MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan...

28

Transcript of MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan...

Page 1: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk
Page 2: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk

Susunan Redaksi :

Dewan Pengarah : M. Fajar S. A. K. Arif, SH, MH, Sri Sumanta, SH, Dr. Sri Wahyu Ananingsih, SH., M.Hum., Heru Cahyono, S.Sos., MA, Muhammad Rofiuddin, S.H.I., M.I.Kom, Anik Sholihatun, S.Ag, M.Pd, Gugus Risdaryanto, S.Sos., M.Si. | Penanggungjawab : Kartini Tjandra Lestari, SH, MM Pimpinan Redaksi : Sadhu Sudiyarto, SH | Redaktur : Bayu Bijagsana, A.Md, Yusuf Manggala, S.AP, Setiadi Kurniawan, S.Kom | Design Grafis : Bramana Bimantara, S.Ds | Layout : Shohibus Tsani, S.Hi | Sekretariat : Rr. Respati Likarini, Suciyati, Widi Utomo, S.KomAlamat Redaksi : Jalan Papandayan Selatan No.1 Semarang, Jawa Tengah, Indonesia.Telp : (024) 8505189 | Email : [email protected] | Email Laporan Dugaan Pelanggaran : [email protected] Website : https://jateng.bawaslu.go.id

Salam RedaksiMENYONGSONG PILKADA 2020 - 2Buletin Bawaslu Jawa Tengah edisi 17/2019 ini terbit di media antara akhir 2019 ke awal 2020. Di sela-sela pergantian tahun inilah, Bawaslu Jawa Tengah menyajikan berbagai tulisan kepada Anda. Redaksi sengaja mengangkat tema utama mengenai persiapan pemilihan kepala daerah-wakil kepala daerah 2020 dan evaluasi Pemilu 2019 lalu.

Laporan UtamaTANCAP GAS AWASI PILKADA 2020 - 321 kabupaten/kota di Jawa Tengah menggelar pilkada. Bawaslu di Jawa Tengah siap siaga mengawasi momentum demokrasi tersebut. Titik kerawanan antara lain politik uang, netralitas ASN dan politisasi SARA.

OpiniPOTENSI SENGKETA PENCALONAN PERSEORANGAN - 8Oleh: Ummi Nu’amah

EVALUASI PEMILU SERENTAK 2019 - 9Oleh: Muladi Wibowo

QUO VADIS DESA ANTIPOLITIK UANG DAN DESA PENGAWASAN? - 11Oleh: Sudarsono

BERPARTISIPASI MELALUI DESA PENGAWASAN - 13Oleh: Sam Fery Baehaki

POLITIK UANG DAN ANCAMAN DEMOKRASI - 14Oleh: Azib Triyanto

PEMILU 2019 DAN CATATAN SOAL POLITIK UANG - 16Oleh: Muhammad Azam Multazam

DAMPAK KERUSAKAN POLITIK UANG - 17Oleh: Totok Suparyanto

MomenKEHUMASAN DAN PPID TERBAIK DI AJANG BAWASLU AWARD 2019 - 18

Salah satu bentuk pelayanan kepada masyarkat akan informasi-informasi kepengawasan pemilihan, Bawaslu Jawa Tengah mengoptimalkan sisi kehumasan dan keterbukaan informasi kepada masyarakat.

Penerbitan Buku Sejarah Bawaslu Jateng - 20Proses pembuatan buku sejarah ini dilakukan melalui berbagai tahap. Secara rutin seluruh tim berkoordinasi untuk menggali, mencari dan memilah dokumentasi yang masih tersisa.

Pustaka Digital Bawaslu Jateng - 22Bawaslu Provinsi Jawa Tengah kini memiliki Website Trilogy yaitu: website utama Bawaslu Provinsi (jateng.bawaslu.go.id), website PPID (ppid.jateng.bawaslu.go.id) dan website Pustaka Online (elibrary.jateng.bawaslu.go.id).

BAWASLU KABUPATEN /KOTA TOREHKAN PRESTASI - 24

Detik – detik pembacaan nominasi pun tiba Bawaslu Provinsi berhasil memborong dua piala sekaligus yaitu Fungsi Kehumasan dan PPID terbaik pertama untuk tingkat Provinsi seluruh Indonesia. Situasi semakin tegang karena berharap jajaran di Bawaslu Kabupaten/Kota juga dapat meraih prestasi.

REKRUTMEN PANWASCAM BERINTEGRITAS - 6Demi menghasilkan personal Panwascam yang profesional dan berintegritas maka Bawaslu mengeluarakan pedoman teknis pembentukan Panwascam.

Daftar Isi

Cover. karya Bima. Kartun mengutip karya Joko Susilo

Page 3: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk

EDISI 17 TAHUN 2019 | Buletin Bawaslu Jateng | 2

MENYONGSONG PILKADA 2020

Pembaca yang budiman... tak terasa, kita sudah me-nutup buku 2019. Kita membuka buku lembaran baru: 2020. Akhir tahun dan memasuki awal tahun menjadi momentum penting untuk refleksi. Refleksi ini penting bagian dari upaya membuka pengalaman masa lalu un-tuk menentukan langkah ke depan.

Jangan sampai dari tahun ke tahun kita hanya melakukan rutinitas. Harus ada entitas menentukan arah perubahan. Wajah perubahan, yang sering menakutkan karena ada resiko, seringkali menyimpan kesempatan dan harapan yang lebih baik. Bawaslu Jawa Tengah pun percaya: menggapai impian besar dapat diraih dengan usaha kerja keras. Impian besar haruslah dimulai dari langkah-langkah yang konsisten melalui kreatifitas dan inovasi.

Buletin Bawaslu Jawa Ten-gah edisi 17/2019 ini terbit di medio antara akhir 2019 ke awal 2020. Di sela-sela per-gantian tahun inilah, Bawaslu Jawa Tengah menyajikan berb-agai tulisan dan foto kepada Anda. Kali ini, redaksi sen-gaja mengangkat tema utama mengenai persiapan pemilihan kepala daerah-wakil kepala daerah 2020. Tema ini kami pilih karena sejak akhir 2019, persiapan pelaksanaan pilkada 2020 sudah mulai dilakukan.

Salam Redaksi

Beberapa tahapan pilkada 2020 sudah mulai. KPU juga sudah membahas dan menerbitkan peraturan-peraturan sebagai pegangan jajarannya dalam melaksanakan pilka-da 2020.

Bawaslu juga demikian. Peraturan-peraturan Bawas-lu direview kembali. Beberapa poin yang tidak co-cok diajukan perubahan (revisi). KPU dan Bawaslu di daerah juga sudah selesai membahas dan menetapkan pengajuan anggaran pilkada. Hingga awal Desember 2019, KPU dan Bawaslu di semua kabupaten/kota di Jawa Tengah yang menggelar pilkada 2020 juga sudah menandatangani nota perjanjian hibah daerah (NPHD).

Dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah, ada 21 ka-

bupaten/kota yang menyelenggarakan pilkada 2020. Dari 21 itu, ada beberapa kabupaten/kota yang proses pen-gajuan anggarannya sempat alot. Karena pembahasan antara Bawaslu-pemerintah kabupaten/kota tidak ada titik temu, akhirnya ada peran-peran pemerintah provinsi dan pusat untuk ikut memproses pembahasan anggaran pilkada. Selain anggaran, 21 Bawaslu kabupaten/kota di Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk persiapan pengawasan pilkada 2020.

Meski mengangkat tema utama soal persiapan pilkada 2020, buletin edisi ini juga masih menyajikan beberapa hal terkait dengan pemilu 2019. Pemilu 2019 juga sudah usai.

Namun, berbagai catatan dan kajian tentang pemilu 2019 masih saja menarik untuk kita sajikan.

Karena pemilu telah usai maka sajian-sajian itu banyak ke arah yang evalua-si dan reflektif. Tidak men-jadi tema utama tapi be-berapa tulisan masih kami selipkan di edisi kali ini. Evaluasi pemilu 2019 ma-sih terus bisa dikaji. Karena ini gawe yang sangat besar maka kajian evaluasi itu bisa dari berbagai sudut pan-

dang. Beberapa sajian lain terkait dengan beberapa kegia-tan Bawaslu di Jawa Tengah hingga beberapa terobosan yang dilakukan Bawaslu Provinsi Jawa Tengah.

Oh ya, pada ajang Bawaslu Award Pemilu 2019, Bawaslu Provinsi Jawa Tengah mendapatkan prediket juara I di dua kategori, yakni pengelolaan humas dan hubungan antarlembaga terbaik I dan pengelolaan PPID (pejabat pengelola informasi dan data) terbaik I. Bawas-lu Jawa Tengah juga meraih peringkat I dalam hal ket-erbukaan informasi Bawaslu Provinsi se-Indonesia. Tiga predikat ini bisa diraih berkat kerja keras semua jajaran Bawaslu Provinsi maupun 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Selamat membaca!!!

Komisioner Bawaslu Provinsi Jawa Tengah (dari kiri: Fajar Saka, Rofiuddin, Heru Cahyono, Anik Sholihatun, Gugus

Risdaryanto, Sri Wahyu Ananingsih, Sri Sumanta).

Page 4: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk

3 | Buletin Bawaslu Jateng | EDISI 17 TAHUN 2019

Laporan Utama

TANCAP GAS AWASI PILKADA 202021 kabupaten/kota di Jawa Tengah menggelar pilkada. Bawaslu di Jawa Tengah siap siaga mengawasi momentum demokrasi tersebut. Titik kerawanan antara

lain politik uang, netralitas ASN dan politisasi SARA.

Sebanyak 4.702 orang mendaft-arkan diri sebagai

calon Panitia Pengawas Kecamatan di 21 kabupat-en/kota di Jawa Tengah. Mereka tersebar di 343 ke-camatan di 21 kabupaten/kota di Jawa Tengah yang akan mengggelar pilkada.

Dari 4.702 pendaftar, terseleksi menjadi 4.420 dari seleksi administrasi. Sebanyak 282 di antaranya tidak memenuhi syarat adminis-trasi. Mereka yang tidak lolos administrasi karena beberapa sebab, yakni: tidak memenuhi syarat usia minimal 25 tahu sebanyak 102 pendaftar, berkas tidak sah sebanyak 108 pendaftar dan berkas tidak lengkap sebenyak 72 pendaftar.

Mereka yang lolos administrasi diberi kesempatan un-tuk ikut tes tertulis dan tes wawancara. Pada 13 hingga 17 Desember, Bawaslu 21 kabupaten/kota menggelar tes ter-tulis dan tes wawancara.

Untuk pertama kalinya, tes tertulis tidak lagi menggu-nakan cara manual. kali ini tes tertulis menggunakan sistem online. Bawaslu RI memanfaatkan aplikasi socrative untuk tes tertulis calon panwascam. Di Jawa Tengah, 21 kabupat-en/kota telah menggunakan sistem online tersebut. Setelah tes tertulis, ada lagi tes wawancara. Setiap calon akan di-wawancarai Bawaslu kabupaten/kota. Jika sudah selesai tes wawancara maka tahapan berikutnya adalah pengumuman calon yang lolos. Calon terpilih diumumkan pada 18 De-sember 2019. Setiap kecamatan akan diisi tiga anggota Pan-wascam. Mereka dilantik pada akhir Desember 2019.

Anggota Bawaslu Jawa Tengah Sri Sumanta menya-takan calon panwascam terpilih akan digembleng melalui bimbingan tekhnis dan pelatihan-pelatihan intensif agar bisa bekerja secara profesional.

Pembentukan Panwascam hanyalah salah satu tahapan yang dilakukan Bawaslu menghadapi pilkada 2020. Dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah, ada 21 kabupaten/kota yang menggelar pilkada 2020. 21 daerah tersebut adalah: Kota Pekalongan, Kab. Pekalongan, Kota Semarang, Kab. Semarang, Kota Magelang, Kab. Kebumen, Kab. Rem-

bang, Kota Surakarta, Kab. Purbalingga, Kab. Boyola-li, Kab. Blora, Kab. Ken-dal, Kab. Sukoharjo, Kab. Wonosobo, Kab. Wonogi-ri, Kab. Purworejo, Kab. Sragen, Kab. Klaten, Kab. Pemalang, Kab. Grobogan dan Kab. Demak.

21 kabupaten/kota tersebut sudah bekerja keras melakukan berbagai hal untuk pengawasan.

Anggota Bawaslu Jawa Tengah Gugus Risdaryanto menyatakan dari sisi anggaran, 21 kabupaten/kota tersebut sudah melakukan penandatanganan nota perjanjian hibah daerah (NPHD). Dari sisi proses, ada kabupaten/kota yang penganggaran pengawasan terbilang lancar. Tapi ada juga yang proses anggaran pengawasan pilkada 2020 terbilang ada ketersendatan. Yang pasti, sejak awal Desember 2019 lalu, seluruh ka-bupaten/kota di Jawa Tengah yang menggelar pilkada sudah menyiapkan anggaran.

Ketersediaan anggaran menjadi sangat penting agar pengawasan di pilkada bisa berjalan dengan baik. Pilkada tanpa pengawasan akan menimbulkan berb-agai dampak. Dari sisi pelaksanaan, peserta pemilu akan berpotensi melanggar aturan-aturan dengan mu-dah. Dampaknya, kompetisi pilkada tidak berjalan se-cara fair. Dampak lain jika pilkada tanpa pengawasan terkait dengan kepercayaan hasilnya. Hasil pilkada akan diragukan publik karena tidak ada pengawasan yang maksimal. Untuk itulah, ke-beradaan pengawas pilkada menjadi sangat penting.

Apalagi, berbagai potensi pelanggaran dalam pilkada juga bisa terjadi. Setiap taha-pan akan selalu ada potensi titik kerawanannya.

Anggota Bawaslu Jawa Ten-gah Anik Sholihatun menyatakan dari sisi tahapan pencalonan, validitas data calon beserta pemenuhan syarat calon menjadi titik krusial. Jangan sampai ada

Tes tertulis online calon Panwascam Pilkada 2020 di Jateng.

Page 5: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk

EDISI 17 TAHUN 2019 | Buletin Bawaslu Jateng | 4

Laporan Utama Tancap Gas Awasi Pilkada

orang yang tidak memenuhi syarat menjadi calon kepala daerah bisa lo-los. “Di tahapan ini, pencalonan dari unsur perseorangan juga sangat pent-ing. Terutama terkait dengan pemenu-han syarat dukungan,” kata Anik.

KPU di kabupaten/kota sudah menetapkan jumlah minimal syarat dukungan. Bawaslu harus memastikan bahwa syarat dukungan untuk bakal calon benar-benar valid dan faktual. Jangan sampai syarat dukungan terse-but tidak valid.

Untuk itu, verifikasi vaktual untuk pemenuhan syarat dukungan menjadi penting. Namun, harus diakui, bisa saja jumlah personil Bawaslu di lapa-ngan tidak mencukupi untuk menga-wasi seluruh bukti dukungan. Keter-basatan ini tidak membuat Bawaslu kendor. Bawaslu akan menyusun strategi yang fokus dan lokus men-dasarkan pada tantangan yang ada di daerah. “Keterbatasan jumlah per-sonil pengawas bisa ditambal dengan strategi yang baik sehingga bisa meng-hasilkan kerja yang tepat, efektif dan baik,” kata Anik.

Anggota Bawaslu Jawa Ten-gah Heru Cahyono menya-takan di tahapan ini, Bawas-lu kabupaten/kota di Jawa Tengah juga siap siaga untuk menangani jika ada sengketa proses pilkada. “Biasanya, pi-hak-pihak tertentu yang tidak

menerima atau merasa dirugikan atas keputusan KPU akan datang menga-du ke Bawaslu,” kata Heru Cahyono.

Tahapan lain yang cukup krusial adalah penetapan daftar pemilih. Sela-ma ini, daftar pemilih masih men-jadi problem. Data yang ada sering tidak valid. Pemilih yang tidak memenuhi syarat masih sering dijumpai masuk dalam daftar pemilih. Sebaliknya, mereka yang memenuhi syarat justru belum dimasukan se-bagai daftar pemilih. Memastikan validitas daftar pemilih menjadi sangat penting karena terkait dengan hak asa-si seseorang. KPU harus bekerja keras menyusun daftar pemilih secara valid, tidak amburadul.

Tahapan kampanye juga menjadi fokus pengawasan pilkada 2020. Ker-awanannya antara lain: potensi adanya politik uang di masa kampanye yang dibalut dengan dana bantuan, semba-ko, hadiah, bazar dan lain-lain. Masa kampanye juga disebut-sebut se-bagai tahapan yang bisa meramaikan

suasana pilkada. Sebab, di tahapan inilah calon

kepala daerah dan tim suksesnya diberi kesempatan untuk menyampaikan visi misi ke publik. An-

tar calon bisa saling beradu gagasan, ber-

debat ide dan saling mengkritisi. Masa kampanye juga bisa digu-

nakan calon kepala daerah untuk mengerahkan pendukungnya datang

di lokasi kampanye. Masa kam-panye bagian dari per-

tunjukan kekuatan antar calon kepala daerah. Bawaslu juga tidak akan m e n g e n d o r k a n pengawasan ke

media massa terkait dengan pemasangan

iklan pasangan calon. Kam-panye metode pemasangan iklan pas-angan calon sudah ada batasan, aturan dan ketentuannya. Jangan sampai ada pasangan calon yang berdompet tebal memasang iklan secara serampangan. Sebaliknya, perusahaan media yang memiliki pilar bisnis harus mentaa-ti aturan pemasangan iklan. Jangan sampai masa pilkada digunakan un-tuk mendapatkan iklan politik secara membabi-buta.

Masa kampanye juga memiliki kerawanan terkait dengan penyeba-ran konten kampanye. Jangan sampai konten kampanye menjurus ke isu mempertentangkan suku, agama, ras dan antar golongan (SARA). Tidak boleh juga ada pasangan calon, tim sukses dan para pendukungnya meng-hembuskan kabar-kabar bohong atau biasa disebut hoaks. Sah-sah saja saling

Launching Kampung Anti Politik UnagBawaslu Kabupaten Sukoharjo melaksanakan Deklarasi Desa Anti Politik Uang yang dihadiri oleh Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Jawa Tengah M. Fajar Subhi A.K. Arif,.

Page 6: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk

5 | Buletin Bawaslu Jateng | EDISI 17 TAHUN 2019

Laporan Utama

beradu ide tapi jangan menyerempet ke isu politisasi SARA dan menyebar-kan hoaks. Di masa tahapan kampa-nye titik kerawanan tidak saja terkait dengan pelanggaran pemilu tapi juga terkait dengan kerawanan dari sisi kea-manan. Jangan sampai ada bentrok di antara pendukung pasangan calon.

Tahapan selanjutnya terkait dengan masa tenang. Di tahapan ini, namanya saja yang tenang. Tapi di masa tenang ini seringkali membuat tidak ten-ang. Sebab, di tiga hari sebelum pencoblosan inilah ada berb-agai potensi kerawanan. Misal-nya, adanya calon yang masih berkampanye. Potensi adanya penyebaran politik uang. Bisa saja calon kepala daerah yang ingin menang, menyebar politik uang di masa tenang. Di detik-detik akhir ini, nasib kemenangan seorang calon bisa ditentukan.

Bagi Bawaslu, masa tenang justru menjadi titik tinggi untuk melakukan pengawasan. Anggota Bawaslu Jawa Tengah Fajar Saka menyatakan, ja-jaran Bawaslu di Jawa Tengah harus menyingsingkan lengan dan turun secara langsung ke lapangan untuk mengamati dan mengawasi situasi dan kondisi. Konkritnya, jajaran Bawaslu harus melakukan patroli keliling ke lapangan. “Tujuannya untuk mence-gah jika ada pergerakan-pergerakan tertentu yang bisa melanggar aturan,” kata Fajar. Bawaslu juga akan melaku-kan pencegahan-pencegahan supaya tidak terjadi pelanggaran.

Selanjutnya adalah masa pemung-utan suara atau coblosan. KPU sudah menetapkan 23 September 2020 men-jadi hari pemungutan suara. Di tanggal itulah, puncak tahapan pilkada 2020 bakal dilalui. Masyarakat yang memili-ki hak pilih dipersilahkan menentukan sikap pilihannya. Mereka harus datang berbondong-bondong ke tempat pe-mungutan suara untuk menyalurkan pilihan. Bawaslu mewaspadai taha-pan ini di berbagai titik. Politik uang masih saja menjadi hantu yang harus

diwaspadai di tahapan ini. Ada istilah serangan fajar, serangan dhuha hingga serangan duhur. Maknanya, meski su-dah masuk dalam tahapan hari pemu-ngutan suara tapi pelanggaran politik uang masih saja mengancam. Kerawa-nan lain terkait dengan ketersediaan logistik untuk kelancaran pemungutan suara di TPS. Berbagai bahan logistik harus terpenuhi agar tidak ada gang-guan pemungutan suara.

Tidak adanya intimi-dasi dan pemilih bisa

menyalurkan pilihan politiknya juga akan menjadi titik krusial pengawasan. Selain itu, kecakapan petu-gas pemungutan su-

ara juga harus diting-katkan. Petugas harus bisa

memahami regulasi secara lengkap. Petugas juga harus netral, bersikap adil dan berperilaku jujur agar pilkada bisa berlangsung secara demokratis.

Bawaslu juga akan fokus menga-wasi penghitungan suara. Validitas dan ketepatan menghitung perolehan suara menjadi sangat penting. Jangan sampai suara pasangan calon tertentu dialihkan. Penginputan perolehan su-ara ke formulir juga jangan sam-pai keliru. Satu suara saja keliru dihitung dan diinput maka harus ditelusuri dan di-cari validitasnya.

Di berbagai tahapan tersebut, ada berbagai kerawa-nan pelanggaran. Min-imal ada tiga isu besar yang akan menjadi prioritas Bawaslu. Perta-ma, politik uang. Kerawanan ini sangat tinggi di tengah semakin pragmatisnya perpolitikan di Indonesia. Masyarakat juga ada yang menganggap bahwa praktik pemberian uang/barang/jasa ke pemilih merupakan sesuatu yang biasa. Perspektif ini haruslah diber-antas. Politik uang adalah praktik bu-ruk yang membahayakan demokrasi.

Politik uang juga mengancam kualitas pilkada. Sebab, jika politik uang yang bekerja yang pemimpin yang terpilih adalah mereka yang memiliki kantong tebal, kering dengan visi misi.

Kedua, politisisasi SARA dan hoaks. Praktik ini juga membahaya-kan kerukunan antar umat beragama. Maka harus dicegah dan diberantas. Sejauh memenuhi syarat, setiap warga negara apapun agama, suku, ras dan golongannya berhak melakukan prak-tik pilihan politik. Ketiga, netralitas aparatur sipil negara (ASN) dan peng-gunaan fasilitas pemerintah dan bi-rokrasi untuk kepentingan kampanye. Pilkada adalah politik di tingkat lokal. Kepala daerah terpilih akan memimp-in birokrasi dan menjadi pejabat tinggi yang membina ASN.

Maka ASN dan birokrasi juga san-gat rawan digerakan untuk kepent-ingan politik. Padahal, ASN dan birokrasi adalah pelayanan publik. Ha-rus netral. Tidak boleh berpihak. An-ggota Bawaslu Jawa Tengah Sri Wahyu Ananingsih menyatakan Bawaslu akan mengutamakan pencegahan agar ti-dak terjadi pelanggaran. Namun, jika pelanggaran masih saja tetap terjadi maka tidak ada cara lain kecuali pen-indakan. Pelaku akan diproses hukum

sesuai dengan ketentuan. “Bawaslu di Jawa Tengah tidak akan pan-dang bulu untuk memproses hu-kum siapa saja yang melanggar aturan,” kata Ananingsih.

Scan disini untuk baca e-library online

Page 7: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk

EDISI 17 TAHUN 2019 | Buletin Bawaslu Jateng | 6

Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 10 tahun 2016, pemili-han kepala daerah-wakil kepa-

la daerah merupakan pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah propinsi dan kabupaten/kota.

Pemilihan dilakukan secara langsung dan harus sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi.

Pilkada harus dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, ju-jur dan adil. Harapannya, pemilihan bisa berkualitas, berkeadilan dan ber-integritas sesuai harapan publik men-

jadi keniscayaan. Komisi Pemilihan Umum (KPU) beserta jajaranya diberi tugas dan wewenang untuk mengatur penyelenggaraan pemilihan. Sedang-kan Badan Pengawas Pemilu (Bawas-lu) beserta jajaranya diberi tugas dan wewenang dalam pengawasan penye-lenggaraan pemilihan. Dua lembaga ini harus saling bersinergi untuk ter-wujudnya prinsip pelaksanaan pemili-han tersebut.

Meskipun secara prinsip demokra-si, keberhasilan pemilu maupun pemi-lihan dipengaruhi beberapa faktor. Misalnya: kolaborasi antara penye-lenggara, peserta, pemerintah dan masyarakat. Untuk optimalisasi pelak-sanaan tugas dan wewenang penye-lenggara pemililihan, maka dibentuk panitia ad hoc baik pada level keca-matan maupun desa/kelurahan.

Bawaslu melalui Bawaslu Provin-si maupun kabupaten/kota diberikan kewenangan untuk merekrut penga-was kecamatan atau biasa disingkat Panwascam. Pengawas kecamatan yang berbentuk ad hoc (sementara) ini bertugas untuk mengawasi penye-lenggaraan pemilihan di tingkat keca-matan.

Demi menghasilkan personal Pan-wascam yang profesional dan berin-tegritas maka Bawaslu mengeluara-kan pedoman teknis pembentukan Panwascam. Pedoman ini sebagai rujukan pelaksanaan rekrutmen yang terukur dan transparan. Prinsip pem-bentukan panitia ad hoc ini adalah mandiri, jujur, adil, kepastian hukum, tertib, proporsional, akuntabel, efektif

dan efisien. Mengenai isu perempuan, pedoman pembentukan Panwascam juga mengamanatkan agar tetap mem-perhatikan keterwakilan perempuan 30 persen.

Adapun proses pembentukan Pan-wascam dilaksanakan dengan berbagai tahapan. a. Penjaringan

Proses ini diawali dengan kegiatan sosialisasi tentang rekrutmen Panwas-cam melalui radio, media sosial, me-dia cetak, video film pendek, website, pengumuman di kecamatan, di tempat strategis dengan tujuan agar informa-si dapat diakses dengan mudah oleh publik. Rentan waktu juga panjang sampai dengan masa pendaftaran supaya calon pendaftar memilki waktu untuk mengurus persyaratan.

Di masa pendaftaran diberi kemu-dahan. Dalam pemenuhan syarat yai-tu keterangan sehat rohani dan bebas narkoba dapat di serahkan apabila lolos menjadi Panwascam. Khusus syarat ini diserahkan sebelum pelanti-kan. Tujuannya untuk memberi pelu-ang seluas-luasnya bagi para pendaftar karena biaya keterangan sehat rohani dan bebas narkoba relatif mahal dan harus diurus di instansi tertentu. Pada tahapan penjaringan ini dibutuhkan minimal pendaftar dua kali jumlah Panwascam yaitu minimal enam orang pendaftar pada masing masing keca-matan. Apabila belum terpenuhi maka diadakan perpanjangan pendaftran se-lama lima hari pada kecamatan terse-but. Jika pendaftar tetap kurang dari jumlah minimal maka proses pemben-

REKRUTMEN PANWASCAM BERINTEGRITAS

Sumber:Data Rekap Divisi SDM Badan Pengawas

Pemilihan Umum Provinsi Jawa Tengah

Oleh: Gugus Risdaryanto (Koordinator Divisi Organisasi Bawaslu Jawa Tengah)

Page 8: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk

7 | Buletin Bawaslu Jateng | EDISI 17 TAHUN 2019

tukan tetap bisa dilanjutkan ke taha-pan berikutnya. b. Penyaringan

Tahapan ini dimulai melalui tes tertulis. Bawaslu RI menyediakan opsi tes tertulis dilakukan dengan cara on-line atau tes tertulis manual secara langsung. Bagi kabupaten/kota yang memiliki jaringan internet dan keterse-diaan sarana prasarana maka dilakukan dengan sistem online yaitu model ap-likasi socrative. Kelebihan model soc-rative ini cepat mengetahui hasil dan transparansi karena hasil tes langsung bisa diketahui peserta. Setelah tes ter-tulis peserta juga melakukan tes waw-ancara. Wawancara juga menyangkut klarifikasi masukan masyarakat bagi yang ada tanggapan masyarakat.

Parameter interview atau waw-ancara meliputi penguasaan materi tentang penyelenggaraan dan pen-gawasan, sistem pemerintahan, in-tegritas diri, komitmen dan motiva-si, komunikasi dan kerjasama tim, kepemimpinan hingga muatan lokal. Perpaduan penggabungan nilai ter-tulis dan wawancara ini diharapkan menghasilkan individu yang secara teoritis memahami berbagai aturan, matang dan mumpuni.

Dari data yang ada di Bawaslu Provinsi Jawa Tengah menunjukan ada sebanyak 4.702 orang mendaftar-kan diri sebagai calon Panitia Penga-was Kecamatan di 21 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Mereka tersebar di 343 kecamatan di 21 kabupaten/kota di Jawa Tengah yang akan mengggelar pilkada 2020. Dari 4.702 pendaftar, terseleksi menjadi 4.420 dari pros-es seleksi administrasi. Sebanyak 282 di antaranya tidak memenuhi syarat administrasi. Mereka yang tidak lo-los administrasi karena beberapa se-bab, yakni: tidak memenuhi syarat usia minimal 25 tahun sebanyak 102 pendaftar, berkas tidak sah sebanyak 108 pendaftar dan berkas tidak leng-kap sebenyak 72 pendaftar.c. Pemilihan

Pada fase ini merupakan pengum-pulan hasil tes tertulis, tes wawancara dan klarifikasi tanggapan masyarakat. Setelah proses seleksi selesai maka dilakukan rapat pleno komisioner kabupaten /kota untuk memilih tiga orang sebagai Panwascam terpilih.

Pemilihan harus dilakukan melalui proses pleno. Harus ada musyawar-ah antar pimpinan Bawaslu kabupat-en/kota. Harus mempertimbangkan

berbagai aspek dalam menentukan keterpilihan seseorang. Bawaslu ka-bupaten/kota harus cerdas dan jeli dalam memilih Panwascam. Sebab, Panwascam bagian dari ujung tombak yang akan melakukan proses penga-wasan pilkada 2020. Keterpilihan ha-rus mendasarkan pada data, fakta dan jejak rekam pendaftar. d. Penetapan

Hasil dari rapat pleno pemilihan Panwascam maka ditetapkan melalui surat keputusan Bawaslu Kabupaten/ Kota. Setelah itu, mereka yang terpilih akan dilantik sebagai pengawas pemilu kecamatan.

Proses rekrutmen tersebut dihara-pkan melahirkan embrio pengawas yang memiliki tangungjawab yang be-sar akan tugas dan kewajiban. Kualitas individu yang mumpuni dan integritas personal yang tangguh. Sebagai ujung tombak pengawasan maka kemam-puan personal dalam tim kerja sangat dibutuhkan. Meskipun tanggungjawab kelembagaan menjadi tanggungjawab bersama sebagai tim kolektif kolegial. Proses rekrutman harus profesion-al agar terpilih Panwascam yang be-nar-benar memiliki integritas.

Anggota Bawaslu Jawa Tengah Sri Wahyu Ananingsih mengawasi jalannya tes metode online calon Panwascam yang diselenggarakan Bawaslu Kab. Purworejo Jawa Tengah (13 Desember 2019).

Page 9: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk

EDISI 17 TAHUN 2019 | Buletin Bawaslu Jateng | 8

POTENSI SENGKETA PENCALONAN PERSEORANGANOleh: Ummi Nu’amah(Anggota Bawaslu Kabupaten Semarang Jawa Tengah)

Pelaksanaan pilkada 2020 sudah memasuki tahapan. Sesuai Peraturan KPU Nomor 15

Tahun 2019, pemungutan suara Pilkada 2020 akan di laksanakan pada 23 September 2020. Salah satu poin penting terkait dengan pemilu/pilkada adalah soal sengketa proses. Pada Pemilu 2019 lalu, Bawaslu telah melaksanakan tugas dan wewenangn-ya dengan baik dalam menyelesaikan sengketa proses pemilu. Bawaslu RI, Propinsi maupun Kab/Kota sudah menindaklanjuti pengajuan sengketa proses pemilu yang di ajukan oleh peserta pemilu yang di akibatkan karena adanya surat keputusan yang di keluarkan oleh KPU.

Di Jawa Tengah, tercatat ada 28 permohonan sengketa proses Pemilu di Kab/Kota se-Jawa Tengah. Dari 28 permohonan yang di register ada dua puluh tiga (23) sedangkan hasil dari penyelesaian sengketa, dengan mediasi ada sepuluh (10) permohon-an, mengabulkan sebagian ada tujuh (7), mengabulkan keseluruhan ada lima (5) dan menolak permohonan sengketa proses sejumlah satu (1).

Dari data yang ada mediasi (musy-awarah) merupakan penyelesaian sengketa proses yang paling banyak di lakukan oleh Bawaslu Kab/Kota. Se-dangkan penyelesaian sengketa antar penyelesaian sengketa proses banyak di lakukan oleh Kab/kota dengan cara musyawarah.

Potensi Sengketa Calon Perseorangan Proses Pilkada 2020?

Sesuai dengan PKPU 15 tahun 2019 tentang tahapan, Program dan

Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupa-ti dan Wakil Bupati, dan/atau Waliko-ta dan Wakil Walikota Tahun 2020, Pencalonan perseorangan merupakan tahapan yang mulainya lebih awal, yaitu di mulai pada Oktober 2019. Sesuai dengan PKPU nomor 3 tahun 2017 pasal 9 dan pasal 10 di sebutkan bahwa Penghitungan syarat jumlah dukungan dilakukan dengan meng-gunakan daftar pemilih tetap pada pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden; Persyaratan pencalonan berupa jumlah dukungan bagi calon perseorangan untuk kab/kota dengan jumlah penduduk sampai dengan 250.000 jiwa harus didukung paling sedikit 10% (sepuluh persen); jumlah penduduk lebih dari 250.000 sampai dengan 500.000 jiwa harus didukung paling sedikit 8,5% (delapan setengah persen); jumlah penduduk lebih dari 500.000 sampai dengan 1.000.000 jiwa harus didukung paling sedikit 7,5% (tujuh setengah persen); jumlah pen-duduk lebih dari 1.000.000 jiwa harus didukung paling sedikit 6,5% (enam setengah persen); dan Jumlah dukun-gan harus tersebar di lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah kecamatan di daerah kab/kota.

Dokumen dukungan yang harus di siapkan oleh calon perseorangan pada Pilkada 2020 tertuang Pasal 14 ayat (1) PKPU 18 Tahun 2019 ten-tang perubahan kedua atas PKPU 3 tahun 2017, berupa: surat pernyataan dukungan masing-masing pendukung yang ditempel dengan fotokopi Kartu Tanda Penduduk Elektronik atau Surat Keterangan, menggunakan formulir Model B.1-KWK Perseoran-

gan, dalam bentuk hardcopy; surat pernyataan Pasangan Calon perseorangan yang memuat tabel daftar nama pendukung, yang ditan-datangani oleh bakal Pasangan Calon perseorangan dan dibubuhi materai, menggunakan formulir Model B.1.1-KW Perseo-rangan dalam bentuk hardcopy; dan softcopy melalui (SILON) Sistem Informasi Pencalonan; dan rekapitu-lasi jumlah dukungan, menggunakan formulir Model B.2-KWK Perseo-rangan dalam bentuk hardcopy dan softcopy.

Paling tidak ada empat hal, yang dapat menimbulkan potensi sengketa proses Pemilu pada tahapan Pen-calonan Perseorangan. Pertama; Penggunanaan lembar B.1.-KWK yai-tu lembar surat pernyataan dukungan paslon perseorangan dalam Pilkada yang memuat memuat Fotocopy KTP, data Pendukung, tanda tangan. Se-bagai contoh di Kabupaten Semarang, Jumlah DPT/DPT-HP 2 pada Pemilu 2019 adalah 778.993 orang, maka pasangan calon perseorangan yang akan mendaftar sebagai calon, harus menyiapkan lembar B.1.-KWK sejum-lah 58.425 lembar. Jumlah tersebut sesuai dengan aturan UU 10 Tahun 2016 yaitu 7.5 % dari DPT, dan harus tersebar minimal di sepuluh Keca-matan. Persyaratan ini akan sangat menyulitkan calon harus menyiapkan fotocopy KTP, surat pernyataan dan juga tanda tangan calon pendukung per lembar per satu pendukung.

Kedua; Persyaratan wajib peng-ggunaaan SILON (Sistem Informasi Pencalonan) yang pada pelaksanaan Pilkada sebelumnya juga mengalami

Opini

Page 10: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk

9 | Buletin Bawaslu Jateng | EDISI 17 TAHUN 2019

banyak gangguan. Silon yang di pakai harusnya dengan system online bukan system offline. Dalam rancangan PKPU 18 tahun 2019 pasal 14 ayat (2), paslon wajib memasukkan data pendukung yang tercantum dalam surat pernyataan dukungan melalui Si-lon. Artinya ketika tidak di laksanakan atau karena terjadinya ke-error-an da-lam Silon, ini akan dapat menyebab-kan gugurnya paslon untuk mengikuti tahap selanjutnya.

Ketiga; bahwa formulir B1-KWK yang tidak sesuai dengan format yang

sudah disiapkan oleh KPU, tidak di hitung sebagai dukungan. Artinya ketika ada formulir dari paslon yang formatnya tidak sesuai dengan terbi-tan KPU maka tidak akan ada artinya karena tidak akan masuk dalam hitun-gan dukungan.

Masih minimnya sosialisasi dari KPU tentang pencalonan perseoran-gan dan baru terbitnya PKPU 18 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas PKPU nomor 3 tahun 2017 menjadi persoalan yang akan muncul di lapangan. Bawaslu sebagai lem-

baga pengawas Pemilu dan lembaga peradilan pemilu harus siap mengha-dapi ketika ada pengajuan permohon-an sengketa proses, tetapi juga tidak boleh lalai untuk tetap fokus pada pengawasan calon persorangan, mulai dari pengawasan penetapan jumlah minimum dukungan dan sebaran, penyerahan syarat dukungan, pene-litian syarat dukungan dan sebaran, verifikasi faktual dan rekapitulasi syarat dukungan, termasuk jeli melihat isu-isu spesifik terkait dengan penga-wasan calon perseorangan.

EVALUASI PEMILU SERENTAK 2019Oleh: Muladi Wibowo(Anggota Bawaslu Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah)

Berbagai tahapan pemilu 2019 telah usai. Hal ini ditandai pe-lantikan presiden-wakil pres-

iden terpilih. Legislator hasil pemilu 2019 juga sudah dilantik. Di Kabu-paten Sukoharjo, DPRD-nya juga sudah dilantik. Meski sudah selesai tapi berbagai catatan proses pemilu masih menarik untuk dibahas. Salah satu indikator sukses pemilu diukur dari angka partisipasi masyarakat. Catatan pengawasan Bawaslu Suko-harjo menunjukan adanya peningka-tan partisipasi pemilu 2019 sebesar 82,24 %. Angka ini melampaui target partisipasi pemilih secara nasional yaitu 77,5 %. Adapun dalam pemi-lu-pemilu sebelumnya, angka parti-sipasi selalu naik turun. Pemilu 2004 (80,83%), pemilu 2009 (70,61%), pemilu 2014(75,42%), pilkada 2015 (66,19%) dan pilgub 2018(73,51%).

Kerumitan pemilu serentak tidak menyurutkan minat pemilih untuk datang ke TPS. Di Kabupaten Suko-harjo dengan jumlah pemilih 684.757. (DPT, DPTb dan DPK) jumlah pengguna hak pilihnya mencapai

82,24 % (563.185). Dari 2.616 pemi-lih disabilitas hanya 44,76% (1.171) saja yang menggunakan hak pilihnya.

Pelaksanaan pemilu 2019 me-nimbulkan diskursus luar biasa yang mengarah pada evaluasi pemilihan umum tahun 2019 utamanya terkait desain pemilu serentak. Meninggalnya penyelenggara pemilu, meningkatnya biaya pemilu, masalah situng KPU, problem DPT, asumsi kesemrawutan pelaksanaan pemilu serentak ber-dampak pada banyak pihak men-yarankan beberapa opsi apakah pemi-lu serentak ini akan dipertahankan, diperbaiki, atau bahkan dihapus. Atau pemilu dipisahkan/menjadi tidak serentak. Bahkan dilaksanakan dalam beberapa tingkatan, yakni: Pilpres bisa digelar bersamaan dengan Pileg untuk DPR, Pemilihan Gubernur dengan Pileg DPRD provinsi, dan Pemilihan Bupati/Walikota dengan Pileg DPRD Kabupaten/Kota.

Pemerintahan presidensialisme Indonesia ideal yang diatur Pasal 20 Ayat (2) UUD 1945 ditentukan oleh presiden terpilih yang legitimasinya

dari mayoritas popular vote (pemilih) namun membutuhkan dukungan kur-si mayoritas suara parlemen. Maknan-ya, bahwa sistem presidensialisme di Indonesia lebih tepat menggunakan pendekatan penyatuan kekuasaan dan tujuan dibandingkan pemisah-an kekuasaan. Sementara itu, pen-galaman pemilu Orba/Orla, sistem pemerintahan, problem kenegaraan, sistem kepartaian, efektivitas lembaga perwakilan dan pelaksanaan pemilu era reformasi berkelindan menjadi problem yang memunculkan desain pemilu serentak merupakan hasil mitigasi pemilu dan tidak muncul tiba-tiba.

Setiap sistem yang baik, senan-tiasa membutuhkan evaluasi bagi perbaikan, namun menyadari segala kompleksitas yang terjadi dan proses yang saat ini sedang berlangsung, apakah sudah sangat layak dan tidak tergesa-gesa jika kita hendak melaku-kan evaluasi yang mengarah pada perubahan sistem dan pelaksanaan pemilu. Prinsip dasarnya, keputu-san Mahkamah Konstitusi (MK)

Opini

Page 11: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk

EDISI 17 TAHUN 2019 | Buletin Bawaslu Jateng | 10

pada 2013 tentang pemilu serentak dan dilaksanakan pada Pemilu 2019, bukan sekadar menyangkut perubah-an sistem jangka pendek, melainkan sebuah desain sistem yang memiliki tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang.

Menyadari problematika tersebut, hal mendasar yang perlu dilakukan adalah melaksanakan evaluasi teknis pelaksanaan pemilu tahun 2019 melalui kajian teknis, sistematis, kontruktif, dan akademis dari berb-agai pihak (penyelenggara pemilu, pemantau, media, DPR, Pemerintah, Akademisi, peneliti dan masyarakat pemerhati).

Catatan pelaksanaan pemilihan umum tahun 2019 berdasarkan hasil pengawasan pemilihan umum di wilayah Kabupaten Sukoharjo dapat disajikan dalam beberapa permasala-han mendasar yang membutuhkan sinergi publik, legislatif, penyelengga-ra pemilu dan masyarakat.

• Problem regulasi. UU 7 tahun 2017 disahkan dalam waktu yang sudah dekat dengan tahapan pemilu 2019. Hal ini berdampak pada kurang optimalnya regulasi pemilu. Perlu adanya percepatan evaluasi pelaksanaan pemilu dan percepatan persiapan dan Penge-sahan UU Pemilu yakni dengan menjadikan revisi UU Pemilu di prolegnas DPR RI tahun 2020 sebagai prioritas.• Masalah DPT pemilu. Selain problem tekhnis administrasi, salah satu penentu agar masalah DPT lebih berkeadilan bagi pemi-lih adalah menyelesaikan lebih komprehensif sistem administrasi kependudukan. Akurasi data DPT pemilu berkorelasi administrasi sistem kependudukan di Indone-sia.• Pemahaman penyelengga-ra pemilu. Catatan pengawasan memberikan gambaran nyata, bahwa sebab utama terjadinya

Pemungutan Suara Ulang di 3 TPS (Grogol, Weru, Bendosari) di Su-koharjo karena disebabkan kurang fahamnya penyelenggara pemilu. KPPS membutuhkan bimtek yang lebih intensif berbasis simulasi yang melibatkan semua jajaran KPPS (bukan perwakilan). • Masalah sistem informasi pemilu, mulai dari kurang kuatnya server KPU, keamanan server, problem validasi verifikasi sebe-lum upload data C1 ke Situng KPU dan masalah sistem akses dan pemeliharaan sidalih pemilu, hambatan pemeliharaan sidalah yang dikeluhkan PPK tidak boleh terjadi kembali dalam pemilu yang akan datang.• Teknis pelaksanaan pung-ut hitung, catatan pengawasan menunjukan perbedaan perlakuan terhadap pemilih DPT, DPTb dan DPK dalam penggunaan hak pilih karena faktor ketersediaan surat suara harus diatasi pada penga-turan yang lebih rasional terhadap perlakuan terhadap pemilih serta menyiapkan surat suara cadangan yang lebih banyak bagi pemilih. Dari sisi waktu proses pelaksanaan pemungutan suara membutuh-kan durasi waktu terlalu panjang. Dengan lima kartu surat suara yang mesti dicoblos, sejak proses pendaftaran, pemungutan suara, penghitungan, hingga rekapitu-lasi membutuhkan waktu paling sedikit 24 jam. Artinya, petugas Kelompok Penyelenggara Pemu-ngutan Suara (KPPS), pengawas, dan aparat keamanan harus beker-ja melebihi kemampuan tubuh manusia mengikuti proses pemu-ngutan suara hingga usai.• Perubahan sistem rekapi-tulasi. Sentralisasi rekapitulasi di tingkat kecamatan menimbul-kan konsentrasi masyarakat dan penyelenggara pemilu di tingkat kecamatan dalam jangka waktu

yang lama.• Problematika logistik, mulai dari keterlambatan logistik, keku-rangan surat suara, surat suara tertukar, kekurangan formulir C1, Plano, rusaknya kotak suara, keti-daktaatan SOP pengiriman logistik berdampak pada rusak/jebolkan kotak suara akibat kehujanan. Di Kecamatan Gatak dan Kecamatan Nguter terjadinya kerusakan 14 kotak Suara lebih karena kurang tertibnya implementasi SOP pen-giriman kotak suara.• Administrasi pemilu. Da-lam catatan pengawasan Bawaslu Sukoharjo menyarankan dilak-sanakan 55 kali penghitungan suara ulang dalam proses reka-pitulasi di tingkat kecamatan. Selanjutnya problem kesalahan input, salah salin, salah jumlah, salah cara input dokumen, salah sampul, lupa segel, dan beragam kesalahan proses administrasi pemilu memberikan gambaran bahwa suasana teknis administrasi pemilu tidak mencerminkan pesta demokrasi. Banyaknya dokumen administrasi yang harus diisi oleh petugas KPPS ditambah dengan faktor kelelahan berkelindan dengan keharusan ketaatan atas asas administrasi berdampak pada penyelesaian administrasi pemilu harus meliwati batas waktu 00 atau bahkan sda pagi/dini hari.

Catatan pengawasan tersebut memberikan basis rekomendasi bah-wa apabila sistem pemilu dan me-kanisme pelaksanaan pemilu dengan pendekatan yang sama, pemilu ser-entak 5 kotak akan tetap bermasalah, apalagi menjadi 7 kotak. Beberapa kendala teknis di lapangan dan sistem pemilihan ini tidak hanya meng-ganggu jalannya proses pemungutan dan penghitungan suara, tetapi juga tekanan psikologis penyelenggara pemilu. Belum lagi resiko hukum

Opini

Page 12: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk

11 | Buletin Bawaslu Jateng | EDISI 17 TAHUN 2019

Opini

serta beban kerja yang mesti dihadapi oleh penyelenggara pemilu ternyata tidaklah ringan. Perbaikan admin-strasi pemilu merupakan keharusan, termasuk penggunaan teknologi informasi seperti e-voting.

Selain problem sistem pemilu, pelaksanaan pemilu 2019 menun-jukan meningkatnya permasalahan teknis dibanding pemilu sebelum-se-belumnya. Kedepan pelaksanaan pemilu membutuhkan pembenahan

administrasi pemilu, perbaikan dan percepatan regulasi pemilu, pemben-ahan manajemen penyelenggaraan pemilu dan pengaturan beban penye-lenggara pemilu lebih proporsional.

Quo Vadis Desa Antipolitik Uang dan Desa Pengawasan?Oleh: Sudarsono(Anggota Bawaslu Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah)

Pada 26 November 2019, Koran Harian Suara Merdeka memuat tajuk rencana tentang seman-

gat lahirnya Desa Anti Money Politik dan Desa Pengawasan yang diinisiasi Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) di Provinsi Jawa Tengah. Tercatat, di 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah membentuk sebanyak 105 Desa Anti Money Politik dan 105 Desa Penga-wasan.

Pembentukan dua desa/kampung tersebut tentu tidak berangkat dari ruang hampa dalam hitungan sekejab. Melainkan hasil evaluasi panjang atas pelaksanaan Pemilu serentak 2019. Masih terdapat ruang atau potensi beragam pelanggaran yang hendak dimanfaatkan oleh Peserta Pemilu (tim kampanye atau calon legislatif) dan lebih-lebih para relawan yang tidak terdaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Menurut data penan-ganan pelanggaran Bawaslu Provinsi Jawa Tengah, setidaknya terdapat 11 perkara /kasus pidana Pemilu selama tahapan Pemilu 2019 yang tersebar di 10 Kabupaten/Kota (putusan berakhir di Pengadilan). Belum lagi putusan/rekomendasi pelanggaran administrasi dan atau pelanggaran perundang-undang lainnya.

Sisi substansi lainnya adalah parti-sipasi masyarakat secara sadar untuk ikut melakukan pengawasan Pemilu

menjadi kegelisahan Bawaslu hingga saat ini. Sekalipun pelaksanaan Pemi-lu 2019 telah usai. Setidaknya ada be-berapa poin yang bisa ditarik benang merah yang berhubungan dengan lahirnya Desa Anti Money Politik dan Desa Pengawasan tersebut.

Pertama; mulai mengakar sikap apatisme sebagian masyarakat dalam pelaksanaan Pemilu/Pilkada. Sikap ini tentu didasari oleh fenomena ban-yaknya Kepala Daerah atau anggota Dewan dari produk Pemilu/Pilkada yang terlibat kasus korupsi. Akhirnya masyarakat menganggap Pemilu/Pilkada hanya sebatas seremonial belaka dan tidak menghasilkan apa-apa selain menambah deretan pejabat yang bermental koruptor.

Padahal Pemilu/Pilkada merupa-kan sarana untuk memilih/mengganti calon pemimpin yang lebih berin-tegritas, berkualitas dan meluruskan kembali cita-cita kebangsaan melalui perwakilan di parlemen.

Kedua; pudarnya selektifisme terhadap calon pemimpin dan lebih memilih keuntungan materi sesaat. Tak ayal, peserta Pemilu/Pilkada menganggap sebagai peluang yang menjanjikan dan tidak serta merta harus berintegritas dan berkualitas untuk terpilih menjadi seorang pemi-mpin.

Pada aspek ini lahirlah istilah

simbiosis mutualisme (saling men-guntungkan kedua pihak) dan bisa dipastikan siapapun calonnya. Selama mempunyai materi/kapital, ia dengan mudah akan melenggang ke kursi kemenangan atau bisa duduk di kursi parlemen.

Ketiga, regulasi Pemilu/Pilkada selalu berganti setiap pelaksanaan pesta demokrasi yang mengakibat-kan masyarakat gugup atau bahkan kebi ngungan beradaptasi dengan peraturan kepemiluan yang serba baru. Kondisi ini berefek pada ter-ciptanya ruang hampa bagi kelompok masyarakat itu sendiri dan terkesan tidak acuh apa yang terjadi dengan demokrasi di Indonesia.

Keempat, pendidikan politik oleh partai politik (parpol) serampan-gan dan bahkan belum maksimal. Menurut hemat penulis, adanya dis-orientasi kepentingan antara parpol dengan masyarakat yang berimbas semakin hilangnya kepercayaan terhadap parpol. Sehingga muncul selentingan-selentingan tidak sedap dari masyarakat yang menganggap bahwa parpol hanya soal kekuasaan. Keberadaan masyarakat dibutuh-kan sebatas menjelang pelaksanaan Pemilu/Pilkada saja. Hal yang sangat ditakutkan ke depan adalah adanya pengorganisiran secara massif dari masyarakat itu sendiri untuk tidak

Page 13: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk

EDISI 17 TAHUN 2019 | Buletin Bawaslu Jateng | 12

percaya atau peduli apapun yang dilakukan parpol. Padahal keberadaan partai dalam sistem demokrasi menja-di sangat penting dan bagian dari per-cepatan aktualisasi misi kebangsaan.

MENYELAMATKAN DEMOKRASI INDONESIA

Atas dasar itu, tidak berlebihan jika penulis beranggapan bahwa eksistensi penyelenggara pemilu khususnya Bawaslu Kabupaten/Kota sangat relevan di tengah-tengah mas-yarakat. Tidak hanya sebagai motor penggerak, akan tetapi juga turut memastikan bersama rakyat bahwa nilai-nilai demokrasi satu konsepsi dasar atas kesepakatan bersama di dalam berbangsa dan bernegara yang harus selalu dijaga untuk keadaban Indonesia yang akan datang.

Keberpihakan Bawaslu bersama rakyat ini penting untuk diperte-gas karena akan menentukan wajah demokrasi yang salah satunya mem-persembahkan Pemilu/Pilkada yang berkualitas kepada rakyat. Langkah konkrit dan diharapkan dapat dira-sakan oleh rakyat adalah terbentukn-ya Desa Anti Money Politik dan Desa Pengawasan di Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah.

Konsekuensi logis dari pilihan membentuk dua desa tersebut ialah adanya tindak lanjut yang terukur dan sistematis mengingat tugas Bawaslu menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum Pasal 104 point f adalah mengembangkan pengawasan pemilu partisipatif. Adapun bentuk pengembangan pengawasan partisi-patif melalui; sosialisasi pemilu dan pendidikan politik bagi pemilih (Pasal 448 ayat 1 dan 2 UU 7/2017).

Pendidikan politik seperti apa yang ideal untuk meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam Pemilu/Pilkada? Izinkan penulis untuk men-gurai langkah-langkah konkrit sebagai tawaran program Bawaslu secara kelembagaan dan tentu ini belumlah sempurna.

Pertama, melakukan pemetaan masalah yang muncul setiap pelaksa-naan pemilu/pilkada dengan meli-batkan stakeholder desa dan organ-isasi-organisasinya lebih mendalam. Pemetaan ini penting dilakukan kembali kendati sebelum dilak-sanakan kegiatan launching dua desa, telah terlaksana pembinaan/sosialisasi sebanyak empat kali. Meski masih terbatas. Selain untuk menginven-tarisir beragam masalah juga sebagai sarana untuk menggairahkan kembali kesadaran masyarakat.

Kedua, diselenggarakannya se-kolah-sekolah pengawasan berbasis desa dan kelompok yang melibatkan perwakilan struktur desa, elemen kepemudaan, perwakilan ibu-ibu PKK, ibu-ibu pengajian/jamaah keagamaan dan kelompok masyarakat desa lainnya. Model sekolah penga-wasan yang dimaksud berupa per-temuan terbatas dengan sistem zona.

Contoh: dalam satu kecamatan ada 10 desa, maka sekolah dibuat dua kelas dan peserta di masing-masing kelas terdiri dari desa terdekat. Pilihan

program sekolah pengawasan menja-di solusi untuk memastikan ideologi pengawasan dapat teraktualisasi da-lam kehidupan masyarakat. Dengan begitu akan dengan sendirinya mema-hami pentingnya Pemilu/Pilkada.

Selain itu, adanya program sekolah pengawasan, desa yang tidak menjadi pilot project Bawaslu pada 2019 den-gan mudah dapat dilibatkan dan pada akhirnya semua desa tanpa terkecuali memiliki kesadaran untuk berparti-sipasi serta melakukan pengawasan Pemilu/Pilkada.

Ketiga, harus diakui, mewujudkan Pemilu/Pilkada yang berintegritas dan beradab bukan sekedar tugas Bawaslu. Peran pemerintah, mas-yarakat dan lembaga lainnya termasuk civitas akademika serta media massa memiliki peranan penting atas keber-hasilan tersebut.

Menggalakkan kerjasama atau so-sialisasi yang terus dilakukan Bawaslu dengan melibatkan semua komponen bangsa harus terus dilakukan sebagai wujud komitmen bersama untuk ber-sama-sama mempersiapkan Pemilu/Pilkada seperti yang dimaksud di atas. Sehingga impian menjadi bangsa besar bukan sekedar mimpi dan esok atau lusa kita semua bangga menjadi Indonesia.

Launching Desa Politik Uang di Desa Gentungan, Kec Mojogedang, Kab. Karanganyar. Dihadiri oleh jajaran Forkopimcam dan Bawaslu Kabupaten Karanganyar, November 2019.

Opini

Page 14: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk

13 | Buletin Bawaslu Jateng | EDISI 17 TAHUN 2019

BERPARTISIPASI MELALUI DESA PENGAWASAN Oleh: Sam Fery Baehaki(Anggota Bawaslu Kabupaten Temanggung Jawa Tengah)

Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu vide pasal 93 huruf b mengamanat-kan bahwa salah satu tugas Bawaslu adalah

melakukan pencegahan dan penindakan pelanggaran terhadap pelanggaran pemilu dan sengketa proses pemilu. Oleh karena itu Bawaslu berinovasi dengan membentuk desa binaan dengan nama Desa Penga-wasan Pemilu, setidaknya terdapat tiga Desa penga-wasan di tiap kabupaten/kota. Hal ini merupakan upaya pencegahan yang dilakukan oleh Bawaslu melalui desa-desa penga-wasan.

Seperti kita ketahui bahwa suksesnya Pemi-lu bukan hanya kewajiban penyelenggara Pemilu baik Komisi Pemilihan Umum maupun Bawaslu. Namun sudah menjadi kebutuhan bersama demi mencapai tu-juan akhir demokrasi yakni masyarakat yang menca-pai kesejahteraan, adil dan makmur.

Salah satu fungsi Bawaslu adalah melakukan pencegahan. Dalam melakukan pencegahan, Bawaslu tidak dapat melakukan secara instan atau mendadak. Namun ada proses panjang yang dilalui. Di antaranya adalah sosialisasi, pendidikan pemilih, pengembangan Desa Pengawasan, pembentukan desa anti money politik dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan kewa-jiban Bawaslu Kabupaten/Kota yang tertuang dalam Pasal 104 huruf (j) UU 7 tahun 2017: mengembangkan pemilu partisipatif dan partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan: sosialisasi pemilu, pendidikan bagi pemilih, survey atau jajak pendapat tentang pemilu, dan penghitungan cepat hasil pemilu.

Adapun langkah-langkah strategis yang dilakukan Bawaslu dalam membina Desa pengawasan dengan

cara: pendekatan pendidikan pemilih, pendekatan so-siologis, pemetaan sasaran kegiatan dengan kondisi sosial desa/kelurahan.

Pendekatan teologis, mendasarkan pada kolabora-si tokoh agama dan tokoh masyarakat. Pendekatan struktur kelembagaan di desa, Pendekatan dengan kelompok perempuan dan pemuda tingkat desa, bu-daya lokal, sekolah kader pengawasan tingkat desa/

kelurahan, serta pembua-tan Posko Pengawasan dan sebagainya.

Pada pelaksanaanya kegiatan pembentukan Desa pengawasan dilaku-kan melalui rapat internal guna menentukan tindak lanjut rencana kegiatan Pembentukan Desa Penga-wasan. Dilanjutkan dengan menggali data mengenai desa yang telah siap dija-dikan pionir sebagai Desa Pengawasan, menyeleng-garakan koordinasi den-gan stakeholder Desa dan komponen masyarakat,

penyusunan program kegiatan di desa tersebut. Menyiapkan materi, metodologi dan jadwal sosial-

isasi serta dokumentasi video Desa/Kelurahan Pen-gawasan dan Launching Desa Pengawasan dengan menampilkan budaya lokal di masing-masing desa.

Tujuan akhir terbentuknya Desa Pengawasan, adalah terwujudnya karakter masyarakat desa yang memiliki kesadaran penuh terciptanya pemilu yang demokratis dan mampu menekan potensi pelang-garan Pemilu dengan pendekatan pencegahan dan penindakan serta masyarakat berpartisipasi aktif ikut mengawasi tahapan pemilu maupun pilkada dan be-rani melaporkan jika terjadi dugaan pelanggaran di wilayah desa masing-masing.

Peresmian Pembentukan Desa Pengawasan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah,

November 2019.

Page 15: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk

EDISI 17 TAHUN 2019 | Buletin Bawaslu Jateng | 14

POLITIK UANG DAN ANCAMAN DEMOKRASIOleh: Azib Triyanto(Anggota Bawaslu Klaten Jawa Tengah)

Politik uang atau lebih tepatnya disebut vote buying merupakan praktik kotor yang merusak

pemilu dan demokrasi. Politik uang merupakan kejahatan dalam ke-hidupan berdemokrasi. Kejahatan yang dampaknya sangat luas. Kejaha-tan yang memicu mata rantai per-ilaku korup dan demoralisasi dalam kehidupan berpolitik. Politik yang dibangun dengan praktik kotor poli-tik uang akan selalu menghadirkan politikus-politikus kotor.

Fenomena ini sangat berdampak terhadap perilaku masyarakat saat ini. Dampak yang paling mononjol ada-lah ketergantungan masyarakat dalam memilih caleg berdasarkan uang yang diberikan, bukan beradasarkan visi misi dan latar belakang para caleg.

Dampak perilaku yang materialis akibat politik uang di masyarakat ada-lah seseorang memilih caleg bukan karena idealismenya tetapi berdasar-kan lingkungan di sekitarnya yang memberikan uang dan pengaruh dari tetangganya. Dengan kata lain, mas-yarakat gampang ikut ikutan dengan lingkungannya. Hal ini terjadi karena fikiran itu terbentuk karena pengaruh lingkungan di sekitarnya. Karena lingkungan tersebut juga dikategori-kan materi. Jika terbentuk pola pola seperti ini masyarakat indonesia yang tidak memiliki jati diri sehingga mu-dah terombang ambing oleh keadaan di sekelilingnya.

Dengan maraknya praktek politik uang di masyarakat, Bawaslu Kabu-paten Klaten melakukan gebrakan inovasi sosialisasi dan pembentukan Desa Anti Money Politik. Adapun

pioner desa Anti Money Politik ini ada tiga desa yaitu desa Jemawan Kecamatan Jatinom, Desa Gesikan Kecamatan Gantiwarno dan Desa Kebondalem Lor Kecamatan Pram-banan.

Faktor penyebab politik uangAda dua subjek yang menyebab-

kan terlaksananya praktik politik uang, yaitu peserta pemilu (calon ang-gota legislatif) dan masyarakat sebagai pemilih. Salah satu alasan mengapa para caleg melakukan politik uang adalah mereka takut kalah bersaing dengan caleg lain. Caleg yang baru bersaing masih mencari bentuk serangan fajar. Mereka berpotensi melakukan politik uang. Para caleg yang pernah mencalonkan diri pada pemilu sebelumnya tentu lebih ahli dalam politik uang dan dipastikan akan mengulang hal yang sama.

Alasan lainnya adalah adanya keti-dakpercayaan masyarakat terhadap para calon pemimpin. Hal tersebut memberikan efek negatif bagi para elit dengan menghambur-hambur-kan uang dalam waktu sekejap, demi kekuasaan semata. Begitupun sebali-knya, adalah sangat menggiurkan juga bagi masyarakat meskipun sesaat, karena itu juga masyarakat merasa "berhutang budi” pada caleg yang memberikan uang tersebut. Biasanya peserta pemilu yang tidak memiliki kedekatan emosional dengan mas-yarakat akan membuat program-pro-gram yang didalamnya terindikasi politik uang.

Jika dilihat dari masyarakatnya, ada beberapa faktor mengapa banyak rakyat yang terlibat dalam politik

uang, antara lain :a. Masyarakat miskin.

Sebagaimana kita ketahui, angka kemiskinan di Indonesia cukup ting-gi.Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk me-menuhi memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan keseha-tan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebu-tuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjan.

Kondisi miskin tersebut seperti memaksa dan menekan sebagian mas-yarakat untuk segera mendapat uang.Money politic pun menjadi ajang para rakyat untuk berebut uang. Mereka yang menerima uang terkadang tidak memikirkan konsekuensi yang akan diterima yaitu, tindakan suap dan jual beli suara yang jelas melanggar hu-kum. Yang terpenting adalah mereka mendapat uang dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

b. Rendahnya pengetahuan mas-yarakat tentang politik.

Tidak semua orang tahu apa itu politik, bagaimana bentuknya, serta apa yang ditimbulkan dari politik. Itu semua bisa disebabkan karena tidak ada pembelajaran tentang politik di sekolah-sekolah atau masyarakatnya sendiri yang memang acuh terhadap politik di Indonesia. Sehingga ketika ada pesta politik, seperti pemilu, masyarakat tersebut akan bersikap acuh dengan pemilu. Tidak mengenal partai, tidak masalah.Tidak tahu calon anggota legislatif, tidak masalah. Bah-kan mungkin, tidak ikut pemilu pun

Opini

Page 16: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk

15 | Buletin Bawaslu Jateng | EDISI 17 TAHUN 2019

tidak masalah.Kondisi seperti ini menyebab-

kan maraknya politik uang. Rakyat yang acuh dengan pemilu dengan mudah menerima pemberian dari para peserta pemilu.Politik uang pun dianggap tidak masalah bagi mereka. Mereka tidak akan berpikir jauh ke depan bahwa uang yang diberikan itu suatu saat akan 'ditarik' kembali oleh para caleg yang nantinya terpilih men-jadi anggota legislatif. Mereka tidak menyadari adanya permainan politik yang sebenarnya justru merugikan diri mereka sendiri.

c. Kebudayaan.Saling memberi dan jika mendapat

rejeki, tidak boleh ditolak. Begitulah ungkapan yang nampaknya telah melekat dalam diri bangsa Indonesia.Uang dan segala bentuk politik uang dari peserta pemilu dianggap sebagai rejeki bagi masyarakat yang tidak boleh ditolak. Dan karena sudah diberi, secara otomatis masyarakat harus memberi sesuatu pula untuk peserta pemilu, yaitu dengan memi-lih, menjadi tim sukses, bahkan ikut mensukseskan politik uang demi memenangkan peserta pemilu terse-but. Hal itu semata-mata dilakukan sebagai ungkapan terimakasih dan rasa balas budi masyarakat terhadap caleg yang memberi uang.

Dalam hal ini kebudayaan yang sejatinya bersifat benar dan baik, telah melenceng dan disalahartikan oleh masyarakat.Saling memberi tidak lagi dalam hal kebenaran melainkan untuk suatu kecurangan. Masyarakat tradisional yang masih menjunjung tinggi budaya ini menjadi sasaran em-puk bagi para caleg untuk melakukan politik uang tanpa dicurigai.

Atas situasi seperti tergambar di atas maka diperlukan upaya-upaya untuk membenamkan praktik politik uang: a. Menanamkan nilai-nilai keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa sejak

dini. Dengan semakin kuatnya keiman-

an kita bahwa Tuhan akan membalas setiap amal perbuatan yang berbuat baik akan dibalas dengan kebaikan dan yang berbuat jahat akan dibalas dengan azab atau siksa, maka akan se-makin besar pula rasa takut kita untuk berbuat tidak baik seperti menyuap dalam dalam agama islam dikenal dengan istilah Riswah, tidak jujur, dan sebagainya. b. Sosialisasi dan pendidikan poli-tik bagi masyarakat akan bahayan-ya money politik dalam tatanan demokrasi dan pemerintahan.

Bawaslu Kabupaten Klaten telah membentuk 3 Desa Anti Money Pol-itic dan 3 Desa Pengawasan dengan mengadakan sosialisasi sebanyak 4 kali pertemuan dan pencanangan desa Anti Money Politic maupun Penga-wasan Partisipatif.c. Hukuman yang tegas bagi ok-num-oknum yang menyuap dan koruptor.

Tidak di pungkiri lagi bahwa hukum di Indonesia ini sangat lemah bagi mereka yang berkedudukan dan sangat tegas bagi masyarakat lemah, berapa banyak sudah koruptor yang hukumannya lebih ringan daripada pencuri ayam. Oleh karena itu jika kita hendak memberantas korupsi

di negeri ini maka cara yang sangat efektif di antaranya adalah dengan memberikan hukuman yang berat dan tegas tanpa pandang bulu kepada para koruptor agar mereka yang sudah melakukan korupsi bisa jera dan bagi mereka yang belum tidak berani melakukan korupsi. Selain itu juga dinilai penerapan UU Pemilu No 7 Tahun 2017 Pasal 523 masih sangat multitafsir dan keseriusan dari Sentra Gakkumdu dalam penanganan tindak pidana pemilu masih sangat minim sekali.d. Dukungan dari semua pihak.

Karena praktek politik uang dan korupsi merupakan masalah yang sangat besar, akar-akarnya telah men-jalar keseluruh lapisan masyarakat, maka untuk memberantasnya diper-lukan kerjasama,usaha,dan dukungan dari semua pihak baik pemerintah, penegak hukum, dan masyarakat.

Jika salah satu dari komponen tersebut tidak mendukung, maka pemerintahan yang bersih dari politik uang dan korupsi akan sulit terwujud. Masyarakat perlu diajak menjadi pen-gawas partisipatif dalam mengawasi setiap tahapan pemilu maupun pilka-da karena pengawasan sesungguhnya adalah kerterlibatan dan peran aktif dari masyarakat itu sendiri.

Opini

Persidangan Kasus Politik UangProses peradilan kasus politik uang dalam pemilu 2019 yang terjadi di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Hakim Pengadilan Negeri Purworejo memvonis bersalah terhadap pelaku politik uang.

Page 17: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk

EDISI 17 TAHUN 2019 | Buletin Bawaslu Jateng | 16

Pemilu 2019 dan Catatan Soal Politik UangOleh: Muhammad Azam Multazam(Staf Bawaslu Kabupaten Demak Jawa Tengah)

Pesta demokrasi atau “cob-losan” di Indonesia sudah digelar 17 April 2019 silam.

Tahapan demi tahapan, dari awal sampai akhir sudah terlewati semuan-ya. Penyelenggara pemilu melewati lika-liku tahapan pemilu 2019 den-gan berbagai lika-likunya. Pemenang pemilu juga sudah dilantik.

Wajah para calon pemimpin yang dilantik terlihat sumringah semua. Tidak ada yang murung. Masyarakat hanya bisa melihat dari layar telivisi masing-masing. Mereka menonton pelantikan dengan tatapan mata yang tajam. Dari tatapan tersebut terselip banyak harapan dan doa.

Harapan besar masyarakat kepada para calon pemimpin yang telah dilantik bisa bekerja dengan baik. Menjadi nahkoda yang mampu men-garungi samudera kehidupan menuju Indonesia yang maju dan makmur.

Setelah selesainya pemilu 2019, bagi penyelenggara pemilu memi-liki banyak kesan dalam perjalanan pemilu 2019. Bagi Bawaslu Kabupat-en Demak mengemas kesan-kesan selama perjalanan pemilu 2019 dalam sebuah evaluasi. Hal apa saja yang dirasa masih menjadi kekurangan. Tentunya, ini merupakan sebuah ikhtiar agar pesta demokrasi ke depan lebih baik.

Perjalanan yang mengesankan adalah mulai tahapan kampanye. Dalam tahapan ini, peserta pemi-lu berlomba-lomba mengenalkan brand image masing-masing kepada target market yang dimaksud adalah masyarakat luas. Strategi marketing yang digunakan tentunya berbeda-be-da, dibuat seciamik mungkin agar

masyarakat tertarik memilih brand tersebut.

Untuk menaikkan brand dalam kampanye, peserta pemilu tidak bekerja sendirian, mereka dibantu oleh salesman. Yang dimaksud sales-man disini adalah segenap tim kam-panye. Strategi marketing tentunya disasarkan ke peta market yang sudah direncanakan. Melalui salesman inilah strategi marketing digencarkan.

Kita bisa lihat banyak poster dan baliho yang terpampang di pinggir jalan yang dilengkapi dengan gambar calon yang penuh wibawa beserta visi misinya. Disebar sampai ke pelosok desa. Dengan maksud mengenalkan kepada masyarakat. Bukan cuma di dunia nyata saja, strategi marketing juga menyasar di dunia maya. Di era 4.0 ini, media sosial dimanfaatkan untuk berkampanye, menawarkan brand nya masing-masing kepada masyarakat yang melek digital.

Para peserta pemilu diberikan kes-empatan berkampanye, mengenalkan diri dan memberikan edukasi politik kepada masyarakat sampai masa tenang. Dalam tahapan masa tenang, semua aktivitas kampanye dihentikan. Dalam bentuk apapun. Baik itu di dunia nyata maupun di sosial media.

Dalam tahapan masa tenang, Bawaslu Kabupaten Demak melaku-kan kontrol ke berbagai desa. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa kondisi benar-benar tenang dalam masa tenang.

Namun, Bawaslu Kabupaten De-mak menemukan sejumlah amplop putih di salahsatu sebuah desa yang diduga “serangan fajar” yang akan dibagikan kepada calon pemilih. Ini

benar-benar masa tenang yang sangat tidak tenang, khususnya bagi si ter-duga yang akan membagikan amplop putih -yang diduga sebagai politik uang- tersebut.

Bayangkan, misal itu benar-benar uang politik yang akan dibagikan ke calon pemilih akan merepotkan si terduga sendiri. Dia akan berkeliling door to door ke rumah calon pemilih dan itu pastinya akan sangat melelah-kan dan belum lagi timbul rasa was-was kalau ketangkap dan dilaporkan ke pengawas pemilu. Gak tenang toh? Maka, hal itu akan merusak marwah masa tenang dan juga merusak kecan-tikan demokrasi.

Sebelumnya kita sudah menge-tahui pemilu merupakan salah satu prosedural demokrasi. Bagi calon pemimpin yang ingin menuju pemer-intahan harus memenangkan dalam pemilu. Tentunya yang diharapkan adalah secara demokratis. Namun, mindset masyarakat tentang eduka-si politik ini masih perlu dirubah. Masyarakat masih bersikap matreal-istis dalam menghadapi pertarungan politik 2019.

Masyarakat masih banyak yang memiliki mindset saat datangnya pemilu adalah momen panen raya. Dari sini lah para elite politisi yang pragmatis membidik calon pemi-lih dengan melakukan vote buying dengan cara memberikan politik uang. Tidak perlu denial, politik uang menjadi strategi meraup suara, khususnya suara masyarakat dari kalangan menengah ke bawah. Sebab, mereka susah digoyah menggunakan ideologis.

Fenomena politik uang sekarang

Opini

Page 18: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk

17 | Buletin Bawaslu Jateng | EDISI 17 TAHUN 2019

bukan lagi hal yang asing, masyarakat sudah mendarah daging dan sulit dilepaskan dengan politik uang saat pemilu. Hemat kata, sudah menjadi budaya.

Namun, bagaimanapun, politik uang harus ditiadakan. Politik uang ti-dak boleh berlama-lama hidup. Sebab, politik uang adalah sesuatu hal yang buruk. Ormas terbesar Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadi-yah bersepakat bahwa politik uang itu semacam suap, haram hukumnya.

Kita perlu ketahui, pencalonan pemimpin untuk memenangkan dalam pemilu tentunya mengha-biskan banyak biaya. Mulai dari cetak MMT, baliho, sepanduk, bendera,

mengadakan rapat timses, dll. Itu belum lagi biaya buat “amplop kasih sayang” bagi calon pemilihnya. Maka, jika setelah ia memenangkan dalam pemilu, kemungkinan besar bekerja tidak bisa bersih. Tak sedikit dari mereka melakukan korupsi. Beru-saha mengembalikan modal semasa pencalonannya. Misalnya jual-beli jabatan, korupsi proyek jalan dan lain-lain.

Anggota Bawaslu Provinsi Jawa Tengah Muhammad Rofiudin menga-takan bahwa politik uang adalah hal yang paling merusak proses demokra-si. Dosen FISIP UNDIP Fitriyah berpendapat, bahwa politik uang dapat menghalangi kebebasan dalam

memilih. Masyarakat harus keluar dari lingkaran setan “politik uang.”

Maka dari itu, masyarakat harus mengubah mindset, bahwa politik uang itu sangat berbahaya. Jika mas-yarakat menginginkan pemimpin yang bersih harus bisa menolak politik uang. Dan jangan berharap pemimpin yang bersih, jika masyarakat masih mengharapkan politik uang.

Dan sebentar lagi akan digelar pilkada 2020, masyarakat diharapkan jangan seperti orang pengen kurus tapi ogah diet. Menginginkan pemi-mpin yang bersih tapi tidak mau menolak politik uang.

Opini

Dampak Kerusakan Politik Uang Oleh: Totok Suparyanto(Anggota Bawaslu Kabupaten Rembang Jawa Tengah)

Keluarga pak Warji tiba-tiba dikejutkan kehadiran mas Kharis dipenghujung fajar.

Keasyikannya menjalani awal rutini-tasnya di hari itu terputus gara-gara ada tamu tak diundang. Ketika dia membersihkan almari reyot milikn-ya, sayup-sayup terdengar suara mas Kharis. Mereka lalu terlibat pem-bicaraan: “Lik, duit sakjuta seko pak Somad iki tulung tampanono, tenang wonge Mansur ora bakal weruh. Lha wong mengko yen nyoblos ning bi-lik yo sing weruh awakmu” (Paman, uang satu juta dari pak Somad ini to-long diterima, tenang saja orangnya Mansur tidak bakal tahu. Lha nan-ti kalau ‘nyoblos’ di bilik yang tahu yang dirimu). Sepenggal kalimat dari mas Kharis tadi telah meluruhkan hati dan pikiran Pak Warji yang akhirnya mau menerima uang itu. Tanpa sadar bahwa gerak-gerik mas Warji diintai oleh mas Karjani, tim suksesnya mas

Mansur. Mas Karjani tiba-tiba kayak ahli

matematika. Waktunya hampir diha-biskan untuk membuat estimasi ten-tang perolehan suara. Maklum, sebagai tim sukses mas Karjani harus meme-takan siapa-siapa saja yang memilih mas Mansur, calon yang dijagokann-ya. Sekitar tujuh ratusan warga desa Malowopati akan menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2019. Berbagai strategi telah mas Karjani lakukan.

Seminggu mendekati hari pe-mungutan suara, mas Mansur opti-mis bahwa dia akan mampu meraup separuh lebih suara di desa Malowo-pati. Suhu politik di desa Malowopati memang lagi hangat terkait pemilihan calon anggota DPRD Kabupaten. Pak Somad selaku petahana akan head to head dengan mas Mansur, caleg baru dari desa yang sama. Dengan berbekal survei dukungan warga, mas Mansur yakin akan memenangkan kontestasi

pemilu 2019, khususnya di desa Ma-lowopati. Karena satu desa, adu geng-si sangat terasa di antara keduanya.

Demikian juga dengan pak So-mad, dengan modal pengalaman dan dukungan dari pendukungnya. Pak So-mad pun yakin akan menang. Apalagi pak Somad punya banyak uang untuk “shodaqah” dibanding mas Mansur. Namun di balik keyakinannya, tersim-pan rasa khawatir karena hasil survey dukungan kepada pak Somad lebih rendah dibanding mas Mansur. Ter-pautnya lumayan banyak yaitu sekitar 50an pemilih.

Hajat demokrasi yang ditung-gu-tunggupun akhirnya tiba. Pak So-mad memenangi kontestasi di desanya dengan perolehan terpaut 79 suara. Gegap gempita dan kegembiraan kubu pak Somad menyambut atas ke-menangan tersebut terasa di desa Ma-lowopati. Sementara kubu mas Mans-ur mau tidak mau harus menerima

Page 19: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk

EDISI 17 TAHUN 2019 | Buletin Bawaslu Jateng | 18

KEHUMASAN DAN PPID TERBAIK DI AJANG BAWASLU AWARD 2019

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Jawa Tengah berdiri permanen

semenjak tahun 2013 dan dikukuhkan oleh Bawaslu Republik Indonesia terus berbenah dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Selain amanat undang-undang yang meng-haruskan Bawaslu sebagai badan yang mengawasi jalanya proses tahapan pemilihan umum dan pemilihan kepa-la daerah, Bawaslu juga mempunyai tugas untuk terbuka dan memberikan layanan kepada masyarakat yang in-formatif dan akurat terkait tugas-tu-gas kepengawasan.

Salah satu bentuk pelayanan kepada masyarkat akan informasi-in-formasi kepengawasan pemilihan, Bawaslu Jawa Tengah mengopti-malkan sisi kehumasan dan keterbu-

hasil pemilu tersebut, walau dengan perasaan kecewa.

Betapa tidak, kubu mas Mans-ur merasa dikhiananti oleh sebagian pendukungnya. Mereka mau mener-ima uang dari mas Mansur namun juga mau menerima uang dari pak Somad. Kenapa para pendukung mas Mansur berpaling darinya? Usut pu-nya usut ternyata begitu hasil survey menyatakan bahwa pak Somad kalah 50 suara, kubu pak Somad melaku-kan serangan fajar. Tim pak Somad membagi uang kepada seratus pemilih pendukung mas Mansur sebesar 5 kali lipat dari uang mas Mansur.

Pasca pelantikan, pengabdian pak Somad terhadap warga terasa tidak tulus. Ketika ada warga pendukun-gnya sakit yang mengurus adalah orang-orangnya pak Somad. Sementa-

ra jika yang sakit bukan pendukung-nya, pak Somad cuek. Bukan itu saja, setiap ada bantuan dari pemerintah hanya disalurkan kepada pendukung-nya.

Kisah di atas dibuat untuk meng-gambarkan pemimpin yang lahir dari politik uang akan melahirkan pemi-mpin tidak sejati. Karena pemimpin yang muncul dari hasil politik uang adalah tipe pemimpin yang sejak awal tidak memiliki kesejatian untuk memi-mpin. Ia memerlukan pencitraan yang berbiaya mahal. Pencitraan ini diper-lukan untuk me-make up dirinya dari seorang yang semula biasa saja menja-di seorang berbeda sehingga tampak layak untuk dipilih sebagai pemimpin. Tidak ada yang terus “bertobat” den-gan melupakan biaya yang telah dikel-uarkan selama proses pemilu. Akhirn-

ya oknum wakil rakyat tersebut akan mengkalkulasi biaya yang telah diin-vestasikan selama pencalonan untuk mendapatkan kembali uangnya.

Praktek politik uang bisa berawal dari proses pergantian kepemimpinan dalam skup yang lebih kecil misalnya di level desa. Sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk melawan politik uang, karena pembiaran praktek poli-tik uang akan menjadi awal terjadinya kegaduhan di masyarakat. Lebih jauh lagi praktek politik uang akan merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Lebih-lebih jika kita seo-rang beragama, maka kita harus yakin bahwa segala sesuatu yang kita makan dari hasil yang halal maupun haram akan menjadi darah dan daging.

Prosesi pembukaan Bawaslu Award 2019 di Jakarta, 25 November 2019.

Momen

Page 20: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk

19 | Buletin Bawaslu Jateng | EDISI 17 TAHUN 2019

kaan informasi kepada masyarakat. Bawaslu Jawa Tengah selalu meng-gemborkan kinerja-kinerja kepen-gawasan pemilu kepada masyarakat menggunakan media-media terkini. Tidak hanya itu Bawaslu Jawa Tengah juga mendorong jajaran Bawaslu kabupaten/Kota untuk mengikuti perkembangan jaman dalam mem-publish tugas-tugas pengawas kepada masyarkat.

Beberapa akun media seperti laman website www.jateng.bawaslu.go.id, akun youtube dengan nama Humas Bawaslu Jateng, akun insta-gram dengan nama @BawasluJateng, Twitter dengan akun @Bawaslu_jateng, dan nama fanspage Bawaslu Jawa Tengah untuk para penggu-na facebook. Akun-akun tersebut adalah akun media terkini yang sangat diminati masyarakat. Bawaslu Jawa Tengah melihat hal ini selalu meningkatkan performa publish pada media-media tersebut. Alhasil mas-yarakat sangat antusias dan apresiasi terhadap apa yang dilakukan oleh Bawaslu Jawa Tengah.

Tidak hanya itu, Keterbukaan informasi di era serba digital se-

karang ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Bawaslu Jawa Tengah pada tahun 2019 mengembangkan pelayanan informasi tentang kepenga-wasan pada masyarakat. Sejatinya se-bagai lembaga publik tentunya punya kewajiban untuk memberikan layanan informasi kepada public tentang tugas pokok fungsinya. Setelah desk informasi yang telah ada semenjak ta-hun 2017 lalu, Bawaslu Jawa Tengah mengembangkan pelayanan informasi berbasis digital melalui website. Lang-kah ini diambil dengan dalih perkem-bangan jaman yang serba digital. Permintaan informasi dapat langsung melalui dunia maya dan cepat sehing-ga masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan informasi.

Dengan langkah-langkah yang diambil dan dikembangkan secara berkala oleh Bawaslu Jawa Ten-gah akhirnya Bawaslu Award pada tahun 2019 tepatnya bulan Ok-tober mendapatkan penghargaan dari Bawaslu Republik Indonesia sebagai Bawaslu Provinsi dengan Kehumasan terbaik dan Pelayanan Informasi (PPID) terbaik seluruh Indonesia. Penghargaan ini sebagai

kategori pertama semenjak Bawaslu Award di adakan 6 tahun lalu yang di berikan oleh Bawaslu kepada jajara-nya. Bawaslu Jawa sebagai Bawaslu Provinsi pertama yang mendapatkan-ya.

Atas dasar pretasi ini Bawaslu Jawa Tengah akan terus meningkat-kan pelayanan informasi public dan akan selalu mengikuti perkembangan teknologi untuk memberikan infor-masi-informasi kepada masyarakat terkait kepengawasan pemilu dan pilkada di Provinsi Jawa Tengah.

Scan disini untuk Baca Berita Online

Anggota Bawaslu RI Ratna Dewi Petalolo menyerahkan piagam dan piala penghargaan PPID Terbaik dalam Ajang Bawaslu Award 2019, di Jakarta 25 Oktober 2019.

Page 21: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk

EDISI 17 TAHUN 2019 | Buletin Bawaslu Jateng | 20

Liputan Khusus

Penerbitan Buku Sejarah Bawaslu Jateng

Salah satu peristiwa penting di Jawa Tengah adalah terkait dengan keberadaan Bawaslu Jawa Tengah. Dulu, lembaga pengawas ini bernama Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) yang sifatnya ad hoc. Kini, lembaga ini sudah berubah menjadi lembaga permanen yang bernama Badan Pen-gawas Pemilu (Bawaslu).

Untuk menelusuri jejak-jejak dibalik berdirinya lembaga Bawaslu Provinsi Jawa Tengah, Bawaslu Jawa Tengah menyusun sebuah buku seja-rah Bawaslu Jateng yang dilaunching pada akhir 2019. Seluruh tim mem-bahas dengan cermat dan menelusuri siapa saja pihak-pihak yang berada dibalik berdirinya Bawaslu Provinsi Jawa Tengah.

Telusur sejarah dimulai pada bulan Oktober 2019 yang melibatkan be-berapa staf dan menggandeng penu-lis untuk menggarap pembuatan buku

sejarah tersebut. Rapat koordinasi pertama dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2019, berlangsung di media centre Bawaslu dengan melibatkan pimpinan, sekretariat dan penulis. Dalam koordinasi pertama beberapa hal yang dibicarakan tentang maksud penyusunan, siapa saja tokoh yang akan diwawancarai, target penyusu-nan dan beberapa mekanisme teknis lapangan. Penulis yang dilibatkan memang sudah berkecimpung di-dunia akedemisi, pers dan komunitas budaya. Mereka adalah Tedi Kholilu-din dan Heri Condro Santoso.

Proses pembuatan buku sejarah ini dilakukan melalui berbagai tahap. Secara rutin seluruh tim berkoordi-nasi untuk menggali, mencari dan memilah dokumentasi yang masih tersisa. Tim dikomandoi Rofiuddin selaku Koordinator Divisi Humas dan Hubal Bawaslu. Tim melaku-

Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah atau yang lebih dikenal dengan jasmerah. Itulah ungkapan Soekarno, Presiden RI pertama. Peristiwa masa lalu merupakan bagian dari sejarah yang tak boleh di-lupakan. Agar kita tidak lupa maka salah satu caranya adalah kita mendokumentasikan peristiwa itu.

kan kilas balik terhadap siapa saja tokoh-tokoh yang berperan dalam perjalanan Bawaslu Jateng. Tak jarang dalam beberapa sesi koordinasi di kantor terjadi momen saling mengin-gat dan sekaligus mempelajari seluk beluk perjalanan Bawaslu Jateng. Tentu ini menjadi pembelajaran baik bagi jajaran Bawaslu Jateng saat ini sebagai sarana untuk mengingat dan mengenang kembali siapa saja dibalik berdirinya lembaga pengawasan yang kita kenal dengan Bawaslu Jawa Tengah.

Rasanya semakin tidak sabar untuk segera menerbitkan buku sejarah ini. Selain sebagai media edukasi kepada publik dan jajaran Bawaslu momen ini juga merekatkan silaturahmi dengan tokoh pendahulu Bawaslu Jateng. Tokoh yang akan diperdalam pengalamanya ialah pada periode tahun 2003-2004, 2008-2009,

Wawancara dengan Abhan (Ketua Bawaslu Jawa Tengah 2013-2018 dan Ketua Bawaslu RI 2017-2022). Wawan-cara untuk menggali peristiwa dan cerita dalam sejarah penga-wasan pemilu di Jawa Tengah.

Page 22: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk

21 | Buletin Bawaslu Jateng | EDISI 17 TAHUN 2019

Liputan Khusus

2013-2017, dan 2017 hingga saat ini. Tim melakukan breakdown kepa-da tokoh-tokoh yang masih dapat dihubungi untuk segera dikirimkan surat permohonan wawancara.

Tak jarang beberapa tokoh sudah tidak berada di Semarang. Bahkan ada yang ada di luar Provinsi Jawa Tengah. Namun tidak menyurutkan semangat untuk tetap mendatangi dan melakukan wawancara. Setelah semua surat permohonan terkirim, satu persatu penulis melakukan kon-firmasi terkait kesediaan waktunya untuk dilakukan wawancara. Wawan-cara dilakukan langsung oleh penu-lis dan didampingi oleh tim untuk didokumentasikan.

Hasil dokumentasi yang dilaku-kan oleh tim akan dikumpulkan yang

rencananya digunakan sebagai materi dalam pembuatan film dokumenter sejarah Bawaslu Jateng. Sembari tim dokumentasi mengabadikan momen yang ada, pewawancara melakukan pendalaman materi kepada tokoh yang diwawancarai. Materi atau pointer yang digali dalam wawancara adalah seputar bagaimana pengala-man masing-masing tokoh pada waktu itu, motivasi, kejadian yang tidak terlupakan dan harapan untuk lembaga dikemudian hari. Durasi wawancara pun hampir tidak terasa karena 1 jam terasa hanya 5 menit karena banyaknya cerita yang asik untuk digali. Semua tim yang mengi-kuti proses wawancara menikmati bahkan bisa diibaratkan seperti anak kecil yang didongengi ibu sebelum

tertidur pulas. Hampir semua tokoh memiliki cerita unik semasa menjadi komisioner pada saat masih Panwaslu hingga Bawaslu.

Tentunya sahabat Bawaslu sema-kin penasaran apa yang diolah dan dibahas dalam buku tersebut serta cerita unik yang diulas. Tokoh yang berhasil ditemui untuk dilakukan wawancara oleh tim penyusunan buku sejarah di antaranya Ketua Bawaslu RI Abhan. Selain itu ada Nur Hidayat Sardini. Banyak harapan dengan adanya pembuatan buku ini. Selain sebagai media edukasi kepada publik, buku ini nantinya juga akan membuka cakrawala pembaca bahwa menegakan lembaga pengawas pesta demokrasi itu tidaklah mudah butuh perjuangan.

Wawancara dengan Nur Hidayat Sardini untuk menggali peristiwa dan cerita dalam sejarah pen-gawasan pemilu di Jawa Tengah.

Rapat Koordinasi bersama tim penyusun buku sejarah terus dilakukan. Menyatu-kan ide dan pemikiran untuk sebuah karya sejarah lembaga pengawasan.

Page 23: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk

EDISI 17 TAHUN 2019 | Buletin Bawaslu Jateng | 22

Pustaka Digital Bawaslu Jateng

Perkembangan revolusi industri 4.0 menuntut segala hal menjadi serba praktis, terdigitalisasi dan

terintegrasi secara online. Begitupun da-lam hal publikasi dan penyampaian in-formasi pada sebuah lembaga/instansi pemerintahan juga haruslah mengikuti perkembangan zaman sehingga infor-masi tentang lembaga/instansi tersebut dapat tersampaikan dengan cepat dan mudah diakses oleh masyarakat.

Bawaslu sebagai sebuah lembaga publik dalam misi organisasinya juga menyebutkan untuk memperkuat sistem kontrol nasional dalam satu manajemen pengawasan yang terstruk-tur, sistematis dan integratif berbasis teknologi. Hal tersebut dapat diarti-kan bahwa Bawaslu sebagai sebuah lembaga publik telah menitikberatkan penggunaan teknologi informasi untuk memberikan kemudahan dalam pen-yampaian informasi kepada masyarakat.

Sebelumnya Bawaslu Provinsi Jawa Tengah telah menerbitkan 16 Edisi Buletin, kemudian disusul oleh Bawaslu Kabupaten/Kota menerbitkan Buletin secara serentak pasca pemilu 2019. Buletin yang berisikan kisah kisah kin-erja Bawaslu Se Jawa Tengah mulai dari tahapan awal kampanye, hingga proses penghitungan suara pada pemilu. kisah kisah heroik pengawasan dituliskan se-

cara menarik pada tiap Buletin Bawaslu Kabupaten/Kota maupun Provinsi.

Bawaslu se-Jawa Tengah juga me-nerbitkan berbagai buku dengan tema yang beragam mulai dari Buku Penga-wasan, Buku Penyelesaian Sengketa, Buku Puisi & Sajak Pemilu hingga Buku Kehumasan.

Sungguh amat disayangkan jika Buku dan Buletin yang telah diterbitkan oleh Bawaslu Se Jawa Tengah yang dicetak secara terbatas dan hanya dapat dinikmati oleh kalangan internal Bawas-lu saja, berbagai kalangan diluar Bawas-lu mulai dari Mahasiswa, Akademisi maupun Masyarakat umum seharusnya juga dapat menikmati sajian literasi yang telah di buat oleh Bawaslu Se-Jawa Tengah. Selain sebagai sarana Publikasi Kinerja Bawaslu Se-Jawa Tengah seka-ligus juga sebagai sarana pendidikan Politik bagi masyarakat awam.

Dengan berdasar latar belakang tersebut, sekaligus untuk mendukung Misi Organisasi Badan Pengawas Pemi-lihan Umum. maka Bawaslu Provinsi Jawa Tengah membuat terobosan dengan menerbitkan Website Elibrary Bawaslu Jawa Tengah. Website yang merupakan hasil aktualisasi latsar Staff CPNS di Subbag Humas Bawaslu Provinsi Jawa Tengah Setiadi Kurni-awan atau yang akrab dipanggil Dede.

FlashBack E-Library What’s & Why ?Apa itu E-library? dan Mengapa harus ada E-library? E-Library adalah website yang berisi Buku dan Bule-tin terbitan Bawaslu Se Jawa Tengah dalam versi Digital. Pembuatan E-Library bertujuan untuk mendo-kumentasikan seluruh Koleksi Buku dan Buletin Se-Jawa Tengah, seh-ingga Buku dan Buletin tetap dapat dinikmati tak terbatas waktu. Selain fungsi Dokumentasi, E-Library juga dibuat sebagai sarana Publikasi Buku dan Buletin Bawaslu Se- Jawa Tengah kepada masyarakat. Dengan adanya E-Library masyarakat juga dapat ikut menikmati dan mengetahui sajian Literasi yang telah dibuat.

Where ?Masyarakat Modern yang cenderung menggunakan Gadget & Internet juga melatar belakangi pembuatan E-Library Bawaslu Jawa Tengah, ting-gal mengklik alamat website: elibrary.jateng.bawaslu.go.id , maka sajian Literasi Digital Bawaslu Jawa Tengah langsung dapat dinikmati melalui Gadget dimana saja dan kapan saja.

Page 24: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk

23 | Buletin Bawaslu Jateng | EDISI 17 TAHUN 2019

How ?Untuk dapat membaca Buku/

Buletin pada E-library kita tinggal langsung memilih Buku/Buletin yang telah ditampilkan pada tampilan muka, atau dapat menggunakan menu yang sudah terklasifikasi mulai dari buku/buletin berdasarkan Penerbit, buku berdasarkan tema, ataupun dapat langsung mengetikan judul Buku/Buletin yang ingin dibaca da-lam kolom pencarian.

Pengunjung juga dapat langsung memberikan rating, kritik dan saran pada Buku/Buletin yang dibaca di E-Library, karena E-Library juga dilengkapi dengan fitur memberikan rating dan review, sehingga kita dapat langsung melihat Buku/Buletin mana yang difavoritkan pengunjung.

Beberapa Buku/Buletin pada E-Library dapat langsung diunduh jika ingin membacanya secara offline, namun ada beberapa Buku/Buletin

yang tidak dapat didownload dikare-nakan alasan keamanan hak cipta.

Setelah secara resmi dirilis oleh Kordiv. Humas dan Hubal Bawaslu Provinsi Jawa Tengah, M.Rofiuddin pada tanggal 11 Desember 2019 pada kegiatan Rakor Pembentukan PPID Kabupaten/Kota di Cilacap Jawa Tengah, E-Library telah dikunjungi lebih dari 100 pengunjung dan lebih dari 600 kali Buku/Buletin di baca.

Website Trilogy

Dengan hadirnya E-Library, Bawaslu Provinsi Jawa Tengah kini memiliki Website Trilogy yaitu: web-site utama Bawaslu Provinsi (jateng.bawaslu.go.id), website PPID (ppid.jateng.bawaslu.go.id) dan website Pustaka Online (elibrary.jateng.bawas-lu.go.id).

Dengan hadirnya website trilogy ini diharapkan dapat memperkuat

fungsi Publikasi yang dilakukan Tim Humas Bawaslu Provinsi Jawa Tengah, selain itu sebagai sarana yang dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk dapat mengakses segala jenis informasi kepemiluan sehingga Bawaslu Khususnya Bawas-lu Se Jawa Tengah dapat lebih dikenal oleh Masyarakat karena kinerja nya, selain itu website trilogy diharapkan juga dapat memberikan predikat in-formatif bagi Bawaslu Jawa Tengah.

Scan disini untuk Baca PPID Online

Tangkapan Layar (screen shoot) website Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Jawa Tengah (kanan), website PPID Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Jawa Tengah (tengah), serta website e-library Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Jawa Tengah (kiri).

Page 25: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk

EDISI 17 TAHUN 2019 | Buletin Bawaslu Jateng | 24

Momen

BAWASLU KABUPATEN/KOTA TOREHKAN PRESTASI

Kinerja Bawaslu dalam mengawal proses pemilihan umum 2019 sudah tidak

diragukan lagi. Suksesnya perhela-tan akbar pesta demokrasi Indone-sia tersebut tidak dipungkiri juga merupakan hasil kerja keras jajaran Bawaslu di tingkat Kabupaten/Kota. Malam itu tawa kebahagian terlihat dari wajah peserta yang hadir dalam ajang Bawaslu Award 2019. Gemuruh tepukan tangan warnai Ballroom Kasablanka Jakarta, yang bangga atas capaian masing – masing Bawaslu dalam setiap kategori yang dikumandangkan. Setidaknya terdapat sejumlah 11 kategori yang dihimpun Bawaslu Republik Indonesia dalam award kali ini.

Sebelum Bawaslu Republik Indo-nesia memilih mana yang terbaik dari masing – masing Kabupaten/Kota, Bawaslu Provinsi terlebih dahulu melakukan seleksi kepada ajuan yang dijagokan oleh Bawaslu Kabupaten/Kota. Tentu dalam hal ini tidak sem-barangan, Bawaslu Provinsi melaku-kan penilaian secara matang dan menilik kembali segala peristiwa dan kinerja yang sudah dilakukan Bawaslu Kabupaten/Kota dalam setahun tera-

khir, khususnya dalam proses Pemilu 2019. Perdebatan mungkin sempat terjadi pada tingkat Provinsi kare-na hampir ke 35 Kabupaten/Kota memiliki potensi yang sangat baik, namun dari beberapa kategori harus dipilih mana Kabupaten/Kota yang paling siap untuk bertanding den-gan Kabupaten/Kota lain diseluruh Indonesia.

Setelah terpilih Kabupaten/Kota yang mampu merepresentasikan 11 Kategori tersebut, Bawaslu Provin-si menyerahkan data baik fisik dan softfile kepada Bawaslu Republik Indonesia. Penyerahan kelengkapan Award tersebut tidak serta merta hanya diserahkan, tetapi dilakukan verifikasi terhadap data dan juga dilakukan wawancara kepada Kom-sioner Bawaslu Provinsi yang saat itu hadir dalam acara penyerahan berkas. Penilaian award dilakukan secara ketat oleh Bawaslu Republik Indonesia yang bekerjasama dengan akademisi, pegiat seni dan pegiat kepemiluan.

Malam pelaksanaan Bawaslu Award dilaksanakan pada tanggal 25 Oktober 2019 yang dihadiri oleh seluruh Komisioner ditingkat Provin-si dan Kabupaten /Kota. Pada malam

itu busana yang dikenakan menggu-nakan kebaya untuk wanita dan jas formal untuk pria. Semua peserta dari Provinsi Jawa Tengah terlihat segar dan rasanya siap memborong piala untuk dibawa pulang ke daerah. Sebelum pembacaan berbagai nomi-nasi Ketua Bawaslu RI memberikan sambutan yang mengapresiasi capaian kerja Bawaslu diseluruh Indonesia, serta mengutarakan harapannya den-gan adanya kegiatan award ini dapat memacu semangat jajaran pengawas untuk meningkatkan kinerja secara maksimal.

Detik – detik pembacaan nomina-si pun tiba Bawaslu Provinsi berhasil memborong dua piala sekaligus yaitu Fungsi Kehumasan dan PPID terbaik pertama untuk tingkat Provinsi seluruh Indonesia. Situasi semakin tegang karena berharap jajaran di Bawaslu Kabupaten/Kota juga dapat meraih prestasi. Setelah satu per-satu disebutkan terjawablah segala ketegangan tersebut dengan capa-ian Bawaslu Kabupaten/Kota yang mendapatkan Inovasi Pencegahan Terbaik Tingkat Pertama oleh Kabu-paten Pati, Penanganan Administrasi Terbaik Kedua oleh Kota Semarang dan Tata Kelola Kesekretariatan Ter-baik Kedua oleh Kabupaten Pati. Se-tiap perwakilan dari masing – masing Kabupaten/Kota yang mendapatkan penghargaan maju keatas panggung untuk menerima piala dan piagam penghargaan oleh jajaran pimpinan Bawaslu Republik Indonesia. Kekel-uargaan sangat terlihat saat momen pengumuman penerima penghargaan di serukan oleh pembawa acara. Kemenangan satu Kabupaten/Kota bukan merupakan kemenangan individu tetapi kemenangan bersama, oleh karena itu tidak ada prasangka iri

Bawaslu Kota Semarang meraih penghargaan BawasluAward 2019

Page 26: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk

25 | Buletin Bawaslu Jateng | EDISI 17 TAHUN 2019

dan curiga tetapi kebanggan bersama untuk dirayakan.

Tentu terdapat beberapa alasan dan persiapan yang dilakukan masing – masing Kabupaten/Kota. Bawaslu Kabupaten Pati telah berupaya dalam melakukan penataan kesekretariatan dengan baik mulai dari pertanggung-jawaban keuangan dan manajemen administrasi. Demikian halnya Ibu Kota Jawa Tengah yaitu Kota Sema-rang. Bawaslu Kota Semarang men-gajukan nominasi tersebut dengan beberapa alasan diantaranya dalam menangani 9 kasus yang didalamn-ya menyangkut hak warga Negara Indonesia untuk menyatakan suara dalam pemilihan. Kota Semarang menangani beberapa pemungutan suara lanjutan (PSL) dan rekomen-dasi pemungutan suara ulang (PSU). Hasil kerja keras dan ketulusan jajaran Bawaslu Kota Semarang dalam memperjuangkan hak warga inilah yang akhirnya menghantarkan pada prestasi yang berhasil diraih. Pencapaian yang diraih Bawaslu Kota Semarang juga mendapatkan apresiasi oleh warga Kota Semarang. Prestasi tersebut menjadi representasi dari Kota Semara.ng, bahwa jajaran Bawaslu dari tingkat PTPS menunju-kan kinerja terbaik.

Bawaslu Kabupaten Wonoso-bo pun berhasil torehkan prestasi. Kabupaten yang terkenal dengan

wisata alam nya ini memiliki segudang inovasi yang telah diaplikasikan dalam berbagai sosialisasi ke seluruh elemen masyarakat yang ada di Kabupaten Wonosobo. Kegigihanya untuk terus memberikan sesuatu hal yang baru menghantarkan Wonosobo menjadi Bawaslu Kabupaten terbaik pertama dalam melakukan inovasi pencegah-an. Bawaslu Kabupaten Wosobo telah menjangkau sasaran dengan total sekitar 257.948 masyarakat Wono-sobo dan 90% diantaranya memiliki hak pilih pada pemilu 2019. Inovasi pencegahan yang dilakukan berane-karagam mulai dari sosial budaya, pendekatan agama, komunitas, pen-didikan, media sosial pemerintahan dan mendeklarasikan beberapa desa binaan. Penghargaan yang berhasil diraih juga merupakan hasil kolab-

orasi dengan tokoh agama, seniman, pelajar, aktivis dan seluruh mas-yarakat di Kabupaten Wonosobo. Hal ini menjadi motivasi yang besar kepada jajaran Bawaslu Kabupaten Wonosobo untuk menemukan lagi berbagai inovasi khususnya dalam menghadapi Pilkada 2020

Beberapa prestasi yang tel-ah dicapai baik Provinsi ataupun Kabupaten/Kota adalah prestasi kita bersama yang bernaung dalam Jawa Tengah. Hasil kerja keras yang berbuah capaian prestasi ini bukan hanya perjuangan seorang diri, tetapi genggaman tangan bersama untuk wujudkan satu tujuan menegakan keadilan Pemilu. Siapapun yang terpilih dan berhasil meraih prestasi kiranya dapat menularkan semangat berkarya kepada teman – teman di Kabupaten/kota yang lain. Sejat-inya apa yang sudah diraih saat ini menjadi tantangan besar keluagra Bawaslu Jawa Tengah untuk tetap bisa mempertahankan.

Penyerahan Penghargaan Bawaslu Award 2019Anggota Bawaslu RI Ratna Dewi Petalolo memberikan Piala dan Piagam penghargaan kepada Bawaslu Kab. Wonosobo (Samping), Sesi foto bersama Sekjend Bawaslu RI dalam acara peng-hargaan Bawaslu Award kategori Tata Kelola Sekretariat Terbaik kedua yang diraih oleh Bawaslu Kab. Pati.

Page 27: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk
Page 28: MENYONGSONG PILKADA 2020€¦ · Jawa Tengah juga sudah membentuk Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam). Bawaslu Provinsi Jawa Tengah juga berkonsolidasi dengan jajarannya untuk