Merekayasa Lingkungan Anak
description
Transcript of Merekayasa Lingkungan Anak
Pleno 2
Merekayasa Lingkungan Anak
Dr. Julianto Simanjuntak
Curriculum Vitae
Dr. Julianto Simanjuntak menikah dengan Roswitha Ndraha dan dikaruniai dua putra, Josephus
(20) dan Moze (16). Ia bekerja sebagai terapis keluarga dan kesehatan mental, juga menjadi
tenaga pengajar bidang konseling, rutin memberikan seminar pemberdayaan di bidang konseling.
Rutin memberikan seminar pemberdayaan di bidang konseling dan pendidikan di lebih dari 80
kota. Mereka mendirikan LK3 (Layanan Konseling Keluarga dan Karir) dan Yayasan Pelikan.
Mereka juga menulis buku-buku konseling yang diterbitkan oleh Gramedia, Visi, dan Andi. Dr.
Julianto mendapatkan piagam penghargaan dari Ketua Badan Narkotika Nasional (BNN) di Bali
pada tahun 2006 atas kiprah pelayanannya diantara pecandu narkoba.
Kontak
Website : www.juliantosimanjuntak.com
Twitter : @PeduliKeluarga dan @DrJSimanjuntak
Appstore : www.juliantobooks.mahoni.com
Merekayasa Lingkungan Anak(Merekayasa yang dimaksud adalah mengupayakan dengan sungguh-sungguh agar anak
mempunyai lingkungan yang baik untuk bertumbuh)
“Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya,
orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman.”
(1 Timotius 5:8)
Perkataan ini keras. Orang yang tidak merawat keluarganya lebih buruk dari atheis, dan
identik dengan seorang murtad. Sebagai terapis perkawinan saya menjumpai banyak perkawinan
yang dimulai dengan cinta berakhir dengan konflik bahkan perceraian. Ternyata cinta (saja)
tidaklah cukup bagi sebuah perkawinan. Perlu keterampilan merawat cinta tersebut. Motor atau
mobil kita rawat, setidaknya rutin tune-up. Wajah dan rambut kita rawat, tanaman juga demikian.
Cinta dan keluarga juga perlu dirawat.
Berkat Keluarga
Keluarga adalah berkat terbesar kedua setelah penebusan Kristus. Allah menyelamatkan
kita di dalam dan melalui keluarga. Kristus dilahirkan dalam sebuah keluarga untuk rencana
keselamatan Allah. Keluarga ditetapkan sebagai mitra Allah menyelamatkan manusia. Kehadiran
Tuhan dalam pernikahan dan keluarga kita membuat hidup sungguh bermakna. Sebaliknya
kehadiran keluarga disekitar kita membuat kita merasakan kehadiran Tuhan.
Firman Tuhan berkata : Istri adalah kasih karunia dan anak-anak adalah milik pusaka dari
Tuhan. Ada beberapa catatan Kitab Suci betapa istimewanya keluarga sehingga layak menjadi
berkat terbesar kedua setelah pengampunan Kristus.
Pertama, pernikahan merupakan insiatif Tuhan. Kejadian 1:26-27, dirancang sebagai
mitra-Nya untuk menyelamatkan manusia berdosa.
Kedua, keluarga adalah tempat lahir dan dibesarkannya orang-orang besar dan berguna.
Para tokoh, pejuang, pahlawan, pemimpin dan pelayan masyarakat juga lahir dari sebuah
keluarga. Dalam anugerah-Nya Tuhan memilih. Kita boleh jadi orang biasa saja saat ini. Tapi
kelak ada diantara anak-cucu kita dipakai luar biasa, Mungkin seratus atau empat ratus tahun
mendatang. Abraham menjadi contoh, setelah meninggal ratusan tahun kemudian lahir banyak
raja dan pahlawan hingga Juruselamat dunia.
Ketiga, perkawinan bersifat “trialog”. Tuhan hadir di dalam relasi suami-istri, orang tua
dan anak. Dimana dua tiga orang berkumpul Tuhan hadir mendengar doa-doa keluarga Keluarga
yang berdoa bersama akan tetap tinggal selamanya.
Keempat, menjadi orang tua merupakan jabatan istimewa, posisi yang tidak tergantikan.
Demikian juga menjadi istri dan suami. Jabatan lain bias digantikan, menjadi orang tua tidak
bisa.
Kelima, beberapa penelitian membuktikan perkawinan yang sehat dapat menjadi sarana
pemulihan hidup dari trauma masa lalu. Keluarga terbukti menjadi benteng stress yang aman
dan murah. Keluarga yang sehat juga penunjang karir yang baik.
Merekayasa Lingkungan Anak
Firman Tuhan di Mazmur 112:1-3, Tuhan menghendaki anak-anak yang kita besarkan
menjadi anak perkasa atau tangguh. Ciri-ciri anak tangguh adalah percaya diri, disiplin,
pemberani dan bertanggung jawab.
Tetapi, kondisi lingkungan anak-anak kita saat ini semakin tidak kondusif, sehingga ada
beberapa kondisi yang perlu kita ciptakan. “Butuh orang sekampung untuk membesarkan anak,”
kata Hillary Clinton. Ada 10 hal yang perlu diupayakan, yaitu
1. Orangtua yang hidup takut akan Tuhan. Beribadah dan menyerahkan anak-anak dalam
doa setiap hari. Hidup jujur dan saleh, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Orang
tua mengajarkan Firman Tuhan kepada anak sebagai pedoman hidup. Menciptakan
ibadah keluarga yang hangat.
2. Mengajar dengan hati dan mata. Anak butuh kehadiran dan kehangatan. Hal inilah yang
tidak dapat tergantikan, yaitu sentuhan atau emotional attachment. Anak tidak akan
mendapat hal ini dari teknologi digital, game, dlsbg selain daripada orang tua sendiri.
Mengajar dengan teladan. Anak-anak saat ini kehilangan figur teladan dan tempat untuk
bertanya.
3. Mengutamakan anak-anak dari sekian banyak prioritas, tidak mengorbankan anak dengan
alasan apapun. Berikan waktu-waktu khusus untuk anak yang satu dan anak yang lainnya.
Jikalau sedang ingin menitipkan anak kita, pikirkanlah kepada siapa kita menitipkan dan
perhatikanlah media-media yang digunakan.
4. Finansial yang memadai. Baik untuk gizi, pendidikan hingga rekreasi anak. (Ayat 3)
Untuk itu kita perlu bekerja keras. Jika kita mengasihi anak kita, maka kita akan punya
dorongan energi untuk mencukupi kebutuhan anak.
5. Menyediakan kebutuhan emosi dan sarana rekreasi: termasuk game, film, serta internet
yang sehat.
6. Berkomunikasi sesuai kebutuhan anak: makan bersama, bercerita, bermain bersama,
bercanda, dsb. Setiap anak punya kebutuhan bahasa cinta yang berbeda.
7. Tinggal di lingkungan rumah atau kompleks yang sehat dan cocok bagi anak. Geografi
sangat penting. Kamar harus dipisah dengan orang tua, kakak dan adik. Kemudian, kita
perlu hati-hati dengan tamu yang tinggal, mungkin dapat menjadi ancaman. (Pembicara
bercerita bahwa pernah ada anak muda yang ternyata homoseksual, bagaimana jika ia
tidak hati-hati dan mempersilahkan tamu untuk menginap di kamar anaknya.)
8. Menyediakan lingkungan sekolah di tempat yang cukup baik dan membuat dia tumbuh
dan belajar. Bersahabat dengan teman anak-anak. Perhatikan sistem nilai, guru-guru yang
mengajar, dlsbg.
9. Menyediakan lingkungan pembinaan iman dan pergaulan yang sehat buat anak.
Memilihkan gereja untuk anak. Utamakanlah kebutuhan anak dibandingkan keanggotaan
gereja.
10. Rutin berkomunikasi dan kreatif mengajar. Tidak membosankan. Kreatif dalam
mendisiplin serta tidak malu meminta maaf jika berbuat salah dengan anak. Komponen
komunikasi tidak hanya isi kata-kata, tapi anak terutama akan melihat ekspresi pada
mulanya, intonasi dan situasi.
Jadi, orang tua perlu bekerja sama bukan saja di dalam keluarga, tetapi dengan guru-guru, orang-
orang tua lainnya.
Putuskan Rantai
Ada beberapa kesalahan orang tua yang harus kita putuskan, jangan diulangi, yaitu
1. Membeda-bedakan anak satu dengan lainnya (favoritism)
2. Membanding-bandingkan situasi anak sekarang dengan masa lalu kita saat masih kecil
(veteranism)
3. Menganggap anak sekedar investasi dan sumber kebanggaan orang tua. Berharap anak
menjaga kita di masa tua, dan menjadikan anak sumber kebahagiaan dan kebanggaan
orang tua.
4. Membiarkan anak tumbuh begitu saja tanpa pengarahan, tanpa teladan. Kurang memberi
waktu dan tidak menjadi teladan yang baik bagi anak.
5. Mengharapkan anak kelak membalas jasa orang tua, menuntut anak. Anak diharap
membalas jasa dan mengatur jumlah uang yang harus disetor, menetapkan jatah, tsb.
6. Orang tua tidak kompak atau sering cekcok.
Penutup
Anak adalah milik pusaka dan istri adalah kasih karunia. Tuhan memberkati kita di dalam dan
melalui keluarga. Peran kita sebagai ayah/ibu dan suami/istri sangat istimewa dan tidak
tergantikan. Selama kita hidup, keluarga wajib dirawat dengan emosi, waktu, tenagam
lingkungan sehat dan finansial yang memadai. Keluarga menjadi poros aktivitas anak kita. Anak
dan pasangan tidak minta kita sempurna, tetapi hendaklah kita menjalankan fungsi kita
sebaik-baiknya.