Jakarta:Lentera Hati, 2000), Cet. 1, h. 335.

Page 59: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

59

Shihab dalam menerjemahkan ayat ini, maka akan digunakan dua orientasi

teks yaitu teks sumber dan teks sasaran.

Berdasarkan analisis penulis, terjemahan ayat pertama ini berorientasi

pada teks sumber, maka terjemahan ayat ini penulis kategorikan sebagai

penerjemahan setia. Ini dapat dilihat dari terjemahan di atas merupakan

terjemahan yang sangat setia terhadap teks sumber.

Kesetiaan digambarkan oleh ketaatan penerjemah terhadap aspek tata

bahasa teks sumber, seperti urutan-urutan bahasa, bentuk frasa, dan bentuk

kalimat yang diterjemahkan apa adanya. Akibat yang sering muncul dari

terjemahan ini adalah hasil terjemahannya menjadi saklek karena penerjemah

memaksakan aturan-aturan tata bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.

Berdasarkan analisis ayat pertama ini bisa dilihat bahwa metode

penerjemahan yang digunakan oleh Shihab adalah metode penerjemahan

setia. Artinya Shihab dalam menerjemahkan ayat pertama ini lebih

menekankan kepada teks bahasa sumber bukan teks bahasa sasaran.

Ayat kedua adalah firman Allah dalam surah an-Nisa’ [4 ]:8:

”Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim, danorang miskin, maka berilah mereka sebagian dari harta itu dan ucapkanlahkepada mereka perkataan yang baik”.78

78Ibid., h. 336.

Page 60: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

60

Pada ayat ini penerjemah masih menekankan terjemahan pada teks

sumber. Penerjemah berhasil menyampaikan pesan yang terkandung dalam

teks bahasa sumber tanpa harus mengabaikan teks sumber. Penulis

berpendapat terjemahan pada ayat ini masih memakai metode penerjemahan

setia, karena masih berpegang teguh pada stuktur bahasa sumber walaupun

tidak seketat pada penerjemahna harfiah.

Jika kita perhatikan dari semua bahasa yang terdapat dalam konteks

bahasa sumber di atas, penerjemah telah mencantumkan makna asli dalam

penerjemahannya, meskipun terdapat penyesuian makna dalam bahasa

sasaran.

Ayat ketiga adalah firman Allah dalam surah an-Nisa’ [4 ]:11:

“Allah mewasiatkan kamu untuk anak-anakmu. Yaitu bagian seoranganak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan; dan jika anakitu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dariharta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka iamemperoleh setengah. Dan untuk dua orang ibu-bapaknya, bagi masing-masing dari keduanya seperenam dari yang ditinggalkan, jika yangmeninggal itu mempunyai anak; jika ia tidak mempunyai anak dan ia

Page 61: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

61

diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jikayang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapatseperenam. (pembagian pembagian tersebut) sesudah (dipenuhi) wasiat atauhutangnya. Orang tua kamu dan anak-anak kamu, kamu tidak mengetahuisiapa diantara mereka yang lebih dekat manfaatnya bagi kamu. Ini adalahketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi MahaBijaksana”.79

Jika dilihat dari keseluruhan pada ayat ini, terjemahan ayat di atas,

masih berorientasi pada teks sumber. Penerjemah masih menggunakan

metode penerjemahan setia dengan mereproduksi makna kontekstual, tetapi

masih dibatasi oleh stuktur gramatikal.

Ayat keempat adalah firman Allah dalam surah an-Nisa’ [4 ]:12:

”Dan bagi kamu seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isteri kamu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika Isteri-isteri kamu itumempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang merekatinggalkan sesudah wasiat yang mereka wasiatkan atau (dan) hutang. Paraisteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak

79Ibid., h. 342.

Page 62: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

62

mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperolehseperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yangkamu buat atau (dan) sesudah (dibayarkan) hutang kamu. Jika seseoranglelaki mati, tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, atauperempuan tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki atau seorang saudaraperempuan maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenahharta. Tetapi jika saudara-saudar seibu itu lebih dari seorang, maka merekabersekutu dalam yang sepertiga itu, dengan tidak memberi mudharat. (Itulah)wasiat dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun”.80

Metode yang digunakan pada terjemahan ayat di atas, adalah metode

penerjemahan setia. Kalimat tersebut diterjemahkan apa adanya oleh

penerjemah. Penerjemah telah mencantumkan makna asli dalam

terjemahannya, meskipun terdapat penyesuaian dalam bahasa sasaran. Hal ini

dilakukan agar terjemahan terasa lebih enak dibaca dalam bahasa sasaran.

Ayat kelima adalah firman Allah dalam surah an-Nisa [4 ]:33:

”Bagi setiap (harta peninggalan) yang ditinggalkan ibu bapak dankarib kerabat, kami jadikan pewaris-pewarisnya. Dan orang-orang yangkamu telah bersumpah setia dengan mereka, maka berilah mereka bagianmereka. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.”81

Terjemahan di atas merupakan ragam terjemahan setia. Masih

berpegang teguh pada maksud dan tujuan teks sumber sehingga agak kaku

dan terasa asing, dan tidak berkompromi dengan teks sasaran. Terlihat juga

masih mereproduksi makna kontekstual, tetapi masih dibatasi oleh stuktur

gramatikalnya.

80Ibid., h. 347.81M. Quraish Shihab,Tafsir al-Misbah;Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Quran

(Jakarta:Lentera Hati, 2007), Cet. X, h. 420.

Page 63: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

63

Ayat keenam adalah firman Allah dalam surah an-Nisa’ [4 ]:176:

“Mereka meminta fatwa kepadamu. Katakanlah: "Allah memberi fatwakepada kamu tentang kalalah: jika seorang meninggal dunia, dan ia tidakmempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka baginyaseperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-lakimempusakainya, jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudaraperempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yangditinggalkan. Dan jika mereka saudara-saudara laki dan perempuan, makabahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudaraperempuan. Allah menerangkan kepada kamu, supaya kamu tidak sesat. DanAllah Maha mengetahui segala sesuatu.”82

Pada ayat ini penerjemah masih tetap menggunakan metode

penerjemahan setia. Jika diperhatikan dalam semua kata yang ada dalam

konteks bahasa sumber tersebut, penerjemah telah mencantumkan bahasa asli

dalam penerjemahannya, meski terdapat penyesuaian kata dalam bahasa

sasaran.

Berdasarkan analisis dari keenam ayat hukum waris tersebut, bisa

dilihat bahwa metode penerjemahan yang digunakan oleh Shihab adalah

metode penerjemahan setia. Artinya Shihab dalam menerjemahkan ayat-ayat

hukum waris lebih menekankan kepada teks bahasa sumber bukan teks

bahasa sasaran. Terjemahan setia diperlukan untuk menjaga keutuhan makna

82Ibid., h. 683.

Page 64: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

64

bahasa asli. Dengan alasan yang mendasar inilah penerjemah menerjemahkan

dengan metode tersebut.

Dari semua uraian di atas tentang terjemahan ayat-ayat al-Qur’an

mengenai hukum waris dalam Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab

terlihat jelas bahwa setiap huruf atau kata yang terdapat dalam bahasa sumber

tidaklah harus diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa sasaran. Karena

huruf atau kata itu harus dilihat terlebih dahulu apakah dapat diterjemahkan

sesuai dengan isi dari bahasa sumber dan untuk menghindari kalimat-kalimat

kaku atau tidak enak dibaca. Hal tersebut menunjukan bahwa setiap makna

yang terdapat dalam bahasa sumber harus relevan dalam peletakannya pada

bahasa sasaran. Tetapi yang terpenting adalah isi atau pesan dalam bahasa

sumber tidak melenceng dalam penerjemahan ke dalam bahasa sasaran.

B. Analisis Gramatikal Terjemahan M. Quraish Shihab

Seorang penerjemah adalah seorang penulis. Tentu saja, ia bukan

pengarang bukunya sendiri. Gagasan-gagasan yang ada dalam terjemah tetap

merupakan gagasan-gagasan pengarang. Meskipun dia menulis gagasan

pengarang itu, dan dia ingin menyampaikan gagasan pengarang seefektif

mungkin. Oleh karena itu, penerjemah harus mampu menyusun kalimat-

kalimat yang efektif dalam bahasa sasaran (bahasa penerima) yang

dipakainya, sesuai dengan kalimat efektif.

Dari sini penulis akan mencoba menganalisis terjemahan

M. Quraish Shihab pada bukunya Tafsir al- Misbah yang sangat terkenal dan

merupakan karya terbesar. Penulis akan menganalisis terjemahan tersebut

Page 65: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

65

secara gramatikal khususnya yang berhubungan dengan kalimat efektif, dan

kalimat efektif ini pembahasannya sangat luas dan banyak, maka penulis akan

membatasi pada:

1. Kesalahan penggunaan kata depan dan kata sambung

2. Kesalahan penggunaan kata ganti dalam kalimat

3. Kesalahan ejaan

4. Pengulangan kata yang tidak perlu

Seperti pada analisis sebelumnya, penulis akan menampilkan terlebih

dahulu teks Bsu kemudian teks Bsa.

Ayat pertama adalah firman Allah dalam surah an-Nisa’ [4 ]: 7:

”Bagi laki-laki ada bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dankerabat, dan bagi wanita ada bagian dari harta peninggalan ibu-bapa danpara kerabat, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telahditetapkan.”83

Dalam menerjemahkan teks tersebut penerjemah tidak begitu saja

menerjmahkan. Ia juga memberikan beberapa penjelasan yang berkaitan

dengan term yang Ia terjemahkan.

Kata rijal yang diterjemahkan ’lelaki’, dan nisa’ yang diterjemahkan

’perempuan’, menurut Shihab ada yang memahaminya dalam arti mereka

yang dewasa, dan ada pula yang memahaminya mencakup dewasa dan anak-

anak. Menurut Shihab pendapat kedua ini lebih tepat apabila dikaitkan

83Ibid., h. 335.

Page 66: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

66

dengan sebab nuzul ayat ini. Menurut salah satu riwayat, bahwa seorang

wanita bernama Ummu Kuhah yang dikaruniai dua orang anak perempuan

hasil perkawinannya dengan Aus ibn Tsabit yang gugur dalam perang Uhud.

Ummu Kuhhah datang kepada Rasulullah saw. mengadukan paman putri itu

yang mengambil semua peninggalan Aus, tidak menyisakan sedikitpun

untuknya dan kedua anaknya. Maka Rasulullah menyuruh mereka menanti,

dan tidak lama kemudian maka turunlah ayat ini dan ayat kewarisan lainnya.

Jika dilihat dari keefektifan bahasa maka pada ayat pertama ini, belum

memenuhi keefektipan bahasa hal ini disebabkan karena, penerjemah masih

menggunakan kata depan ’bagi’ di depan subjek. Jika ingin mencapai kalimat

yang efektif maka kalimat tersebut harus menghindari pemakaian kata depan

di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan

sebagainya di depan subjek.

Penggunaan kata depan ’bagi’ dalam kalimat di atas, membuat kalimat

itu tidak efektif karena tidak jelas lagi mana subjek kalimat jika dilihat dari

segi predikatnya. Jadi kata ’bagi’ tidak perlu digunakan dalam kalimat

tersebut.

Penghilangan kata ’bagi’ dalam kalimat di atas tidak akan

mempengaruhi makna kalimat secara keseluruhan. Menurut hemat penulis

penerjemahan yang efektif akan menjadi: Laki-laki memperoleh bagian dari

harta peninggalan ibu-bapak dan para kerabat.

Terjemahan di atas masih terdapat kata yang tidak baku, yaitu pada

kata ’bapa’ karena dalam KBBI kata yang baku adalah ’bapak’.

Page 67: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

67

Penempatan kata ’dan’ pada kalimat ”...dan bagi wanita ada bagian

dari harta peninggalan ibu-bapa dan para kerabat....”, adalah pemborosan

kata. Penempatan ’dan’ pada kalimat tersebut bisa diganti dengan tanda baca

koma (,).

Kata mafrudhan yang terambil dari kata faradha yang berarti ’wajib’.

Kata faradha adalah kewajiban yang bersumber dari yang tinggi

kedudukannya, dalam konteks ayat ini adalah Allah swt. Sedangkan kata

wajib tidak harus bersumber dari yang tinggi, karena bisa saja seseorang

mewajibkan sesuatu atas dirinya. Dengan demikian, hak warisan yang

ditentukan itu bersumber dari Allah swt. Dan jika demikian tidak ada alasan

untuk menolak atau mengubahnya.84

Ayat kedua adalah firman Allah dalam surah an-Nisa’ [4 ]:8:

”Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim, danorang miskin, maka berilah mereka sebagian dari harta itu dan ucapkanlahkepada mereka perkataan yang baik.”85

Jika kita perhatikan dari semua bahasa yang terdapat dalam konteks

bahasa sumber di atas, penerjemah telah mencantumkan makna asli dalam

penerjemahannya, meskipun terdapat penyesuian makna dalam bahasa

sasaran.

84M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an(Jakarta: Lentera Hati, 2000), h. 336.

85Ibid., h. 336.

Page 68: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

68

Pada terjemahan ayat di atas, penulis menemukan terjemahan ’waw’

yang kurang tepat cara pemakaiannya atau tidak sesuai dengan kaidah bahasa

Indonesia yang disempurnakan. Huruf ’waw’ pada ayat di atas adalah ’waw’

ibtida, (yaitu huruf pembuka kalimat). Huruf ini berpadanan dengan kata

’dan’, dalam bahasa Indonesia. Kata ’dan’ disebut sebagai konjungtor.

Menurut kaidah bahasa Indonesia yang disempurnakan penggunaan

konjungtor ’dan’ tidak boleh di awal kalimat.

Konjungtor adalah kata atau gabungan kata yang berfungsi

menghubungkan bagian-bagian ujaran yang mungkin berupa kata dengan

kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, maupun kalimat dengan

kalimat.

Dalam bahasa Arab, konjungtor termasuk ke dalam kategori partikel

(huruf), yang dapat digunakan untuk mengkoordinasikan mufrad (kata atau

frasa) dengan mufrad, klausa dengan klausa, dan kalimat dengan kalimat.

Konstituen yang terletak sebelum kata penghubung disebut dengan ma’tuf

alaih atau konjungta I, dan yang terletak sesudahnya disebut ma’tuf atau

konjungta II. Konjungtor tidak termasuk dalam klausa manapun, tetapi

merupakan konstituensi sendiri.

Selain itu, menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, apabila suatu

kalimat sudah diakhiri oleh titik (.) maka kalimat selanjutnya baru.

Pada analisis di atas, maka terlihat bahwa terjemahan tersebut telah

mengikuti terjemahan leksikal dan gramatikal secara umum, meskipun dalam

teks terjemahan terdapat penambahan dan pengurangan.

Page 69: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

69

Perlu diketahui bahwa tidak semua huruf atau kata dalam bahasa

sumber harus diterjemahkan secara keseluruhan dalam bahasa sasaran.

Penerjemah boleh memodifikasi terjemahan dengan tujuan untuk

menghasilkan terjemahan yang enak dibaca dengan syarat pesan yang ada

dalam teks sumber tersampaikan dengan baik kepada pembacanya.

Ayat ketiga adalah firman Allah dalam surah an-Nisa’ [4 ]:11:

“Allah mewasiatkan kamu untuk anak-anakmu. Yaitu bagian seoranganak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan; dan jika anakitu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dariharta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka iamemperoleh setengah. Dan untuk dua orang ibu-bapaknya, bagi masing-masing dari keduanya seperenam dari yang ditinggalkan, jika yangmeninggal itu mempunyai anak; jika ia tidak mempunyai anak dan iadiwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jikayang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapatseperenam. (pembagian pembagian tersebut) sesudah (dipenuhi) wasiat atauhutangnya. Orang tua kamu dan anak-anak kamu, kamu tidak mengetahuisiapa diantara mereka yang lebih dekat manfaatnya bagi kamu. Ini adalahketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi MahaBijaksana.”86

86Ibid., h. 342.

Page 70: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

70

Pada ayat 11 surah an-Nisa’ kata م ك diterjemahkan ’kamu’ padahal

kata tersebut mengacu pada orang kedua jamak. Seharusnya diterjemahkan

dengan kata ’kalian’. Sehingga terjemahan tersebut menjadi “Allah

mewasiatkan kalian untuk anak-anak kalian. Kata وق ف diterjemahkan dengan

kata ’lebih’ meskipun arti kata itu sendiri adalah ’di atas’. Sehingga kata

tersebut dengan diterjemahkan ’lebih’ pesan yang terkandung dalam teks

sasaran tersampaikan dengan baik. Dibanding jika disampaikan atau

diterjemahkan dengan terjemahan aslinya.

Kata dzakar yang diterjemahkan di atas dengan ’anak lelaki’, dan bukan

rajul yang berarti ’lelaki’ untuk menegaskan bahwa usia tidak menjadi faktor

penghalang bagi penerima warisan, karena kata dzakar dari segi bahasa

berarti ’jantan’, lelaki baik kecil maupun besar, binatang maupun manusia.

Sedangkan kata rajul adalah ’pria dewasa’. Demikian juga halnya dengan

kata untsayain yang diterjemahkan ’dua anak perempuan’. Bentuk tunggalnya

adalah untsa yang berarti ’perempuan’, baik besar atapun kecil.

Ayat keempat adalah firman Allah dalam surah an-Nisa’ [4 ]:12:

Page 71: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

71

”Dan bagi kamu seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isteri kamu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika Isteri-isteri kamu itumempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang merekatinggalkan sesudah wasiat yang mereka wasiatkan atau (dan) hutang. Paraisteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidakmempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperolehseperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yangkamu buat atau (dan) sesudah (dibayarkan) hutang kamu. Jika seseoranglelaki mati, tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, atauperempuan tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki atau seorangsaudara perempuan maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara ituseperenah harta. Tetapi jika saudara-saudar seibu itu lebih dari seorang,maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, dengan tidak memberimudharat. (Itulah) wasiat dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi MahaPenyantun.”87

Pada teks terjemahan ayat 12 surah an-Nisa’ ini terdapat beberapa kata

yang tidak baku, diantaranya adalah kata ’isteri’. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia kata yang benar adalah ’istri’. Kemudian pada penulisan

pronomina ’kamu’ masih belum baku, seperti frasa ’bagi kamu’ menurut

penulis frasa yang tepat adalah ’bagimu’. Karena jika kata ’bagi’ dilebur

dengan kata ’kamu’ maka secara morfosintaksis, suku kata ’ka’ akan melesup

sehingga menjadi ’bagimu’.

Kemudian penggunaan kata ’mati’ pada klausa ’jika seorang laki-laki

mati’ menurut hemat penulis kurang tepat, karena terjadi pergeseran makna

menjadi konotatif (negatif), kata yang bermakna positif adalah kata

’meninggal dunia’.

87Ibid., H. 347.

Page 72: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

72

Penerjemah juga masih menggunakan konjungtor ’dan’, di awal

kalimat. Masih menggunakan kata ’bagi’ di depan subjek. Maka menurut

hemat penulis terjemahan ayat al-Qur’an tersebut akan lebih efektif jika

menjadi ’Kamu (suami) memperoleh seperdua dari harta yang ditinggalkan.

Ada penambahan kata ’suami’ tetapi tidak merubah pesan yang ingin

disampaikan oleh teks sumber.

Ayat kelima adalah firman Allah dalam surah an-Nisa [4 ]:33:

”Bagi setiap (harta peninggalan) yang ditinggalkan ibu bapak dankarib kerabat, kami jadikan pewaris-pewarisnya. Dan orang-orang yangkamu telah bersumpah setia dengan mereka, maka berilah mereka bagianmereka. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.”88

Pada terjemahan ayat ke 33 surah an-Nisa di atas masih terjadi ketidak

teraruran stuktur SPOK pada kalimat ’Bagi setiap (harta peninggalan) yang

ditinggalkan ibu bapa dan karib kerabat, kami jadikan pewaris-pewarisnya’

karena masih terpengaruh dengan stuktur tata gramatikal teks sumber.

Menurut hemat penulis kalimat yang lazim adalah

’Kami jadikan pewaris untuk setiap harta peninggalan kedua orang tua

dan karib kerabat.’

Kemudian terjadi redudansi pada klausa berikut ini ’Maka berilah

mereka bagian mereka’ unsur segmental pada klausa itu terkesan berlebih-

88Ibid., h. 420.

Page 73: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

73

lebihan. Tepatnya pada pronomina ’mereka’ menurut penulis klausa yang

lazim adalah ’maka berikanlah kepada mereka bagiannya.’

Ayat keenam adalah firman Allah dalam surah an-Nisa’ [4 ]:176:

“Mereka meminta fatwa kepadamu. Katakanlah: "Allah memberi fatwakepada kamu tentang kalalah: jika seorang meninggal dunia, dan ia tidakmempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka baginyaseperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-lakimempusakainya, jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudaraperempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yangditinggalkan. Dan jika mereka saudara-saudara laki dan perempuan, makabahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudaraperempuan. Allah menerangkan kepada kamu, supaya kamu tidak sesat. DanAllah Maha mengetahui segala sesuatu.”

Terjemahan ayat 176, ayat terakhir dari surah an-Nisa’ ini, secara

umum belum bisa dikatakan sebagai kalimat efektif. Hal ini dikarenakan

masih terdapat kalimat yang diawali dengan konjungtor ’dan’. Kemudian

penulisan yang tidak sesuai dengan EYD dan KBBI, yaitu kata-kata yang

tidak baku seperti kata ’bahagian’ karena dalam KBBI kata yang baku adalah

’bagian’ bukan ’bahagian’.

Kemudian masih ada penulisan kata ganti (pronomina) yang kurang

efektif seperti ”kepada kamu” yang selazimnya adalah ”kepadamu.”

Page 74: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

74

C. Keunggulan dan Kelemahan Terjemahan M. Quraish Shihab

Setiap terjemahan, baik itu terjemahan tulisan ataupun terjemahan lisan

pasti memiliki keunggulan dan kelemahan. Berdasarkan hasil terjemahan

yang telah dilakukan oleh M. Quraish Shihab terhadap Tafsir al-Misbah,

maka penulis menarik kesimpulan bahwa hasil terjemahan dalam

Tafsir al-Misbah mempunyai beberapa keunggulan dan kekurangan. Tanpa

bermaksud membenarkan atau menyalahkan terjemahan ini, akan tetapi

penulis mencoba memaparkan data yang menurut penulis bisa dijadikan

perbandingan atau studi atas karya M. Quraish Shihab.

Terlepas dari subjektifitas penulis, penulis akan mencoba menganalisis

keunggulan apa saja yang terdapat pada karya terbesar M. Quraish Shihab ini,

sekaligus juga kekurangan-kekurangannya dapat disebutkan dengan pisau

Analisis Kaidah Bahasa Indonesia.

Diantara keunggulan-keunggulan terjemahan dalam Tafsir al-Misbah:

1. Bahasanya sangat sederhana, sehingga mudah dipahami oleh orang awam

sekalipun.

2. Baik segi bentuk maupun stuktur kalimatnya lebih sesuai dengan aslinya.

3. Ingin mencoba memberikan penerjemahan yang terbilang setia pada teks

sumber.

4. Ketepatan dalam pemilihan diksi.

Kata al-waalidaan yang diterjemahkan ’ibu-bapak’ pemilihan diksinya

sangat tepat, penerjemah tidak menerjemahkannya dengan kata ’kedua orang

Page 75: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

75

tua’. Dalam hukum waris masing-masing mempunyai harta peninggalan

untuk ahli warisnya, baik itu ibu ataupun bapak.

Adapun diantara kelemahan-kelemahan terjemahan Tafsir al-Misbah

adalah:

1. Masih banyak ditemukan kata ’bagi’ di depan subjek.

”Bagi laki-laki ada bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabat,dan bagi wanita ada bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan parakerabat, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telahditetapkan.”89

Terjemahan pada ayat di atas sudah dapat dipahami oleh pembaca.

Akan tetapi tidak memenuhi kriteria kalimat efektif. Hal ini disebabkan

masih diletakan kata depan ’bagi’ di depan subjek. Semestinya terjemahan

ayat tersebut langsung menerapkan subjek pada awal kalimat. Sehingga

kalimat tidak akan menjadi rancu jika dibaca. Subjek dan predikatnya

menjadi jelas. Maka hemat penulis terjemahan tersebut menjadi:

Laki-laki memperoleh bagian dari harta peninggalan ibu-bapak.S P O Keterangan Objek (KO)

2. Masih terdapat kata yang tidak baku.

Terlihat pada ayat ketujuh surah an-Nisa’. Kata al-waalidaan

diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi ’ibu-bapa’. Kata ’bapa’

89Ibid., h. 336.

Page 76: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

76

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tidaklah benar atau bukan termasuk

kata baku. Semestinya ’bapa’ ditulis dengan ’bapak’.

NO. Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku1 Isteri Istri2 Bahagian Bagian3 Bapa Bapak

3. Masih menggunakan konjungtor ’dan’ di awal kalimat.

Pada surah an-Nisa’:11.

.......

...Dan untuk dua orang ibu-bapaknya, bagi masing-masing darikeduanya seperenam dari yang ditinggalkan....90

Pada surah an-Nisa’:12.

....

” Dan bagi kamu seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isteri kamu, ....”91

4. Masih terdapat pengulangan kata yang menyebabkan pemborosan kata.

Terdapat pada surah an-Nisa’: 33.

.......

”…Dan orang-orang yang kamu telah bersumpah setia denganmereka, maka berilah mereka bagian mereka....”92

90Ibid., h. 342.91Ibid., h. 347.92Ibid., h. 420.

Page 77: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

77

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kajian dan pembahasan terhadap judul skripsi ini dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Terjemahan ayat-ayat hukum waris dalam Tafsir al-Misbah oleh M.

Quraish Shihab menggunakan metode penerjemahan setia. Ini berarti

dalam penerjemahan tersebut berorientasi pada teks sumber.

2. Terjemahan ayat-ayat hukum waris dalam Tafsir al-Misbah telah

menggunakan tolak ukur bahasa Indonesia yang memadai; karena:

Bahasanya sangat sederhana, sehingga mudah dimengerti.Baik segi bentuk

maupun stuktur kalimatnya lebih sesuai dengan aslinya. Ingin mencoba

memberikan penerjemahan yang terbilang setia pada teks sumber.

Ketepatan pemilihan diksi.

Akan tetapi penulis menemukan beberapa kelemahan dari

penerjemahan tersebut yaitu:

1. Masih banyak ditemukan kalimat-kalimat yang kurang efektif.

2. Masih terdapat pengulangan kata yang menyebabkan terjadinya

pemborosan kata.

3. Masih terdapat kata yang tidak baku.

4. Masih terdapat konjungtor di awal kalimat.

5. Masih adanya pronomina (kata ganti) yang tidak tepat penempatannya.

Page 78: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

78

Kita tahu bahwa setiap manusia tidak ada yang sempurna, bahkan Nabi

sekalipun yang notabenenya diutus sebagai contoh bagi umat manusia masih

bisa melakukan kesalahan, karena itulah kita sebagai manusia biasa yang

masih biasa melakukan kesalahan-kesalahan harus menghargai dan

menghormati karya-karya orang lain walaupun dalam karya tersebut masih

ada kekeliruan.

B. Rekomendasi

Penelitian yang penulis lakukan ini masih perlu diperbaiki dan bukanlah

merupakan akhir dari pembahasan yang berkaitan dengan skripsi ini. Namun,

penulis berharap akan ada peneliti berikutnya yang berkaitan dengan ayat-ayat

waris, karena penulis sangat menyadari bahwa dalam penelitian ini masih

banyak kekurangan yang belum dikaji dalam ayat-ayat waris, sehingga dapat

menambah khazanah keilmuan khususnya bagi umat Islam dan umat manusia

pada umumnya.

Tak pelak lagi, pengetahuan tentang bahasa Arab dan bahasa Indonesia

menjadi persyaratan penting bagi para penerjemah dalam menerjemahkan

kedua bahasa tersebut, sehingga bahasa sumber dapat dicerna pada bahasa

sasaran. Oleh karena itu, seorang penerjemah dalam menerjemahkan teks-teks

bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dituntut sedapat mungkin menyusun

kata-kata yang dapat dipahami pembaca dengan memperhatikan kaidah-kaidah

yang ada pada kedua bahasa tersebut. Sehingga ketika membaca karya

terjemahannya, seolah-olah membaca karya asli penulis.

Page 79: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

79

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Atabik. Kamus Kontemporer. Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996.

Anwar, Hamdani. Telaah Kritis Terhadap Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish

Shihab dalam Jurnal Mimbar Agama dan Budaya. Vol. XXX, No. 2.

Arifin, Zaenal dan Tasai, S. Amran. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk

Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademi Pressindo, 2004.

Burdah, Ibnu. Menjadi Penerjemah. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004.

Hanafi, Nurachman. Teori dan Seni Menerjemahkan. Ende: Nusa Indah, 1986.

Kusmana. “Prof. Dr. H.M. Quraish Shihab: Membangun Citra Institut.” dalam

Badri Yatim, dan Nasuhi, Hamid, ed. Membangun Pusat Keunggulan

Studi Islam: Sejarah dan Profil Pimpinan IAIN Jakarta 1957-2002.

Jakarta: UIN Jakarta Press, 2002.

Hidayatullah, Moch Syarif. Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan.

Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2007.

Larson, Milderd L. Penerjemahan Berdasarkan Makna: Pedoman untuk

Pemadanan Antar Bahasa. Jakarta: Arcam, 1991.

Lubis, Suhrawardi K. Hukum Waris Islam (Lengkap dan Praktis). Jakarta: Sinar

Grafika, 1995.

Machali, Rochayah. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta: Grasindo, 2000.

Mansyur, Moh. dan Kustiawan. Pedoman Bagi Penerjemah Arab-Indonesia,

Indonesia-Arab. Jakarta: Moyo Segoro Agung, 2002.

Page 80: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

80

Ma’sum bin Ali, Muhammad. Al-Amstilah al-Tasrifiyyah. Surabaya: Maktabal

asy-Syaik Salim Nabhan, 1965.

Martosedono, Amir. Hukum Waris. Semarang: Dhahara Prize, 1989.

Moentaha, Salihen. Bahasa dan Terjemahan, Language and Translation The New

Millennium Publication. Jakarta: Kesaint Blanc, 2006.

Putrayasa, Ida Bagus. Kalimat Efektif (Diksi, Stuktur, dan Logika). Bandung:

Refika Aditama, 2007.

Rahmat, Fatchur. Ilmu Waris. Bandung: al-Maarif, 1981.

Rofi’i. Dalil fi al-Tarjamah; Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia. Jakarta:

Persada Kemala, tt.

Rofiq, Ahmad. Fiqh Mawaris. Jakarta: Lembaga Studi Islam dan

Kemasyarakatan, 1993.

Shabuniy, Muhammad Ali. Hukum Waris Islam. Surabaya: al-Ikhlas, 1995.

Santoso, Kusno Budi. Problematika Bahasa Indonesia: Sebuah Analisis Praktik

Bahasa Baku. Jakarta: Rineka Cipta, 1990.

Satory, Achmad, Ismail. Dasar-Dasar Menterjemah (Diktat Mata Kuliah

Terjemah). Fakultas Adab & Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, Bagian I.

Shihab, Umar. Kontektualitas Al-Qur’an Kajian Tematik Ayat-Ayat Hukum

Dalam Al-Qur’an. Jakarta: Permadani, 2005.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an.

Jakarta: Lentera Hati, 2000.

__ __ __ __. Logika Agama; Batas-Batas Akal dan Kedudukan Wahyu dalam

Islam. Jakarta: Lentera Hati, 2005.

Page 81: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

81

__ __ __ __. Membumikan Al-Qur’an; Peran dan Fungsi Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 1992.

Simatupang, Maurits D.S. Pengantar Teori Terjemah. Direktorat Jenderal

Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional: Universitas

Indonesia 2000.

Suryawinata, Zuchridin dan Hariyanto, Sugeng. Translation: Bahasa Penuntun

Praktis Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius, 2003.

Suryawinata, Zuchridin. Terjemahan: Pengantar Teori dan Praktek. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989.

Syarifuddin, Amir. Permasalahan dalam Pelaksana Faraid. Padang: IAIN Imam

Bonjol Press, 1999.

__ __ __ __. Hukum Kewarisan Islam. Jakarta: Kencana, 2004.

Syamsuddin, Shahiron, dkk. Hermeneutika Al-Qur’an Mazhab Yogya.

Yogyakarta: Islamika, 2003.

Syihabuddin. Penerjemahan Arab Indonesia; Teori dan Praktek. Jakarta:

Humaniora, 2005.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka, 1990.

Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2007.

Widyamartaya, A. Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius, 2006.

Yunus, Muhammad. Tuntunan Hukum Waris dalam Islam. Jakarta: Al-hidayah,

1968.

Page 82: METODE TERJEMAHAN AYAT-AYAT HUKUM WARIS DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7782/1... · 2013. 4. 22. · 2 ABSTRAK DINI NUR’AENI Metode Terjemahan Ayat-Ayat

82

Yusuf, Suhendra. Teori Terjemah; Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan

Sosiolinguistik. Bandung: Mandar Maju, 1994.

Rujukan dari Internet

http://www.rahima.or.id/SR/02-01/Tafsir.htm, diakses pada tanggal 10 Juni 2008.

http://www.isnet.org/islam/Quraish/Shihab.htm, diakses pada tanggal 10 Juni

2008.

http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad Quraish Shihab, diakses pada tanggal 10

Juni 2008.