Mereguk Kearifan Para Kiai - s3.amazonaws.com · lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling...
Transcript of Mereguk Kearifan Para Kiai - s3.amazonaws.com · lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling...
MEREGUK
KEARIFAN
PARA
KIAI
Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak eko nomi sebagai mana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling ba nyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Peng gunaan Secara Komer sial dipidana dengan pidana penjara pa ling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Peng gunaan Secara Komer sial di pidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda pa ling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, di pidana de ngan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Jamal Ma’mur Asmani
Penerbit PT Elex Media Komputindo
MEREGUK
KEARIFAN
PARA
KIAI
Mereguk Kearifan Para Kiai
Jamal Ma’mur Asmani
Editor: Hediansyah
© 2018, PT Elex Media Komputindo, Jakarta
Hak cipta dilindungi undang-undang
Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Elex Media Komputindo
Kompas - Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta
718100400
ISBN: 978-602-4-5620-1
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau
seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta
Isi di luar tanggung jawab percetakan
Pengantar
Cahaya Kegelapan v
Bab 1: Ulama, Lentera Hati 1
Deinisi dan Kompetensi Ulama 4
Tanggung Jawab Ulama 16
‘Alaqah Bathiniyah Ulama-Umat 19
Fenomena Krisis Ulama 22
Urgensi Kaderisasi Ulama 25
Bab 2: Sang Pencerah Hati 31
KH. M. Hasyim Asy’ari 32
KH. Abdullah Zein Salam 40
KH. Mahfudz Anwar 48
KH. Ahmad Nai’ Abdillah 64
KH. As’ad Syamsul Ariin 95
Bab 3: Sang Pencerah Gagasan 105
KH. Ahmad Fayumi Munji 106
KH. MA. Sahal Mahfudh 114
Daftar Isi
xiv Mereguk Kearifan Para Kiai
KH. Ali Ma’shum 130
KH. Ali Yaie 138
KH. M. Quraish Shihab 147
KH. A. Mustafa Bisri 163
KH. Said Aqil Siradj 172
KH. Ma’ruf Amin 185
KH. Ishomuddin Hadziq 198
KH. Ali Mustafa Ya’qub 211
KH. Ahmad Hasyim Muzadi 218
Penutup 223
Datar Pustaka 225
Tentang Penulis 229
Bab 1
Ulama, Lentera Hati
2 Mereguk Kearifan Para Kiai
Kehidupan dunia penuh dengan drama penipuan, ketidak-
adilan, kebengisan, dan kebencian. Nafsu hewan yang diba-
lut dalam nafsu jahat menguasai manusia dan mendorong-
nya melakukan kejahatan, kedurhakaan, dan penyelewenangan tanpa
henti. Manusia sebenarnya mempunyai dua potensi, positif dan negatif.
Potensi positif manusia tidak lepas dari anugerah akal dan hati yang
diberikan Allah yang jika dimaksimalkan untuk meningkatkan ilmu
dan mendekatkan diri kepada Allah, maka manusia akan semakin ber-
sinar. Sedangkan potensi negatif manusia disebabkan nafsu yang ada
pada manusia yang bisa menjerumuskan manusia ke jalan yang penuh
dengan kesesatan dan kedurhakaan yang bertentangan dengan aturan
agama yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya.
Nafsu sebenarnya pemberian agung Allah kepada manusia, karena
dengan nafsu manusia melangsungkan pernikahan untuk melanjutkan
sejarah eksistensi manusia. Nafsu juga menjadikan manusia sebagai so-
sok idealis yang penuh semangat mengejar cita-cita hidup. Namun, jika
nafsu dikendalikan godaan-godaan destruktif, maka manusia ada da-
lam bahaya. Manusia bisa beringas dan kejam, melebihi hewan. Ia tega
menganiaya dan membunuh orang lain tanpa perikemanusiaan.
Godaan-godaan destruktif manusia disebabkan banyak hal. Dalam
bahasa agama, ada makhluk yang bertugas menggoda manusia supaya
tergelincir ke lubang kehancuran. Makhluk tersebut disebut setan. Se-
tan tidak mempunyai kekuatan memaksa, tapi hanya menggoda dengan
segala cara. Sejak ia dikeluarkan dari surga, maka aura balas dendam
kepada Nabi Adam dan anak cucunya akan terus bergelora sepanjang
masa. Jika manusia berpegang teguh kepada aturan Allah dan Rasul-
Nya, maka godaan setan tidak mampu menjerumuskannya. Namun,
jika manusia berpaling dari aturan Allah dan Rasul-Nya, maka godaan
setan ibarat pelicin yang mempercepat tergelincirnya manusia.
Selain setan, sesuatu yang justru paling besar pengaruhnya dalam
mencelakakan manusia adalah lingkungan yang merusak. Lingkung-
an tersebut terdiri atas teman pergaulan dan budaya masyarakat yang
3Bab 1: Ulama, Lentera Hati
membawa seseorang ke jurang neraka. Oleh sebab itu, dalam Islam
seseorang dianjurkan untuk memilih tempat dan lingkungan yang
membawa kepada persemaian ajaranajaran Islam yang suci dan agung.
Untuk menghindari efek negatif pergaulan, Islam memerintahkan
umatnya untuk bergaul dengan orangorang baik (saleh) yang mampu
mendorongnya ke jalan kebenaran duniaakhirat. Salah satu wujud
teman yang baik yang sangat dibutuhkan manusia dalam menerangi
jalannya kehidupan ini sehingga manusia berada dalam naungan rida
Allah Swt., adalah ulama, atau dalam bahasa jawa lebih populer dengan
sebutan kiai.
Ulama atau kiai adalah igur orangorang yang suci hatinya, tajam
nuraninya, dalam ilmunya, dan agung moralitasnya untuk membim
bing manusia ke jalan kebenaran yang digariskan Allah Swt. Jika dunia
dibiarkan tanpa sentuhan para ulama, maka kehancuran dan kebinasa
an akan melanda dunia. Ulama adalah pelita dunia dan akhirat1 yang
eksistensi dan kontribusi besarnya bagi peradaban umat manusia sangat
besar dan selalu dibutuhkan sepanjang masa. Dalam konteks Jawa, kiai
termasuk salah pemimpin Islam yang paling dominan karena mampu
memainkan peranan menentukan dalam perkembangan sosial, kul
tural, keagamaan dan politik.2
Dalam konteks ini, maka umat Islam harus memahami siapa sebe
narnya yang layak disebut ulama yang dengan ilmunya memberikan
petunjuk kepada manusia ke jalan kebenaran, meneruskan misi per
juangan baginda Nabi Besar Muhammad saw. Jangan sampai umat ini
salah memilih ulama karena berakibat fatal seperti yang terjadi akhir
akhir ini. Mereka menyatakan diri sebagai ulama, namun di balik itu
memberikan imingiming dunia, bahkan ada yang mengaku mendapat
wahyu langsung dari Allah Swt. Pada akhirnya, ulama model ini ber
urusan dengan pihak berwajib. Sungguh ironis. Anehnya, ulama model
ini semakin hari semakin banyak. Ujungujungnya adalah materi. Cinta
1 KH. Ali Ma’shum, Hujjatu Ahlissunnah Wal Jama’ah, Pekalongan: Nafqah Ibn Masyhadi, t.t., h. 3
2 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta: LP3ES, 1994, h. 171
4 Mereguk Kearifan Para Kiai
dunia telah membutakan mata orang yang berilmu sehingga terpeleset
dan terjerumus ke jalan yang sesat. Oleh sebab itu, memahami hakikat
ulama menjadi jalan terang bagi kita untuk meneladani ulama dan men-
jadikannya sebagai pelita hidup yang mampu menerangi kegelapan hati
dan menunjukkan jalan benar yang diridai Allah Swt., dan Rasul-Nya,
sehingga kebahagiaan dunia-akhirat dapat kita raih.
Deinisi dan Kompetensi Ulama
Ulama adalah orang yang mempunyai ilmu yang bertujuan menggapai
rida Allah Swt. Sebagai ahli waris Nabi, ulama mengedepankan ilmu
dalam setiap kebijakannya. Ulama seperti ini dikatakan ulama akhirat.
Ulama akhirat menurut Imam As-Suhaimi, mengutip Imam Ghaz-
ali dalam kitab Qami’ At-hughyan karya Imam Nawawi Al-Bantani,
mempunyai tiga tanda: Pertama, tidak menggunakan ilmunya untuk
mendapatkan dunia. Kedua, dalam mengamalkan ilmunya bertujuan
mencari kebahagiaan akhirat (sa’adah ukhrawiyyah), selalu memper-
hatikan ilmu batin untuk mengendalikan hati. Ketiga, dalam men-
jalankan ilmunya, selalu berpegangan pada ilmunya dalam mengikuti
Nabi Muhammad saw., dalam perkataan dan perbuatannya.
Orang yang tidak menggunakan ilmunya untuk kepentingan dunia
ada lima tanda. Pertama, selaras antara perkataan dan perbuatan. Ia
orang yang pertama kali melakukan apa yang diperintahkan dan orang
yang pertama menjauhi apa yang dilarangnya. Bersungguh-sungguh
sekuat tenaga mencari ilmu, senang beribadah dan menghindari ilmu
yang hanya untuk ajang perdebatan saja. Menjauhi kemegahan tempat
tinggal, pakaian, peralatan rumah tangga, dan makanan. Kedua, tidak
terpedaya penguasa, justru berani memberi nasihat padanya, menolak
kezalimannya, atau memberi pertolongan di jalan yang diridai Allah.
Ketiga, tidak tergesa-gesa memberikan fatwa hukum sebelum mengkaji
secara mendalam.3
3 Imam Nawawi al-Bantani, Syarh Qaami’ at-Thughyaan, Surabaya: Al-Hidayah, t.t., h. 8
5Bab 1: Ulama, Lentera Hati
Beberapa hadis Nabi yang menunjukkan vitalnya fungsi ulama
antara lain:
Nabi Muhammad bersabda:
‘Ulama adalah pelita bumi dan pengganti para nabi dan ahli warisku
dan ahli waris para Nabi.’ (HR. Ibnu ‘Adi dari Ali)
Nabi bersabda:
‘Ulama adalah kepercayaan Allah atas makhluk-Nya.’ (HR. Al-Qodlo’i
dan Ibnu ‘Asakir dari Anas)
Nabi bersabda:
‘Ulama adalah panutan dan orang-orang yang bertakwa adalah
majikan, duduk bersama mereka bisa menambah.’ (HR. Ibnu Al-Najjar
dari Anas)
4 Jalaluddin al-Suyuthi, al-Jami’ al-Shoghir fi Ahaditsi al-Basyiri al-Nadhir, Kairo: Darul Katib al-Arabi li al-Thiba’ah wa
al-Nasyr 1967, h. 210
5 Ibid
6 Ibid
5
6
4
6 Mereguk Kearifan Para Kiai
‘Ulama adalah ahli waris para nabi, penduduk langit mencintai mereka,
ikan-ikan di laut memohon ampunan pada mereka ketika mereka me-
ninggal sampai hari kiamat.’ (HR. Ibnu Al-Najjar dari Anas)
Ulama yang menggunakan ilmunya untuk mengumpulkan dunia
dan menggapai jabatan, maka tidak termasuk ulama akhirat, tapi ulama
dunia, yang manfaat ilmunya tidak dirasakan sampai di akhirat kelak.
Dalam hadis dijelaskan:
‘Barangsiapa mempelajari ilmu yang digunakan untuk mencari rida
Allah, ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan harta dunia,
maka ia tidak memperoleh bau surga pada hari kiamat.’
(HR. Abu Dawud)
’Barangsiapa mencari ilmu untuk membantah orang-orang bodoh, atau
mengungguli ulama, atau memalingkan perhatian manusia padanya,
maka siapkan tempat duduknya dari neraka.’ (HR. Tirmidzi)8
7 ibid
8 Dua hadis ini ada dalam karya Imam Taqiyyuddin Abi Bakar bin Muhammad al-Husaini, Kifayah al-Akhyar fi Hilli Ghayah
al-Ikhtishar, Kediri: Ma’had As-Salafi, t.t., juz 1, h. 3
7
J amal Ma’mur Asmani, lahir pada 11 Oktober 1979, adalah anak
ke3 dari lima bersaudara dari Irham Asmani (bapak) dan Siti
Ruqoyyah (Ibu). Sesuai dengan nomor urut saudara, mulai Amin
Musthofa, Siti Maryam, Jamal Ma’mur Asmani, Muhammadun AS.,
Munfa’atun Khotimah.
Lulus Ibtidaiyah dan Tsanawiyah dari Madrasah Misbahul Ulum
Pasucen, Trangkil, Pati, desa kelahirannya, Aliyah di Mathali’ul Fa
lah Kajen, Margoyoso, Pati, asuhan AlMaghfurlah KH. MA. Sahal
Mahfudh, lulus tahun 1997. Pendidikan nonformalnya di Pondok Pe
santren Raudlatul Ulum Kajen Pati (1995–1998), lalu meneruskan di
Pondok Pesantren Sunan Ampel, Jombang, asuhan KH. Tauiqurrah
man Muhid, putra menantu KH. Mahfudh (1998–2002), Pondok Pe
santren Salaiyah Seblak Jombang (2002), dan Pondok Pesantren Ma
hasiswa alAqobah Kwaron Diwek Jombang (2002–2004).
Semasa di Jombang inilah, penulis berkesempatan membaca banyak
literatur keislaman dan kemodernan di tiga Perpustakaan, Mastrib mi
lik Pemerintah Daerah, Masjid Agung milik Masjid Agung Jombang,
dan Tebuireng milik Pondok Pesantren Tebuireng yang didirikan oleh
KH. A. Wahid Hasyim. Penulis juga berkesempatan membaca di Per
pustakaan Undar, Universitas Darul Ulum. Namun yang mengagum
kan penulis adalah Perpustakaan Pondok Pesantren Tebuireng, seperti
ada nuansa keilmuan dan barakah yang terpancar dalam perpustakaan
ini, disamping nilai historis yang luar biasa. Saat di Jombang ini penulis
Sekilas Penulis
230 Mereguk Kearifan Para Kiai
berkecimpung dalam LSM Cepdes, center for pesantren and democracy
studies (Pusat Studi Pesantren dan Demokrasi) yang memberikan
pelatihan-pelatihan tentang demokrasi, kesetaraan, pluralisme, dan visi
kepemimpinan progresif.
Bakat menulisnya dimulai sejak kelas masih Aliyah, dan dikembang-
kan di Jombang. Sejak tahun 2001, tulisannya sudah menyebar di ber-
bagai media massa, seperti Duta Masyarakat Surabaya, Jawa Pos, Surya,
Radar Surabaya, Kompas Jatim, Surabaya Pagi, Surabaya Pos, Bangsa,
Suara Merdeka, Pelita Jakarta, bulletin Al-Nadhar P3M Jakarta, dan
lain-lain.
Buku tulisannya dimuat di Menggagas Pesantren Masa Depan (Qirtas
Qalam Yogyakarta, 2003), Wakil Rakyat, Presiden Pilihanku (Qirtas
Qalam Yogyakarta, 2003), buku terjemahan Sang Kiai, Fatwa KH. M.
Hasyim Asy’ari Seputar Islam dan Masyarakat (Qirtas Qalam Yogya-
karta, 2005), Kedahsyatan Puasa Dawud (Mitra Pustaka, Yogyakarta,
2007), Fiqh Sosial Kiai Sahal Mahfudh, Antara Konsep dan Implemen-
tasi (Khalista, Surabaya, 2007), Agar Hati Tidak Keras (Quanta, 2014),
dan Mengembangkan Fikih Sosial KH. MA. Sahal Mahfudh (Quanta,
2015), Menatap Masa Depan NU (Aswaja Pressindo, 2016), Peran
Pesantren dalam Kemerdekaan dan Menjaga NKRI (Aswaja Pressindo,
2016), Zakat, Solusi Mengatasi Kemiskinan Umat (Aswaja Pressindo,
2016).
Setelah kembali ke kampung halaman, Pasucen, Trangkil, Pati, pada
tahun 2004, aktivitas pertamanya adalah mengajar di almamaternya,
yaitu Perguruan Islam Matholi’ul Falah Kajen, Pati, aktif di forum
syuriyah Nahdlatul Ulama, menjadi Pengurus Harian di Rabithah
Ma’ahid Islamiyah (RMI) Pati, dan ikut nimbrung anak-anak muda
NU di Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Mendirikan forum
diskusi dengan tokoh-tokoh muda Pati dalam wadah Isi, Institut Studi
Fiqh Progresif. Merintis Perpustakaan di desa kelahirannya Wono-
kerto, Pasucen, Trangkil, Pati, dengan nama Perpustakaan Al-Hikmah,
se bagai taman baca bagi anak-anak desanya dan melatih bagaimana
menulis yang baik. Sekarang penulis aktif menulis di koran Suara
Merdeka Jawa Tengah seputar NU, Islam, dan Sosial.