Menjadi seorang pembelajar

3
Menjadi seorang pembelajar Oleh Almi Afrilla Saleh Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Dan tidak ada satu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan (QS. Fatir: 24) ***** Berapa banyak sahabat Anda di sekolah/kantor/kampus/rumah yang produktif? Bagaimana tabiat mereka? Bagaimana kualitas kerja mereka? Bagaimana komunikasinya dengan orang lain? Apa pun kata orang, sesungguhnya setiap wanita sadar produktivitas adalah sesuatu yang langka dan karenanya perlu dihargai. Tetapi ternyata masih sedikit dari wanita yang tahu bagaimana memfungsikan dirinya dalam keluarga, masyarakat, lingkungan kerja, maupun dalam lingkungan pendidikannya, sehingga ia menjadi seorang pembelajar dalam usaha menciptakan produktivitas. Produktivitas adalah suatu kata yang dapat diartikan berbeda-beda menurut pandangan orang dan bagi orang yang melakoninya. Produktivitas merupakan suatu kegiatan yang menghasilkan dan memberikan nilai positif terhadap orang di sekitarnya. Sekarang yang menjadi permasalahan adalah bagaimana seorang wanita dapat menjadi produktif dengan cara membelajarkan orang-orang yang berada di sekelilingnya? Mampukah kita menjadi seorang pembelajar terhadap orang lain dengan konsep tawazzun atau keseimbangan? Berikut marilah kita lihat beberapa kasus yang terjadi pada wanita dalam melakukan kegiatan pembelajaran untuk mencapai suatu produktivitas. Kasus 1. Kita sebut saja namanya Ana. Ia adalah seorang aktivis di kampus dengan seabrek kegiatan. Organisasi-organisasi yang ada di kampus dimasukinya, sehingga hari- harinya menjadi sibuk dan penuh akan kegiatan kampus. Walaupun sibuk beraktivitas Ana tidak pernah melupakan kewajibannya yang utama yaitu kuliah, sehingga Indeks prestasinya (IP) tidak mengecewakan, dimana ia mampu meraih IP diatas 2,50 dan mendapatkan bea siswa. Sebagai seorang aktivis kampus Ana dikenal di kampusnya, bahkan mulai dari rektor sampai kepada cleaning sevice kampus mengenalnya. Dalam motto hidupnya tertanam kuat tiada hari tanpa beraktivitas dan berkarya, waktunya lebih banyak di luar rumah dari pada di rumah. Dengan kondisi seperti itu teman- teman tempat tempat tinggalnya memberi gelar “Djarum Super” maksudnya Dia Jarang di rumah Suka Pergi. Dengan banyaknya kegiatan Ana menjadikan ia kurang berinteraksi dengan lingkungan tempat kostnya, bahkan ia tidak mengenal siapa sebenarnya tetangga kamar tempat tinggalnya. Rumah bagi Ana adalah sebagai tempat tidur, meletakkan peralatannya, dan aktivitas pribadi lainnya. Kasus 2 Rosana adalah seorang ibu. Ia bekerja di sebuah perusahaan swasta yang terkenal, dan posisinya pun sangat menentukan di perusahaan. Rosana Pagi-pagi sudah berangkat kerja dan kembali ketika matahari sudah kembali keperaduannya. Karena kesibukannya, maka seluruh kegiatan kerumahtanggaan dan mengurus anak diserahkan kepada pembantu, dan ia bertemu dengan anak hanya diwaktu malam ketika mereka sudah mengantuk, bahkan kadang sudah tidur. Kasus 3 Ani adalah aktivis dakwah di kampus. Sebagai seorang aktivis dakwah ia sibuk dengan kegiatan keagamaan, dan kegiatan kampus lainnya yang telah banyak menyita waktunya. Belum lagi tugas-tugas kuliah yang banyak, pembinaan terhadap adik-adik tingkatnya, mentoring, dan kegiatan lainnya. Dengan kesibukan tersebut menjadikan Ani apabila sampai di rumah sudah merasa capek, dan langsung istirahat/tidur. Keinginan Ani adalah ketika sudah di rumah ia harus istirahat untuk memulihkan aktivitasnya di esok hari. Dengan kondisi seperti itu Ani tidak dapat lebih banyak membantu orang tuanya di rumah. Komunikasi secara akrab jarang terjadi dengan anggota keluarganya lain. Walau pun sibuk, ternyata Ani mampu mengukir prestasi yang bagus, IP dapat di raihnya di atas 3, 00. Hal ini menjadikan kebanggaan bagi orang tuanya.

description

xczxcxzcxzcxzcxzcxzcxzcxzcxzcxzcxzcxzcxzcxzcxzcxzcxzcxzcxzcxzcxzcxzcxzcxzbcmnxzbcmnbxzmbcmnxzbmncbmnxzbcmnbxzmncbnmxzbmcnbxznmcbnmxzbcnm

Transcript of Menjadi seorang pembelajar

Page 1: Menjadi seorang pembelajar

Menjadi seorang pembelajar Oleh Almi Afrilla Saleh                 Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Dan tidak ada satu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan (QS. Fatir: 24) *****  Berapa banyak sahabat Anda di sekolah/kantor/kampus/rumah yang produktif? Bagaimana tabiat mereka? Bagaimana kualitas kerja mereka? Bagaimana komunikasinya dengan orang lain? Apa pun kata orang, sesungguhnya setiap wanita sadar produktivitas adalah sesuatu yang langka dan karenanya perlu dihargai. Tetapi ternyata masih sedikit dari wanita yang tahu bagaimana memfungsikan dirinya dalam keluarga, masyarakat, lingkungan kerja, maupun dalam lingkungan pendidikannya, sehingga ia menjadi seorang pembelajar dalam usaha menciptakan produktivitas.Produktivitas adalah suatu kata yang dapat diartikan berbeda-beda menurut pandangan orang dan bagi orang yang melakoninya. Produktivitas merupakan suatu kegiatan yang menghasilkan dan memberikan nilai positif terhadap orang di sekitarnya. Sekarang yang menjadi permasalahan adalah bagaimana seorang wanita dapat menjadi produktif dengan cara membelajarkan orang-orang yang berada di sekelilingnya? Mampukah kita menjadi seorang pembelajar terhadap orang lain dengan konsep tawazzun atau keseimbangan?Berikut marilah kita lihat beberapa kasus yang terjadi pada wanita dalam melakukan kegiatan pembelajaran untuk mencapai suatu produktivitas. Kasus 1.Kita sebut saja namanya Ana. Ia adalah seorang aktivis di kampus dengan seabrek kegiatan. Organisasi-organisasi yang ada di kampus dimasukinya, sehingga hari-harinya menjadi sibuk dan penuh akan kegiatan kampus. Walaupun sibuk beraktivitas Ana tidak pernah melupakan kewajibannya yang utama yaitu kuliah, sehingga Indeks prestasinya (IP) tidak mengecewakan, dimana ia mampu meraih IP diatas 2,50 dan mendapatkan bea siswa. Sebagai seorang aktivis kampus Ana dikenal di kampusnya, bahkan mulai dari rektor sampai kepada cleaning sevice kampus mengenalnya. Dalam motto hidupnya tertanam kuat tiada hari tanpa beraktivitas dan berkarya, waktunya lebih banyak di luar rumah dari pada di rumah. Dengan kondisi seperti itu teman-teman tempat tempat tinggalnya memberi gelar “Djarum Super” maksudnya Dia Jarang di rumah Suka Pergi. Dengan banyaknya kegiatan Ana menjadikan ia kurang berinteraksi dengan lingkungan tempat kostnya, bahkan ia tidak mengenal siapa sebenarnya tetangga kamar tempat tinggalnya. Rumah bagi Ana adalah sebagai tempat tidur, meletakkan peralatannya, dan aktivitas pribadi lainnya.Kasus 2Rosana adalah seorang ibu. Ia bekerja di sebuah perusahaan swasta yang terkenal, dan posisinya pun sangat menentukan di perusahaan. Rosana Pagi-pagi sudah berangkat kerja dan kembali ketika matahari sudah kembali keperaduannya. Karena kesibukannya, maka seluruh kegiatan kerumahtanggaan dan mengurus anak diserahkan kepada pembantu, dan ia bertemu dengan anak hanya diwaktu malam ketika mereka sudah mengantuk, bahkan kadang sudah tidur.Kasus 3Ani adalah aktivis dakwah di kampus. Sebagai seorang aktivis dakwah ia sibuk dengan kegiatan keagamaan, dan kegiatan kampus lainnya yang telah banyak menyita waktunya. Belum lagi tugas-tugas kuliah yang banyak, pembinaan terhadap adik-adik tingkatnya, mentoring, dan kegiatan lainnya. Dengan kesibukan tersebut menjadikan Ani apabila sampai di rumah sudah merasa capek, dan langsung istirahat/tidur. Keinginan Ani adalah ketika sudah di rumah ia harus istirahat untuk memulihkan aktivitasnya di esok hari. Dengan kondisi seperti itu Ani tidak dapat lebih banyak membantu orang tuanya di rumah. Komunikasi secara akrab jarang terjadi dengan anggota keluarganya lain. Walau pun sibuk, ternyata Ani mampu mengukir prestasi yang bagus, IP dapat di raihnya di atas 3, 00. Hal ini menjadikan kebanggaan bagi orang tuanya.Kasus 4Rosi adalah seorang ibu rumah tangga. Waktunya banyak di rumah dengan kegiatan rutinitas sebagai seorang ibu. Memasak, mencuci, membersihkan rumah, mengurus anak dan kegiatan rumah lainnya. Apabila kerja sudah selesai, maka waktu luangnya diisi dengan menonton televisi sebagai pelepas lelah, atau pergi ke rumah tetangga untuk ngombrol apa saja sambil menunggu suaminya pulang. Kegiatan lainnya Ibu Rosi juga ikut arisan di Rtnya dan mengikuti pengajian rutin di mesjid tempat tinggalnya. Kasus 5Ina adalah seorang mahasiswi dengan IP bagus dimana ia mampu meraih IP di atas 3,50. Aktivitasnya adalah kuliah, perpustakaan dan pulang. Ia tidak suka mengikuti kegiatan kampus lainnya. Baginya kuliah dengan baik dan mendapat nilai bagus itu yang utama. Apabila sudah di rumah waktunya banyak dihabiskan untuk membaca atau membantu orang tuanya menyelesaikan pekerjaan kerumahtanggaan lainnya, atau bermain dengan adik-adiknya. Kesibukan di lingkungan tempat tinggalnya jarang diikuti sehingga ia diberi gelar Kuper (kurang pergaulan) oleh teman-

Page 2: Menjadi seorang pembelajar

teman nya di kampus maupun di rumah. Walau pun demikian Ina tidak ambil pusing dengan gelar yang diberikan. Dari beberapa kasus di atas sebenarnya kita dapat menyimpulkan bahwa baik Ana, Ibu Rosana, Ibu Rosi, Ani, dan Ina, mereka adalah wanita-wanita yang produktif. Mereka dapat berkarya dan mengaplikasikan kemampuan yang dimilikinya, dan dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki walaupun dengan cara yang tidak seimbang. Maksudnya di satu sisi mereka mampu menempatkan dirinya dan mempunyai nilai positif, tetapi di sisi lain mereka berada pada nilai yang “negatif”. Atau dapat dikatakan bahwa disatu sisi mereka mampu menempatkan diri sebagai seorang pembelajar untuk mencapai produktivitas, sedangkan disisi lain mereka menjadi orang yang harus di belajarkan supaya produktif.Sekarang yang menjadi permasalahan adalah bagaimana kita dapat menempatkan diri menjadi seorang pembelajar dimana saja berada dengan menerapkan konsep keseimbangan? Di kampus/sekolah/ tempat kerja/ keluarga/ masyarakat mampu menjadi seorang pembelajar, menjadi seorang yang mampu “berdiri” dimana saja kita berada. Ini sulit dilakukan, karena wanita memiliki peran ganda yaitu selain beraktivitas di luar rumah, wanita juga berperan sebagai ibu dalam rumah tangga yang harus mengurus seluruh aktivitas rumah lainnya.Menghadapi dilemma tersebut sebenarnya kita dapat menempatkan diri sebagai ibu di rumah, sebagai anak, sebagai anggota masyarakat, dan sebagai seorang mahasiswa/siswa. Kunci utama adalah bagaimana kita memandang kesimbangan, dan dalam memenej waktu. Mengelola waktu yang ada tentunya butuh perencanaan yang matang dan adanya kemampuan dalam mengambil keputusan yang tepat. Menghadapi tersebut, ada beberapa hal yang dapat dilakukan:1.        Keadilan, yaitu adanya adil dalam memberikan perlakuan, sehingga potensi yang dimiliki

dapat dinikmati oleh semua orang. Ketika kita mampu berdakwah di kampus, mengapa di rumah tidak kita lakukan? Jadi prinsip keadilan harus diterapkan, dan berusahalah untuk menjadi adil dalam membelajarkan orang-orang yang berada di sekitar kita.

2.        Transparansi, yaitu adanya keterbukaan, tepat waktu, jelas, tentang kemampuan diri kita. Sampaikan kepada orang lain tentang keberadaan diri kita, sehingga tuntutan-tuntutan yang semakin banyak dapat di sesuaikan. Jangan malu untuk mengatakan tidak apabila kita tidak mampu dan mengatakan ya apabila kita mampu melakukannya.

3.        Akuntabilitas, yaitu kita memiliki akuntability di bidangnya masing-masing. Dan juga adanya penjelasan mengenai peranan dan tanggun jawab, yang dapat mendukung kegiatan kita untuk menjamin penyeimbangan kebutuhan.

4.        Tanggung jawab, yaitu sadarilah bahwa sebagai seorang wanita kita memiliki tanggung jawab yang lebih berat. Sebagai seorang ibu kita harus mendidik anak-anak, mengelola rumah tangga, berinteraksi dengan anggota masyarakat lainnya, juga bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Ingatlah dimata Allah semuanya sama, yang membedakan hanyalah kadar keimanan kita masing-masing.

5.        Kemandirian, jadilah sebagai seorang yang mandiri, dan tidak menjadi beban orang lain.6.        Kesehatan, yaitu adanya kondisi kesehatan tubuh yang baik yang dapat membantu

aktivitas. Jangan paksakan untuk terus produktif sedangkan stamina tubuh lemah. Akibatnya kita menjadi mendzolimi diri sendiri.

7.        Tawakkal, yaitu setelah kita berusaha untuk produktif, kemudian serahkanlah kepada Allah karena Allahlah penguasa bumi ini dan mengatur segala kehidupan manusia.

8.        Perencanaan, yaitu kita dapat merencanakan secara baik terhadap keputusan yang diambil. Buatlah perencanaan dari setiap bidang kegiatan dan pilihlah apa saja yang lebih utama dilakukan atau mana yang didahulukan untuk dilakukan. Perencanaan ini harus mengacu kepada keseluruhan langkah-langkah kegiatan 1 sampai dengan 6 tersebut di atas.

       Teruslah untuk berusaha karena: “Sesungguhnya penolong kita hanyalah Allah, Rasul dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang tunduk kepada Allah. (QS. 5: 55).  [manajemenqolbu.com]