MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA
Transcript of MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA
MENSUCIKAN NAJIS DALAM PRAKTIK JASA
LAUNDRY MODERN MENURUT
EMPAT MADZHAB
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Hukum (S.H.)
Eling Marang Gusti
NIM : 11150430000047
PRODI STUDI PERBANDINGAN MADZHAB
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/2020
i
ii
iii
iv
Abstrak
ELING MARANG GUSTI. NIM 11150430000047. MENSUCIKAN
NAJIS DALAM PRAKTIK JASA LAUNDRY MODERN MENURUT
EMPAT MADZHAB. Program Studi Perbandingan Madzhab, Fakultas Syariah
dan Hukum, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1442 H/ 2020M.
Dengan perkembangan zaman saat ini, teknologi memberikan pengaruh
yang sangat besar terhadap perkembangan masyarakat. Adapun dengan era serba
cepat saat ini masih terdapat kesibukan yang bahkan tidak bisa melakukan
pekerjaan rumah, seperti halnya mencuci. Dengan melihat peluang ini banyak
pembisnis membuka layanan usaha laundry untuk memudahkan masyarakat yang
tidak memiliki waktu karena kesibukan baik pekerjaan maupun aktivitas. Layanan
laundry ini tentu saja dalam proses pencuciannya menggunkan teknologi mesin
cuci, mesin dryclean dan juga mesin pengering memudahkan dalam proses
pencucian pakaian.
Penelitan ini menggunakan metode penelitian kualitatif, data yang
dikumpulkan menggunakan teknik wawancara untuk mendapatkan informasi
secara langsung dan observasi melihat tempat yang digunakan usaha laundry. Data
yang sudah terkumpul selanjutnya akan dianalisis menggunakan metode deskriptif
analisis yang mendeskripsikan terlebih dahulu data lapangan secara jelas untuk
dikaji dan kemudian disusun secara sistematis untuk dianalisis menggunakan
pandangan empat madzhab terhadap praktik kesucian laundry saat ini.
Hasil penelitan menyimpulkan bahwa, dalam praktik jasa laundry modern
terdapat 2 proses pencucian menggunakan mesin cuci dan mesin dryclean.
Pencucian menggunakan mesin cuci adalah proses pencucian yang menggunakan
air sedangkan dryclean adalah proses pencucian cuci kering atau tanpa basuhan air.
2 proses pencucian menggunakan mesin tersebut dapat dikatakan suci apabila 3 hal
yaitu zat warna, bau, dan benda najis tersebut telah hilang.
Kata kunci: Mensucikan najis, dalam praktik laundry modern, menurut
empat madzhab.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya baik
sehat jasmani, rohani dan hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Shalawat dan Salam penulis junjungkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan seluruh umat muslim.
Dengan selesainya penyusunan skripsi yang penulis buat, penulis patut
menyampaikan ucapan terimakasih kepada berbagai pihak. Sedikit atau banyaknya
bantuan mereka, menjadikan penulis mewujudkan skripsi ini. Berkenan dengan itu,
ucapan terimakasih setinggi-tingginya kepada Orang tua yang penulis sangat cintai
dan sayangi serta yang menyayangi penulis tanpa batas. Bapak Zulfirman dan Ibu
Marsiyati yang senantiasa mendoakan penulis tanpa henti, yang memberikan
semangat, kasih sayang, pengorbanan, waktu, dan lain-lain tidak bisa disebutkan,
dalam membimbing saya sehingga terwujudnya pendidikan tinggi ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih sebesar-besaranya atas ilmu yang
tak terhingga ini yang telah diberikan dan senantiasa memberikan doa dan harapan
yang sangat baik kepada penulis, ucapkan terimakasih sebesar-besarnya, kepada :
1. Bapak Dr. Ahmad Tholabi, S.H., M.H., M.A. Selaku Dekan Fakultas
Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Ibu Hj. Siti Hanna, Lc., M.A, Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab
dan Bapak Hidayatulloh, M.H, Sekretaris Program Studi Perbandingan
Mazhab
3. Bapak Dr. Fuad Thohari, M.Ag dosen pembimbing akademik dan
pembimbing KKN , Terimkasih atas saran dan dukunganya sampai saat ini.
4. Bapak Dr. H. Ahmad Mukri Aji, M.A. dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu serta memberikan bimbinganya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
vi
5. Bapak Moch. Bukhari Muslim, M.A dan Ibu Ummu Hanah Yusuf Saumin,
M.A yang telah membantu melengkapi wawancara skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu,
mendidik, membuka pemikiran sebagai seorang mahasiswa, sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum
Univeristas Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kepada teman-teman PMH 2015 yang telah berjuang bersama dan
memberika kenangan yang tidak dapat terulang.
8. Teman-teman kos-kosan dan lingkungan kampus 4 tahun yang telah dilalui
masa manis-pahitnya menjadi mahasiswa ini akan selalu diingat.
Akhir kalimat semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan bantuan
untuk menyelesaikan pendidikan S1 ini. Semoga kebaikan akan menjadi berkah
yang tercurahkan kepada kita semua. Saya berharap skripsi ini sebagai bentuk hasil
penyelesaian pendidikan S1 dapat bermanfaat. Penulis menerima segala kritikan
dan saran demi perbaikan dan kemajuan di masa yang akan datang.
Jakarta,
Penulis
vii
DAFTAR ISI
COVER SKRIPSI ...............................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iii
ABSTRAK .......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................... x
BAB I ................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 4
C. Batasan Masalah ..................................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ................................................................................... 4
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ............................................................. 5
F. Review Kajian Terdahulu ...................................................................... 5
G. Metode Penelitian ................................................................................... 6
H. Sistematika Pembahasan ........................................................................ 8
BAB II ................................................................................................................ 10
MACAM-MACAM NAJIS DAN CARA MENSUCIKANYA
A. Pengertian Najis ...................................................................................... 10
B. Dalil-Dalil Dan Hukum Menghilangkan Najis ....................................... 11
C. Pembagian Najis ..................................................................................... 15
1. Najis Mughalladzah (Berat) .............................................................. 15
viii
2. Najis Mutawassitah (Sedang) ........................................................... 19
3. Najis Mukhaffafah (Ringan) .............................................................. 20
D. Macam-Macam Najs ............................................................................... 21
1. Najis Yang Telah Disepakati Status Kenajisanya ............................. 21
2. Najis Yang Diperselisihkan Status Kenajisanya ............................... 29
E. Media Untuk Menghilangkan Najis Pada Pakaian Dengan Mesin Cuci. 36
1. Air ..................................................................................................... 36
2. Macam-Macam Air ........................................................................... 39
BAB III ............................................................................................................... 47
PRAKTIK JASA LAUNDRY MODERN DAN WAWANCARA DOSEN
A. Praktik Jasa Laundry Modern ................................................................ 47
1. Layanan Usaha Jasa Laundry ............................................................ 47
2. Layanan Usaha Jasa Laundry ............................................................ 49
3. Layanan Usaha Jasa Laundry ............................................................ 50
4. Layanan Usaha Jasa Laundry ............................................................ 51
5. Layanan Usaha Jasa Laundry ............................................................ 52
B. Wawancara Dosen ................................................................................. 53
BAB IV ............................................................................................................... 56
ANALISIS DAN TINJAUAN EMPAT MADZHAB TERHADAP KESUCIAN
PRAKTIK JASA LAUNDRY MODERN
A. Tinjauan Mensucikan Najis Dalam Praktik Jasa Laundry Modern
Menurut Empat Madzhab ........................................................................ 56
1. Pendapat Empat Madzhab Terhadap Pencucian Laundry Menggunakan
Mesin Cuci ........................................................................................ 57
2. Pendapat Empat Madzhab Terhadap Pencucian Laundry Menggunakan
Mesin Dry Clean ............................................................................... 60
B. Analisis Praktik Jasa Laundry Dengan Pendapat Empat Imam
Mdzhab .................................................................................................. 63
C. Kaidah –Kaidah Fiqih Yang Digunakan ............................................... 64
ix
BAB V ................................................................................................................ 68
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 68
B. Saran ........................................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 70
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 73
1. HASIL WAWANCARA LAUNDRY ............................................. 74
2. HASIL WAWANCARA DOSEN .................................................... 90
3. DOKUMENTASI ............................................................................. 95
4. SURAT PERMOHONAN MENJADI PEMBIMBING SKRIPSI ... 98
5. SURAT PERMOHONAN DATA DAN WAWANCARA .............. 99
6. SURAT IZIN PENELITAN DAN WAWANCARA ........................ 101
x
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman tranliterasi Arab-Latin adalah alih aksara dari tulisan asing
(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin. Pedoman ini digunakan dalam skripsi untuk
karya tulis yang diperlukan terutama bagi mereka yang di dalam teks karya tulisan
menggunakan beberapa istilah Arab yang belum diakui dalam kata bahasa
Indonesia.
1. Aksara Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam
aksara Latin:
Huruf
Arab
Huruf Latin
Keterangan
ا
Tidak dilambangkan
ب
b
Be
ت
t
Te
ث
ts
Te dan Es
ج
j
Je
ح
h
Ha dengan garis bawah
خ
kh
Ka dan ha
د
d
De
ذ
dz
De dan Zet
ر
r
Er
ز
z
Zet
س
s
Es
x
ش
sy
Es dan Ye
ص
s
Es dengan garis bawah
ض
d
De dengan garis dibawah
ط
t
Te dengan garis dibawah
ظ
z
Zet dengan garis dibawah
ع
Koma terbalik hadap kanan
غ
gh
Ge dan ha
ف
f
Ef
ق
q
Qo
ك
k
Ka
ل
l
El
م
m
Em
ن
n
En
و
w
We
ه
h
ha
ء
Apostrop
ي
y
ya
xi
2. Vokal
Dalam bahasa Arab, sama seperti bahasa Indonesia memiliki vokal tunggal
atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal atau
monoftong, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:
Tanda Vokal
Arab
Vokal Latin
Nama
a fathah ــــــــــ
i kasrah ــــــــــ
u dammah ــــــــــ
Sedangkan, vokal rangkap atau diftong, ketentuan alih aksaranya
sebagai berikut:
Tanda Vokal
Arab
Vokal Latin
Nama
ـــ ai a dan i ي ـــــ ــ
au a dan u ـــــوـــ ــ
3. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (maddah), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal
Arab
Vokal Latin
Nama
ا ى . â a dengan topi diatas ا | ...
î i dengan topi atas ى
û u dengan topi diatas و
xii
4. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid dilambangkan dalam tulisan Arab dengan tanda ( )
dalam ahli aksara dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandung huruf
yang diberi tanda syaddah itu.
Contoh:
iddah‘ - عد ة rabbana - ر بن
5. Ta Marbûtah
Ta’marbutah yang mati atau terdapat harkat sukun, maka di transliterasinya
adalah “h” bila Ta’marbutah dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua ini
terpisah maka ditulis dengan “h”. Bila Ta’ marbutah ada harkat, fathah, dhammah
dan kasrah maka ditulis “t”.
No Kata Arab Alih Aksara
Hikmah حكمة 1
Karamah Al-Auliyah كر امة الاو ليا ء 2
Zakah al-fitr ز كا ة الفطر 3
6. Sandang
Kata sandang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf “ ال" (el) baik
syamsiyyah atau huruf qamarriyyah.
No Kata Arab Alih Aksara
Al-Qur’an القر ان 1
Asy-Syams اشمس 2
xiii
7. Penulisan Bahasa Arab
Penulisan kata-kata dalm rangkaian kalimat ditulis menurut penulisanaya.
Kalimat atau kata yang belum dibakukan ke dalam bahasa Indonesia, maka kata
tersebut harus ditransliterasi secarah utuh.
No Kata Arab Alih Aksara
Ahl as-Sunnah ا هل السنة 1
al-maslahah al-mursalah ةسلرلما ةحالمصل 2
Zawi al-furud ذوى الفر وض 3
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam sangat menekan kebersihan manusia lahir dan batin untuk menjaga
kesehatan dan menjalankan kewajiban agama, dan setiap kali menjalankan
kewajiban selalu diperhatikan tentang kesucian baik tempat, pakaian dan badan.
Dengan berkembangnya zaman kemudahan kini untuk bersuci sangatlah mudah
karena kebutuhan air tidaklah susah seperti zaman terdahulu, ketika tidak ada air
maka mengantikanya dengan debu untuk bersuci.
Syariat memerintahkan kita untuk membersihkan diri dari najis dalam
banyak dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah. Di antaranya firman Allah Ta’ala:
و ث ي اب ك ف ط هر
“Dan pakaianmu sucikanlah” (QS. Al Mudatsir 74:4).1
Suci dari najis adalah syarat sah dalam ritual beribadah sehingga seseorang
tidak sah menjalankan ibadah bila badan, pakaian, atau tempat tidak suci dari najis.
Maka pada saat itu dibutuhkan cara ber-thaharah yang benar, sebagaimana yang
diajarkan dalam ketentuan syariat Islam.2
Dalam hukum Islam, soal bersuci dan segala seluk-beluknya termasuk
bagian ilmu dan amalan yang penting, terutama karena di antara syarat-syarat shalat
telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan mengerjakan shalat diwajibkan suci
dari hadas dan suci pula badan, pakaian, dan tempat dari najis. 3
ب ال م ت ط هر ين ب التـواب ين و ي ح إ ن الله ي ح
1 Zurinal dan Aminudin, Fiqih Ibadah (Jakarta : CV.Sejahterah 2008) h.33 2 Ahmad Sarwat, Ensiklopedia Fikih Indonesia Thaharah, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama 2019), h 47-48 3 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung :Sinar Baru Algensindo, 1994), h. 13.
2
“ Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri.” .(QS. AL-Baqarah (2) :222)
Kotoran atau najis adalah sesuai peristiwa atau juga dapat diartikan kotoran
atau tidak suci, yang mencegah sahnya seseorang beribadah. Najis atau setiap
kotoran yang wajib disucikan dari suatu benda dan hal-hal yang mengenainya bagi
setiap muslim.4
Saat ini banyak penyedia jasa untuk memudahkan mencuci pakaian hingga
bersih dan rapih yaitu jasa binatu atau lebih sering dikenal sebagai jasa “Laundry”.
Jasa laundry kini banyak ditemukan dikalangan masyarakat karena usaha berjenis
menyediakan jasa ini banyak diminati, dengan demikian banyak orang-orang
membuka atau menyediakan usaha ini sebagai bisnis.
Akad yang digunakan dalam usaha layanan laundry ini adalah akad ijarah,
adalah upah atau ganti rugi atas pekerjaan atau barang dan bersifat temporal
(dibatasi oleh waktu), berbeda dengan akad jual beli (bai’) bersifat permanen dan
tidak boleh dibatasi waktu.5Akad ijarah tidak boleh dipalingkan, kecuali ada unsur
manfaat, dan akad.6
Pentingnya untuk mengetahui apakah sebuah layanan jasa laundry dapat
dikatakan mensucikan pakaian yang terkena najis, tentu berbeda-beda dalam
pensucianya. Hal ini yang mendasari penulis ingin meneliti lebih dalam dan dapat
memberikan hasil penelitian bagaimana pendapat Imam madzhab dengan praktik
jasa laundry saat ini dalam kesucian pakaian yang terkena najis.
Berbeda dengan mencuci pakaian sendiri tentu lebih yakin akan kebersihan
dan kesucianya. Akan tetapi, melihat kesibukan dan kegitan sehari-hari di
masyarakat berbeda-beda hal yang dilakukan dalam keseharian, maka dengan
4 Abdul Aziz M dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,(Jakarta: AMZAH
2013), h.111 5 Pudjihardjo dan Nur Faizin Muhith, Fikih Muamalah Ekonomi Syariah, (Malang: Tim
UB Press 2019) h. 64 6 Abu Azam Al Hadi, Fiqh Muamalah Kontemporer (Sidoarjo: CV Cahaya XII, 2014),
72-73.
3
adanya layanan jasa laundry membantu meringankan kegiatan yang ada pada
masyarakat.
Dalam al Fiqh Muyassar disebutkan,
ر ق ت ـ م س ن ي ع ك ل ي : ه ة اس ج لن ا اه اب ن ت اج عا ب ش ر ر م أ ة ذ
“Najasah adalah setiap hal yang dianggap kotor yang diperintahkan oleh
syariat untuk menjauhinya”7
Inilah yang mendasari seorang muslim untuk mengetahui pakaian yang
digunakan suci dari najis, baik untuk mendirikan ibadah ataupun pakaian sehari-
hari yang digunakan. Dengan adanya jasa laundry maka banyak menimbulakn
pertanyaan-pertanyaan di masyarakat, apakah penyedia jasa laundry tersebut baik
dan suci dalam proses pencucianya yang menggunakan mesin laundry.
Untuk mengetahui lebih dalam penulis sangat tertarik tentunya, yang akan
melakukan penelitian terjadi pada masayarakat. Melihat teori-teori dalam hukum
Islam dengan pendapat empat Imam madzhab yaitu Imam Hanafi, Maliki, Syafi’i,
dan Imam Ahmad bin Hanbal dalam proses pensucian pakaian yang terkena najis
dan diterapkan kepada paraktik jasa laundry modern saat ini.
Penjelasan secara singkat untuk menghilangkan najis sebelum dilakukanya
proses pencucian menggunakan mesin cuci. Sebelum memasukkan ke dalam mesin
cuci untuk dapat mensucikan pakaian terlebih dahulu melakukan pengguyuran
pakaian menggunakan air dengan cara menyiramkanya hingga mengalir dari atas
ke bawah, karena cara ini lebih dianjurkan untuk menghilangakan najis dari pada
cara satunya yaitu merendam pakaian dan air, karena kotoran ataupun najis tidak
hilang dengan kata lain hanya menggendap pada bagian bawah, sedangkan
mengalirkan air akan menghanyutkan kotoran ataupun najis.8
7 Ali bin Muhammad Nashir al-Faqihi dan Dr. Jamal bin Muhammad as-Sayyid Al Fiqh
Muyassar fi Dhau’il Kitab was Sunnah, (Jakarta : Darul Haq 2017) H.35 8 Muhammad Anis Sumaji, 125 Masalah Thaharah ,(Solo: Tiga serangkai 2008), h. 17.
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka
penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut.
1. Pendapat empat Madzhab dalam praktik menghilangkan najis pada
pakaian.
2. Mekanisme pencucican laundry untuk menghilangkan najis
menggunakan mesin cuci dan mesin dry clean.
3. Proses air yang digunakan dalam pencucian pakaian layanan laundry.
4. Najis dalam pembahasan ini yang terdapat pada pakaian.
C. Batasan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan, Penulis membatasi masalah yang akan
dibahas dalam skripsi ini sebagai berikut :
1. Pendapat empat madzhab terhadap kesucian pakaian dan cara
menghilangkan najis.
2. Empat madzhab dalam pembahasan ini adalah madzhab Imam Hanafi,
Maliki, Syafi’i, dan Hanbali.
3. Praktik kesucian pakaian menghilangkan najis yang digunakan dalam
layanan laundry untuk mencuci pakaian yaitu menggunakan mesin cuci
dan mesin dryclean.
4. Media yang digunakan dalam proses laundry yaitu berupa air, sabun
deterjen, parfume, setrika, mesin cuci dan mesin dry clean.
D. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan berbagai pokok
masalah yaitu ;
1. Bagaimana kesucian pakaian bernajis yang disucikan dengan laundry
modern menurut empat madzhab ?
2. Apakah sabun dapat menggantikan tanah dalam mensucikan pakaian
yang terkena najis mughalladzhah ?
5
3. Bagaimana proses pencucian pakaian menggunakan mesin cuci dan
mesin dry clean dapat dikatakan suci menggunakan layanan laundry?
4. Apakah praktik laundry saat ini, sudah dikatakan dapat mensucikan
pakaian?
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tinjauan hukum Islam dalam cara menghilangkan najis.
2. Mengetahui proses maupun praktik laundry dapat menghilangkan najis
dan mensucikan pakaian menggunakan mesin di era modern.
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitain ini sebagai berikut;
1. Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pemikiran
kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam menyelesaikan sebuah
masalah yang terkait dengan pembahasan ini. Bisa digunakan juga
dalam pengembangan ilmu, khususnya berkaitan dengan hukum Islam.
2. Sangat diharapkan penelitian ini dapat diketahui kepada jasa usaha
laundry maupun masyarakat dalam praktik pelaksanaanya untuk
memberikan informasi maupun ilmu bagaimana proses praktik laundry
menurut hukum Islam yang baik dan benar sehingga dapat dikatakan
suci.
F. Review Kajian Terdahulu
Dalam melihat efektivitas atau keberhasilan suatu sistem informasi, banyak
sekali model teoritis yang diciptakan terdahulu. Tentu karena situasi, kondisi dan
tujuan yang berbeda, menyebabkan berbagai macam variasi dalam penelitian.
Pertama penelitian yang dilakukan oleh Siti Fatimah mahasiswi program
studi Hukum Perdata Islam Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya Tahun
2018 yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jasa Laundry
Chesta Balarejo Madiun”. Penelitian ini membahas akad yang digunakan dalam
parktik jasa laundry, baik dalam syarat sahnya dan rukun dilakukan akad pada objek
6
laundry Chesta Balarejo Madiun. Dengan kesimpulan bahwa pembahasan lebih
menekan terhadap tinjauan hukum Islam terhadap persetujuan pihak konsumen dan
pihak laundry yang dilihat dari akad yang digunakan dan objeknya adalah laundry
Chesta Balarejo Madiun.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Syukur mahasiswa
program studi Perbandingan Madzhab dan Hukum Unversitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 yang berjudul “ Hukum Mencuci Pakaian
Menggunakan Dry Clean”. Penelitian ini membahas tentang pencucian pakaian
dengan alat yaitu dryclean. Dalam pembahasan ini hanya membahas layanan
dryclean apakah status hukumnya diperbolehkan atau tidak.
Tentu saja pembahasa saya tentang karya tulis ini akan berbeda dari studi
review terdahulu karena pembahasan yang saya bahasa adalah “ Mensucikan Najis
Dalam Praktik Jasa Laundry Modern Menurut Empat Madzhab”. Dalam
pembahasan penulis di sini yang membedakan adalah, melihat status kesucian
pakaian yang bernajis, yang disucikan menggunakan layanan jasa laundry modern
kemudian apakah dalam proses pensucian ini sudah masuk kedalam kategori suci
menurut pendapat empat Imam madzhab. Dengan kesimpulan apakah layanan jasa
laundry saat ini dapat dikatakan suci melihat dari pandangan empat Imam madzhab.
G. Metode Penelitian
1. Metode Kualitatif
Penelitian kualitatif yaitu mencari makna, pemahaman, pengertian tentang
suatu fenomena kejadian, maupun kehidpuan manusia terlibat langsung dan tidak
langsung.9 Penelitian kualitatif penekanan pada proses dan makna yang tidak dikaji
secara ketat atau belum diukur, menekankan sifat realita yang terbangun secara
sosial, hubungan erat antara yang diteliti dengan peneliti, tekanan situasi yang
membentuk penyelidikan, sarat nilai, menyoroti cara munculnya pengalaman sosial
sekaligus perolehan maknanya.
9 Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta : Prenadamedia Group 2014), h.328.
7
Penelitian kualitatif suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan
pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori,
gagasan para ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya yang
kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta
pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam
bentuk dukungan data empiris.
Untuk karya tulis ini saya menggunakan pendekatan kualitatif karena
melihat teori bagaimana menurut hukum Islam dalam mensucikan pakaian yang
akan diterapkan pada praktek laundry saat ini apakah sudah sesuai atau tidak.
2. Pendekatan Penelitian Kualitatif
Semua jenis penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang berusaha menerangkan, menggambarkan suatu fenomena,
mendeskripsikan secara kritis, suatu peristiwa, kejadian interaksi social dalam
masyarakat.10 Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah
aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian
deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan dan
mengklarifikasi yang ada pada masyarakat.
3. Sumber Data
Sumber data atau data penelitian dari mana dapat diperoleh. Dalam
penelitian ini penulis mennggunakan sumber data yaitu ;
a. Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh
sumber pertamanya. Adapun yang menjadi sumber data primer disini
adalah baik pemilik laundry, karyawan laundry, atau karyawan
pencucian laundry.
b. Sumber data skunder, yaitu data yang tidak langsung dikumpulkan
oleh peneliti. Dapat juga data yang tersusun dalam bentuk dokumen.
Untuk mendapatkan penjelsan penelitian akan menganalisis dari buku,
10 Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta : Prenadamedia Group 2014), h.338.
8
literatur-literatur, jurnal, dan data-data lainya yang berkaitan dengan
mensucikan najis dalam praktik laundry modern menurut empat
madzhab ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pertama dilakukanya wawancara, wawancara
adalah suatu kejadian proses interaksi pewawancara dengan sumber informasi
melalui komunikasi langsung.11
Metode pengumpulan data kedua adalah observasi. Metode ini dalam
pengumpulan data lapangan dan mengamati objek penelitian itu sendiri. Dalam
penelitian akan melihat lapangannya adalah layanan sebuah usaha laundry.
H. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan penelitan dan pembahasan maka penulis menggunakan
pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri
Jakarta Tahun 2017. Dalam pembahasan harus dilakukan secara teratur dan
sistematis. Penyusun membagi pokok pembahasan skripsi ini kedalam lima bab.
Adapun sistematika pembahasan adalah sebagai berikut:
BAB I
Berisi pendahuluan yang bertujuan mengantarkan pada pembahasan skripsi
secara keseluruhan. Bab ini terdiri dari tujuan sub yang meliputi: latar belakang
masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, review kajian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
Bab kedua, diuraikan tentang pokok pembahasan pengertian najis dan
macam-macam najis serta bagaimana menghilangkan najis pada pakaian dan cara
mensucikanya yang dilihat dari presfektif hukum Islam yang menggunakan
11 Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta : Prenadamedia Group 2014), h.372.
9
pendapat empat Imam madzhab yaitu Imam Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Imam
Hanbali.
BAB III
Bab ketiga, memberikan penjelasan praktik laundry saat ini dengan
melakukanya observasi dan wawancara di beberapa layanan jasa usaha laundry.
Pembahasan ini berguna untuk menggambarkan proses yang terjadi pada
praktiknya.
BAB IV
Bab keempat, memaparkan proses yang telah dilakukan pada bab III dengan
menganalisis dan meninjau menggunakan pendapat empat Imam madzhab apakah
laundry saat ini dalam proses pencucianya sudah dapat dikatakan mensucikan
BAB V
Bab kelima penutup, yang merupakan kesimpulan terhadap penelitian serta
memberikan saran dan masukan.
10
BAB II
MACAM-MACAM NAJIS DAN CARA MENSUCIKANYA
A. Pengertian Najis
Najis sesuatu yang tak lepas dari keseharian manusia, najis terkait kepada
sayarat sahnya seseorang melakukan ibadah. Kata najis berasal dari bahasa Arab
ةاس ج لن ا yang artinya kotoran, sedangkan secara istilah adalah sesuai peristiwa atau
juga dapat diartikan kotoran atau tidak suci, yang mencegah sahnya seseorang
beribadah. Najis atau setiap kotoran yang wajib disucikan dari suatu benda dan hal-
hal yang mengenainya bagi setiap muslim.12
Kalangan ulama madzhab Hanafi, Imam al-Kasani menyebutkan bahwa
najis adalah sebutan untuk benda yang dianggap jijik. Penjelasan ini dilengkapi
ulama mazhab Hanafi lainnya yang menyebutkan bahwa najis ada yang hakiki
(berwujud), ada yang hukmi. Secara umum yang dipahami sebagai najis adalah
wujud bendanya saja. Imam Ibnu Abidin menyebutkan bahwa dari najis yang hakiki
dan hukmi tersebut, meniscayakan pemahaman bahwa najis hakiki adalah sesuatu
yang kotor, serta najis yang hukmi adalah al-hadats .13
Bersuci dibagi menjadi dua bagian yaitu , bersuci dari hadast bagian ini
khusus untuk badan, seperti mandi, berwudhu, dan tayamum. Kedua bersuci dari
najis bagian ini berlaku pada badan, pakaian, dan tempat. 14
Diantara syarat sahnya ibadah adalah badan, pakaian, dan tempat beribadah
harus suci dari najis, membersihkan atau mensucikan badan, pakaian dan tempat ini
termasuk dalam pembahasan thaharah.15 Thaharah juga bermakna kebersihan dari
sesuatu yang khusus di dalamnya dengan makna ta’abudi (ibadah yang tidak ada
12 Abdul Aziz M dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,(Jakarta: AMZAH
2013),h.111 13 Ibid 14 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung:Sinar Baru Algensindo 1994) h.13 15 Zurinal dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta:Universitas Islam Negri Jakarta 2008)
h.33
11
alasan dilakukan) kepada Allah SWT. Demikian juga thaharah adalah perbuatan
yang dicintai oleh Allah, sebagaimana firman Allah: 16 (QS.AT-Taubah (9):108)
ل ى ع سجدأسس ت قمفيهأ ب دالم ى ٱل فيهلتقو أ نت قوم ق لي ومأ ح منأ و
أ ني ت ط هرواو اليحبون ٱفيهرج لل لمطهرين ٱيحب
“Janganlah kamu melaksanakan shalat dalam masjid itu selama-lamanya.
Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama
adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya masjid itu ada
orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bersih.
Karena itu Islam mensyariatkan thaharah atau bersuci dari najis adalah hal
yang sangat penting selain membedakan antara Islam dengan agama lainnya bersuci
dari najis adalah kewajiban umat muslim untuk melakukan ibadah. Dalam
mensucikan pakaian juga harus dilihat dalam proses pencucianya apakah najis telah
hilang atau belum, baik pakaian yang digunakan keseharian maupun untuk
beribadah.
B. Dalil Dan Hukum Menghilangkan Najis
1. Dalil Tentang Menghilangkan Najis
Syariat memerintahkan kita untuk membersihkan diri dari najis dalam
banyak dalil dari Al Qur’an dan As-Sunnah17. Diantaranya firman Allah Ta’ala:
a. (QS. Al Mudatsir: 4)
و ث ي اب ك ف ط هر
“ Dan pakaianmu sucikanlah”
16 Muhammad Anis Sumaji ,125 Masalah Thaharah (Solo :TIGA SERANGKAI 2008),
h.4 17 Abdul Aziz M dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,(Jakarta: AMZAH
2013), h 111
12
b. (QS. Al Baqarah: 125).
م اع يل أ ن ط هر ا ن ا إ ل ى إ ب ـر اه يم و إ س السج ود ب ـي ت ي ل لطائ ف ين و ال ع اك ف ين و الر و ع ه د ك
“ Dan kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail untuk mensucikan
rumah-Ku bagi orang-orang yang ber-thawaf, ber-i’tikaf dan orang-orang
yang rukuk dan sujud”
c. (QS. AL-Baqarah(2) : 222)
يض و ي س يض أ ل ون ك ع ن ال م ح و لا ق ل ه و أ ذى ف اع ت ز ل وا النس اء ف ي ال م ح
تى ي ط ه ر ن ف إ ذ ا ت ط هر ن ف أ ت وه ن م ن ح ي ث أ م ر ك م الله ت ـق ر ب وه ن ح ب إ ن الله ي ح
ب ال م ت ط هر ي ن التـواب ين و ي ح
“ Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: " Haid itu adalah
suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari
wanita di waktu haid dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum
mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di
tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri.”
d. (HR. Muslim no. 292).
ب ان ف ي ك ب ير أ ما ب ان و م ا ي ـع ذ ا ل يـ ع ذ نـه م ي ب النم يم ة و ش ر أ ح د ه م ا ف ك ان ي م أ ما اآخ
ل ه ت ت ر م ن ب ـو ف ك ان لا ي س
“Kedua orang ini sedang diadzab, dan mereka diazab bukan karena dosa
besar. Orang yang pertama diadzab karena berbuat namimah (adu domba).
Adapun yang kedua, ia diadzab karena tidak membersihkan diri dari sisa
kencingnya”
13
Setelah mengetahui hukum bersuci, maka adanya laundry saat ini
mempermudahkan sesorang dalam membersihkan pakaian, bersih, wangi, dan rapih
tentunya prioritas utama laundry serta pakaian suci dari kotoran dan noda baik
pakaian sehari-hari atau pakaian untuk beribadah. Setelah memaparkan dalil-dalil
dan hadist menghilangkan najis, kemudian masuk kepada hukum menghilangkan
najis dari beberapa pendapat madzhab .
2. Hukum Menghilangkan Najis
Wajib hukumnya untuk menghilangkan najis dari badan orang yang akan
beribadah, juga dari pakaian dan tempat shalat, kecuali najis-najis yang dimaafkan
karena sulit untuk dihilangkan atau sulit dihindari supaya tidak menyusahkan.18
Adapun perbedaan pendapat para Ulama dalam hal hukum menghilangkan najis
berikut beberapa pendapat Imam Madzhab;
a. Abu Hanifah dan Imam Syafi’i : Menghilangkan najis hukumnya
wajib.19
1) Perbedaan dalam memahami Al-Mudatsir: Ayat 4 و ث ي اب ك ف ط هر
“Dan bersihkanlah pakaianmu”. Abu Hanifah dan Imam Syafi’I memahami ayat tersebut secara hakiki, oleh
karena itu membersihkan najis adalah wajib. 2) Mendasarkan pendapatnya pada hadist tentang adanya siksaan kubur
sebagaimana tersebut di atas. Menurut dhahirnya (pastinya) hadist
tersebut menunjukan wajib, karena siksaan tidak berhubungan
kecuali dengan hal-hal yang wajib.
3) Perintah dan larangan syara’ tidak dapat diketahui maksudnya
dengan akal, oleh karena itu menghilangkan najis hukumnya wajib.
18 Asy-Syaikh Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Shalat Empat Madzhab, (Jakarta :Akbar Media
2018) h.39. 19 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Terj. Al-Mas’udah (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
2016), h. 119.
14
b. Imam Malik
Dikalangan madzhab Maliki terdapat 2 pendapat tentang hukum
menghilangkan yaitu wajib dan sunah, yaitu ketika ingat, kuasa, dan
memungkinkan.20 Wajib apabila melakukan shalat beserta najis dengan sengaja dan
ia mampu untuk menghilangkanya. Kemudian sunah apabila ketidaktahuan
terdapat najis atau tidak mampu menghilangkan najisnya.
1) Perbedaan dalam memahami Al-Mudatsir: 4
و ث ي اب ك ف ط هر
“ Dan bersihkanlah pakaianmu”.
2) Hadis
“Sesungguhnya Nabi SAW. Ketika sedang melaksanakan shalat melepas
sendalnya yang terdapat najis.
ما ل ف ـ ال ه م ع الناس نـ ل خ ه ف ي ل ن ـع خ ل لى ف أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ص
: ل ق ر ف ص ن ا ل ال ن ي ـ أ ول الله ، ر س ر ا: يا و ال ؟ ق ال ك م ع ت م ن ع م ا ن خ ل ع ت ف ع ل اك
: إن ج ق ب ن ب ه م أ ي ر ن بـ أ ف ي ان ت ل أ ئي ر ب ال د ف ـ س م الم د ك ح اء أ ا ج ذ إ ثا ف ا ل ب ق يـ ل ج
م ه ي ف ظ ر ن يـ ل ه ف ـ ي ل ع ن ـ م ه ي د ف ج و ن إ ؟، ف ث ب ا ، ث ر ل ا با م ه ح س م ي ل ثا ف ـ ب ا ل ص ي م ل ض
ام ه ي ف
“Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam ketika sedang shalat beliau
melepas sandalnya. Maka para makmum pun melepas sandal mereka.
Ketika selesai shalat Nabi bertanya, ‘mengapa kalian melepas sandal-
sandal kalian?’ Para sahabat menjawab, ‘wahai Rasulullah, kami
melihat engkau melepas sandal, maka kami pun mengikuti engkau.’
‘(Adapun aku,) sesungguhnya Jibril mendatangiku dan mengabarkanku
20 Masdar Helmy, Fiqih Thaharah, (Bandung: Pustaka Media Utama) h.69.
15
bahwa pada kedua pasang sandalku terdapat najis. Maka jika salah
seorang dari kalian mendatangi masjid, hendaknya ia lihat bagian
bawahnya apakah terdapat najis Jika ada maka usapkan sandalnya ke
tanah, lalu shalatnya menggunakan keduanya”.
(HR. Al-Hakim 1/541, Abu Daud no. 650, Ibnu Hibban no. 2185,
Al-Hakim menyatakan shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim, Al-Albani
dalam Shahih Abu Daud menyatakan Shahih).
3) Perintah dan syara’ khusunya perintah bersuci dari najis dapat
diketahui maksudnya dengan akal, yaitu membersihkan diri dan
termasuk dalam akhlak baik, oleh karenanya perintah menghilangkan
najis hukumnya sunah.
C. Pembagian Najis
Sebelum memasuki pembahasan pencucian pakaian sebaiknya mengetahui
macam-macam najis jika terkena pakaian karena dalam pensucian tentu akan
berbeda dalam mensucikanya. Berikut pembagian najis dilihat dari berat ringanya,
para ulama membagi menjadi 3 bagian:21
ف ة، و م تـ و سط ة النج اس ات ث لا ث:م غ لظ ة، و م خ ف .
Najis itu ada 3, yaitu (1) mughallazhah, (2) mukhaffafah, dan (3)
mutawassithah.
1. Najis berat /Mughalladzah
Najis mughallazah (najis berat) yaitu najis yang berasal dari anjing dan
babi, seperti kotoranya, air liurnya, dan lain-lainya.22 Pendapat tentang anjing
menurut Imam Madzhab :
1. Madzhab Hanafi
21 Muhammad Anis Sumaji ,125 Masalah Thaharah (Solo :TIGA SERANGKAI 2008),
h.27-29. 22 Zurinal dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta:Universitas Islam Negri 2008) h.33
16
Tidak seluruh bagian tubuh anjing adalah najis, melainkan hanyalah
keringat dan air liurnya, sehingga wajib menyucikan jika terkena najis itu.
2. Madzhab Maliki
Anjing tidaklah najis, karena setiap makhluk adalah suci.23 Maka jika
terkena air liur anjing membasuhnya hanyalah sebuah sunah.
3. Madzhab Syafi’I dan Hanbali
Seluruh tubuh anjing adalah najis termasuk, bulu, keringat, maupun air
liurnya. Sehingga wajib membasuh tubuh atau benda sebanyak 7 kali
dengan salah satu basuhan dengan tanah
Syaikh As Sa’di menyatakan: “Najis dari anjing dan semua yang berasal
dari babi cara mencucinya harus dengan tujuh kali cucian, dan cucian yang
pertama menggunakan tanah”.
Dalilnya, Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
ه ن ب التـر اب م رات أ ولا ب ل ه س ، أ ن ي ـغ س ط ه ور إ ن اء أ ح د ك م إ ذ ا و ل غ ف يه ال ك ل ب
“Cara mensucikan bejana dari seseorang dari kamu, apabia dijilat anjing
hendaklah dibasuh tujuh kali, salah satunya hendaklah dicampur tanah”
(HR. Al Bukhari no. 182, Muslim no. 279).24
Para ulama sepakat bahwa yang termasuk najis mughalladzhah ini adalah
najis yang ditimbulkan dari anjing dan babi, maka membersihkannya ;
a. Terlebih dahulu hilangkan wujud benda najis
b. Kemudian dicuci bersih dengan air sebanyak tujuh kali cucian, dan
cucian yang pertama menggunakan tanah atau debu
Dengan kemajuan perkembangan zaman saat ini dalam proses pencucian
pakaian ada yang dinamakan dengan detergen atau sabun cuci untuk pakaian.
Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu
23 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih 5 Madzhab,(Jakarta: Lentera,2001)h.27 24 Ibid h.34
17
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding
dengan sabun, detergen memiliki keunggulan antara lain memiliki daya cuci yang
lebih baik serta terpengaruhi oleh kesadahan air.25 Fungsi dari detergen adalah
untuk mengghilangkan kuman dan bau pada pakaian serta mempermudah
menghilangkan noda yang mempel.
Kemudian dengan adanya detergen ini apakah fungsi dari tanah bisa
digantikan dengan detergen (sabun) dari suatu benda yang terkena najis
mughalladzhah . Masalah penggantian penggunaan tanah untuk membasuh ataupun
mensucikan benda bekas terkena najis mughalladzhah, para fuqoha (ahli fiqih)
berbeda pendapat.
1) Pendapat pertama: Madzhab Syafi’I, Hambali, dan Ibnu Hazm
mengatakan, tanah tidak bisa digantikan oleh benda apa pun, baik ada
tanah maupun tidak.
2) Pendapat kedua: Sebagian penganut madzhab Syafi’I, Hambali, dan
Al-Muzani mengatakan, “Benda selain tanah dapat menggantikan tanah,
baik ada tanah maupun tidak”.
3) Pendapat ketiga: Riwayat dalam madzhab Syafi’I dan Hambali
mengatakan. “Tanah boleh digantikan oleh alat pembersih lain jika
tanah sulit ditemukan atau benda yang akan dicuci rusak jika dicuci
menggunakan tanah.26
Pendapat yang kuat bahwa dianjurkan untuk memberihkan najis dari anjing
dengan menggunakan tanah. Akan tetapi, alat pembersih lainya seperti sabun dapat
digunakan sebagai alternatif. Terutama jika seseorang sulit mendapatkan tanah atau
dikhawatirkan tanah dapat merusak benda yang dicuci menggunakan tanah, seperti
baju yang terkena jilatan najis anjing.27
25 Detergen Pengertian Jenis dan Komposisi, gurupendidikan.co.id/konten/2020/4/29. 26 Fahad Salim Bahammam, Fiqih Modern Praktis, (Jakarta: Gramedia Pustaka utama
2013), h 46-47. 27 Ibid,h 47
18
Imam Nawawi dalam hal ini dari kalangan Syafi’iyah merinci kedudukan
benda lain dalam menggantikan tanah untuk mensucikan bekas jilatan anjing :
1) Benda lain tidak dapat menggantikan tanah dalam mensucikan jilatan
anjing
2) Bisa menggantikan fungsi tanah dalam mensucikan yang terkena najis
jilatan anjing.
3) Bisa diganti jika tidak ditemukan tanah
4) Bisa menggantikan tanah apabila benda yang terkena najis tersebut
dimungkinkan akan rusak jika dicampur dengan tanah
Dalam kitab Ru’usul Masail. Imam Nawawi mengatakan bahwa selain
tanah seperti sabun dapat menggantikan fungsi tanah, dan inilah pendapat yang
dinilai shahih oleh Imam Nawawi.28
ه ن ب التـر اب م رات أ ولا ب ل ه س ، أ ن ي ـغ س ط ه ور إ ن اء أ ح د ك م إ ذ ا و ل غ ف يه ال ك ل ب
Sucinya tempat (perkakas) mu apabila telah dijilat oleh anjing adalah
dengan mesucikan tujuh kali. Permulaan pencucian itu (harus) dicuci
dengan air yang bercampur dengan tanah. (Hr.Bukhari,Muslim, Turmudzi,
Nasa’I, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Dalam hadist yang lain riwayat Muslim bahwa Rasullulah bersabda
م رات ب ل ه س إ ذ ا و ل غ ف ي ه ال ك ل ب أ ن ي ـغ س “Apabila sekor anjing meminum (air) di bejana salah seorang diantara
kamu, maka hendaklah ia menumpahkannya, kemudian mencucinya
sebanyak tujuh kali.”29
Hadis-hadis tersebut tentang media air dan tanah sebagai alat untuk
menghilangkan najis berat, akan tetapi jika menggunakan tanah untuk
28 Ahmad Munif Suratmaputra, Vaksin Meningkitis dalam kajian fiqih, ( Volume 3 2018)
h.11 29 Muhammad Anis Sumaji ,125 Masalah Thaharah (Solo :TIGA SERANGKAI
2008),h.60
19
menghilangkan najis berat yang ada pada pakaian, tentunya akan membuat pakaian
menjadi kotor secara fisik dan kemungkinan akan merusak warna pakaian. Oleh
karena itu, banyak ulama yang memberikan pendapat bahwa tanah sebagai
penghilang najis berat yang ada dipakaian bisa diganti dengan sabun.
Pendapat ini dikemukaan kalangan madzhab Hanabilah bahwa sabun bisa
menggantikan posisi karena sifat dan unsur-unsur yang terdapat di dalamnya
sehingga menjadikan benda yang dicuci menggunakan sabun, khususnya pakaian
akan lebih bersih.30
Adapun menurtut fatwa Majelis Tarjih Tajdid 25 Syakban 1431 H/ 6
Agustus 2010 mengenai sabun bisa menghilangkan najis jilatan anjing. Dengan
kesimpulan bahwa sabun pembersih sebagai ganti tanah untuk mensucikan bisa
dilakukan . 31
2. Najis Mutawassithah
Najis mutawassithah adalah najis yang sedang, dan cara mensucikan najis
mutawassithah ini harus membersihkan najis ini sampai tuntas, tanpa ada bekas
yang melekat setelah tidak ada lagi warna, bau, dan rasan najis tersebut baru
kemudian menyiram tempatnya dengan air yang suci dan menyucikan.
Contoh najis mutawassithah ini antara lain :
a. Kotoran Manusia
b. Darah Haid
c. Air Mani yang cair
d. Arak (Minuman Keras)
e. Kotoran Hewan Yang Haram Dimakan
f. Bangkai Hewan.
Najis mutawassithah ini dibagi menjadi 2 bagian :
30 ibid 31 Suaramuhammadiyah.id/2016/10/05/fatwa-tarjih-sabun-bisa-hilangkan-najis-jilatan-
anjing
20
a. Najis ‘Ainiah
Yaitu najis yang bendanya mempunyai wujud. Cara mensucikanya
dengan menghilangkan zat atau bendanya terlebih dahulu sehingga
unsur rasa, bau, dan warnanya hilang. Kemudian dibasuh air hingga
bersih.
b. Najis Hukumiah
Yaitu najis yang bendanya tidak berwujud, seperti bekas kencing dan
arak yang sudah kering. Cara mensucikan dengan mengalirkan air pada
bekas najis tersebut.32
3. Najis ringan/mukhaffafah
Najis mukhaffafah yaitu najis ringan. Cara mensucikan najis mukhaffafah
ini juga cukup mudah yakni cukup dengan cara dipercikan atau dibasuh dengan air
pada bagian tubuh (badan) yang terkena oleh najis mukhaffafah ini. Untuk contoh
najis mukhaffafah ini antara lain .33
a. Air Kencing Bayi Laki Laki Belum Umur 2 Tahun
Hadis membasuh air kencing anak :
ل ال غ لا م م ا ل م ع ن ع ل ي ل ال ج ار ي ة و ي ـن ض ح م ن ب ـو ي الله ع ن ه ق ال : ي ـغ س ل م ن ب ـو ر ض
ي ط ع م
Dari Ali radhiyallahu’anhu, Ia berkata, “ Dicuci dari kencing anak
perempuan dan dipercikkan dengan air dari kencing anak laki-laki selama
belum memakan makanan.” (HR Abu Dawûd, no. 377)
32 Muhammad Anis Sumaji ,125 Masalah Thaharah (Solo :TIGA SERANGKAI
2008),h.28-29 33 Ibid .h.28
21
Hadis ini tidak menunjukkan bahwa kencing bayi laki-laki tidak najis.
Kencing tersebut tetap najis namun cara pensuciannya yang berbeda dengan air
kencing bayi perempuan.
Air kencing bayi perempuan walaupun juga belum makan selain air susu
ibunya, dianggap najis mutawassithah dan harus dicuci. Mengenai perbedaan cara
mensucikanya bekas air kencing bayi laki-laki dengan bayi perempuan, dari segi
hikmahnya, karena air kencing bayi perempuan terpencar-pencar sehingga untuk
menyucikanya perlu disiram.34
D. Macam-Macam Najis
Najis dapat dibagi menjadi dua yaitu, najis hukmi dan hakiki. Najis hukmi
adalah suatu kondisi yang diperkirakan terdapat pada anggota badan yang
menghalangi sahnya beribadah. Najis ini mencakup hadas kecil dihilangkan dengan
berwudhu dan hadas besar dengan mandi besar.35
Najis hakiki menurut bahasa sesuatu yang kotor seperti darah, kencing dan
kotoran. Menurut syar’a sesuatu yang dinilai kotor dan dapat menghalangi sahnya
ibadah apabila tidak ada keringanan. Najis jenis ini terbagi menjadi dua kategori,
yaitu ada yang disepakati status kenajisanya oleh seluruh ulama dan ada yang masih
diperselisihkan status kenajisanya.
1. Najis Yang Telah Disepakati Status Kenajisannya
a. Darah Yang Mengalir
Darah yang mengalir yakni darah yang mengucur deras, misalnya darah
yang mengalir dari hewan yang disembelih, kecuali jika hanya dalam kadar sangat
sedikit (misalnya terciprat), Maka darah ciprataan tersebut tergolong najis yang di
marfu’ (ditolerir).36
34 Zurinal dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta:Universitas Islam Negri 2008) h.34 35 Masdar Helmy, Fiqih Thaharah, (Bandung: Pustaka Media Utama,) 36 Abdul Aziz M Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,(Jakarta:
AMZAH 2013), h.112
22
ه م ا; أ ن ا لن ي ا لله ع نـ ر ر ض م اء ب ن ت أ ب ي ب ك ف ي سلم ق ال ب ي صلى الله عليه و و ع ن أ س
يب : "ت ح ته , ث م ت ـق ر ص ه ب ال م اء , ث م ت ـن ض ح ه , ث م ت ص ل د م ا ل ح ي ض ي ص ي ف يه " ا لثـو ب
م تـف ق ع ل ي ه
“Dari Asma binti Abu Bakar RA, Rasulullah SAW bersabda, ‘Pada darah
haid yang mengenai pakaian, kau mengoreknya, menggosoknya dengan air,
membasuhnya, dan melakukan shalat dengannya,” (HR Bukhari dan
Muslim).37
Keempat madzhab sepakat bahwa darah adalah najis kecuali darah orang
yang mati syahid, selama darah itu berada di atas jasadnya. Begitu juga halnya
darah yang tertinggal pada persembelihan, darah ikan, dan darah kutu.38
b. Daging Babi Dan Anjing
Daging babi adalah najis meskipun disembelih menurut syar’a, karena nash
Al-Quran adalah haram zatnya oleh karena itu daging dan seluruh bagian tubuhnya
najis, sperti rambut, tulang, dan kulit meskipun telah disamak.39 Para ulama
menyepakati kenajisan daging babi dan anjing berdasarkan firman Allah : (QS. Al-
An'am (6) Ayat 145)
ي إ ل ي م ح رما ع ل ى ط اع م ي ط ع م ه إ لا أ ن ي ك ون م ي ت ة أ و د ما د ف ي م ا أ وح ق ل لا أ ج
ف وحا ن ز ير ف إ نه ر ج س م س م قا أ ه ل ل غ ي ر الله ب ه أ و ل ح أ و ف س ر ف م ن اض ط ر غ يـ
يم ب اغ و لا ع اد ف إ ن ر بك غ ف ور ر ح
Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan
kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya,
kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging
37 Muttafaq ‘alaihi: (Shahiih Muslim (I/240 no. 291), ini adalah lafazhnya. Shahiih al-
Bukhari (Fat-hul Baari) (I/410 no. 307). 38 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih 5 Madzhab,(Jakarta: Lentera,2001)h.27 39 Masdar Helmy, Fiqih Thaharah, (Bandung: Pustaka Media Utama,).h.69.
23
babi karena sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih
atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang
dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka
sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Surat
Al-An'am Ayat 145).
Hanya saja para ulama Malikiyyah berpendapat semua makhluk hidup pada
dasarnya suci walaupun anjing dan babi. Pendapat ini disepakati oleh para ulama
Hanafiyyah bahwa pada dasarnya anjing itu suci selama kondisi hidup, tetapi
terdapat perbedaan pendapat mengenai kenajisan air liurnya.40
b. Tinja Dan Air Kencing Manusia.
Kalangan ahli fiqih sepakat bahwa tinja dan air kencing manusia termasuk
benda najis, karena berlandaskan pada hadist ketika bayi sudah mengkonsumsi
makanan dan kencing bayi mengenai pakaian maka wajib mencucinya dan bukan
lagi mencipratkan air saja. Semua madzhab sepakat kotoran dan kencing anak
Adam adalah Najis.41
ل ال غ لا م م ا ل م ل ال ج ار ي ة و ي ـن ض ح م ن ب ـو ي الله ع ن ه ق ال : ي ـغ س ل م ن ب ـو ع ن ع ل ي ر ض
ي ط ع م
Dari Ali radhiyallahu’anhu, Ia berkata, “ Dicuci dari kencing anak
perempuan dan dipercikkan dengan air dari kencing anak laki-laki selama
belum memakan makanan.” (HR Abu Dawûd, no. 377).
c. Kotoran Dan Air Kencing Hewan Yang Tidak Boleh Dimakan
Dagingnya
Kotoran hewan yang dagingnya tidak boleh dimakan adalah najis, hal ini
berdasarkan riwayat dari ‘Abdullah radhiyallahu‘anhu, Ia berkata ;
40 Asy-Syaikh Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Shalat Empat Madzhab, (Jakarta :AkbarMedia
2018) h. 41 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih 5 Madzhab,(Jakarta: Lentera,2001) h.27
24
أ ت ـي ت ه ل ح اج ت ه ف ـق ال ال ت م س ل ى ث لا ث ة أ ح ج ار ق ال ف -صلى الله عليه وسلم ر ج النب ى
ث ة و ق ال إ نـه ا ر ك س ذ ال ح ج ر ي ن و أ ل ق ى الرو ث ة ف أ ب ح ج ر ي ن و ر و
Nabi shallallahu‘alaihi wasallam pernah pergi untuk buang hajat.
Beliaupun menyuruhku, “Carikan 3 batu untukku.” Akupun membawakan
dua batu dan satu kotoran kering. Beliau mengambil dua batu dan
membuang kotoran kering itu, sambil bersabda, “Ini Najis.” (HR Bukhari,
Turmudzi, Nasa’I, dan Ibnu Majah).42
d. Madzi Dan Wadzi
Madzi adalah cairan bening, halus dan lengket yang keluar ketika adanya
dorongan syahwat, seperti bercumbu, mengingat jima’ (persetubuhan) atau
menginginkannya. 43 Keluarnya madzi tidak memancar dan tidak diakhiri dengan
rasa lemas atau kendornya syahwat, bahkan terkadang seseorang tidak merasakan
keluarnya madzi, namun madzi ini keluar tidak dengan cara memuncrat. Kemudian
wadzi adalah cairan amis yang keluar setelah kencing.44
Cara membersihkan madzi adalah dengan mencuci kemaluan, berdasarkan
riwayat dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu yang menyuruh Miqdad bin al-
Aswad radhiyallahu ‘anhu untuk bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam perihal dirinya yang sering mengeluarkan madzi, dan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,45
ل ذ ك ر ه و ي ـتـ و ضأ .ي ـغ س
“(Hendaklah) dia mencuci kemaluannya dan berwudhu’.” (Shahih, riwayat
Bukhari (no. 269), dalam Fat-hul Baari (I/230 no. 132) dan Muslim (no.
303).
42 Muhammad Anis Sumaji ,125 Masalah Thaharah (Solo :TIGA SERANGKAI 2008),h.
30. 43 Abdul Aziz M Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,(Jakarta:
AMZAH 2013), h. 115. 44 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih 5 Madzhab,(Jakarta: Lentera,2001),h.28 45Abdul Aziz M Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,(Jakarta:
AMZAH 2013), h. 115.
25
Apabila air madzi mengenai pakaian, maka cukup dibersihkan dengan
menyiramkan air setelapak tangan ke pakaian yang terkena madzi tersebut. Hal ini
berdasarkan riwayat Sahl bin Hunaif radhiyallahu‘anhu, dia bertanya kepada
Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam mengenai madzi yang mengenai
pakaiannya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
ب ك ح ي ث ت ـر ى أ نه أ ص اب ذ ك فا م ن م اء ف ـتـ ن ض ح ب ه ث ـو ف يك أ ن ت أ ي ك
“Cukuplah bagimu mengambil segenggam air, lalu percikan ke pakaianmu
(yang terkena madzi).” (Hasan, riwayat Abu Dawud (no. 215), Tirmidzi (no.
115) dan Ibnu Majah (no. 506).
Ada beberapa pendapat ulama tentang setatus madzi dan wadzi apakah najis
atau tidak, berikut pendapat-pendapat Imam:
1) Imam Hanafi, Imam Maliki, dan Imam Syafi’i berpendapat bahwa
madzi dan wadzi adalah najis.
2) Imam Hambali berpendapat madzi suci, sedangkan wadzi naji.46
e. Nanah
Segala macam nanah itu najis, baik yang kental maupun yang cair, karena
nanah adalah darah yang sudah busuk.47 Jika dalam hal ini pakaian terkena nanah,
maka sebaiknya dicuci terpisah agar tidak mencampuri pakaian yang lainya.
f. Bangkai
Bangkai adalah binatang yang mati secara begitu saja, tanpa disembelih
menurut aturan agama Islam. Termasuk dalam kategori bangkai, dari binatang yang
dipotong dari binatang yang masih hidup tanpa disembelih.48 Sebagaimana
dinyatakan dalam hadis :
46 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih 5 Madzhab,(Jakarta: Lentera,2001)h.28 47 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo 1994), h.18 48 Zurinal dan Aminudin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Universitas Islam Negri Jakarta 2008),
h. 36
26
ب ي ص ل ى الله ع ل ي ه ع ن أ ب ي و اق د اللي ث ي ,الن ب ي ص ل ى الله ع ل ي ه و س ل م ق ال : ق ال الن
م ن ال ب هيم ة و ه ي ح ي ة ف ه و م ي ت و س ل م :م ا ق ط
Dari Abu Waqid Al-Laisi : Telah bersabda Rasullulah SAW: Apa yang
dipotong dari binatang ternak, sedang ia masih hidup, adalah bangkai.
(HR.Abu Daud dan Turmuzi).
Najisnya bangkai hewan dibagi menjadi 3 :
1) Bangkai yang haram hanyalah jika dimakan. Adapun kulit, tempat
yang dibuat darinya, gigi, tulang, dan wol adalah halal.49 Didasarkan
pada firman Allah : (Al- Nahl(16) : 80)
ب ار ه ا ين و م ن أ ص و اف ه ا و أ و ا أ ث اثا و م ت اعا إ ل ى ح ع ار ه و أ ش
Dan dijadikannya pula dari bulu domba, bulu onta dan bulu kambing,
alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu
(tertentu).
2) Bagian bawah kulitnya seperti daging dan lemak. Hukumnya najis
secara ijma’50 dan tidak dapat disucikan dengan disamak. Berdasarkan
firman Allah : (Al-An’am(6) :145)
ي إ ل ي م ح رما ع ل ى ط اع م ي ط ع م ه إ لا أ ن د ف ي م ا أ وح ت ة أ و د ما ي ك ون م ي ق ل لا أ ج
قا أ ه ل ل غ ي ر الله س أ و ف س ن ز ير ف إ نه ر ج م ف وحا أ و ل ح م س
Katakanlah: ”Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan
kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak
memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang
49 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah.Terj, Abu Aulia dan Abu Syauqina, (Jakarta: Republika
2017), h 15. 50 Hukum bangkai, https://almanhaj.or.id/2120-hukum-bangkai.html/konten/2020/04/13
27
mengalir atau daging babi, karena sesungguhnya semua itu kotor atau
binatang disembelih atas nama selain Allah”.
3) Kulit Hewan, penyamakan kulit hewan yang halal bisa
mengakibatkan seluruhnya suci kecuali babi, karena hewan yang halal
maka hukumnya juga halal.51
a) Abu Hanifah dan Imam Syafi’i kulit hewan yang halal dan sudah
disamak (menyucikan kulit hewan) menggangapnya Suci.
Penyamakan menggantikan penyembeihan.
b) Imam Malik kulit yang sudah disamak tidak berarti suci, kulit yang
disamak bisa digunakan untuk barang-barang kering.
Pembahasan di sini mengenai kulit binatang yang dijadikan pakaian maupun
barang-barang, status hukum diperbolehkanya ataupun tidak itu dalam ruang
pemakaian. Sedangkan dalam rana mensucikan pakaian menggunakan laundry
modern terdapat layanan yang digunakan dalam proses pencucian pakaian yang
terbuat dari kulit binatang tertentu menggunakan layanan dry clean, karena dalam
kasus tertentu pakaian yang terbuat dari bahan khusus tidak dapat dicuci
menggunakan air.
Adapun najis bangkai yang dikecualikan dibagi menjadi 3 :
1 ) Bangkai ikan, belalang, dan mayat manusia, maka ia suci sebagaimana
hadist riwayat Ibnu Umar ra.52:
لت ل ك م م ي ت ت ان و د م ان ف أ ما ال م ي ت ت ان ف ال ح وت ف ال ك ب د و ال ج ر اد و أ ما الدم ان أ ح
و الطح ال
“Dihalalkan bagi kalian dua bangkai dan dua darah. Adapun dua
bangkai tersebut adalah ikan dan belalang. Sedangkan dua darah
51 Ibid 52 Zurinal dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta:Universitas Islam Negri 2008) h.36
28
tersebut adalah hati (lever) dan limpa. (HR.Ahmad, Suafi’I, Ibnu
majah dan Daru Quthni)
Bangkai ikan, termasuk ikan laut hukumnya halal dan tidak najis.53
Allah SWT berfirman : (QS.AL-Maidah(5):96)
ر و ط ع ام ه ل ل ك م ص ي د ٱل ب ح م ت عا لك م ۥأ ح
Dihalalkan bagimu binatang buruan laut, dan maknan yang berasal
dari laut sebagai maknan yang lezat bagimu.
1) Bangkai hewan yang tidak memiliki darah mengalir seperti semut,
lebah, lalat, dan lain-lain. Apabila jatuh kemakanan lalu mati, maka
binatang tersebut dan makanan yang dikenainya tetap suci dan tidak
menjadi najis.54
2) Tulang dari bangkai, tanduk, bulu, rambut, kuku, dan kulit serta
sejenis dengan itu, hukumnya tetap suci, karena asal semua itu
hukumnya adalah suci dan tidak ada penyebab kenajisanya.55 Dalam
Hadis dari Ibnu Abbas Ra. Bahwa ia membacakan ayat berikut :
(QS.Al-An’am(6):145)
د ف ى م ا ق ل لا ى إ ل ى م ح رما ع ل ى ط اع م ي ط ع م ه أ ج أ و د ما أ ن ي ك ون م ي ت ة إ لا ۥأ وح
نز ير ف إ نه م ف وحا أ و ل ح قا أ ه ل ل غ ي ر ٱلله ب ه ۥمس س أ و ف س ر ب اغ و لا م ن ٱض ط ر غ ف ۦر ج يـ
يم ع اد ف إ ن ر بك غ ف ور رح
“Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu
yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali bangkai
atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu
kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa
yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak
53 ibid 54 Ibid. h.37 55 Ibid,
29
(pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang".
2. Najis Yang Diperselisihkan Status Kenajisannya
Najis yang dimaksud di sini adalah najis yang masih diperselisihkan
statusnya apakah najis atau tidak dan terdapat beberapa pendapat para ulama
sebagai berikut;
a. Kotoran Hewan Yang Halal Dagingnya
Di Indonesia, umumnya para ulama sepakat bahwa air kencing dan kotoran
hewan termasuk benda najis. Namun kalau kita telusuri lebih dalam, ternyata ada
juga pendapat yang agak berbeda, dengan mengatakan bahwa ada jenis hewan yang
air kencing dan kotorannya bukan termasuk najis, yaitu khusus hewan-hewan yang
daging dan susunya halal dimakan.
1) Najis
Mazhab Al-Hanafiyah dan Asy-Syafi’iyah menegaskan bahwa semua
benda yang keluar dari tubuh hewan lewat kemaluan depan atau belakang adalah
benda najis.56
Maka dalam pandangan kedua mazhab ini, air kencing dan kotoran hewan,
hukumnya najis. Dasarnya kenajisan air kencing dan kotoran hewan adalah sabda
Rasulullah SAW :
ذ ث ة ف أ ت ن ج اء ف أ ت ى ب ح ج ر ي ن و ر و ن ه أ ح ج ار الا س ع ود إ ن النب ي ط ل ب م عن اب ن م س
ا ر ك س ال ح ث ة و ق ال : ه ذ ج ر ي ن و ر م ى ب الرو
Nabi SAW meminta kepada Ibnu Mas'ud sebuah batu untuk istinja', namun
diberikan dua batu dan sebuah lagi yang terbuat dari kotoran (tahi). Maka
Beliau mengambil kedua batu itu dan membuang tahi dan berkata,"Yang ini
najis". (HR. Bukhari).
56 Syekh Abdurrahman Al-Jaziri, Al-fiqh’ala Mazahib Al-Arba’ah(Fiqih empat Madzhab)
,(Cairo: Mathba’ah Al-Istiqmah 1996).h 27
30
ء و الدم و ال م ن ي م س : م ن ال غ ائ ط و ال بـ و ل و ال ق ي ا ي ـغ س ل الثـو ب م ن إ نم
“ Baju itu dicuci dari kotoran, kencing, muntah, darah, dan mani. (HR. Al-
Baihaqi dan Ad-Daruquthny)”.
Demikian juga ketika Rasulullah SAW membolehkan seorang sahabat yang
meminum air kencing unta sebagai pengobatan, dalam pandangan mereka hal itu
terjadi karena darurat saja. Sebab minum air kencing unta itu bukan hal yang lazim
dilakukan setiap hari. Sejorok-joroknya orang Arab atau penggembala unta, tidak
ada yang mau minum air kencingnya, apalagi kotorannya.
2) Tidak Najis
Ulama Malikiyah dan Hanabilah berpendapat bahwa air kencing,
makanan yang dikunyah oleh binatang dan tahi binatang yang halal dagingnya
seperti unta, sapi, kambing, ayam dan sejenisnya adalah Suci.57
Namun pendapat mazhab Al-Hanabilah menyebutkan bahwa air kencing
dan kotoran hewan yang halal dagingnya, atau halal air susunya, bukan termasuk
benda najis. Misalnya kotoran ayam, dalam pandangan mazhab ini tidak najis,
karena daging ayam itu halal.
Untuk orang-orang yang terdidik dengan mazhab Al-Hanabilah, seperti
mereka yang tinggal di Saudi Arabia, ketidak-najisan air kencing dan kotoran unta,
kambing, sapi dan sejenisnya, dianggap biasa-biasa saja, karena sejak kecil mereka
diajarkan demikian.
Lalu apa dasar dan dalilnya, sehingga air kencing dan kotoran hewan-hewan
itu dianggap tidak najis. Mereka menyodorkan hadis-hadis, misalnya diriwayatkan
bahwa dahulu Rasulullah SAW pernah shalat di bekas kandang kambing.
د ف ى م ر اب ض ال غ ن م ن ى ال م س ج ك ان النب ى ي ص لى ق ـب ل أ ن ي ـبـ
Dulu, sebelum dibangun Masjid Nabawi, Nabi SAW mendirikan shalat di
kandang kambing. (HR. Bukhari Muslim). Selain itu juga diriwayatkan
57 Masdar Helmy, Fiqih Thaharah, (Bandung: Pustaka Media Utama,).h.80
31
bahwa Rasulullah SAW mengizinkan seorang sahabatnya minum air
kencing unta sebagai obat untuk penyembuhan.58
تـ و و ا ا ل أ و ع ر ي ـن ة ف اج ر ب وا م ن ل م د ين ة ف أ م ر ه م النب ى ب ل ق اح و أ ن ي ق د م أ ن اس م ن ع ك ش
أ ب ـو ال ه ا و أ ل ب ان ه ا. متفق عليه
Beberapa orang dari kabilah 'Ukel dan Urainah singgah di kota Madinah.
Tidak berapa lama perut mereka menjadi kembung dan bengkak karena tak
tahan dengan cuaca Madinah. Menyaksikan tamunya mengalami hal itu,
Nabi SAW memerintahkan mereka untuk mendatangi unta-unta milik Nabi
yang digembalakan di luar kota Madinah, lalu minum dari air kencing dan
susu unta-unta tersebut. (HR. Bukhari Muslim).
b. Air Liur Anjing
1) Najis
Mayoritas ahli fiqih berpendapat bahwa air liur anjing adalah najis merujuk
hadist narasi Abu Hurairah, bahwasanya Nabi bersabda :
، أ و لا ه ن م رات ل ه س ب التـر اب ب ط ه ور إ ن اء أ ح د ك م إ ذ ا و ل غ ف ي ه ال ك ل ب أ ن ي ـغ س
“Sucinya bejana salah seorang diantara kalian yang dijilat anjing adalah
dengan cara mencucinya sebanyak tujuh kali dan yang pertama dengan
tanah.”.59
2) Tidak Najis
Imam Malik mengatakan bahwa anjing adalah suci, begitu pula air liurnya.
Imam Malik berpegang pada firman Allah ; (QS.Al-Maidah(5):4)
58 Abdul Aziz M Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,(Jakarta:
AMZAH 2013), h.118. 59 Shahih: Shahiih al-Jaami’ush Shaghiir (no. 3933), dan Shahiih Muslim (I/234 no. 276
(91)
32
ل ل ه م أ ل ون ك م اذ ا أ ح ل ل ك م الطيب ات ي س ت م م ن ال ج ق ل أ ح و ار ح و م ا ع لم
ن ع ل ي م ك لب ين ت ـع لم ون ـه ن م ما ع لم ك م الله م الله ك م و ف ك ل وا م ما أ م س ك اذ ك ر وا اس
س اب و اتـق وا الله ع ل ي ه ال ح إ ن الله س ر ي
“Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang dihalalkan bagi
mereka?". Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan
yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih
nya untuk berburu kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan
Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu,
dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya).
Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-
Nya”.60
Menanggapi pernyataan Imam Malik, jumhur ulama yang menyatakan
kenajisan air liur anjing menggatakan bahwa kita tidak diperintahkan untuk
membasuh hewan buruan yang terkena air liur anjing karena dalil-dalil umum
tentang penyucian najis sudah mencukupi.
c. Sperma (Mani)
1) Najis
Abu Hanifah, Imam Malik, Tsauri, dan Auza’i menyatakan bahwa sperma
hukumnya najis. Jika ia mengenai anggota tubuh atau pakaian maka wajib
disucikan. Hanya saja, menurut Abu Hanifah, jika sperma itu sudah kering, cara
menyucikannya cukup dikerik (digosok). Sedangkan menurut Imam Malik dan
Auza’i, cara menyucikannya adalah dengan membasuhnya (mencucinya), baik
sperma tersebut dalam keadaan masih basah atau sudah kering. Merujuk penuturan
Aisyah Ra: 61
60 Abdul Aziz M Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,(Jakarta:
AMZAH 2013), h 119. 61 Abdul Aziz M Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,(Jakarta:
AMZAH 2013), h.120.
33
ر كا ف ـي ص لى ف يه ف ـ -لله عليه وسلمصلى اه م ن ث ـو ب ر س ول الله و ل ق د ر أ ي ـت ن ى أ فـ ر ك
“Sungguh aku dahulu menggosoknya (mengeriknya) dari baju Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian beliau shalat dengannya.” (HR.
Muslim).
2) Tidak Najis
Imam Syafi’i, Ahmad bin Hambal, Sufyan al-Tsauri, Ibnu Hazm, dan Daud
al-Dzahiri menegaskan bahwa sperma itu suci. Mereka berpegangan pada
penuturan Aisyah Ra:62
: ك ن ت س لم أ فـ ر ك ال م ن ي م ن ث ـو ب ر س ول الله ص لى الله ع ل ي ه و ع ن ع ائ ش ة ق ال ت
ف ـي ص لي ف يه
Dari ‘Aisyah, Ia berkata: “Aku mengerik mani dari pakaian Rasulullah
shallallahu‘alaihi wasallam, kemudian Ia shalat dengan pakaian itu.”
(HR.Abu Dawud dan Ath-thahawi).
d. Muntahan
1) Najis
Imam Hanafi, Imam Syafi’i, dan Imam Hambali hukumnya adalah najis
karena merupakan makanan yang merubah menjadi busuk dan berbau di dalam
perut, baik muntahan dalam kondisi berbeda cair ataupun makanan dengan apa
yang dimakan maupun masih utuh.63
2) Tidak Najis
Sedangkan menurut Imam Malik dan sebagian kalangan madzhab Imam
Syafi’i muntahan yang tidak berubah (masih utuh) tetap suci. Misalnya qals
(makanan atau minuman yang keluar dari perut dalam keadaan utuh).64
62 HR. Abu dawud dan ATh-Thahawi 63 Syekh Abdurrahman Al-Jaziri, Al-fiqh’ala Mazahib Al-Arba’ah(Fiqih empat Madzhab)
, (Cairo:Mathba’ah Al-Istiqmah 1996).h .29-30. 64 Abdul Aziz M Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,(Jakarta:
AMZAH 2013),h. 123.
34
e. Minyak Wangi /Alkohol (Khamr)
Di sini banyak berbagai pendapat para ulama tentang status kenajisan
khamr. Haram jika dikonsumsi karena memabukan akan tetapi bila dijadikan
parfum atau wewangian yang menggunakan alkohol bagaimana statusnya.
1) Najis
Pertama jumhur ulama berpendapat bahwa khamar adalah najis, di antara
ulama yang menyatakan najis adalah Ibnu Taimiyah. Khamr dinyatakan najis oleh
mayoritas ulama merujuk firman Allah : QS.Al-Maidah(5): 90)65
ا أ يـه ا الذ ين ء ام ن و ي ر و ال نص اب و ال ز لم إ نم ا ر و ال م ي س ال خ م
ل ح ون ت ن ب وه ل ع لك م ت ـف س من ع م ل الشي طن ف اج ر ج
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan.” (QS.Al-Maidah(5): 90)
2) Tidak Najis
Sementara sabagian ulama berpendapat bahwa khamr tidak najis (suci)
pendapat ini disampaikan oleh Rabi’ah, Al-Laits, Al-Muzani, Asy-Syaukani, dan
Ash-Shan’ani. Di samping itu, ayat-ayat yang berbicara tentang rijs tidak ada
satupun yang membicaraknya. Sebagaimana dalam QS.Al-An’am:125, QS At-
Taubah:95 dan QS Al-Hajj: 30.66
Mereka mengartikan kata “rajisun” dalam ayat di atas sebagai najis
maknawi, karena kata rajisun berkedudukan sebagai predikat bagi kata khamar
sehingga ia tentu saja tidak dapat diilustrasikan sebagai sesuatu yang najis secara
hissi (indrawi). Adapun fatwa tentang alkohol sebagai berikut:
65 Muhammad Anis Sumaji,125 Masalah Thaharah (Solo :TIGA SERANGKAI 2008), h.
30. 66 Ibid h.31
35
FATWA TENTANG ALKOHOL
Ketentuan Hukum
1. Meminum minuman beralkohol sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
umum hukumnya haram.
2. Khamr sebagaimana dimaksud dalam ketentuan umum adalah najis.
3. Alkohol sebagaimana dimaksud dalam ketentuan umum yang berasal dari
khamr adalah najis. Sedangkan alkohol yang tidak berasal dari khamr adalah
tidak najis.
4. Minuman beralkohol adalah najis jika alkohol/etanolnya berasal dari
khamr, dan minuman beralkohol adalah tidak najis jika alkohol/ethanolnya
berasal dari bukan khamr.
5. Penggunaan alkohol/etanol hasil industri khamr untuk produk makanan,
minuman, kosmetika, dan obat-obatan, hukumnya haram.
6. Penggunaan alkohol/etanol hasil industri non khamr (baik merupakan hasil
sintesis kimiawi [dari petrokimia] ataupun hasil industri fermentasi non
khamr) untuk proses produksi produk makanan, minuman, kosmetika, dan
obat-obatan, hukumnya: mubah, apabila secara medis tidak
membahayakan.
7. Penggunaan alkohol/etanol hasil industri non khamr (baik merupakan hasil
sintesis kimiawi [dari petrokimia] ataupun hasil industri fermentasi non
khamr) untuk proses produksi produk makanan, minuman, kosmetika dan
obat-obatan, hukumnya: haram, apabila secara medis membahayakan.67
Setelah mengetahui hal tersebut bahwasanya penggunaan alkohol dalam
bidang pewangi pakaian dibolehkan untuk dipergunakan. Pewangi pakaian tentu
tidak lepas dari layanan jasa laundry karena dalam bidang usaha laundry pewangi
adalah pemikat konsumen pakain yang dicucinya menjadi harum, oleh sebab itu
alkohol yang digunakan agar wangi pada pakaian bertahan lama.
67 Fatwa Hukum Alkohol, Mui.or.id/konten/2009 no.11/11/18/ fatwa/Hukum-Alkohol.pdf
36
Hukum asal segala sesuatu adalah suci. Adapun alkohol perlu ditelusuri
bahan-bahan-bahan yang dipakai untuk pembuatanya. Di Indonesia sebagian besar
alkohol terbuat dari larutan gula dengan peragian dan penyulingan, atau dari bahan
yang mengandung selulosa, seperti ampas kayu atau dari umbi-umbian
mengandung fruktosa dan lignin. Semua bahan dasarnya sebagian dari nabati bukan
benda najis, Oleh karena itu sebagian ulama mengatakan bahwa alkohol tidak
najis.68
ةالأ صلف يالأ شي اءالطه ار
“Hukum asal segala sesuatu adalah suci”
E. Media Untuk Menghilangkan Najis Pada Pakaian Menggunakan Mesin
Cuci
Dalam pencucian laundry menggunkan mesin cuci tentunya komponen
utama adalah air. Para ulama berbeda pendapat tentang penggunaan alat bersuci
selain air, khususnya saat akan menghilangkan najis, termasuk pakaian yang dicuci
dengan bahan-bahan kimia atau sabun detergen. Seperti sekarang banyak dipakai
oleh penyedia jasa cuci pakaian (binatu) atau lebih sering dikenal sebagai laundry.
Berikut alat atau media untuk menghilangkan najis pada pakaian;
1. Air (Al-Ma’)
Media atau alat untuk bersuci salah satunya adalah air. Pengertian secara
umum air adalah unsur yang memiliki peran paling penting dalam kehidupan di
muka bumi ini. Air bisa diartikan sebuah senyawa atau zat yang terdiri dari 2 unsur
yaitu H2(hydrogen) yang berkaitan dengan O2(oksigen) yang kemudian
menghasilakn air (H2O).69
Fungsi air selain untuk minum dan memenuhi kebutuhan air dalam tubuh,
salah satunya air adalah media yang sering dipakai setiap umat muslim untuk
68 Muhammad Anis Sumaji ,125 Masalah Thaharah (Solo :TIGA SERANGKAI 2008), h.
37. 69 Apa itu air, geologinesia.com/Konten/2018/5/28,apa-itu-air.
37
bersuci (thaharah) baik untuk berwudhu, mandi, menghilangkan hadast, dan
mencuci untuk mensucikan pakaian, dan masih banyak lagi fungsi air bagi
kehidupan. Ada beberapa pendapat tentang mensucikan benda yang terkena najis
menggunakan benda cari selain air sebagai berikut:
a. Wajib Menggunakan Air
Pembahasan media tentang mensucikan pakaian dari najis yang menempel
ataupun mengenai pakaian menurut para Imam seperti, Imam Malik, Imam Syafi’i,
Imam Ahmad, dan Asy-Syaukani berpendapat bahwa alat yang dipakai untuk
membersihkan najis atau untuk mencuci pakaian disyaratkan harus air. Jadi, tidak
sah jika menghilangkan najis tidak menggunakan air.70
Dasar Hukum Bersuci Menggunakan Air ;
1) QS. AL-Anfal (8):11
ا ه ب ۦر ك م ب ه ء لي ط ه ء م ا إ ذ ي ـغ شيك م ٱلنـع اس أ م ن ة من ه و ي ـنـ زل ع ل ي ك م من ٱلسم و ي ذ
ام ز ٱلشي ط ن و ل يـ ر ب ط ع ل ى ق ـل وب ك م و ي ـث بت ب ه ٱل ق د ع نك م ر ج
“(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu
penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari
langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari
kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan
mesmperteguh dengannya telapak kaki(mu).”
2) QS. AL-Furqan (25):48
ر و ه و ٱلذ ى أ ر س ل ٱلري ح ب ش ت ه م ۦا ب ـي ن ي د ى ر ح ء ء م ا و أ نز ل ن ا م ن ٱلسم ا
ط ه ورا
70 Muhammad Anis Sumaji, 125 Masalah Thaharah (Solo :TIGA SERANGKAI 2008), h.
17-18.
38
“Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat
sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan) dan Kami turunkan dari langit
air yang amat bersih,”
3) Hadist, Ketika Rasulullah SAW, untuk menyiramkan air pada
saat orang badui buang air di masjid;
د ف ـث ار إ ل ي ه الناس ليـ ق ع واع ن أ ب ي ه ر ي ـر ة ق ال أ ن أ ع ر اب يا ب ال ب ه ف ـق ال ل ه م ف ى ال م س ج
لا ل ه ذ ن وبا م ن م اء أ و س ج ر يق وا ع ل ى ب ـو ر س ول الله ص لى الله ع ل ي ه و س لم د ع وه و أ ه
ع ث وا ا ب ع ث ت م م ي سر ين و ل م ت ـبـ م ع سر ي ن . رواه البخاريم ن م اء ف إ نم .
Dari Abu Hurairah Ra. Ia berkata, “(Suatu hari) ada seorang suku Badui
kencing di dalam masjid, para sahabat pun sepontan naik pitam akan
menghentikannya (mengusirnya), lalu Rasulullah SAW. pun bersabda
kepada mereka, “Biarkanlah ia dan siramkanlah di atas air kencingnya
satu timba air atau seember air, karena sungguh kalian diutus untuk
memberi kemudahan dan tidak diutus memberikan kesulitan.” (HR:
Bukhari)
b. Tidak Mutlak Menggunakan Air (Boleh Selain Air)
Madzhab Imam Abu Hanifah, Ibnu Hazm, dan Ibnu Taimiyah mengatakan
bahwa diperbolehkan mencuci pakaian atau menghilangkan najis dengan benda-
benda selain air. Artinya, air bukanlah sebagai syarat mutlak dalam menghilangkan
benda yang terkena najis. Pendapat ini juga didukung Ibnu ‘Utsmani, alasan yang
dipakai oleh mereka sebagai berikut ;71
1) Adanya air sebagai benda yang suci dan mensucikan bukan menjadi
satu-satunya benda yang bisa dipakai untuk bersuci. Hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya bahan-bahan kimia yang justru dapat
membersihkan sesuatu yang terkena najis dibanding air.
71 Muhammad Anis Sumaji ,125 Masalah Thaharah (Solo :TIGA SERANGKAI 2008),h.
18.
39
2) Perintah menggunakan air hanya pada kasus-kasus tertentu. Sedangkan,
secara umum tidak disyaratkan penggunaan air untuk menghilangkan
semua jenis najis.
3) Dalam beberapa hal, syariat mengizinkan dalam membersihkan najis
dengan sesuatu selain air. Misalnya, ketika beristinja diperbolehkan
menggunakan batu atau kertas tisu, dan menggosok sepatu dengan
tanah.
Dari dua pendapat tersebut, pendapat kedua lebih aplikatif dari pada
pendapat pertama. Hal ini dikarenakan perkembangaan zaman semakin modern,
begitu banyak penemuan ilmiah yang mendukung pelaksanaan syariat lebih faktual.
Contoh seperti, berbagai bahan kimia yang dapat menghilangkan najis permanen
yang menempel di pakaian adalah sesuatu yang tidak dapat diingkari.
Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa kesucian yang dihasilkan dengan selain
air, berupa cairan atau bahan-bahan kimia yang berlaku untuk najis-najis hakikiah
saja yang terkena pakaian, tubuh atau tempat. Meskipun demikian, selama hal-hal
yang mendukung pelaksanaan syariat itu lebih baik dan tidak menyalahi syariat,
masih dalam hal-hal yang dibolehkan. Sedangkan bersuci secara hukmi
menghilangkan hadas, seperti wudhu atau mandi tidak dibolehkan dengan
menggunakan selain air.72
2. Macam-Macam Air
a. Air Mutlak
Terkait status hukumnya, air ini suci mensucikan (thahur). Maksudnya, air
itu suci di dalam dirinya sendiri dan mensucikan yang lain. Adapun macam-macam
air yang termasuk dalam kategori ini sebagai berikut.73
Ada 2 kategori air, yaitu pertama Air suci dan mensucikan (thahur) , yang
kedua air suci (thahir). Perbedan air tersebut adalah air suci dan mensucikan dapat
72 Muhammad Anis Sumaji ,125 Masalah Thaharah (Solo :TIGA SERANGKAI
2008),hlm 19. 73 Abdul Aziz M dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,(Jakarta: AMZAH
2013),h.4.
40
dipakai dalam ibadah seperti berwudhu, mandi mensucikan dari junub dan
sebagaimana juga dapat digunakan untuk mensucikan sesuatu yang najis dari badan
dan pakaian terkena kotoran-kotoran yang nampak. Berbeda dengan air suci yaitu
tidak sah digunakan untuk ibadah seperti wudhu, mandi junub dan sebagainya, tetapi
sah untuk seperti diminum, membersihkan badan, pakaian dan lain-lain.74
1) Air Hujan,Salju, Dan Air Embun
a) Merujuk pada firman Allah, (QS. Al-Furqan(25):48)
را ب ـي ن ت ه و ه و الذ ي أ ر س ل الري اح ب ش م و أ ن ـز ل ن ا م ن السم اء م اء ط ه ورا ي د ي ر ح
“Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat
sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan) dan Kami turunkan dari langit
air yang amat bersih”. (QS. Al-Furqan(25):48).
b) Dan di surat yang lain, Allah berfirman (QS.AL-Anfal(8):11)
م ك اءل ي ط هر م اء السم ن مم ل يك ع ل ي ن ز و
“Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan
kamu dengan hujan itu.” (QS.AL-Anfal(8):11)
Setelah mengetahui ayat tersebut mencuci pakaian yang kotor ataupun
terkena najis menggunakan air hujan, salju, dan embun itu bisa dilakukan untuk
mensucikan, karena zat kandungan dalam air tersebut dapat mensucikan.
2) Air Laut
Melihat pada hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ia berkata :
Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulallah, Ia berkata: “wahai Rasulallah kami
sedang naik kapal di laut, sementara kami membawa sedikit perbekalan dari air,
dan jika berwudhu denganya kami akan kehausan. Bolehkan kami berwudhu
dengan air laut?
Kemudian Rasulallah menjawab,
74 Syekh Abdurrahman Al-Jaziri ,Al-fiqh’ala Mazahib Al-Arba’ah(Fiqih empat Madzhab)
, (Cairo:Mathba’ah Al-Istiqmah 1996) h.64
41
ل م ي ت ت ه ه و الطه و ر م اؤ ه ، ال ح
“Air laut itu suci, (dan) halal bangkainya.”
HR Abu Dawud, Tirmidzi, an-Nasa-i, Ibnu Majah, dan Ibnu Abi Syaibah,
dan ini merupakan lafazhnya, dan telah dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, dan
Tirmidzi dan telah diriwayatkan pula oleh Malik, Syafi’i dan Ahmad.
b. Air Musta’mal
Air musta’mal adalah air yang menetes atau terjatuh dari anggota tubuh
orang yang berwudhu dan mandi.75
1) Madzhab Hanafi
Imam Abu Hanifah bersama Abu Yusuf berpendapat bahwa air musta'mal
adalah :
ه ال ق ر ب ة تـ ع م ل ف ي ال ب د ن ع ل ى و ج ث أ و اس ال م اء الذ ي أ ز يل ب ه ح د
“Air yang digunakan untuk menghilangkan hadats atau digunakan pada
badan dalam bentuk qurbah.”
2) Madzhab Maliki
ب ث م ح د ث أ و ف ي إ ز ال ة ح ك تـ ع م ل ف ي ر ف م ا اس
“Air yang digunakan untuk mengangkat hadats atau mengilangkan hukum
khabats.”
Pendapat ini dari mazhab Al-Malikiyah. Boleh dibilang inilah satu-satunya
mazhab yang berpandangan bahwa air musta'mal dalam pandangan mereka tetap
berstatus tahir mutahhir (suci dan mensucikan). Sedangkan air yang sudah
75 Abdul Aziz M dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah, (Jakarta: AMZAH
2013), h.6.
42
digunakan untuk membersihkan najis atau bekas mencuci tempat makan,
hukumnya boleh untuk digunakan lagi untuk membersihkan najis.
3) Madzhab Syafi’i
تـ ع م ل ف ي ف ـر ض الطه ار ة ع ن ح د ث أ و ف ي إ ز ال ة ن ج س ال م اء ال ق ل يل ال م س
“Air yang sedikit dan digunakan untuk berthaharah fardhu demi
mengangkat hadats atau menghilangkan najis.”76
Madzhab Syafi'i mendefinisikan air musta'mal sebagai air sedikit yang
digunakan untuk melakukan sesuatu yang wajib secara hakiki (untuk orang
mukallaf) atau non-hakiki (bukan mukallaf) seperti menghilangkan hadas atau
menghilangkan najis. Yang dimaksud air sedikit adalah air yang kurang dari dua
qullah.
4) Madzhab Hambali
ر ح د ث أ و إ ز ال ة ن ج س و ل م ي ـتـ غ يـر أ ح د أ و ص اف ه ط اه ر غ يـ تـ ع م ل ف ي ر ف ال م اء الذ ي اس
سا ثا و لا ي ز يل ن ج ح د م ط هر لا ي ـر ف
“ Air yang telah digunakan untuk mengangkat hadas atau menghilangkan
najis, di mana salah satu sifatnya tidak berubah. Hukumnya suci namun
tidak mensucikan, sehingga tidak mengangkat hadats dan menghilangkan
najis.”
Apabila kita membersihkan najis dari badan, pakaian, atau bejana dengan
air mutlak, lalu berpisahlah air bekas basuhan itu dengan sendirinya atau dengan
jalan diperas, maka air yang terpisah itulah air musta’mal. Air semacam itu najis,
karena telah tersentuh benda najis, walapun itu tidak mengalami perubahan apapun.
76 Asy-syairazy, Al-Muhadzdzab, jilid 1 hal. 8
43
Air tersebut tidak dapat digunakan kembali untuk membersihkan hadast ataupun
najis.77
Dari beberapa pendapat ulama, saya lebih mengikuti pendapat Imam Syafi’i
untuk memberishkan ataupun menghilangkan najis yang terdapat pada pakaian
ataupun yang mengenai anggota tubuh bahwasanya air musta’mal tersebut boleh
dipergunakan “hanya untuk menghilangkan najis”, tidak untuk menghilangkan
hadast jika air tersebut sedikit.
Dalam usaha laundry mungkin air musta’mal ini tidak digunakan untuk
proses pencucian pakaian, karena dalam penggunaanya air otomatis dalam mesin
cuci yaitu biasanya yang digunakan air tanah, air pam, air timba atau air dalam
sumur. Jikapun ada usaha laundry yang menggunakan air musta’mal tersebut
tentunya akan mengurangi kepercayaan konsumen yang bisa berdampak pada
kualitas pakaian yang dicuci.
c. Air Mudhaf
Air mudhaf ialah air perahan dari suatu benda seperti limau, tebu, anggur,
atau air yang mutlak pada asalnya, kemudian bercampur dengan benda-benda lain,
misalnya air bunga. Air semacam itu suci, tetapi tidak dapat menyucikan najis dan
kotoran. Pendapat ini merupakan kesepakatan semua madzhab kecuali Ḥanafī yang
membolehkan bersuci dari najis dengan semua cairan, selain minyak, tetapi bukan
sesuatu yang berubah karena dimasak.78
Semua madzhab, kecuali Imam Ḥanafī, juga sepakat tentang tidak bolehnya
berwudhu dan mandi dengan air mudhaf, seperti yang disebutkan oleh Ibnu Rusyd
di dalam kitab Bidayat-ul-Mujtahidi wa Nihayat-ul-Muqtashid dan kitab Majma‘-
ul-Anhar.79
d. Air Yang Berubah Karena Benda Suci
77 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih 5 Madzhab,(Jakarta: Lentera,2001) h.21. 78 Ibid,h.21-22. 79 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid,(cetakan 155 H)h 32. dan kitab Majma’ Al-Anhar
(cetakan Istambul) h. 117.
44
Masuk kepada pembahasan apakah suci menggunakan air yang tercampur
dengan benda suci, contoh seperti air yang tercampur dengan sabun, detergen,
softener (pengharum pakaian), dan air yang bercampur dengan lainya.
Sudah menjadi hal yang wajar dikalang masyarakat akan mencuci
mencampur air dengan sabun atau deterjen untuk menghilangkan bau dan najis pada
pakaian. Status air tersebut tetap suci lagi mensucikan, selama masih terjaga
kemutlakanya. Zatnya suci, akan tetapi tidak sah dipakai untuk menyucikan sesuatu
apabila termasuk dalam 3 macam air sebagai berikut:80
1) Air yang telah berubah salah satu sifatnya karena bercampur dengan
benda suci seperti kopi, the, dan lain-lainya.
2) Air sedikit, kurang dari 2 qullah ,sudah terpakai untuk menghilangkan
hadast atau menghilangkan hukum najis.
3) Air pohon-pohanan atau air buah-buahan.
Penulis Bidayatul-Mujtahid Ibnu Rusyd berkata, air yang bercampur
dengan benda-benda suci lainya yang biasanya tidak dapat dipisahkan darinya,
ketika salah satu sifat-sifatnya berubah maka ia tetap suci, menurut semua ulama.81
1) Imam Hanafi suci dan mensucikan, selama perubahanya tidak dimasak.
2) Imam Malik dan Imam Syafi’i air tersebut suci, tetapi tidak lagi
mensucikan
Dalam hal ini menggunakan air yang bercampur menggunakan sabun untuk
pencucian diperbolehkan karena zatnya suci, yang membedakan pendapat karena
dalam penggunaanya untuk bersuci seperti berwudhu ataupun dari hadast.
e. Air Yang Bertemu Dengan Najis
Apabila air yang banyak seperti sungai dan laut mengalami perubahan pada salah
satu sifatnya warna, bau , dan rasa ini memiliki dua keadaan :82
80 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung :Sinar Baru Algensindo, 1994), h.15 81 Abdul Qodir Muhammad Manshur, Panduan Shalat An-Nisa Menurut 4 Madzhab,
(Jakarta : Republika Penerbit, 2019)h. 7. 82 Kesucian air, Al-Manhaj.or.id,Konten/4140/ Kesucian air.
45
Pertama, berubah dengan sebab najis, jika air tersebut berubah salah satu
sifatnya warna, bau, dan rasa maka hukumnya najis menurut ijma’ ulama.
ن ه إ ن الم اء لا ي ـن جس ه ش يء, إلا ما غ ل ب ع لى ر يحه و ط عم ه و ل و
"Sesungguhnya air tidak ada sesuatupun yang dapat menajiskannya, kecuali
yang mendominasi (mencemari) bau, rasa, dan warnanya". (Riwayat Ibnu
Majah dan Baihqi).83
Kedua, air tetap dalam kemutlaknya dalam artian tidak berubah sama sekali
bau, warna, rasa karena terkena najis. Dalam kondisi ini statusnya tetap suci dan
mensucikan, baik sedikit maupun banyak. Beberapa pendapat Imam madzhab
mengenai air yang terkena najis, sebagai berikut;
1) Pendapat Imam lainya
Dalil yang dijadikan rujukan adalah hadis Abu Hurairah ,
د ف ـث ار إ ل ق ع وا ب ه ف ـق ال ل ه م ي ه الناس ليـ ع ن أ ب ي ه ر ي ـر ة ق ال أ ن أ ع ر اب يا ب ال ف ى ال م س ج
لا م ن ل ه ذ ن وبا م ن م اء أ و س ج ر يق وا ع ل ى ب ـو ر س ول الله ص لى الله ع ل ي ه و س لم د ع وه و أ ه
ع ث وا م ع سر ي ن . رواه البخاري .م اء ف إ نم ا ب ع ث ت م م ي سر ين و ل م ت ـبـ
Dari Abu Hurairah Ra. Ia berkata, “(Suatu hari) ada seorang suku badui
kencing di dalam masjid, para sahabat pun sepontan naik pitam akan
menghentikannya (mengusirnya), lalu Rasulullah SAW. pun bersabda
kepada mereka, “Biarkanlah ia dan siramkanlah di atas air kencingnya satu
timba air atau seember air, karena sungguh kalian diutus untuk memberi
kemudahan dan tidak diutus memberikan kesulitan.” (HR: Bukhari)84
83 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung :Sinar Baru Algensindo, 1994), h..15 84 Shahih Bukhari dalam kitab Al-Wudhu,Sunan Abu Dawud (380),Sunan At-Tirmidzi
(147).Imam Ahbmad(2/239).
46
Aspek pendapat hadis ini, seandainya najis itu memberikan bekas pada
benda yang dikenainya, maka menjadi tidak salah atau tidak bolehlah
membersihkan tempat tersebut hanya dengan air tersebut. Rujukan hadis ini adalah
ء إ ن ال م اء ط ه ور لا ي ـن جس ه ش ى
“Sesungguhnya air itu suci, tidak ada yang dapat menajiskannya.”85
Pendapat ini dianut oleh Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Ibnu Al-Musayyab, Ibnu Abu
Laila, Imam Ats-Tsauri, Imam Malik, Abu Dawud Azh-Zhairi dan lain-lainya
memilih pendapat ini.86
2) Imam Syafi’i
Imam Syafi’i berpendapat bahwa jika air mencapai 2 qullah (Air dua qullah
adalah air seukuran 500 rothl ‘Iraqi yang seukuran 90 mitsqol, berarti ukuran dua
qullah adalah 93,75 x 2,5 = 234,375 liter. Jadi, ukuran air dua qullah adalah ukuran
sekitar 200 liter).87 Air tersebut tidak terpengaruh oleh najis yang mengenainya
,namun jika dibawah itu maka air tersebut menjadi najis. Dalam hal ini Ia berpegang
pada hadist Abdullah bin Umar RA ;
: ق ال ر س و ل الله ص لى الله ع ل ي ه و س لم: إ ذ ا ه م ا ق ال ي الله ع نـ و ع ن ع ب د الله ب ن ع م ر ر ض
ا ء ق ـلتـ ي ن ل ر ج ه ال ر ب ـع ة و ص حح ه ك ان الم ي ـن ج س أ :لم م ل الخ ب ث و ف ي ل ف ظ اب ن م ي ح
بان ز ي م ة و ال ح اك م وابن ح .
Dari Abdullah bin Umar, Ia berkata, Rasulullah shallallahu‘alaihi wa
sallam bersabda. “Apabila air itu berukuran dua qullah, maka air itu tidak
kotor (najis).” Dan dalam salah satu riwayat dengan lafazh: “tidak dapat
ternajiskan.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud; Tirmidzi; Nasai dan Ibnu
85 HR. Tirmidzi, Abu Daud, An Nasa’i, Ahmad. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh
Al Albani dalam Misykatul Mashobih no. 478 86 Abdul Aziz M Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah, (Jakarta:
AMZAH 2013) ,h.9. 87 Syaikh Ali Basam ,Tawdhihul Ahkam min Bulughil Marom, 1/116, Darul Atsar,
cetakan pertama, 1425 H
47
Majah. Dan telah dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, Al Hakim dan Ibnu
Hibban).
48
BAB III
PRAKTIK JASA LAUNDRY MODERN
Praktik jasa laundry dapat dikatakan modern karena dalam proses pencucian
hingga pengeringan menggunakan mesin.Tentu berbeda dengan pencucian manual
yang menggunakan tangan dan pengeringan sinar matahari. Untuk mengetahui
lebih lanjut saya mencari tahu informasi secara langsung untuk mengetahui proses
pencucian laundry modern dan jasa service apa saja yang tersedia dalan laundry
tersebut . Berikut laundry-laundry yang saya dapat informasinya :
A. Praktik Jasa Laundry Modern
1. Layanan Usaha Jasa Lundry
Layanan usaha jasa laundry yang pertama berada di tempat yang sangat
strategis karena terletak di Jakarta Pusat, dekat dengan kampus Institut Kesenian
Jakarta (Taman Ismail Marzuki). Layanan yang terdapat di sini terdapat 2 layanan
dengan sistem yang berbeda diantaranya :88
a. Kiloan
b. Satuan Atau Per Pakaian
A. Proses Pencucian Menggunakan Mesin Cuci
1. Memisahkan pakaian antara warna putih dengan warna lainya. Proses
ini dilakukan agar menghindari terjadinya lunturnya pakaian.
2. Jika terdapat noda ataupun kotoran akan dicuci terpisah menggunakan
bak tersendiri untuk dihilangkan kotoran terlebih dahulu menggunakan
Oxalic (pemutih atau pembersih pakaian).89 Contoh kotoran atau noda
sperti tanah, bercak-bercak noda makanan ataupun cairan yang
mengenai pakaian, dan terkadang ada pakaian terkena kotoran hewan.
Kemudian dimasukan bersama ke dalam mesin cuci kembali.
88 Marsiyati, Pemilik Usaha Jakarta Laundry, Interview, Jakarta, 12 Juni 2020. 89 Mas Rohman (Karyawan bagian Pencucian Jakarta Laundry), wawancara ,Jakarta 12
Juni 2020.
49
3. Kemudian memasukan pakaian ke dalam mesin cuci berukuran 60-70
cm lebarnya berkapasitas 8-max12 Kg.
4. Setelah pakaian sudah masukan, dilakukan pembilasan air tanpa sabun
cuci/deterjen yang dialiri secara otomatis sebanyak 2 kali pembuangan
dalam 1 kali pembuangan memakan waktu 5-10 menit tergantung dari
banyaknya pakaian yang akan dicuci . Proses ini dilakukan agar
menghilangkan bau dan noda pada pakaian.
5. Langkah selanjutnya memasukan detergen sekitar 2 cup takaran deterjen
untuk 5-8 Kg pakaian. Deterjen yang biasa digunakan merek Daia atau
Soklin Softener. Waktu penggilingan menggunakan mesin cuci ini
sekitar 10-15 menit.
6. Setelah itu buang air dalam mesin cuci tersebut, kemudian isi dengan air
kembali.
Dalam langkah selanjuta ada 2 layanan yang digunakan yaitu
menggunakan pewangi tambahan atau tidak seperti merek yang
digunakan Downy, Molto, ataupun Fresia. Tentu jika menggunakan
pewangi tambahan akan ditambahkan biaya sebesar Rp.3.000.
7. Setelah itu dengan langkah yang sama melakukan pengurasan pakaian
dengan air yang baru dengan takaran secukupnya dilihiat banyaknya
pakaian untuk menghilangkan sisa deterjen pada pakaian digiling
selama 5 menit dalam mesin cuci..
8. Jika pakaian di pegang tidak licin dalam arti deterjen pada baju sudah
hilang dapat dilakukan pengeringan dengan mesin pengering selama 15
menit. Pengeringgan dilakukan mempercepat kinerja layanan jasa
laundry.
9. Kemudian dijemur menggunakan bantuan panas matahari 3-4 jam,agar
pakaian benar-benar kering. Jadi fungsi pengeringan menggunakan
mesin hanya membantu ½ kering pakaian yang basah agar tidak terlalu
lama di jemur dibawah matahari.
Setelah kering pakaian kemudian diseterika dan penyemprotan parfum
pakaian. Menggunakan mesin setrika uap lebih efektif dan hemat jika dibandingan
50
dengan setrika listrik pada umumnya. Langkah terakhir pengemasan menggunakan
plastik kemas laundry agar rapih dan mudah untuk dibawa.90
2. Layanan Usaha Jasa Lundry
Layanan jasa laundry kedua ini tertelak di Jl. Cikini Raya No.40, Kec.
Menteng, Jakarta Pusat. Layanan service yang terdapat di sini ada :
a. Dry Clean
A. Proses Pencucian Dry Clean
1. Pengecekan pakaian menyeluruh ketika datang dari jenis bahan, lebel
dan noda pada pakaian secara detail, proses ini dilakukan menentukan
proses pencucian yang sesuai dengan bahan pakian agar tidak merusak
pakaian.
2. Spotting atau pembersihan noda langkah ini dilakukan terebih dahulu
untuk mengghilakan noda pakaian menggunakan cairan kima lalu
disemprotkan dan disikat dengan sikat kecil.
3. Spraying atau proses penyemprotan bahan kimia atau PCE
(perchloroethylene) pada pakaian pakaian secara merata. PCE ini
berfungsi sebagai pembersih seperti deterjen membersihkan noda dan
membunuh kuman-kuman pada pakaian.. Proses ini biasanya
menggunakan sprayer yang dimana bahan sprayernya tebal. Pencucian
dryclean tidak menggunakan mesin cuci melainkan mesin spray
menggunakan uap.
4. Mesin Dry Clean, setelah noda hilang pada pakaian kemudian
dimasukan ke dalam mesin dry clean untuk proses pembersihan dari
bakteri dan melicinkan pakaian agar terlihat seperti baru, dalam proses
ini penggilingan dalam mesin tidak menggunakan air karena itulah
disebut dry clean (cuci kering).
5. Penyetrikaan, Setrika menggunakan mesin setrika uap agar hasilnya
rapih dan licin.91
90 Mas Rohman, Karyawan bagian Pencucian Jakarta Laundry, wawancara, Jakarta 12
Juni 2020. 91 Mas Jeje, Karyawan Pressto Indonesia Luandry, wawancara, Jakarta 12 Juni 2020.
51
6. Pengemasan menggunakan gantungan baju dan plastik kemas, berbeda
dengan layanan kiloan yang semua baju menjadi 1 kemasan plastik
sedangkan dry clean pengemasan pakaian per satu potong.
3. Layanan Usaha Jasa Lundry
Layanan usaha jasa laundry ketiga ini berada di Jl.Komando Raya
Kuningan, Karet, Setiabudi, Jakarta. Letaknya yang cukup strategis berada
dipinggir jalan sehingga banyak penggunjung yang datang untuk menggunakan jasa
laundry ini. Layanan jasa tersedia di J JLaundry
a. Layanan Satuan Atau Per Potong
b. Kiloan
c. Laundry Koin
A. Proses Pencucian Menggunakan Mesin Cuci
1. Untuk pembersihan yang terdapat kotoran atau noda Jj laundry
melakukan pemisahan pakaian yang terdapat noda tersebut di
semprotkan air sehingga kotoran tersebut terbawa aliran air dan
direndam di dalam ember berisi air kurang lebih 5 Liter. Kemudian
menyikat sisa noda tersebut dengan sabun lalu membilas dengan
dialirkan air hingga noda dan baunya sampai hilang, yang kemudian
dicuci dengan mesin cuci.
2. Setelah memisahkan pakaian yang terdapat noda atau kotoran yang
sudah dibersihkan, proses selanjutnya yaitu mencuci dengan mesin cuci.
Proses ini hampir sama dengan proses laundry pada umumnya, yaitu
menanmpung pakaian dan dialirkan air secukupnya dengan sejumlah
pakaian sampai terlihat terendam. Dalam proses ini pembilsan
menghilangkan bau terlebih dahulu dan digiling menggunakan mesin
cuci selama 5-10 menit sebelum pemberian deterjen.
3. Setelah pembilasan hanya menggunakan air dalam mesin cuci,
kemudian pakaian yang sudah basa tersebut dituangkan deterjen atau
sabun cair pakaian, Proses ini memakan waktu 10-15 menit
52
penggilingan dalam mesin cuci untuk menghilangkan kuman dan bau
pada pakaian.
4. Proses selanjutnya memberikan softener atau sabun pewangi untuk
menambah kesegaran pada pakaian. Proses penggilingan dalam mesin
cuci selama 5 menit.
5. Setelah pakaian diberikan pewangi masuk ketahap pengeringan,
pengeringan di sini dilakukan cukup lama 15-25 menit dilakukan karena
tanpa dijemur menggunakan matahari, yang kemudian dilakukan proses
penyetrikaan dan pengemasan.92
4. Layanan Usaha Jasa Laundry
Layanan usaha jasa laundry keempat ini memiliki banyak cabang yang
sudah mencakup daerah Jabodetabek, terletak di Jl.Karet Pedurenan Kuningan,
Jakarta Selatan. Letak posisi usaha laundry di sini cukup strategis dan mudah
dijangkau karena terletak di pinggir jalan utama. Berikut layanan jasa yang tersedia:
a. Kiloan
b. Satuan
c. Dry Clean
A. Proses Pencucian Pakaian
Dalam proses pencucian Aqualis Fabricare disini yang saya dapatkan
informasi hanya cabang laundry drop off point atau tempat pengambilan dan
penerimaan pakaian laundry. Saya hanya mendapatkan sedikit informasi
dikarenakan proses pencucianya Aqualis Fabricare terletak di Jl.Terusan gedung
hijau Pondok Indah, Menteng Jakarta Pusat membutuhkan izin dari pemilik pusat.
Dalam proses pencucianya Aqualis Fabricare memang menggunakan mesin
cuci akan tetapi kami tidak bias memberi tahu informasi proses pencucian.93
Sedangkan ciri khas laundry kami dalam proses mencuci menggunakan bahan
alami dan khusus seperti Antibacterial guard, Color care, BriteWhite,
92 Mas Erwin, Karyawan J JLaundry, wawancara, Jakarta 13 Juni 2020. 93 Mba Nindi, Karyawan bagian penerimaan pakaian Aqualis Fabricare Laundry,
wawancara, Jakarta 13 Juni 2020.
53
Greensoftener, dan Green chemical digunakan untuk perlindungan baju dari bakteri
dan jamur serta tidak membuat pakaian pudar dan tampak lebih cerah itu yang
membedakan laundry ini dengan laundry yang lainya.94
5. Layanan Usaha Jasa Laundry
Layanan usaha jasa laundry yang kelima ini terletak di perempatan jalan
Jl.Setiabudi, Kuningan, Jakarta Selatan tepat di mana banyak toko-toko di sekitar
yang berjualan dan dekat dengan supermarket sehingga usaha laundry ini banyak
pelangganya. Berikut layanan jasa yang tersedia:
a. Kiloan
b. Dry Clean
A. Proses Pencucian Menggunakan Mesin Cuci
1. Proses pencucian pakaian ketika datang, ditampung dalam mesin cuci
berukuran 6-13 Kg kemudian diisi menggunakan air otomatis sehingga
pakaian kotor terendam dengan air.
2. Setelah terendam dengan air melakukan proses penggilingan mesin
untuk pembersihan terlebih dahulu selama 5 menit, kemudian air
dibuang dan diisi dengan air yang baru.
3. Jika sebelumnya terdapat kotoran ataupun najis pada kotoran, karyawan
bagian pencucian akan memisahkan terlebih dahulu untuk disikat dan
dibilas tersendiri menggunakan ember dan sikat cuci. Ketika kotoran
sudah hilang pada pakaian kemudian disatukan kembali untuk proses
pencucian.
4. Proses pencucian, pakaian yang sudah terendam air akan dicampurkan
sabun cuci atau deterjen sebanyak 3 cup ukuran deterjen. Proses
pencucian ini 15-20 menit tergantung dari banyaknya pakaian yang
dicuci.
5. Proses pembilasan, setelah pencucian selama 15 menit kemudian
pembilasan selama 5-10 menit dengan membuang air proses pencucian,
diganti dengan air yang baru. Proses pembilasan dilakukan sebanyak 2
94 ibid
54
kali, proses pembilasan yang pertama hanya menggunakan air dan
proses kedua menggunakan air dicampur dengan pewangi pakaian untuk
mengghilangkan bau dan licin pakaian yang masih tersisa dari proses
pencucian.
6. Pengeringan, setelah pembilasan selasai dilakukan pengeringan
menggunakan mesin pengering pakaian selama 10-15 menit. Proses ini
agar pakaian yang akan dijemur nantinya dalam keadaan setengah
kering.
7. 1-2 hari kemudian masuk ke dalam penyetrikan dan pengemasan agar
terlihat bersih dan rapih serta disemprotkan parfum pakaian agar
pakaian terasa segar digunakan.95
B. Wawancara Dosen
Wanwancara ini berfungsi untuk mendapatkan sumber pengetahuan
informasi yang lebih yang didapatkan melaui guru atau dosen pengampu. Dalam
hal, untuk memilih baik dalam praktik pencucian laundry terdapat berbagai macam
pendapat Imam Madzhab, maka wawancara ini dilakukan mengkuatkan pilihan
jalan yang baik.
1. Moch. Bukhori Muslim, M.A
Dosen Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, jabatan Lektor
300, Fakultas Syariah dan Hukum pernah mengajar saya Praktik Fiqih Ibadah pada
semester 2, yang berkaitan tentang sub bab pembahasan skripsi ini mengenai ibadah
thaharah (bersuci). Berikut penjelasan dari wawancara:
Air tidak mencapai 2 qullah, dan pencucain menggunakan mesin cuci bisa
dilakukan berkali-kali itu termasuk dalam mengaliri air, maka air tidak mencapai 2
qullah tidak masalah. Adapun ikhtiar (mengambil jalan yang terbaik) menurut
pendapat Imam Syafi’i yang sebaiknya dalam proses pencucian dipisahkan antara
pakaian yang terkena benda najis dengan yang tidak terkena najis.
95 Mba Sofie, Karyawan bagian pencucian dan penerimaan pakaian Quick And Clean
Laundry, Jakarta Selatan 12 Juni 2020.
55
Fungsi sabun tidak dapat menggantikan tanah. Pemahaman Bapak tentang
hadis najis mughalladzhah ini adalah ta’abudi (Harus diikuti apa adanya sebuah
perintah syariah agama) karena adanya perintah “ Debu “, bukan ta’aqulli (ibadah
yang ada sebab dan alasanya). Menganalogikan dengan tayamum menggunakan
debu maka tidak bisa tayamum menggunakan sabun. Adapun yang mendukung
pendapat bapak Bukhari mengenai gigitan dan air liur anjing dapat dinetralisir
dengan zat-zat yang terkandung dalam tanah, untuk pencegahan penyebaran bakteri
dari gigitan ataupun air liur anjing tersebut.
Kalau sebuah jasa layanan laundry mengikuti kaidah air yang mengalir
dalam pencucain menggunakan mesin cuci tersebut dan memenuhi keriteria seperti
dicuci atau digiling berkali-kali maka dapat dikatakan sudah suci, tetapi kalau itu
tidak diajalankan maka itu tidak bisa dikatakan suci. Menurut bapak Bukhori perlu
adanya sertifikasi sebuah usaha laundry untuk memasitikan layanan jasanya itu
benar-benar menjalankan laundry syariah, karena ada di beberapa rumah sakit
sekarang menggunakan standar kategori laundry syariah.96
2. Ummu Hanah Yusuf Saumin, M.A
Dosen Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, jabatan Asisten
Ahli, Fakultas Syariah dan Hukum. Beliau beberapa kali mengajar saya salah
satunya Fiqih Munakahat pada semester 3 dan Tarikh Tasyri semester 4.
Kriteria jika pakaian telah hilang dari 3 zat seperti benda najinya, warna ,
dan baunya, maka pakaian tersebut sudah dikatakan suci.97 Demikian pencucian
menggunakan mesin dry clean jika 3 kriteria zat tersebut telah hilang maka sucilah
pakaianya. Adapun tambahan masukan dan saran dari Beliau bahwa najis a’ini
(najis yang nampak) dan tidak nampak termasuk yang ma’fu (dimaafkan karena
tidak nampak) .
Dalam proses pencucian apakah petugas laundry mengerti cara
menghilangkan pakaian yang terkena najis ? Beliau bertanya terlebih dahulu.
96 Bapak Bukhari Muslim, Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, wawancara via Zoom
30 september 2020. 97 Ibu Ummu Hanah, Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, wawancara via Whatsapp,
6 Oktober 2020.
56
Kemudian dalam penjelasan saya sudah melakukan 5 wawanara dan beberapa yang
saya ajukan pertanyaan ada yang muslim dan ada yang non muslim. Jadi dalam
proses pencucian menggunakan mesin cuci, pertama yang dilakukan pakaian yang
kotor didalam mesin cuci yang kemudian dituangkan air dan dilakukan proses
penggilingan terlebih dahulu sebelum diberikan deterjen.
Hal terpenting dalam usaha laundry ini adalah proses yang tidak dilupakan
yaitu pengecekan pakaian sebelum dilakukan pencucian memisahkan warna
pakaian dan melihat pakaian yang terdapat noda ataupun kotoran maka, dicuci
tersendiri lebih dahulu sebelum disatukan dengan cucian di dalam mesin cuci.
Proses ini dilakukan karena kehati-hatian dalam mencampurkan pakaian
yang terkena noda agar tidak tercampur dan merubah warnanya. Akan tetapi
alasanya bukan karena najis, maksudnya noda atau bercak kotoran yang belum
tentu itu najis. Maka dapat disimpulkan bahwa peemisahan ini sangat penting agar
tidak mencampur adukan pakaian yang terkena noda dengan yang lainya apalagi
pakaian tersebut terdapat najis dan itu sudah pasti dicuci tersenidri terlebih dahulu.
Jika hal tersebut telah dilakukan karena kehati-hatian dan dilakukan proses
penggilingan pakaian dengan air maka proses tersebut sudah dapat dikatakan suci,
tanggapan Ibu Ummu Hanah. Mengenai najis mughaladlzhah yang terkena pakaian
apakah peran sabun disini dapat menggantikan tanah. Ibu Ummu Hanah
menambahkan bahwa ada fatwa Mahmud Syaltut menerangkan bahwa bahan kimia
bisa menghilangkan najis mugholladzah.
57
BAB IV
ANALISIS DAN TINJAUAN EMPAT MADZHAB TERHADAP
KESUCIAN PRAKTIK JASA LAUNDRY MODERN
A. Tinjauan Mensucikan Najis Dalam Praktik Jasa Laundry Modern Menurut
Empat Madzhab
Dalam hukum Islam, soal bersuci dan segala seluk-beluknya termasuk
bagian ilmu dan amalan yang penting, terutama karena di antara syarat-syarat shalat
telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan mengerjakan shalat diwajibkan suci
dari hadas dan suci pula badan, pakaian, dan tempat dari najis. 98
ب ال م ت ط هر ين ب التـواب ين و ي ح إ ن الله ي ح
“ Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri.” .(QS. AL-Baqarah (2) :222)
Prihal sesorang untuk bersuci meliputi beberapa perkara sebagai berikut ;
1. Alat bersuci seperti air, tanah, dan sebagainya.
2. Kaifiat (cara) bersuci.
3. Macam dan jenis-jenis najis yang perlu disucikan.
4. Benda yang wajib disucikan
5. Sebab-sebab atau keadaan yang menyebabkan wajib bersuci.
Dalam prihal mencuci pakaian laundry modern tentu untuk menghilangkan
alat utama adalah air, karena sifatnya yang suci dan mensucikan kecuali, air tersebut
telah tercampur najis seperti hadist berikut :
ن ه إ ن الم اء لا ي ـن جس ه ش يء, إلا ما غ ل ب ع لى ر يحه و ط عم ه و ل و
98 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung :Sinar Baru Algensindo, 1994), h. 13.
58
"Sesungguhnya air tidak ada sesuatupun yang dapat menajiskannya, kecuali
yang mendominasi (mencemari) bau, rasa, dan warnanya". (Riwayat Ibnu
Majah dan Baihqi).99
1. Pendapat Empat Madzhab Terhadap Pencucian Laundry
Menggunakan Mesin Cuci
Semua ulama madzhab Empat sepakat bahwa benda yang digunakan untuk
bersuci dari najis dan hadast adalah air mutlak. Hal ini didasarkan atas firman
Allah Swt ;
و ي ـنـ زل ع ل ي ك م م ن السم اء م اء ل ي ط هر ك م ب ه
“ Dan Allah menurunkan kepada kalian hujan dari langit untuk mensucikan
kamu dengan hujan itu". (QS. Al-Anfal:11)
Air adalah komponen utama dalam pencucian menggunakan mesin cuci.
Mesin cuci disini berperan membantu dalam kemudahan proses penggilingan dan
pembilasan pakaian. Di sini ada 2 perbedaan tentang penggunaan air yang
digunakan untuk mencuci pakain. pertama air itu banyak yaitu air 2 qullah (kurang
lebih sekitar 200 Liter)100 dan kedua air itu sedikit tidak sampai 2 qullah.
a. Pendapat Pertama
Imam Syafi’i berpendapat bahwa jika air mencapai 2 qullah (Air dua qullah
adalah air seukuran 500 rothl ‘Iraqi yang seukuran 90 mitsqol, berarti ukuran dua
qullah adalah 93,75 x 2,5 = 234,375 liter. Jadi, ukuran air 2 qullah adalah ukuran
sekitar 200 liter).101
Air mencapai 2 qullah maka pakaian dapat dimasukan ke dalam air tersebut
dan tidak mempengaruhi setatus air. Dalam hal ini Imam Syafi’i berpegang pada
hadist Abdullah bin Umar Ra ;
99 Ibid h.15 100 Syaikh Ali Basam ,Tawdhihul Ahkam min Bulughil Marom, 1/116, Darul Atsar,
cetakan pertama, 1425 H 101 ibid
59
: ق ال ر س و ل ه م ا ق ال ي الله ع نـ ل ي ه و س لم: إ ذ ا الله ص لى الله ع و ع ن ع ب د الله ب ن ع م ر ر ض
ر ج ه ال ر ب ـع ة و ص حح ه اب ن ي ـن ج س أ :لم م ل الخ ب ث و ف ي ل ف ظ ا ء ق ـلتـ ي ن ل م ي ح ك ان الم
بان ز ي م ة و ال ح اك م وابن ح .
Dari Abdullah bin Umar, Ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda. “Apabila air itu berukuran dua qullah, maka air itu tidak kotor
(najis).” Dan dalam salah satu riwayat dengan lafazh: “Tidak dapat ternajiskan.”
(Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah. Dan telah
dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, Al Hakim dan Ibnu Hibban).
Jadi pendapat pertama jika air mencapai 2 qullah (200 Liter) kemudian
pakaian yang terkena najis dimasukan ke dalam air 2 qullah tersebut maka tidak
akan mempengaruhi setatus kesucian air. Pencucian tersebut dapat dikatakan suci
dan tidak mencampuri najis ke pakaian yang lainya jika benda najis yang menempel
tersebut telah hilang bau, warna dan rasa pada pakaian.
Adapun mencuci menurut madzhab Syafi’i diantaranya yaitu memilih baju
yang terkena najis dan tidak terkena najis, yang terkena najis mencucinya dialiri air
mengalir, kemudian dimasukkan ke dalam mesin cuci. Air yang mengalir
hukumnya sama dengan air yang tenang. Seperti ini pula qoul qodim (Pernyataan
selama Beliau di Baghdad) Imam Syafi’i dan yang dipilih oleh para sahabatnya ini
adalah pendapat yang kuat.102
b. Pendapat Kedua
Pendapat ini dianut oleh Imam Malik, Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Ibnu Al-
Musayyab, Ibnu Abu Laila, Imam Ats-Tsauri, Abu Dawud Azh-Zhairi dan lain-
lainya memilih pendapat ini.103 Dalil yang dijadikan rujukan adalah hadist Abu
Hurairah :
102 Abdulah Zaki Alkaf, Fiqih Empat Mazhab, (Bandung: HASYIMI, 2014) h. 19 103 Abdul Aziz M Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,(Jakarta:
AMZAH 2013),h.9.
60
د ف ـث ار إ ل ي ه الناس يـ ق ع وا ب ه ف ـق ال ل ه م لع ن أ ب ي ه ر ي ـر ة ق ال أ ن أ ع ر اب يا ب ال ف ى ال م س ج
لا م ن ل ه ذ ن وبا م ن م اء أ و س ج ر يق وا ع ل ى ب ـو ر س ول الله ص لى الله ع ل ي ه و س لم د ع وه و أ ه
ع ث وا م ع سر ي ن . رواه البخاري .م اء ف إ نم ا ب ع ث ت م م ي سر ين و ل م ت ـبـ
Dari Abu Hurairah Ra, Ia berkata, “(Suatu hari) ada seorang suku Badui
kencing di dalam masjid, para sahabat pun sepontan naik pitam akan
menghentikannya (mengusirnya), lalu Rasulullah Saw. pun bersabda
kepada mereka, “Biarkanlah ia dan siramkanlah di atas air kencingnya satu
timba air atau seember air, karena sungguh kalian diutus untuk memberi
kemudahan dan tidak diutus memberikan kesulitan.” (HR: Bukhari)104
Aspek pendapat hadist ini, seandainya najis itu memberikan bekas pada
benda yang dikenainya, maka menjadi tidak salah atau tidak bolehlah
membersihkan tempat tersebut hanya dengan air . Hadist lain yang dijadikan
rujukan adalah hadist :
ىء سهش ين ج ط هورل اء الم إن
“Sesungguhnya air itu suci, tidak ada yang dapat menajiskannya.”105
Jadi Pendapat kedua ini jika air tidak mencapai 2 qullah (200 Liter) sama
seperti pencucian menggunakan mesin cuci, karena daya tampung mesin cuci
berkisaran 5 liter hingga maximal 20 liter air.
Pencucian pakaian pertama yang harus dilakukan adalah, jika terdapat
benda najis pada pakaian harus dihilangkan terlebih dahulu dan dipisahkan dengan
pakain yang lainya agar tidak mencampuri najis di dalam mesin cuci. Pakaian yang
terkena najis dialiri air dan disikat ataupun dikucek sampai benar-benar hilang
benda tersebut. Berikutnya pensucian pakaian dalam mesin cuci yaitu pembilasan
104 Shahih Bukhari dalam kitab Al-Wudhu,Sunan Abu Dawud (380), Sunan At-Tirmidzi
(147).Imam Ahbmad(2/239). 105 HR. Tirmidzi, Abu Daud, An Nasa’i, Ahmad. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh
Al Albani dalam Misykatul Mashobih no. 478
61
pakaian hanya dengan air saja tanpa dicampur dengan deterjen ataupun sabun cuci
Dalam proses ini pakaian harus diletakan dalam mesin cuci terlebih dahulu yang
kemudian di tuangkan lah air ke dalam mesin cuci sehingga pakaian terendam air
secara menyeluruh.
Itulah proses pensucian pakaian yang membedakan antara takaran air jika
tidak mencapai 2 qullah maka pakaian harus terlebih dahulu di letakan yang
kemudian dialiri air sampai menyeluruh. Kedua takaran air yang mencapai 2 qullah
bisa mencuci pakaian dengan cara dicelupkan ke dalam air yang berisi 2 qullah
tersebut kemudian air tersebut masih bisa dimanfaatkan untuk mencuci pakaian
yang lainya.
2. Pendapat 4 Madzhab Terhadap Pencucian Laundry Menggunakan
Mesin Dry Clean
Mesin dry clean atau cuci kering adalah pencucian pakaian tertentu yang
berbahan khusus dengan ini proses pencucianya tidak menggunakan pembilasan
air. Proses yang digunakan adalah proses spotting yaitu penyikatan di area pakaian
yang diberikan olesan bahan kimia PCE yang terdapat bekas kotoran ataupun noda
dengan di bantu sprying yaitu uap air yang keluar dari alat penyemprot untuk
membantu menggangkat noda pada pakaian.
Terdapat 2 pendapat dalam proses pencucian pakaian menggunakan mesin
dry clean atau mengghilangkan najis dengan benda cair selain air.
a. Tidak Mutlak Menggunakan Air (Boleh Selain Air)
Madzhab Imam Abu Hanifah, Ibnu Hazm, dan Ibnu Taimiyah mengatakan
bahwa diperbolehkan mencuci pakaian atau menghilangkan najis dengan benda-
benda selain air. Artinya, air bukanlah sebagai syarat mutlak dalam menghilangkan
benda yang terkena najis. Pendapat ini juga didukung Ibnu ‘Utsmani, alasan yang
dipakai oleh mereka sebagai berikut :106
106 Muhammad Anis Sumaji ,125 Masalah Thaharah (Solo :TIGA SERANGKAI
2008),h. 18
62
1) Adanya air sebagai benda yang suci dan mensucikan bukan menjadi
satu-satunya benda yang biasa dipakai untuk bersuci. Hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya bahan-bahan kimia yang justru dapat
membersihkan sesuatu yang terkena najis dibanding air.
2) Perintah menggunakan air hanya pada kasus-kasus tertentu. Sedangkan,
secara umum tidak disyaratkan penggunaan air untuk menghilangkan
semua jenis najis.
3) Dalam beberapa hal, syariat mengizinkan dalam membersihkan najis
dengan sesuatu selain air. Misalnya, ketika beristinja diperbolehkan
menggunakan batu atau kertas tisu, dan menggosok sepatu dengan
tanah.
Rujukan Imam Hanafi Ini berdasarkan firman Allah SWT,
و ث ي اب ك ف ط هر
“Dan pakaianmu, maka hendaklah engkau bersihkan.” (Al-Muddatsir 74
Ayat 4)
Perintah untuk membersihkan itu adalah bersifat mutlak, tanpa
mengaitkannya dengan sesuatu seperti air. Kemudian, siapa yang membataskannya
hanya membasuh dengan air saja, maka ia telah menambah nas tanpa disandar
kepada dalil. 107
Jadi tidak tertentu pada air saja. Ini pendapat madzhab Hanafi dan pilihan
Ibnu Taimiyah (dari madzhab Hanbali). Menurut madzhab ini, cara menghilangkan
najis tidak hanya dibatasi dengan alat-alat yang telah dipaparkan oleh pengikut
Imam Syafi. Selama maksud dan tujuan dari pensucian benda tersebut telah
dihasilkan maka benda itu dihukumi suci dan boleh dimanfaatkan kembali.
Oleh karena itu pencucian menggunakan mesin dryclean jika, inti dan
tujuan dari pencucian benda atau pakaian itu adalah menghilangkan rasa, bau dan
107 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, terjemah. Mahyuddin Syaf, (Bandung: PT.
Alma’rif,1997), h.45.
63
warna najis yang menempel, kemudian pakaian tersebut telah bersih dari 3 zat najis
tersebut, maka dapat dikatakan suci.
b. Wajib Menggunakan Air
Imam Malik, Imam Ahmad, Imam Syafi’i dan Asy-Syaukani berpendapat
bahwa alat yang dipakai untuk membersihkan najis atau untuk mencuci pakaian
disyaratkan harus air. Jadi, tidak sah jika menghilangkan najis tidak menggunakan
air.108
Dasar Hukum Bersuci Menggunakan Air
1) QS. AL-Anfal (8):11
و ي ـنـ زل ع ل ي ك م م ن السم اء م اء ل ي ط هر ك م ب ه
“ Dan Allah menurunkan kepada kalian hujan dari langit untuk mensucikan
kamu dengan hujan itu"
2) QS. AL-Furqan (25):48
ا ء ط ه ورا ء م ا و أ نز ل ن ا م ن ٱلسم
“ Dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih,”
3) Hadist, ketika Rasulullah Saw, untuk menyiramkan air pada saat orang
badui buang air di masjid;
د ف ـث ار إ ل ي ه الناس ليـ ق ع وا ب ع ن أ ب ي ه ر ي ـر ة ق ال أ ن أ ع ر اب يا ب ال ف ى ه ف ـق ال ل ه م ال م س ج
لا ل ه ذ ن وبا م ن م اء أ و س ج ر يق وا ع ل ى ب ـو ر س ول الله ص لى الله ع ل ي ه و س لم د ع وه و أ ه
ع ث وا م ع ا ب ع ث ت م م ي سر ين و ل م ت ـبـ سر ي ن . رواه البخاريم ن م اء ف إ نم .
108 Muhammad Anis Sumaji ,125 Masalah Thaharah (Solo :TIGA SERANGKAI
2008),h. 17-18
64
Dari Abu Hurairah Ra, Ia berkata, “(Suatu hari) ada seorang suku Badui
kencing di dalam masjid, para sahabat pun sepontan naik pitam akan
menghentikannya (mengusirnya), lalu Rasulullah Saw. pun bersabda
kepada mereka, “Biarkanlah ia dan siramkanlah di atas air kencingnya satu
timba air atau seember air, karena sungguh kalian diutus untuk memberi
kemudahan dan tidak diutus memberikan kesulitan.” (HR: Bukhari)
Pendapat kedua ini jika dalam proses pencucian pakaian tidak dibilas
menggunakan air maka pakaian tersebut belum dikatakan suci, karena kehati-hatian
apabila pakaian tersebut masih memiliki zat najis yang menempel pada pakaian jika
tidak dibilas menggunakan air.
B. Analisis Praktik Jasa Usaha Laundry Dengan Pendapat Empat Imam
Madzhab
1. Mencuci Menggunakan Mesin Cuci
Pencucian menggunakan mesin cuci, penulis yang telah melakukan
observasi dan wawancara dari beberapa layanan usaha jasa laundry, jika dilihat dari
pendapat Empat Imam madzhab proses ini masih menggunakan air dan sebelum
proses pencucian dilakukan pemisahan karena kehati-hatian akan tercampurnya
pakaian bernoda dengan yang tidak serta untuk membedakan warna agar tidak
terjadi lunturnya warna, hal ini dapat diakatakan “Suci”.
Pakaian yang terdapat najis dalam beberapa layanan laundry ketiganya
dicuci terpisah dan menggunakan cara masing-masing sebelum disatukan ke dalam
mesin cuci. Kemudian prosesnya yang dilakukan adalah menaruh pakaian kotor
terlebih dahulu dan barulah menunangkan air baik menggunakan air otomatis
ataupun manual ke dalam mesin cuci.
Semua ulama madzhab Empat sepakat bahwa benda yang digunakan untuk
bersuci dari najis dan hadast adalah air mutlak. Proses ini sesusai dengan pendapat
Imam Syafi’i diantaranya yaitu memilih baju yang terkena najis dan tidak terkena
najis, yang terkena najis mencucinya dialiri air mengalir, kemudian dimasukkan ke
dalam mesin cuci. Air yang mengalir hukumnya sama dengan air yang tenang.
65
Seperti ini pula qoul qodim (Pernyataan selama Beliau di Baghdad) Imam Syafi’i
dan yang dipilih oleh para sahabatnya ini adalah pendapat yang kuat.109
2. Mencuci Menggunakan Mesin Dry clean
Proses pencucian menggunakan mesin dry clean yang hanya bahan-bahan
tertentu seperti wol, kulit, sutra, dan bahan-bahan lainya. Di sini penulis telah
melakukan beberapa wawancara dan observasi, ternyata proses pencucianya
keseluruhan dengan cara yang sama yaitu jika terdapat noda, maka disikat terlebih
dahulu sampai noda hilang dan dilakukan spotting, spraying, masuk ke mesin dry
clean, dan penyetrikaan.
Hasil yang diberikan dalam pencucian menggunakan mesin dry clean
ternyata lebih baik dari pada menggunakan mesin cuci biasa, karena menggunakan
bahan-bahan yang membantu mencerahkan dan membuat pakaian seperti baru.
Menurut madzhab Imam Abu Hanifah, Ibnu Hazm, dan Ibnu Taimiyah
mengatakan bahwa diperbolehkan mencuci pakaian atau menghilangkan najis
dengan benda-benda selain air. jika, inti dan tujuan dari pencucian benda atau
pakaian itu adalah menghilangkan rasa, bau dan warna najis yang menempel,
kemudian pakaian tersebut telah bersih dari 3 zat najis tersebut, maka dapat
dikatakan “Suci”.
Menurut pendapat kedua yaitu Imam Malik, Imam Ahmad, Imam Syafi’i
berpendapat bahwa alat yang dipakai untuk membersihkan najis atau untuk
mencuci pakaian disyaratkan harus air. Jadi, tidak sah jika menghilangkan najis
tidak menggunakan air.110 Pendapat kedua ini proses pencucian menggunakan
mesin dry clean belum dikatakan suci, karena proses pembasuhanya tidak
menggunakan air, melainkan menggunakan panas mesin dan hanya bagian tertentu
yang jika terdapat kotoran disikat dan di semprot saja.
109 Abdulah Zaki Alkaf, Fiqih Empat Mazhab, (Bandung: HASYIMI, 2014) h. 19 110 Muhammad Anis Sumaji ,125 Masalah Thaharah (Solo :TIGA SERANGKAI
2008),h. 17-18
66
C. Kaidah-Kaidah Fiqih Yang Digunakan
1. Hukum Asal Adalah Mubah
ف ى ا ل ش ي اء ا لإ ب ا ح ة ا ل ص ل
" Hukum asal pada sesuatu itu adalah mubah ”.111
Terdapat suatu kaidah bahwasanya sesuatu hukum asalnya mubah dan suci.
Siapa yang menyatakan bahwa sesuatu itu najis maka dia harus mendatangkan dalil
atau mendatangkan dalil tetapi kurang tepat maka berpeganglah kepada hukum asal
tersebut.
Induk dari kaidah ini adalah
الي ق ين لا ي ـز ال ب الشك
“ Keyakinan tidak dihilangkan dengan syak (keraguan)”.112
Kemudian para ulama mendasari ketetapan tersebut dengan hadist Nabi
sebagai alasan kaidah tersebut yang berbunyi : a. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
ر ك م ص لى ث لا ثا أ م أ ر ب ـعا ف ـل ي ط ر ح الشك و ل ي ب ن إ ذ ا ش ك أ ح د ك م ف ى ص لا ت ه ف ـل م ي د
ق ن يـ تـ ع ل ى م ا اس
“Apabila salah seorang dari kalian ragu dalam shalatnya, dan tidak
mengetahui berapa rakaat dia shalat, tiga ataukah empat rakaat maka
buanglah keraguan, dan ambilah yang yakin”. (H.R Muslim)113
111 Djazuli, Kaidah-Kaidah Fiqih,(Jakarta: Kencana 2006), h.199. 112 Duski Ibrahim, Al-Qawa’id Al-Fiqhiyah Kaidah-Kaidah Fiqih (Palembang:AMANAH
2019) h. 56 113 Basiq Djalil , Ilmu Ushul Fiqih 1 dan 2 (Jakarta :KENCANA 2010 dan 2014) h. 134.
67
ا ل ص ل ف ى ا ل ش ي اء ا لإ ب ا ح ة ح ت ى ي د ل ا لد ل ي ل ع ل ى الت ح ر ي م
" Hukum asal dari sesuatu adalah mubah hingga ada dalil yang
menunjukan keharamanya “.114
Kaidah ini digunakan kalau tidak ada dalil yang melarang ataupun
menujukan keharaman menggunakan mesin cuci ataupun mesin dryclean sebagai
alat bantu dalam proses pensucian pakaian, maka hal tersebut tetap sebagaimana
asalnya yaitu boleh.
Adapun penggunaan bahan kima seperti oxacil (pemutih pakaian), PCE
(Perclone untuk mengghilangkan bakteri), deterjen atau sabun cuci pakaian dan
softener (pelicin dan pengharum pakaian), jika tidak ada dalil yang melarang dalam
penggunan bahan-bahan ini dalam proses pencucian maka diperbolehkan selama
tidak terdapat sesuatu yang dilarang atau diharamkan.
2. Adanya Hukum Karena Sebab
ما دا و ع د ع لت ه و ج و م ي د و ر م ال ح ك “Hukum itu berputar bersama illatnya (sebabnya), ada dan tidak adanya
hukum.
Illat adalah sesuatu sifat yang sudah jelas dan pasti, yang dapat dijadikan
alasan hukum. Ada illat berarti ada hukum dan tidak ada illat berarti tidak ada
hukum.115 Najis adalah kotoran yang bagi setiap muslim wajib mensucikan apa
yang dikenainya.116
Allah berfirman :
و ث ي اب ك ف ط هر “ Dan pakaiannmu maka bersihkanlah” (QS Al Mudatsir: 4)
114 Duski Ibrahim, Al-Qawa’id Al-Fiqhiyah Kaidah-Kaidah Fiqih (Palembang:AMANAH
2019) h. 60 115 Ibid h. 149 116 Zurinal dan Aminudin, Fiqih Ibadah (Jakarta :CV.Sejahtera 2008) h. 33.
68
السج ود م اع يل أ ن ط هر ا ب ـي ت ي ل لطائ ف ين و ال ع اك ف ين و الرك ن ا إ ل ى إ ب ـر اه يم و إ س و ع ه د
“ Dan kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail untuk mensucikan
rumah-Ku bagi orang-orang yang ber-thawaf, ber-i’tikaf dan orang-orang
yang rukuk dan sujud” (QS. Al Baqarah (2): 125).
ب ال م ت ط هر ين ب التـواب ين و ي ح إ ن الله ي ح Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. AL-Baqarah(2) :222)
Adanaya hukum untuk mensucikan atau membersihkan karena adanya zat
najis tersebut, apabila najis sudah tidak ada maka hukum dibalik benda najis
tersebut sudah tiada.
ن ه إ ن الم اء لا ي ـن جس ه ش يء, إلا ما غ ل ب ع لى ر يحه و ط عم ه و ل و
"Sesungguhnya air tidak ada sesuatupun yang dapat menajiskannya, kecuali
yang mendominasi (mencemari) bau, rasa, dan warnanya". (Riwayat Ibnu
Majah dan Baihqi).117
Kaidah ini digunakan dalam pembahasan mensucikan najis dalam praktek
jasa laundry modern karena adannya tuntutan untuk membersihkan badan, pakaian
dan tempat najis. Dalam prihal ini illatnya adalah benda najis yang harus
dihilangkan, ketika benda najis tersebut sudah hilang maka pakaian tersebut sudah
dapat dikatakan suci.
Mensucikan najis dalam paraktek jasa laundry modern menurt empat
madzhab jika 3 prihal dari benda najis yaitu bau, warna, dan rasa yang
menyebabkan adanya illat, kemudian jika benda najis tersebut telah hilang maka
pakaian-pakaian yang dicuci menggunakan layanan jasa laundry modern dapat
dikatakan suci karena illat tersebut telah hilang.
117 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung :Sinar Baru Algensindo, 1994), h. 13.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penulis atas hasil telah dipaparkan, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Banyaknya usaha laundry saat ini tentu berbeda-beda dalam proses
pencucianya, akan tetapi dalam proses pengecekan pakaian sebelum
dicuci adalah salah satu proses yang harus dilakukan oleh pegawai
laundry untuk berhati–hati jika terdapat noda, kotoran, dan perbedaan
warna pakaian prosesnya tentu akan berbeda. Proses ini dapat dikatakan
suci apabila terdapat najis, langkah pertama memisahkan pakaian yang
terkena najis dengan yang lainya agar tidak mencampuri pakaian yang
lainya. Ketika pakaian terkena najis harus dibersihkan terlebih dahulu
sampai benda najis, warna, bau , dan rasa tersbut hilang yang kemudian
baru bisa dicampur dengan pakaian lainya di dalam mesin cuci.
2. Adapun pendapat Imam madzhab mengenai apakah sabun dapat
menggantikan tanah dalam pensucian jika terkena najis anjing atau
mughalladzhah .
a) Pendapat pertama: Madzhab Syafi’I, Hambali, dan Ibnu Hazm
mengatakan, tanah tidak bisa digantikan oleh benda apa pun, baik
ada tanah maupun tidak.
b) Pendapat kedua: Sebagian penganut madzhab Syafi’I, Hambali,
dan Al-Muzani mengatakan, “Benda selain tanah dapat
menggantikan tanah, baik ada tanah maupun tidak”.
c) Pendapat ketiga: Riwayat dalam madzhab Syafi’I dan Hambali
mengatakan. “Tanah boleh digantikan oleh alat pembersih lain jika
tanah sulit ditemukan atau benda yang akan dicuci rusak jika dicuci
menggunakan tanah.
70
Sabun bisa mengggantikan tanah di sini apabila, ditakukan tanah dapat
merusak benda yang terkena najis tersebut. Hal itu yang mendasari
sabun dapat menggantikan tanah, jika pakaian dicuci dengan campuran
tanah tentu akan merusak warna dan bahan pakaian.
3. Proses pencucian dengan cara dry clean (cuci kering) menurut mayoritas
ulama belum dianggap suci sebelum dibilas dengan air maksudnya
najisnya belum hilang karena kehati-hatian tersebutlah, akan tetapi
menurut Imam Abu Hanifah sudah dianggap suci atau najisnya dianggap
hilang jika 3 zatnya seperti benda, warna, dan bau najisnya telah hilang..
4. Selama pakaian yang dicuci menggunakan layanan dry clean tidak
terdapat najis pada pakaian atau pakaian hanya bau dan kusam karena
telah dipakai bukan berarti terdapat benda najis, maka diperbolehkan
menggunakan layanan dry clean sesuai dengan anjuran bahan pada
pakaian.
5. Adapun untuk memperkuat bukti nyata bahwasanya sebuah usaha jasa
laundry dapat dikatakan suci dalam prosesnya dibutuhkan sertivikasi
baik dari lembaga-lembaga penelitian kehalalan Maupun Majelis ulama
Indonesia.
B. Saran
Kepada pelanggan sebaiknya jika memang pakaian yang terdapat najis
ataupun terkena kotoran sebelum membawa ke laundry sebaiknya dipisah
menggunakan kantong tersendiri untuk menghindari menyebarnya ke pakaian yang
lain sebelum menyerahkan kepada layanan jasa laundry, karena hal tersebut akan
memudahkan pegawai dalam melakukan pencucian.
Untuk usaha laundry ini akan selalu berkembang di masyarkat karena sudah
menjadi sebuah kebutuhan. Mempermudah dalam pencucian saat ini tidak hanya
jenis pakaian saja bahkan saat ini banyak berbagai macam perabotan rumahpun bisa
di laundry seperti halnya kasur, sofa dan perabotan rumah lainya. Saran dari penulis
selalu meningkatkan kualitas kinerja dan kehati-hatian dalam pencucian pakaian
untuk meninggkatkan kepercayaan layanan jasa laundry tersebut.
71
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz M dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah, Jakarta:
AMZAH 2013.
Abdul Qodir Muhammad Manshur, Panduan Shalat An-Nisa Menurut 4 Madzhab,
Jakarta:Republika Penerbit, 2019.
Abdulah Zaki Alkaf, Fiqih Empat Mazhab, Bandung: HASYIMI, 2014.
Abu Azam Al Hadi, Fiqh Muamalah Kontemporer, Sidoarjo: CV Cahaya XII,
2014.
Ahmad Munif Suratmaputra, Vaksin Meningkitis dalam kajian fiqih, Volume 3
2018
Ahmad Sarwat, Ensiklopedia Fikih Indonesia Thaharah, Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama 2019.
Ali bin Muhammad Nashir al-Faqihi dan Dr. Jamal bin Muhammad as-Sayyid Al
Fiqhul Muyassar fi Dhau’il Kitab was Sunnah, Jakarta : Darul Haq 2017.
Asy-Syaikh Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Shalat Empat Madzhab, Jakarta:
AkbarMedia 2018.
Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqih 1 dan 2, Jakarta :KENCANA 2010 dan 2014.
DJazuli, Kaidah-Kaidah Fiqih, Jakarta: Kencana 2006.
Duski Ibrahim, Al-Qawa’id Al-Fiqhiyah Kaidah-Kaidah Fiqih Palembang:
AMANAH 2019.
Fahad Salim Bahammam, Fiqih Modern Praktis, Jakarta: Gramedia Pustaka utama
2013.
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Terj. Al-Mas’udah, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
2016.
Masdar Helmy, Fiqih Thaharah, Bandung: Pustaka Media Utama.
72
Muhammad Anis Sumaji, 125 Masalah Tharah, Solo: Tiga serangkai 2008.
Muhammad bin Yazid Abu ‘Abdullah al-Qazwiniy, Sunan Ibnu Majah, Beirut: Dar
al- Fikr, 2004.
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih 5 Madzhab, Jakarta: Lentera, 2001.
Muttafaq ‘alaihi: (Shahiih Muslim (I/240 no. 291), ini adalah lafazhnya. Shahiih al-
Bukhari (Fat-hul Baari) (I/410 no. 307).
Muri Yusuf, Metode Penelitian, Jakarta : Prenadamedia Group 2014.
Pudjihardjo dan Nur Faizin Muhith, Fikih Muamalah Ekonomi Syariah, Malang:
Tim UB Press 2019.
Shahih: Shahiih al-Jaami’ush Shaghiir (no. 3933)], dan Shahiih Muslim (I/234 no.
276 (91)
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Bandung:Sinar Baru Algensindo 1994.
Syaikh Ali Basam, Tawdhihul Ahkam min Bulughil Marom, 1/116, Darul Atsar,
cetakan pertama, 1425 H.
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah. Terj, Mahyuddin Syaf, Bandung: PT.Alma’rif, 1997.
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah. Terj, Abu Aulia dan Abu Syauqina, Jakarta: Republika
2017
Syekh Abdurrahman Al-Jaziri ,Al-fiqh’ala Mazahib Al-Arba’ah (Fiqih empat
Madzhab), Cairo: Mathba’ah Al-Istiqmah 1996.
Zurinal dan Aminudin, Fiqih Ibadah, Jakarta : CV.Sejahterah 2008.
https://www.gurupendidikan.co.id/detergen-pengertian-jenis-komposisi-bahan
pembuat/
https://www.geologinesia.com/2018/05/apa-itu-air.html
https://islam.nu.or.id/post/read/82513/tiga-macam-najis-dan-cara-
menysucikannya
73
https://www.suaramuhammadiyah.id/2016/10/05/fatwa-tarjih-sabun-bisa-
hilangkan-najis-jilatan-anjing/
https://almanhaj.or.id/2120-hukum-bangkai.html
http://mui.or.id/wp-content/uploads/files/fatwa/Hukum-Alkohol.pdf
74
LAMPIRAN-LAMPIRAN
75
HASIL WAWANCARA LAUNDRY
Data Informan
Nama Laundry : Jakarta Laundry Dry & Clean
Narasumber :Mas Rohman(Karyawanbagian pencucian dan pengecekan)
Tempat : Jl. Kernolong No.44 , Senen, Jakarta Pusat
1. Layanan jasa apa saja yang dimiliki di sini dan berapa harganya ?
- Kiloan , yaitu ditimbang perkilo dihargai Rp. 8000/Kg
- Satuan dan dry clean, berbeda-beda harganya
Contoh daftar harga satuan ;
1. Setelan jas : Rp, 25.000 4.Celana Panjang : Rp,10.000
2. Jacket : Rp, 15.000 5.Sprey Tipis : Rp,10.000
3. Kemeja : Rp, 10.000 6.Bad Caver : Rp,25.000
2. Dalam 1 hari berapa banyak pakaian atau kilo pakaian yang dicuci ?
- Kurang lebih 30 Kg/ Hari atau 50 potong
3. Bagaimana proses pencucian pakaian menggunakan mesin cuci di sini ?
a) Memisahkan pakaian antara warna putih dengan warna lainya. Proses
ini dilakukan agar menghindari terjadinya lunturnya pakaian.
b) Jika terdapat noda ataupun kotoran akan dicuci terpisah menggunakan
bak tersendiri untuk dihilangkan kotoran terlebih dahulu menggunakan
Oxalic (pemutih atau pembersih pakaian). Contoh kotoran atau noda
sperti tanah, bercak-bercak noda makanan ataupun cairan yang
mengenai pakaian, dan terkadang ada pakaian terkena kotoran hewan.
Kemudian dimasukan bersama ke dalam mesin cuci kembali.
c) Kemudian memasukan pakaian ke dalam mesin cuci berukuran 60-70
cm lebarnya berkapasitas 8-max12 Kg.
d) Setelah pakaian sudah masukan, dilakukan pembilasan air tanpa sabun
cuci/detergen yang dialiri secara otomatis sebanyak 2 kali pembuangan
dalam 1 kali pembuangan memakan waktu 5-10 menit tergantung dari
76
banyaknya pakaian yang akan dicuci . Proses ini dilakukan agar
menghilangkan bau dan noda pada pakaian.
e) Langkah selanjutnya memasukan detergen sekitar 2 cup takaran
detergen untuk 5-8 Kg pakaian. Detergen yang biasa digunakan merek
Daia atau Soklin Softener. Waktu penggilingan menggunakan mesin
cuci ini sekitar 10-15 menit.
f) Setelah itu buang air dalam mesin cuci tersebut, kemudian isi dengan air
kembali.
g) Dalam langkah selanjutnya ada 2 layanan yang digunakan yaitu
menggunakan pewangi tambahan atau tidak seperti merek yang
digunakan Downy, Molto, ataupun Fresia. Tentu jika menggunakan
pewangi tambahan akan ditambahkan biaya sebesar Rp.3.000.
h) Setelah itu dengan langkah yang sama melakukan pengurasan pakaian
dengan air yang baru dengan takaran secukupnya dilihat banyaknya
pakaian untuk menghilangkan sisa detergen pada pakaian, digiling
selama 5 menit dalam mesin cuci..
i) Jika pakaian di peganag tidak licin dalam arti detergen pada baju sudah
hilang dapat dilakukan pengeringan dengan mesin pengering selama 15
menit. Pengeringgan dilakukan memperepat kinerja layanan jasa
laundry.
j) Kemudian dijemur menggunakan bantuan panas matahari 3-4 jam, agar
pakaian benar-benar kering. Jadi fungsi pengeringan menggunakan
mesin hanya membantu ½ kering pakaian yang basah agar tidak terlalu
lama di jemur dibawah matahari.
4. Berapa kira-kira takaran air yang digunakan dan jenis sabun cuci yang
digunakan ?
Takaran air yang digunakan tergantung dari banyaknya pakaian, jika
pakaian 5 Kg kurang lebih air dalam mesin cuci yang digunakan kurang
lebih 8L sesuai kapasitas mesin cuci ada yang kecil dan ada yang besar
sampai 12Kg. Sabun yang digunakan deterjen Daia ataupun Rinso.
5. Jenis sabun apa yang biasa digunakan dalam proses pencucian ini ?
77
Deterjen seperti daia atau rinso, tetapi kalau untuk pemutih kita
menggunakan bayclin kjika pakaian yang kotor menggunakan pemutih
sekiranya kurang kemudian menggunkan bahan kimia seperti Oxalic.
78
79
WAWANCARA
Data Informan
Nama Laundry : Pressto Laundry Indonesia
Narasumber : Mas Jeje / Karyawan Pressto Indonesia Laundry
Tempat : Jl. Cikini Raya No.40, Kec. Menteng, Jakarta Pusat.
1. Layanan jasa apa saja yang dimiliki disini dan berapa harganya ?
- Dry Clean/ Cuci kering harga dari Rp. 45.000 adaupun kami
menyediakan jasa antar jemput dengan minimal transaksi Rp, 250.000
Jenis pakaianpun tidak semua jenis melainkan hanya bahan-bahan tertentu
seperti pakaian khusus, sutra, wol, setelan jas, jaket kulit, dan yang
memiliki hiasan atau pernak-pernik pada pakaian kebaya dan gaun
pengantin
2. Dalam 1 hari berapa banyak pakaian yang dicuci menggunkan dry clean ini
?
- Kurang lebihnya 200-250 pcs/ Potong
3. Bagaimana proses pencucian pakaian menggunakan mesin dryclean disini
?
a) Pengecekan pakaian menyeluruh ketika datang dari jenis bahan, lebel
dan noda pada pakaian secara detail, proses ini dilakukan menentukan
proses pencucian yang sesuai dengan bahan pakian agar tidak merusak
pakaian.
b) Spotting atau pembersihan noda langkah ini dilakukan terebih dahulu
untuk mengghilakan noda pakaian menggunakan cairan kima lalu
disemprotkan dan disikat dengan sikat kecil.
c) Spraying atau Proses penyemprotan bahan kimia atau PCE
(perchloroethylene) pada pakaian pakaian secara merata. PCE ini
berfungsi sebagai pembersih seperti detergen. Membersihkan noda dan
membunuh kuman-kuman pada pakaian.. Proses ini biasanya
80
menggunakan sprayer yang dimana bahan sprayernya tebal.karena
pencucian dry clean tidak menggunakan mesin cuci melainkan mesin
spray menggunakan uap.
d) Mesin dry cleaning, Setelah noda hilang pada pakaian kemudian di
masukan ke dalam mesin dry clean untuk proses pembersihan dari
bakteri dan melicinkan pakaian agar terlihat seperti baru, dalam proses
ini penggilingan dalam mesin tidak menggunakan air karena itulah
disebut dry clean (cuci kering).
e) Penyetrikaan, Setrika menggunakan mesin setrika uap agar hasilnya
rapih dan licin.
f) Pengemasan menggunakan gantungan baju dan plastik kemas, berbeda
dengan layanan kiloan yang semua baju menjadi 1 kemasan plastic
sedangkan Dry Clean pengemasan pakaian per satu potong.
4. Jenis sabun atau minyak apa yang digunakan dalam proses pencucian dry
clean?
Seitz untuk sabun cuci dan ditambaham bahan pengharum seperti Seitz +
Protect Indo, ini seperti pewangi pakaian.
81
82
WAWANCARA
Data Informan
Nama Laundry : J j Laundry
Narasumber : Mas Erwin / Karyawan J j Laundry
Tempat : Jl.Komando Raya Kuningan, Karet ,Setiabudi, Jakarta.
1. Layanan jasa apa saja yang dimiliki disini dan berapa harganya ?
- Satuan atau perpotong mulai harga dari Rp, 15.000- 50.000
- Kiloan , di hargai Rp, 10.000/ Kg
- Laundry Coin , satu koin di sini di hargai Rp, 10.000- 15.000
2. Dalam 1 hari berapa banyak pelanggan yang mencuci di laundry ini ?
- 10- 15 orang untuk mencuci di laundry ini
3. Bagaimana proses pencucian laundry Coin ?
- Pertama kali datang ke customer untuk melakukan penukaran uang tunai
dengan koin, 1 koin bias dihargai Rp 10.000 –Rp 15.000. Kapasitas
mesin cuci yang digunakan berukuran 10 Liter selama 15-20 menit
dihargai 1 koin
Kemudian dalam prosesnya sama saja dengan melakukan pencucian biasa
dengan mesin cuci dan pengering, yang membedakan karena proses
pembayaran menggunakan koin. Jadi pencucianya bisa dilakukan sendiri
oleh konsumen dan membawa deterjen ataupun softener pakaian yang di
inginkan konsumen itu sendiri.
4. Bagaimana proses pencucian pakaian menggunakan mesin cuci di sini ?
a) Untuk pembersihan yang terdapat kotoran atau noda J jlaundry
melakukan pemisahan pakaian yang terdapat noda tersebut di
semprotkan air sehingga kotoran tersebut terbawa aliran air dan
direndam di dalam ember berisi air kurang lebih 5 liter. Kemudian
menyikat sisa noda tersebut dengan sabun lalu membilas dengan
83
dialirkan air hingga noda dan baunya sampai hilang, yang kemudian
dicuci dengan mesin cuci.
b) Setelah memisahkan pakaian yang terdapat noda atau kotoran yang
sudah dibersihkan, proses selanjutnya yaitu mencuci dengan mesin cuci.
Proses ini hampir sama dengan proses laundry pada umumnya, yaitu
menampung pakaian dan dialirkan air secukupnya dengan sejumlah
pakaian sampai terlihat terendam. Dalam proses ini pembilsan
menghilangkan bau terlebih dahulu dan digiling menggunakan mesin
cuci selama 5-10 menit sebelum pemberian detergen.
c) Setelah pembilasan hanya menggunakan air dalam mesin cuci
,kemudian pakaian yang sudah basah tersebut dituangkan detergen atau
sabun cair pakaian, Proses ini memakan waktu 10-15 menit
penggilingan dalam mesin cuci untuk menghilangkan kuman dan bau
pada pakaian.
d) Proses selanjutnya memberikan softener atau sabun pewangi untuk
menambah kesegaran pada pakaian. Proses penggilingan dalam mesin
cuci selama 5 menit.
e) Setelah pakaian diberikan pewangi masuk ketahap pengeringan,
pengeringan di sini dilakukan cukup lama 15-25 menit dilakukan karena
tanpa dijemur menggunakan matahari, yang kemudian dilakukan proses
penyetrikaan dan pengemasan.
5. Jenis sabun apa yang biasa digunakan dalam proses pencucian ini ?
Rinso cair, karena lebih mudah digunakan dan wanginya berbeda dengan
detergen yang bersifat bubuk.
84
85
WAWANCARA
Data Informan
Nama Laundry : Aqualis Fabric Care Laundry
Narasumber : Mba Nindya / Karyawan bagian Penerimaan pakaian
Tempat : Jl. Karet Pedurenan Kuningan, Jakarta Selatan
1. Layanan jasa apa saja yang dimiliki di sini dan berapa harganya ?
- Kiloan, Rp, 14.000/Kg di sini lebih mahal dari laundry biasanya karena
proses pencucian menggunakan bahan khusus perawatan pakaian yang
alamai yaitu Grandchemical.
- Satuan ,layanan satuan cukup terjangkau dari Rp, 15.000-70.000 dan
disini pencucain menggunakan bahan greensoftener 100% alami yaitu
pelembut dan pewangi agar kualitas pakaian terlihat baru.
- Dry clean harga Rp.40.000 ribu per 1 pakaian yang akan di dry clean
atau cuci kering.
2. Dalam 1 hari berapa banyak pelanggan yang mencuci di laundry ini ?
- Untuk keadaan saat ini pandemic terbilang cukup sedikit 3-15 orang
yang mencuci di laundry ini, kurang lebih 10Kg/per hari.
3. Bagaimana proses pencucian pakaian menggunakan Mesin cuci di sini ?
Dalam proses pencucian Aqualis Fabricare di sini yang saya dapatkan
informasi hanya cabang laundry drop off point atau tempat pengambilan dan
penerimaan pakaian laundry. Saya hanya mendapatkan sedikit informasi
dikarenakan proses pencucianya Aqualis Fabricare terletak di Jl.Terusan
gedung hijau Pondok Indah, Menteng Jakarta Pusat membutuhkan izin dari
pemilik pusat.
Dalam proses pencucianya Aqualis Fabricare memang menggunakan
mesin cuci akan tetapi kami tidak bias memberi tahu informasi proses
pencucian. Sedangkan ciri khas laundry kami dalam proses mencuci
86
menggunakan bahan alami dan khusus seperti Antibacterial guard,
Color care,BriteWhite, Greensoftener, dan Green chemical digunakan
Untuk perlindungan baju dari bakteri dan jamur serta tidak membuat
pakaian pudar dan tampak lebih cerah itu yang membedakan laundry ini
dengan laundry yang lainya.
4. Berapa hari kira-kira pengerjaan laundry disini ?
3 hari sudah jadi, setelah terhitung dari drop off pakaianya.
87
88
WAWANCARA
Data Informan
Nama Laundry : Quick And Clean Laundry
Narasumber : Mba Sofie / Pencucian dan penerimaan Pakaian Laundry
Tempat : Jl.Setia Budi, Kuningan ,Jakarta Selatan
1. Layanan jasa apa saja yang dimiliki di sini dan berapa harganya ?
- Kiloan dengan harga Rp, 9.000/Kg tapi ada juga express 1 hari jadi
dengan harga Rp, 15.000/ Kg
- Dry clean , mulai dari harga Rp, 25.000-70.000
2. Dalam 1 hari rata-rata pencucain berapa Kilo pencucian ?
- Dalam 1hari layanan kiloan bias mencapai 20-40 Kg
3. Bagaimana proses pencucian pakaian menggunakan mesin cuci di sini ?
a) Proses pencucian pakaian ketika datang, ditampung dalam mesin cuci
berukuran 6-13 Kg kemudian diisi menggunakan air otomatis sehingga
pakaian kotor terendam dengan air.
b) Setelah terndam dengan air melakukan proses penggilingan mesin untuk
pembersihan terlebih dahulu selama 5 menit ,kemudian air dibuang dan
disi dengan air yang baru.
c) Jika sebelumnya terdapat kotoran ataupun najis pada kotoran, karyawan
bagian pencucian akan memisahkan terlebih dahulu untuk disikat dan di
bilas tersendiri menggunakan ember dan sikat cuci. Ketika kotoran
sudah hilang pada pakaian kemudian disatukan kembali untuk proses
pencucian.
d) Proses pencucian, pakaian yang sudah terendam air akan dicampurkan
sabun cuci atau deterjen sebanyak 3 cup ukuran deterjen. Proses
pencucian ini 15-20 menit tergantung dari banyaknya pakaian yang
dicuci.
89
e) Proses pembilasan,setelah pencucian selama 15 menit kemudian
pembilasan selama 5-10 menit dengan membuang air proses pencucian
dengan air yang baru. Proses pembilasan dilakukan sebanyak 2
kali,proses pembilasan yang pertama hanya menggunakan air dan
proses kedua menggunakan air dicampur dengan pewangi pakaian untuk
mengghilangkan bau dan licin pakaian yang masih tersisa dari proses
pencucian.
f) Pengeringan, setelah pembilasan selasai dilakukan pengeringan
menggunakan mesin pengering pakaian selama 10-15 menit. Proses ini
agar pakaian yang akan dijemur nantinya dalam keadaan setengah
kering.
g) 1-2 hari kemudian masuk dalam ke penyetrikan dan pengemasan agar
terlihat bersih dan rapih serta di semprotkan parfum pakaian agar
pakaian terasa segar digunakan.
4. Bagaimana jika terdapat kotoran atau noda pada pakaian yang akan dicuci
?
Sebelum dicuci didalam mesincuci, kita pisahkan dulu warna putih dengan
yang lainya begitu juga dalam pengecekan apakah ada kotoran atau noda
tersendiri. Kalau ada noda kita cuci terpisah pakai bayclin disikat samapi
hilang baru disatukan dengan cucian di mesin cuci tadi agar tidak tercampur
sama pakaian orang lain .
5. Sabun atau deterjen apa yang biasa dipakai untuk pencucian ?
Biasanya soklin softener untuk pewangi pakaian dan sabunya rinso atau
donny cair.
90
91
HASIL WAWANCARA DOSEN
Data Informan
Narasumber : Moch. Bukhori Muslim, M.A
Status : Dosen Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jabatan : Lektor 300
1. Apa yang Bapak ketahui mengenai layanan jasa laundry saat ini? Seberapa
sering Bapak menggunakanya ?
Layanan jasa yang Bapak ketahui berupa dry clean (cuci kering) dan
layanan biasa, jarang atau tidak terlalu sering menggunakanya.
2. Dalam proses pencucian pakaian menggunakan mesin cuci air tidak
mencapai 2 qullah, bagaimana menurut Bapak dalam proses pencucian
menggunakan mesin cuci agar dapat dikatakan suci?
Air tidak mencapai 2 qullah, dan pencucain menggunakan mesin cuci bisa
dilakukan berkali-kali itu termasuk dalam mengaliri air, maka air tidak
mencapai 2 qullah tidak masalah. Adapun Ikhtiyar (mengambil jalan yang
terbaik) menurut pendapat Imam Syafi’I yang sebaiknya dalam proses
pencucian dipisahkan antara pakaian yang terkena benda najis dengan yang
tidak terkena najis.
3. Dalam proses pencucian laundry jika pakaian terkena najis mukhaffafah
(ringan) dan mutawassitah (sedang) dapat dihilangkan menggunakan air.
Apakah najis mughalladzhah (besar) yang salah satu basuhanya harus
menggunakan tanah dapat digantikan dengan deterjen atau sabun?
Tidak, fungsi sabun tidak dapat menggantikan tanah. Pemahaman Bapak
tentang hadist najis mughalladzhah ini adalah ta’abudi (Harus diikuti apa
adanya sebuah perintah syariah agama) karena adanya perintah “ Debu “,
bukan ta’aqulli (Ibadah yang ada sebab dan alasanya). Menganalogikan
dengan tayamum menggunakan debu maka tidak bisa tayamum
menggunakan sabun. Adapun yang mendunkung pendapat bapak Bukhari
92
mengenai gigitan dan air liur anjing dapat dinetralisir dengan zat-zat yang
terkandung dalam tanah, untuk pencegahan penyebaran bakteri dari gigitan
ataupun air liur anjing tersebut.
4. Bagaimana menurut bapak tentang laundry saat ini, apakah sudah dapat
dikatakan suci dalam prosesnya?
Kalau sebuah jasa layanan laundry mengikuti kaidah air yang mengalir
dalam pencucain menggunakan mesin cuci tersebut dan memenuhi keriteria
seperti dicuci atau digiling berkali-kali maka dapat dikatakan sudah suci,
Tetapi kalu itu tidak diajalankan maka itu tidak bisa dikatakan suci. Menurut
bapak Bukhori perlu adanya sertifikasi sebuah usaha laundry untuk
memasitikan layanan jasanya itu benar-benar menjalankan laundry syariah,
karena ada dibeberapa rumah sakit sekarang menggunakan standar kategori
laundry syariah.
93
94
WAWANCARA
Data Informan
Narasumber : Ummu Hanah Yusuf Saumin, M.A
Status : Dosen Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jabatan : Asisten Ahli
Dalam proses wawancara ini saya melakukan via Whatsapp, karena beliau
sibuk dan ada jadwal mengajar online maka saya memaklumi hal tersebut dan
kemudian beliau membaca skirpsi saya dan memberikan masukan dan saran.
Kriteria jika pakaian telah hilang dari 3 zat seperti benda najinya, warna ,
dan baunya, maka pakaian tersebut sudah dikatakan suci. Demikian pencucian
menggunakan mesin dryclean jika 3 kriteria zat tersebut telah hilang maka
sucilah pakaianya. Adapun tambahan masukan dan saran dari Beliau bahwa
najis a’ini (najis yang nampak) dan tidak nampak termasuk yang ma’fu
(dimaafkan karena tidak nampak) .
Dalam proses pencucian apakah petugas laundry mengerti cara
menghilangkan pakaian yang terkena najis ? Beliau bertanya terlebih dahulu.
Kemudian dalam penjelasan saya sudah melakukan 5 wawancara dan beberapa
yang saya ajukan pertanyaan ada yang muslim dan ada yang non muslim. Jadi
dalam proses pencucian menggunakan mesin cuci, pertama yang dilakukan
pakaian yang kotor di dalam mesin cuci yang kemudian dituangkan air dan
dilakukan proses penggilingan terlebih dahulu sebelum diberikan deterjen.
Hal terpenting dalam usaha laundry ini adalah proses yang tidak dilupakan
yaitu pengecekan pakaian sebelum dilakukan pencucian memisahkan warna
pakaian dan melihat pakaian yang terdapat noda ataupun kotoran maka akan
dicuci tersendiri lebih dahulu sebelum disatukan dengan cucian didalam mesin
cuci.
95
Proses ini dilakukan karena kehati-hatian dalam mencampurkan pakaian
yang terkena noda agar tidak tercampur dan merubah warnyanya. Akan tetapi
alasanya bukan karena najis, maksudnya noda atau bercak kotoran yang belum
tentu itu najis. Maka dapat disimpulkan bahwa pemisahan ini sangat penting
agar tidak mencampur adukan pakaian yang terkena noda dengan yang lainya
apalagi pakaian tersebut terdapat najis dan itu sudah pasti dicuci tersenidri
terlebih dahulu.
Jika hal tersebut telah dilakukan karena kehati-hatian dan dilakukan proses
penggilingan pakaian dengan air maka proses tersebut sudah dapat dikatakan
suci, tanggapan Ibu Ummu Hanah.
Mengenai najis mughalladzhah yang terkena pakaian apakah peran sabun
disini dapat menggantikan tanah . Ibu Ummu Hanah menambahkan bahwa ada
fatwa Mahmud Syaltut menerangkan bahwa bahan kimia bisa menghilangkan
najis mughalladzhah.
96
DOKUMENTASI
(Gambar: Sedang melakukan wawancara dengan karyawan laundry)
(Gambar: Setelah melakukan wawancara meminta tanda tangan karyawan
laundry)
97
( Gambar: Pakaian kotor menggunakan layanan jasa laundry Kiloan )
( Gambar : Layanan jasa laundry setelah di Dry Clean )
98
(Gambar: Pakaian yang sudah selesai di laundry dan sudah dikemas dalam
plastik)
99
100
101
102