Metode GEOMAGNET

18
I. Pendahuluan Geomagnet adalah salah satu metode Geofisika, metode ini adalah bersifat spontan karena dapat mendeteksi benda-benda magnetik di bawah tanah tidak langsung di dalam tanah melainkan hanya melakukan pengukuran di atas permukaan. Untuk melakukan penyelidikan atau eksplorasi diharapkan dapat : a. Memahami prinsip kerja alat ukur magnetic ( yaitu G – 816 ) b. Mengerti cara pengambilan data geomagnetik dan pengolahannya c. Memperkirakan secara kualitatif dari benda-benda penyebab anomali. Supaya penampilan dari pengolahan data lebih baik digunakan cara pengolahan data dengan program Rock Work, sedangkan cara untuk interpretasi biasanya hanya kualitatif, dimana harus memahami terlebih dahulu tentang peta IGRF (International Geomagnetic Reference Field). Dalam IGRF ini disajikan 3 peta kontur yang berlaku secara International dan khusus Indonesia dibuat oleh PUSLITBANG Geologi Bandung, Yang masing – masing adalah : 1. Peta kontur Intensitas magnetic total ( Jogja + 45.600 ) 2. Peta Kontur Inklinasi ( Indonesia – 4 s/d – 35 o ) 3. Peta kontur Deklinasi ( Indonesia hampir 0 o ) Berdasarkan peta (Intensitas magnetik total), Jika hasil pengukuran geomagnet menunjuk-kan penyimpangan terhadap harga intensitas magnetic total berarti ada anomali, dan harga 1

description

Metode GEOMAGNETMetoda Geomagnet adalah salah satu metoda di geofisika yang memanfaatkan sifat kemagnetan bumi. Menggunakan metoda ini diperoleh kontur yang menggambarkan distribusi susceptibility batuan di bawah permukaan pada arah horizontal. Dari nilai susceptibility selanjutnya dapat dilokalisir / dipisahkan batuan yang mengandung sifat kemagnetan dan yang tidak. Mengingat survey ini hanya bagus untuk pemodelan kearah horizontal, maka untuk mengetahui informasi kedalamannya diperlukan metoda Resistivity 2D. Jadi, survey geomagnet diterapkan untuk daerah yang luas, dengan tujuan untuk mencari daerah prospek. Setelah diperoleh daerah yang prospek selanjutnya dilakukan survey Resistivity 2D.

Transcript of Metode GEOMAGNET

Page 1: Metode GEOMAGNET

I. Pendahuluan

Geomagnet adalah salah satu metode Geofisika, metode ini adalah bersifat spontan karena

dapat mendeteksi benda-benda magnetik di bawah tanah tidak langsung di dalam tanah

melainkan hanya melakukan pengukuran di atas permukaan. Untuk melakukan penyelidikan

atau eksplorasi diharapkan dapat :

a. Memahami prinsip kerja alat ukur magnetic ( yaitu G – 816 )

b. Mengerti cara pengambilan data geomagnetik dan pengolahannya

c. Memperkirakan secara kualitatif dari benda-benda penyebab anomali.

Supaya penampilan dari pengolahan data lebih baik digunakan cara pengolahan data

dengan program Rock Work, sedangkan cara untuk interpretasi biasanya hanya kualitatif,

dimana harus memahami terlebih dahulu tentang peta IGRF (International Geomagnetic

Reference Field). Dalam IGRF ini disajikan 3 peta kontur yang berlaku secara International

dan khusus Indonesia dibuat oleh PUSLITBANG Geologi Bandung, Yang masing – masing

adalah : 1. Peta kontur Intensitas magnetic total ( Jogja + 45.600 )

2. Peta Kontur Inklinasi ( Indonesia – 4 s/d – 35o)

3. Peta kontur Deklinasi ( Indonesia hampir 0o )

Berdasarkan peta (Intensitas magnetik total), Jika hasil pengukuran geomagnet menunjuk-

kan penyimpangan terhadap harga intensitas magnetic total berarti ada anomali, dan harga

anomali berdasarkan peta inklinasi dan deklinasi adalah positif di Utara dan negatif di Selatan

Jadi dalam tulisan ini akan dibahas tentang bagaimana memperoleh harga T ( Anomali

magnetik yang telah dikoreksi) kemudian cara penggambaran dengan menggunakan program,

dan akhirnya metoda interpretasi yang digunakan, yaitu apabila ada anomaly positif di Utara

dan anomali negatif di Selatan berarti ada benda magnetik dibawahnya.

II. Latar belakang teori

Untuk membahas latar belakang teori medan magnet bumi, perlu didefinisikan pengertian

medan, yaitu suatu besaran fisika yang mempunyai nilai ditiap titik dalam ruang. Jadi pada

pengukuran medan magnet ini akan dipengaruhi oleh 3 medan magnet yaitu : Medan magnet

Utama, medan magnet luar dan Anomali Magnetik Lokal.

2.1 Medan magnet Utama

Medan magnet utama ini berasal dari bumi sendiri, dimana masing-masing elemen

magnetiknya dapat digambarkan sebagai berikut :

1LX

Page 2: Metode GEOMAGNET

Keterangan Gambar -1

H = Vektor medan magnet

L = Utara magnetic ( Horizontal)

X = Utara Geografi

Y = Timur geografi

Z = Komponen vertikal magnet bumi

D = Sudut deklinasi ( Indonesia ~o)

In = Sudut inklinasi ( Ind. : - 4 sd – 350)

2.2 Medan magnet Luar

Penyebab dari medan magnet luar ini ada hubungannya dengan aliran listrik, yang terjadi

pada lapisan yang terionisasi diatmosfer bagian luar. Mialnya : badai magnet, terjadi setiap saat

yang dapat menimbulkan amplitude sebesar 1000 atau lebih, kadang-kadang setiap 27 hari

tergantung pada peristiwa dimatahari.

2.3 Anomali magnetik lokal

Bila bumi tersusun dari bahan yang mempunyai kemagnetan homogen dan berbentuk

bundar, maka garis-garis gaya kemagnetan akan melintas secara ideal dari satu kutub magnet

kekutub magnet yang lain.

Akan tetapi bentuk bumi tidak bundar, mengalami pemipihan pada kedua kutubnya.

Disamping itu susunan bahannya pun tidak homogen, kenyataan ini mengakibatkan perubahan-

perubahan pada garis gaya kemagnetan, perubahan ini berupa penyimpangan-penyimpangan

yang dengan mudah dapat diamati di permukaan bumi dan selanjutnya penyimpangan ini

disebut Anomali Geomagnet.

Penyebab utama penyimpangan medan magnet utama yang menghasilkan anomali

magnetik lokal ini ialah karena perbedaan komposisi mineral yang bersifat magnetik atau

benda magnetik lainnya yang berada di dekat permukaan.

Untuk hasil pengukuran yang memberikan harga lebih besar atau lebih kecil dari T tersebut

yang dinamakan anomali dan nilai dari anomali ini tampak jelas setelah dilakukan

konturing( dibuat konturnya ), sehingga ada klosur yang membentuk puncak (Positif) dan

klosur yang berbentuk lembah ( negatif) antara puncak positif dan negatif ini terdapat benda

penyebab anomali magnetik lokal.

III. Pelaksanaan Lapangan

2

Z

H

Y

Page 3: Metode GEOMAGNET

3.1 Lokasi Penyelidikan

Lokasi penyelidikan akan dilakukan kemudian

3.2 Prosedur Lapangan Geomagnet

a. Ambil suatu titik acuan, dimana bukan merupakan daerah pengukuran kemudian diukur

intensitas magnetiknya beberapa kali di titik itu. Pengukuran tersebut tidak boleh lebih

dari 3 gamma dan hasilnya dirata-ratakan . Itulah harga intensitas di BS (Base station)

b. Berikan tanda pada daerah yang akan diukur medan magnetnya, baik dengan patok

maupun dengan tali.

c. Buatlah traverse yang mengarah U – S dengan jarak 2 meter, atau disesuaikan.Misalkan

daerah pengukurannya sebagai berikut.

Gambar-2 Pengambilan data dengan cara Grid

d. Koreksi variasi harian selama pengukuran diperoleh dengan mengukur intensitas titik

acuan (BS) beberapa kali (Dilakukan setiap pindah traverse)

Adapun tahapan dalam membuat grafik koreksi varian adalah sebagai berikut :

1) Menghitung beda antara nilai BS awal sebagai titik acuan dengan BS berikutnya setelah dilakukan setiap pengukuran satu traverse

2) Memplot harga hasil pengukuran tersebut kedalam kertas millimeter untuk mengetahui masing masing koreksi variasi harian yang dilakukan dengan cara drift ( cara apungan, artinya titik awal dan akhir dianggap garis lurus)

3

A B C D E1

4

3

2

5

6

7U

* BS (Base Station)

Page 4: Metode GEOMAGNET

Contoh hasil pengukuran T ( Intensitas magnetic total ) di BS sebagai berikut :

No Waktu Pembacaan () dari alat Rata-rata ()

1 17.01 45.578;579;578 45.578

2 17.07 45.577;579;578;578 45.578

3 17.13 45.580;580;581;580 45.580

4 17.19 45.580;581;580;580 45.580

5 17.25 45.578;578;579;578 45.578

6 17.34 45.576;576;576;575 45.576

7 17.38 45.578;578;578;578 45.578l

Gambar grafik koreksi varian harian

45575455764557745578455794558045581

17.01 17.11 17.21 17.31

waktu

pe

ng

uku

ran

Gambar-3 Grafik koreksi variasi harian

3) Setelah dikoreksi dengan koreksi variasi harian dan drift maka diperoleh harga

Tobservasi disetiap titik grid, harga Tobservasi tersebut kemudian dikurangi dengan harga

T IGRF sehingga diperoleh harga anomali Geomagnet (T) :

Rumus untuk menghitung Anomali geomagnet (T) adalah sbb.:

T = T Obs -T vh – TIGRF

Dimana :

TObs = Data Pengamatan (Observasi) Intensitas Magnetik total (T) pada titik pengukuran yang biasanya dalam bentuk grid.

Tvh = Koreksi Variasi harian dari harga pengamatan T tersebut yang dilakukan di BS. ( Base Station )

TIGRF = Intensitas Magnetik total dari IGRF yang diperkirakan dari peta kontur Intensitas magnetik total untuk Indonesia dan harganya ditentukan di lapangan sebagai BS.

4

Page 5: Metode GEOMAGNET

3.3 Penggambaran Anomali dengan ROCKWORKS 99

3.3.3. Pembuatan Penampang

.

5

Page 6: Metode GEOMAGNET

6

Page 7: Metode GEOMAGNET

3.4.3. Pembuatan penampang

7

Jarak Jarak

T ()

Page 8: Metode GEOMAGNET

4. Interpretasi

Tujuan interpretasi disini adalah memperkirakan benda penyebab anomali magnetik

yang terjadi di daerah pengukuran, dimana praktikan akan diarahkan untuk mengukur di daerah

yang mengandung benda magnetik.

Namun sebelum membahas prosedur interpretasi dan hasil-hasilnya terlebih dahulu

akan dibahas mengenai dasar-dasar interpretasi yang digunakan dalam pengukuran Geomagnit,

dimana beberapa factor yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut :

a. Kondisi geografis, dimana dalam medan geomagnet pada setiap sudut inklinasi

yang berbeda akan menghasilkan profil anomali berbeda pula. Secara umum sudut

inklinasi di sekitar equator 0 dan semakin membesar kearah kutub sampai 900.

Khususnya untuk Indonesia di sekitar Yogya ( I = - 350, D~00 ), Gambar 7, yaitu :

“ Pada penampang Utara Selatan, tubuh magnetik akan menimbulkan anomali

positif di Utara dan anomali negatif yang berukuran sedikit lebih kecil di Selatan ”

(Suranto, 1987)

b. Kedalaman dari benda penyebab anomali, karena untuk benda magnetic yang sama

tetapi letaknya lebih dalam atau lebih dangkal akan menghasilkan profil anomali

magnetic yang berbeda. Untuk penentuan kedalaman ini bias digunakan aturan

setengah lebar anomali ( half width Rules ), dimana kedalaman pipa ( silinder)

adalah 2X1/2 ( X1/2 adalah jarak dari puncak kelembah dibagi 2) lihat Gambar 8

c. Besarnya Susceptibilitas kemagnetan (k), berdasarkan penyelidikan susceptibilitas

kemagnitan untuk pelbagai mineral dari Telford (1976), dimana mineral yang

paling banyak mengandung Fe mempunyai Susceptibilitas terbesar

8

Page 9: Metode GEOMAGNET

9

Page 10: Metode GEOMAGNET

10

Page 11: Metode GEOMAGNET

11

Page 12: Metode GEOMAGNET

12

Page 13: Metode GEOMAGNET

13

Page 14: Metode GEOMAGNET

14

Page 15: Metode GEOMAGNET

15

Magnetometer tipe G-816