METODE DA’I DALAM MENDAKWAHKAN TAUHID DI DESA … · 2021. 2. 24. · Penelitian ini bertujuan...
Transcript of METODE DA’I DALAM MENDAKWAHKAN TAUHID DI DESA … · 2021. 2. 24. · Penelitian ini bertujuan...
ii
METODE DA’I DALAM MENDAKWAHKAN TAUHID DI DESA DALINSAHENG KECAMATAN BIARO KAB. KEPL. SIAU TAGULANDANG BIARO PROVINSI SULAWESI UTARA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
MUH. DURRATULHIKMAH TAMUGE NIM : 105270002815
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/ 2020 M
ABSTRAK
Muh. Durratulhikmah Tamuge, NIM 10527002815. “Metode Dai Dalam Mendakwahkan Tauhid Di Desa Dalinsaheng, Kecamatan Biaro Kab. Kepl. Siau Tagulandang Biaro, Provinsi Sulawesi Utara.” (Dibimbing oleh M. Ali Bakri dan Hasan Bin Juhanis)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dakwah tauhid pada masyarakat awam di desa Dalinsaheng, kecamatan Biaro, kab. Kepl. Sitaro (Siau Tagulandang Biaro) yang meliputi pengetahuan tentang (1) peran dakwah, (2) dakwah tauhid dan (3) faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam mendakwahkan tauhid.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian
menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Sumber data dalam penelitian ini yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Yang kemudian setelah data-data terkumpul, peneliti melakukan analisis selama pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Dari penelitian ini peneliti memperoleh hasil-hasil sebagai berikut:
(1) bahwasanya peran dai sangatalah dibutuhkan, melihat realitas desa dalinsaheng kecamatan biaro kabupaten sitaro masih sangat jauh dari pemahaman agama Islam. Sehingga peran dai dibutuhkan dalam rangka meningkatkan pemahaman agama secarah menyeluruh terhadap pengetahuan agama. (2) dakwah tauhid sangatlah penting mengingat masyarakat muslim di desa dalinsaheng masih mentradisikan dengan menentukan waktu-waktu tertentu untuk mengunjungi kuburan nenek moyang yang berada dipuncak gunung bernama Bukide secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama. (3) faktor pendukung dalam mendakwahkan tauhid di desa Dalinsaheng diantaranya; dukungan pemerintah, kepatuhan masyarakat, kehidupan masyarakat yang rukun dan damai, dll. Adapun faktor penghambat diantaranya : Adanya penyakit TBC, Pengaruh tontonan di berbagai media elektronik, Adanya dai lokal yang memilki ilmu yang di wariskan dari nenek moyang dan tidak belajar melalui lembaga pendidikan, Adanya infiltrasi budaya asing yang semakin merajalela, Penerapan konsep kerukunan yang bertentangan dengan syariat Islam oleh masyarakat mayoritas kristen.
Implikasi penelitian ini adalah (1) pengetahuan tentang peran dakwah (2) pengetahuan tentang dakwah tauhid (3) mencarikan solusi terhadap faktor- faktor yang menjadi pendukung atas penghambat dalam mendakwahkan tauhid di desa Dalinsaheng, kecamatan Biaro, kab. kepl. Sitaro (Siau Tagulandang Biaro).
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbi‟lalamin, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa
memberikan kita taufik dan hidayah. Sholawat beserta salam senantiasa
dihanturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari
lembah kezaliman, kekufuran dan kehinaan menuju puncaknya keIslaman
(Minazzulumaati „ilannur). Manusia yang memiliki perangai yang baik, memiliki
akhlak yang begitu mulia , para keluarganya, sahabat-sahabatnya dan insyah
Allah percikan rahmatnya senantiasa sampai kepada kita selaku umatnya yang
tetap istiqomah menjalankan ajaran yang dibawakan oleh beliau. Aamiin.
Skripsi ini berjudul “Metode Da’i Dalam Mendakwahkan Tauhid di Desa
Dalinsaheng, Kecamatan Biaro Kabupaten Siau tagulandang biaro, Provinsi
Sulawesi Utara”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya masukan
dan kritikan yang membangun dalam melengkapi serta menutupi segala
kekurangan yang masih perlu diperbaiki. Selanjutnya penulisan menyampaikan
ucapan terimah kasih terutama kepada :
1. Kedua orang tua penulis yang sangat dicintai, Ayahanda Drs, Sun Tamuge
dan ibunda tercinta Warni Mahmud S,Pd.I, yang telah mengasuh, merawat,
mendidik, dan membimbing penulis dari lahir hingga sampai saat ini ke jalan
yang benar yang sesuai dengan tuntunan agama Islam.
2. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
3. Drs. H. Mawardi Pewangi M.Pd.I. Selaku Dekan Fakultas Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Dr. H. Abbas, Lc., M.A. Kelaku ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam
dan Bapak Abdul Fattah, S.Th.I., M.Th.I sekretaris Prodi Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
5. Dr. Muhammad Ali Bakri, S. Sos., M. Pd dan Hasan Bin Juhanes, Lc. MS.
Selaku pembimbing pertama dan kedua dalam penulisan skirpsi ini.
6. Seluruh Dosen-dosen yang ada di program studi Komunikasi dan Penyiaran
Islam Fakultas Agama Islam. Semoga Allah SWT tetap menjadikan kita
hamba-hamaNya yang istiqomah dalam menjalankan kehidupan ini,
terutama di bidang akademik untuk melahirkan pemikir-pemikir muslim dan
muslimah yang handal dan hebat.
7. Kepada teman-teman dan sahabat-sahabat seperjuanngan, dan teman-
teman yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu per satu.
Akhirnya penulis mengucapkan banyak terimah kasih yang setinggi-tingginya
dan kepada Allah-lah penulis serahkan segala urusan, agar senantiasa
memberikan kekuatan untuk menjalankannya. Aamiin Yaa Robbal‟aalamiin
Penulis
Makassar, 29 Oktober 2020
Muh. Durratulhikmah Tamuge
NIM: 105270002815
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i
HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................................... iii
BERITA ACARA ...................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI........................................................ v
ABSTRAK ................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 9
D. Manfaat Penelitian........................................................................ 10
BAB II KAJIAN TEORITIS ...................................................................... 11
A. METODE DAKWAH ...................................................................... 11
1. Pengertian Metode .................................................................... 11
2. Pengertian Dakwah ................................................................... 12
3. Sumber Metode Dakwah ........................................................... 21
B. DA‟I ............................................................................................... 24
1. Penngertian Da‟i ........................................................................ 24
2. Proses Metode Komunikasi Da‟i .......................................... 28
C. TAUHID ........................................................................................ 29
1. Pengertian Tauhid ..................................................................... 29
2.FitraTauhid ................................................................................. 29
3. Macam-Macam Tauhid .............................................................. 30
4. Faidah Tauhid ........................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 38
A. Jenis Penelitian ....................................................................... 38
B. Lokasi dan Objek Penelitian .................................................... 38
C. Deskripsi Fokus Penelitian ...................................................... 38
D. Sumber Data ........................................................................... 40
E. Instrumen Penelitian ............................................................... 41
F. Pengelolaan Dan Analisis Data .............................................. 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 43
A. Keadaan Realitas Desa Dalinsaheng kecamatan. Biaro
Kabupaten Sitaro Provinsi Sulawesi utara ..................................... 43
B. Kondisi Umum Desa ..................................................................... 52
C. Hasil Penelitia Pembahasan ......................................................... 56
BAB V PENUTUP ................................................................................... 76
A. Kesimpulan ................................................................................... 76
B. Saran ............................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 79
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... 82
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan
baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang
dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang
lain baik secara individual maupun secara kelompok agar supaya timbul
dalam dirinya suatu pengertian, kesadaraan, sikap penghayatan serta
pengalaman terhadap amalan ajaran agama sebagai massage yang
disampaikan kepadanya dengan tanpa unsur.1
Dakwah juga merupakan bagian integral dari ajaran islam yang
wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. Kewajiban ini tercermin dari
konsep amar ma‟ruf dan nahi munkar, yaitu perintah untuk mengajak
masyarakat untuk melakukan perilaku positif – konstruktif sekaligus
mengajak mereka untuk meninggalkan dan menjauhkan diri dari perilaku
negatif – dertruktif. Konsep ini mengandung dua implikasi makna
sekaligus, yakni prinsip perjuangan menegakkan kebenaran dalam islam
serta upaya mengaktualisasikan kebenaran Islam tersebut dalam
kehidupan sosial guna menyelamatkan mereka dan lingkungan dari
kerusakan.
1M. Arifin, Pisikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Cet.I, Jakarta: Bumi
Aksara, 1991), h. 6
Dakwah juga memiliki peran yang sangat penting menurut
pandangan Allah SWT dan Nabi muhammad SAW, karena dakwah
adalah tugas yang berat dan pekerjaan yang serius yang hanya bisa
dipikul oleh orang-orang yang mulia. Seorang pendakwah yang
berdakwah kepada agama Allah SWT pasti menghadapi gangguan atau
masalah dalam berdakwah sebagaimana yang dihadapi oleh siapa saja
yang mengemban tugas dakwah ini, dari dahulu sampai sekarang dan itu
merupakan sunnatullah pada orang–orang terdahulu sampai sekarang.
Dakwah Islam merupakan sebuah aktifitas komunikasi, sehingga
keberhasilan dakwah tergantung pada beberapa komponen yang
mempengaruhinya, yaitu:2
1. Da‟i sebagai orang yang menyampaikan pesan (komunikator),
2. Mad‟u sebagai orang yang menerima pesan (komunikan),
3. Materi dakwah sebagai pesan yang akan disampaikan,
4. Media dakwah sebagai sarana yang akan dijadikan saluran
dakwah,
5. Dan metode dakwah sebagai cara untuk digunakan berdawah.
Maka adanya antara keharmonisan unsur – unsur tersebut
diharapkan tujuan dakwah bisa tercapai secara maksimal. Masyarakat
yang terdiri dari berbagai latar belakang sosial keagamaan dan budaya
yang kompleks terkadang sulit untuk menerima pesan – pesan dakwah.
2Amirullah Ahmad, dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Cet. I, Yogyakarta:
Primaduta, 1983), h. 68
Salah satu penyebabnya karena para da‟i sering menganggap objek
dakwah sebagai masyarakat yang vakum, padahal mereka sekarang ini
berhadapan dengan setting masyarakat yang memiliki ragam corak
keadaan dengan berbagai persoalannya, masyarakat yang ragam nilai
serta majemuk dalam tata kehidupan, masyarakat yang sering mengalami
perubahan secara cepat, yang mengarah pada masyarakat fungsional,
masyarakat global, dan masyarakat terbuka.
Dan salah satu dakwah yang diperintahkan oleh Allah SWT adalah
mentauhidkan Allah SWT. Karena tauhid merupakan inti dakwah para
rasul, dari rasul yang pertama sampai rasul yang terakhir. Seperti yang
terdapat pada surah An-Nahl ayat 36. Allah SWT berfirman :
من هم فمن ٱلطغوت تنبوا وٱج ٱلله بدوا ٱع أن رسول نا ف كل أمة ب عث ولقدلة علي حقت من هم ومن ٱلله هدى ف ض فٱنظروا كي أر فسيروا ف ٱل ه ٱلضل
قبة ٱل مكذبين كان عTerjemahnya:
Dan sungguh, Kami telah menggutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, jauhilah Thagut,” kemudian diantara mereka yang ada diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu dibumi, dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS An-Nahl: 36).
3
Maka dari itu hal pertama yang disampaika oleh da‟i kepada
masyarakat agar mentauhidkan Allah. Karena tauhid adalah sikap dasar
seorang muslim yang menjadikan Allah sebagai satu-satunya Dzat yang
3 Ahmad Hatta, Tafsir Qur‟an PerKata, (Jakarta : Maghfirah Pustaka, 2009), h.
271
berhak disembah dan dipatuhi segala perintahahnya dan dijauhi segala
larangan-Nya. Tauhid juga menjadikan seorang muslim hanya menjadikan
Allah SWT sebagai tujuan. Dan tauhid juga merupakan penopang utama
yang memberikan semangat dalam melakukan ketaatan kepada Allah.
Orang yang bertauhid akan beramal untuk dan hanya karena Allah
semata.
Maka jika kita mengetahui pengertian dari tauhid itu kita jadikan
Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang menar dengan segala
kekhususannya. Maka Islam mengajarkan bahwasanya seluruh alam ini,
Allah yang telah menjadikan, menguasai dan mengawasinya.
Bahwasanya Dia adalah Maha Tunggal, tidak ada yang menyertai dalam
kesucian-Nya. Seseorang telah dikatakan telah memeluk Islam, apabila
dia telah bersyahadat dengan sepenuh keimanan atas ke-Esaan Allah
SWT bahwa Muhammad SAW adalah benar-benar hamba dan utusan-
Nya.
Kadar keimanan seseorang mempengaruhi seseorang dalam
pergaulannya sehari-hari. Kadar ketauhidan seseorang juga sangat
berkaitan denganbesarnya adab dan akhlak yang dia miliki. Ketauhidan
merupakan suatu keyakinan yang harus ditanamkan kepada manusia
yaitu menjadi landasan seseorang menjadi yakin dalam beragama.
Oleh karena itu tampak jelas sekali hikmahnya, mengapa iman
dijadikan sebagai prinsip umum dan kekal abadi. Juga mengapa Allah
tidak membiarkan suatu generasi atau suatu umat dalam keadaan kosong
tanpa mengutus seorang Rasul kepada mereka untuk mengajak mereka
kepada Iman ini dan memperdalam akar – akar aqidah ini di dalam hati
mereka.4
Batu fondasi keimanan Islam adalah Tauhid (keesaan Allah). Pada
konsep ini bermuara semua pandangan dunia dan strateginya. Segala
sesuatu yang lain secara logika bermuara disini. Tauhid mengandung arti
bahwa alam semesta didesain dan diciptakan dengan sadar oleh Allah
SWT yang bersifat Esa dan unik. Dan ia tidak terjadi karena kebetulan
atau eksiden. Tujuan inilah yang akan memberikan arti dan signifikan bagi
eksistensi jagat raya, dimana manusia merupakan salah satu bagiannya.
Sesudah menciptakan jagat raya ini, Allah tidakpensiun. Ia aktif terlibat
dalam segala urusannya dan ia selalu waspada dan kejadian yang paling
kecil sekalipun.
Sebagaimana firman Allah SWT :
ٱلذي 21 ت ت قون لعلكم لكم وٱلذين من قب بدوا ربكم ٱلذي خلقكم أي هاٱلناسٱع ي من بۦه رج فأخ ء ما ء ٱلسما من وأنزل ء بنا ء وٱلسما ا ض فرش أر جعل لكم ٱل
لكم ا ق رز ٱلثمرت 22 لمون تع وأنتم ا أنداد لله علوا تج فل Terjemahnya :
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (Q.S Al-Baqaroh : 21 – 22).
4 Sayyid Sabbiq, Aqidah Islamiyah, (Cet. I, Jakarta : Robbani Press, 2008), h. 8
Umumnya dakwah dan seruan iman ini datang sesudah hati nurani
manusia mengalami kerusakan, dan sesudah semua nilai luhur hancur.
Dan tampak bahwa manusia sangat memerlukan datangnya mu‟jizat yang
dapat mengembalikannya kepada fitrahnya yang sehat agar memiliki
kelayakan untuk memakmurkan bumi dan mampu mengemban amanah
kehidupan.5
Sekedar percaya akan wujud Allah belumlah cukup untuk
menjadikan sempurna keislaman seseorang, yang paling utama di dalam
hubungan makhluk dengan Allah ialah kepatuhan yang bulat hanya
kepada-Nya. Inilah intisari sesungguhnya dari ajaran Islam, yaitu
mentauhidkan atau mengesakan Allah. Tauhid akan membuat jiwa
tentram dan menyelamatkan manusia dari kesesatan dan kemusyrikan.
Selain itu, Tauhid juga berpengaruh untuk membentuk sikap dan perilaku
manusia. Jika tauhid ditanamkan dengan kuat, ia akan menjadi sebuah
kekuatan batin yang tangguh, sehingga melahirkan sikap positif.
Keimanan kepada Allah dan Malaikat pencatat amal baik perbuatan
merupakan bagian yang paling penting dalam ketauhidan seseorang.
Diantara halyang telah diterima oleh para ahli pendidikan dan akhlak
adalah bahwa seorang anak sejak lahir sudah membawa fitrah Tauhid dan
aqidah Iman kepada Allah,serta berada di atas dasar kesucian, maka jika
tersedia baginya pendidikan yangbaik dalam keluarga, interaksi sosial
yang baik, dan lingkungan belajar yang baik.Dan jika pendidikan anak
5Ibid, Sayyid Sabbiq, Aqidah Islamiyah, h. 9
jauh dari akidah Islam, dan dari bimbingan agama sertahubungan dengan
Allah Ta‟ala, maka pastinya kelak sang anak akan tumbuhdalam dunia
kejahatan dan penyimpangan.6
Al-Qur‟an menegaskan bahwa dalam fitrah diri manusia terdapat
kecenderungan menuju keimanan dan penolakan terhadap tindak
kejahatan dan kedurhakaan. Allah tidak hanya menempatkan dalam fitrah
diri manusia keimanan kepada yang maha mencipta dan
menganugerahinya kemampuan untuk mengenal Allah, namun dia juga
telah menciptakan di dalamnya dorongan-dorongan alamiah menuju
kebaikan dan penolakan terhadap perbuatan buruk, dosa, dan tindakan-
tindakan yang merendahkan martabat manusia. Oleh karena itulah secara
tanpa sadar jiwa manusia condong kepada kebaikan.7
Adapun permasalahan yang terjadi di Desa Dalinsaheng,
Kecamatan Biaro, Kabupaten Siau Tagulandang Biaro, Provinsi Sulawesi
Utara sebagai berikut:
1. Banyaknya kepercayaan yang menyimpang dari tauhid seperti
melakukan persembahaan terhadap kuburan.
2. Adanya keyakinan terhadap tahayul, bid‟ah, krurafat.
3. Banyaknya pelaksanaan upacara-upacara keagamaan yang
berkenaan dengan kelahiran dan kematian.
6 Abdullah NashihUlwan, Tarbiyatul Aulad Fil Islam.(Cet. II Jakarata:Khatulistiwa,
2013), h. 80 7Sayyid Mujtaba Musawi Lari, Meraih Kesempurnaan Spriritual, (Cet. I, Bandung
: Pustaka Hidayah, 1997), h. 37
4. Lebih mementingkan adat tradisi dan budaya ketimbang ajaran
agama islam.
5. Banyaknya animo masyarakat dalam mempraktekkan budaya
barat dalam pergaulan sehari-hari (mempertontonkan aurat,
pergaulan bebas, melaksanakan acara disko).
Mendakwahkan tauhid pada zaman sekarang ini adalah bagian dari
kewajiban yang harus ditunaikan, terlebih umat Islam sedang menghadapi
ujian dan cobaan yang berat untuk diselesaikan secara bersama dalam
kerangka persatuan. Realita umat Islam yang sedang lemah dan
berpecah belah membutuhkan peranan da‟i yang tangguh dan kokoh.
Oleh karena itu, Kami mengangkat judul “Metode Da‟i Dalam
Mendakwahkan Tauhid di Desa Dalinsaheng, Kecamatan Biaro
Kabupaten Siau tagulandang biaro, Provinsi Sulawesi Utara”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka ditetapkan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana peran dakwah di masyarakat Desa Dalinsahang,
Kecamatan. Biaro Kabupaten. Siau tagulandang biaro, Provinsi
Sulawesi Utara?
2. Bagaimana da‟i melakukan dakwah tauhid di Desa Dalinsaheng,
Kecamatan. Biaro Kabupaten. Siau Tagulandang Biaro, Provinsi
Sulawesi Utara?
3. Bagaimana faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat
dalam mendakwahkan tauhid di Desa Dalinsaheng, Kecamatan.
Biaro Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang biaro, Provinsi
Sulawesi Utara?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh peran dakwah terhadap
masyarakat di Desa Dalinsaheng, Kecamatan Biaro, Kabupaten
Siau tagulandang biaro, Provinsi Selawesi Utara.
2. Untuk mengetaui cara da‟i dalam mendakwahakan tauhid di Desa
Dalinsaheng, KecamatanBiaro, Kabupaten Siau Tagulandang
Biaro, Provinsi Sulawesi Utara.
3. Untuk mengetahui serta menjelaskan faktor-faktor pendukung dan
penghambat da‟i dalam mendakwahkan tauhid di Desa
Dalinsaheng, Kecamatan Biaro, KabupatenSiau tagulandang
biaro, Provinsi Sulawesi Utara.
D. Manfaat Penelitian
Hasil yang akan dicapai pada penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritas, diharapakan dapat memberikan pengetahuan,
khususnya dibidang ilmu dakwah.
2. Manfaat praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pratiksi
dakwah tentang metode dakwah khususnya kepada masyarakat
awam.
3. Secara metodologis, dapat digunakan sebagai bahan pelajaran
bagi para da‟i sesuai dengan kebutuhan praktis maupun teoritis
dalam hal perkembangan ilmu pengetahuan.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Metode Dakwah
1. Pengertian Metode
Metode berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu
meta dan hodos. Methodos artinya jalan sampai. Metode adalah cara
teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar
tercapai sesuai dangan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem
untuk memudahakan pelaksana suatu kegiatan guna mencapai tujuan
yang ditentukan.8 Dan dalam ilmiah populer metode juga dapat diartikan
sebagai cara yang sistematis dan teratur untuk melaksanakan sesuatu
atau cara kerja.9
Sedangkan pengertian metode secara istilah adalah jalan yang kita
lalui untuk mencapai tujuan. Banyak usaha yang tidak berhasil dapat
berhasil atau pasti tidak membuahkan hasil optimal, kalau tidak dipakai
jalan yang tepat.10 Dalam bahasa arab, istilah metode disebut dengan al-
manhaj atau al-wasilah, yakni sistem atau pendekatan serta sarana yang
8Dewi Sadiah, Metode Penelitian Dakwah, (Cet. 1, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2015), h. 1. Lihat juga Departeman Pendidikan Nasional 2001:740. 9Paus A. Partanto, M. Dahlan Barri, Kamus Ilmia Populer, (Surabaya:
Arloka,1994), h. 461 10
K. Bertens, Metode Belajar Untuk Mahasiswa, (Jakarta: Gramedia Pustak Utama,2005), h. 24
digunakan untuk mengantar kepada suatu tujuan. Dalam QS. Al-maidah
ayat : 35 Allah SWT berfirman:
هدوا ف سبيله ه ٱل ا إل ت غو نوا ٱت قوا ٱلله وٱبأي ها ٱلذين ءام ي لعلكم ۦوسيلة وج 35لون تف
Terjemahanya:
Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan (metode) yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keber-untungan.11
Implikasi dari ayat di atas, dan kaitannya dangan penerapan
metodolagi, memiliki tugas dan fungsi memberikan jalan atau cara sebaik
mungkin bagi pelaksanaan operasiaonal, termasuk dalam hal ini adalah
operasiaonal kegiatan dakwah.12 Metode juga dapat diartikan sebagai
suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian.13
2. Pengertian Dakwah
Ditinjau dari segi bahasa “Dakwah” berarti: panggilan, seruan atau
ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut masdar.
Sedangkan dalam bentuk katakerja (fi‟il)nya adalah berarti: memanggil,
11
Departemen Agama RI, Al-qur‟an Dan Terjemahnya, (Jakarta:Prpyek Pengadaan Kitab Suci Al-qur‟an,2002), h. 165
12Muliaty Amin, Metodologi Dakwah, (Cet. 1, Makassar: Alaudin University Press,
2013), h. 1-2 13
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 24
menyeru atau mengajak (Da‟a Yad‟u, Da‟watan).14 Sementara itu
pengertian dakwah secara istilah mengajak manusia dengan cara
bijaksana menuju jalan bijaksana menuju jalan yang benar sesuai dengan
perintah Tuhan demi kebahagian dunia dan akhirat.15
Berdasarkan hal tersebut, maka makna dakwah secara syara‟
adalah, mengajak orang lain agar melakukan segala perintah Allah, baik
berupa ucapan atau amalan, dan meninggalkan segala larangan Allah,
baik berupa ucapan atau perbuatan.
Sedangan arti dakwah menurut pandangan beberapa pakar atau
ilmuan adalah sebagai berikut.
syaikhul Islami Rahimahullah berkata, “Yaitu ajakan beriman
kepada Allah, dan kepada segala hal yang dibawah oleh para rasulNya,
serta ajaka kepada menaati mereka dengan sesuatu yang mereka
perintahakan. Maka dakwah kepada sesuatu yang dibawah para adalah
termasuk dakwah kepada Allah. Dakwah kepada Allah maknanya adalah
memerintahkan dan mengajak makhluk dan hamba untuk menaati
perintah Allah, berupa iman kepadaNya dan kepada segala hal yang
dibawah oleh para Rasul, termasuk di dalamyan adalah agama secara
keseluruhan.16
14
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Cet. 1, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 1
15
Samsul Munir Amin , Sejarah Dakwah, (Cet. 1, Jakarta: Amzah, 2014), h. 3
16 Fawwaz bin Hulayyil bin Rabah as-Suhaimi, Begini Seharusnya Berdakwah,
(Jakarta: Darul Hak, 2015), h. 19-20
Syeikh Ali Makhfuz, “Yaitu Mendorong manusia agar memperbuat
kebaikan dan menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan
melarang mereka dari perbuatan munkar agar mareka mendapat
kebahagiaan didunia dan akhirat.17
Syekh Muhammad ar-Rawi, “Yaitu Pedoman hidup yang sempurna
untuk manusia beserta ketetapan hak dan kewajiban.18
Syekh Bakhial Khauli, “ Yaitu Satu menghidupkan peraturan-
peraturan islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan
kepada keadaan yang lain.19
Dari pengertian terpisah mengenai metode dan dakwah yang telah
dijelaskan sebelumnya, dengan demikian metode dakwah adalah
menyangkut masalah bagaimana caranya dakwah itu harus dilaksanakan.
Tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan dakwah yang telah dirumuskan
akan efektif bilamana dilaksanakan dengan mempergunakan cara-cara
yang tepat. Cara-cara yang tepat oleh Al-qur‟an dirumuskan denagan
istilah bilhikmah. Al-qur‟an surah An-nahl ayat 125 Allah SWT berfirman:
دل حسنة عظة ٱل مو مة وٱل حك ع إل سبيل ربك بٱل ٱد هم بٱلت هي وج 125تدين مه ل بٱل و أعوه ۦبيله ل بن ضل عن س إن ربك هو أع سن أح
Terjemahanya:
“Serulah (semua manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”.20
17
Abd. Rosyad Shaleh, Manejemen Dakwah Islam, (Cet. 2, Jakarta: NV Bulan Bintang, 1986), h. 8
18 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Cet.5, Jakarta: Kencana, 2016),h. 11
19 M.Munir, Metode Dakwah, (Cet. 3, Jakarta: Kencana, 2019), h.11
Ayat tersebut telah memberikan pedoman bagaimana caranya
dakwah itu harus dilakukan. Yaitu, dengan cara:
a. Hikmah.
b. Mau‟izatil hasanah dan
c. Mujaadalah billati hiya ahsan.21
Dari ayat tersebut, terdapat 3 (tiga) karangka dasar tentang metode
dakwah, yang dapat dipilih salah satunya, atau kesemuanya. Karangka
dasar itu adalah sebagai berikut:
1). Dakwah bil Hikmah
Hikmah adalah meletakkan sesuatu sesuai pada tempatnya. Kata
hikmah ini sering kali diterjemahkan dalam pengertian bijaksana, yaitu
suatu pendekatan sedemikian rupa sehingga akan timbul suatu kesadaran
pada pihak mad‟u untuk melaksanakan apa yang didengarnya dari
dakwah itu, atas dasar kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan,
konflik maupun rasa tertekan. Dengan demikian, dakwah bil hikmah
merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang dilakukan atas
dasar persuasif.
Kata hikmah di sini mengandung 3 (tiga) unsur pokok, yaitu:
20
Departemen Agama R I, Al-Qu‟ran dan terjemahannya, (Bumi Restu, 1975), h.
421
21Rosyad Sholeh, Manejemen Dakwah Islam, (Cet, 1.Yogyakarta:Surya Sarana
Grafika, 2010), h. 75-76
a) Unsur ilmu, yaitu ilmu yang shalih yang dapat memisahkan
antara yang hak dan yang bathil.
b) Unsur jiwa, yaitu menyatukan ilmu tersebut kedalam jiwa sang
ahli hikmah, sehingga mendarah daginglah ia dengan sendirinya.
c) Unsur amal perbuatan, yaitu ilmu pengetahuan yang menyatu
kedalam jiwanya itu mampu memotivasi dirinya untuk berbuat
kebajian.22
Adapun metode dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW, yang berkaitan dengan dakwah bil hikmah, yaitu memberikan
teladan yang terbaik dalam sikap dan prilaku, dengan selalu sopan santun
kepada siapun. Hal ini kemudian di istilahkan dengan akhlaqul-kharimah.
Beliau mendapat predikat dari langit “uswatun hasanah” yang bermakna
teladan terbaik dan terpuji. Dengan metode tersebut, puluhan sampai
ribuan orang Arab yang tertarik terhadap ajaran Islam, yang kemudian
mengucapkan syahadatain (pengkuan terhadap Allah SWT dan Rasul-
Nya, Muhammad SAW).23
Dengan demikian, maka penulis menyimpulkan bahwasannya
dakwah bil hikmah ialah kemampuan seorang da‟i dalam melaksanakan
tugas dakwahnya, yang menyajikannya dengan berbagai strategi dan
pendekatan jitu, efektif, dan efisiaen karena keluasan pengetauan dan
banyaknya pengalaman tentang liku-liku dakwah. Ia tahu benar tentang
22
Fathul Bahri An-Nabary, Meneliti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da‟i, (Cet. I, Jakarta Hamzah, 2008), h. 240
23 Asep Shaifuddin, Sheh Sulhawi Rubba, Fikih Ibadah Safari ke Baitullah,
(Surabaya: Gerisi, 2011), h.27
waktu, tempat, dan keadaan manusia yang dihadapi sehingga ia dapat
memilih metode yang tepat untuk menyampaikan materi dakwahnya, serta
menempatkan segala sesuatu itu tepat pada tempatnya masing-masing.
2)Dakwah bil Mau’izhatil Hasanah
Secara bahasa mau‟idzah hasanah terdiri dari dua kata yaitu
mau‟idzah dan hasanah. Kata mau‟idzah berasal dari bahasa Arab yaitu
wa‟adza-ya‟idzu-wa‟dzan yang berarti nasehat, bimbingan, pendidikan,dan
peringatan. Adapun secara terminologi, ada beberapa pengertian
diantaranya:
a) Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang dikutip oleh
Hasanuddin adalah sebagai berikut: al-Mau‟idzatil Hasanah adalah
perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa
engkau memberi nasehat dan menghendaki manfaat kepada mereka
atau dengan Al-qur‟an.24
b) Menurut Abd. Hamid al-Bilali al-mau‟idzati al-Hasanah merupakan
salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak ke jalan
Allah SWT dengan memberikan nasehat atau membimbing dengan
lemah lembut agar mereka mau berbuat baik.25
3) Dakwah Al-Mujaadalah Billati Hiya Ahsan
Dari segi etimologi (Bahasa) lafadz mujaa dalah diambil dari kata
“jaa dala” yang bermakna berbantah. Apabila ditambahakan alif pada
24
Munir DKK, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 16
25Ibid, Munir Dkk, Metode Dakwah, h.17
huruf jim yang mengikuti wazan Faa ala, “jaa dala” dapat dimaknai
berdebat, jadi “mujaa dalah” bisa diartikan perbantahan (perdebatan).26
Beberapa pengertian al-Mujaadalah (Al-Hiwar), al-Mujaadalah
berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara
sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya
permusuhan diantara keduanya. Jadi metode dakwah Billati Hiya Ahsan,
adalah berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan
cara yang sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan
yang memberatkan pada komunitas yang menjadi sasaran dakwah.27
Dalam setiap aktivitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi. Artinya,
jika dakwah telah dilakukan oleh seorang da‟i dengan materi dakwah,
wasilah, dan tharikoh tertentu, maka akan timbul respons dan efek (atsar)
pada mad‟u (penerimah dakwah). Atsar (efek) sering disebut dengan feed
back (umpan balik) dari proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak
banyak menjadi perhatian para da‟i. Kebanyakan mereka menganggap
bahwa setelah dakwah disampaikan, maka selesailah dakwah. Padahal,
atsar sangat besar artinya dalam penentuan langkah-langakah dakwah
berikutnya. Tanpa menganalisis atsar dakwah, maka kemungkinan
kesalahan strategi yang sangat merugikan pencapaian tujuan dakwah
akan terulang kembali. Sebalikya dengan menganalsis atsar dakwah
secara cermat dan tepat, maka kesalah strategi dakwah akan segera
26Mahmud Yunus, Kamus Arab-Ind onesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung), h. 85
27M. Munir, Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Cet. 1, Jakarta: Kencana,2006},
h. 34
diketahui untuk diadakan penyemprnaan pada langkah-langkah berikutnya
(corrective action). Demikian juga dakwah termasuk didalam penentuan
unsur-unsur dakwah yang dianggap baik dapat ditingkatkan.28
Adapun strategi dakwah yang harus dilakukan dalam menghadapi
tantangan, dan kemelut dunia modern diabad ini ialah hendaknya para
da‟i mampu menyuguhkan dakwah masa kini.
Prof. Dr. Seyyid Hosen Nasher berpendapat: Kita perlukan
beberapa patokan dalam dakwah :
a) Methode dakwah, bukan dalam benuk paksaan, Dakwah itu harus
disambut dengan fikiran bebas, dilakukan terus-menerus, tidak
kenal putus asa.
b) Penerapan dakwah, bukan dilakukan dalam bentuk induksi
psikotrapis. Dari pihak yang diajak harus ada faktor kesadaraan.
Bukan bentuk praktek magis.
c) Sasaran dakwah ialah kepada muslimin dan yang belum
beragama. Sikap bijaksana harus mewarnai usaha dakwah dan
sedapat mungkin dihindari fikiran sempit dan prasangka yang tidak-
tidak.
d) Dakwah hendaknya mampu mencerdaskan akal fikiran. Sikap kritis
harus ditumbuhkan, sehingga aktifitas dakwah dirasakan adalah
28
Jalaluddin Rahmat, Retorika Moderen, Sebuah Karangka Teori dan Praktik Berpindato, (Bandung: Akademika, 1982), h. 269
“cothinker”, bukan pelaksana yang memaksakan sistem sewenag-
wenang.
e) Dakwah hendaknya mampu menghidupkan hati nurani manusia
sehingga senantiasa dapat membedakan yang baik dan buruk,
yang jujur dan lancang, yang adil dan lalim.
f) Isi kandungan dakwah hendaknya mencontoh yang dipesankan
Rasul SAW kepada Muaz yaitu:
1) Yang pertama diajarkan ialah tauhid dan akidah;
2) Sesudah akidahnya kuat, barulah diajarkan shalat dan
manfaatnya didalam menghadapi tantangan hidup.
3) Sesudah shalat dijalankan dengan baik, barulah diajarkan zakat,
sedekah, mencegah diri dari melakukan tindakan yang terkutuk
{berzina, mencuri, berjudi, meminum minuman keras, korupsi,
menyalahgunakan kedudukan dan pangkat}.Puncak strategi
dakwah ialah tetap berpatokan kepada QS. An-Nahl 125 yang
artinya : “ajakalah manusia kejalan Tuhanmu dengan bijaksana
dan nasehat yang baik serta berdiskusilah mereka dengan yang
lebih baik”.29
29
Zainuddin, MZ, Rahasia Keberhasilan Dakwah, (Surabaya: Ampel Suci, 1986), h. 10-11
3. Sumber Metode Dakwah
Adapun sumber metode dakwah ada 4 macam, yaitu :
a. Al-qur‟an.
Nama bagi Al-qur‟an seperti yang disebutkannya sendiri
bermacam-macam, dan masing- masing nama itu mengandung arti dan
makna tertentu, antara lain :
1. Al-Kitab artinya buku atau tulisan. Arti ini untuk mengingatkan kaum
muslimin supaya membukukannya menjadi buku.
2. Al-Qur‟an, artinya bacaan. Arti ini untuk mengingatkan supaya ia
dipelihara/dihafal bacaannya di luar kepala.
3. pemisah antara kebenaran dan kebathilan, yang baik dan buruk
haruslah dari padanya atau mempunyai rujukan padanya.
4. Al-Huda, artinya petunjuk. Arti ini mengingatkan bahwa petunjuk
tentang kebenaran hanyalah petunjuk yang diberikannya atau yang
mempunyai rujukan kepadanya.
5. Al-Zikr, artinya ingat. Arti ini menunjukkan bahwa ia berisikan
peringatan dan agar selalu diingat tuntutannya dalam melakukan
setiap tindakan.30
Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa Al-qur‟an adalah
Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi SAW. Dalam bahasa Arab,
riwayatnya mutawatir. Oleh karena itu terjemahan Al-qur‟an tidak disebut
30
Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam Permasalahan dan Fleksibilitasnya, (Cet. I, Jakarta: Sinar Grafika, 1995), h. 9-10
Al-qur‟an dan orang yang mengingkarinya baik secara keseluruhan
maupun bagian rinciannya dipandang kafir. Al-qur‟an merupakan sendi
fundamental dan rujukan pertama bagi semua dalil dan hukum syari‟at,
merupakan Undang-undang Dasar, sumber dari segala sumber dan dasar
dari semua dasar, Hal ini sudah merupakan kesepakan seluruh ulama
Islam.
b. As-Sunnah
Sunnah dikenal juga dengan hadis, Menurut harfiah kata sunnah
berarti: jalan, tabiat, perikehidupan, adat istiadat, dan sebagainya.
Menurut definisi: Sunnah ialah perkataaan, perbuatan atau penetapan
(takrir) Rasulullah SAW.31
Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa sunnah ialah
segala sesuatu yang bersumber dari Rasulullah SAW baik berupa
perkataan, perbuatan, ataupun penetapan (takrir). Adapun kedudukan
sunnah sebagai sumber asasi dan sumber hukum Islam yang kedua
setelah Al-qur‟an karena ia berfungsi sebagai juru tafsir, dan pedoman
pelaksanaan yang otentik terhadap Al-qur‟an. Ia menafsirkan dan
menjelaskan ketentuan yang masih dalam garis besar atau membatasi
keumuman, atau menyusuli apa yang disebut Al-qur‟an. Sebab itu dari
segi sunnah merupakan sumber hukum, yang berdiri sendiri sebab
kadang-kadang membawa hukum yang tidak disebut oleh Al-qur‟an, tetapi
31
Kaelani HD, Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, (Cet. 1, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000), h. 71
segi lain sunnah tidak berdiri sendiri, sebab sifat perkataannya terhadap
Qur‟an sehingga pada hakikatnya sumber sunnah itu sendiri ialah nash-
nash Al-qur‟an dan aturan-aturan dasarnya yang umum.
c.Mengikuti Pemahaman Para Sahabat
Persoalan kedua yang berkaitan dengan sumber penerimaan
ajaran menurut Ahlus sunnah wal Jamaah, adalah pemahaman para
sahabat. Mereka adalah para penyampai risalah Rasulullah SAW. Karena
itu, pemahaman mereka terhadap nash lebih didahulukan dari pada
pemahaman lain.32
Para sahabat Rasulullah SAW adalah orang-orang yang paling
bersemangat dalam memahami dan mengamalkan Al-qur‟an dan As-
Sunnah. Karenanya, penerapan dan praktik aqidah dan syariat seperti
tertera dalam Al-qur‟an As-Sunnah kita temui secara lebih baik pada masa
para sahabat.
d. Pengalaman
“experience is the best teacher” (pengalaman adalah guru terbaik),
Seiring juru dakwah juga menjadikan itu sebagai motto hidup mereka,
karena dari pengalaman itu mereka mampu melihat kondisi mad‟u dari
berbagai segi dan aspek.
32
Sa‟id bin Shabir Abduh, Hukum Mengkafirkan dan Membidahkan, (Cet. 1, Jakarta Timur: Griya Ilmu, 2005), h. 42
B. Da’i
1. Pengertian Da’i
Kata Da‟i berasal dari bahasa arab bentuk mudzakar (laki-laki)
yang berarti orang yang mengajak, kalau muannas (perempuan)
Da‟iyah.33 Da‟i juga dapat diartikan sebagai seseorang yang berusaha
menyampaikan syariat Allah SWT kepada para hamba Allah SWT, dan
mengajak mereka dengan targhib (pemberian mutivasi) dan dengan tarhib
(pemberian peringatan) pada kali yang lain.34
Para da‟i adalah para penyampai pesan-pesan Allah SWT. Dan
Rasul-Nya tentang kebenaran ajaran agama. Untuk misi dan tugas yang
mulia ini, tentu kualifikasi dan syarat kelayanan, terutama dalam bentuk
sifat-sifat terpuji mutlak harus terpenuhi, karena merekalah pencitra
dakwah. Jika mereka baik, maka dakwah dicitrakan dengan baik. Begitu
pula sebaiknya, “Ad-Da‟watu Mahjubatun bid-Du‟at” begitulah kemulian
dakwah seringkali tertutupi dan tidak dirasakan oleh umat, justru karena
perilaku da‟i yang bertolak belakang dengan citra dakwah.35 Adapun da‟i
dalam prespektif ilmu komuniksi dapat dikategorikan sebagai komunikator
yang bertugas menyebarkan dan menyampaikan informasi-informasi dari
sumber (source) melalui saluran yag sesuai (chanel) pada komunikan
33
Enjang AS dan Aliuddin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, Pendekatan Filosofis Dan Praktis, (Bandung: Widya Padjadjaran,2009), h. 73
34
Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin, Memandu Kebangkitan Islam, (Cet. I, Surabaya: Sukses Publising 2016}, h.113
35
Atabik Luthfi , Tafsir Da‟awi Tadabbur Ayat-Ayat Dakwah Untuk Para Da‟i, (Cet. I, Jakarta Timur: Al-I‟tishom, 2011 ), h. 43
(receiver). Untuk menjadi komunikator yang baik dituntut adanaya
kredibiltas yang tinggi yaitu suatu tingkat kepercayaan yang tinggi
padanya dari komunikannya. Komunikator yang baik adalah komunikator
yang mampu menyampaikan informasi atau pesan (massage) kepada
komunikan sesuai yang diinginkan.36
Menjadi seorang da‟i haruslah mempunyai akhlak yang baik karena
segala perbuatan dan tingkah laku dari seorang da‟i akan dijadikan tolak
ukur oleh masyarakat. Da‟i akan berperan sebagai seorang pemimpin di
tengah masyarakat walau tidak dinobatkan secara resmi sebagai
pemimpin. Kemunculan da‟i sebagai pemimpin adalah kemunculan atas
pengakuan masyarakat yang tumbuh secara bertahap. Oleh karena itu,
seorang da‟i harus selalu sadar bahwa segala tingkah lakunya selalu
dijadikan tolak ukur oleh masyarakat sehingga ia harus memiliki
kepribadian yang baik.
Mengingat perkembangan perubahan kebutuhan masyarakat yang
begitu pesar, maka seorang da‟i memiliki tugas sebagai central of change
dalam suatu masyarakat sehingga tugasnya di samping menyelamatkan
masyarakat dengan dasar-dasar nilai keagamaan, juga mengemban tugas
pemberdayaan (empowering) seluruh potensi masyarakat. Tugas
kelompok tersebut, idealnya memang harus dilakukan secara simultan
36
Toto Tasmaro, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gya Media Pratama, 1997), h. 9
mengingat elemen di dalam masyarakat akan saling berhubungan dan
mempengaruhi.37
Pelajaran ini terlihat dalam harapan Nabi Shallallahu alahi
wasallam yang luas membantang, Ia keluar dari makkah sebagai orang
yang terusir, tidak mampu melawan deritanya sendiri. Yang menolong
beliau penolong sangat sedikit pada saat Suraqah bin Malik bin Ja‟tsam
Al-Madlaji ingin membunuhnya demi hadiah besar dari kaum
Quraisy.Ketika Suraqah makin dekat, Abu Bakar pun berkata kepada
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, “Pengejar ini hampir menyusul
kita.” Nabi shallahu alaihi wasallam berkata, “Janganlah takut,
sesungguhnya Allah bersama kita.” Ketika jarak diantara meraka tinggal
satu sampai tiga tombak, Abu Bakar radhiayallahu anhu pun berkata
sambil menangis. “Ya Rasulullah, pengejar makin mendekati kita.”
Rasulullah Shallallahu alahi wasallam pun bertanya kepadanya, Kenapa
anda menangis?” Abu Bakar radhiyallahu anhu menjawab, “Demi Allah,
saya tidak menanggis diriku, tapi saya menangismu, wahai Rasulluah.
Rasulullah Shallallahu alahi wasallam pun berdoa,” Ya Allah jaga kami
dari orang tersebut dengan kehendak-Mu.” Usai Rasulullah Shallallahu
alahi wasallam berdoa, kaki kendaraan Suraqah terbenam ditanah yang
keras sampai perutnya. Ia pun melompat dari kudanya dan berkata,
“Wahai Muhammad! Saya tahu ini adalah hasil dari perbuatanmu. Maka
berdoalah kepada Allah agar menyelamatkanku dari apa yang
37
Nurul Badruttamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Cet. I, Jakarta Selatan: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005) , h. 102
menimpaku. Demi Allah, saya pasti akan merahasiakan keberadaanmu
dari orang-orang yang mencarimu dibelakangku.”38
Adapun yang menjadi tolak ukur kesuksesan baginya adalah
tercapainya ridha Allah, baik dakwahnya diterima oleh manusia ataupun
ditolak. Dia sukses karena berjalan di atas keridaan-Nya dan sesuai
dengan apa yang dikehendak-Nya. Demikianlah kesuksesan yang diraih
para nabi terdahulu.
Sesungguhnya tolak ukur kesuksesan adalah mengutamakan
kepentingan akhirat sebelum dunia dan sejauh mana dakwah tersebut
sesuai denga syariat Rabbul „Izzah. Jika dakwah telah sesuai dengan
syariat Allah dan keluar dari hati yang tulus, maka buahnya adalah
kesuksesan.39
Dengan kenyataan ini, maka dapat disimpulkan bahwa da‟i
mengandung 2 pengertian.
a. Secara umum adalah setiap muslim/muslimat yang berdakwah
sebagai kewajiban yang melekat tidak terpisahkan dari missinya
sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah “Ballighu anni
walau ayat”.
38
Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Menelusuri Jejak Hijrah Nabi, Cet. I, Jakarta Timur: Pustaka Qalami, 2004), h. 96-97
39Abdullah bin Ahmad Al-„Alaf, Kiprah Dakwah Muslimah, (CeT. 1, Solo: Pustaka
Arafah, 2008), h.33
b. Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahliaan khusus
(mutakhasis) dalam bidang dakwah Islam , dengan kesungguhan
luar biasa dan dengan qudrah hasanah.40
2. Proses Metode Komunikasi Da’i
Dalam sebuah kegiatan keagamaan perlu adanya komunikasi
antara da‟i dengan mad‟u dalam menyampaikan pesan-pesan
keagamaan. Proses yang mendasar dalam komunikasi adalah
penggunaan bersama atau dengan kata lain ada yang memberi informasi,
mengisi pesan, atau komunikator (Da‟i)dan ada yang menerima informasi
menerima pesan atau komunikasi(Mad‟u).
Terdapat unsur-unsur dalam proses komunikasi, yaitu :
a. Sender, penyampaian pesan-pesan keagamaan dari da‟i kepada
mad‟u.
b. Encoding, proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang.
c.Massage, sebuah pesan yang berisikan informasi yang
disampaikan oleh da‟i kepada mad‟u.
d. Media,alat bantu yang dapat mempermudah penyampaian pesan
dari da‟i kepada mad‟u.
Demikianlah beberapa unsur di atas dalam berkomunikasi melalui
dakwah yang dilakukan oleh seorang da‟i yang semuanya itu untuk
membantu dalam berdakwah
40
Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Cet. I, Yokykarta: Mitra Pustaka,
2000), h.27
C. Tauhid
1. Pengertian Tauhid
Tauhid adalah meyakini keesaan Allah dalam rububiyah, ikhlas
beribadah kepada-Nya, menetapkan bagi-Nya nama-nama dan dan sifat-
sifat-Nya, serta menyucikan-Nya dari kekurangan dan cacat.41
Iman kepada Allah SWT adalah keyakinan yang kokoh terhadap
wujud (keberadaan) Allah. Bahwa Allah mempunyai sifat-sifat sempurna
dan agung, dan bahwa hanya Allah lah yang berhak untuk disembah. Hati
meyakini hal itu dengan keyakinan yang pengaruhnya terlihat dalam
tingkah laku seseorang, berupa melaksanakan perintah-Nya. Ini adalah
dasar dan otak dari aqidah Islam sebagai dasar utama. Semua rukun
aqidah bersandar dan berinduk kepadanya. Iman kepada Allah
mengandung kepercayaan terhadap keesaan Allah dan bahwa Allah
berhak untuk disembah, karena wujud-Nya telah ditunjukkan oleh fitrah,
akal, syara, dan panca indera.42
2. Fitrah Dan Tauhid
Setiap manusia, dengan menyadari kejadiannya tentu mempunyai
pengertian bahwa di dunia ini ada Zat yang Maha Esa yang mengaturnya,
yang tidak mungkin menyerupai dengan alam yang ada ini dalam segala
sifat-sifatNya. Zat yang Maha Esa itu tidaklah merupakan benda {jisim},
41
Shalih Bin Fauzan Al-Fauzan, Kitab Tauhid, (Cet. I, Jakarta Timur: Arba’ Grafika,
2016), h. 13 42
Syaik Abdul bin Abdul Hamid Al-Atsari, Muhammad bin Ibrahim Al-Hamad,
Mukhtashar Aqidah Islam Aqidah Ahlu Sunnah wal Jamaah, (Cet. I, Surabaya: PT. Elba Fitrah
Mandiri Sejahtera, 2016 ), h. 71
bukanlah sesuatu yag melekat, tidak dapat dibatasi, dan tidak
membutuhkan tempat. Tidak dapat ditemukan Kecamatanuali dengan
segala bekas-bekas ciptaanNya yang benar-benar nyata.
Zat yang maha Esa itu tidaklah naik, turun dan lain sebagainya.
Dengan melihat CiptaanNya itu seorang badui dapat memperoleh
petunjuk, dengna menyadari kejadian dirinya sehingga ia berkata:
“Kotoran unta menunjukan adanya unta dan bekas telapak kaki
menunjukkan adanya perjalan. Maka langit yang mempunyai gugusan-
gugusan bintang, dan bumi mempunyai beberapa jalan lalu lintas
mengapa dan betapa tidak menunjukkan adanaya Zat yang Maha
mengatur lagi maha mengenal? Tentu saja begitu”. Datangnya agama
Islam membenarkan apa yang terjadi kehendak fitrah yang suci dan
selamat. Dalam hal ini Islam tidak lebih dalam mengambil dalil selain
membangkitkan akal dan menginggatkan untuk memperhatikan ciptaan-
ciptaan Allah SWT.43
3. Macam-Macam Tauhid
Macam-macam tauhid jika dikaitkan dengan Allah SWT semuanya
tercakup dalam pengertian tauhid secara umum, yaitu menetapkan hanya
kepada Allah sesuatu yang tertentu pada-Nya. Tauhid terbagi menjadi tiga
macam yaitu:
43
Abdul Aziz Syawisy, Islam Agam Fitrah, (Cet. 1, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), h. 3-4
1. Tauhid Rububiyah
Yaitu mengakui bahwasanya Allah SWT adalah Rabb segala
sesuatu; Pemilik, Pencipta, Pemberi rizki, Yang menghidupkan, Yang
mematikan, Yang memberi manfaat dan mendatangkan bahaya, Yang
bagiNya segala urusan, Yang ditanganNya segala kebaikan, dan
bahwasannya Dia mahakuasa atas segala sesuatu, dan Dia tidak memliki
sekutu apapun. Beriman kepada rububiyah Allah yaitu kepercayaan yang
pasti bahwasannya Allah adalah Rabb yang tidak ada sekutu bagiNya,
dan mengesakan Allah dengan perbuatan-perbuatanNya, yakni dengan
meyakini bahwa Allah-lah Dzat satu-satunya yang menciptakan segala
apa yang ada di alam semesta ini.44
Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwasannya
tauhid rububiyyah, iyalah kepercayaan bahwa Allahlah satu-satunya
pencipta, pemelihara, dan pengatur alam semesta. Kewajiban ini wajib
dimiliki oleh setiap orang yang menyatakan dirinya beriman kepada Allah
SWT. Seorang yang mengaku beriman, tetapi masih meyakini atau
mempercayai sesuatu selain dari Allah, maka keimanannya akan sia-sia
karena mereka telah dicap oleh Allah sebagai orang musyrik dan baginya
tidak ada ampunan. Seseorang belumlah dikatakan muslim hanya karena
dia meyakini tauhid rububiyah, hal ini dikarenakan orang-orang kafir juga
meyakini bahwa Allah lah yang telah menciptakan, memberi rezki,
menghidupkan dan mematikan, namun demikian hal ini tidaklah
44
Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Lathif, Pelajaran Tauhid Untuk Tingkat Lanjutan, (Cet. XV, Jakarta: Darul Hak, 2016), h. 9
menjadikan mereka termasuk orang-orang muslim, karena mereka tidak
mengimani tauhid jenis yang kedua (yaitu tauhid uluhiyah) yang
merupakan inti dari keislaman seseorang.
2. Tauhid Uluhiyah
Yaitu mengesakan Allah dengan berbagai bentuk ibadah. Uluhiyah
berarti ibadah. Kata Al-Ilaahu adalah Al-ma‟luuhu (yang disembah),
karena itu tauhid ini disebut juga Tauhid Ibadah.
Ibadah dalam bahasa adalah ketundukan. Dikatakan (dalam
Bahasa Arab), Toriiqun Muabbadun yang artinya jalan itu mudah, karena
sudah ditundukkan (diinjak-injak) oleh kaki manusia. Adapun makna
ibadah secara syar‟i, para ulama berbeda ungkapan secara redaksiaonal,
akan tetapi sepakat secara makna. Diantara mereka ada yang berkata,
“Ibadah adalah apa yang diperintahkan secara syar‟i tanpa tuntutan
kebiasaan dan konsekuensi akal.” Dan sebagaian dari mereka berkata,
“Ibadah adalah kesempurnaan cinta disertai kesempurnaan ketundukan.45
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwasannya tauhid
uluhiyah ialah tauhid ibadah atau tauhid yang mengesakan Allah SWT
dalam perkara-perkara ibadah dengan menghambakan diri hanya
kepadaNya disertai dengan ketundukan, keiklasan, kecintaan,
penghormatan dan peribadatan hanya kepadaNya serta tidak
45
Shalih Bin Fauzan AL-Fauzan, Panduan Lengkap Membenahi Akidah, (Cet. I, Jakarta: Darul Hak, 2015), h.37
menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. Hal ini merupakan pokok
yang disepakati oleh seluruh kaum muslimin, tidak seorang pun berbeda
pendapat dalam hal ini, baik di masa lalu maupun sekarang. Seseorang
tidak dapat disebut sebagai muslim sebelum ia mengakui adanya pokok
ajaran islam.
3. Tauhid Asma‟ wa ash-Shifat
Yaitu mengesakan Allah SWT sesuai dengan Nama dan Sifat Dia
sandangkan sendiri kepada DiriNya dalam kitabNya atau melalui lisan
RasulNya Muhammad SAW, yaitu dengan menetapakan apa yang
ditetapakan Allah dan menafikan apa yang dinafi‟kanNya dengan tanpa
tahrif (mengubah), ta‟thil (menafikan), takyif (menetapakan bentuk dan
cara) juga tanpa tasybih {menyerupakanNya dengan makhluk).46 Allah
SWT berfirman:
ت وٱل و م أن ٱل ومن ا وج أز أنفسكم جعل لكم من ض أر فاطر ٱلسم ع 11بصير وهو ٱلسميع ٱل ء شي لۦه س كمث ل فيه رؤكم يذ ا وج أز
Terjemahnya:
(Allah) Pencipta langit dan bumi. Dan menjadikan bagi kamu pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri, dan dari jenis hewan ternak pasangan-pasangan (juga). DijadikanNya kamu barkembang baik dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan dia. Dan dia yang maha mendengar, maha melihat.47
Didalam ayat yang mulia ini Allah Ta‟ala menafikan sesuatu yang
menyerupaiNya dan menetapkan bahwa Dialah yang Maha Mendengar
46
Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Ulasan Tuntas tentang 3 Prinsip Pokok Siapa Rabbmu, apa Agamamu, siapa Nabimu, (Cet. XX. Jakarta: Darul Hak, 2017), h. 56
47 Kementrian Agama RI, Al-qur‟an dan terjemahan, (Cet. 20, Jakarta Timur:
Darus salam, 2016), h. 485
lagi Maha Melihat. Sehingga Allah diberi nama dan disifati dengan nama
dan sifat yang telah disebutkan-Nya sendiri didalam kitab-Nya, dan
dengan apa yang telah disebutkan oleh Rasulullah SAW. Dalam masalah
ini tidak boleh melebihi dari apa yang telah disebutkan oleh Al-qur‟an dan
As-Sunnah. Karena tidak ada seorang pun yang lebih mengetahui tentang
Allah dari pada Allah sendiri, dan tidak ada seorang pun (sesudah Allah)
yang lebih mengetahui tentang Allah selain Rasulullah SAW. Barangsiapa
menentang asma‟ dan sifat Allah, atau memberi nama Allah dan
menyifatiNya dengan nama-nama atau sifat-sifat selain yang telah
ditetapkan oleh Allah sendiri, atau dengan nama-nama atau sifat-sifat
selain yang telah ditetapkan oleh RasulNya, atau menyerupakan nama-
nama Allah dan sifat-sifatNya, atau melakukan takwil dari makna yang
sebenarnya, sungguh dia telah berbicara tentang Allah tanpa Allah tanpa
ilmu serta berduta atas nama Allah dan RasulNya.48 Allah SWT berfirman:
ه طن هم بسل تون علي ل يأ لو ءالة ۦ ونه منا ٱتذوا من د ء قو ؤل 15 ا ت رى على ٱلله كذب ٱف من ل أظ فمن ب ين
Terjemahnya:
Mereka itu kaum kami yang telah menjadikan tuhan-tuhan (untuk disembah) selain Dia. Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang jelas (tentang kepercayaan mereka)? Maka siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah.49
48
Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, Kitab Tauhid Rujukan Utama Belajar
Tauhid, (Cet. I, Solo: Pustaka Arafah, 2015), h.112-113
49 Kementrian Agama RI, Al-qur‟an dan Terjemahan,(Cet. 20, Jakarta Timur:
Darus Salam, 2016), h. 295
4. Faedah Tauhid
Ilmu tauhid adalah ilmu yang memberikan bekal-bekal pengertian
tentang peoman keyakinan hidup manusia, di dalam mengarungi
samudera dan gelombang hidup. Secara kodrati manusia diciptakan Allah
di dunia ini, berkekuatan berbeda antara manusia satu dengan manusia
yang lain. Tidak sedikit manusia di dalam mengarungi samudera hidup
yang luas itu, kehilangan arah dan pedoman, sehingga ia menjadi sesat.
Disitulah ilmu tauhid berperan untuk memberi pedoman dan arah, agar
manusia selalu tetap sadar akan kewajibannya sebagai makhluk terhadap
khaliknya.50
Adapun faedah dalam bertauhid yaitu untuk mendapatkan
keselamatan dari siksa {hukuman} diakhirat, hidayah didunia, dan
pengampunan dari dosa-dosa.51 Sebagaimana firman Allah SWT dalam
QS Al An‟aam: 82
تدون م مهن وه أم ٱل ئك لم م أو ل ا إين هم بظل بسو يل ٱلذين ءامنوا ول
82
Terjemahnya
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, merka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan merekan mendapat petunjuk.52
50
Zainuddin, Ilmu Tahid Lengkap, (Cet. 2, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), h. 8
51Muhammad bin Jamil Zainu, Ambillah Aqidahmu Dari Al-qur‟an dan As-Sunnah
yang Shahih yang Difahami Sahabat RA, (Bogor: Pustaka Ibnu „Umar), h. 18
52Kementrian Agama RI, Al-qur‟an dan Terjemahan, (Cet. XX, Jakarta Timur:
Darus Sunnah, 2016), h. 139
Ayat ini adalah adalah jawaban kepada ayat sebelum ini tentang
siapakah yang lebih layak mendapat aman dari pada dua golongan yaitu.
1. Orang-orang yang beriman
Orang yang mendapat keamanan adalah orang yang beriman. Yaitu
“orang yang beriman secara sempurna”. Mereka yang beriman secara
sempurna itu adalah mereka yang tidak melakukan syirik. Ini penting
karena ada masyarakat yang memang beriman, Yaitu mereka memang
percaya kepada Allah, kepada Nabi dan sebagainaya, tapi dalam masa
yang sama, mereka percaya kepada perkara khurafat, tahayul dan
sebagainya. Itu bukanlah jenis yang beriman secara sempurna. Sia-sia
sahaja iman. Karena hakikatnya mereka sedang melakukan syirik kepada
Allah.
2. Orang-orang yang tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik)
Makna perkara zolim adalah “tidak memberi hak kepada yang
berhak”. Sebagai contoh, kalau kita sebagai seorang suami tidak memberi
istri kita, kita akan dikira zolim. Atau seorang pemimpin tidak memberi hak
rakyatnya, dia pun akan dikira sebagai zalim juga.
Kita tahu bahwa Allah lah sahaja yang berhak disembah. Tidak
boleh kita sembah dan menghambakan diri kepada selain Allah. Tapi
masih banyak lagi yang menyembah selain Allah. Itu bermakna, mereka
tidak memberikan hak Allah. Maka apabila manusia tidak memberikan hak
Allah, maka mereka sebenarnya telah melakukan kezaliman. Oleh karena
itu, kezaliman yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah kesyirikan.
Al-Allamah Ibnu Qoyyim Rahimahumullah berkata tentang makna
hadits Itban Ra, “Orang-orang yang bertauhid secara murni yang tidak
terkontaminasi syirik dimaafkan, dimana ampunan ini tidak diperoleh
orang yang tidak demikian adanya. Seanda‟inya seorang yang bertauhid
yang sama sekali tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah bertemu
dengan Tuhannya membawa kesalahan-kesalahan sepenuh bumi,
niscaya Tuhannya menyambutnya dengan ampunan sepenuh bumi juga.
Hal ini tidak terwujud bagi siapa yang tauhidnya kurang dan terkotori oleh
syirik.53
53
Shalih Bin Fauzan Al-Fauzan, Panduan Lengkap Membenah Akidah, (Cet. I, Jakarta: Darul Hak, 2015), h. 8-9
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Apabila ditinjau dari tujuannya, penelitian ini berjenis penelitian
deskriktif dan merupakan penelitian kualitatif.54 Penelitian deskriktif adalah
suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskriktifkan fenomena-
fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan
manusia. Fenomena itu biasa berupa bentuk, aktifitas, karakteristik,
perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang
satu dengan fenomena lainnya.55
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Lokasi penelitian yang akan ditelitiyaitu di Desa Dalinsaheng
Kecamatanamatan Biaro Kabupatenupaten Sitaro {Siau Tagulandang
Biaro}. Adapun objek penelitian adalah da‟i yang berada dilokasi tersebut.
C. Deskripsi dan Fokus Penelitian
1. Peranan dakwah Islamiyah dalam masyarakat yaitu agar
masyarakat dapat mengesakan Allah SWT, mengerjakan
perintahNya dan Menjauhi segala laranganNya, dan tidak
menyekutukannya sedikit pun.
54
Burhan Bugin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa,
2004), h. 4
55
Syaodih Nana Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Rosda: 2006).
2. Da‟i melakukan dakwah tauhid dengan berbagai macam metode,
seperti bil Hikmah, Mauizatil hasanah, Mujaadalah billati hisa
ahsan.
3. Yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam
mendakwahkan tauhid di Desa Dalinsaheng Kecamatan Biaro
Kabupaten Siau Tagulandang Biaro Provinsi Sulawesi Utara
adalah:
Faktor pendukung dalam mendakwahkan tauhid ialah:
a. Faktor Pendukung
1. Komitmen ketua badan ta‟mirul masjid dan imam alhikmah
dalinsaheng yg sangat mendukung dalam menanamkan pendidikan
tauhid pada masyarakat.
2. Banyaknya keorganisasi majelis taklim (majelis taklim bapak-bapak,
ibu-ibu, remaja putra putri, anak-anak, muallaf muallafa).
3. Adanya usaha dakwah tablik dalam menanamkan keimanan dan
ketauhidan.
b. Adapun faktor penghambat dalam mendakwahakan tauhid ialah:
1. Kurangnya da‟i dalam mendakwahkan tauhid di Desa Dalinsaheng
Kecamatan Biaro Kabupaten Siau Tagulandang Biaro Provinsi
Sulawesi Utara.
2. Insiltrasi budaya asing.
3. Adanya tradisi masyarakat yg bertentangan dengan ketauhidan
4. Pemahaman pemerintah dan tokoh yg dangkal terhadap ajaran
islam
D. Sumber Data
Data yang digunakan dalam rencana penelitian ini meliputi data
primer dan data sekunder:
1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber
asalnaya, data primer di peroleh melalui:
1) Interview atau wawancara mendalam {in dept interview} yaitu
mengadakan wawancara dengan informan yang bertujuan untuk
menggali informasi yang lebih mendalam tentang berbagai aspek
yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.
2) Observasi yaitu pengumpulan data dalam kegiatan penelitian
yang dilakukan dengan mengamati kondisi yang berkaitan
dengan objek penelitian.
3) Data sekunder adalah data yang telah diolah sebelumnya yang
diperoleh dari studi kepustakaan, maupun studi dokumentasi.
Adapun data sekunder diperoleh memalaui:
1) Studi pustaka yang bersumber dari hasil bacaan literatur, buku-
buku, atau data terkait dengan topik penelitian. Ditambah
penelusuran data online, dengan pencarian data melalui
fasilitas internet.
2) Dokumentasi yaitu arsip-arsip, laporan tertulis atau daftar
inventaris yang diperoleh terkait dengan penelitian yang
dilakukan. Menurut Arikunto, dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat Kabupatenar, majalah, prasasti, notulen rapat,
legger, agenda, dan sebagainya.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk
mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau
mengumpulkan, mengelolah, menganalisa dan menyajikan, data-data
secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu
persoalan atau menguji suatu hipotesis. Jadi semua alat yang bisa
mendukung suatu penelitian bisa disebut instrumen penelitian. Instrumen
penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti.
Adapun wujud dari instrumen penelitian yang digunakan peneliti
untuk mengumpulkan data-data yaitu:
a. Obserfasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap
kondisi dilapangan, berkaitan dengan para da‟i, bagaimana
manejemen dakwah islam, dan fakta-fakta empiris yang dapat di
obserfasi kaitannya dengan permasalahan yang diteliti.
b. Interview ( pedoman wawancara) yaitu melakukan wawancara
secara struktur dengan para respondent dan informan dengan
dibantu alat-alat tulis dan alat rekam (audio HP). Dalam hal ini
mewawancarai da‟i kepala desa dan masyarakat. Agar
wawancarah terarah, terfokus dan sesuai dengan tujuan
penelitian, maka kegiatan wawancara disertai dengan pedoman
wawancara yang sudah disiapakan.
c. Studi dokumentasi yaitu mempelajari dan menggali data yang ada.
Data yang digali terutama terkait dengan sejarah masuknya
agama islam di Desa Dalinsaheng Kecamatan Biaro Kabupaten
Siau Tagulndang Biaro Provinsi Sulawesi Utara.
F. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan analisis data dilakukan dalam beberapa tahapan
diantaranya sebagai berikut:
a. Reduksi Data yaitu bentuk analisis yang mengarahkan atau
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga
kesimpulan penelitian dapat ditarik dan diverikasi.
b. Data Displey yaitu penyajian data yang dilakukan dengan data yang
menggunakan grafikik, time line, tabel, agar data terorganisasi,
tersusun dalam pola hubungan, sehingga lebih mudah untuk
dipahami.
c. Varifikasi atau lampiran data yaitu pembentukan kebenaran teori,
fakta, atas data yang dikumpulkan untuk diolah dan dianalisis agar
bisa diuji secara hipotesis. Hipotesis tersebut kemudian diuji
menggunakan beberapa fakta empirik dan akan didapatkan
jawaban tentang kebenaran ilmiah yang dapat dipertanggung
jawabkan jika menggunakan prosedur yang sama.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Realitas Desa Dalinsaheng kecamatan. Biaro Kabupaten
Sitaro Provinsi Sulawesi utara.
1. Sejarah dan perkembangan Dakwah di Desa Dalingsaheng
Desa dalinsaheng adalah salah satu Desa yang berada di pulau
Biaro yang juga merupakan satu-satunya Desa yang berpenduduk muslim
sehingga sering kali masyarakat di Desa tetangga menyebutnya Desa
Islam. Nama Dalinsaheng sendiri diangkat dari kata melinsahe yang
artinya melompat-lompat sambil menumbuk padi, karena tempat tersebut
merupakan pusat lumbung padi. Pada mulanya penduduk Desa
Dalinsaheng bermukim di Desa Lamanggo yang merupakan Desa tertua
di pulau Biaro; yang sekarang merupakan ibukota kecamatan Biaro. Pada
tahun 1922, penduduk tersebut berpindah dari Desa Lamanggo dan
bermukim di tanjung Sosoiang, yang saat itu bersebelahan dengan Desa
perumahan pengungsi (Buhanga), karena mata pencaharian masyarakat
pada waktu itu adalah nelayan pembuat garam. Di dorong dengan
kebiasaan yang suka berpindah-pindah tempat maka penduduk tersebut
pindah ke Dalinsaheng yang dulunya tempat ini (Dalinsaheng) hanya
merupakan area kebun padi para petani. Lokasi ini pun masih termasuk
dalam wilayah Desa Lamanggo. Di tahun 1927, penduduk yang bermukim
di lokasi kebun padi bermusyawarah dan mengajukan permohonan untuk
mendirikan satu Desa proses musyawarah ini di parkarsai oleh Marjan
Karimela, Paransa, dan Ma mangke usaha pengajuan tersebut dilakukan
beberapa kali, dan nanti ketiga kalinya barulah direstui lokasi pemukiman
tersebut menjadi satu Desa Islam tapi urusan pemerintahan masih
bertempat di Desa Lamanggo.
Setelah Desa karungo diresmikan menjadi suatu Desa yang juga
berpemerintahan sendiri, maka berdasarkan pembagian wilayah Desa
karungo seingga Desa Dalinsaheng merupakan anak desa dari desa
karungo.
Dengan hasil pertimbangan pelayanan pemerintahan maka arel
pemukiman Dalinsaheng untuk sementara dijadikan sebagai sebuah
dusun dari wilayah Desa Karungo. Dengan demikian pula Desa Karungo
memiliki tiga dusun, dan Dalinsaheng menjadi tiga dusun saat itu menjadi
kepala Lindongan ( kepala dusun) di Lindongan III adalah Abdul Gani
Tamuge yang juga dibantu oleh seorang Maweteng (wakil kepala dusun)
kemudian berikutnya digantikan oleh Ahad Mangangawuhi selama kurun
waktu 8 tahun. Berikutnya tahun 1979, Ahad Mangangawuhi digantiakan
oleh Ismail Samudara sampai tahun 1983. Kemudian dari tahun 1983
sampai tahun 1990 yang menjadi kepala lindongan adalah D. Pontolaeng.
setelah itu digantikan oleh Mahmud Jacobs hingga tahun 1993 sementara
itu, D. Pontolaeng yang demisioner dijabatkan sebagai kepala lindongan,
diamanahi oleh masyarakat menjadi sekretaris Desa karungo dari tahun
1990 sampai 1994.
Di tahun 1994 ini pula Tua-tua (tokoh) Desa berjuang mengusulkan
agar lindongan III menjadi sebuah Desa devinitif. Sehingga pada tanggal
20 februari 1994 lindongan III resmi menjadi sebuah desa persiapan yang
dikepalai oleh D.pontolaeng. selang waktu setahun, tepatnya pada tanggal
21 maret 1995 resmilah Desa Dalingsaheng menjadi Desa devinitif, yang
diresmikan bersamaan dengan Desa-Desa lainnya yang ada di
kecamatan Tagulandang (pulau seberang ) dengan kepala desa pertama
adalah bapak D.pontolaeng.56
Berikut ini susunan pemerintah Desa Dalinsaheng Kecamatan
Biaro.
1. D.pontolaeng : Kepala Desa tahun 1995-1999
2. D.pontolaeng : Kapitalau tahun 1999-2008
3. TH. Tompoh : Kapitalau tahun 2008-2010
4. Y.Muhammad : Pjs tahun 2012-2013
5. S.Sundana : Kapitalau tahun 2013-
sekarang
Dalam bab IV ini kiranya penulis juga penting memaparkan profil
dari pada desa dalinsaheng yang merupakan objek penelitian. Oleh karna
itu, penelitian yang saya laksanakan tidak memenuhi persyaratan yang
sudah di tentukan dari pihak UNIVERSITA MUHAMMADIYAH Makassar,
56
DRS Sun Tamuge, Kepala Sekolah sekaligus Ketua BTM (Badan Ketua Mesjid), Waktu 09:00 wita, Tanggal 25 maret 2018.
tanpa memperoleh profil atau menjelaskan keadaan Desa tersebut.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai profil desa Dalinsaheng Kecamatan
Biaro Kabupaten Sitaro Sulut.
2. Profil Desa Dalinsaheng
Profil Desa Dalinsaheng
Nama Desa : Dalinsaheng
Tahun Pembentukan : Thn 1995
Dasar hukum pembentukan : Sk Gubernur Sulut No. 95
Nomor Kode Wilayah : 04
Nomor Kode Pos : 95863
Kecamatan : Biaro
Kabupaten/ Kota : Siau Tagulandang Biaro.
Provinsi : Sulawesi Utara
Nama Kantor : Kantor Desa Dalinsaheng
Alamat Kantor : Desa Dalinsaheng Kecamatan
Biaro
Kepemilikan Tanah : Pribadi (Milik sendiri)
Status : Hibah
3. Visi dan Misi Desa dalinsaheng
a. Visi Desa Dalinsaheng adalah:
Mewujudkan Desa Dalingsaheng Sebagai Desa Beraneka Ragam
potensi dan sumbernya
b. Misi desa
Dalam upaya mewujudkan visi pembangunan Desa Dalinsaheng
yang sebagaimana tertuang dalam RPJM kampung Dalinsaheng tahun
2016-2019 tersebut, misi pembangunan Desa Dalinsaheng adalah
sebagai berikut:
1. Mewujudkan Desa Dalinsaheng sebagai Desa yang memiliki
potensi perikanan dan pertanian.
2. Mewujudkan sumber pertanian yang handal.
3. Mewujudkan peningkatan taraf hidup dan kesejahtraan masyarakat.
B. kondisi umum Desa
a. Georafis
1. Letak dan luas wilayah
Letak wilayah Desa Dalinsaheng dapat di petakan sebagai berikut: Data
Umum
Luas Wilayah : 281,6 km
Batas Wilayah
Sebelah Utara : Laut Sulawesi
Sebelah Selatan : Laut Sulawesi
Sebelah Barat : Desa Lamanggo
Sebelah Timur : Desa Karungo
Jumlah penduduk : 493 jiwa 162 kk
Laki-laki : 238 jiwa
Perempuan : 255 jiwa
Usia 0-15 : 109 jiwa
Usia 15-65 : 356 jiwa
Usia 65 ke atas : 28 jiwa
Desa Dalinsaheng terdiri dari empat lindongan dengan luas wilayah
368 Ha terdiri dari :
Tanah Pemukiman : 22 Ha
Tanah Pertanian : 340 Ha
Tanah Milik Pemerintah :5 Ha
Tanah Lainya : 8 Ha
2.Iklim.
Iklim Desa Dalinsaheng sebagaimana, Desa-Desa lainya terletak di
kepulaua mempunyai iklim yang sangat panas berkepanjangan dan juga
sering hujan, hal ini berkaitan langsung pada lahan pertanian dan
perkebunan mengalami kekeringan jika musim panas dan nelayan
mengalami penurunan dalam penangkapan ikan.
b . Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk
1. Jumlah Penduduk
Desa Dalinsaheng mempunyai jumlah penduduk 547 jiwa dengan
147 KK, Yang terbesar dalam empat wilayah lindongan(dusun) dengan
perician sebagaimana terlampir dalam tabel berikut:
c. Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Dalinsaheng adalah
sebagai berikut:
Tabel 1.Tingkat Pendidikan
Pra
sekolah SD SMP SMU/SMK D3 S1
L P L P L P L P L P L P
11 18 67 24 31 23 37 29 1 0 2 1
29 91 48 53 1 3
d. Sarana Dan Prasarana Desa
keadaan sarana dan prasarana yang ada di Desa Dalinsaheng
dihubungkan oleh lalu lintas darat dan laut ke ibu kota kecamatan maupun
ke Desa-Desa sebelahnya (Dalinsaheng dan Lamanggo), sementara ke
ibu kota kabupaten jalur lalu lintas harus melintasi laut. Untuk di seputaran
Desa lalu lintas dihubungkan oleh jalan utama yang beraspal dan lorong-
lorong yang dibuat dari jalan rabat beton. Secara garis besar dapat dilihat
pada tabel berikut:57
Tabel 2. Prasaran Desa
Balai Desa Jalan
Kabupaten
Jalan
Kecamatan
Jalan Desa Sarana
lainya
1 3 km 4 km 2,5 km 7
C . Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Peran Dakwah Pada Masyarakat di Desa Dalinsaheng
Kecamatan Biaro Kab. Kepl. Sitaro Provinsi Sulawesi Utara.
Dakwah dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk memutivasi
orang dengan bashirah, supaya menempuh jalan Allah swt. Dan
meninggikan agamanya. Dakwah islam adalah dakwah bashirah,
maknanya berarti dakwah yang disebarluaskan dengan cara damai dan
bukan dengan cara kekerasan serta mengutamakan aspek kognitif (
kesadaran intelektual )dan efektif ( kesadaran imosional ) .
Dakwah juga bisa diartikan sebagai proses menjadikan perilaku seorang muslim untuk menjalankan islam sebagai agama rahmatanlilaalamin yang harus didakwahkan kepada seluruh manusia yang dalam prosesnya melibatkan unsur dai ( subjek ), maddah ( materi ), thariqah ( metode), wasilah ( media ), dan mad‟u ( objek ) dalam mencapai tujuan dakwah yang melekat dengan islam yaitu mencapai
57
RPJM DES ( Rencana Pemerintah Jangka Menengah Desa ), waktu 10:00 wita, tanggal 28 maret 2018.
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Dakwah dapat di pahami sebagai proses internalisasi, transformasi, transmisi, dan difusi ajaran islam dalam kehidupan masyarakat kampung dalinsaheng kecamatan biaro kab kepl sitaro provinsi sulawesi uatara, mengigat dakwah dikampung dalinsaheng sangan minim masyarakatnya masih jauh dari pemahaman agama islam dengan baik yang sesuai dengan Al-quran dan As-sunnah sehingga masyarakatnya masih mempercayai tahayul, bidah, dan khurofat bahkan hampir seluruh muslim yang ada di kampung dalinsaheng masih mempercayai bahwa arwah nenek moyang dapat memberikan manfaat dan mudarat atau bisa memberikan rezeki bagi pengunjungnya sekaligus penduduknya sehingga mereka jauh dari perintah Allah dan Rasulnya.3
Adapun analisis penulis bahwasannya masyarakat kampung
dalinsaheng sangat membutuhkan dai dalam mendakwahkan agama
islam yang sesuai dengan perintah Allah swt dan sunah Nabi-Nya, tugas
dai ini bukan hanya diperintahkan untuk umat sekarang ini yang serba
muda untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan dan wawasan
keislaman dan terbukti kemudahan yang ada sekarang membuat para dai
tidak sulit memerankan tugasnya sebagai dai dalam menyampaikan
ajaran agama islam kepada masyarakat yang ada di kampung
dalinsaheng khususnya dan kepada seluruh manusia umumnya.
Sebagaimana hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti
dengan salah seorang, Guru Wali MTs Al-miftahulhikmah di Desa
Dalinsaheng mengatakan bahwa:
“Namun berbeda jauh dengan dai sebelumnya yang mempunyai peran tidak sama dengan dai sekarang karena mereka diberi kelebihan dan ketekunan serta kesabaran dalam menyiarkan
3 Jumaring Duyoh, Imam masjid Al-miftahulhikmah, waktu 17:00 wita, tanggal 05
april 2018.
agama Islam mereka rela mengorbankan harta, jiwa, bahkan diri mereka agar tersebarnya agama Islam sampai ke penjuru dunia, peran mereka dalam menyebarkan agama Islam ini tidaklah semudah yang dibayangkan, mereka tidak lagi menghiraukan berapa banyak harta, waktu , jarak, rintangan yang mereka hadapi di medan da‟wah seperti yang diketahui seorang revolusioner da‟wah yang sangat berwibawah mempunyai kerisaun yang tinggi untuk agama Allah swt serta mengambil andil dalam peran sebagai dai yang tak pernah ada tandingannya sampai hari ini dialah kekasih Allah swt ialah baginda Nabi Muhammad saw yang masih dikenang perjuangannya sampai detik ini.58
Adapun analisis penulis dari dari pernyataan diatas bahwasannya:
Untuk menjadi seorang dai saat ini harus mempunyai peran professional
dalam artian, harus memiliki sikap dan perilaku yang baik. Karena sikap
dan prilaku yang baik merupakan bagian yang terpenting dari peran dai.
Sebab peran dai harus benar-benar sesuai dengan sunnah nabi agar
menjadi teladan bagi mad‟unya bahkan dalam kehidupan sosialnya. Maka
apabila dai memiliki peran yang baik sesuai sunnah maka akan
membentuk akhlak para mad‟unya yang baik pula dan tidak kesulitan
dalam pelaksanaan da‟wahnya sehari-hari karena dirinya sendiri telah
mempraktekan peran yang baik yang akan menjadi contoh bagi umat
manusia.
Para ahli memberikan definisi yang variatif terhadap pengertian
peran dai perbedaan pandangan tersebut cenderung muncul dalam
redaksional dan cakupannya. Sedangkan inti dasar pengertiannya
memiliki sinergisitas antara pengertian satu dengan yang lainnya. Peran
dai dinilai dari berbagai kalangan sebagai gambaran professional atau
58 Jakaria Bilingseke, Guru Wali MTS Al-Miftahulhikmah, 10:15 wita, tanggal 10 April
2018.
tidaknya peran dai. Bahkan peran dai memiliki pengaruh terhadap
keberhasilan pemahaman agama mad‟unya.
Apabila seorang dai menguasai peranya. Maka seorang dai
semakin professional bukan hanya menjadi seorang mubaligh melainkan
di tengah-tengah masyarakatluas semakin dihargai karna perannya sesuai
dengan sunnah rasul-Nya.
Sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti
dengan Abu Bakar Mahagia, Masyarakat kampung Dalinsaheng salah
satu orang yang tertua dan istiqamah dalam menjalankan perintah Allah
swt. Mengatakan bahwa :
Peran seorang dai dalam islam sangatlah penting yaitu dalam mengamalkan demi syiarnya ajaran islam itu sendiri peran dai ialah untuk memberikan pengajaran kepada seluruh manusia demi tegaknya islam terlebih lagi pengalamanya dalam kehidupsn sehari-hari. Seorang dai harus memiliki sifat yang dicontohkan oleh baginda rasulullah saw, baik perkataan, perbuatan dan keinginan yang membawa kebaikan kepada seluruh umat manusia, memiliki sifat amanah jujur dan dapat di percaya, berusaha menjaga wahyu ilahi dan sunnah Rasulullah saw untuk dijadikan hujjah (Hukum) untuk menyampaikan kepada manusia, tidak mencampuradukkan yang hak dengan yang batil. Islam mengajarkan untuk menyampaikan dengan penuh hikmah agar apa yang disampaikan bisa di pahami ditengah-tengah manusia, terutama masyarakat awam yang ada di kecamatan biaro terlebih khusus di Desa dalinsaheng.59
Dari pernyataan dan wawancara di atas, penulis dapat
menganalisis bahwa:
59 Nama aslinya Parangang Mahagia, Salah Satu Orang Tertua yang istiqamah, di Desa
Dalinsaheng, 17:00 Wita, tanggal 20 April 2018.
Dai dapat diibaratkan sebagai seoarang guide atau pemandu
terhadap orang-orang yang ingin mendapat keselamat hidup dunia dan
akhirat. Dalam hal ini dai adalah seorang penunjuk jalan yang harus
mengerti dan memahami terlebih dahulu mana jalan yang boleh dilalui dan
yang tidak boleh dilalui oleh seorang muslim, sebelum ia memberi
petunjuk jalan kepada orang lain. Dan apabila seorang dai menguasai
perannya, maka seorang dai semakin professional bukan hanya menjadi
seorang mubaligh melainkan di tengah-tengah masyarakat luas semakin
dihargai karna perannya sesuai dengan sunnah Rasul-Nya.
2. Peran Dai Pada Masyarakat di Desa Dalingsaheng Kecamatan
Biaro Kab. Kepl. Sitaro Provinsi Sulawesi Utara.
Peran dai merupakan objek penelitian yang akan diteliti oleh
penulis bertempat di desa Dalinsaheng Kecamatan Biaro Kabupaten
Sitaro peran dai sangatlah dibutuhkan melihat realitas desa ini masih
sangat jauh dari pemahaman Agama Islam yang kamil sehingga peran
dai dibutukan dalam rangka meningkatkan pemahaman agama secara
menyeluruh terhadap pengetahuan agama masyarakat desa
Dalingsaheng.
Untuk menjadi dai yang berperan secara professional memiliki
sikap dan perilaku yang baik. Prilaku yang baik merupakan bagian
terpenting dalam kehidupanya sehari-hari untuk menjadi teladan bagi
masyarakat desa Dalinsaheng bahkan dalam kehidupan sosialnya. Maka
apabila dai memiliki kepribdian yang baik akan membentuk akhlak Mad‟u
yang baik pula dan tidak kesulitan dalam pelaksanaannya sehari-hari
karena dirinya sendiri telah mempraktekan perilaku yang baik yang akan
menjadi teladan untuk mad‟u nya.
Apabila seorang dai mempunyai peran yang baik maka seorang dai bukan hanya menjadi penceramah melainkan menjadi seorang pemimpin ditengah-tengah masyarakat yang luas sehingga semakin dihargai. Peran dai sangat berpengaruh terhadap perkembangan mad‟u dalam lingkungan masyarakat umum maka dalam peran seorang dai harus memiliki peran yang mantap agar menjadi contoh atau teladan bagi mad‟u.60
Adapun analisis penulis bahwasannya peran dai di Desa
Dalingsaheng sangat vital atau penting mengingat desa Dalinsaheng
merupakan satu-satunya Desa mayoritas muslim di kab Sitaro dan juga
merupakan sasaran empuk bagi para misionaris dalam menyebarkan
agama Kristen oleh karena itu untuk mengantisipasi gerakan misionaris
ini, atas inisiatif dari ketua Badan Ta‟mirul Masjid (BTM) yang didukung
oleh imam, para dai, dan jama‟ah istiqomah maka terbentuklah sejumlah
majelis ta‟lim yang melengkapi dua majelis ta‟lim yang telah ada
sebelumnya.
Walaupun telah terbentuk berbagai organisasi da‟wah tapi
nyatanya masih banyak jama‟ah yang belum bergabung untuk aktif ikut
kegiatan tersebut. Hal ini tercermin dari peserta kegiatan yang sangat
minim. Sesuai pengamatan penulis. Peserta paling sedikit yang aktif
adalah pada Majelis Ta‟lim bapak-bapak. Apabila diprosentasikan dari
60
Subhan Jacobs Dai AMCF, Waktu 08-30 wita, tanggal 25 april 2018.
seluruh jumlah bapak-bapak yang ada di Desa Dalinsaheng maka yang
aktif hanya 10 % . Kemudian menyusul remaja putera 25 %, remaja puteri
50 %, anak-anak 75 % dan ibu-ibu sekitar 80 %.Sebagaimana diketahui
bersama bahwa pahamaman kagamaan masyarakat Indonesia khususnya
yang ada di perdesaan masih sangat dangkal.
Umumnya mereka memahami dan mengamalkan agama hanya
melalui satu mazhab, itupun kadangkala tidak sesuai dengan mazhab
yang dianutnya. Sempitnya pemahaman masyarakat ini membuat mereka
sulit untuk menerima paham berbeda yang dibawa oleh para da‟i. Setiap
amalan agama yang berbeda disikapi secara apatis bahkan dimusuhi.61
Adapun analisis penulis yang berkaitan dengan langkah atau peran
yang harus dilakukan para dai di desa Dalinsaheng ialah sebagai berikut :
a. Peran yang harus dilakukan para dai antara ialah untuk
memberantas penyakit masyarakat berupa tahayul, bid‟ah dan
khurofat malah terbentur dengan praktek penyakit tersebut yang
marak dipraktekkan oleh masyarakat muslim. Telah mentradisi di
desa ini pada waktu-waktu tertentu secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama mereka akan mengunjungi kuburan nenek moyang
yang berada di puncak gunung bernama Bukide.62 Kuburan yang
61
Warni Mahmud S,pd.I, Kepala Sekolah RA, waktu 09:30 wita, tanggal 05 mei 2018.
62 Bukide Adalah: Nama Gunung yang disinyalir oleh masyarakat, mempunyai
kuburan milik salah seorang pendahulu yang bernama linsaha.
disinyalir milik salah seorang pendahulu tersebut bernama Linsaha.63
Masyarakat meyakini bahwa arwah di kuburan tersebut dapat
memberikan rezeki bagi pengunjungnya. Hanya dengan meletakkan
uang logam lima ratus atau seribu rupiah mereka percaya rezeki
yang diperoleh akan bertambah dari biasanya yang mereka
dapatkan. Selain itu pula masyarakat masih mewarisi kepercayaan
nenek moyang terhadap benda-benda keramat, ,dan pohon yang
mereka yakini memiliki penunggu atau kekuatan ghaib. Hal ini
membuat mereka jauh dari agama.64
b. Peran dai selanjutnya ialah mengantisipasi budaya asing sudah lama
digemari oleh masyarakat Indonesia terutama di kalangan pemuda
remaja tidak terkecuali bagi masyarakat di desa Dalinsaheng
kecamatan Biaro kab. Kepelauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro).
Budaya asing yang dimaksudkan di sini antara lain adalah: cara
berpakaian, cara bergaul, pola pikir, musik dan kesenian Barat, dan
lain sebagainya. Khususnya dalam bidang kesenian masih
banyaknya praktek-praktek kesenian disco dan dansa yang
dilaksanakan dalam rangka perayaan hari ulang tahun,
perkawiwnan, gunting rambut, dan acara-acara lainnya. Biasanya
acara tersebut diawali dengan tradisi Tahlilan dengan mengundang
63
Linsaha Adalah: Nama salah seorang pendahulu yang dikuburkan di Gunung Bukide yang diyakini oleh Masyarakat bahwa Arwahnya masih hidup sampai sekarang dan bisa memberikan manfaat serta mudhorot bagi pengunjung dan masyarakat setempat.
64 Muh. Fadlurrohman Tamuge, Dai Pramusi, waktu 09:40 wita, tanggal 15 mei
2018.
pegawai syara‟, tokoh agama dan sebagian jamaah yang kemudian
dilanjutkan dengan acara music disco, dan sebagainya yang
melibatkan para pemuda, remaja, orang tua bahkan sebagian anak-
anak sehingga jenis music ini laku dijual yang sampai saat ini masih
menjadi kebanggaan sebagian masyarakat.Selain budaya asing
yang sangat mengkhawatirkan tersebut juga telah mentradisinya
budaya lokal yakni budaya Sangihe yang juga bertentangan dengan
Syari‟at Islam. Sebagaimana diketahui bahwa budaya Sangihe ini
adalah budaya umat Kristiani yang meniru budaya para penjajah
dikawinkan dengan tradisi nenek moyang mereka.Khususnya dalam
hal musik dan kesenian untuk merayakan hari-hari kegembiraan
selain musik disco seperti yang telah dijelaskan di atas, masyarakat
juga menggemari kesenian Ampawayer dan Masamper, sehingga 2
kesenian daerah ini dilakukan bersama-sama secara bergantian
dengan musik disco dan kadang-kadang dansa Pada acara-acara
tersebut Nampak dengan jelas bagaimana para pemain begitu akrab
tak mengenal laki-laki perempuan bahkan isteri orang dan suami
orang semuanya berpesta ria, bergoyang bersama dalam gerakan
tarian dan music tanpa mengenal batas-batas pergaulan. Bahkan
sebagian besar dari mereka dalam keadaan mabuk setelah meneguk
minuman keras berbagai jenis dan merek yang memang dihadirkan
oleh tuan rumah dan para pemain dalam acara tersebut.65
65
Nursia Balakin, Guru Wali RA, waktu 09:30 wita, tanggal 20 mei 2018.
c. Peran dai selanjutnya ialah menghilangkan gerakan misionaris
dalam melaksanakan tugas dakwah mereka di desa Dalinsaheng,
menggigat gerakat ini adalah gerakan yang dilakukan oleh para
missionaris baik yang dilakukan oleh penduduk setempat yang
beragama Kristen maupun oleh pendeta yang datang dari luar desa
bahkan sudah kawin mawin dengan penduduk setempat dan
melaksanakan misinya dengan begitu massif. Cara mereka dalam
menawarkan misinya tidak langsung mengajak untuk menjadi
murtad, namun melalui cara-cara licik dan halus yang bagi
masyarakat awam mereka tidak sadar kalau mereka sedang digiring
pelan-pelan untuk mengikuti keyakinan para missionaris tersebut.
Dapat disebutkan antara lain dalam acara-acara perkawinan, hari
ulang tahun, dan acara-acara selamatan lainnya petugas untuk itu
dilibatkan sang pendeta suami-isteri menjadi pewara dan pemandu
acara dimaksud. Tidak heran apabila mereka memasukkan unsur-
unsur agamanya pada rangkaian acara tersebut, misalnya
bergandengan tangan bagi yang bukan muhrim, berpelukan bahkan
berciuman yang dilakukan di depan orang banyak. Begitu juga
masyarakat muslim telah terbiasa dengan ajaran toleransi beragama
yang menyelisihi syari‟at. Toleransi yang diartikan menjaga suasana
ibadah dan kehidupan umat beragama yang damai, aman dan
nyaman telah bergeser menjadi ikut serta bersama-sama mengikuti
ibadah kristiani. Jadi umat Islam diundang untuk menghadiri acara-
acara keluarga dan kegembiraan namun diselipkan atau diawali
kegiatan ibadah yang juga diikuti oleh undangan dari kaum muslimin.
Bahkan pada acara-acara musyawarahpun ada di antara peserta
muslim yang ikut menyanyi dengan mereka ketika mengangkhiri atau
menutup kegiatan musyawarah tersebut. Demikian halnya dengan
pola pikir kawula muda, cara bergaul dan sebagainya telah diwarnai
oleh cara dan pola pikir kaum salibis yang membuat umat Islam
terutama generasi muda mulai akomodatif dengan ajaran kristiani
tersebut. Inilah yang menjadi penyebab mengapa begitu banyak
orang yang murtad di desa ini. Sesuai dengan penelitian penulis dari
kurang lebih 500 jumlah populasi umat Islam yang tersebar di 3
kampung yakni mayoritas desa Dalinsaheng, sebagian kecil di desa
Lamanggo dan sebagian kecil di desa Tope, ada kurang lebih 80
orang yang murtad. Kemudian jumlah rumah ibadah di desa
Dalinsaheng yang mayoritas muslim hanya ada 1 masjid dengan
jumlah KK sebanyak 150 KK, sedangkan umat kristiani yang hanya
berjumlah 10 KK memiliki 3 gereja. Hal ini pernah dikomplein oleh
beberapa jama‟ah kaum muslimin tetapi justeru mereka dituduh
teroris. Sementara itu keinginan 15 KK penduduk muslim di Desa
Lamanggo untuk mendirikan 1 musholla mendapatkan penolakan
dari penduduk setempat sehingga sampai saat ini kaum muslimin
mendapatkan perlakuan diskriminatif, baik oleh pemerintah terlebih
oleh umat kristiani. Inilah antara lain kenyataan memilukan yang
dialami langsung oleh umat Islam di Pulau Biaro pada umumnya,
khususnya yang ada di Desa Dalinsaheng dalam mengaplikasi
ajaran agama Islam dalam kehidupan sosial.66
d. Selanjutnya peran yang harus dilakukan para dai ialah hendaknya
menggerakkan jamaah agar termotivasi dalam mengikuti kegiatan
dakwah maka dilakukan usaha-usaha edukatif dan persuasif..
Edukatif misalnya dengan mengajak mereka mengikuti kegiatan
pengajian dan majelis masaail sehingga dari kehadiran mereka pada
kegiatan tersebut akan menggerakkan animo mereka dalam
mengikuti kegiatan da‟wah karena antara semua kegiatan tersebut
memiliki hubungan erat antara satu dengan yang lain. Sedangkan
pendekatan persuasive dilakukan melalui kunjungan silaturrahin dan
anjang sana mengunjungi jamaah yang sakit dan mengalami
musibah. Dengan beberapa pendekatan ini insya Alloh akan
mendatangkan energy positif bagi jamaah untuk ikurt aktif pada
kegiatan da‟wah.
Diharapkan dari peran dai juga dapatmenanggulangi perbedaan
paham dalam masalah masalah keagamaan selama ini telah
dilakukan upaya untuk menjelaskan masalah fiqhi dimana paham
keagamaan yang berbeda yang dikenal dengan masalah khilafiyah
sejak zaman dulu sudah terjadi. Perbedaan pendapat dalam Islam
adalah rahmat, asalkan perbedaan paham tersebut masih dalam
66
Marfua Manggangawuhi, Penyuluh, waktu 09:30 wita, tanggal 25 mei 2018.
koridor 4 mazhab, yakni mazhab Syafi‟I, Maliki, Hambali dan Hanafi.
Alhmdulillah dengan penjelasan seperti ini telah membukan
wawasan keagamaan kaum muslimin sehingga mereka memiliki
sikap toleransi yang lebih luas disbanding dengan keadaan
sebelumnya.
f. Dan yang terakhir peran yang harus dilakukan para dai ialah
memberikan Solusi untuk mengatasi penyakit tahayul, bid‟ah,
khurofat tentunya adalah dengan membuktikan secara faktual bahwa
pendapat dan pendirian mereka selama ini sebenarnya telah keliru.
Misalnya adanya kepercayaan bahwa sesutu barang, benda atau
pohon yang memiliki kekuatan adalah dengan melakukan
perlawanan terhadap benda tersebut, misalnya memecahkan,
merusak dan menebangnya, dan ternyata kepercaayaan masyarakat
bahwa benda, barang dan pohon tersebut memiliki kekuatan ghaib
tidak terbukti. Demikian halnya dengan penyakit kronis yang
meyakini kuburan Linsaha dapat memberikan rezeki. Saat ini
kuburan tersebut telah dibongkar oleh beberapa anak muda yang
hampir-hampir menjadi asbab terjadinya kerusuhan. Namun setelah
dibongkar sama sekali tidak ada dampak negative yang
ditimbulkannya, seperti misalnya bencana atau azab, bahkan
masyarakat tetap mendapatkan rezeki seperti biasanya.67
67
Syamsudin Tahulending, Anggota Jamaah Tablik, Waktu 20:30 wita, 01 juni 2018.
3. Faktor-Faktor Yang Menjadi Pendukung dan Penghambat
Dalam Mendakwahkan Tauhid di Desa Dalinsaheng Kecamatan Biaro
Kab. Kepl. Sitaro Provinsi Sulawesi Utara.
Adapun faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat
dalam mendakwahkan tauhid adalah sebagai berikut.
A. Faktor Pendukung Dalam Mendakwahkan Tauhid.
Dakwah adalah cara dalam merealisasikan ajaran agama islam kedalam kehidupan manusia, dan diperlukan upaya serta inspirasi dalam menjaga kelangsungan dan pengembangannya, sejak dulu, kini, maupun waktu yang akan datang. Jika kehidupan Rasulullah merupakan uswatun hasanah bagi ummatnya, mestinya hak itupun berlaku bagi dakwah islam. Inspirasi utama untuk menjaga kelangsungan maupun pengembangannya, adalah dakwah Rasulullah Muhammad saw .Karena itulah, faktor-faktor pendukung keberhasilan dakwah Rasulullah perlu diketehui oleh pihak-pihak yang berkepentingan, khususnya para dai.68
Adapun Analisis Penulis, yang menjadi faktor pendukung dalam
mendakwahkan tauhid di Desa, Dalinsaheng. Terbagi menjadi 2 bagian
yaitu: internal dan eksternal.
1. faktor internal ialah :
a. Dukungan pemarintah setempat yang memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada para dai untuk melaksanakan kegiatan pembinaan
iman tauhid pada masyarakat di setiap kesempatan.
68
Suwardi Tatoya, Pemimpin (amir) Jamaah Tablik, Waktu 21:00 wita,05 Juni
2018.
b. Kepatuhan jamaah masjid dalam mengikuti kegiatan majelis
taklim sehingga tak mengherankan sampai saat ini telah terbentuk 12
majelis taklim yakni:
1. Majelis taklim anak-anak yang pesertanya terdiri dari para siswa
siswi MI, SD dan seusianya yang dilaksanakan secara bergiliran,
dilaksanakan di rumah peserta dengan agenda pokok ceramah
agama dan tanya jawab tentang masalah keagamaan;
2. Majelis taklim remaja putri yang pesertanya meliputi siswi
MTS/SMP, SMK dan seusianya yang kegiatanya dilaksanakan
secara bergiliran di rumah masing-masing peserta dengan agenda
pokok kultum, ceramah agama, dan tanya jawab masalah
keagamaan;
3. Majelis taklim remaja putra yang pesertanya meliputi siswa
MTS/SMP, SMK dan seusianya yang kegiatanya berpusat di masjid
kecuali ada anggota yang meminta di rumah maka kegiatan akan
dilaksakan di rumah;
4. Majelis taklim muallaf dan muallafah dan anggotanya terdiri atas
muallafah dan muallaf yang berjumlah 32 orang namun yang aktif
18 orang kegiatan utama dalam majelis ini adalah bimbingan
ibadah, ceramah agama dan tanya jawab tentang keagamaan;
5. Majelis taklim bapak-bapak yang pesertanya terdiri dari bapak-
bapak dan anak mudah yang telah menikah yang dilaksanakan
secara bergiliran di rumah para peserta. Seharusya kegiatan ini
beranggotakan seluruh bapak-bapak jama‟ah masjid al-hikmah
Dalinsaheng sayangnya hanya diikuti oleh sebagian kecil sehingga
yang aktif hanya sekitar 15 orang agenda pokok kegiatan ini adalah
kultum ceramah agama dan diskusi tentang masalah-masalah
keagamaan;
6. majelis taklim ibu-ibu masjid al-hikmah yang pesertanya terdiri dari
semua ibu-ibu jama‟ah ibu-ibu masjid al-hikmah Dalinsaheng
anggota majelis ta‟lim ini terdiri atas dua kategori anggota tetap dan
tidak tetap anggota tetap adalah para pengurus dan anggota yang
telah terdaftar sebagi anggota tetap anggota tidak tetap adalah ibu-
ibu yang telah aktif di organisasi majelis ta‟lim yang lain namun
karna mereka juga adalah jamaah masjid maka sebulan sekali
diadakan majelis ta‟lim umum yang bertempat di masjid;
7. Majelis taklim madrasah adalah majelis yang pengurus dan
anggotanya terdiri atas ibu-ibu yang memiliki anak sebagai siswa-
siswi madrasah dan ibu-ibu simpatisan madrasah yang kendatipun
tidak ada anak-anak mereka sekolah di madrasah namun demikian
tidak semua ibu-ibu keluarga besar madrasah yang menjadi
anggota majelis ta‟lim ini kana ternyata ada yang telah aktif di
majelis ta‟lim yang lain majelis ta‟lim madrasah ini telah berdiri
sejak tahun 2008 ketika berdirinya MI Dan MTS Al-Miftahul Hikmah
Dalinsaheng kegiatan pokoknya adalah kultum ceramah agama
dan tanya jawab.
8. Majelis taklim Wanita Syarikat Islam (WSI) Majelis ta‟lim ini berdiri
tahun 2014 yang merupakan onderbow dari organisasi Syarikat
Islam (SI) kegiatan pokokya adalah yasinan,ceramah agama dan
Tanya jawab. Dan ditambah lagi majelis taklim yang baru dibuat
yaitu:
9. Majelis Taklim Aisyiyah.
10. Majelis taklim Komonitas Minoritas Kampung Tope.
11. Majelis Taklim Al-Ikhlas.
12. Majelis Taklim Keluarga Besar Madrasah.
c. Kehidupan sosial masyarakat yang rukun dan damai sehingga
para dai dapat dengan leluasa menyampaikan ceramah tentang
iman tauhid.
d. Usaha dakwah tabliq yang dilakukan oleh saudara kita dari
jamaah tabliq dimana melalui usaha dakwah ini pembinaan tentang
iman dan tauhid terfasilitasi.
e. Keberadaan satu-satunya lembaga pendidikan islam di Kab,
Kepl, Sitaro yaitu MI, MTS Al-Miftahulhikmah sehingga pemahaman
iman dan tauhid dapat diterapkan sejaik usia dini.
f. Adanya kegiatan keagamaan lainnya seperti hari-hari besar islam
sehinnga menjadi momen untuk pembinaan iman dan tauhid
masyarakat.
2. Adapun faktor eksternal ialah:
a. Adanya rombongan dakwah dari jamaah tabliq yang rela
mengorbankan diri dan harta turut berjuang membina iman dan
tauhid jamaah.
b. Adanya siswa dan mahasiswa putra asli daerah yang menuntut
ilmu agama di pondok pesantren di manado dan sekitarnya, dan
kuliah di berbagai Perguruan Tinggi Agama di Manado Gorontalo
dan Makassar sehingga setiap kepulangan mereka dalam rangka
berlibur dimanfaatkan untuk kegiatan pembinaan iman dan tauhid.
B. Faktor penghambat dakwah
Pembahasan problematika internal lebih didahulukan dari
pada pembahasan problematika eksternal karena problem terberat
bagi semua jamaah dakwah adalah internal.
Sebagaimana hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti
dengan salah seorang Guru MI (Madrasah Ibtidaiyah), di Desa
Dalinsaheng menyatakan bahwa:
Ketika problematika internal sudah diselesaikan dengan sangat baik, maka amanah dakwah lebih mudah ditunaikan atau dilaksanakan dan otomatis problematika eksternal lebih mudah diselesaikan. Problematika internal yang sering dijumpai dalam jamaah dakwah adalah, ketidak seimbangan aktivitas, latar belakang dan masa lalu penyesuaian diri, dan friksi internal.69
Adapun analisis penulis dari pernyataan diatas bahwa faktor
yang menjadi penghambat, juga terbagi menjadi 2 bagian. Yaitu :
1. Faktor internal yatu sebagai berikut :
69
Sumiati Ismail, Guru MI (Madrasah Ibtidaiyah), Waktu 09:40 Wita, 1 Juli 2018
a. Adanya penyakit TBC ( Tahayul,Bidah,Khurofat ) pada sebagian
masyarakat sehinnga masih adanya kepercayaan sedekah uang
logam dikubur seorang pendahulu nenek moyang mereka yang
dianggap keramat yang diyakini dapat memberikan rezeki kepada
mereka padahal dia bukanlah seorang muslim.
b. Pengaruh tontonan di berbagai media elektronik, baik media
mainstream maupun media sosial sehingga secara langsung
merubah pola pikir dan perilaku masyarakat yang dahulunya polos
dan lugu sekarang sudah menjadi masyarakat yang komsumtif,
hedonistis, dan materialistis sehingga menghambat usaha
pembinaan iman dan tauhid masyarakat.
c. Adanya dai lokal yang memilki ilmu yang di wariskan dari nenek
moyang dan tidak belajar melalui lembaga pendidikan, sehingga
pembinaan mereka bertentanggan dengan konsep tauhid yang
sesunguhnya.
2. Faktor eksternal, ialah sebagai berikut :
a. Adanya infiltrasi budaya asing yang semakin meraja lela baik
lewat media maupun lewat pola pikir sehingga masyarakat
terpengaruh mengikuti budaya asing sehingga berpengaruh
terhadap pembinaan iman dan tauhid pada masyarakat.
b. Penerapan konsep kerukunan yang bertentangan dengan syariat
oleh masyarakat mayoritas kristen dan diikuti oleh sebagian
masyarakat muslim dimana telah memasuki area aqidah seperti
Ibadah natal (Natalan)70. Atau bentuk ibadah lainnya yang turut
dihadiri oleh umat islam sehingga berpengaruh dalam pembinaan
iman dan tauhid pada masyarakat di Desa Dalinsaheng Kec, Biaro
Kab, Kepl, Sitaro (Siau Tagulandang Biaro), Prov, Sulawesi Utara.
Seperti inilah realitas masyarakat di Desa, Dalinsaheng. Kec, Biaro.
Kab.Kepl. Siau Tagulandang Biaro (Sitaro). Provinsi Sulawesi Utara, yang
sangat memprihatinkan kadaan keagamaanya namun kerja keras dari
para dai di sini, telah melakukan perubahan walaupun belum seperti yang
diharapkan. Dan masyarakat mengharapkan kehadiran para dai untuk
datang ke desa Dalinsaheng guna menambah jumlah dai yang ada agar
agama islam akan tersiar secara kamil.
70
Natal Adalah : Hari raya umat kristen yang diperinggati setiap tahun oleh Umat Kristiani pada tanggal 25 Desamber untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada uraian bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dunia kini telah memasuki abad informasi, masyarakat manusia kini
sedang dalam proses menjadi masyarakat informasi. Untuk
mengantisipasi trend masyarakat modern harus dapat
mempersiapkan materi-materi dakwah yang lebih mengarah pada
antisipasi kecenderungan-kecenderungan masyarakat. Untuk
menghadapi berbagai tantangan umat islam dewasa ini, dakwah
merupakan suatu yang sangat relevan untuk dikembangkan diera
informasi ini, salah satu media dakwah yang efektif dan dapat
dikembangkan era informasi ini adalah pers islam. Pers islam
adalah proses menginput, mengolah, dan menyebarluaskan
berbagai peristiwa yang menyangkut umat islam dan ajaran islam
pada khalayak. Peranan media dakwah adalah sebagai alat bantu
yang berarti memiliki peranan atau kedudukan sebagai penunjang
tercapainya tujuan dakwah.
2. Konsep tauhid (keesaan Allah) mencakup 4 hal yaitu, keesaan zat,
keesaan sifat, kesaan dalam perbuatan dan keesaan beribadah
kepada-Nya. Hal ini penulis kaitkan dengan teori Tauhid
Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Asma‟ wa Sifat. Tauhid
Rububiyah memiliki arti yang sama dengan keesaan zat, yaitu
mempercayai zat-Nya Allah. Tauhid uluhiyah memeiliki makna yang
sama dengan keesaan dalam perbuatan dan keesaan beribadah
kepadanya, yaitu meyakini adanya zat Allah dan melaksanakan
perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Kemudian Asma‟ wa
Sifat memiliki makna yang sama dengan keesaan sifat yang biasa
kita sebut asmaul husna.
3. Dalam Al-Qur‟an surat Al-Ikhlas terdapat konsep pendidikan aqidah
yang harus diberikan anak sejak dini karena agama Islam
mengajarkan bahwasanya seluruh alam ini, Tuhanlah yang telah
menjadikan, menguasai dan mengawasinya. Pendidikan yang
ditekankan dalam keluarga:
1) Menanamkan ketauhidan dalam diri setiap manusia
sebagaimana yang telah diajarkan agama.
2) Mengenalkan ketetapan-ketetapan agama sehingga dengan
perkembangan zaman manusia dapat mengetahui mana yang
diperbolehkan dan mana yang tidak diperbolehkan.
B. saran
Dari kesimpulan di atas, dapat diajukan beberapa saran berkaitan
dalam penulisan ini sebagai berikut:
1. Bagi Masyarakat dan Pemerintah, hendaknya memberikan
dukungan penuh untuk para da‟i melalui kegiatan-kegiatan yang
berasas nilainilai spiritual untuk menumbuh kembangkan
pengetahuan serta menekankan bagi masyarakat untuk hidup
sesuai dengan norma agama khususnya masyarakat yang ada di
Kampung Dalinsaheng Kec. Biaro Kab. Kepl. Sitaro
2. Bagi kami para da‟i terus berusaha belajar untuk lebih mendalami
ilmu yang belum diketahui maupun sudah diketahui serta
mengamalkan ilmu itu dalam bermasyarakat dan berusaha
menciptakan lingkungan keluarga yang islami.
Dan dalam penulisan Skripsi ini masih banyak kekurangan dan
kekeliruan baik dalam penulisan maupun dalam pengambilan referensi
maka oleh karena itu saya sebagai penulis sangat mengharapkan kritikan
dan saran yang tentunya dalam penulisan karya ilmiah yang lainnya
menjadi lebih baik dan ada perkembangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M, Pisikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, Cet.I, Jakarta: Bumi Aksara, 1991
Ahmad, Amirullah, dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Cet. I,
Yogyakarta: Primaduta, 1983 A. Partanto, Paus M. Dahlan Barri, Kamus Ilmia Populer, Surabaya:
Arloka,1994 Amin, Muliaty Metodologi Dakwah, Cet. I, Makassar: Alaudin University
Press, 2013 Asep Shaifuddin, Sheh Sulhawi Rubba, Fikih Ibadah Safari ke Baitullah,
Surabaya: Gerisi, 2011 Abdullah, Sulaiman, Sumber Hukum Islam Permasalahan dan
Fleksibilitasnya, Cet. I, Jakarta: Sinar Grafika, 1995 Abdullah bin Ahmad Al-„Alaf, Kiprah Dakwah Muslimah, Cet. I, Solo:
Pustaka Arafah, 2008 Aziz Syawisy, Abdul, Islam Agam Fitrah, Cet. I, Jakarta: PT Bumi Aksara,
2001 Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Lathif, Pelajaran Tauhid Untuk
Tingkat Lanjutan, Cet. XV, Jakarta: Darul Hak, 2016 Bertens, K, Metode Belajar Untuk Mahasiswa, Jakarta: Gramedia Pustak
Utama,2005 Bahri An-Nabary, Fathul, Meneliti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para
Da‟i, Cet. I, Jakarta Hamzah, 2008 Badruttamam, Nurul, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, Cet. I, Jakarta
Selatan: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005 Bugin, Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo
Perkasa, 2004 Departemen Agama RI, Al-qur‟an Dan Terjemahnya, Jakarta:Prpyek
Pengadaan Kitab Suci Al-qur‟an,2002
Departemen Agama R I, Al-Qu‟ran dan terjemahannya, Bumi Restu, 1975
Enjang AS dan Aliuddin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, Pendekatan Filosofis Dan Praktis, Bandung: Widya Padjadjaran,2009
Fawwaz bin Hulayyil bin Rabah as-Suhaimi, Begini Seharusnya
Berdakwah, Jakarta: Darul Hak, 2015 Hatta, Ahmad, Tafsir Qur‟an PerKata, Jakarta : Maghfirah Pustaka, 2009
HD, Kaelani, Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, Cet. 1, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000
Sabbiq, Sayyid, Aqidah Islamiyah, Cet. I, Jakarta : Robbani Press, 2008 Kementrian Agama RI, Al-qur‟an dan terjemahan, Cet. XX, Jakarta Timur:
Darus salam, 2016 , Al-qur‟an dan Terjemahan, Cet. XX, Jakarta Timur: Darus
Sunnah, 2016 Luthfi , Atabik, Tafsir Da‟awi Tadabbur Ayat-Ayat Dakwah Untuk Para Da‟i,
Cet. I, Jakarta Timur: Al-I‟tishom, 2011 Lari Sayyid Mujtaba Musawi, Meraih Kesempurnaan Spriritual, Cet. I,
Bandung : Pustaka Hidayah, 1997 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan proposal, Jakarta: Bumi
Aksara, 1995 Munir Amin, Samsul, Sejarah Dakwah, Cet. I, Jakarta: Amzah, 2014
Munir DKK, Metode Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009
M. Munir, Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, Cet. I, Jakarta:
Kencana,2006
Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin, Memandu Kebangkitan Islam, Cet. I, Surabaya: Sukses Publising 2016
Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Menelusuri Jejak Hijrah Nabi, Cet. I,
Jakarta Timur: Pustaka Qalami, 2004 Muriah, Siti, Metodologi Dakwah Kontemporer, Cet. I, Yokykarta: Mitra
Pustaka, 2000
Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Ulasan Tuntas tentang 3 Prinsip Pokok Siapa Rabbmu, apa Agamamu, siapa Nabimu, Cet. XX. Jakarta: Darul Hak, 2017
Muhammad bin Jamil Zainu, Ambillah Aqidahmu Dari Al-qur‟an dan As-
Sunnah MZ, Zainuddin, Rahasia Keberhasilan Dakwah, Surabaya: Ampel Suci,
1986 Nashih Ulwan, Abdullah, Tarbiyatul Aulad Fil Islam.Cet. II Jakarata:
Khatulistiwa, 2013 Nana Sukmadinata, Syoadih, Metode Penelitian Pendidikan, Rosda: 2006
Rahmat, Jalaluddin, Retorika Moderen, Sebuah Karangka Teori dan
Praktik Berpindato, Bandung: Akademika, 1982 Sadiah, Dewi, Metode Penelitian Dakwah, Cet. 1, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2015 Sholeh, Rosyad, Manejemen Dakwah Islam, Cet, I. Yogyakarta:Surya
Sarana Grafika, 2010 Sa‟id bin Shabir Abduh, Hukum Mengkafirkan dan Membidahkan, Cet. I,
Jakarta Timur: Griya Ilmu, 2005 Shalih Bin Fauzan Al-Fauzan, Kitab Tauhid, Cet. I, Jakarta Timur: Arba‟
Grafika, 2016 Syaik Abdul bin Abdul Hamid Al-Atsari, Muhammad bin Ibrahim Al-
Hamad, Mukhtashar Aqidah Islam Aqidah Ahlu Sunnah wal Jamaah, Cet. I, Surabaya: PT. Elba Fitrah Mandiri Sejahtera, 2016
Shalih Bin Fauzan AL-Fauzan, Panduan Lengkap Membenahi Akidah,
Cet. I, Jakarta: Darul Hak, 2015 Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, Kitab Tauhid Rujukan Utama
Belajar Tauhid, Cet. I, Solo: Pustaka Arafah, 2015 Shalih Bin Fauzan Al-Fauzan, Panduan Lengkap Membenah Akidah, Cet.
I, Jakarta: Darul Hak, 2015 Tasmaro, Toto, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gya Media Pratama, 1997
Wahidin Saputra, Wahidin Pengantar Ilmu Dakwah, Cet. I, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011
Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Ind onesia, Jakarta: PT. Hidakarya Agung
Zainuddin, Ilmu Tahid Lengkap, Cet. 2, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996
RIWAYAT HIDUP
Muh. Durratulhikmah Tamuge dilahirkan di Isimu pada tanggal
05 Oktober 1996. Anak ketiga dari enam bersaudara pasangan
dari suami istri bapak Sun Tamuge dan ibu Warni Mahmud.
Peneliti menyelesaikan sekolah dasar di SDN Inpres Karungo
pada tahun 2008. Pada tahun yang sama peneliti melanjutakan ke Madrasah
Tsanawiyah Al-Miftahulhikmah dan selesai pada tahun 2011, kemudian
melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Al-Muhajirin Manado dan selesai
pada tahun 2014. Setelah itu peneliti melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi
swasta Universitas Muhammadiyah Makassar Fakultas Agama Islam Program
Studi Komonikasi Dan Penyiaran Islam sampai tahun 2020.