Menuju masyarakat madani

14
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat madani(civil society) sudah sejak awal tahun 1990an menjadi perbincangan dikalangan para ilmuan di Indonesia. Masyarkat madani merupakan elemen penting dalam demokrasi, meskipun praktek demokrasi di Indonesia belum sepenuhnya berjalan dengan semestinya, pembangunan masyarakat madani menjadi perhatian tidak saja di kalangan cendekiawan tetapi pemerintah dan masyarakat (terdidik) yang lebih luas, yang semakin menyadari pentingnya masyarakat madani dalam rangka mewujudkan system politik dan ekonomi serta budaya yang lebih demokratis yang sedang dilandasi reformasi itu sehingga dapat diarahkan kepada konsep masyarakat madani sebagai acuan baru. Dilihat dari aspek ekonomi, penciptaan dan pengembangan masyarakat madani berarti menciptakan dan mengembangkan system prekonomian yang memberikan kesempatan yang sama kepada para pelaku ekonomi. Masyarakat madani, konsep ini merupakan penerjemahan istilah dari konsep civil society yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam ceramahnya pada simposium Nasional dalam rangka forum ilmiah pada acara festival istiqlal, 26 September 1995 di Jakarta. Konsep yang diajukan oleh Anwar Ibrahim ini hendak menunjukkan bahwa masyarakat yang ideal adalah kelompok masyarakat yang memiliki peradaban maju. Menurut Quraish Shibab, masyarakat Muslim awal disebut umat terbaik karena sifat-sifat yang menghiasi diri mereka, yaitu tidak bosan-bosan menyeru kepada hal-hal yang dianggap baik oleh masyarakat selama sejalan dengan nilai-nilai Allah (al-ma’ruf) dan mencegah kemunkaran. Selanjutnya Shihab menjelaskan, kaum Muslim awal menjadi “khairu ummah” karena mereka menjalankan amar ma’ruf sejalan dengan tuntunan Allah dan rasul-Nya. (Quraish Shihab, 2000, vol.2: 185). Perujukan terhadap masyarakat Madinah sebagai tipikal masyarakat ideal bukan pada peniruan struktur masyarakatnya, tapi pada sifat-sifat yang menghiasi masyarakat ideal ini. Seperti, pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar yang sejalan dengan petunjuk Ilahi, maupun persatuan yang kesatuan yang ditunjuk oleh ayat sebelumnya (lihat, QS. Ali Imran [3]: 105).

Transcript of Menuju masyarakat madani

Page 1: Menuju masyarakat madani

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat madani(civil society) sudah sejak awal tahun 1990an menjadi perbincangan dikalangan para ilmuan di Indonesia. Masyarkat madani merupakan elemen penting dalam demokrasi, meskipun praktek demokrasi di Indonesia belum sepenuhnya berjalan dengan semestinya, pembangunan masyarakat madani menjadi perhatian tidak saja di kalangan cendekiawan tetapi pemerintah dan masyarakat (terdidik) yang lebih luas, yang semakin menyadari pentingnya masyarakat madani dalam rangka mewujudkan system politik dan ekonomi serta budaya yang lebih demokratis yang sedang dilandasi reformasi itu sehingga dapat diarahkan kepada konsep masyarakat madani sebagai acuan baru. Dilihat dari aspek ekonomi, penciptaan dan pengembangan masyarakat madani berarti menciptakan dan mengembangkan system prekonomian yang memberikan kesempatan yang sama kepada para pelaku ekonomi.

Masyarakat madani, konsep ini merupakan penerjemahan istilah dari konsep civil society yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam ceramahnya pada simposium Nasional dalam rangka forum ilmiah pada acara festival istiqlal, 26 September 1995 di Jakarta. Konsep yang diajukan oleh Anwar Ibrahim ini hendak menunjukkan bahwa masyarakat yang ideal adalah kelompok masyarakat yang memiliki peradaban maju.

Menurut Quraish Shibab, masyarakat Muslim awal disebut umat terbaik karena sifat-sifat yang menghiasi diri mereka, yaitu tidak bosan-bosan menyeru kepada hal-hal yang dianggap baik oleh masyarakat selama sejalan dengan nilai-nilai Allah (al-ma’ruf) dan mencegah kemunkaran. Selanjutnya Shihab menjelaskan, kaum Muslim awal menjadi “khairu ummah” karena mereka menjalankan amar ma’ruf sejalan dengan tuntunan Allah dan rasul-Nya. (Quraish Shihab, 2000, vol.2: 185).

Perujukan terhadap masyarakat Madinah sebagai tipikal masyarakat ideal bukan pada peniruan struktur masyarakatnya, tapi pada sifat-sifat yang menghiasi masyarakat ideal ini. Seperti, pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar yang sejalan dengan petunjuk Ilahi, maupun persatuan yang kesatuan yang ditunjuk oleh ayat sebelumnya (lihat, QS. Ali Imran [3]: 105).

Kita juga harus meneladani sikap kaum Muslim awal yang tidak mendikotomikan antara kehidupan dunia dan akhirat. Mereka tidak meninggalkan dunia untuk akhiratnya dan tidak meninggalkan akhirat untuk dunianya. Mereka bersikap seimbang (tawassuth) dalam mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika sikap yang melekat pada masyarakat Madinah mampu diteladani umat Islam saat ini, maka kebangkitan Islam hanya menunggu waktu saja.

1.2 Rumusan Masalah

Page 2: Menuju masyarakat madani

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Masyarakat Madani

Konsep “masyarakat madani” merupakan penerjemahan atau pengislaman konsep “civil society”. Orang yang pertama kali mengungkapkan istilah ini adalah Anwar Ibrahim dan dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid. Pemaknaan civil society sebagai masyarakat madani merujuk pada konsep dan bentuk masyarakat Madinah yang dibangun Nabi Muhammad. Masyarakat Madinah dianggap sebagai legitimasi historis ketidakbersalahan pembentukan civil society dalam masyarakat muslim modern.

Makna Civil Society “Masyarakat sipil” adalah terjemahan dari civil society. Konsep civil society lahir dan berkembang dari sejarah perKumulan masyarakat. Cicero adalah orang Barat yang pertama kali menggunakan kata “societies civilis” dalam filsafat politiknya. Konsep civil society pertama kali dipahami sebagai negara (state). Secara historis, istilah civil society berakar dari pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga orang ini mulai menata suatu bangunan masyarakat sipil yang mampu mencairkan otoritarian kekuasaan monarchi-absolut dan ortodoksi gereja (Larry Diamond, 2003: 278).

Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk menerjemahkan konsep di luar menjadi “Islami”. Menilik dari subtansi civil society lalu membandingkannya dengan tatanan masyarakat Madinah yang dijadikan pembenaran atas pembentukan civil society di masyarakat Muslim modern akan ditemukan persamaan sekaligus perbedaan di antara keduanya.

Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil society merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari gerakan Renaisans; gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan. Sehingga civil society mempunyai moral-transendental yang rapuh karena meninggalkan Tuhan.

Konsep masyarakat madani dalam islam merujuk tumbuh dan berkembangnya masyarakat etis (ethical society)(QS 3:110), yakni masyarakat yang punya kesadarn etis sehingga mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap berlakunya nilai-nilai peradaban yang bersumber dari ajaran-ajaran agama. Dalam perspektif islam,civil society atau masyarakat madani mengacu pada penciptaan Pradaban, kata al-din(agama)terkait dengan kata al-tamaddun (peradaban). Kedua kata itu menyatu dalam pengertia al-madinah yang artinya itu secara harfiyah adalah Kota. Dengan demikian masyarakat madani mengandung 3 unsur pokok 1)agama, (2)peradaban (3)dan perkotaan. Disini agama merupakan sumber,peradaban adalah prosesnya, dan masyarakat kota adalah hasilnya.

Page 3: Menuju masyarakat madani

2.2 Pengertian Masyarakat Madani

Civic society diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan sebutan masyarakat sipil

atau masyarakat madani. Kata madani berasal dari kata Madinah, yaitu sebuah kota tempat

hijrah Nabi Muhammad SAW. Madinah berasal dari kata “madaniyah” yang berarti peradaban.

Oleh karena itu masyarakat madani berarti masyarakat yang beradap.

Masyarakat madani adalah sebuah tatanan masyarakat sipil (civil society) yang mandiri

dan demokratis, masyarakat madani lahir dari proses penyemaian demokrasi, hubungan

keduanya ibarat ikan dengan air, disini ini membahas tentang masyarakat madani yang

umumnya dikenal dengan istilah masyarakat sipil (civil society), pengertiannya, ciri-cirinya,

sejaraha pemikiran, karakter dan wacana masyarakat sipil di Barat dan di Indonesia serta unsur-

unsur di dalamnya

Di bawah ini adalah beberapa definisi masyarakat madani :

1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, masyarakat madani adalah masyarakat

yang menjunjung tinggi norma, nilai-nilai, dan hukum yang ditopang oleh penguasaan

teknologi yang beradab, iman dan ilmu.

2. Menurut Syamsudin Haris, masyarakat madani adalah suatu lingkup interaksi sosial

yang berada di luar pengaaruh negara dan model yang tersusun dari lingkungan

masyarakat paling akrab seperti keluarga, asosiasi sukarela, gerakan kemasyarakatan

dan berbagai bentuk lingkungan komunikasi antar warga masyarakat.

3. Menurut Nurcholis Madjid, masyarakat madani adalah masyarakat yang merujuk

pada masyarakat Islam yang pernah dibangun Nabi Muhammad SAW di

Madinah, sebagai masyarakat kota atau masyarakat berperadaban dengan ciri antara

lain : egaliteran(kesederajatan), menghargai prestasi, keterbukaan, toleransi dan

musyawarah.

4. Menurut Ernest Gellner, Civil Society (CS) atau Masyarakat Madani (MM)merujuk

pada mayarakat yang terdiri atas berbagai institusi non pemerintah yang otonom dan

cukup kuat untuk dapat mengimbangi Negara.

5. Menurut Cohen dan Arato, CS atau MM adalah suatu wilayah interaksi sosial diantara

wilayah ekonomi, politik dan Negara yang didalamnya mencakup semua kelompok-

kelompok sosial yang bekerjasama membangun ikatan-ikatan sosial diluar lembaga

resmi, menggalang solidaritas kemanusiaan, dan mengejar kebaikan bersama (public

good).

6. Menurut Muhammad AS Hikam, CS atau MM adalah wilayah-wilayah kehidupan

sosial yang terorganisasi dan bercirikan antara lain kesukarelaan (voluntary),

Page 4: Menuju masyarakat madani

keswasembadaan (self-generating), keswadayaan (self-supporing),dan kemandirian

yang tinggi berhadapan dengan negara, dan keterikatan dengan norma-norma dan

nilai-nilai hukum yang diikuti oleh warganya.

7. Menurut M. Ryaas Rasyid, CS atau MM adalah suatu gagasan masyarakat yang

mandiri yang dikonsepsikan sebagai jaringan-jaringan yang produktif dari kelompok-

kelompok sosial yang mandiri, perkumpulan-perkumpulan, serta lembaga-lembaga

yang saling berhadapan dengan negara.

8. Menurut kelompok kami, Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab,

menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu

pengetahuan, dan teknologi.

Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firman-Nya dalam Q.S. Saba’ ayat 15:

“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun”.

2.2.1 Masyarakat Madani Dalam Sejarah

Ada dua masyarakat madani dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai masyarakat madani, yaitu:

1) Masyarakat Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman.2) Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjjian Madinah antara Rasullullah

SAW beserta umat Islam dengan penduduk Madinah yang beragama Yahudi dan beragama Watsani dari kaum Aus dan Khazraj. Perjanjian Madinah berisi kesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk saling menolong, menciptakan kedamaian dalam kehidupan sosial, menjadikan Al-Qur’an sebagai konstitusi, menjadikan Rasullullah SAW sebagai pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap keputusan-keputusannya, dan memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk memeluk agama serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

2.3 Ciri-Ciri Masyarakat Madani

2.3.1 Ciri-ciri utama masyarakat madani adalah sebagai berikut:

1. Lahir secara mandiri, dibentuk oleh masyarakat sendiri tanpa campur tangan negara.

2. Keanggotaan bersifat sukarela, atas kesadaran masing-masing anggota.

3. Mencukupi kebutuhannya sendiri (swadaya), tidak bergantung bantuan pemerintah.

4. Bebas dan mandiri dari kekuasaan negar sehingga berani mengontrol kebijakan negara.

5. Tunduk pada hukum yang berlaku atau norma yag disepakati bersama.

Page 5: Menuju masyarakat madani

2.3.2 Beberapa karakteristik masyarakat madani yaitu:

1. Free Public Sphere(ruang publk yang bebas), Ruang publik yang diartikan sebagai

wilayah dimana masyarakat sebagai warga negara memiliki akses penuh terhadap setiap

kegiatan publik, warga negara berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam

menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul serta mempublikasikan pendapat,

berserikat, berkumpul serta mempublikasikan informasi kepada publik.

2. Musyawarah dan Demokratisasi, karena masyarakat madani merupakan masyarakat

demokrasi yang terbangun dengan meneggakan.

3. Penegakan hukum dan keadilan pada siapapun dan kapanpun walaupun terhadap

keluarga sendiri (keadilan sosial)

4. Toleransi dan pluarisme, yakni sikap kewajiban pribadi dan sosial yang bersedia melihat

diri sendiri tidak selalu benar, memandang yang lain dengan penghargan, betapapun

perbedaan yang ada.

5. Penghargaan, yakni adanya penghargaan kepada orang yang berprestasi, bukan

kesukaan, keturunan, ras, dan sebagainya.

Page 6: Menuju masyarakat madani

2.4 Proses Menuju Masyarakt Madani

Sebagaimana dikatakan Ryaa Ryasyid, sebuah masyarakat madani (civil society) haruslah mandiri, tidak begitu terntung pada peran pemerintah atau negara. Barangkali, diantara organisasi sosial dan politik yang patut dicatat dan meiliki kemandirian cukup tinggi adalah organisasi yang termasuk dalam kelompok lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau Non-Governmental Organization (NGO) yang di Indoneisajumlahnya mencapai ratusan.

Sesungguhnya kehadiran Masyarakat Madani sebagai sebuah kenyataan, sebenarnya telah menandai meledaknya semacam “revolusi intelektual” , yaitu meningkatnya kesadaran warga negara dalam menjalankan hak dan kewajiban secara independen. Dan sebenarnya model masyarakat dengan otononi yang relatif kuat itulah yang dapat mejamin berkembangnya demokrasi, walaupun Masyarakat Madani tersebut bukanlah suatu syarat mutlak untuk membangun demokrasi. Dengan kata lain, “ Masyarakat Madani Ada Tanpa Negara,Negara Anarkis Tanpa Masyarakat Madani, Otoriter atau Totaliter…”

2.4.1 Masyarakat Madani di Indonesia : Paradigma dan Praktik

Indonesia memiliki tradisi kuat civil society (masyarakat madani) bahkan jauh sebelum negara bangsa berdiri, masyarakat sipil telah berkembang pesat yang diwakili oleh kiprah beragam organisasi sosial keagamaan dan pergerakan nasional dalam dalam perjuangan merebut kemerdekaan, selain berperan sebagai organisasi perjuangan penegakan HAM dan perlawanan terhadap kekuasaan kolonial, organisasi berbasis islam, seperti Serikat Islam (SI), Nadlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, telah menunjukan kiprahnya sebagai komponen civil society yang penting dalam sejarah perkembangan masyarakat sipil di Indonesia.Terdapat beberapa strategi yang ditawarkan kalangan ahli tentang bagaimana seharusnya bangunan masyarakat madani bisa terwujud di Indonesia :

Pertama, pandangan integrasi nasional dan politik. Pandangan ini menyatakan bahwa sistem demokrasi tidak mungkin berlangsung dalam kenyataan hidup sehari-hari dalam masyarakat yang belum memiliki kesadaran dalam hidup berbangsa dan bernegara.

Kedua, pandangan reformasi sistem politk demokrasi, yakni pandangan yang menekankan bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah terlalu bergantung pada pembangunan ekonomi, dalam tataran ini, pembangunan institusi politik yang demokratis lebih diutamakan oleh negara dibanding pembangunan ekonomi.

Ketiga, paradigma membangun masyarakat madani sebagai basis utama pembangunan demokrasi, pandangan ini merupakan paradigma alternatif di antara dua pandangan yang pertama yang dianggap gagal dalam pengembangan demokrasi, berbeda dengan dua pandangan pertama, pandangan ini lebih menekankan proses pendidikan dan penyadaran politik warga negara, khususnya kalangan kelas menengah.

Bersandar pada tiga paradigma diatas, pengembangan demokrasi dan masyarakat madani selayaknya tidak hanya bergantung pada salah satu pandangan tersebut, sebaliknya untuk mewujudkan masyarakat madani yang seimbang dengan kekuatan negara dibutuhkan

Page 7: Menuju masyarakat madani

gabungan strategi dan paradigma, setidaknya tiga paradigma ini dapat dijadikan acuan dalam pengembangan demokrasi di masa transisi sekarang melalui cara :

1. Memperluas golongan menengah melalui pemberian kesempatan bagi kelas menengah untuk berkembang menjadi kelompok masyarakat madani yang mandiri secara politik dan ekonomi, dengan pandangan ini, negara harus menempatkan diri sebagai regulator dan fasilitator bagi pengembangan ekonomi nasional, tantangan pasar bebas dan demokrasi global mengharuskan negara mengurangi perannya sebagai aktor dominan dalam proses pengembangan masyarakat madani yang tangguh.

2. Mereformasi sistem politik demokratis melalui pemberdayaan lembaga-lembaga demokrasi yang ada berjalan sesuai prinsip-prinsip demokrasi, sikap pemerintah untuk tidak mencampuri atau mempengaruhi putusan hukum yang dilakukan oleh lembaga yudikatif merupakan salah satu komponen penting dari pembangunan kemandirian lembaga demokrasi.

3. Penyelenggaraan pendidikan politik (pendidikan demokrasi) bagi warga negara secara keseluruhan. Pendidikan politik yang dimaksud adalah pendidikan demokrasi yang dilakukan secara terus-menerus melalui keterlibatan semua unsur masyarakat melalu prinsip pendidikan demokratis, yakni pendidikan dari, oleh dan untuk warga negara.

2.4.2 Gerakan Sosial untuk Memperkuat Masyarakat Madani (Civil Society)

Keberadaan masyarakat madani tidak terlepas dari peran gerakan sosial, gerakan sosial dapat dipadankan dengan perubahan sosial atau masyarakat sipil yang didasari oleh pembagian tiga ranah, yaitu negara (state), perusahaan atau pasar, dan masyarakat sipil. Berdasarkan pembagian ini, maka terdapat gerakan politik yang berada diranah negara dan gerakan ekonomi. Pembagian ini telah dibahas juga oleh Sidney Tarrow yang melihat political parties berkaitan dengan gerakan politik, yakni sebagai upaya perebutan dan penguasaan jabatan politik oleh partai politik melalui pemilu., gerakan ekonomi berkaitan dengan lobby dimana terdapat upaya melakukan perubahan kebijakan publik tanpa harus menduduki jabatan politik tersebut.

Berdasarkan pemetaan diatas, secara empiris ketigaya dapat saling bersinergi, pada ranah negara dapat menjadi beberapa gerakan politik yang dilakukan oleh parpol dalam pemilu yang mengusung masalah yang juga didukung oleh gerakan sosial. Sebagai contoh gerakan sosial oleh masyarakat sipil seperti mereka yang pro atau anti Rancangan Undang-undang Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) mempunyai kaitan dengan kelompok atau parpol di ranah politik maupun kelompok bisnis pada sisi yang lain.

2.4.3 Organisasi Non Pemerintah dalam Ranah Masyarakat Madani (Civil Society)

Istilah Organisasi Non Pemerintah adalah terjemahan NGO (Non-Governmental Organization). Yang telah lama dikenal dalam pergaulan internasional, istilah ini merujuk pada organisasi non negera yang mempunyai kaitan dengan organisasi non pemerintah, istilah ini perlahan-lahan menyebar dan dipakai oleh komunitas internasional.

Page 8: Menuju masyarakat madani

Dalam arti umum, pengertian organisasi non pemerintah mencakup semua organisasi masyarakat yang berada diluar struktur dan jalur formal pemerintah, dan tidak dibentuk oleh atau merupakan bagian dari birokrasi pemerintah, karena cakupan pengertiannya yang luas, penggunaan istilah organisasi non pemerintah sering membingungkan dan juga bisa mengaburkan pengertian organisasi atau kelompok masyarakat yang semata-mata bergerak dalam rangka pembangunan sosial-ekonomi masyarakat tingkat bawah, istilah organisasi non pemerintah bagi mereka yang tidak setuju memakai istilah ini berpotensi memunculkan pengertian tidak menguntungkan. Pemerintah khususnya menolak menggunakan istilah itu dengan alasan makna organisasi non pemerintah terkesan “ memperhadapkan “ serta seolah-olah “ oposan pemerintah, pengertian organisasi-organisasi kemasyarakatan lainnya yang bersifat non pemerintah, di dalamnya bisa termasuk serikat kerja, kaum buruh, himpunan para petani atau nelayan, rumah tangga, rukun warga, yayasan sosial, lembaga keagamaan, klub olahraga, perkumpulan mahasiswa, organisasi profesi, partai politik, atau pun asosiasi bisnis swasta.

Page 9: Menuju masyarakat madani

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanyakesejahteraan umat maka kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan yang signifikan. Selain itu, kita juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa yang sedang terjadi di masyarakat sekarang ini. Agar di dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak ketinggalan berita. Adapun beberapa kesimpulan yang dapat kami ambil dari pembahasan materi yang ada di bab II ialah bahwa di dalam mewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat haruslah berpacu pada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang diamanatkan oleh Rasullullah kepada kita sebagai umat akhir zaman. Sebelumnya kita harus mengetahui dulu apa yang dimaksud dengan masyarakat madani itu dan bagaimana cara menciptakan suasana pada masyarakat madani tersebut, serta ciri-ciri apa saja yang terdapat pada masyarakat madani sebelum kita yakni pada zaman Rasullullah.

Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus melihat pada potensi manusia yang ada di masyarakat, khususnya di Indonesia. Potensi yang ada di dalam diri manusia sangat mendukung kita untuk mewujudkan masyarakat madani. Karena semakin besar potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam membangun agama Islam maka akan semakin baik pula hasilnya. Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang memiliki potensi yang kurang di dalam membangun agamanya maka hasilnya pun tidak akan memuaskan. Oleh karena itu, marilah kita berlomba-lomba dalam meningkatkan potensi diri melalui latihan-latihan spiritual dan praktek-praktek di masyarakat.

Maka diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang muda agar dapat mewujudkan masyarakat madani di negeri kita yang tercinta ini yaitu Indonesia. Yakni melalui peningkatan kualiatas sumber daya manusia, potensi, perbaikan sistem ekonomi, serta menerapkan budaya zakat, infak, dan sedekah. Insya Allah dengan menjalankan syariat Islam dengan baik dan teratur kita dapat memperbaiki kehidupan bangsa ini secara perlahan. Demikianlah makalah rangkuman materi yang dapat kami sampaikan pada kesempatan kali ini semoga di dalam penyusunan ini dapat dimengerti kata-katanya sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman di masa yang akan datang.

3.2 Saran

Demikianlah pembahasan tentang masyarakat madani yang dapat kami kami sampaikan

pada kesempatan kali ini semoga dapat dimengerti kata-katanya sehingga tidak menimbulkan

kesalahpahaman di masa yang akan datang, kami meminta maaf jika terdapat kesalahan dan

kekurangan di dalamnya, semoga para pembaca, pendengar dan guru pembimbing dapat

memberikan kritik dan sarannya yang bersifat membangun, demi kesempurnaan penyusunan

makalah berikutnya. Wassalamu’alaiku wr.wrb.

Page 10: Menuju masyarakat madani

DAFTAR PUSTAKA

Suito, Deny. 2006. Membangun Masyarakat Madani. Centre For Moderate Muslim Indonesia: Jakarta.

Mansur, Hamdan. 2004. Materi Instrusional Pendidikan Agama Islam. Depag RI: Jakarta.

http://vexillum-nsr.blogspot.com/2012/02/masyarakat-madani.html

http://www.crayonpedia.org/mw/Ciri-Ciri_Masyarakat_Madani

https://www.google.co.id/search?q=materi+menuju+masyarakat+++madani&rlz=1C1GGGE_enID481ID481&aq=f&sugexp=chrome,mod=16&sourceid=chrome&ie=UTF-8

http://budaya-masyarakat-madani.blogspot.com/

https://www.google.co.id/#hl=id&sclient=psy-ab&q=pengertian+masyarakat+madani&oq=pengertian+masyarakat+madani&gs_l=hp.3...516129.519719.1.520049.16.15.0.0.0.6.620.2700.3-6j0j1.7.0...0.0...1c.1.bta6pTAcc6M&pbx=1&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.r_cp.r_qf.&fp=d5f326b1a48d4688&biw=1366&bih=595

http://halil-materipkn.blogspot.com/2009/12/bab-2-budaya-demokrasi-menuju_9646.html

https://www.google.co.id/#hl=id&output=search&sclient=psy-ab&q=menuju+masyarakat+madani&oq=menuju+masyarakat+madani&gs_l=hp.3...9350.15910.0.16190.26.18.0.0.0.0.1510.2880.7-1j1.2.0...0.0...1c.1.a_-hubHuD2Y&pbx=1&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.r_cp.r_qf.&fp=d5f326b1a48d4688&biw=1366&bih=595