Mentahan Paper
-
Upload
putra-fajar-febrianto -
Category
Documents
-
view
23 -
download
0
description
Transcript of Mentahan Paper
PENDAHULUAN
Bentuk permukaan bumi yang kita lihat sekarang merupakan hasil dari
suatu proses geologi sebagai tenaga endogen dan pengaruh faktor cuaca sebagai
tenaga eksogen yang menyebabkan batuan mengalami proses pelapukan. Dengan
demikian daerah yang telah terangkat akan mengalami proses denudasi sehingga
terbentuk bukit-bukit dan dataran (peneplain), proses pengangkatan dan patahan
akan menimbulkan zona-zona lemah sehingga akan terbentuk lembah-lembah
sungai dan penerobosan magma ke permukaan dalam bentuk kegiatan vulkanisme
yang menghasilkan batuan piroklastik.
Gunungapi sangat erat kaitannya dengan proses vulkanisme, yaitu aktifitas
alamiah berupa keluarnya magma dari dalam bumi. Jadi, gunungapi adalah tempat
keluarnya magma menuju ke permukaan bumi melalui suatu lubang atau lorong
yang merupakan gunungapi itu sendiri, dan gunungapi merupakan ciri dari
bentang alam vulkanik. Berdasarkan proses terjadinya vulkanisme dibagi menjadi
3 macam yaitu vulkanisme letusan, vulkanisme lelehan dan vulkanisme campuran
dimana yang menjadi pengontrol proses vulkanisme tersebut berdasarkan
komposisi magma dan tekanan gasnya. Pada perkembangannya, pengembangan
fasies gunungapi dilakukan oleh Vessel dan Davies (1981) serta Bogie dan
Mackenzie (1998) menjadi 4 kelompok, antara lain central/Vent facies, proximal
facies, medial facies dan distal facies. Pada zona central, pusat erupsi terjadi dan
energi terbesar dari pusat erupsi ada pada zona ini.
Akibat dari aktivitas gunungapi ini akan menghasilkan berbagai material
hasil aktivitas dari gunung api tersebut, salah satunya adalah batuan piroklastik.
Batuan piroklastik merupakan batuan yang dihasilkan oleh erupsi gunung api
dengan ciri-ciri yang khas. Untuk mempelajari material piroklastik, terlebih
dahulu kita harus memahami tentang aktivitas vulkanisme baik proses maupun
produknya. Pemahaman itu secara umum meliputi pemahaman tentang erupsi
gunung api dan material hasil aktivitas gunung api yang salah satunya adalah
material piroklastik. Akumulasi material piroklastik atau sering pula disebut
tephra merupakan hasil banyak proses yang berhubungan dengan erupsi vulkanik
tanpa memandang penyebab erupsi dan asal dari materialnya. Fischer, 1984
menyatakan bahwa fragmen piroklastik merupakan fragmen seketika yang
terbentuk secara langsung dari proses erupsi vulkanik. Material piroklastik saat
dierupsikan gunung api memiliki sifat fragmental, dapat berujud cair maupun
padat. Dan setelah menjadi massa padat material tersebut disebut sebagai batuan
piroklastik.
Batuan piroklastik memiliki 3 tipe endapan piroklastik berdasarkan cara
batuan piroklastik ini terkonsolidasi, tipe endapat tersebut meliputi piroklastik
aliran dimana berasal dari aliran panas dengan konsentrasi tinggi, dekat
permukaan, mudah bergerak, berupa gas dan partikel terdispersi yang dihasilkan
oleh erupsi vulkanik. Lalu piroklastik jatuhan yang merupakan piroklastik yang
dilontarkan secara ledakan ke udara sementara akan tersuspensi yang selanjutnya
jatuh ke bawah dan terakumulasi membentuk endapan piroklastik jatuhan dan
yang terakhir adalah piroklastik surge yang merupakan aliran particulate yang
diangkut secara lateral di dalam gas turbulen.
Dari ketiga tipe endapan tersebut tentunya masing-masing memiliki
perbedaan dari hasil batuan piroklastik yang terendapkan di permukaan. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mengontrol terjadinya perbedaan
karakteristik batuan pirolastik yang terendapkan tersebut. Berbagai parameter
dapat menjadi tolak ukur dalam menentukan kenampakannya di lapangan.
Perbedaan karakteristik ini menjadi acuan dalam penentuan jenis dari piroklastik
tersebut. Selain itu dari perbedaan karakteristik tersebut kita dapat menentukan
nama dari batuan piroklastik ini menurut klasfikasi penamaan batuan piroklastik
yang ada.
PEMBAHASAN
Magma adalah cairan pijar panas yang terdapat di bawah permukaan
bumi. Magma yang muncul di permukaan Bumi berasal dari Mantel. Oleh karena
itu, magma secara sederhana sering didefinisikan sebagai batuan cair atau molten
rock. Di permukaan Bumi, magma muncul di tiga lokasi yaitu di daerah
pemekaran lempeng, di jalur vokanik yang berasosiasi dengan zona penunjaman
lempeng, dan di daerah hot spot yang muncul di lantai samudera.
Magma yang muncul di zona pemekaran lempeng kerak Bumi berasal dari
mantel dan membeku membentuk kerak samudera. Sementara di jalur volkanik
yang berasosiasi dengan zona penghujaman lempeng magma keluar melalui
aktivitas vulkanik membentuk gunung api dan saat meledaknya atau erupsinya
suatu gunung api. Saat gunung api meletus atau erupsi magma yang keluar dalam
berbagai bentuk yaitu berbentuk cair berupa lelehan (effusif) dan berbentuk padat
yang berukuran debu sampai bongkah (bomb) yang keluar dari ledakan atau
bersifat eksplosif. Apabila erupsi yang dihasilkan bersifat effusif makan dapat
diindikasikan magma yang terkadung adalah berupa magma yang bersifat basa
dengan tekanan gas yang rendah sebaliknya apabila erupsi yang dihasilkan
bersifat eksplosif maka dapat diindikasikan magma yang terkandung adalah
berupa magma yang bersifat asam dengan tekanan gas yang tinggi. Hal tersebut
terjadi karena adanya proses vulkanisme di dalam gunung api. Vulkanisme adalah
suatu gejala alam sebagai akibat adanya aktivitas magma dari dalam bumi.
Magma adalah batuan cair pijar yang terdapat di dalam bumi. Vulkanisme juga
bisa diartikan peristiwa naiknya magma dari bagian dalam bumi sehingga
sebagian muncul ke permukaan bumi dan sebagian lagi menyusup ke dalam
lapisan kerak bumi.
Vulkanisme ini memiliki tiga jenis, diantaranya vulkanisme letusan yang
merupakan proses vulkanisme ini dikontrol oleh magma yang bersifat asam yang
kaya akan gas, bersifat kental dan ledakan kuat. Vulkanisme ini biasanya
menghasilkan material piroklastik dan membentuk gunung api yang tinggi dan
terjal. Lalu yang kedua adalah vulkanisme lelehan yang merupakan proses
vulkanisme yang dikontrol oleh magma yang bersifat basa, mengandung sedikit
gas, magma encer, dan ledakan lemah, vulkanisme ini biasanya menghasilkan
gunung api rendah dan berbentuk perisai atau tameng. Dan yang terakhir adalah
vulkanisme campuran yaitu roses vulkanisme yang dipengaruhi oleh magma
intermediet yang agak kenal, vulkanisme ini menghasilkan gunung api strato.
Akibat dari proses vulkanisme ini akan menghasilkan material hasil gunung api
yang salah satunya adalah batuan piroklastik.
Dari jenis vulkanisme ini akan mempengaruhi terhadap tipe endapan
piroklastiknya. Dalam batuan piroklastik terdapat 3 tipe endapan piroklastik yang
meliputi piroklastik aliran, piroklastik jatuhan dan piroklastik surge. Endapan
piroklastik jatuhan dihasilkan dari erupsi vulkanik yang bersifat explosive oleh
magma dalam berbagai komposisi. Sedangkan endapan piroklastik aliran
terbentuk oleh proses aliran permukaan dengan mekanisme aliran debris
piroklastik yang mengalir dengan campuran partikel padat dan gas konsentrasi
tinggi yang panas yang dihasilkan oleh letusan vulkanik. Dan yang terakhir adalah
piroklastik surge yang merupakan aliran particulate yang diangkut secara lateral di
dalam gas turbulen. Piroklastik surge dibentuk secara langsung oleh erupsi
freatomagmatik maupun freatik dan berasosiasi dengan piroklastik aliran. Dari
ketiga tipe endapan piroklastik ini memiliki karakteristik pengendapan dan produk
material hasil dari aktivitas vulkanisme yang berbeda.
Terlihat terdapat keterkaitan antara jenis vulkanisme dengan tipe endapan
piroklastiknya dan tentunya akan mempengaruhi juga terhadap produk yang
dihasilkan dari proses vulkanisme ini. Jenis vulkanisme letusan dengan
karakteristik letusan yang kuat yang memiliki komposisi magma yang bersifat
asam, kental dan tekanan gas yang tinggi diindikasikan akan membentuk tipe
endapan piroklastik jatuhan. Endapan piroklastik jatuhan dihasilkan dari erupsi
vulkanik yang bersifat explosive oleh magma dalam berbagai komposisi Piroklas
yang ada disemburkan ke atmosfer dalam bentuk suspensi yang pada fase
berikutnya piroklas yang ada tersebut turun kembali ke permukaan bumi akibat
adanya gaya gravitasi Endapan tersebut bersifat menutup (mantle bedding) yang
menunjukkan ketebalan yang seragam namun secara lokal lebih tebal terutama
pada topografi yang lebih curam. Sortasi yang baik pada endapan ini disebabkan
oleh pemilahan oleh udara selama mengalami proses pengendapan.
Terdapat 3 tipe endapan piroklastik jatuhan yaitu endapan jatuhan scoria,
endapan jatuhan pumice dan endapan jatuhan ash. Yang pertama yaitu endapan
jatuhan skoria, terbentuk dari aktivitas vulkanisme hawaiian dan strombolian
dengan bentuk vesikular, viskositas yang rendah dan tekanan gasnya yang rendah
yang menyebabkan lubang-lubang gas pada endapan scoria ini tidak saling
berhubungan karena kurang kuatnya tekanan gas dalam pembentukan lubang-
lubang gas. Pada deskripsi di laborarium terdapat 2 batuan yang termasuk ke
dalam skoriaan yaitu nama nomor peraga 40b dan 46. Kedua batuan ini memiliki
struktur vesikular, tekstur glassy dengan komposisi dominan gelasan dan sedikit
sekali terdapat kandungan mineralnya. Hal ini dikarenakan pembekuan
berlangsung sangat cepat.
Yang kedua adalah endapan jatuhan pumice, berasal dari magma yang
berviskositas tinggi dan tekanan gas yang cukup tinggi, bentuk vesikular dengan
lubang gas yang saling berhubungan. Lubang gasnya dapat saling berhubungan
karena terdapat tekanan gas yang tinggi. Endapan jatuhan pumice ini hasil dari
letusan subplinian, plinian, dan ultraplinian. Pada deskripsi laboratorium terdapat
1 batuan yang termasuk ke dalam pumice yaitu pada peraga nomor F-2. Batuan ini
memiliki struktur vesikular pumisan karena terdapat lubang-lubang gas dan saling
berhubungan yang menyebabkan berat batuan lebih ringan, teksturnya glassy dan
komposisi dominan berupa gelasan dan sangat sedikit sekali terdapat mineral. Hal
ini terjadi karena pumice dilontarkan ke udara dan karena adanya gaya gravitasi
langsung mengendap di permukaan sehingga proses pembekuannya berlangsung
sangat cepat.
Dan yang ketiga adalah endapan jatuhan ash yang terbentuk dari magma
yang bersifat phreatomagmatik dan phreatik dengan tekanan gas yang sangat
tinggi. Kenampakannya secara sekilas seperti debu, dan sangat ringan. Pada
deskripsi laboratorium terdapat 1 batuan yang termasuk ke dalam endapan ini
yaitu pada peraga nomor LNTG 2. Batuan ini berwarna putih dengan struktur
massif karena tidak terdapatnya retakan atau lubang-lubang gas, teksturnya glassy
dengan komposisi yang dominan gelasan dan sangat sedikit sekali terdapat
mineral. Batuan ini terbentuk karena terendapkannya abu vulkanik yang secara
terus menerus yang menyebabkan abu vulkanik ini terkonsolidasi menjadi sebuah
kesatuan membentuk tubuh batuan. Batuan ini dinamakan tuff berdasarkan
klasifikasi Fischer, 1966.
Selanjutnya adalah hubungan antara jenis vulkanisme lelehan dengan
karakteristik letusan yang lemah yang memiliki komposisi magma asam, bersifat
encer dan tekanan gas yang lemah diindikasikan akan menghasilkan tipe endapan
piroklastik aliran. Endapan piroklastik aliran terbentuk oleh proses aliran
permukaan dengan mekanisme aliran debris piroklastik yang mengalir dengan
campuran partikel padat dan gas konsentrasi tinggi yang panas yang dihasilkan
oleh letusan vulkanik. Pergerakan aliran dikontrol oleh gaya gravitasi, proses
erupsi dan sebagian oleh kumpulan partikel selama mengalir Proses pengendapan
dikontrol oleh kondisi topografi, mengisi lembah dan depresi. Endapan
menunjukkan struktur masif dengan sortasi yang jelek. Materialnya terdiri atas
material guguran akibat runtuhnya kubah lava di kepundan. Material ini
bercampur dengan material lain yang ikut terbawa selama transportasinya.
Piroklastik berada pada bagian dasar yang terdiri dari bongkahan, kerakal, kerikil
pasir hingga debu. Meluncur dibagian bawah sambil mengerosi batuan yang
dilewatinya. Saat luncuran itu terjadi bercampurlah batuan yang sudah ada
sebelumnya dengan batuan yang masih panas. Pada bagian atas dari luncuran ini
terdiri dari debu bercampur gas-gas membentuk dan menyelimuti sehingga mirip
seperti gumpalan awan. Salah satu penciri utama dari endapan awanpanas adalah
adanya bongkahan besar yang mengambang diantara batuan lainnya. Batuan besar
ini mengambang karena selama transportasinya didukung oleh aliran massa
butiran (grain flow). Batuan piroklastik endapan aliran ini, sering dijumpai tidak
hanya satu tubuh saja, tetapi memiliki penampakan seperti berlapis atau
bertumpuk-tumpuk. Karena proses pengendapannya juga tidak sekaligus, tetapi
dalam beberapa kali luncuran aliran. Proses deposisi atau proses mengendapnya
aliran piroklastik ini sangat cepat. Ketika energinya berkurang langsung
mengendap. Bongkah batuan besar dapat saja terlihat mengambang diantara
butiran serta bongkahan yang lebih kecil. Sedangkan lahar hujan yang berupa
debris flow aliran runtuhan (debris) bercampur air maka akan memiliki sortasi
lebih bagus. Pada deskripsi laboratorium terdapat 1 batuan yang diindikasikan
termasuk ke dalam tipe endapan aliran ini yaitu pada peraga nomor T-7 yang
berwarna hitam, memiliki struktur masif karena tidak terdapat retakan atau lubang
gas, teksturnya glassy dan komposisinya secara makroskopis terdiri dari 100%
gelasan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan proses pembekuannya yang sangat cepat
ketika keluar dari permukaan dan tekanan gas yang sangat rendah sehingga
permukaan batuan tidak terdapat lubang-lubang gas. Batuan ini dinamakan
Obsidian menurut klasfikasi Thorpe and Brown, 1965. Lalu dapat juga dilihat
pada deksripsi di lapangan yaitu pada STA II yang bertempat di Bandungan, Jawa
Tengah. Pada STA II ini litologinya terdapat breksi laharik dengan fragmen tuff
dan batuan beku dan aliran piroklastik dengan fragmen batuan beku. Pada awal
proses pembentukan STA ini adalah terjadi pengendapan material breksi laharik.
Breksi laharik tersebut terbentuk dari endapan material piroklastik yang terkena
kontak dengan air hingga mengalir dan membawa material –material yang
dilaluinya, contohnya disini adalah fragmen tuff dan fragmen batuan beku.
Kemudian setelah terjadi konsolidasi hingga membentuk batuan, lapisan teratas
dari breksi laharik ini mengalami proses pelapukan karena mengalami kontak
langsung dengan kondisi permukaan hingga membentuk soil. Setelah itu gunung
Ungaran mengalami erupsi kembali dengan melontarkan material vulkanik
campuran partikel padat dan gas konsentrasi tinggi yang panas, kemudian endapan
tersebut mengalir ke permukaan dengan mekanisme aliran debris piroklastik. Pada
saat mengalir tadi, endapan ini juga ikut membawa material batuan beku.
Perlapisan breksi laharik tadi mengalami backing effect dikarenakan terkena
aliran yang sangat panas karena terlewatkan oleh aliran piroklastik tadi, terlebih
lagi bagian atas dari breksi laharik tadi yang telah mengalami pelapukan.
Kemudian aliran piroklastik tadi terkonsolidasi dengan fragmen batuan beku yang
berasal dari material yang ikut terbawa saat terjadinya proses aliran tadi. Sehingga
terbentuk lah perlapisan yang ada pada STA II ini dengan litologi breksi laharik
dengan fragmen tuff dan batuan beku berada di paling bawah lalu soil hasil dari
pelapukan berada di atasnya dan aliran piroklastik dengan fragmen batuan beku
berupa andesit berada di atas soil tersebut.
Perbedaan ini dapat dianalisis dan diinterpretasi melalui pengamatan di lab
melalui deskripsi megaskopis batuan sampel dan pengamatan di lapangan
langsung dengan survey ke daerah yang memiliki aktivitas vulkanisme kemudian
melihat kenampakannya di lapangan. Dari kedua pengamatan tersebut kemudian
dikombinasikan untuk diinterpretasi perbedaan karakteristik material piroklastik
ini yang akan dijadikan acuan dalam penentuan jenis dari piroklastik tersebut.