Metode Dan Interpretasi Pemeriksaan Golongan Darah

11
METODE DAN INTERPRETASI PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH Darah adalah suatu substansi cair yang mengandung basa, tersusun atas air, sel darah, enzim, protein, dan substansi inorganik lainnya yang bersirkulasi di dalam pembuluh darah, membawa nutrisi, oksigen, dan hasil metabolisme.Darah merupakan bukti yang paling umum dan mungkin paling penting dalam dunia kriminologi modern. Substansi ini tidak bisa digantikan, melihat fakta banyak yang bisa ditemukan dari darah (identitas, cara kematian, DNA, dll). Keberadaannya selalu menghubungkan tersangka dan korban berikut TKP.Darah menjadi bukti yang paling sering mematahkan kesaksian palsu, alibi, atau argumen dari pelaku.Oleh karenanya pelaku sangat sering berusaha menghapus jejak darah baik di TKP, tubuh pelaku, maupun senjata.Namun, hal ini tidak banyak membantu mengingat majunya teknologi membuat para ahli mampu mengidentifikasi darah, meskipun sudah dihapus. Bagian darah yang cair tersusun atas plasma darah dan serum (berwarna kekuningan dan mengandung sel darah putih dan platelet).Bagian darah yang padat tersusun atas sel darah merah.Serum dan sel darah merah menjadi poin penting yang didalami oleh ahli forensik.Khususnya serum, dimana dari substansi ini dapat ditentukan kesegaran sampel darah (durasi serum terpapar udara luar dan membentuk clot).Selain itu, serum juga mengandung antibodi. Di lain pihak, pada sel darah merah, para ahli akan mencari substansi yang lebih kecil, yakni antigen untuk memeriksa golongan darah maupun DNA.

Transcript of Metode Dan Interpretasi Pemeriksaan Golongan Darah

Page 1: Metode Dan Interpretasi Pemeriksaan Golongan Darah

METODE DAN INTERPRETASI PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH

Darah adalah suatu substansi cair yang mengandung basa, tersusun atas air, sel darah,

enzim, protein, dan substansi inorganik lainnya yang bersirkulasi di dalam pembuluh darah,

membawa nutrisi, oksigen, dan hasil metabolisme.Darah merupakan bukti yang paling umum

dan mungkin paling penting dalam dunia kriminologi modern. Substansi ini tidak bisa

digantikan, melihat fakta banyak yang bisa ditemukan dari darah (identitas, cara kematian, DNA,

dll). Keberadaannya selalu menghubungkan tersangka dan korban berikut TKP.Darah menjadi

bukti yang paling sering mematahkan kesaksian palsu, alibi, atau argumen dari pelaku.Oleh

karenanya pelaku sangat sering berusaha menghapus jejak darah baik di TKP, tubuh pelaku,

maupun senjata.Namun, hal ini tidak banyak membantu mengingat majunya teknologi membuat

para ahli mampu mengidentifikasi darah, meskipun sudah dihapus. Bagian darah yang cair

tersusun atas plasma darah dan serum (berwarna kekuningan dan mengandung sel darah putih

dan platelet).Bagian darah yang padat tersusun atas sel darah merah.Serum dan sel darah merah

menjadi poin penting yang didalami oleh ahli forensik.Khususnya serum, dimana dari substansi

ini dapat ditentukan kesegaran sampel darah (durasi serum terpapar udara luar dan membentuk

clot).Selain itu, serum juga mengandung antibodi. Di lain pihak, pada sel darah merah, para ahli

akan mencari substansi yang lebih kecil, yakni antigen untuk memeriksa golongan darah maupun

DNA.

Di dalam hukum forensik, darah selalu dianggap sebagai suatu barang bukti. Hal ini

dapat ditinjau dari bagaimana 2 orang yang kembar identik dengan pola DNA yang mirip namun

memiliki profil antibodi serum yang berbeda (sederhananya memiliki golongan darah berbeda),

membuat mereka dapat dibedakan satu sama lain secara serologi. Penggolongan darah pertama

(sistem A-B-O) ditemukan pada tahun 1901 oleh Leindsteiner. Pada tahun-tahun berikutnya

ditemukan penggolongan darah yang lain, utamanya di bidang reaksi antigen-antibodi, yaitu

ABH, MN, dan Rh. Saat ini, masyarakat mengenal sistem ABO dan sistem Rh (antigen D).

Prinsip utama serologi adalah dalam setiap antigen selalu ada antibodi yang spesifik

untuk antigen tersebut. Dalam penggolongan darah rutin, cukup diperlukan 2 antiserum saja:

anti-A dan anti-B. Dengan meneteskan antiserum ini ke sampel darah, kita dapat melihat apakah

sampel darah tersebut mengalami aglutinasi atau tidak dalam tampilan mikroskop.Golongan

darah A akan teraglutinasi oleh anti-A; golongan darah B oleh anti-B; golongan darah AB oleh

Page 2: Metode Dan Interpretasi Pemeriksaan Golongan Darah

keduanya; dan golongan darah O tidak teraglutinasi. Golongan darah O banyak dimiliki oleh

masyarakat pribumi dan amerika latin. Golongan darah A dimiliki oleh ras kaukasoid dan

keturunan eropa. Golongan darah B banyak ditemukan pada masyrakat afrika-amerika dan

beberapa suku di Asia (e.g. Thai).Golongan darah AB paling banyak ditemui pada orang Jepang

dan China.Selain sistem ABO, ditemukan juga individu dengan golongan darah langka.Sistem

baru, dikenal dengan sistem Rhesus.Dalam sistem ini dibagi menjadi Rhesus positif dan

negatif.Jika seseorang memiliki faktor positif, maka darahnya mengandung protein yang dapat

ditemukan pada rhesus monyet.Sebagian besar masyarakat (85%) memiliki faktor positif dan

karenanya, individu dengan rhesus negatif sangat diperhatikan karena langkanya individu dengan

rhesus ini. Sistem ini jauh lebiih rumit daripada sistem ABO karena ada sekitar 30 kombinasi

yang mungkin, membuat transfusi darah menjadi sangat krusial, meskipun untuk sederhananya

lebih sering digunakan yang sistem positif dan negatif. Faktor Rh ditemukan menyelubungi sel

darah merah.

1. Pemeriksaan Golongan Darah

Golongan darah adalah istilah yang diaplikasikan kepada antigen-antigen yang

diturunkan dari kedua orang tua (inherited antigens) yang ditemukan pada permukaan sel

darah merah.Pendeteksian golongan darah adalah salah satu metode identifikasi dalam

penyelidikan forensik dan telah digunakan secara luas pada berbagai laboratorium

forensik.Di antara bermacam-macam sistem golongan darah yang dikenal, sistem A, B, O

adalah sistem yang terpenting dan digunakan secara luas. Pembagian sistem A, B, O

didasarkan kepada ada tidaknya substansi antigen/aglutinogen yaitu antigen A dan antigen B

yang terdapat pada permukaan sel darah merah manusia, sehingga golongan darah manusia

terbagi ke dalam 4 golongan yang terdiri atas A, B, AB dan O.

Page 3: Metode Dan Interpretasi Pemeriksaan Golongan Darah

Terdapat dua bentuk antigen yaitu :

Antigen larut air (water-soluble form)

Antigen ini tidak ditemukan pada sel darah merah dan serum, tapi pada sebagian besar

cairan tubuh dan organ dari golongan sekretor.

Antigen larut alkohol (alcohol-soluble form)

Antigen ini terdapat pada seluruh jaringan tubuh, kecuali otak, dan juga terdapat di sel

darah merah.Tetapi antigen ini tidak terdapat pada hasil sekresi.

Antigen sistem ABO ini diturunkan secara genetik dibawah pengaruh empat lokus (lokus

adalah lokasi gen pada kromosom), yaitu lokus ABO, lokus gen H, lokus gen Se dan

lokus gen Le.Sistem ABO dikendalikan oleh 3 jenis gen yaitu, A,B dan O, yang masing-

masing dapat menempati lokus ABO. Gen A dan B bersifat kodominan sedangkan gen O

bersifat resesif atau amorf yang tidak menghasilkan antigen. Tiap orang tua akan

menurunkan satu gen ABO pada anaknya, sehingga seorang anak memiliki sepasang gen

(genotip) yang dapat dinyatakan dalam genotip AA,BB,AB,AO,BO dan OO. Pada

penentuan golongan darah kita hanya memperhatikan antigen yang dihasilkan gen

tersebut, bukan gennya.

Sistem ABO juga dikendalikan oleh gen H dan h, yang akan menempati lokus gen H.

Lokus gen H akan mengkode sintesis core pentasakarida (suatu bahan baku yang diperlukan

untuk sintesis antigen A dan antigen B) sehingga gen H akan membentuk antigen H dan

sedangkan gen H bersifat resesif. Hampir semua orang mewarisi dua gen H. Gen H terdapat

pada semua golongan darah. Lokus gen Se menentukan apakah seseorang mensekresi antigen

A, B atau H ke dalam serum dan cairan tubuh lainnya (cairan tubuh, semen dan urin). Hanya

sel yang memiliki gen Se yang dapat mensekresi antigen ABH. Sedangkan lokus gen Le

berfungsi sebagai prekursor gen H. Substansi antigen A, B dan H berhubungan satu dengan

lainnya melalui mekanisme berikut:

Jika individu diwarisi gen H, maka individu tersebut akan memiliki antigen H. Substansi

antigen H adalah substansi yang mula-mula disintesis selama proses sintesis molekul-

molekul golongan darah.

Jika individu diwarisi gen O, gen tersebut tidak mengkode antigen apapun, sehingga

antigen satu-satunya pada golongan darah ini adalah antigen H.

Page 4: Metode Dan Interpretasi Pemeriksaan Golongan Darah

Jika individu diwarisi gen A, gen tersebut akan mengkode enzim yang akan mengubah

sebagian substansi H menjadi glikoprotein lain yang merupakan determinan antigenik

dari golongan darah A. Sehingga kelompok ini akan memiliki antigen A dan antigen H.

Jika individu diwarisi gen B, gen tersebut akan mengkode enzim yang akan mengubah

sebagian substansi H menjadi glikoprotein lain yang merupakan determinan antigenik

dari golongan darah B. Sehingga kelompok ini akan memiliki antigen B dan antigen H.

Jika individu diwarisi kedua gen A dan B, kedua gen tersebut akan beraksi sehingga

kelompok golongan darah ini memiliki antigen A, B dan H.

2. Pendeteksian Golongan Darah ABO Melalui Cairan Tubuh Lain

a. Golongan Sekretor dan Non-sekretor

Individu yang termasuk golongan sekretor adalah individu yang memiliki gen SeSe

atau Sese, dimana mereka dapat mensekresikan antigen golongan darahnya pada sekresi

dan cairan tubuhnya selain pada sel darah merah. Individu sekretor mensekresikan

substansi antigen yang identik secara imunologik dengan substansi pada

eritrositnya.Sedangkan golongan non sekretor yang memiliki genotip sese, hanya

mensekresikan sedikit sekali atau tidak sama sekali antigen golongan darahnya ke cairan

tubuhnya sehingga cairan tubuhnya tidak mengandung antigen tersebut.

Hal ini diketahui dari penelitian Yamakami pada tahun 1926 yang menemukan

adanya antigen A dan B pada cairan tubuh, lalu pada tahun 1930, Lehrs dan Putkonen

menyatakan bahwa karakter tersebut bersifat dimorphic dengan ditemukannya golongan

non-sekretor yang tak memiliki antigen pada cairan tubuhnya, selain golongan sekretor.

Beberapa ahli kemudian menemukan bahwa substansi antigen golongan darah tersebut

tidak hanya terdapat pada sel darah merah, tapi tersebar secara meluas pada seluruh tubuh

manusia, baik pada jaringan lunak maupun keras. Selain itu substansi A, B, dan H juga

terdapat sebagai mukopolisakarida dalam sekresi kelenjar seperti cairan tubuh, keringat,

dan cairan lambung. Pada akhirnya diketahui bahwa sekresi mukopolisakarida ini

dikontrol oleh gen Se dan se, dimana Se dominan terhadap se. Pada individu sekretor,

penentuan golongan darah selain dapat dilakukan menggunakan sampel darahnya, juga

dapat dilakukan menggunakan sampel cairan tubuh seperti cairan tubuh, dimana antigen

pada cairan tu buhnya biasanya terdapat dalam bentuk larut (soluble form glycoprotein).

Page 5: Metode Dan Interpretasi Pemeriksaan Golongan Darah

Sedangkan pada individu non-sekretor, penentuan golongan darahnya hanya dapat

dilakukan dengan prosedur konvensional menggunakan sel darah merahnya.

b. Penentuan Status Sekretor

Untuk mengetahui apakah seseorang itu bersifat sekretor atau nonsekretor dapat

ditentukan dengan tes penentuan status sekretor (secretory test). Pada tes ini prinsip yang

digunakan adalah Aglutinasi-inhibisi, yang prosesnya terdiri dari 2 tahap, yaitu:

1) Penetralan antibodi

Pada tahap ini cairan tubuh dicampur dengan antiserum komersial (Anti-A atau Anti-

B) yang telah dilarutkan dengan aquades sehingga titer antibodinya akan mendekati

level antigen di dalam cairan tubuh, kemudian biarkan untuk beberapa waktu agar

keduanya bereaksi. Jika subyeknya sekretor maka antigen golongan darah yang larut

dalam cairan tubuh akan bereaksi dengan dan menetralkan antibodi dalam antiserum.

2) Aglutinasi-inhibisi

Pada tahap selanjutnya ditambahkan sel darah merah sesuai dengan golongan darah

yang akan dites ke dalam campuran tersebut. Jika subyeknya sekretor, maka tidak

terjadi aglutinasi sebab tidak ada lagi antibodi yang tersisa untuk menggumpalkan sel

darah merah, karena sebelumnya telah bereaksi dengan antigen golongan darah di

dalam cairan tubuh. Reaksi yang menunjukkan aglutinasi negatif ini diinterpretasikan

status sekretornya positif. Namun jika subyeknya non-sekretor, maka tidak ada

antigen golongan darah di dalam cairan tubuh sehingga antibodi di dalam antiserum

tidak akan dinetralkan dan akan bebas bereaksi dengan sel darah merah yang

ditambahkan. Reaksi aglutinasi positif menunjukkan hasil tes status sekretor yang

negatif.

c. Metode Pendeteksian Golongan Darah Menggunakan Cairan tubuh

Pendeteksian golongan darah melalui material selain darah dapat dilakukan dengan

cara tidak langsung, yaitu dengan metode absorpsi-inhibisi (untuk cairan tubuh, misal :

cairan tubuh, semen, dan sebagainya), absorpsi-elusi (untuk bahan padat, misal : tulang,

rambut, gigi, dan sebagainya), dan absorpsi campuran (untuk bahan padat).

Page 6: Metode Dan Interpretasi Pemeriksaan Golongan Darah

Pendeteksian golongan darah dengan cara aglutinasi langsung tidak mungkin

dilakukan untuk deteksi antigen dalam cairan tubuh seperti pada cairan tubuh. Hal ini

dikarenakan antigen/substansi golongan darah dalam cairan tubuh terdapat dalam bentuk

yang larut (soluble form). Metode yang digunakan untuk pemeriksaan golongan darah

melalui cairan tubuh adalah metode absorpsi-inhibisi, yaitu bila terdapat suatu bahan

yang mengandung antigen yang sesuai dengan antiserum yang ditambahkan maka akan

terjadi proses absorpsi yang spesifik. Proses absorpsi ini akan mengakibatkan titer

antiserum berkurang (inhibisi).

Sehingga jika kemudian ditambahkan sel darah merah yang sesuai kepada

antiserum yang telah terikat dengan antigen dalam bahan, maka tidak akan ditemukan

aglutinasi karena antiserum telah berikatan dengan antigen dalam bahan sehingga tidak

dapat lagi berikatan dengan antigen pada dinding sel darah merah. Inhibisi aktifitas

antiserum ini ditentukan dengan membandingkannya dengan titer antiserum mula-mula.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Deteksi Golongan Darah Menggunakan

Cairan Tubuh Lain

Apabila hasil analisa cairan tubuh dalam identifikasi golongan darah diperoleh

hasil yang tidak diharapkan maka terdapat beberapa kemungkinan yaitu:

Cairan tubuh dari pelaku bukan golongan sekretor.

Apabila cairan tubuh telah mengering, mungkin sediaan ulas kurang mengandung

cairan tubuh.

Cairan tubuh yang akan diperiksa tercemar oleh cairan lain sebelum dibuat sediaan

ulas.

Sediaan ulas terkontaminasi sebelum dilakukan analisa laboratoris.

Kegagalan dari proses serologis di laboratorium, kemungkinan reagennya sudah rusak

atau kadaluarsa atau konsentrasinya berubah.

Page 7: Metode Dan Interpretasi Pemeriksaan Golongan Darah

DAFTAR PUSTAKA

Senn, David R; Stimson, Paul G. Forensic Dentistry, 2nd edition. 2011. Boca Raton: Taylor &

Francis Group

Mozayani A, Noziglia C. The Forensic Laboratory Handbook Procedures and Practice. 2011.

Springer Science & Business Media

Djohansyah Lukman. Ilmu Kedokteran Gigi Forensik Jilid 2. 2006. Sagung Seto.

www.forensic-medecine.info/forensic-serology.html. Diunduh pada tanggal 10 Mei 2013.

www.ncids.com/forensic/serology/serology.shtml. Diunduh pada tanggal 10 Mei 2013.