Menyiapkan Generasi Emas Kembali Pada Pendidikan Berbasis ... · Salah satu fungsi pendidikan...

3
8 MPA 309 / Juni 2012 Selama hampir 67 tahun kemer- dekaan RI, bangsa ini seakan berjalan ditempat. Tidak ada perubahan signi- fikan dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika diban- dingkan dengan negara tetangga se- perti Australia, Singapura dan Ma- laysia, Indonesia masih kalah dari sisi kemajuan yang dicapai. Menyadari hal itu, pada peringatan Hari Pendi- dikan Nasional awal Mei lalu, peme- rintah mencanangkan Bangkitnya Generasi Emas 2045 untuk menyong- song peringatan seratus tahun Hari Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2045 kelak. Hal ini didasarkan pada temuan bahwa rentang tahun 2010 hingga 2035, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi (demographic di- vedend). Dalam ren- tang waktu itu, jumlah populasi Indonesia usia produktif sangat berlimpah. Data Kemendikbud menunjukkan bahwa pada 2010, penduduk usia 0-9 tahun di negeri ini mencapai 45,9 juta jiwa, sedangkan kelompok usia 10-19 ta- hun berjumlah 43.55 juta jiwa. Nah, pada peringatan seabad Hari Kemerdekaan RI kelak, kelompok usia 0-9 tahun ini akan berumur 35- 44 tahun. Sementara penduduk yang saat ini berusia 10-19 tahun akan ber- umur 45-54 tahun. Artinya, usia 35- 54 tahun merupakan masa produktif dalam kalender hidup manusia. “Jika kelompok produktif ini berkualitas, maka ini merupakan bonus SDM yang luar biasa,” ujar Prof. Dr. Muchlas Samani, MPd. “Dan sebaliknya, jika kelompok usia produktif ini kuali- tasnya rendah, maka siap-siaplah menerima bencana demografi (demo- graphic disaster),” tambah Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini mengingatkan. Berbagai studi menyebutkan bahwa kemajuan sebuah bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, bukan pada kandungan sumber daya alam. Ini bisa dikompa- rasikan dengan menengok beberapa negara yang mampu menjadi negara maju meski kekayaan alamnya ter- batas. Oleh sebab itu, rasanya belum terlambat jika saat ini dilakukan in- vestasi besar-besaran untuk melahir- kan Generasi Emas dari bumi pertiwi ini. Sebuah generasi yang memiliki daya saing tinggi. Dan salah satu kuncinya terletak pada peningkatan kualitas pendidikan. Menurutnya, dengan pendidik- an yang bermutu, kemajuan sebuah bangsa bisa diraih. Salah satu fungsi pendidikan adalah menjadi sarana re- kaya sosial. Sebab, pendidikan mam- pu mengubah sebuah bangsa yang lemah menjadi kuat. Pendidikan juga mampu menjadikan kelemahan men- jadi sebuah peluang. Di sisi lain, pen- didikan berperan penting dalam me- nyongsong masa depan. Dan pendi- dikan pun bisa difungsikan sebagai alat mobilitas, baik vertikal maupun horizontal. “Orang berpendidikan, dari sisi profesi lebih sering tidak sa- ma dengan pekerjaan orangtuanya. Kalau pun sama, pasti lebih tinggi. Ini yang saya sebut mobilitas verti- kal,” terangnya. “Dan mobilitas hori- zontal itu misalnya orang tuanya tani, anaknya menjadi guru,” tambahnya. Tapi yang ironis, ketika berbicara tentang kualitas pendidikan, sering- kali dibenturkan dengan ketersedia- an anggaran. Ini yang seringkali men- jadi diskursus panjang tanpa ujung. Memang anggaran itu penting, tapi bu- kan faktor terpenting. Sebab menurut Guru Besar Unesa ini, anggaran besar tak menjamin kualitas pendidikan serta merta bagus. “Uang bukan segalanya, tapi karakter dan kepribadianlah itu yang utama. Jadi kerja keras dan daya juang itu yang terpenting. Dengan itu saya yakin Generasi Emas Indonesia pasti bisa terwujud,” tandas Suami Dwi-yani Ratna Dewi menegaskan. Menyitir konsep pendidikan Imam al Ghazali, pendidikan itu me- lingkupi tiga aspek yaitu hati (qalb), Menyiapkan Generasi Emas Kembali Pada Pendidikan Berbasis Pesantren Prof. Dr. Muchlas Samani, MPd Prof. Dr. Zainuddin Maliki, MSi

Transcript of Menyiapkan Generasi Emas Kembali Pada Pendidikan Berbasis ... · Salah satu fungsi pendidikan...

Page 1: Menyiapkan Generasi Emas Kembali Pada Pendidikan Berbasis ... · Salah satu fungsi pendidikan adalah menjadi sarana re-kaya sosial. Sebab, pendidikan mam-pu mengubah sebuah bangsa

8 MPA 309 / Juni 2012

Selama hampir 67 tahun kemer-dekaan RI, bangsa ini seakan berjalanditempat. Tidak ada perubahan signi-fikan dalam segala aspek kehidupanberbangsa dan bernegara. Jika diban-dingkan dengan negara tetangga se-perti Australia, Singapura dan Ma-laysia, Indonesia masih kalah dari sisikemajuan yang dicapai. Menyadarihal itu, pada peringatan Hari Pendi-dikan Nasional awal Mei lalu, peme-rintah mencanangkan BangkitnyaGenerasi Emas 2045 untuk menyong-song peringatan seratus tahun HariKemerdekaan RI pada 17 Agustus2045 kelak.

Hal ini didasarkan pada temuanbahwa rentang tahun 2010 hingga2035, Indonesia akan mendapatkanbonus demografi (demographic di-vedend). Dalam ren-tang waktu itu, jumlahpopulasi Indonesia

usia produktif sangat berlimpah. DataKemendikbud menunjukkan bahwapada 2010, penduduk usia 0-9 tahundi negeri ini mencapai 45,9 juta jiwa,sedangkan kelompok usia 10-19 ta-hun berjumlah 43.55 juta jiwa.

Nah, pada peringatan seabadHari Kemerdekaan RI kelak, kelompokusia 0-9 tahun ini akan berumur 35-44 tahun. Sementara penduduk yangsaat ini berusia 10-19 tahun akan ber-umur 45-54 tahun. Artinya, usia 35-54 tahun merupakan masa produktif

dalam kalender hidup manusia. “Jikakelompok produktif ini berkualitas,maka ini merupakan bonus SDM yangluar biasa,” ujar Prof. Dr. MuchlasSamani, MPd. “Dan sebaliknya, jikakelompok usia produktif ini kuali-tasnya rendah, maka siap-siaplahmenerima bencana demografi (demo-graphic disaster),” tambah RektorUniversitas Negeri Surabaya (Unesa)ini mengingatkan.

Berbagai studi menyebutkanbahwa kemajuan sebuah bangsaditentukan oleh kualitas sumber dayamanusia, bukan pada kandungansumber daya alam. Ini bisa dikompa-rasikan dengan menengok beberapanegara yang mampu menjadi negaramaju meski kekayaan alamnya ter-batas. Oleh sebab itu, rasanya belum

terlambat jika saat ini dilakukan in-vestasi besar-besaran untuk melahir-kan Generasi Emas dari bumi pertiwiini. Sebuah generasi yang memilikidaya saing tinggi. Dan salah satukuncinya terletak pada peningkatankualitas pendidikan.

Menurutnya, dengan pendidik-an yang bermutu, kemajuan sebuahbangsa bisa diraih. Salah satu fungsipendidikan adalah menjadi sarana re-kaya sosial. Sebab, pendidikan mam-pu mengubah sebuah bangsa yang

lemah menjadi kuat. Pendidikan jugamampu menjadikan kelemahan men-jadi sebuah peluang. Di sisi lain, pen-didikan berperan penting dalam me-nyongsong masa depan. Dan pendi-dikan pun bisa difungsikan sebagaialat mobilitas, baik vertikal maupunhorizontal. “Orang berpendidikan,dari sisi profesi lebih sering tidak sa-ma dengan pekerjaan orangtuanya.Kalau pun sama, pasti lebih tinggi.Ini yang saya sebut mobilitas verti-kal,” terangnya. “Dan mobilitas hori-zontal itu misalnya orang tuanya tani,anaknya menjadi guru,” tambahnya.

Tapi yang ironis, ketika berbicaratentang kualitas pendidikan, sering-kali dibenturkan dengan ketersedia-an anggaran. Ini yang seringkali men-jadi diskursus panjang tanpa ujung.

Memang anggaranitu penting, tapi bu-kan faktor terpenting.

Sebab menurut Guru Besar Unesa ini,anggaran besar tak menjamin kualitaspendidikan serta merta bagus. “Uangbukan segalanya, tapi karakter dankepribadianlah itu yang utama. Jadikerja keras dan daya juang itu yangterpenting. Dengan itu saya yakinGenerasi Emas Indonesia pasti bisaterwujud,” tandas Suami Dwi-yaniRatna Dewi menegaskan.

Menyitir konsep pendidikanImam al Ghazali, pendidikan itu me-lingkupi tiga aspek yaitu hati (qalb),

Menyiapkan Generasi EmasKembali Pada Pendidikan Berbasis Pesantren

Prof. Dr. Muchlas Samani, MPd Prof. Dr. Zainuddin Maliki, MSi

Page 2: Menyiapkan Generasi Emas Kembali Pada Pendidikan Berbasis ... · Salah satu fungsi pendidikan adalah menjadi sarana re-kaya sosial. Sebab, pendidikan mam-pu mengubah sebuah bangsa

9MPA 309 / Juni 2012

otak dan tangan. Semua aksi nyataitu bermula dari hati. Sedangkanmetode aksi ditentukan oleh otak.Jadi, menurut pria ramah ini, yanglebih penting saat ini adalah mene-guhkan pendidikan karakter seba-gai ruh dari pendidikan. “Dan pen-didikan karakter itu muaranya ada-lah pendidikan hati,” tukas mantanStaf Ahli Mendiknas ini.

Namun sayang, dengan kema-juan teknologi informasi saat ini, se-ringkali orang Timur dibuat silauoleh kemajuan yang dicapai Barat.Maka berbondong-bondonglah or-ang Timur mengadopsi begitu sajasistem pendidikan Barat. Padahalmodel pendidikan yang ideal telahlama diparaktekkan di pondok pe-santren – yang merupakan cikal bakalpendidikan di Indonesia selama ini.Sebab, pesantren lebih mengedepan-kan pembentukan karakter. Bahkan dipesantren pun telah ditanamkan si-kap jujur, amanah (terpercaya), fa-thonah (cerdas) dan tabligh (komu-nikatif). “Jika ini diadopsi, saya yakinpasti bangsa ini mampu bersaing dikanca global,” tutur lelaki asal Pono-rogo ini.

Meski demikian, keberhasilanpendidikan tak lepas dari sosok se-orang guru. Sebab, guru lah yangberpengaruh dalam mencetak hitamputihnya seorang siswa. Jika paraguru berkualitas dan profesional, ma-ka akan banyak hal yang bisa dicapai.Sebenarnya, pemerintah telah ba-nyak melakukan terobosan dalam pe-ningkatan kualitas dan profesional-isme guru selama ini. Mulai dari pe-ningkatan kesejahteraan guru mela-lui tunjangan fungsional dan pening-katan kualitas guru.

Bahkan, Undang-undang No-mor 14 tahun 2005 tentang Dosen danGuru pasal 23 ayat 1 menyebutkanbahwa pemerintah mengembangkansistem pendidikan guru ikatan dinasberasrama di Lembaga PendidikanTenaga Kependidikan (LPTK) untukmenjamin efisiensi dan mutu pendi-dikan. “Insya Allah akan dimulai ta-hun depan di perguruan tinggi ne-geri terlebih dahulu, baru kemudiandiperluas ke peruruan tinggi swasta.Sebab ini menyangkut anggaran,”papar lelaki kelahiran 15 Desember1951silam ini. “Dan semoga dalam 2-3 tahun ke depan, akan dihasilkan

guru-guru yang berkualitas. Jika gu-runya berkualitas, out put siswa yangdihasilkan tentu juga berkualitas,”tambahnya penuh harap.

Di sisi lain, menurut Prof. Dr.Zainuddin Maliki, MSi, terpuruknyakualitas pendidikan di Indonesia se-lama ini, disebabkan model pendi-dikan “masih seolah-olah”. “Me-mang ada sekolah, tapi itu seolah-olahada. Guru mengajar, masih seolah-solah mengajar. Siswa pun belajarnyaseolah-olah. Dan regulasi yang adapun sama seolah-olah,” tukasnyaserius.

Di semua institusi pendidikan,memang ada proses belajar mengajar,tapi itu sangatlah jauh dari esensi se-benarnya. Tidak itu saja, meski kebi-jakan pendidikan sudah sedemikianbaik tapi masih miskin implementasi.Jadi, penyelenggaraan pendidikansebatas formalitas belaka yang takmampu menghadirkan hakikat pen-didikan yang dicita-citakan olehtujuan nasional pendidikan.

Dalam Undang-undang Nomor20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan,pendidikan nasional berfungsi me-ngembangkan kemampuan dan mem-bentuk watak serta peradaban bang-sa yang bermartabat dalam rangkamencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya po-tensi peserta didik agar menjadi ma-nusia yang beriman, bertakwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak mu-lia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, man-diri dan menjadi warga Negara yangdemokratis serta bertanggung jawab.

Memang, salah satu tujuan pen-didikan nasional adalah menciptakanmanusia yang kreatif dan inovatif.Tapi ini sangat ironis ketika melihatkenyataan bahwa jumlah hak pateninternasional Indonesia sepanjangtahun 2009 hanya 6 buah. Jumlah ini

sangat kecil dibanding paten yangdicatat oleh Jepang yang memiliki224.795 paten pada tahun yangsama. Bahkan pada tahun 2010 In-donesia menempati posisi terendahyakni 15 paten dan1.575 merk da-gang. Padahal dari sisi kekayaandan penduduk, Indonesia sangatmelimpah. “Di Negara maju itu mes-ki penduduk dan kekayaan alam mi-nim, justru produk kreatifnya me-limpah. Dan saya heran, dalamkondisi seperti ini kok tiba-tiba pe-

merintah mewacanakan lahirnya Ge-nerasi Emas atau Golden Generation.Bagaimana mungkin?” tanya RektorUniversitas Muhammadiyah Sura-baya ini

Walaupun demikian, dia masihbisa memahami wacana GenerasiEmas yang dicanangkan pemerintahitu. Menurutnya, ada keinginan daripemerintah untuk segera mengubahkeuntungan populasi pendudukmenjadi sebuah peluang untuk ber-saing di tingkat global. Sebab selamaini melimpahnya jumlah pendudukmasih menjadi beban tersendiri baginegara. “Kuncinya adalah mereforma-si sistem pendidikan kita selama ini,”tukas ketua Dewan Pendidikan Jatimini mengusulkan.

Menurut pengamatan lelaki ke-lahiran Tulungagung 7 Juli 1954 silamini, pendidikan saat ini belum menyen-tuh tujuan nasional pendidikan se-jengkal pun. Sebab proses evaluasiyang terjadi hanya menyentuh kogni-tif saja. “Yang diukur hanya kecer-dasan saja. Padahal kognitif itu hanyamenyumbang 20 % dalam kesukses-an,” paparnya.

Bahkan sebuah penelitian me-nunjukkan, kesuksesan bergantungpada faktor kesungguhan, keperca-yaan, dan komunikasi. Maka, karak-ter seperti ini yang seharusnya mam-pu disemaikan oleh pendidikan padasiswa didik agar menjadi pribadi-pri-badi unggul yang siap menatap masadengan daya saing tinggi. “Unggulbagi saya adalah unggul kompetensi,bukan sekedar piawai mengerjakansoal setingkat Cambridge. Artinyaoutput pendidikan itu harus menja-dikan sesorang mampu dalam memak-simalkan potensinya,” tukas pria mu-rah senyum ini menggarisbawahi.Prof. Zainuddin pun berharap, suatusaat akan lahir sekolah-sekolah de-

Page 3: Menyiapkan Generasi Emas Kembali Pada Pendidikan Berbasis ... · Salah satu fungsi pendidikan adalah menjadi sarana re-kaya sosial. Sebab, pendidikan mam-pu mengubah sebuah bangsa

10 MPA 309 / Juni 2012

ngan keunggulan bidang tertentu, se-misal sekolah unggul bidang Mate-matika dan Sains, sekolah unggul bi-dang seni budaya dan seterusnya.

Selain itu, dia juga memandangperlu segera dilakukan konsolidasinasional untuk mereformasi seluruhaspek pendidikan selama ini. Sepertireformasi kurikulum, reformasi modelpembelajaran, reformasi sistem eva-luasi yang seharusnya lebih menge-depankan pentingnya karakter dansoft skill. “Dalam bidang kurikulummisalnya, mengintegrasikan seluruhmata pelajaran menjadi kurikulumintegratif dan tematik,” terangnya.

Saat ini mata pelajaran yang adaterlalu banyak tapi tidak terintegrasi.Sehingga seolah-olah tidak mema-hami pertautan antara satu pelajarandengan mata pelajaran lain. Jikamenggunakan kurikulum thematicintegrative maka cukup ditentukansatu tema atau lebih yang nantinyabisa didekati dengan berbagai sudut.Misalnya dari sudut agama, tekno-logi, sosial, budaya ekonomi dan se-terusnya.

Dan yang lebih penting lagiadalah komitmen pemerintah terha-dap pendidikan seperti dalam penye-diaan anggaran pendidikan. Nah,berhasil tidaknya mencetak GenerasiEmas 2045, menurutnya, dipengaruhiefektif tidaknya pengelolaan pendi-dikan di negeri ini. Dan lagi-lagidibutuhkan intervensi pemerintah didalamnya sebagai wujud komit-mennya dalam bidang pendidikan.“Pendidikan harus menjadi kepu-tusan politik. Politisi juga wajib men-dorong pemerintah supaya memilikikeseriusan terhadap pendidikan,”pungkas penulis buku DemokrasiTersandera ini menandaskan.

Terlepas dari itu semua, adaharapan besar lahirnya GenerasiEmas datang dari madrasah. Jika katakunci lahirnya Generasi Emas 2045adalah katangguhan karakter, makamadrasah lah yang paling siap. Sebabsejak lama di lembaga pendidikan dibawah naungan Kementrian Agamaitu telah menerapkan pendidikankarakter melalui pembiasaan-pembiasaan setiap hari. “Selain itu,madrasah juga memiliki keunggulandari sisi pendidikan agama sebagaipenopang tumbuh suburnya karakterpada diri siswa,” tukas Drs H. Mus-

ta’in, MAg.Kepala Bidang Mapenda Kan-

wil Kemenag Prov. Jatim ini menilai,pola pendidikan karakter di madrasahselama ini jauh lebih efektif jika diban-dingkan dengan sekolah umum. Se-bab pendidikan karakter di madrasahsudah menjadi budaya sejak lama.Dan yang menarik saat ini, ada kecen-derungan budaya madrasah itu di-adopsi oleh sekolah-sekolah maju.Misalnya mereka mulai budaya men-cium tangan guru, pemberlakuan se-ragam celana panjang, wajib jilbabbagi siswa muslim hingga shalat jama-ah Dhuha. Memang pembiasaan initerlihat sepele, tapi dampaknya sa-ngat luar biasa.

Selain itu, jika membandingkangrafik pendidikan di madrasah de-ngan sekolah dalam beberapa tahunterakhir, apa yang dicapai siswa ma-drasah cukup menggembirakan. Danmadrasah cenderung melesat lebihcepat. Hal ini tampak dari sisi kualitasmaupun kuantitas siswa. Buktinyabanyak siswa madrasah yang mampumenyumbangkan prestasi hingga le-vel internasional. Dengan kata lain,siswa madrasah saat ini cukup kom-petitif meski secara anggaran, madra-sah kalah jauh dengan sekolah di ba-wah kemendiknas. Inilah yang mena-rik di Kemenag. “Bahkan ada yangmembahasakan bahwa anggaran dimadrasah itu lebih barokah,” terangH. Musta’in sambil senyum dikulum.

Terlepas dari itu semua, PakMustain – demikian ia karib disapa –sangat antusias menyambut seruan

Kemendiknas untuk mencetak Gene-rasi Emas 2045. Apalagi mencetak ge-nerasi yang kompetitif dan memilikidaya saing tinggi merupakan keingi-nan bersama. Dan jika mendambakanperubahan dalam kehidupan ber-bangsa dan bernegara secara drastis,terang pria berkumis tebal ini, pendi-dikan harus menjadi pilihan utama.“Jika saja pendidikan menjadi fokusutama pembangunan, saya yakin kitabisa melampaui capaian-capaian yangdigapai oleh negara-negara maju,”tukasnya optimistis.

Oleh karenanya dibutuhkan se-buah strategi yang ampuh untukmembuat kualitas pendidikan sema-kin baik. Di Kemenag sendiri sudahdilakukan beberapa upaya untuk pe-ningkatan guru mulai dari pembekal-an dalam pelatihan maupun menjalinkerjasama dengan pihak luar negeridalam program beasiswa maupunpertukaran guru.

Dan yang tak kalah penting se-lain perhatian terhadap kualitas guruadalah pengawas pendidikan. Mere-ka inilah yang selalu memonitor, men-dampingi dan mengevaluasi prosespengajaran di sebuah institusi pen-didikan. Karena perannya yang cu-kup vital, maka melalui PeraturanMenteri Agama (PMA) Nomor 1 ta-hun 2012, seluruh pengawas di ling-kungan Kemenag harus mengikuti ujikompetensi. Bagi yang dinyatakanlulus akan diangkat sebagai penga-was dengan jenjang baru.

Sedangkan untuk perekrutanpengawas baru, disediakan dua jalurrekrutmen yaitu jalur akademis danjalur struktural. Untuk jenjang aka-demis, mulai tahun ini sudah berjalantugas belajar program master jurusanpengawas. Bagi yang telah menye-lesaikan program master tersebutlangsung diusulkan sebagai penga-was. Sedangkan rekrutmen pengawasmelalui jalur struktural atau penjen-jangan adalah pengangkatan kepalamadrasah yang dinilai memiliki kom-petensi di atas rata-rata. “Jika ini bisaberjalan baik, kita masih bisa berharapkualitas pendidikan untuk mencip-takan generasi unggul mampu te-raih,” tukas mantan Kepala KemenagKabupaten Malang ini.

Laporan: Suprianto,ChoirulMustofa, Fery Aria Santi

(Surabaya)Drs H. Musta’in, MAg