Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

49
Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Klien/Konseli ARIE RAKHMAT RIYADI 1303414

Transcript of Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Page 1: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Klien/Konseli ARIE RAKHMAT RIYADI1303414

Page 2: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Isi Presentasi

Pendahuluan

Tujuan Kajian

Isi Kajian

Keterampilan-keterampilan untuk mengungkap dan menilai pemikiran

Membentuk sejumlah hipotesis tentang keterampilan pikiran yang harus

diperbaiki/ditingkatkanIsu Terkait

Penutup

Page 3: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Pendahuluan

Di bab 3, ada sejumlah keterampilan pikiran yang diuraikan, yaitu: 1) membuat aturan (creating rules); 2) sejumlah persepsi (perceptions); 3) pembicaraan-diri sendiri (self-talk); 4) gambaran-gambaran visual (visual images); 5) penjelasan-penjelasan (explanations); dan 6) harapan-harapan (expectations).

Fokus kajian bab ini adalah menilai pemikiran klien/konseli Pengetahuan tentang perasaan yang menghambat, mengganggu dan

tidak diinginkan tentu tidak cukup. Pengetahuan tentang hal tersebut menimbulkan pertanyaan tentang apa yang dipikirkan, cara berkomunikasi, dan tindakan-tindakan yang berkontribusi terhadap munculnya perasaan dan reaksi fisik yang negatif.

Page 4: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Pendahuluan

Bab ini berfokus pada pemikiran; menilai komunikasi dan tindakan-tindakan adalah bahasan bab selanjutnya.

Banyak kondisi perasaan dan reaksi fisik yang dipengaruhi oleh bagaimana klien/konseli berpikir.

Praktikan konseling harus bertanya: “pemikiran-pemikiran dan keterampilan pikiran seperti apa yang menimbulkan atau menghambat perasaan dan reaksi fisik dari kondisi kesejahteraan-diri klien/konseli sehingga menyebabkan mereka distres?”

Page 5: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Pendahuluan

Calon konselor juga harus bertanya: “pemikiran-pemikiran dan keterampilan pikiran apa yang mempengaruhi cara klien/konseli berkomunikasi dan bertindak?”

Praktikan calon konselor juga harus mengembangkan hipotesis tentang minimnya keterampilan pikiran yang mungkin menimbulkan dan mempertahankan masalah-masalah.

Menilai bagaimana klien/konselor berpikir adalah langkah vital dalam memformulasikan definisi masalah bagi kedua pihak, baik konselor maupun klien/konseli.

Sejumlah karakteristik sosial dan kultural mungkin dapat mempengaruhi perkembangan masalah yang dihadapi klien/konseli.

Page 6: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Pendahuluan

Sejumlah masalah atau peristiwa yang menimpa klien/konseli dalam kehidupannya berdampak terhadap seberapa baik mereka memiliki kemampuan untuk mengatasinya.

Praktikan atau calon konselor dalam konseling tidak hanya memahami pemikiran klien/konseli tapi juga harus memahami bagaimana mereka berpikir.

Konselor yang terampil membantu klien/konseli untuk berpikir tentang bagaimana mereka berpikir, meningkatkan keterampilan berpikir dan mengembangkan keterampilan menolong-diri (self-help) sehingga mereka dapat memonitor, dan bila perlu mengubah pemikiran mereka setelah konseling usai.

Page 7: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Tujuan Kajian

1. Memahami pentingnya menilai dan membantu klien/konseli untuk menilai pemikiran mereka sendiri.

2. Mengetahui sejumlah hal penting untuk diperhatikan ketika menilai pemikiran.

3. Belajar sejumlah keterampilan dalam mengungkap dan menilai pemikiran.

Page 8: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Isi Kajian

A. Keterampilan-keterampilan untuk mengungkap dan menilai pemikiran

B. Membentuk sejumlah hipotesis tentang keterampilan pikiran yang harus diperbaiki/ditingkatkan

Page 9: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Keterampilan-keterampilan untuk Mengungkap dan Menilai Pemikiran

1. Konstruksi landasan pengetahuan tentang pikiran2. Mengajukan sejumlah pertanyaan tentang pemikiran-pemikiran 3. Sejumlah strategi mengungkap pemikiran 4. Mendorong klien/konseli untuk memonitor pikiran-pikiran dan se

jumlah persepsi yang mereka miliki

Page 10: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Konstruksi landasan pengetahuan tentang pikiran Bila seorang konselor ingin memahami pemikiran dan cara berpikir konseli, maka

sebuah kewajiban bagi mereka untuk mempelajari tentang bagaimana orang-orang berpikir.

Bagaimana meningkatkan pemahaman dasar pengetahuan tentang pikiran? Pertama, baca hasil kerja para terapis kognitif seperti Ellis (2001, 2003, 2005; Ellis dan Dryden, 1997; Ellis dan MacLaren, 1998), Beck (1976, 1988; Beck dan Weishaar, 2005) dan terapis lain seperti Frankl (1963, 1967, 1988), Glasser (1998; Glasser dan Wubbolding, 1995), Lazarus (1984, 1997, 2005a), Meichenbaum (1977, 1983, 1985, 1986) dan Yalom (Yalom, 1980, 2001; May dan Yalom, 2005). Mereka juga dapat membaca sumber sekunder yang sifatnya pertolongan-diri sendiri (self-help), seperti Greenberger dan Padesky’s tentang excellent client manual for cognitive therapy, Mind Over Mood(1995), dan buku teks seperti Theory and Practice of Counselling & Therapy (Nelson-Jones, 2001) atau Corsini dan Wedding’s tentang Current Psychotherapies (2005).

Page 11: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Konstruksi landasan pengetahuan tentang pikiran

Kedua, mereka (praktikan calon konselor) bekerja dengan apa yang telah mereka pelajari, kemudian dapat bekerja secara berkelompok.

Akhirnya ketiga, mereka dapat bekerja dengan klien pertama di bawah naungan supervisi.

Page 12: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Konstruksi landasan pengetahuan tentang pikiran

Teori kognitif untuk dipelajari seperti yang diungkap oleh Beck, Ellis dan Meichenbaum jarang menyebutnya keterampilan atau ‘skills’ ketika menulis tentang apa yang dipikirkan klien/konseli, bahkan beberapa pengikut mereka secara eksplisit mengemukakan sebagai teaching skills, sebagai contoh, Greenberger dan Padesky yang menulis: ‘Mind Over Mood’ mereka mengajarkan tentang keterampilan untuk membangun dasar-dasar bagaimana cara mengubah mood atau suasana hati, perilaku dan hubungan dengan orang lain (1995: 2).

Model konseling keterampilan-hidup ini mengadvokasi buku-buku tersebut sebagai sebuah dasar terutama dalam meningkatkan teaching skills atau keterampilan mengajar terhadap klien.

Page 13: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Mengajukan sejumlah pertanyaan tentang pemikiran-pemikiran

Praktikan konseling dapat menolong klien/konseli mengungkap pikiran-pikiran mereka dengan cara bertanya dengan pertanyaan yang tepat.

Salah satu pendekatan untuk bertanya yaitu dengan apa yang disebut sebagai ‘Think aloud’ atau ‘Berpikir keras’. Konsep think aloud melibatkan keberanian klien/konseli untuk berbicara tentang proses dan situasi yang mereka hadapi.

Sebagai contoh, klien/konseli dapat ditanya terkait pikiran mereka tentang perasaan yang berhubungan dengan cemas berlebihan yang mereka alami.

Page 14: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Mengajukan sejumlah pertanyaan tentang pemikiran-pemikiran

Ketika bertanya, calon konselor harus melibatkan teknik ‘active listening’ atau mendengarkan secara aktif. Tujuannya agar klien/konseli tidak merasa diinterogasi.

Terkadang, konselor atau praktikan dapat mengakses pemikiran klien/konseli dengan mendalami perasaan yang mereka rasakan, misalnya: “pikiran-pikiran seperti apa yang menimbulkan atau menyertai perasaan-perasaan itu?”

Pada kesempatan lain, dapat juga konselor bertanya dengan mendasarinya dari tindakan, misalnya: “ketika kamu melakukan itu, apa yang kamu pikirkan?”

Page 15: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Mengajukan sejumlah pertanyaan tentang pemikiran-pemikiran

Atau: “ketika dia berkata demikian, apa yang muncul dalam pikiran kamu?”

Biasanya, pikiran dapat dikondisikan dengan label cool (dingin), warm (hangat), atau hot (panas). Ketika klien/konseli berada dalam situasi hot, yang sering terjadi adalah mereka sulit berkomunikasi.

Page 16: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Mengajukan sejumlah pertanyaan tentang pemikiran-pemikiran Beberapa contoh kalimat pertanyaan untuk mengarahkan fokus dalam berpikir ‘pemikiran apa yang kamu miliki sebelum/selama/sesudah mengalami situasi

tersebut?’ ‘apa yang muncul dalam pikiranmu sebelum kamu merasa seperti saat ini?’ ‘gambaran apa yang kamu peroleh dari situasi ini?’ ‘dapatkah kamu menghadapi situasi yang ada melalui pikiran kamu secara

tenang?’ ‘seberapa sering kamu mengalami sejumlah pemikiran tersebut?’ ‘ketika dia bertindak seperti itu, apa yang kamu pikirkan?’ ‘manakah dari sejumlah pemikiran tersebut yang termasuk pemikiran yang

panas atau perlu didalami (hot thought)?’

Page 17: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Mengajukan sejumlah pertanyaan tentang pemikiran-pemikiran

Beberapa contoh kalimat pertanyaan untuk mengarahkan fokus dalam berpikir ‘Apa yang kamu takutkan?’ ‘Apa sumberdaya atau kekuatan-kekuatan yang kamu miliki pada situasi

itu?’ ‘Dimana/Apa bukti dari pemikiran tersebut?’ ‘Adakah cara lain untuk melihat situasi tersebut?’ ‘Apa hal terburuk yang bisa terjadi?’ ‘Memori apa yang muncul pada situasi itu?’ ‘Apakah ada pemikiran atau gambaran-gambaran lain tentang situasi itu?’

Page 18: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Sejumlah strategi mengungkap pemikiran

Beberapa strategi berikut memungkinkan digunakan untuk mengungkap pemikiran konseli, dan strategi-strategi ini juga dapat dimanfaatkan untuk mengungkap perasaan dan reaksi fisik. Visualizing (Visualisasi). Konseli dapat diminta untuk mengubah

gambaran perasaan dengan mengidentifikasi pikiran-pikiran yang menyertai; baik itu yang berhubungan dengan masa lalu, saat ini atau masa depan dan berhubungan dengan pemikiran yang membahayakan dan juga yang menolong.

Role-playing (Memainkan-Peran). Praktikan konseling dapat “memainkan-peran” dengan konseli/klien, sebagi contoh menelepon seseorang untuk mengetahui perasaan dan pemikirannya.

Page 19: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Sejumlah strategi mengungkap pemikiran

Live observation (Observasi dalam situasi Kehidupan-Langsung). Hal ini dilakukan ketika tujuannya adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki ikatan, praktikan dapat secara langsung mendampingi klien/konseli menghadapi situasi yang nyata, misalnya mengantar konseli/klien ke toko untuk mengembalikan sesuatu, dan menanyakan kepada mereka tentang apa yang dipikirkannya.

Task assignment (Penugasan Pekerjaan). Praktikan dapat mendorong konseli untuk melakukan tugas-tugas di antara sesi-sesi konseling dan sesudahnya merekam apa pemikiran dan perasaan mereka. Konseli dapat melihat tugas tersebut sebagai percobaan pribadi untuk mengumpulkan bukti-bukti tentang diri mereka sendiri.

Page 20: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Mendorong klien/konseli untuk memonitor pikiran-pikiran dan sejumlah persepsi yang mereka miliki

Terkadang, pemikiran, persepsi dan sejumlah gambaran dimonitor hubungannya dengan perasaan dan reaksi fisik.

Salah satu pendekatan untuk mengatasi itu dapat dilakukan dengan cara menghitung kondisi yang muncul.

Misalnya, dalam hati mengatakan ‘saya tidak baik/dalam kondisi buruk’, konseli dapat menghitungnya kemudian menggantinya sehingga pikiran dan persepsi dapat menjadi lebih baik.

Page 21: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Mendorong klien/konseli untuk memonitor pikiran-pikiran dan sejumlah persepsi yang mereka miliki

Pendekatan lain untuk memonitor pemikiran adalah dengan cara memperjelas identifikasi kunci dari perasaan yang dirasakan dengan reaksi fisik yang menyertai dalam sebuah situasi termasuk di dalamnya terkait persepsi dan gambaran-gambaran.

Kotak 11.2 disediakan sebuah contoh. Konseli diminta untuk mengidentifikasi persepsi-persepsi utama

yang berhubungan dengan perasaan dan reaksi fisik. Konselor/praktikan dapat mengajari konseli bagaimana menyelesaikan lembar kerja, bila memungkinkan dilakukan secara terbimbing di ruangan konseling. Konseli ditanya tentang kesulitan yang dihadapi di setiap sesi.

Page 22: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Mendorong klien/konseli untuk memonitor pikiran-pikiran dan sejumlah persepsi yang mereka miliki

Kotak 11.2 Lembar kerja untuk Mengidentifikasi dan Mengurutkan Perasaan-perasaan Kunci, Reaksi-reaksi Fisik, Persepsi dan Gambaran di dalam sebuah Situasi

Situasi(Siapa? Apa? Kapan? Dimana?)Kamis, 8.45 a.m. (pagi)Saya tertahan macet karena kecelakaan lalulintas dan kemudian membuat saya terlambat kerja; bos mengatakan: “Kemana saja, kamu?!”

Page 23: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Mendorong klien/konseli untuk memonitor pikiran-pikiran dan sejumlah persepsi yang mereka miliki

Kunci Perasaan-perasaan dan Reaksi Fisik(Apa yang Saya rasakan? Bagaimana bereaksi secara fisik? Urutkan masing-masing kunci perasaan dan reaksi fisik, 0 – 100%)Marah 70%Sakit 80%Tegang 65%

Page 24: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Mendorong klien/konseli untuk memonitor pikiran-pikiran dan sejumlah persepsi yang mereka miliki

Persepsi-persepsi dan Gambaran-gambaranApa persepsi-persepsi dan gambaran-gambaran yang saya miliki sebelum mulai merasakan dan secara fisik bereaksi seperti ini? Tempatkan tanda bintang pada bagian yang diutamakan.

Dia marah terhadap saya* Dia tidak pernah memberi keuntungan (manfaat) dari keraguan yang dimiliki

Saya ingin segera datang bekerja Bekerja tidak selalu selalu aman secara psikologis seperti yang

diharapkanSebuah gambaran tentang perkelahian tentang isu lain

Page 25: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Mendorong klien/konseli untuk memonitor pikiran-pikiran dan sejumlah persepsi yang mereka miliki

Pendekatan lain yang lebih jauh untuk memonitor pemikiran adalah kerangka-kerja STC pada bab 3.Kerangka kerja tersebut dapat membantu praktikan dan konseli sebagai alat untuk menganalisis bagaimana pemikiran menengahi antara situasi-situasi dan bagaimana konseli merasakan, secara fisik bereaksi, berkomunikasi dan bertindak. S = Situation (Situasi yang Dihadapi)T = Thought (Pemikiran-pemikiran dan Gambaran-gambaran)C = Consequences (Perasaan-perasaan, Reaksi Fisik, Komunikasi dan Tindakan)

Page 26: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Mendorong klien/konseli untuk memonitor pikiran-pikiran dan sejumlah persepsi yang mereka miliki

Ide dasarnya adalah konseli tidak langsung secara otomatis mengalami dari situasi (S) pada konsekuensi-konsekuensi terhadap situasi-situasi yang dihadapi (C). Malah, konsekuensi-konsekuensi tersebut dimediasi oleh cara mereka berpikir (T). Perasaan, reaksi fisik, komunikasi dan tindakan, untuk kebaikan dan keburukan, semuanya ditengahi oleh pemikiran-pemikiran dan proses-proses mental. Kotak 11.3 sebagai contoh, melibatkan Eva, seorang dosen muda berusia 28 tahun, yang merasa cemas menghadapi konferensi dimana dirinya harus presentasi dan berpikir dengan cara yang negatif.

Page 27: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Mendorong klien/konseli untuk memonitor pikiran-pikiran dan sejumlah persepsi yang mereka miliki

Kotak 11.3 Lembar Kerja STC (Situation-Thoughts-Consequences)SituationUtarakan situasi masalah yang dihadapi dengan jelasDalam waktu dua minggu saya harus melakukan presentasi dalam sebuah konferensiThoughtsRekam pemikiran-pemikiran yang dimiliki tentang situasi yang dihadapi‘Saya harus melakukannya dengan sangat baik’ (membuat aturan-aturan)‘Saya tidak bagus dalam melakukan pembicaraan publik (menciptakan persepsi)‘Saya takut, nanti saya membuat kekacauan saat berbicara (menciptakan harapan)

Page 28: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Mendorong klien/konseli untuk memonitor pikiran-pikiran dan sejumlah persepsi yang mereka miliki

ConsequencesApa konsekuensi-konsekuensi dari pemikiran-pemikiran terhadap situasi tersebut? Bagaimana perasaan dan reaksi fisik yang terjadiPerasaan: sangat cemasReaksi fisik: ada ketegangan di perut, tidak tidur dengan baikKomunikasi dan tindakan: Di masa lalu saya telah menghindari berbicara di konferensi sebisa mungkinSaya mulai menarik diri dari teman-teman

Page 29: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Mendorong klien/konseli untuk memonitor pikiran-pikiran dan sejumlah persepsi yang mereka miliki

Aktivitas 11.1 Membantu konseli mengidentifikasi dan menilai pemikiran dan gambaran terkait situasi yang dihadapiBagian A: situasi, perasaan, persepsi dan gambaran-gambaranLakukan persis seperti Kotak 11.2Bagian B: STC – situation, thought, dan consequencesLakukan persis seperti Kotak 11.3

Page 30: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Membentuk Sejumlah Hipotesis Tentang Keterampilan Pikiran yang Harus Diperbaiki/Ditingkatkan

Untuk beberapa orang semua arah dapat dijadikan jalan menuju Roma, dan mereka memfokuskan pada sebuah keterampilan pikiran.

Misalnya, REB terapis yang memfokuskan pada keyakinan irasional atau aturan-aturan, dan seorang terapis kognitif lainnya fokus pada kemampuan konseli untuk menguji realitas persepsi yang mereka miliki.

Page 31: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Membentuk Sejumlah Hipotesis Tentang Keterampilan Pikiran yang Harus Diperbaiki/Ditingkatkan

Jarang ada konseli yang terbuka dengan praktikan/konselor yang mengatakan: ‘Lihat, saya memiliki keterampilan berpikir yang rendah!’ kemudian berlanjut pada proses perbaikannya sendiri. Konselor/praktikan harus membangun hipotesis tentang kerterampilan berpikir klien/konseli.

Dampak dari cara berpikir tersebut dapat berhubungan dengan kata-kata klien/konseli, perasaan dan tindakan mereka. Konselor dapat memperoleh petunjuk dari bahasa yang digunakan oleh konseli.

Page 32: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Membentuk Sejumlah Hipotesis Tentang Keterampilan Pikiran yang Harus Diperbaiki/Ditingkatkan

Sebagai contoh, kata-kata “harus”, “seharusnya” mungkin mengindikasikan aturan yang ketat dan kaku.

Menggunakan kalimat “saya tidak bisa” dan ekspresi “saya tidak punya pilihan” mengindikasikan kepemilikan rasa tanggung jawab yang menjelaskan penyebab.

Menggunakan kalimat “apa yang dipikirkan orang-orang tentang saya?” dan “saya penasaran jika saya terlihat bodoh” merepresentasikan self-talk yang negatif dan juga mengindikasikan aturan yang tidak realistik terkait kebutuhan terhadap persetujuan orang lain.

Page 33: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Membentuk Sejumlah Hipotesis Tentang Keterampilan Pikiran yang Harus Diperbaiki/Ditingkatkan

Koselor perlu memahami ciri-ciri spesifik terkait bukti-bukti yang dikemukakan konseli agar dapat membentuk hipotesis.

Konselor dalam hal ini dapat membuat hipotesis tentang keterampilan berpikir mana yang hendak dikembangkan dari konseli.

Pada bagian berikut diuraikan salah satu contoh kasus tentang “Julia” yang dikaji/analisis dengan sejumlah keterampilan berpikir.

Dalam kehidupan nyatanya, mungkin hanya dua sampai tiga keterampilan berpikir yang ditingkatkan.

Page 34: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Membentuk Sejumlah Hipotesis Tentang Keterampilan Pikiran yang Harus Diperbaiki/Ditingkatkan

Kasus Julia Julia, baru saja berusia 22, lulus universitas teknik komputer bergengsi

di mana dia telah melakukannya dengan sangat baik . Julia diburu gurunya untuk bergabung dengan sebuah perusahaan komputer kecil, tetapi bertenaga tinggi (start- up) 15 staf. Perusahaan ini disebut,“Infoguru”, dibiayai dengan modal swasta dan dikelola oleh Dr. Sam, seorang yang sangat terkenal dan tokoh paling dihormati dalam dunia komputasi. segera setelah meninggalkan universitas Julia bekerja pada Infoguru sebagai pengembang website dan softwareprogrammer.

Page 35: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Membentuk Sejumlah Hipotesis Tentang Keterampilan Pikiran yang Harus Diperbaiki/Ditingkatkan

Kasus Julia Meskipun Julia bekerja berjam-jam dan akhir pekan sering secara

sukarela juga bekerja, dia senang dalam pekerjaannya dan itu awal karir yang menjanjikan untuk dirinya. Satu hari di Jumat sore, tepat sebelum akhir pekan yang panjang, Dr Sam membawa Julia dengan dia ke kantor klien yang penting untuk menunjukkan sebuah program yang memiliki dan Infoguru telah kembangkan. Ketika mereka datang untuk menguji program dengan klien, mereka menemukan beberapa “bug” yang tak terduga di bagian dari program yang telah Julia buat, sehingga demonstrasi itu tidak sukses.

Page 36: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Membentuk Sejumlah Hipotesis Tentang Keterampilan Pikiran yang Harus Diperbaiki/Ditingkatkan

Kasus Julia Sore itu di dalam mobil dalam perjalanan kembali ke kantor Infoguru,

Dr Sam memberitahu Julia bahwa dia sangat tidak senang dengan apa yang telah terjadi, dan dia ingin Julia tinggal selama akhir pekan panjang untuk memperbaiki “bug” yang muncul dalam program. Julia menjadi sangat cemas pada umpan balik Dr. Sam, dan dia baru menyadari bahwa ia telah meninggalkan tasnya di dalam mobil Dr Sam.Sebelumnya dia telah membuat pengaturan jadwal untuk mengunjunginya keluarga di luar kota, Julia akhirnya menolak untuk bekerja selama akhir pekan. Selama kembali ke luar kota berakhir pekan dengan penuh kecemasan, Julia memutuskan untuk bertemu seorang konselor.

Page 37: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Membentuk Sejumlah Hipotesis Tentang Keterampilan Pikiran yang Harus Diperbaiki/Ditingkatkan

Kasus Julia Dengan perasaan sangat tidak bahagian dan terluka Julia mengatakan

kepada konselor bahwa ia serius berpikir untuk mengundurkan diri dariInfoguru.

Konselor menilai bahwa Julia mengganggu dirinya melalui pemikiran yang salah, ke titik di mana ia mungkin membuat kesalahan besar untuk mengundurkan diri secara dini dari sebuah pekerjaan perdana yang sangat baik, dan kemudian masih tidak tahu bagaimana untuk mengatasi tekanan yang sama dalam melaksanakan pekerjaan dengan baik. Adalah jauh lebih baik bagi Julia agar belajar secara mental untuk lebih terampil di awal karirnya.

Page 38: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Membentuk Sejumlah Hipotesis Tentang Keterampilan Pikiran yang Harus Diperbaiki/DitingkatkanKasus Julia Creating rules (membuat aturan-aturan): Julia dapat mendeteksi, menantang,

dan menangani pikiran bawah sadarnya (subconscious) yang menuntut bosnya harus menyetujui semua yang dia lakukan setiap saat.

Creating perceptions (menciptakan persepsi): Julia dapat menjadi lebih memiliki keseimbangan dari Dr. Sam, misalnya, dia dapat mengingat Dr. Sam memuji di masa lalu, mendorong dirinya termasuk yang lain, dan perasaan marah yang sementara.

Creating self-talk (menciptakan pembicaraan-diri): Julia dapat berbicara terhadap dirinya sendiri dengan pernyataan-pernyataan yang menenangkan dan dengan pernyataan tersebut dapat membantu dirinya fokus pada tujuan khususnya dalam mengatasi krisis dan masalah karirnya secara keseluruhan.

Page 39: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Membentuk Sejumlah Hipotesis Tentang Keterampilan Pikiran yang Harus Diperbaiki/DitingkatkanKasus Julia Creating visual images (menciptakan gambaran visual): Julia dapat

memvisualisasikan gambaran yang tenang tentang dirinya dan melatih imajinasi tentang bagaimana dirinya berkomunikasi lebih efektif ketika berhubungan dengan Dr. Sam.

Creating explanations (menciptakan penjelasan-penjelasan): Julia dapat lebih percaya diri menjelaskan kepada dirinya bahwa dia dapat berasumsi memiliki tanggung jawab untuk menangani situasi dengan kemampuan terbaiknya, dan merespon reaksi marahnya Dr. Sam secara realistis serta siap menghadapi tekanan untuk mencapai kesuksesan bagi perusahaan.

Page 40: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Membentuk Sejumlah Hipotesis Tentang Keterampilan Pikiran yang Harus Diperbaiki/DitingkatkanKasus Julia Creating expectations (menciptakan harapan-harapan): Julia dapat juga belajar

untuk memperbaiki kecenderungan ketika dirinya merasa jatuh, agar menciptakan harapan-harapan tentang bagaimana mengubah situasi yang buruk menjadi sebaliknya yaitu lebih baik.

Page 41: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Membentuk Sejumlah Hipotesis Tentang Keterampilan Pikiran yang Harus Diperbaiki/Ditingkatkan

Aktivitas 11.2Membentuk Hipotesis-hipotesis Keterampilan Berpikir Lakukan secara berpasangan atau dalam kelompokBagian A: Membuat hipotesis tentang keterampilan berpikir/tujuan-tujuan yang lemahBaca kasusnya, kemudian diskusikanContoh Kasus:Sally dan Duncan telah tinggal bersama selama setahun. Keduanya berpikir hubungan mereka menemui kerikil di depan.

Page 42: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Membentuk Sejumlah Hipotesis Tentang Keterampilan Pikiran yang Harus Diperbaiki/Ditingkatkan

Aktivitas 11.2Sally berpikir: Duncan kurang memiliki rasa hormat terhadap saya. Kami pindah bersama-sama untuk sebuah kebersamaan-persahabatan, dan sekarang kita berada dalam “perebutan kekuasaan”. Dia tampaknya menikmati merendahkan saya. Dia sangat mengendalikan dan penuh kritik. Kadang-kadang saya berpikir jauh di dalam dirinya dia membenci wanita. Ketika saya mencoba untuk berbicara dengan dia tentang masalah kita, aku takut ia akan meninggalkan ruangan sambil marah. Saya cemas hanya berpikir ketika serius berbicara dengan dia, dan akhirnya kita tidak pernah membicarakan hubungan kita dengan benar. Hubungan yang baik seharusnya tidak memiliki konflik. Keluarganya sangat dingin kepadaku. Saya ingin seorang pacar yang bisa saya banggakan, dan menyenangkan hidup bersama. Masalah kita sesungguhnya lebih disebabkan lebih karena Duncan.

Page 43: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Membentuk Sejumlah Hipotesis Tentang Keterampilan Pikiran yang Harus Diperbaiki/Ditingkatkan

Aktivitas 11.2Contoh salah satu kemungkinan kelemahan dari keterampilan berpikir/tujuan-tujuan SallyKeterampilan berpikir yang lemah: aturan yang tidak realistik Pernyataan sugesti yang tidak efisien dan menjatuhkan: hubungan yang baik seharusnya tidak mengalami konflikBagaimana dengan keterampilan yang lemah dan pernyataan sugesti lain yang tidak efisien?

Page 44: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Membentuk Sejumlah Hipotesis Tentang Keterampilan Pikiran yang Harus Diperbaiki/Ditingkatkan

Aktivitas 11.2Duncan berpikir: Sally tidak lagi menjadi orang ketika pertama kali saya pindah. Kami biasanya bersenang-senang seperti bersama-sama. Dia sering terlambat pulang dari kerja dan tidak pernah melakukan apa-apa di rumah. Semua yang dia pedulikan adalah karirnya. Saya ingin seorang wanita yang secara terbuka dapat mengekspresikan kasih sayang, dan tahu apa yang saya inginkan tanpa harusdiberitahu. Tampaknya seolah-olah saya memberikan semua dalam membina hubungan kami. Sally tidak perhatian. Saya pikir semua ini adalah kesalahan Sally sehingga hubungan kita dalam kesulitan. Apa gunanya mencoba memperbaiki? Dia tidak akan pernah berubah.

Page 45: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Membentuk Sejumlah Hipotesis Tentang Keterampilan Pikiran yang Harus Diperbaiki/Ditingkatkan

Aktivitas 11.2Keterampilan berpikir yang lemah dari Duncan?Pernyataan sugesti yang tidak efisien dan menjatuhkan?

Page 46: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Membentuk Sejumlah Hipotesis Tentang Keterampilan Pikiran yang Harus Diperbaiki/Ditingkatkan

Aktivitas 11.2Bagian B: Mempraktikkan membuat hipotesis keterampilan berpikirAktivitas kelompok dalam membentuk Lihat bukti satu, dua atau tiga lemahnya keterampilan pikiran/tujuan-tujuanCoba lakukan konseling dengan berpasangan selama 10 menit tentang masalah tertentu. Anda dapat membuat catatan singkat. Pada akhir 10 menit, berbagi dengan pasangan Anda setiap bukti yang menunjukkan kemungkinan memiliki keterampilan pikiran/tujuan dalam satu atau lebih dari tiga bidang keterampilan berikut.1. Creating rules (menciptakan aturan)2. Creating perceptions (menciptakan persepsi)3. Creating self-talk (menciptakan pembicaraan-diri)

Page 47: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Membentuk Sejumlah Hipotesis Tentang Keterampilan Pikiran yang Harus Diperbaiki/Ditingkatkan

Aktivitas 11.2Bagian C: Aktivitas kelompok dalam membentuk hipotesis keterampilan berpikir Satu orang bertindak sebagai klien/konseli yang menyajikan situasi bermasalah khusus untuk kelompok. Sisa dari kelompok, sampai enam orang, duduk membentuk setengah lingkaran dan lakukan konseling sehingga klien sedemikian rupa menilaipikiran dan gambar sebelum dan selama situasi. Satu pendekatan dilakukan anggota kelompok bergiliran secara singkat sebagai konselor. Sesekali berhenti dan mendiskusikan apa yang terjadi, dan bagaimana berikutnya. Sebelum mengakhiri kelompok membahas hipotesis kemampuan pikiran. Kelompok ini dapat mengulangi latihan ini dengan ‘klien‘/’konseli’ lain.

Page 48: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Isu Terkait

A. Apakah konselor di sekolah memiliki keterampilan-keterampilan untuk mengungkap dan menilai pemikiran dalam praktik konseling? 1. Apakah konselor memiliki landasan konstruksi pengetahuan tentang pikiran?2. Apakah konselor memiliki sejumlah pertanyaan tentang pemikiran-pemikiran? 3. Apakah konselor memahami sejumlah strategi mengungkap pemikiran? 4. Apakah konselor terbiasa mendorong klien/konseli untuk memonitor pikiran-

pikiran dan sejumlah persepsi yang mereka miliki dalam konseling?B. Apakah konselor dalam konseling mampu membentuk sejumlah hipotesis tentang keterampilan pikiran yang harus diperbaiki/ditingkatkan?

Page 49: Menilai Pemikiran dan Cara Berpikir Konseli

Penutup

Konselor perlu merevitalisasi keterampilan konseling, termasuk dalam konteks ini keterampilan untuk mengungkap dan menilai pemikiran dan keterampilan berpikir konseli

Konselor perlu melatih diri untuk melakukan konseling secara benar, yang dalam konteks model konseling keterampilan-hidup, konselor harus mampu membentuk sejumlah hipotesis tentang keterampilan pikiran yang harus diperbaiki/ditingkatkan.

LPTK (BK) mengadakan pelatihan terkait hal ini secara intensif dan gradual.