Metode Baku Membangun Diagnosis Kecacatan Kusta.docx

5
Metode Baku Membangun Diagnosis Kecacatan Kusta Definisi cacat kusta Menurut WHO (1980) cacat kusta dapat dibedakan menjadi impairment, disability dan, handicap. Impairment adalah segala kehilangan atau abnormalitas struktur dan fungsi yang bersifat psikologik, fisiologik atau anatomi. Impairment dapat dibedakan menjadi primer (facial disfigurement, kerusakan saraf dan mata, kelainan kepribadian), dan sekunder (ulkus, pemendekan jari tangan dan kaki, dan destruksi tulang). Disability adalah segala keterbatasan atau kekurangmampuan untuk melakukan kegiatan dalam batas kehidupan yang normal bagi manusia (misalnya perawatan diri, mobilitas dan kebiasaan komunikasi). Handicap adalah ketidakmampuan persisten yang membatasi individu pada kehidupan normal di masyarakat (misalnya tidak memiliki pekerjaan, ketergantungan ekonomi dan fisik serta integrasi sosial). Jenis Kecacatan Kusta Cacat yang timbul pada penyakit kusta dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok (Wisnu dan Hadilukito, 2003) yaitu: a. Cacat primer. Pada kelompok cacat ini disebabkan langsung oleh aktivitas penyakit, terutama kerusakan akibat respon jaringan terhadap M. leprae. b. Cacat Sekunder. Cacat sekunder ini terjadi akibat cacat primer, terutama akan syaraf sensorik, motorik, dan otonom. Dearajat Kecacatan Kusta Terjadinya cacat pada penderita kusta disebabkan oleh kerusakan fungsi syaraf tepi, baik karena kuman kusta mupun karena terjadinya peradangan (neuritis) sewaktu keadaan reaksi kusta, kerusakan tersebut meliputi (Depkes RI, 2005):

Transcript of Metode Baku Membangun Diagnosis Kecacatan Kusta.docx

Metode Baku Membangun Diagnosis Kecacatan KustaDefinisi cacat kusta Menurut WHO (1980) cacat kusta dapat dibedakan menjadi impairment, disability dan, handicap. Impairment adalah segala kehilangan atau abnormalitas struktur dan fungsi yang bersifat psikologik, fisiologik atau anatomi. Impairment dapat dibedakan menjadi primer (facial disfigurement, kerusakan saraf dan mata, kelainan kepribadian), dan sekunder (ulkus, pemendekan jari tangan dan kaki, dan destruksi tulang). Disability adalah segala keterbatasan atau kekurangmampuan untuk melakukan kegiatan dalam batas kehidupan yang normal bagi manusia (misalnya perawatan diri, mobilitas dan kebiasaan komunikasi). Handicap adalah ketidakmampuan persisten yang membatasi individu pada kehidupan normal di masyarakat (misalnya tidak memiliki pekerjaan, ketergantungan ekonomi dan fisik serta integrasi sosial). Jenis Kecacatan Kusta Cacat yang timbul pada penyakit kusta dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok (Wisnu dan Hadilukito, 2003) yaitu:a. Cacat primer. Pada kelompok cacat ini disebabkan langsung oleh aktivitas penyakit, terutama kerusakan akibat respon jaringan terhadap M. leprae.b. Cacat Sekunder. Cacat sekunder ini terjadi akibat cacat primer, terutama akan syaraf sensorik, motorik, dan otonom.Dearajat Kecacatan KustaTerjadinya cacat pada penderita kusta disebabkan oleh kerusakan fungsi syaraf tepi, baik karena kuman kusta mupun karena terjadinya peradangan (neuritis) sewaktu keadaan reaksi kusta, kerusakan tersebut meliputi (Depkes RI, 2005):a. Kerusakan fungsi sensorik Kelainan fungsi sensorik ini menyebabkan terjadinya kurang/ mati rasa (anastesi). Akibat kurang/ mati rasa pada telapak tangan dan kaki dapat terjadi luka. Sedangkan pada kornea mata akan mengakibatkan kurang/hilangnya reflek kedip sehingga mata mudah kemasukan kotoran, benda-benda asing yang dapat menyebabkan infeksi mata dan akibatnya kebutaan.b. Kerusakan fungsi motorik Kekuatan otot tangan dan kaki dapat menjadi lemah/ lumpuh dan lamalama ototnya mengecil (atrofi) oleh karena tidak dipergunakan. Jari-jari tangan dan kaki menjadi bengkok ( claw hand/ claw toes ) dan akhirnya dapat terjadi kekakuan pada sendinya. Bila terjadi kelemahan/ kekakuan pada mata, kelopak mata tidak dapat dirapatkan (lagoptalmus).c. Kerusakan fungsi otonom Terjadinya gangguan kelenjar keringat, kelenjar minyak dan gangguan sirkulasi darah sehingga kulit menjadi kering, menebal, mengeras dan akhirnya dapat pecah-pecah. Pada umumnya apabila akibat kerusakan fungsi saraf tidak ditangani secara tepat dan cepat maka akan terjadi ketingkat yang lebih berat.Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecacatan1. Jenis kelamin Variasi kecacatan lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita. Untuk cacat tangan dan kaki sering dijumpai pada pria dari pada wanita dengan perbandingan kecacatan 2:1. Tingkat kecacatan cenderung laki-laki > perempuan. Hai ini berkaitan dengan pekerjaan, kebiasaan keluar rumah dan merokok (Muhammed et al., 2004). 2. UmurBerdasarkan hasil penelitian Muhammed et al. (2004), dari 500 penderita kusta diperoleh hasil tingkat kecacatan paling tinggi terjadi pada usia > 60 tahun (50%), kemudian umur 46 60 tahun (43,6%), dan terrendah pada umur 0 15 tahun (8,3%) 3. PendidikanRendahnya tingkat pendidikan dapat mengakibatkan lambatnya pencarian pengobatan dan diagnosis penyakit, hal ini dapat mengakibatkan kecacatan pada penderita kusta semakin parah (Peter dan Eshiet, 2002). 4. Reaksi kustasuatu periode mendadak dalam perjalanan kronis penyakit kusta yang merupakan reaksi kekebalan (Cellular response) dan reaksi antigen dan anti bodi dengan akibat merugikan penderita. Reaksi ini dapat terjadi pada penderita sebelum mendapat pengobatan, dalam pengobatan maupun setelah pengobatan.

Diagnosis banding1. Dermatofitosis

2.

Cara Pencegahan Kecacatan Kusta1. Untuk Upaya pencegahan cacat primer, meliputi:diagnosis dini pengobatan secara teratur dan akuratdiagnosis dini dan penatalaksanaan reaksi2. Upaya pencegahan sekunder, meliputi: Perawatan diri sendiri untuk mencegah luka Latihan fisioterapi pada otot yang mengalami kelumpuhan untuk mencegah terjadinya kontraktur Bedah rekonstruksi untuk koreksi otot yang mengalami kelumpuhan agar tidak mendapat tekanan yang berlebihan Bedah septik untuk mengurangi perluasan infeksi, sehingga pada proses penyembuhan tidak terlalu banyak jaringan yang hilang Perawatan mata, tangan dan atau kaki yang anestesi atau mengalami kelumpuhan otot.

Prinsip yang penting pada perawatan sendiri untuk pencegahan cacat kusta adalah: pasien mengerti bahwa daerah yang mati rasa merupakan tempat risiko terjadinya luka pasien harus melindungi tempat risiko tersebut (dengan kaca mata, sarung tangan, sepatu, dll) pasien mengetahui penyebab luka (panas, tekanan, benda tajam dan kasar) pasien dapat melakukan perawatan kulit (merendam, menggosok, melumasi) dan melatih sendi bila mulai kaku penyembuhan luka dapat dilakukan oleh pasien sendiri dengan membersihkan luka, mengurangi tekanan pada luka dengan cara istirahat