_metlit Bab 6 (Desain Penelitian)

download _metlit Bab 6 (Desain Penelitian)

of 11

description

_metlit Bab 6 (Desain Penelitian)_metlit Bab 6 (Desain Penelitian)_metlit Bab 6 (Desain Penelitian)_metlit Bab 6 (Desain Penelitian)_metlit Bab 6 (Desain Penelitian)_metlit Bab 6 (Desain Penelitian)_metlit Bab 6 (Desain Penelitian)_metlit Bab 6 (Desain Penelitian)

Transcript of _metlit Bab 6 (Desain Penelitian)

BAB 6PROSES PENELITIAN (LANGKAH 6 : RANCANGAN/DESAIN PENELITIAN)Setelah mengidentifikasi variabel dalam suatu situasi masalah dan mengembangkan kerangka teoritis, langkah berikut adalah mendesain penelitian sehingga data yang diperlukan dapat dikumpulkan dan dianalisis untuk sampai pada solusi.

PROSES PENELITIAN

Desain penelitian atau rancangan penelitian menurut John Creswell adalah rencana dan prosedur penelitian yang meliputi dari asumsi-asumsi luas hingga metode-metode rinci dalam pengumpulan dan analisis data. Desain tersebut melibatkan rancangan keputusan seperti apa yang seharusnya digunakan untuk meneliti topic tertentu. Misalnya dalam penelitian, para peneliti perlu mengambil keputusan terkait dengan asumsi-asumsi filosofis yang mendasari penelitian mereka, prosedur-prosedur penelitian, dan metode-metode spesifik yang akan mereka gunakan dalam pengumpulan, analisis dan interpretasi data.

DESAIN PENELITIAN

TUJUAN STUDI : Eksploratif, Deskriptif, Pengujuan Hipotesis (Analitis Dan Prediktif), Analisis Studi KasusStudi mungkin bersifat eksploratif atau deskriptif atau dilakukan untuk menguji hipotesis. Studi kasus merupakan penyelidikan studi yang dilakukan dalam situasi organisasi lain yang mirip, yang juga merupakan metode pemecahan masalah atau untuk memahami fenomena yang diminati dan menghasilkan pengetahuan lebih lanjut. Sifat studi bergantung pada tahap peningkatan pengetahuan mengenai topic yang ditelitiStudi EksploratifStudi eksploratif (exploratory study) dilakukan jika tidak banyak yang diketahui mengenai situasi yang dihadapi atau tidak ada informasi yang tersedia mengenai bagaimana masalah atau isu penelitian yang mirip diselesaikan di masa lalu. Intinya, studi eksploratif dilakukan dalam bidang tersebut. Sejumlah studi kualitatif (yang dikumpulkan melalui kuesioner dan sebagainya) dimana data diperoleh melalui pengamatan atau wawancara, adalah eksploratif dalam sifatnya. Studi eksploratif juga dilakukan ketika sejumlah fakta diketahui, tetapi diperlukan lebih banyak informasi untuk menyusun kerangka teoritis yang kukuh.

Studi Deskriptif

Studi deskriptif (descriptive study) dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan karakteristik variable yang diteliti dalam suatu situasi. Cukup sering studi deskriptif dilakukan dalam organisasi untuk mempelajari dan menjelaskan karakteristik sebuah kelompok karyawan. Studi deskriptif juga dilakukan untuk memahami karakteristik organisasi yang mengikuti praktek umum tertentu. Tujuan studi deskriptif adalah memberikan kepada peneliti sebuah riwayat atau untuk menggambarkan aspek-aspek yang relevan dengan fenomena perhatian dari perspektif seseorang, organisasi, orientasi industry dan lainnya.

Studi deskriptif yang menampilkan data dalam bentuk yang bermakna dapat membantu untuk (1) Memahami karakteristik sebuah kelompok dalam situasi tertentu, (2) Memikirkan secara sistematis mengenai berbagai aspek dalam situasi tertentu, (3) Memberikan gagasan untuk penyelidikan dan penelitian lebih lanjut, dan/atau (4) Membuat keputusan tertentu yang sederhana.

Pengujian Hipotesis

Studi yang termasuk dalam pengujian hipotesis biasanya menjelaskan sifat hubungan tertentu, atau menentukan perbedaan antar kelompok atau kebebasan dua atau lebih factor dalam suatu situasi. Dalam pengujian hipotesis peneliti bergerak melampaui deskripsi variable dalam suatu situasi ke pemahaman terhadap hubungan antar factor yang diteliti. Analisis Studi Kasus

Studi kasus meliputi analisis kontekstual dan mendalam terhadap hal yang berkaitan dengan situasi serupa dalam organisasi lain. Studi kasus sebagai sebuah teknik pemecahan masalah, tidak sering dilakukan dalam organisasi karena penemuan jenis masalah yang sama dalam konteks perbandingan dengan yang lainnya adalah sulit, karena keengganan perusahaan untuk menyingkapkan permasalahan mereka. Namun, studi kasus yang bersifat kualitatif adalah berguna adalah berguna dalam menerapkan solusi pada masalah terkini berdasarkan pengalaman pemecahan masalah di masa lalu. Hal tersebut juga berguna dalam memahami fenomena tertentu, dan menghasilkan teori lebih lanjut untuk pengujian empiris.

Tinjauan Tujuan Studi Keketatan metodologi meningkat saat kita bergerak secara progresif dari studi eksploratif ke studi pengujian hipotesis, dan dengan itu biaya penelitian juga meningkat. Peningkatan ukutan sampel, banyak metode pengumpulan data, pengembangan alat ukur yang canggih akan menambah biaya penelitian meskipun hal tersebut berkontribusi besar bagi keterujian, keakuratan, ketepatan dan kemampuan untuk generalisasi.JENIS INVESTIGASI : Kausal Versus KorelasionalManajer harus menentukan apakah yang diperlukan adalah studi kausal (causal study) atau korelasi (correlation) untuk menemukan jawaban atas persoalan yang dihadapi. Yang pertama dilakukan adalah menentukan hubungan sebab akibat yang definitive. Tetapi, jika yang diinginkan manajer adalah sekedar identifikasi factor-faktor penting yang berkaitan dengan masalah, maka studi korelasional dipilih.Studi dimana peneliti ingin menemukan penyebab dari satu atau lebih masalah disebut studi kausal (causal study). Jika peneliti berminat untuk menemukan variable penting yang berkaitan dengan masalah, studi tersebut disebut studi korelasi (correlational study)

TINGKAT INTERVENSI PENELITI TERHADAP STUDI

Tingkat intervensi peneliti terhadap arus kerja normal di tempat kerja mempunyai keterkaitan langsung dengan apakah studi yang dilakukan adalah kausal atau korelasional. Studi korelasional dilakukan dalam lingkungan alami organisasi dengan intervensi minimum oleh peneliti dan arus kerja yang normal. Misalnya, jika seorang peneliti ingin mempelajari factor yang mempengaruhi efektivitas pelatihan (studi korelasional), yang harus dilakukan adalah menyusun kerangka teoritis, mengumpulkan data relevan, dan menganalisisnya untuk menghasilkan temuan. Meskipun ada sejumlah gangguan pada arus kerja normal dalam system saat peneliti mewawancarai karyawan dan menyebarkan kuesioner ditempat kerja, intervensi peneliti dalam fungsi rutin system adalah minimal jika dibandingkan dengan yang disebabkan selama studi kausal.Dalam studi yang dilakukan untuk menentukan sebab-akibat, peneliti mencoba untuk memanipulasi variable tertentu untuk mempelajari akibat manipulasi tersebut pada variable terikat yang diteliti. Dengan kata lain, peneliti dengan sengaja mengubah variable tertentu dalam konteks dan mengintervensi peristiwa sejauh peristiwa tersebut terjadi secara normal dalam organisasi.

SITUASI STUDI : Diatur dan Tidak Diatur

Penelitian organisasi dapat dilakukan dalam lingkungan yang alami, dimana pekerjaan berproses secara normal (dalam situasi tidak diatur) atau dalam keadaan artificial dan diatur. Studi korelasi selalu dilakukan dalam situasi tidak diatur sedangkan kebanyakan studi kausal yang ketat dilaksanakan dalam situasi lab yang diatur.

Studi korelasional yang dilakukan dalam organisasi disebut studi lapangan. Studi yang dilakukan untuk menentukan hubungan sebab-akibat menggunakan lingkungan alami yang sama, dimana karyawan berfungsi secara normal disebut eksperimen lapangan (field experiment)Eksperimen yang dilakukan untuk menentukan hubungan sebab-akibat yang melampaui kemungkinan dari setidaknya keraguan memerlukan pembuatan sebuah lingkungan yang artificial dan teratur, dimana semua factor asing dikontrol dengan ketat. Subjek yang sama dipilih untuk merespon stimuli tertentu yang dimanipulasi. Studi tersebut dianggap sebagai eksperimen lab (lab experiment).

UNIT ANALISIS : Individual, Pasangan, Kelompok, Organisasi, KebudayaanUnit analisis merujuk pada tingkat kesatuan data yang dikumpulkan selama tahap analisis data selanjutnya. Jika misalnya pertanyaan berfokus pada bagaimana meningkatkan tingkat motivasi karyawan secara umum, maka kita memperhatikan individu karyawan organisasi dan harus menemukan apa yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan motivasi mereka. Dalam hal ini unit analisis adalah individu (individual).Jika peneliti berminat mempelajari interaksi dua orang, maka beberapa kelompok dua orang dikenal sebagai pasangan (dyads) akan menjadi unita analisis. Jika pernyataan berkaitan dengan efektivitas kelompok, maka unit analisisnya adalah pada tingkat kelompok. Kita mungkin mengumpulkan data relevan dari semua orang yang terbagi atas enam kelompok, kita akan menjumlahkan data individu kedalam data kelompok untuk melihat perbedaan diantara keenam kelompok (groups). Bila kita membandingkan departemen yang berbeda dalam organisasi, maka analisis data akan dilakukan pada tingkat departeme (departemen sebagai unit analisis).Adalah perlu untuk memutuskan tentang unit analisis, bahkan saat kita merumuskan pertanyaan penelitian karena metode pengumpulan data, ukuran sampel, dan bahkan variable yang termasuk dalam kerangka mungkin terkadang ditentukan oleh tingkat dimana data dijumlahkan untuk analisis.

HORIZON WAKTU : Studi Cross-Sectional Versus LongitudinalStudi Cross-SectionalSebuah studi dapat dilakukan dengan data yang hanya sekali dikumpulkan, mungkin selama periode harian, mingguan, atau bulanan, dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian. Studi semacam itu disebut studi one-shot atau cross-sectional.

Studi LongitudinalDalam sejumlah kasus, peneliti mungkin ingin mempelajari orang atau fenomena pada lebih dari satu batas waktu dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian. Misalnya peneliti mungkin ingin mempelajari perilaku karyawan sebelum dan sesudah pergantian manajemen puncak. Karena data yang dikumpulkan dalam dua batas waktu berbeda (membujur/longitudinal) melintas suatu periode waktu. Studi semacam itu, jika data variable terikat dikumpulkan pada dua atau lebih batas waktu untuk menjawab pertanyaan penelitian, disebut studi longitudinal.TINJAUAN UNSUR-UNSUR DESAIN PENELITIANPeneliti akan menentukan keputusan yang tepat untuk dibuat dalam desain studi berdasarkan definisi masalah, tujuan penelitian, tingkat keketatan yang diinginkan dan pertimbangan biaya. Kadang karena waktu dan biaya, seorang peneliti mungkin terbatas untuk menyelesaikan kurang dari desain penelitian idealJENIS DESAIN PENELITIAN

1. Cross-Sectional

Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Penelitian cross sectional ini sering disebut juga penelitian transversal, dan sering digunakan dalam penelitian-penelitian epidemiologi.

Kelebihan

1. Relatif cepat dan murah untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasa.

2. Mudah dilaksanakan karena pengukuran variabel-variabel hanya dilakuakn satu kali, pada satu saat (tidak ada follow-up).

3. Menghasilkan hipotesis spesifik untuk penelitian anlitis.

4. Dapat digunakan untuk mengetahui prevalensi penyakit dan masalah kesehatan lainnya pada masyarakat.

Kelemahan

1. Subyek penelitian bsar bila variabelnya banyak.

2. Kesimpulan korelasi faktor risiko dengan efek lemah.

3. Hubungan waktu tidak bisa ditentukan sehingga peran logika dan teori penting.

4. Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akurat.

5. Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan (nilai prognostiknya lemah).

6. Tidak tepat untuk meneliti penyakit yang durasinya pendek

Contoh:

Penelitian tentang hubungan bentuk tubuh dengan hipertensi. Maka peneliti memilih suatu populasi untuk dijadikan penelitian, memilih sampel penelitian secara random , kemudian dari masing-masing sampel tersebut diambil data dengan wawancara menderita hipertensi atau tidak (efek), dan pada saat yang sama juga diambil data paparan yaitu bentuk tubuh (gemuk atau kurus) dengan metode observasi. Kemudian dihitung proporsi penderita hipertensi yang gemuk dan yang kurus, serta yang bukan penderita hipertensi yang gemuk dan yang kurus. Maka dapat disimpulkan hubungan antara bentuk tubuh dan hipertensi.

2. Case Control

Rancangan epidemiologis yang mempelajari hubungan antara paparan (amatan penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Mempelajari seberapa jauh f risiko mempengaruhi terjadinya efek. f risk dipelajari melalui pendekatan retrospektif efek diidentifikasi saat ini, f risk diidentifikasi masa lalu.

Langkah-langkah Case Control :

o Menetapkan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai

o Menetapkan variabel penelitian

o Menetapkan subjek penelitian

o Melakukan pengukuran variabel

o Analisis hasil

Ciri-ciri Penelitian Case Control

Pemilihan subyek berdasarkan status penyakitnya, untuk kemudian dilakukan amatan apakah subyek mempunyai riwayat terpapar atau tidak. Subyek yang didiagnosis menderita penyakit disebut: Kasus berupa insidensi yang muncul dan populasi, sedangkan subyek yang tidak menderita disebut Kontrol.Jenis penelitian ini dapat saja berupa penelitian restrospektif bila peneliti melihat ke belakang dengan menggunakan data yang berasal dari masa lalu atau bersifat prospektif bila pengumpulan data berlangsung secara berkesinambungan sering dengan berjalannya waktu. Idealnya penelitian kasus kontrol itu menggunakan kasus (insiden) baru untuk mencegah adanya kesulitan dalam menguraikan faktor yang berhubungan dengan penyebab dan kelangsungan hidup.

Karakteristik Penelitian Case Control

o Merupakan penelitian observasional yang bersifat retrospektif

o Penelitian diawali dengan kelompok kasus dan kelompok kontrol

o Kelompok kontrol digunakan untuk memperkuat ada tidaknya hubungan sebab-akibat

o Terdapat hipotesis spesifik yang akan diuji secara statistik

b) Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Case Control

Kelebihan :

Cocok untuk mempelajari penyakit yg jarang ditemukan

Hasil cepat, ekonomis

Subjek penelitian bisa lebih sedikit

Memungkinkan mengetahui sejumlah faktor risiko yang mungkin berhubungan dengan penyakit

Kesimpulan korelasi > baik, krn ada pembatasan dan pengendalian f risk

Tidak mengalami kendala etik.

Kelemahan :

Bias

Tdk diketh pengaruh variabel luar yg tak terkendali dgn teknik matching

Pemilihan kontrol dgn mathcing akan sulit bila faktor risiko yg di matchingkan banyak

Kelompok kasus dan kontrol tidak random apakah faktor luar seimbang?

c) Contoh Penyakit Tidak Menular dalam Penelitian ini

Penelitian kasus kontrol tentang hubungan antara rokok dan kanker paru-paru dengan menggunakan pendekatan atau rancangan prospektif.

3. Cohort

Penelitian cohort sering disebut penelitian prospektif adalah suatu penelitian survei (non eksperimen) yang paling baik dalam mengkaji hubungan antara faktor risiko dengan efek (penyakit). Artinya, faktor risiko yang akan dipelajari diidentifikasi dahulu, kemudian diikuti ke depan secara prospektif timbulnya efek, yaitu penyakit atau salah satu indikator status kesehatan.

Kelebihan

1. Studi kohort merupakan desain yang terbaik dalam menentukan insidens dan perjalanan penyakit atau efek yang diteliti.

2. Dapat dipakai untuk mengetahui ada tidaknya asosiasi antara faktor risiko dan penyakit.

3. Dapat memberi keterangan yang lebih lengkap mengenai faktor risiko yang dialami oleh indvidu dan riwayat alamiah perjalanan penyakit.

4. Dapat sangat mereduksi bias informasi. Tidak akan terjadi masalah recall atau memori.

5. Masalah etika lebih sedikit dibandingkan dengan study eksperimental.

6. Dapat dipakai langsung untuk menghitung insidens rate dari penyakit dan risiko relatif dari faktor risiko yang sedang diteliti.

7. Informasi mengenai studi mudah dimengerti oleh orang yang bukan ahli epidemiologi.

8. Karena pengamatan dilakukan secara kontinu dan longitudinal, maka studi kohort memiliki kekuatan yang andal untuk meneliti berbagai masalah kesehatan yang semakin meningkat.

Kelemahan

1. Memerlukan ukuran sampel yang besar, terutama untuk jenis penyakit yang sedikit dijumpai dimasyarakat. Hendaklah dihindari dengan memilih kasus yang sering terjadi, atau penyakit yang tidak kompleks.

2. Memerlukan waktu follow up yang cukup lama. Untuk itu perlu dipilih penyakit-

penyakit yang mempunyai masa inkubasi yang singkat.

3. Biaya yang diperlukan selama studi cukup besar dan mahal.

4. Follow up kadang-kadang sulit dilaksanakan dan loss follow up dapat mempengaruhi hasil penelitian.

5. Studi kohort seringkali rumit. Untuk menghindarinya pilihlah populasi yang stabil, dan tidak berpindah-pindah tempat.

6. Kurang efisien segi waktu maupun biaya untuk meneliti kasus yang jarang terjadi.

7. Terancam terjadinya drop out atau terjadinya perubahan intensitas paparan atau faktor risiko akan dapat mengganggu analisis.

8. Dapat menimbulkan masalah etika oleh karena peneliti membiarkan subyek tekena paparan yang dicurigai atau dianggap dapat merugikan subyek. Hendaknya memilih faktor risiko atauexposure yang tidak berbahaya.

Contoh:

Peneitian kohort prospektik meneliti hubungan obesitas dengan diabetes. Penelitian di mulai ketika subjek penelitian mengalami yang mengalami obesitas (faktor yang di duga sebagai penyebab diabetes). Kemudian perkembangan sampel diikuti misalnya sampai 10 tahun, apakah dalam jangka waktu 10 tahun tersebut subjek mengalami efek yang dimaksud. Dibandingkan dengan sampel kelompok lain yang tidak mengalami obesitas apakah mengalami diabetes pula dalam jangka waktu tersebut.

Penelitian epidemiologi

Secara sederhana, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut :

1. Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross Sectional Study/studi potong lintang/studi prevalensi atau survei.

2. Epidemiologi analitik : terdiri dari :

a. Non eksperimental :

1) Studi kohort / follow up / incidence / longitudinal / prospektif studi. Kohort diartiakan sebagai sekelompok orang. Tujuan studi mencari akibat (penyakitnya).

2) Studi kasus kontrol/case control study/studi retrospektif. Tujuannya mencari faktor penyebab penyakit.

3) Studi ekologik. Studi ini memakai sumber ekologi sebagai bahan untuk penyelidikan secara empiris faktor resiko atau karakteristik yang berada dalam keadaan konstan di masyarakat. Misalnya, polusi udara akibat sisa pembakaran BBM yang terjadi di kota-kota besar.

b. Eksperimental. Dimana penelitian dapat melakukan manipulasi/mengontrol faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian dan dinyatakan sebagai tes yang paling baik untuk menentukan cause and effect relationship serta tes yang berhubungan dengan etiologi, kontrol, terhadap penyakit maupun untuk menjawab pertanyaan masalah ilmiah lainnya. Studi eksperimen dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :

1) Clinical Trial. Contoh :

a) Pemberian obat hipertensi pada orang dengan tekanan darah tinggi untuk mencegah terjadinya stroke.

b) Pemberian Tetanus Toxoid pada ibu hamil untuk menurunkan frekuensi Tetanus Neonatorum.

2) Community Trial. Contoh : Studi Pemberian zat flourida pada air minum.