metode penelitian tepung talas, tahapan
-
Upload
wulanapriani -
Category
Documents
-
view
149 -
download
5
description
Transcript of metode penelitian tepung talas, tahapan
15
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan,
Laboratorium Organoleptik, dan Laboratorium Analisis Kimia Pangan
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor, serta Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian Bogor, selama empat bulan yaitu dari bulan Juli hingga
Oktober 2010.
Bahan dan Alat Bahan
Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah bahan untuk
pembuatan tepung talas, bahan untuk pembuatan cookies, bahan untuk analisis
kimia dan bahan untuk pendugaan umur simpan. Bahan utama dalam penelitian
ini adalah talas Banten (Xanthosoma Undipes K. Koch) berusia rata-rata 10
bulan yang diproses menjadi tepung. Proses pembuatan tepung ini memerlukan
bahan, yaitu talas, garam serta air. Selain tepung talas digunakan juga tepung
kacang hijau dalam pembuatan tepung komposit. Bahan-bahan lain yang
diperlukan untuk pembuatan cookies adalah tepung terigu, telur ayam, susu
skim, mentega, keju, gula halus, garam dan vanili. Bahan-bahan yang diperlukan
untuk analisis kimia adalah HCl, H2SO4, NaOH, indikator metal merah biru,
pelarut heksana, aquades, etanol, aseton dan selenium mix serta bahan kimia
lainnya. Bahan-bahan yamg digunakan untuk menduga umur simpan antara lain
garam KI, NaCl, KCl, BaCl2, KNO3, dan K2SO4.
Alat Alat-alat yang diperlukan dalam penelitian ini juga dibagi empat, yakni alat
dalam pembuatan tepung talas, pembuatan cookies, alat dalam analisis kimia
serta alat dalam pendugaan umur simpan cookies. Pembuatan tepung talas
memerlukan alat sebagai berikut pisau, bak pencucian dan perendaman, mesin
penyawut, baki serta penggilingan 100 mesh. Pembuatan cookies memerlukan
alat-alat yaitu, mixer, timbangan, cetakan kue, spatula, dan oven. Alat-alat yang
digunakan dalam analisis kimia antara lain adalah cawan, oven, desikator, labu
kjeldahl, erlenmeyer, kertas saring, soxlet, dan lain-lain. Alat yang digunakan
pada pendugaan umur simpan adalah chamber, oven inkubator, termometer,
timbangan analitik serta desikator.
16
Tahapan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahapan yaitu, pendahuluan dan lanjutan.
Penelitian pendahuluan Tahap awal meliputi pembutan tepung talas, analisis sifat fisik dan
kimiawi tepung talas serta pembuatan dan formulasi cookies dari tepung talas. 1. Pembuatan Tepung Talas
Pembuatan tepung talas dimulai dengan tahap pengirisan. Umbi
talas diiris hingga mendekati dengan bentuk bundar dengan ketebalan 1-
2 mm dalam air hangat (40°C) selama 3 jam. Irisan talas yang telah
didapatkan selanjutnya direndam dengan larutan garam NaCl (10%).
Proses perendaman dilakukan selama 60 menit dalam larutan garam.
Setelah proses perendaman selesai irisan talas ditiriskan selama 20
menit kemudian dilakukan perendaman kedua dengan menggunakan air
selama 3 jam. Irisan talas yang telah direndam dalam air kemudian
ditiriskan selama 10 menit. Selanjutnya dilakukan proses pengeringan
selama 5-6 jam dengan suhu 60oC. Hasil pengeringan tersebut kemudian
digiling hingga didapatkan tepung talas.
Gambar 1 Bagan alir pembuatan tepung talas.
Umbi Talas
Pengirisan (1-2 mm)
Perendaman dalam larutan garam (60 menit)
Penirisan I (20 menit)
Perendaman dalam air (3 jam)
Penirisan II (10 menit)
Pengeringan (60°C, 14 jam)
Penggilingan (100 mesh)
Tepung talas
17
2. Pembuatan Tepung Kacang Hijau
Pembuatan tepung kacang hijau menggunakan kacang hijau
kupas kulit komersil yang didapatkan dari pasar tradisional sekitar kota
Bogor. Kacang hijau kupas kulit selanjutnya digiling dengan
menggunakan mesin penepung. Tepung kacang hijau yang didapatkan
kemudian diayak sehingga didapatkan tepung kacang hijau dengan
ukuran 100 mesh. Berikut merupakan diagram alir pembuatan tepung
kacang hijau.
Gambar 2 Diagram alir pembuatan tepung kacang hijau.
3. Formulasi Tepung Komposit
Formulasi merupakan tahap awal untuk optimasi formula terpilih
dari tepung komposit berbasis talas Banten. Formulasi tepung komposit
berdasarkan metode RSM (Response Surface Methodology). Formula
komposit menggunakan tepung talas Banten dan tepung kacang hijau.
Rancangan metode yang digunakan adalah Response Surface
Methodology (RSM) dengan memakai software Design Expert trial (DX
trial). Penggunana rancangan tersebut dilakukan agar sesuai dengan
faktor perlakuan pada penelitian, yaitu perlakuan pencampuran
komponen yang diubah agar memperoleh respon tertentu (Rahmawati
2010).
Faktor perlakuan berupa komponen yang diubah-ubah pada
penelitian ini adalah jumlah tepung talas Banten dan tepung kacang hijau.
Kisaran komponen dikonversi berdasarkan berat total fomula komposit
(100%). Kisaran komponen yang digunakan adalah untuk tepung talas
Banten adalah 60-70% sedangkan tepung kacang hijau adalah 30-40%.
Kacang hijau kupas kulit
Penggilingan (100 mesh)
Pengayakan (100 mesh)
Tepung kacang hijau
18
Tabel 6 Formula tepung komposit
Formula Tepung talas (%) Tepung hijau (%)F1 66.67 33.33 F2 70.00 30.00 F3 60.00 40.00 F4 63.33 36.67 F5 60.00 40.00 F6 65.00 35.00 F7 67.50 32.50 F8 62.50 37.50
Penelitian selanjutnya adalah pembuatan cookies berdasarkan formula
tepung komposit tersebut. Pembuatan cookies dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode krim (creaming method). Dalam metode ini
mentega, gula serta kuning telur dicampurkan dengan mixer hingga terbentuk
krim (kurang lebih 5 menit). Selanjutnya tepung komposit, susu skim serta keju
dicampurkan perlahan dengan krim hingga membentuk adonan yang kalis.
Adonan ditipiskan dengan roller dan selanjutnya dapat dicetak. Adonan yang
telah dicetak kemudian dipanggang dalam oven yang telah diatur suhunya
(170oC) selama 10 menit. Pendinginan dilakukan dengan membiarkan cookies
yang telah dikeluarkan dari oven pada suhu kamar selama beberapa menit.
Setelah dingin, cookies dapat dikemas (Indriasti 2004). Berikut merupakan
diagram alir pembuatan cookies.
Gambar 3 Diagram alir pembuatan cookies.
Mentega, gula dan kuning telur
Penambahan tepung komposit, susu skim dan keju
Dicampurkan hingga membentuk krim
Dicampurkan hingga membentuk adonan
Ditipiskan dengan roller dan dicetak
Dipanggang 170oC, 10 menit
Cookies
19
Penelitian Lanjutan Penelitian lanjutan yang dilakukan terdiri atas pengujian sifat kimiawi
cookies, uji organoleptik serta pendugaan umur simpan cookies terpilih.
1. Pengujian sifat kimiawi cookies
Cookies yang dihasilkan dari penelitian tahap awal kemudian diuji sifat
kimiawinya. Sifat kimia cookies yang diuji meliputi kadar air (metode pemanasan
langsung), kadar abu (metode tanur), kadar protein (metode semi mikro kjeldhal),
kadar lemak (metode soxlet), kadar karbohidrat (karbohidrat by difference), dan
kadar serat kasar (metode gravimetri). Prosedur analisis yang dilakukan sama
dengan analisis kimiawi tepung talas. Selain pengujian sifat kimiawinya dilakukan
juga uji organoleptik terhadap cookies yang dihasilkan.
2. Pengujian sifat organoleptik cookies
Uji organoleptik yang digunakan adalah uji kesukaan (uji hedonik) dan
mutu hedonik. Parameter yang diuji meliputi rasa, aroma, warna, dan tekstur
produk. Panelis yang digunkan sebanyak 30 orang panelis semi terlatih.
Penilaian uji hedonik menggunakan sembilan skala yaitu, sangat amat tidak suka
(0); amat tidak suka (1); agak tidak suka (2); tidak suka (3); biasa (4); agak suka
(5); suka (6); amat suka (7); dan sangat amat suka (8).
Skala yang digunakan untuk uji mutu hedonik terdiri atas penilaian untuk
rasa, aroma, warna dan tekstur. Skala penilaian rasa mulai dari sangat hambar
(0) sampai sangat gurih (8). Skala penilaian aroma terdiri dari sembilan skala
yaitu, dari sangat tidak beraroma (0) sampai sangat harum (8). Skala penilaian
warna mulai dari sangat coklat gelap (0) sampai sangat kuning terang (8).
Sementara penilaian skala tekstur memiliki skala sangat keras (0) hingga sangat
renyah (8).
3. Pendugaan umur simpan
Pendugaan umur simpan cookies dilakukan berdasarkan kadar air kritis
dengan metode pendekatan kurva sorpsi isotermis, perhitungan umur simpan
dapat menggunakan persamaan Labuza (1982):
ts = ln (me-mo)/(me-mc) k/x*(A/Ws)(Po/b)
dimana:
ts = waktu yang diperlukan produk dalam kemasan untuk bergerak dari
kadar air awal menuju kadar air kritis atau waktu perkiraan umur simpan
(hari = 24 jam)
me = kadar air kesetimbangan produk (g H2O / g padatan)
20
mo = kadar air awal produk (g H2O / g padatan)
b = slope kurva sorpsi isotermis
mc = kadar air kritis (g H2O / g padatan)
k/x = konstanta premeabilitas uap air kemasan (g/m2.hari.mmHg)
A = luas permukaan kemasan (m2)
Ws = berat kering produk dalam kemasan (g)
Po = tekanan uap jenuh (mmHg)
Mengacu pada pendekatan diatas, maka dilakukan tahapan penelitian sebagai
berikut:
Gambar 4 Diagram alir pendugaan umur simpan.
a. Penentuan kadar air awal
Penentuan kadar air awal dilakukan terhadap sampel segar yang
baru dibuka dari kemasannya. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui
kondisi awal produk.
Sejumlah sampel (c) dimasukan ke dalam cawan yang telah
diketahui beratnya (a). Kemudian cawan dimasukan ke dalam oven
bersuhu 100oC sehingga diperoleh berat konstan (b). Perhitungan kadar
air dilakukan berdasarkan berat basah dengan menggunakan rumus :
Kadar air (%bb) = (a - b) / c x 100%
b. Penentuan kadar air kritis
Sebelum dilakukan penentuan kadar air kritis sebaiknya terlebih
dahulu ditetapkan parameter kritis produk. Penentuan parameter kritis
dilakukan dengan survei konsumen tentang penyebab kerusakan produk
cookies. Hal ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuisoner kepada 30
Pendugaan umur simpan
Penentuan kadar air awal
Penentuan kadar air kritis
Penentuan pola kurva sorpsi isotermis
Penentuan model persamaan kurva sorpsi isotermis dan uji ketepatan
Penentuan variabel pendukung
21
orang panelis tentang parameter kerusakan produk cookies. Panelis
diminta untuk memilih atribut yang paling penting dalam menentukan
kerusakan produk cookies.
Penetuan kadar air kritis diawali dengan menyimpan cookies
didalam chamber dengan RH sebesar 75% dan suhu sebesar 30oC
selama 12 jam. Setiap dua jam sekali dilakukan pengambilan sampel dan
dianalisis kadar air, nilai kerenyahan serta uji organoleptik terhadap
atribut utama kerusakan cookies.
Data kadar air dan nilai kerenyahan masing-masing sampel yang
diberi perlakuan waktu penyimpanan, selanjutnya diplotkan dengan nilai
kesukaannya masing-masing, sehingga diperoleh grafik yang
menunjukan hubungan antara skor kesukaan dengan kadar air dan
hunbungan antara skor kesukaan dengan nilai kerenyahan. Hubungan
tersebut dinyatakan dalam persamaan regresi linear. Berdasarkan
persamaan tersebut, kadar air kritis dapat dihitung pada saat skor
kesukaan panelis menyatakan bahwa panelis agak tidak suka dengan
produk cookies.
c. Penentuan pola kurva sorpsi isotermis
Penentuan pola kurva sorpsi isotermis diawali dengan pembuatan
larutan garam jenuh yang digunakan untuk mengatur RH ruangan
(chamber). Garam yang digunakan antara lain KI, NaCl, KCl, BaCl2,
KNO3, dan K2SO4.
Tabel 7 Jenis dan RH garam jenuh yang dipergunakan
No Jenis garam Jumlah (g) Air (ml) %RH*1 KI 200 100 69.0 2 NaCl 50 100 75.5 3 KCl 70 100 84.0 4 BaCl2 60 100 90.3 5 KNO3 70 100 93.0 6 K2SO4 60 100 97.0
*Sumber: Labuza 1982
Sekeping cookies diletakan pada cawan alumunium yang telah
diketahui bobot kosongnya. Cawan yang berisi sampel tersebut diletakan
dalam chamber yang berisi larutan garam jenuh dengan RH yang
berbeda-beda. Chamber kemudian disimpan dalam desikator dengan
suhu 30oC. Sampel dalam cawan kemudian ditimbang bobotnya secara
periodik setiap hari hingga diperoleh bobot yang konstan. Bobot yang
22
konstan ditandai oleh selisih antara 3 penimbangan berturut-turut tidak
lebih dari 2 mg/g untuk sampel yang disimpan pada RH dibawah 90% dan
tidak lebih dari 10 mg/g untuk sampel yang disimpan pada RH diatas
90%. Sampel yang telah mencapai bobot konstan kemudian diukur kadar
airnya dengan menggunakan metode oven. Kadar air ini merupakan
kadar air kesetimbangan pada RH tertentu. Kurva sorpsi isotermis dibuat
dengan cara memplotkan kadar air kesetimbangan dengan kelembaban
relatif (RH) atau aktivitas air (aw).
d. Penentuan model persamaan kurva sorpsi isotermis dan uji ketepatan
model
Penentuan model sorpsi isotermis dilakukan untuk mendapatkan
kurva sorpsi isotermis yang mulus. Terdapat beberapa macam model
persamaan sorpsi isotermis, pada penelitian ini model yang dipilih
merupakan model persamaan yang biasa diaplikasikan pada bahan
pangan. Persamaan yang dipilih adalah persamaan-persamaan
sederhanan yang mempunyai parameter tidak lebih dari tiga serta dapat
digunakan pada kisaran aw yang luas. Model persamaan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah model Hasley, Henderson, Caurie, Oswin,
Chen-Clayton dan GAB.
Persamaan non linear (Hasley, Henderson, Caurie, Oswin, Chen-
Clayton) yang digunakan tersebut diubah ke dalam bentuk persamaan
linear, sehingga dapat ditentukan nilai-nilai konstanta dalam
persamaannya dengan metode kuadrat terkecil. Lain halnya dengan
model persamaan GAB, persamaan ini diubah ke dalam bentuk
persamaan kuadratik sehingga nilai-nilai konstanta dalam persamaan
dapat ditentukan.
Uji ketepatan model dilakukan untuk mengetahui ketepatan
model persamaan sorpsi isotermis untuk menggambarkan seluruh kurva
sorpsi isotermis hasil percobaan. Uji ketepatan dilakukan dengan
menggunakan perhitungan Mean Relative Deviation (MRD). Rumus MRD
tersebut adalah sebagai berikut:
23
Dimana : mi = kadar air percobaan
mpi = kadar air hasil perhitungan
n = jumlah data
Jika nilai MRD < 5, maka model sorpsi isotermis tersebut dapat
menggambarkan keadaan yang sebenarnya dengan sangat tepat. Jika 5
< MRD < 10, maka model tersebut menggambarkan keadaan sebenarnya
dengan agak tepat dan jika MRD > 10 maka model tersebut tidak tepat
menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
e. Penentuan variabel pendukung
Beberapa variabel pendukung yang penting dalam menentukan
umur simpan dengan pendekatan air kritis, yaitu premeabilitas kemasan
produk cookies, luas kemasan, berat solid cookies per kemasan, dan
tekanan uap murni pada suhu 30oC.
Rancangan Percobaan Rancangan metode penelitian yang digunakan adalah rancangan
Response Surface Methodology (RSM) mixture design D-optimal. Rancangan ini
menggunakan software Design Expert trial (DX trial). Mixture design adalah
eksperimen yang memiliki respon yang diasumsikan hanya tergantung dari
proporsi relatif dari ingradient dalam formula dan bukan tergantung jumlah
ingradient tersebut.
Faktor perlakuan berupa komponen yang diubah-ubah pada penelitian
ini adalah proporsi tepung talas dan tepung kacang hijau. Output dari proses
analisa respon yang diolah dengan rancangan statistik RSM mixture design
adalah berupa persamaan polinomial. Persamaan polinomial yang diperoleh tiap
respon ditunjukkan dengan variabel tertentu yang dapat berbentuk Mean (M),
Linear (L), Quadratik (Q), dan Cubic (C). Variabel tersebut menjadi faktor yang
menentukan rancangan model polinomial untuk faktor perlakuan pada penelitian
sehingga didapatkan respon yang mendukung terciptanya produk yang optimal
(Rahmawati 2010).
Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil uji organoleptik secara deskriptif dengan
menggunakan persentase penerimaan panelis. Persentase penerimaan panelis
ditentukan dengan cara menghitung persentase panelis yang dapat menerima
produk dari uji hedonik. Data yang dihasilkan dari uji kimiawi diolah dengan
menggunakan Microsoft Excel software. Kadar air, abu, protein, lemak,
24
karbohidrat, serta serat dinyatakan dalam persentase. Selanjutnya data yang
dihasilkan dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 16.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan dengan
menggunakan teknik optimasi RSM (Response Surface Methodology), sebuah
metodologi atau alat optimasi yang memungkinkan untuk memperoleh
penjelasan menyeluruh mulai dari desain penelitian, analisis data, dan optimasi.
Software yang digunakan dalam aplikasi RSM adalah Desaign Expert trial.
Berikut merupakan diagram alir penelitian cookies tepung komposit talas.
Gambar 5 Diagram alir penelitian cookies tepung komposit talas
Penentuan formula cookies terpilih melalui RSM
Dilakukan pendugaan umur simpan dengan metode akselerasi
Formula cookies terpilih
Formulasi tepung komposit dengan metode RSM
Analisis karakteristik kimia dan organoleptik cookies
Tepung talas Tepung kacang hijau