Merasa Jagoan Prediksi Pasar Forex? Hati-Hati!

3
Merasa Jagoan Prediksi Pasar Forex? Hati-Hati! Ketika seorang trader merasa telah cukup berpengalaman di dunia trading forex, ia akan rentan terserang “penyakit sombong”. Ia mulai percaya bahwa ia memang benar-benar bisa memprediksi dengan tepat ke mana harga akan bergerak. Ia merasa jumawa, merasa berada di puncak dunia. “Penyakit” ini sungguh sangat rentan menyerang siapa pun yang telah berkecimpung di dunia trading forex selama bertahun-tahun. Apalagi ternyata mayoritas analisa yang ia buat ternyata valid, sehingga ada beberapa institusi seperti broker forex dan/atau penyedia layanan analisa trading tertarik untuk memanfaatkan jasa analisa darinya. Jangankan yang “veteran forex” dan sukses, yang pemula dan remuk redam pun sering terserang “penyakit” ini; bahkan lebih parah. Ironis memang. Penyakit “merasa hebat” seperti ini kerap menggiring seorang trader untuk berpikir bahwa ia telah benar-benar mengetahui setiap inci dari pergerakan pasar. Asumsi seperti ini – celakanya – justru berbahaya karena bisa membuat seorang trader forex merasa seperti “Dewa Trading”. Pengidap “Sindrom Dewa Trading” memiliki semacam keyakinan bahwa ia bisa benar-benar memprediksi ke mana harga bergerak tanpa pernah meleset. Dalam pikirannya ia PASTI AKAN UNTUNG. Dalam keadaan seperti ini, ia telah benar-benar merasa bisa menihilkan kemungkinan bahwa ia bisa saja melakukan kesalahan. Tetapi sayangnya pada kenyataannya tidak seorang trader pun bisa menghilangkan unsur ketidakpastian di pasar forex. Ketidakpastian telah menjadi karakter setiap bentuk bisnis; itulah yang disebut dengan resiko. Tidak ada seorang pun yang bisa memberikan prediksi yang 100% akurat mengenai apa yang akan terjadi di pasar selanjutnya. Sekali lagi: TIDAK ADA. Prediksi 100% Akurat? Ah, Jangan Mimpi! Berupaya memprediksi pergerakan pasar ibarat berusaha memprediksi masa depan. Saya yakin Anda akan sepakat dengan saya: tidak ada seorang pun yang bisa TAHU PERSIS apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, even in the next five minutes.

Transcript of Merasa Jagoan Prediksi Pasar Forex? Hati-Hati!

Page 1: Merasa Jagoan Prediksi Pasar Forex? Hati-Hati!

Merasa Jagoan Prediksi Pasar Forex? Hati-Hati!

Ketika seorang trader merasa telah cukup berpengalaman di dunia trading forex, ia akan rentan

terserang “penyakit sombong”. Ia mulai percaya bahwa ia memang benar-benar bisa memprediksi

dengan tepat ke mana harga akan bergerak. Ia merasa jumawa, merasa berada di puncak dunia.

“Penyakit” ini sungguh sangat rentan menyerang siapa pun yang telah berkecimpung di

dunia trading forex selama bertahun-tahun. Apalagi ternyata mayoritas analisa yang ia buat

ternyata valid, sehingga ada beberapa institusi seperti broker forex dan/atau penyedia layanan

analisa trading tertarik untuk memanfaatkan jasa analisa darinya. Jangankan yang “veteran forex”

dan sukses, yang pemula dan remuk redam pun sering terserang “penyakit” ini; bahkan lebih parah.

Ironis memang.

Penyakit “merasa hebat” seperti ini kerap menggiring seorang trader untuk berpikir bahwa ia telah

benar-benar mengetahui setiap inci dari pergerakan pasar. Asumsi seperti ini – celakanya – justru

berbahaya karena bisa membuat seorang trader forex merasa seperti “Dewa Trading”. Pengidap

“Sindrom Dewa Trading” memiliki semacam keyakinan bahwa ia bisa benar-benar memprediksi ke

mana harga bergerak tanpa pernah meleset. Dalam pikirannya ia PASTI AKAN UNTUNG. Dalam

keadaan seperti ini, ia telah benar-benar merasa bisa menihilkan kemungkinan bahwa ia bisa saja

melakukan kesalahan.

Tetapi sayangnya pada kenyataannya tidak seorang trader pun bisa menghilangkan unsur

ketidakpastian di pasar forex. Ketidakpastian telah menjadi karakter setiap bentuk bisnis; itulah yang

disebut dengan resiko. Tidak ada seorang pun yang bisa memberikan prediksi yang 100% akurat

mengenai apa yang akan terjadi di pasar selanjutnya. Sekali lagi: TIDAK ADA.

Prediksi 100% Akurat? Ah, Jangan Mimpi!

Berupaya memprediksi pergerakan pasar ibarat berusaha memprediksi masa depan. Saya yakin Anda

akan sepakat dengan saya: tidak ada seorang pun yang bisa TAHU PERSIS apa yang akan terjadi di

masa yang akan datang, even in the next five minutes.

Page 2: Merasa Jagoan Prediksi Pasar Forex? Hati-Hati!

Masih segar dalam ingatan saya, ketika saya berbicara di sebuah forum tentang ketidakmampuan

manusia memprediksi dengan tepat apa yang akan terjadi selanjutnya. Beberapa menit kemudian

“kecelakaan kecil” terjadi: segelas air menumpahi laptop saya. Jelas, saya sebelumnya tidak tahu hal

itu akan terjadi. Seperti itulah resiko.

Sebagai trader, jika Anda bersikeras memiliki “bakat supranatural” yang bisa memprediksi arah pasar

selanjutnya dan dengan keras kepala mengesampingkan setiap kemungkinan yang ada, maka

bersiaplah untuk menghadapi keterpurukan.

Tentu saja kita tidak sedang membicarakan mengenai kemampuan seorang trader berpengalaman

dalam mengenali tingkah laku pasar. Dalam analisa teknikal kita mempercayai bahwa “history repeats

itself”. Sejarah selalu berulang, dalam arti perilaku pasar telah terbukti secara historis selalu berulang.

Itulah sebabnya kita bisa mempelajari dan memanfaatkan – misalnya – pola-pola candlestick, price

action dan perilaku indikator teknikal. Dari studi dan pengamatan seperti itu kita kemudian bisa

memperkirakan ke mana kemungkinan harga akan bergerak.

Kemungkinan Bukan Kepastian

Nah, ini kata kuncinya: “kemungkinan”. Memperkirakan potensi pergerakan harga

BERBEDA dengan merasa jumawa bisa meramal ke mana harga akan bergerak. Pendekatan

model “kemungkinan” ini kemudian yang membuat seorang trader forex mengambil langkah hati-

hati dan antisipasi dengan memasang stop loss. Ia juga akan mengatur modalnya dengan position

sizing. Kalaupun ia mengalami loss, ia akan menerimanya dengan lapang dada dan kemudian akan

mengevaluasi strategi trading yang dipergunakannya. Ini yang tidak pernah akan dilakukan oleh

seorang trader yang mengidap “Sindrom Dewa Trading”.

Pengidap “Sindrom Dewa Trading” sangat mungkin tidak akan melakukan tindakan antisipasi resiko.

Untuk apa, jika ia merasa akan selalu benar? Kalaupun ternyata ia mengalami kerugian, ia akan

dengan keras kepala menyalahkan pasar (bagian ini yang selalu paling menggelikan) dan tidak mau

melakukan evaluasi pada strategi trading yang ia miliki.

Fokus Pada Proses

Sebagai trader, sebaiknya Anda tidak berupaya untuk meramal, melainkan “membaca”. Apa yang

dibaca? Tentu adalah perilaku dan situasi pasar terkini, untuk kemudian mengambil langkah strategis

dan antisipasi yang perlu.

Ibarat menyetir mobil, ketika Anda ingin menyalip mobil di depan, sebaiknya Anda tidak berasumsi

“pasti tidak ada kendaraan dari arah berlawanan”. Sebaliknya, yang harusnya Anda lakukan adalah

mengamati apakah dari arah berlawanan ada kendaraan yang sedang berjalan? Jika tidak, silakan

pacu mobil Anda untuk mendahului. Jika ternyata ada, amati lagi: apakah kendaraan itu melaju

kencang? Jika ya, sebaiknya tunda dulu niat untuk menyalip. Konyol dan pandir jika Anda bersikeras

“tidak akan terjadi apa-apa” lalu nekat menyalip, sementara banyak faktor yang sangat

memungkinkan untuk “terjadi apa-apa”.

Dalam trading, pola berpikir seperti di atas merupakan proses meminimalisir resiko. Apakah sudah

ada sinyal trading yang valid? Apakah posisi yang akan diambil sudah sesuai dengan trend? Apakah

Page 3: Merasa Jagoan Prediksi Pasar Forex? Hati-Hati!

lot yang akan ditransaksikan sesuai dengan kekuatan modal? Apakah batasan stop loss tidak terlalu

besar? Apakah target profit sudah realistis? Dan sebagainya.

Proses seperti ini, kemungkinan besar diabaikan oleh pengidap Sindrom Dewa Trading. “Ah, tak

perlu, nanti juga pasti akan untung,” begitu mungkin yang ada dalam pikirannya. Jika Anda sudah

berpikir seperti itu – sorry to say – karir trading forex Anda sepertinya tak akan lama.

Mungkin saat ini di luar sana ada seorang pengidap “Sindrom Dewa Trading” sedang menertawakan

tulisan ini dan melontarkan segala macam apologi dan justifikasi. Tidak apa-apa. Tugas saya hanya

mengingatkan. Mudah-mudahan diterima.