MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI …

24
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN Oleh: Endang Switri, M.Pd.I Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Qur’an Al-Ittifaqiah Indralaya Email; [email protected] ABSTRAK Sains adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari alam beserta dunia fisik. Metode eksperimen diartikan sebagai cara penyajian materi belajar dengan siswa melakukan percobaan melalui pengalaman dan pembuktian sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajarnya, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri, melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, mencoba mencari hukum dalil. Tulisan ini membahas sains pada anak usia dini kemudian untuk meningkatkan kemampuan sains anak usia dini dengan menggunakan metode eksperimen. Kata Kunci; sains dan metode eksperimen

Transcript of MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI …

Page 1: MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI …

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI DENGAN

MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN

Oleh: Endang Switri, M.Pd.I

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Qur’an Al-Ittifaqiah Indralaya

Email; [email protected]

ABSTRAK

Sains adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari alam beserta dunia fisik. Metode

eksperimen diartikan sebagai cara penyajian materi belajar dengan siswa melakukan

percobaan melalui pengalaman dan pembuktian sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar

mengajarnya, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri, melakukan sendiri,

mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik

kesimpulan sendiri mengenai suatu objek. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami

sendiri, mencari kebenaran, mencoba mencari hukum dalil. Tulisan ini membahas sains pada

anak usia dini kemudian untuk meningkatkan kemampuan sains anak usia dini dengan

menggunakan metode eksperimen.

Kata Kunci; sains dan metode eksperimen

Page 2: MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI …

45

ABSTRACT

Science is a science that learns nature and the physical world. The experimental method is

interpreted as a way of presenting learning materials with students experimenting through the

experience and proving of something learned. In his teaching and learning process, students

are given the opportunity to experience themselves, conduct themselves, follow a process,

observe an object, analyse, prove, and draw their own conclusions about an object. As such,

students are required to experience themselves, seek the truth, try to seek evidence of the law.

This paper discusses science in early childhood to improve early childhood science skills

using experimental methods.

Key words; Science and Experimental methods

Page 3: MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI …

46

A. Pendahuluan

Program pendidikan pada Kelompok Bermain (KB) merupakan wahana pendidikan

anak usia dini untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap,

pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan anak dalam menyesuaikan diri

dengan lingkungannya serta pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya, sekaligus untuk

mempersiapkan anak memasuki pendidikan selanjutnya. Anak usia 4-6 tahun perlu

dimasukkan dalam Kelompok Bermain (KB) atau Taman Penitipan Anak (TPA).51

Hakikat pendidikan berfokus bagaimana siswa belajar dan bukan berfokus pada

bagaimana guru mengajar. Jhon Dewey menekankan bahwa belajar adalah apa yang harus

dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri. oleh karena itu, inisiatif guru datang dari siswa.

Guru adalah pembimbing dan pengarah, yang mengemudikan perahu, tetapi tenaga yang

harus menggerakkan perahu tersebut haruslah berasal dari siswa yang belajar.52

Guru adalah ujung tombak dan mata rantai keberhasilan pendidikan. Sebagai ujung

tombak dan mata rantai keberhasilan pendidikan, guru harus memiliki kualitas. Dan salah

satu kemampuan dasar seorang guru dijelaskan, guru harus kreatif melaksanakan proses

belajar mengajar. Baik pada proses pemilihan bahan ajar, metode maupun alat yang

digunakan sebagai bahan penunjang pembelajaran. Apalagi untuk guru yang mengajar di

jenjang pendidikan paling bawah (TK) dan sejenisnya.

Proses pembelajaran di TK memang sangat memerlukan kreativitas. Di dalam

menyampaikan pelajaran, kreativitas guru menjadi wajib hukumnya karena memang

kenyataan dalam proses penyampaian pelajaran di TK tidak semudah seperti yang dilihat:

bernyanyi, bersorak, atau melompat-lompat.53

Salah satu metode yang dapat digunakan

dalam pembelajaran agar tidak terkesan monoton yaitu metode eksperimen yang mengajak

anak untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

Metode eksperimen sangat sesuai dengan karakteristik anak usia dini karena pada

masa ini rasa keingintahuan anak sangat tinggi terhadap fenomena alam sekitar dan

hubungan sebab akibat yang ditimbulkannya sehingga menjadikan metode ini sebagai

salah satu metode pembelajaran bagi anak usia dini yang tepat dan efektif untuk

51

Widarmi D Wijana, dkk, Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, (Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014), hlm. 8.1 dan 8.17

52D. Deni Koswara dan Halimah, Bagaimana Menjadi Guru Kreatif?, (Bandung: PT Pribumi Mekar, 2008), hlm.

5. 53

D. Koswara dan Halimah, Bagaimana Menjadi Guru Kreatif?, hlm. 44.

Page 4: MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI …

47

mengoptimalisasi potensi anak dalam pembentukan pengembangan perilaku. 54

Anak

memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Rasa ingin tahu tersebut perlu difasilitasi oleh orang

dewasa, termasuk orang tua/ tutor/ guru yang berfungsi sebagai guru anak. Anak tidak

dipaksakan untuk belajar. Anak dapat belajar apa saja sejak dini, termasuk belajar sains.55

B. Pembahasan

1. Hakikat Anak Usia Dini

Ditinjau dari segi usia, anak usia dini adalah anak yang berada dalam rentang usia

0-8 tahun. Standar usia ini adalah acuan yang digunakan oleh NAEYC (National

Assosiation Education for Young Child. Menurut definisi ini anak usia dini merupakan

kelompok yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini

mengisyaratkan bahwa anak usia dini adalah individu unik yang memiliki pola

pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosio-emosional,

kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tahapan yang sedang

dilalui oleh anak tersebut.56

Jadi berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

anak usia dini adalah anak yang berada dalam rentang usia 0-8 tahun yang memiliki

karakteristik pola pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan tahapan usia. Anak

usia dini adalah individu unik yang unik yang memiliki pola pertumbuhan dan

perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosio emosional, kreativitas, bahasa dan

komunikasi sesuai dengan tahap yang dilalui anak.

Ada beberapa karakteristik anak usia dini yang menonjol dalam kaitannya dengan

aktivitas belajar. Karakteristik anak yang dimaksud adalah unik, egosentris, aktif dan

energik, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, eksploratif dan berjiwa petualang,

mengekspresikan perilaku relatif spontan, kaya dengan fantasi, mudah frustasi, kurang

mempertimbangkan dalam melakukan sesuatu, memiliki daya perhatian yang masih

pendek, bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman, serta semakin

menunjukkan minat terhadap teman. 57

Jadi berdasarkan uraian di atas karakteristik anak

usia dini adalah meliputi unik, egosentris, aktif dan energik, dan lain sebagainya akan

berkembang sesuai dengan tahapan usia dalam kaitannya dengan aktivitas belajar anak.

54

Winda Gunarti, dkk, Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini, (Jakarta:

Universitas Terbuka, 2010), hlm. 11.1. 55

Agung Triharso, Permainan Kreatif dan Edukatif untuk Anak Usia Dini, (Yogyakarta: CV ANDI OFFSET, 2010), hlm. 46.

56Widarmi D Wijana, dkk, Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, hlm. 1.6.

57Mohammad Ali, dkk, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (bagian IV), hlm. 102-103.

Page 5: MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI …

48

Uraian di atas mendeskripsikan gambaran umum karakteristik anak usia dini yang

secara kronologis tentunya memiliki perbedaan-perbedaan yang lebih spesifik:58

a. Usia 0-2 tahun

Keterampilan dasar baik yang berupa keterampilan lokomotor (bergulir, duduk,

berlari, merangkak, dan berjalan), keterampilan memegang benda, pengindraan

(melihat, mencium, mendengar, dan merasakan sentuhan), maupun kemampuan

untuk mereaksi secara emosional dan sosial (berhubungan dengan orang tua,

pengasuh, dan orang-orang dekat lainnya).

b. Usia 2-3 tahun

Pada usia ini ia memiliki kekuatan observasi yang tajam, ia menyerap dan

membuat pembendaharaan bahasa baru, belajar tentang jumlah, membedakan antara

konsep satu dengan banyak, mulai senang mendengarkan cerita-cerita sederhana, dan

mulai gemar melihat buku-buku.

c. Usia 3-4 tahun

Anak masih mengalami perkembangan yang pesat baik secara fisik, perilaku

motorik, berpikir fantasi, maupun dalam kemampuan mengatasi frustasi. Dalam

aspek keterampilan motorik, lazimnya anak usia 4 tahun dapat menguasai semua

jenis gerakan-gerakan tangan kecil seperti memungut benda kecil, memagang pensil,

memasukkan kancing baju, dan sejenisnya. Dalam aspek perilaku sosial, meskipun

sifat ego sentriknya masih melekat, anak sudah dapat bekerja dalam suatu aktivitas

tertentu dengan cara-cara yang lebih kooperatif. Pada usia ini anak memiliki

kehidupan fantasi yang lebih kaya sehingga dapat memperlihatkan kesiapan untuk

mendengarkan cerita secara lebih lama.

d. Usia 4-5 tahun

Memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat. Ia banyak

memperlihatkan, membicarakan atau bertanya tentang berbagai hal yang sempat

dilihat dan didengarnya. Secara khusus, anak pada usia ini memiliki keinginan yang

kuat untuk lebih mengenal tubuhnya sendiri, ia senang dengan nyanyian, permainan,

dan/ atau rekaman yang membuatnya untuk lebih mengenal tubuhnya tersebut.

58

Mohammad Ali, dkk, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (bagian IV), hlm. 102-103.

Page 6: MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI …

49

e. Usia 5-6 tahun (Sering disebut sebagai usia berkelompok).

Perkembangan sosialnya ditandai dengan mulai tingginya minat anak terhadap

aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai

anggota suatu kelompok.

Jadi berdasarkan uraian mengenai gambaran umum karakteristik anak usia dini

di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai

dengan tingkatan usia. Pada awalnya anak mengalami perubahan mulai dari

kemampuan dan keterampilan lokomotor (bergulir, duduk, merangkak, berjalan, dan

berlari), penginderaan (melihat, mencium, mendengar, dan merasakan sentuhan), dan

kemampuan mereaksi secara sosial emosional. Selanjutnya anak mulai memiliki

kesenangan untuk melakukan aktivitas ke sana kemari. Anak mulai menguasai

gerakan-gerakan tangan kecil seperti memungut benda kecil, memegang pensil.

Perkembangan sosialnya ditandai dengan minat terhadap aktivitas teman-teman.

f. Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun

Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek perkembangan mental

yang bertujuan untuk memisahkan kenyataan sebenarnya dengan fantasi,

menjelaskan kenyataan dan menentukan hukum-hukumnya, memilih kenyataan yang

berguna bagi kehidupan, dan menentukan kenyataan yang sesungguhnya di balik

sesuatu yang nampak.59

Perkembangan kognitif anak berlangsung secara teratur dan berurutan sesuai

dengan perkembangan umurnya. Piaget mengemukakan proses anak mampu berpikir

seperti orang dewasa melalui empat tahap, yaitu tahap sensori motor (0-2 tahun), tahap

praoperasional (2-7 tahun), tahap operasional konkret (7-11), tahap operasional formal

(11-15 tahun). Taman Kanak-kanak berada pada tahap praoperasional (2-7 tahun). Pada

tahap ini perkembangan sangat pesat. Lambang-lambang bahasa yang dipergunakan

untuk menunjukkan benda-benda nyata bertambah dengan pesatnya. Kemampuan yang

diambil hanya berdasarkan intuisi, bukan berdasarkan analisis rasional.60

Berdasarkan hakikat perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun di atas dapat

disimpulkan bahwa perkembangan kognitif anak berlangsung secara berurutan sesuai

dengan perkembangan umurnya. Pada tahap ini anak berada pada tahap 59

Mohammad Ali, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (bagian 1), (Bandung: PT IMPERIAL, 2012), hlm. 130. 60

Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih, Perkembangan Peserta Didik, hlm. 1.14-1.15.

Page 7: MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI …

50

praoperasional, yaitu perkembangan bahasa sangat pesat, kemampuan yang diambil

berdasarkan intuisi, bukan berdasarkan analisis rasional.

2. Definisi Sains

Menurut Munandar, bahwa kemampuan merupakan daya untuk melakukan

sesuatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Sesorang dapat melakukan

sesuatu karena adanya kemampuan yang dimiliknya. Dalam pandangan Munandar,

kemampuan ini ialah potensi seseorang yang merupakan bawaan sejak lahir serta

dipermatan dengan adanya pembiasaan dan latihan, sehingga mampu melakukan

sesuatu. Senada dengan Munandar, Robin juga menyatakan bahwa kemampuan

merupakan suatu kapasitas berbagai tugas dalam suatu pekerjaan tertentu. 61

Maka

berdasarkan pendapat di atas kemampuan adalah suatu potensi yang dimiliki seseorang

dipermatang melalui latihan sehingga mampu melakukan sesuatu.

Sedangkan sains adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari alam beserta

dunia fisik.62

Sains adalah pengetahuan sistematis yang diperoleh dari suatu observasi,

penelitian, dan uji coba yang mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu

yang sedang diselidiki, dipelajari, dan sebagainya. 63

Ilmu pengetahuan tentang alam

semesta mencakup kegiatan penyelidikan atau penelitin yang diawali dengan kesadaran

adanya masalah. Pada dasarnya seorang ilmuan tentang alam adalah pengamat

(observer). Thomas Khun mengemukakan pandangannya tentang perkembangan sains.

Dengan menggunakan paradigm pengertian Khun menyatakan bahwa sains berkembang

dari satu paradigm ke paradigm lain melalui tahapan tertentu. Sains mencakup ranah

proses, produk, sikap, nilai dan moral. Komponen dalam proses mencakup identifikasi

masalah, observasi, menyusun hipotesis/ membuat prediksi, menganalisis,

mengekstrapolasi, dan mensintesis. Komponen produk meliputi fakta, konsep, dan

generalisasi. Sedangkan komponen sikap, nilai dan moral meliputi rasa ingin tahu yang

tinggi, kritis, kreatif, rendah hati, skeptis, berpandangan terbuka, mencintai linkungan,

mengakui keteraturan alam sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.64

Jadi sains suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari alam beserta dunia fisik yang

diperoleh melalui observasi, penelitian, dan uji coba. Kemampuan sains adalah sejauh 61

Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Predana Media Group, 2012), hln. 97, dalam

Skripsi Yan Putri Nim 2014.02.016, Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Bagi Anak Melalui Media Tiga Dimensi di Kelompok A TK Pertiwi Indralaya, hlm. 23

62Imam Taufik, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Ganeca Exact, 2010), hlm. 927.

63Putri Lestari, Kisah Dodo dan Lebah Madu yang Bijaksana, (Tangerang: PT ALBAMA, 2017), hlm. 60

64Mohammad Ali, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III: Pendidikan Disiplin Ilmu, (Bandung: PT. IMTIMA,

2009), hlm. 191-192.

Page 8: MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI …

51

mana anak sanggup atau mampu mempelajari ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

alam beserta dunia fisik.

a) Perkembangan Sains Anak Usia

Tujuan program pengembangan pembelajaran sains yang dihubungkan dengan

dimensi sains proses diarahkan pada penguasaan keterampilan-keterampilan yang

diperlukan dalam menggali dan mengenali sains. 65

Ruang lingkup program

pengembangan pembelajaran sains apabila ditinjau dari bidang pengembangan atau

kemampuan yang harus dicapai, maka terdapat tiga dimensi yang seharusnya

dikembangkan bagi anak usia dini, yaitu penguasaan produk sains, penguasaan

proses sains, dan pengembangan sikap-sikap sains.66

Dalam berbagai sumber dinyatakan bahwa hakikat sains adalah produk, proses

dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat di dalamnya.

Produk sains yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori dapat dicapai

melalui penggunaan proses sains. Belajar sains atau mempelajarkan sains kepada

siswa adalah memberikan kesempatan dan bekal untuk memproses sains dan

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari melalui cara-cara yang benar dan

mengikuti etika keilmuan dan etika yang berlaku dalam masyarakat.67

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan pengembangan pembelajaran sains

diarahkan pada penguasaan keterampilan dalam menggali dan mengenali sains.

Belajar sains memberikan kesempatan dan bekal untuk memproses sains dan

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya Sains di Usia Dini yaitu anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat

tinggi. Rasa ingin tahu tersebut perlu difasilitasi oleh orang dewasa, termasuk orang

tua/ tutor/ guru yang berfungsi sebagai guru anak. Anak Tidak dipaksakan untuk

belajar. Anak dapat belajar apa saja sejak dini, termasuk belajar sains. Belajar sains

sejak dini dimulai dengan memperkenalkan alam dan lingkungan. Hal tersebut akan

memperkaya pengalaman anak. Anak belajar bereksperimen, bereksplorasi, dan

menginvestigasi lingkungan sekitarnya. Hasilnya, anak mampu membangun suatu

pengetahuan yang nantinya dapat digunakan pada masa dewasanya.68

65

Usman Samatowa, Metodologi Pembelajaran Sains untuk Pendidikan Anak Usia Dini, (Tanggerang: Tira Smart, 2018), hlm. 68-69.

66

Usman Samatowa, Metodologi Pembelajaran Sains untuk Pendidikan Anak Usia Dini, hlm. 68-69. 67

Nuryani Rustaman, dkk, Metode dan Pembelajaran IPA SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), hlm. 1.52. 68

Agung Triharso, Permainan Kreatif & Edukatif untuk Anak Usia Dini, (Yogyakarta: CV Andi Offset), hlm. 49.

Page 9: MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI …

52

Teori konstruktivis percaya bahwa pengetahuan akan dibangun secara aktif oleh

anak melalui persepsi dan pengalaman langsung dengan lingkungannya. Anak banyak

bersentuhan dengan alam akan lebih baik dalam memaknai dunia mereka sehingga anak

perlu mendapatkan kesempatan berinteraksi dengan lingkungan mereka. Sains untuk

anak usia dini didasarkan pada keingintahuan pada diri anak. Kegiatan sains sendiri

bukan sekadar mengajak anak untuk melakukan pengamatan, tetapi juga mengajak anak

untuk mempelajari keaksaraan, hitungan, seni, musik, dan gerakan. 69

Dari pandangan konstruktivis, sains untuk anak usia dini mengajak anak bermain

dan mengeksplorasi lingkungannya. Dalam bermain, ketika mengeksplorasi dan

bereksperimen anak akan mendapatkan pemahaman baik dari keterampilan proses dan

juga konsep sains, bukan sekedar berfokus pada hasil akhir dari suatu jawaban yang

benar. Kesempatan untuk melakukan eksplorasi dan eksperimen berulang-ulang,

banyaknya bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan anak, dan tersedianya waktu untuk

bertanya dan melakukan refleksi sangat penting untuk mendukung kesuksesan dan

menciptakan kemampuan memecahkan masalah bagi anak.70

Sebagai ilmuwan cilik, anak usia dini akan melakukan pengamatan terhadap

segala hal di lingkungannya, menciptakan sesuatu, memiliki ide-ide baru, menyelidiki,

menganalisis, dan mengevaluasi objek yang ditelitinya. Sains sebagai sistem untuk

mengetahui tentang alam semesta perlu dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan

melalui pengumpulan data. Tutor/ guru perlu mengajak anak untuk melakukan proses

mengamati dan menduga. Mengamati merupakan penggunaan semua indra anak untuk

mengumpulkan data tentang suatu objek atau fenomena. Mengamati merupakan suatu

proses aktif bukan sekedar pasif melihat sesuatu yang sedang terjadi. Mengamati

merupakan keterampilan dasar yang di dalamnya mengandung unsur-unsur menduga,

mengukur, dan mengkomunikasikan.71

Sementara itu, menduga adalah mengumpulkan pendapat atau pikiran

berdasarkan bukti-bukti. Dugaan akan mengembangkan hipotesis,

menginterpretasikan data, dan mengidentifikasi pola-pola hal umum yang mungkin

terjadi, dan kecenderungan tertentu. Anan usia dini akan memaknai dunia dari pola

generalisasi, dan kecenderungan tersebut.72

69

Agung Triharso, Permainan Kreatif & Edukatif untuk Anak Usia Dini, (Yogyakarta: CV Andi Offset), hlm 50. 70

Agung Triharso, Permainan Kreatif & Edukatif untuk Anak Usia Dini, (Yogyakarta: CV Andi Offset), hlm 51. 71

Agung Triharso, Permainan Kreatif & Edukatif untuk Anak Usia Dini, hlm. 51 72

Agung Triharso, Permainan Kreatif & Edukatif untuk Anak Usia Dini, hlm. 52

Page 10: MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI …

53

Dalam melakukan proses ilmiah, anak perlu belajar memahami fenomena,

menjawab pertanyaan, mengembangkan teori, menemukan informasi yang lebih

banyak tentang sesuatu, dan mempertanyakan kesimpulan yang diperoleh anak lain.

Ketika anak-anak sedang bermain dengan bahan-bahan yang ada di lingkungannya

dia mendapatkan fakta-fakta dan informasi tentang dunianya. Anak perlu

menggabungkan fakta-fakta dan mengetahui jawaban yang bersifat sebab akibat.

Mengajarkan fakta yang berbeda kepada anak dapat dilakukan menggunakan fakta-

fakta yang ada untuk berpikir, beralasan, dan memecahkan masalah.73

Mengenalkan sains sejak dini untuk menumbuhkan kesadaran terhadap

lingkungan sangat penting. Anak akan terus memiliki rasa ingin tahu dan

mengeksplorasi lingkungannya. Sifat ingin tahu merupakan dasar bagi anak untuk

berpikir ilmiah. Guru sebagai fasilitator dan stimulator dapat memberikan

pendampingan bagi anak sehingga pembelajaran sains yang optimal terjadi.74

Pengenalan sains untuk anak TK lebih ditekankan pada proses daripada

produk. Proses sains dikenal dengan ilmiah, yang secara garis besar meliputi: 1)

observasi, 2) menemukan masalah, 3) melakukan percobaan, 4) menganalisis data,

dan 5) mengambil kesimpulan. Untuk anak TK keterampilan proses sains hendaknya

dilakukan secara sederhana sambil bermain. Kegiatan sains memungkinkan anak

melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda tak

hidup yang ada di sekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda gejala peristiwa

dari benda-benda tersebut. 75

Sains juga melatih anak menggunakan lima indranya untuk mengenal berbagai

gejala dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan,

dan mendengar. Semakin banyak melibatkan indra dalam belajar, anak semakin

memahami apa yang dipelajari. Anak memperoleh pengetahuan baru hasil

pengindraannya dengan berbagai benda yang ada disekitarnya. Pengetahuan yang

diperoleh akan berguna sebagai modal berpikir lanjut. Melalui proses sains, anak dapat

melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan

sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis.76

73

Agung Triharso, Permainan Kreatif & Edukatif untuk Anak Usia Dini, hlm. 52 74

Agung Triharso, Permainan Kreatif & Edukatif untuk Anak Usia Dini, hlm. 52. 75 Slamet Suyanto, Pembelajaran untuk Anak TK, (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Jakarta 2005), hlm. 83.

76Slamet Suyanto, Pembelajaran untuk Anak TK, hlm. 83.

Page 11: MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI …

54

Jadi berdasarkan uraian mengenai sains di usia dini di atas dapat disimpulkan

bahwa belajar sains sejak sejak dini dimulai dengan memperkenalkan alam dan

lingkungan untuk memperkaya pengalaman anak. Guru memberikan pendampingan

pada anak untuk mempelajari sains. Kegiatan sains melakukan pengamatan terhadap

segala hal di lingkungannya. Melakukan proses ilmiah, anak perlu memahami

fenomena, menjawab pertanyaan, mengembangkan teori, menemukan informasi

tentang sesuatu, dan mempertanyakan kesimpulan yang diperoleh anak lain.

Adapun Kegiatan pengenalan sains untuk anak TK antara

lain:77

a) Observasi

Observasi adalah berlatih menggunakan semua indranya untuk melakukan

observasi atau pengindraan terhadap berbagai benda. Anak juga berlatih mengenal

nama benda, mengamati bagian-bagian, memberi nama bagian, serta fungsinya.

b) Klasifikasi

Klasifikasi adalah mengelompokkan benda-benda berdasarkan ciri tertentu.

Gunakan satu jenis ciri terlebih dahulu dan jangan menggunakan dua atau tiga ciri

sekaligus. Ciri tersebut bisa berupa warna, ukuran (besar-kecil, tinggi-rendah, dan

ssebagainya), bentuk, dan fungsi.

c) Melakukan Pengukuran

Melakukan pengukuran adalah menggunakan alat ukur untuk mengukur jarak,

berat, dan volume dimulai dengan alat ukur nonstandar menuju ke alat ukur standar.

d) Menggunakan Bilangan

Menggunakan bilangan adalah menggunakan untuk menyatakan sesuatu

secara kuantitatif. Anak juga dapat menghitung banyak benda, membaca angka

seperti pada alat ukur, dan menuliskan angka.

e) Mengenal Produk Teknologi

Mengenal produk teknologi adalah mengenal berbagai produk teknologi,

cara menggunakannya, dan algoritme/ sistem kerja di dalamnya.

f) Mengenal berbagai benda tak hidup dan gejalanya

Yaitu berinteraksi, melakukan eksplorasi/ penyelidikan, dan percobaan

sederhana dengan berbagai benda seperti air, angin, api, dan magnet.

77

Slamet Suyanto, Pembelajaran untuk Anak TK, hlm. 85-86.

Page 12: MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI …

55

g) Mengenal berbagai benda hidup dan gejalanya

Yaitu berinteraksi dan melakukan melakukan eksplorasi terhadap makhluk

hidup dan gejalanya.

Jadi kegiatan dapat mengenalkan sains untuk anak TK melalui anak mengamati

benda di sekitarnya, mengelompokkan benda-benda berdasarkan ciri tertentu, anak

melakukan pengukuran jarak, berat, dan lain sebagainya, menghitung banyak benda,

mengenal benda hidup dan benda tak hidup.

Sedangkan Rambu-rambu Kegiatan Sains untuk Anak TK; Kegiatan

pengenalan sains untuk anak usia 5-6 tahun sebaiknya disesuaikan dengan tingkat

perkembangan anak. Guru TK hendaknya tidak menjejalkan konsep sains kepada

anak, tetapi memberikan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan anak

menemukan sendiri fakta dan konsep sederhana tersebut. Teori Experimental

Learning dari Carl Roger mengisyaratkan pentingnya pembelajaran yang sesuai

dengan keinginan dan kebutuhan anak. Menurutnya anak secara alamiah dengan

kapasitas dan kemauan untuk belajar. Fungsi guru ialah memfasilitasi dan membantu

agar anak dapat belajar secara optimal. Menurut Piaget (1972), anak usia TK berada

pada fase perkembangan Pra operasional dan menuju Konkret operasional. Untuk itu

kegiatan sains sebaiknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak tersebut.78

Jadi dalam mengenalkan sains untuk anak TK guru harus menyesuaikan

dengan tingkat perkembangan anak karena guru ialah memfasilitasi dan membantu

akan anak belajar optimal. Guru memberikan kegiatan pembelajaran yang

memungkinkan anak menemukan sendiri fakta tersebut.

Kemudian kriteria pembelajaran sains untuk anak

TK:79

a) Bersifat Konkret

Kegiatan pembelajaran dilakukan sambil bermain dengan benda-benda

konkret (nyata). Guru tidak dianjurkan menjejali anak dengan konsep-konsep

abstrak, tetapi menyediakan berbagai benda-benda dan fasilitas lainnya yang

diperlukan agar anak dapat menemukan sendiri konsep tersebut.

b) Hubungan Sebab-Akibat Terlihat Secara Langsung

Anak tidak dapat menghubungkan sebab-akibat yang tidak terlihat secara

langsung. Sebaliknya, hubungan sebab-akibat yang terlihat secara langsung akan

78

Slamet Suyanto, Pembelajaran untuk Anak TK, hlm. 86-92 79

Slamet Suyanto, Pembelajaran untuk Anak TK, hlm. 86-92

Page 13: MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI …

56

memudahkan anak mengetahui adanya hubungan sebab-akibat. Sains kaya akan

kegiatan yang melatih anak menghubungkan sebab-akibat. Sebagai contoh, anak

bermain dengan neraca kayu. Guru dapat bertanya, “Jika beban pada satu lengan

ditambah, ia akan naik atau akan turun?” “Jika beban tersebut digeser ke arah

sumbu, beban akan naik atau turun?”

(1) Memungkinkan anak melakukan eksplorasi

(2) Memungkinkan anak mengkonstruksi pengetahuan sendiri

(3) Memungkinkan anak menjawab persoalan “Apa” daripada “Mengapa”

(4) Lebih menekankan pada proses daripada produk

(5) Memungkinkan anak menggunakan bahasa dan matematika

(6) Menyajikan kegiatan yang menarik

Jadi kriteria pembelajaran sains untuk anak itu harus kegiatan pembelajaran

dilakukan sambil bermain dengan benda-benda yang nyata, guru menyediakan

berbagai benda-benda dan fasilitas lainnya yang diperlukan anak. Kegiatan sains

melatih anak dalam menghubungkan sebab-akibat.

b) Kriteria Tingkat Keberhasilan

Untuk mencapai pengembangan sains anak harus menguasai kemampuan

berpikir yang termasuk ranah kognisi dengan tingkat pencapaian minimal baik

penguasaan kemampuan berpikir yang termasuk ranah kognisi memiliki beberapa

tingkatan. Tingkatan penguasaan tersebut bisa kita lihat pada table sebagai berikut80

:

No. Interval Kriteria Nilai Anak

1 81-100% Sangat Baik

2 61-80% Baik

3 41-60% Cukup

4 21-40% Kurang

5 0-20% Kurang Sekali

c) Prosedur dan Teknik dalam Mengenal Alam dan Fenomenanya yang Harus

Dikuasai Anak

Secara bertahap dan sederhana diperkenalkan dengan proses mengungkapkan

sains yang benar, yaitu mengamati, menggolongkan, mengukur, menguraikan,

Page 14: MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI …

80Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), hlm.44

Page 15: MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI …

57

menjelaskan, mengajukan pertanyaan, merumuskan problem, merumuskan hipotesis,

eksperimen, dan menarik kesimpulan.81

Jenis-jenis keterampilan proses IPA adalah:82

a. Mengamati

Mengamati adalah kegiatan yang melibatkan satu atau lebih alat indra. pada

tahap pengamatan orang hanya mengatakan kejadian yang mereka lihat, dengar,

rab, rasa, dan cium. Pada tahap ini seseorang mengumpulkan petunjuk.

b. Menggolongkan/ Mengklasifikasi

Menggolongkan adalah memilah objek dan/ peristiwa berdasarkan

persamaan sifat khususnya, sehingga diperoleh kelompok sejenis dari objek atau

peristiwa yang dimaksud.

c. Mengukur

Mengukur adalah kegiatan membandingkan benda yang diukur dengan

satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.

d. Mengkomunikasikan

Mengkomunikasikan adalah kegiatan menyampaikan perolehan fakta,

konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk audio, visual, dan audio

visual. Cara-cara komunikasi yang sering digunakan dalam ilmu pengetahuan

selain dengan bahasa tulis maupun lisan adalah melalui sajian bentuk grafik, tabel,

gambar, bagan, simbol/ lambang, persamaan matematika.

e. Menginterpretasi Data

Menginterpretasi data adalah memberi makna pada data yang diperoleh dari

pengamatan karena data tidak berarti apa-apa sebelum diartikan

f. Memprediksi

Memprediksi adalah menduga sesuatu yang akan terjadi berdasarkan

berdasarkan pola-pola peristiwa atau fakta-fakta yang sudah terjadi. Prediksi

biasanya dibuat dengan cara mengenal persamaan dan hasil berdasarkan pada

pengetahuan yang sudah ada.

g. Menggunakan Alat

Menggunakan alat adalah kegiatan merangkai dan menggunakan alat-alat

untuk kegiatan pengujian atau kegiatan percobaan/ eksperimen. 81

Usman Samatowa, Metodologi Pembelajaran Sains untuk Pendidikan Anak Usia Dini, hlm. 8. 82

Haryono, dkk, Pembelajaran IPA yang Menarik dan Mengasyikan: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:

Kepel Press, 2013), hlm 45-49

Page 16: MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI …

58

h. Melakukan percobaan

Melakukan percobaan adalah keterampilan untuk mengadakan pengujian

terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan

sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak ide-ide itu.

i. Menyimpulkan

Menyimpulkan adalah keterampilan memutuskan keadaan suatu objek

berdasarkan fakta, konsep, prinsip yang diketahui.

Jadi prosedur dalam mengenalkan alam pada anak yang pertama mempunyai

tahapan, yaitu anak di ajak mengamati proses pembelajaran, menggolongkan objek

berdasarkan sifat, membandingkan, menyampaikan fakta yang di dapat dari hasil

belajar, menggunakan alat untuk kegiatan percobaan, melakukan percobaan untuk

menguji ide-ide yang bersumber dari fakta, dan menyimpulkan suatu objek

berdasarkan fakta yang diketahui.

3. Metode Eksperimen

Menurut Sagala (2006), Sumantri dan Permana (1998/1999) menyatakan bahwa

eksperimen adalah pecobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis

tertentu. Metode eksperimen dalam pembelajaran adalah cara penyajian bahan pelajaran

yang memungkinkan siswa melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri suatu

pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Dalam proses pembelajaran dengan metode

eksperimen siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri, mengikuti proses,

mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri

tentang suatu objek, keadaan atau proses tertentu. Peranan guru dalam metode

eksperimen adalah memberi bimbingan agar eksperimen itu dilakukan dengan teliti

sehingga tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan.83

Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian materi belajar dengan

siswa melakukan percobaan melalui pengalaman dan pembuktian sesuatu yang

dipelajari. 84

Jadi metode eksperimen adalah penyajian materi belajar dengan siswa

melakukan percobaan terhadap pembelajaran. Siswa dituntut untuk mengalami sendiri,

mencari kebenaran, mencoba, dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya

melalui kegiatan eksperimen.

83

Sungkowo Soetopo, Beberapa Strategi Pembelajaran, (Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya, 2015),hlm. 125-126.

84Tiana Juliansyah, Mengajar Tanpa Bosan: Kiat-kiat Terbaik untuk Guru, (Bandung: PT Setia Purna Inves,

2008), hlm. 55.

Page 17: MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI …

59

Siswa mampu menyimpulkan Adapun Tujuan Metode Eksperimen agar: fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh

Siswa mampu merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan percobaan.

Siswa mampu merancang, mempersiapkan logika berfikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang dikumpulkan melalui percobaan

Siswa mampu berpikir sistematis, disiplin tinggi, hidup teratur dan rapi85

Sedangkan Alasan Penggunaan Metode Eksperimen Dapat menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah

Dapat memungkinkan siswa belajar secara aktif dan mandiri

Dapat mengembangkan sikap dan perilaku kritis, tidak mudah percaya sebelum ada

bukti-bukti nyata86

Selanjutnya Kelebihan Metode Eksperimen sebagai berikut;

Membuat siswa menjadi lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya.

Membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Hasil hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran

manusia. 87

Jadi metode eksperimen bisa membuat siswa mengetahui kebenaran suatu

pembelajaran karena siswa terlibat langsung dalam melakukan percobaan. Kekurangan

Metode Eksprimen sebagai berikut;

Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan ahan yang tidak diperoleh dan mahal.

Metode ini menuntut ketelitian, keuletan, dan ketabahan.

Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin

ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan. 88

Jadi selain mempunyai kelebihan metode eksperimen juga mempunyai

kekurangan karena dalam melakukan percobaan membutuhkan alat dan bahan,

85

Sungkowo Soetopo, Beberapa Strategi Pembelajaran, hlm. 25-34. 86

Sungkowo Soetopo, Beberapa Strategi Pembelajaran, hlm. 125-126. 87

Tiana Juliansyah, Mengajar Tanpa Bosan: Kiat-kiat Terbaik untuk Guru, hlm. 55. 88

Tiana Juliansyah, Mengajar Tanpa Bosan: Kiat-kiat Terbaik untuk Guru, hlm. 55-56.

Page 18: MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI …

60

memerlukan ketelitian dan keuletan, dan setiqp percobaan tidak selalu memberikan

hasil yang diharapkan.

Kemudian ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan metode eksperimen

adalah sebagai berikut:89

Guru harus menjelaskan secara gambling hasil yang ingin dicapai dengan

eksperimen

Guru harus menjelaskan prosedur eksperimen, bahan-bahan eksperimen yang

diperlukan, peralatan yang diperlukan, dan cara penggunaannya, variabel yang perlu

di control, dan hal yang perlu dicaatat selama eksperimen

Mengawasi pelaksanaan eksperimen dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan

Meminta setiap siwa melaporkan proses dan hasil eksperimennya, membanding-

bandingkannya dan mendiskusikannya, untuk mengetahui kekurangan dan kekeliruan

yang mungkin terjadi

Teknik eksperimen kerap kali digunakan karena memiliki keunggulan ialah:90

Dengan eksperimen siswa terlatih untuk menggunakan metode ilmiah dalam

menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya dengan sesuatu yang

belum pasti kebenarannya, dan tidak mudah percaya kata orang, sebelum ia

membuktikan kebenarannya.

Mereka lebih aktif berfikir dan berbuat; hal itu sangat dikehendaki oleh kegiatan

mengajar belajar yang modern, di mana siswa lebih aktif belajar sendiri dengan

bimbingan guru.

Siswa dalam melaksanakan proses eksperimen di samping memperoleh ilmu

pengetahuan; juga menemukan pengalaman praktis serta keterampilan dalam

menggunakan alat-alat percobaan.

Dengan eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran sesuatu teori, sehingga

akan mengubah sikap mereka yang tahayyul, ialah peristiwa-peristiwa yang tidak

masuk akal.

Jadi keunggulan dari metode eksperimen di atas dapat disimpulkan bahwa melalui

metode eksperimen anak terlatih untuk menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi

89

Roestiyah N. K, Strategi Belajar Mengajar, Roestiyah N.K,. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hlm. 82.

90

Roestiyah N. K, Strategi Belajar Mengajar, hlm. 82.

Page 19: MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI …

61

masalah sehingga tidak mudah percaya terhadap sesuatu yang belum pasti, anak lebih

aktif berpikir, anak menemukan pengalaman baru, dengan menggunakan metode

eksperimen anak dapat membuktikan sendiri kebenaran suatu teori.

Agar penggunaan teknik eksperimen itu efisien dan efektif, perlu pelaksana

memperhatikan hal-hal berikut:91

Eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan

atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa.

Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau

mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan

percobaan yang digunakan harus baik dan bersih.

Dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses

percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama; sehingga mereka

menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu.

Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih; maka perlu diberi

petunjuk yang jelas, sebab mereka di samping memperoleh pengetahuan,

pengalaman serta keterampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu

diperhitungkan oleh guru dalam memilih objek eksperimen itu.

Perlu dimengerti bahwa tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah

yang mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan sosial dan keyakinan manusia.

Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak

bisa diadakan percobaan karena alatnya belum ada.

Jadi dalam melakukan eksperimen ada hal-hal yang harus diperhatikan, seperti

menyiapkan alat dan bahan, alat dan bahan yang digunakan tidak membahayakan dan

dalam keadaan baik dan bersih, dan tidak semua masalah bisa di eksperimenkan.

Adapun langkah-langkah pemakaian metode eksperimen Terhadap Sains Anak

Usia Dini adalah sebagai berikut:92

a. Tahap I: mempersiapkan eksperimen

1) Menentukan tujuan eksperimen yang berkaitan dengan konsep/ konten materi yang

akan disampaikan. Tujuan ini mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

91

Roestiyah N. K, Strategi Belajar Mengajar, hlm. 81. 92

Winda Gunarti, dkk, Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini, hlm. 11.21.

Page 20: MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI …

62

2) Diskusikan dengan anak kegiatan yang akan dieksperimen dengan sejumlah

pertanyaan yang akan dibuktikan jawabannya memerlukan pembuktian dari

sebuah eksperimen.

3) Kemukakan prosedur eksperimen yang akan dilakukan secara bertahap dari awal

sampai akhir.

4) Cantumkan segala alat dan fasilitas untuk keperluan eksperimen.

5) Tentukan peran-peran anak didik dalam eksperimen, terutama proses perekaman

data/ fakta (secara tidak tertulis) melalui pengamatan.

6) Buatlah kesepakatan/ tata tertib eksperimen agar eksperimen berhasil dengan baik,

termasuk di dalamnya terkait dengan keselamatan.

7) Tetapkan prosedur dan alat evaluasi yang akan dipakai selama dan sesudah

eksperimen, termasuk sasaran penilaiannya.

Jadi berdasarkan langkah-langkah melakukan eksperimen berdasarkan tahap 1

(satu) di atas dapat disimpulkan bahwa sebelum melakukan eksperimen harus

mempunyai tujuan dalam melakukannya, kemukakan prosedur dalam melakukan

eksperimen, cantumkan segala alat bahan yang akan digunakan, buat tata tertib

sebelum melakukan eksperimen, dan siapkan alat evaluasi selama melakukan

eksperimen.

b. Tahap II: pelaksanaan eksperimen

1) Anak didik mulai melakukan eksperimen di bawah lindungan pendidik .

2) Pendidik membimbing anak yang sedang melakukan eksperimen dengan penuh

kesungguhan dengan memberi petunjuk tentang proses yang perlu diperbuat,

mendiskusikan pertanyaan yang akan diajukannya.

3) Pendidik mendorong anak didik berbuat aktif melakukan eksperimen dengan cermat.

4) Evaluasi berlangsung selama eksperimen dilakukan oleh pendidik.

Jadi berdasarkan langkah-langkah melakukan eksperimen berdasarkan tahap 2

(dua) di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan eksperimen anak di bawah

lindungan pendidik, pendidik membimbing anak dalam melakukan eksperimen,

pendidik memberikan dorongan supaya anak lebih aktif dalam bereksperimen,

pendidik mengevaluasi selama eksperimen berlangsung.

c. Tahap III: mengambil kesimpulan dari hasil eksperimen

1) Anak memberi laporan hasil eksperimen yang telah dilakukannya di depan kelas.

2) Laporan didiskusikan bersama di bawah bimbingan pendidik.

Page 21: MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI …

63

3) Kesimpulan-kesimpulan hasil eksperimen harus sederhana dan terarah.

Jadi berdasarkan langkah-langkah melakukan eksperimen berdasarkan tahap 3

(tiga) di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan eksperimen anak

memberikan laporan hasil eksperimen yang dilakukannya, laporan didiskusikan

bersama di bawah bimbingan pendidik, dan kesimpulan-kesimpulan hasil eksperimen

harus sederhana dan terarah.

Bila siswa akan melakukan suatu eksperimen perlu memperhatikan prosedur

sebagai berikut:93

a) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, mereka harus

memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen.

b) Kepada siswa perlu diterangkan pula tentang:

(1) Alat-alat serta bahan-bahan yang akan digunakan dalam percobaan.

(2) Agar tidak mengalami kegagalan siswa perlu mengetahui variabel-variabel

yang harus dikontrol dengan ketat.

(3) Urutan yang akan ditempuh sewaktu eksperimen berlangsung.

(4) Seluruh proses dan hal-hal penting saja yang akan di catat.

(5) Perlu menetapkan bentuk catatan atau laporan berupa uraian, perhitungan,

grafik dan sebagainya.

c) Selama eksperimen berlangsung, guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila

perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalanya

eksperimen.

d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil eksperimen siswa,

mendiskusikan ke kelas; dan mengevaluasi dengan tes atau sekedar tanya jawab.

Jadi dalam melakukan eksperimen terhadap sains harus mempunyai

perencanaan yang matang, agar eksperimen itu berhasil. Pendidik harus

mempersiapkan eksperimen dengan perencanaan.

C. Penutup

Kemampuan adalah suatu potensi yang dimiliki seseorang dipermatang melalui

latihan sehingga mampu melakukan sesuatu. Sains adalah suatu ilmu pengetahuan yang

mempelajari alam beserta dunia fisik. Sedangkan tujuan pembelajaran sains untuk anak

usia dini adalah untuk mengembangkan pikiran, jasmani, dan lain sebagainya dalam 93

Roestiyah N. K, Strategi Belajar Mengajar, hal. 81-82.

Page 22: MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI …

64

memahami lingkungan sekitar. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan; maka segala

sesuatu memerlukan eksperimentasi. Begitu juga dalam cara mengajar guru di kelas

digunakan teknik eksperimen. Yang dimaksud adalah salah satu cara guru mengajar, di

mana siswa melakukan sebuah percobaan tentang sesuatu hal; mengamati prosesnya serta

menuliskan hasil percobaannya, kemudian mengamatinya itu disampaikan ke kelas dan

dievaluasi oleh guru.

Metode eksperimen diartikan sebagai cara penyajian materi belajar dengan siswa

melakukan percobaan melalui pengalaman dan pembuktian sesuatu yang dipelajari. Dalam

proses belajar mengajarnya, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri, melakukan

sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan

menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek. Dengan demikian, siswa dituntut untuk

mengalami sendiri, mencari kebenaran, mencoba mencari hukum dalil.

Dengan menggunakan metode eskperimen ini mudah-mudahan bisa membantu anak

usia dini dalam meningkatkan kemampuan sainnya, karena sebagai tenaga pendidik tentu

berusaha bagaimana cara mengembangkan dan meningkatkan kemampuan anak-anaknya

dalam mengikuti pembelajarannya dan tidak menjadikan beban bagi anak dalam

belajarnya.

Page 23: MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI …

65

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad, dkk. 2012. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (bagian IV). Bandung: PT.

IMTIMA.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Gunarti, Winda. 2010. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia

Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Haryono, dkk. 2013. Pembelajaran IPA yang Menarik dan Mengasyikan: Teori dan Aplikasi

PAIKEM. Yogyakarta: Kepel Press

Juliansyah, Tiana. 2008. Mengajar Tanpa Bosan: Kiat-kiat Terbaik untuk Guru. Bandung: PT

Setia Purna Inves

Koswara, Deni D dan Halimah. 2008. Bagaimana Menjadi Guru Kreatif? Bandung: PT

Pribumi Mekar

Lestari, Putri. 2017. Kisah Dodo dan Lebah Madu yang Bijaksana. Tangerang: PTLBAMA.

Roestiyah N.K, 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Rustaman, Nuryani, dkk. 2011. Metode dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Samatowa, Usman. 2018. Metodologi Pembelajaran Sains untuk Pendidikan Anak Usia Dini.

Tanggerang: Tira Smart.

Soetopo, Sungkowo. 2015. Beberapa Strategi Pembelajaran. Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya.

Sumantri, Mulyani dan Nana Syaodih. 2009. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Susanto, Ahmad. 2012. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Predana Media Group.

(dalam Skripsi Yan Putri. 2018. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak

melalui Media Tiga Dimensi di Kelompok A TK Pertiwi Indralaya).

Suyanto, Slamet. 2005. Pembelajaran untuk Anak TK. Departemen Pendidikan Nasional

Dierktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga

Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Jakarta.

Page 24: MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI …

66

Taufik, Imam. 2010. Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Ganeca Exact.

Triharso, Agung. 2010. Permainan Kreatif dan Edukatif untuk Anak Usia Dini. Yogyakarta:

CV ANDI OFFSET.

Wijana D, Widarmi, dkk. 2014. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Tanggerang Selatan:

Universitas Terbuka.