METODE PENEMUAN

download METODE PENEMUAN

of 5

Transcript of METODE PENEMUAN

METODE PENEMUAN Latihan penemuan (inkuiri) didesain untuk membimbing siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan yang menekankan proses ilmiah dalam suatu periode waktu yang pendek. Schlenker (1976) melaporkan bahwa latihan penemuan dapat meningkatkan produktivitas berfikir kreatif anak dan meningkatkan keterampilan dalam pemerolehan dan kemampuan analisis informasi. Namun begitu itu penemuan tidak lebih efektif untuk pemerolehan informasi dari pada metode pengajaran konvensional, tetapi sangat efisien dari pada metode tugas, ceramah yang digunakan dalam kegiatan laboratories. Latihan penemuan dikembangkan oleh Richard Suchman untuk membelajarkan siswa melalui proses investigasi dan penjelasan penomena yang khusus. Latihan penemuan oleh Richard Suchman dikembangkan sebagai metode analisis utamanya pada mata pelajaran fisika. Meskipun begitu prinsip-prinsip kerja dalam penemuan ini dapat diadopsi untuk pembelajaran mata pelajaran yang lain. Berdasarkan konsepsi metode ilmiah, penemuan dapat dicoba untuk membelajarkan anak tentang beberapa keterampilan dan bahasa (Suchman, 1962). Latihan penemuan dipercayai mampu mengembangkan independensi belajar siswa. penemuan merupakan metode yang memerlukan partisipasi aktif siswa dalam penemuan (penyelidikan) ilmiah. Tujuan umum latihan penemuan adalah untuk membantu siswa dalam mengembangkan disiplin berfikir dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah, dan mendapatkan jawaban dari keingintahuan siswa. Menurut Suchman, penggunaan penemuan bertujuan untuk membantu kemandirian siswa dalam mengadakan penyelidikan melalui disiplin berfikir yang benar. penemuan mendorong siswa untuk menemukan jawaban dari pertanyaan tentang mengapa sesuatu terjadi melalui pengumpulan data yang logis. Di samping itu, penemuan bertujuan untuk mengembangkan strategi berfikir siswa untuk menemukan jawaban dari pertanyaan mengapa sesuatu terjadi sebagaimana kejadiannya. penemuan dapat menyediakan kesempatan untuk membelajarkan siswa tentang prosedur penelitian. Seperti halnya pendapat Bruner dan Hilda Taba, menurut Suchman, melalui penemuan meningkatkan kesadaran siswa tentang bagaimana proses penyelidikan dilakukan dan siswa dapat mmemahami prosedur berfikir ilmiah. Latihan penemuan ini banyak digunakan di sekolah-sekolah maju. Hal ini disebabkan karena alasan berikut. a. Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa yang aktif. b. Dengan menemukan sendiri dan menyelidiki sendiri, maka hasil belajar yang diperoleh anak akan setia dan tahan lama dalam ingatan, dan tak mudah dilupakan. c. Pengertian yang ditemukan sendiri oleh anak, merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah dipergunakan/di transfer dalam situasi

lain. d. Dengan menggunakan latihan penemuan, anak belajar menguasai ilmiah yang dapat dikembangkan oleh anak sendiri. e. Dengan metode penemuan ini anak juga belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problem yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan masyarakat.

metode

1. KONSEP DASAR Metode penemuan diartikan sebagai suatu prosedur pembelajaran yang mementingkan pengajaran-perseorangan, manipulasi objek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi. Sebelum siswa sadar akan pengertian, guru tidak menjelaskan dengan kata-kata. Metode penemuan merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode pembelajaran yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan diri siswa sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia of Educational Research, penemuan merupakan strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk pembelajarankan ketrampilan menyelidiki, memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode penemuan adalah suatu metode dimana proses pembelajaran menekankan murid untuk menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasanya diceramahkan guru. 2. Beberapa Istilah Yang Sering Dipertukarkan Penemuan (penyelidikan), sering dipertukarkan pemakaiannya dengan discovery (penemuan) dan pemecahan masalah (problem solving). Beberapa ahli membedakan antara penemuan dengan penemuan sebagai bagian dari penyelidikan sebaliknya ahli-ahli lain menulis tentang penemuan (heursitik modes) yang meliputi discovery dan penemuan. Untuk itu, maka dipandang perlu untuk mengemukakan pendapat Sund, dan Dr. J. Richard Suchman tentang hubungan metode discovery dan inquiry. Sund (1975) berpendapat bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip, proses mental tersebut: logam apabila dipanasi mengembang, lingkungan berpengaruh terhadap kehidupan organisme, dan sebagainya. Sedangkan inquiry menurut dia meliputi juga discovery. Dengan perkataan lain, inquiry adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya: merumuskan problema, merangsang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisa data, menarik kesimpulan, dan sebagainya. Sund berpendapat bahwa penggunaan discovery dengan batas-batas tertentu adalah untuk siswa-siswa kelas rendah, sedangkan inquiry adalah baik untuk digunakan bagi siswasiswa kelas yang lebih tinggi. DR. J. Richard Suchman dan asistennya mencoba "self learning". Dalam proses tersebut proses pengalaman dipindahkan dari situasi teacher dominated

learning (vertical) ke situasi student dominate learning (horisontal) dengan menggunakan discovery learning yang melibatkan murid dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat yang berwujud diskusi, seminar, dan sebagainya. 3. BENTUK-BENTUK METODE penemuan a. Guided Discovery lesson Guided Discovery Lesson, mempunyai langkah-langkah: a. Adanya problem yang akan dipecahkan. Problema itu dapat dinyatakan sebagai pernyataanatau pertanyaan. b. jelas tingkat/kelasnya, dinyatakan dengan jelas tingkat siswa yang akan diberi pelajaran, misalnya anak SMP kelas II. c. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh siswa melalui kegiatan tersebut perlu ditulis dengan jelas. d. Alat/bahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam melaksanakan kegiatan. e. Diskusi pengarahan berwujud pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa untuk didiskusikan sebelum para siswa melakukan kegiatan penemuan. f. Keadaan metode penemuan oleh siswa berupa kegiatan penyelidikan/percobaan untuk menemukan konsep-konsep atau prinsipprinsip maupun generalisasi yang ditetapkan ditetapkan. g. Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukkan adanya "mental operation" siswa yang diharapkan dalam kegiatan. h. Pertanyaan yang bersifat "open ended" perlu diberikan berupa pertanyaan yang mengarah kepada pengembangan kegiatan penyelidikan yang dilakukan oleh siswa. i. Catatan guru meliputi penjelasan tentang bagian-bagian yang sulit dari pelajaran, dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasilnya, terutama bila kegiatan penyelidikan mengalami kegagalan atau tidak berjalan sebagaimana mestiny Sedangkan langkah-langkah inquiry approach menurut dia meliputi: (1) menemukan masalah (encounter with the problem), (2) pengumpulan data untuk memperoleh kejelasan, (3) pengumpulan data untuk mengadakan percobaan, (4) Perumusan keterangan yang diperoleh, (5) analisa dari proses inquiry. 3. Peranan Guru - Murid Dalam Metode penemuan a. Ditinjau dari segi siswa yang belajar: (1) Terjadinya proses mental yang tinggi dari siswa, sebab dengan kreativitas ini siswa mengasimilasi konsep, dan meng-asimilasi prinsip; (2) problem solving; (3) self learning activitas; (4) tanggung jawab sendiri. b. Ditinjau dari segi guru yang mengajar: 1) Guru sebagai diagnoser, yang

berusaha mengetahui kebutuhan siswa dan kesiapan siswa. 2) Ditinjau dari segi guru mengajar: Menyiapkan tugas atau problem yang akan dipecahkan oleh para siswa; memberikan klarifikasi-klarifikasi; menyiapkan setting kelas; menyiapkan alat-alat dan fasilias bela-jar yang diperlukan; memberikan kesempatan pelaksanaan; sumber informasi, jika diperlukan oleh siswa; dan membantu siswa agar dapat sendiri merumuskan kesimpulan dan implikasi-implikasinya. 3) Guru sebagai dinamisator: merangsang terjadinya self analisis, merangsang terjadinya interaksi, memuji, membesarkan hati siswa untuk lebih bergairah dalam kegiatankegiatannya. c. Ditinjau dari derajat keterlibatan proses mental dan jenis tujuan pengajaran yang ingin dicapai tidak terpimpin sama sekali; metode inquiry sebagaimana yang dikemukakan oleh Sund; dan metode penemuan terpimpin. 4. Langkah-langkah pelaksanaan Metode penemuan Gilstrap (1975) mengemukakan petunjuk lansung langkah-langkah yang harus ditempuh kalau seorang guru melaksanakan metode penemuan. Langkah-langkah yang dikerjakan itu ialah: a. Menilai kebutuhan dan minat siswa dan menggunakan sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna dan realistis untuk pembelajaran dengan penemuan. b. Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsipprinsip generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa yang akan dipelajari. c. Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan. d. Bercakap-cakap dengan siswa untuk membantu menjelaskan peranan. e. Menyiapkan situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan. f. Mengecek pengertian siswa tentang masalah yang digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan. g. Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan. h. Memeberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data, misalnya tiap siswa mempunyai sebuah tabung yang diamati dan dicatatnya. i. Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatannya sendiri, sehinga memperoleh tilikan umum. j. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melanjutkan pengalaman belajarnya walaupun sebagian atas tanggung jawabnya sendiri. k. Memberi jawaban dengan

tepat dan cepat dengan data informasi bila ditanya dan kalau ternyata dibutuhkan siswa kelangsungan kegiatannya. l. Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses. m. Pembelajaran keterampilan belajar, misalnya latihan penyelidikan. n. Merangsang interaksi siswa dengan siswa lain misalnya: merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan, hipotesis, dan data yang terkumpul. o. Mengajukan pertanyaan tingkat tingi maupun pertanyaan ingatan. p. Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandangan, dan tafsirannya yang berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi membantu kesimpulan yang benar. q. Membesarkan siswa untuk memperkuat pertanyaan dengan alasan dan fakta. r. Memuji siswa yang sedang giat dalam proses penemuan, misalnya seorang siswa yang bertanya kepada temuannya atau kepada guru tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa yang mengidentifikasi hasil dari penyelidikannya sendiri dengan kata-kata misalnya "saya mengenal teori tentang .......... ". s. Membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan, ide, generalisasi, atau pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula yang ditemukan melalui strategi penemuan. t. Mengecek apakah siswa menggunakan apa yang telah diketemukannya, misalnya pengertian atau teori atau teknik dalam situasi berikutnya; situasi dimana siswa bebas menentukan pendekatannya.