Mengukur Produksi ASI

10
PERBEDAAN PRODUKSI ASI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN KOMBINASI METODE MASSASE DEPAN (BREAST CARE) DAN MASSASE BELAKANG (PIJAT OKSITOSIN) PADA IBU MENYUSUI 0-3 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KESAMIRAN KABUPATEN TEGAL Resty Himma Muliani ABTRAK Latar Belakang : Pemberian ASI Eksklusif adalah salah satu upaya untuk menurunkan Angka Kematian Bayi di Indonesia. Produksi ASI yang kurang akan mengakibatkan proses menyusui terganggu sehingga menjadi salah satu faktor ibu tidak memberikan ASI secara Eksklusif. Upaya yang dapat dilakukan untuk menaikkan Angka Cakupan ASI yang rendah yaitu 30% di Wilayah Kerja Puskesmas Kesamiran Kabupaten Tegal adalah dengan pemberian kombinasi metode massase depan (breast care) dan massase belakang (pijat oksitosin). Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan produksi ASI sebelum da sesudah dilakukan kombinasi breast care dan pijat oksitosin. Metode : Penelitian ini menggunakan menggunakan pre experiment one-group pre-post test design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu menyusui usia 0-3 bulan berjumlah 29 ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kesamiran Kabupaten Tegal. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 18 ibu menyusui. Analisis data dilakukan dengan program Statistical Program for Social Science (SPSS) dengan menggunakan uji t test dependen. Hasil : Hasil penelitian menunjukan produksi ASI sebelum diberikan metode kombinasi metode massase depan (breast care) dan massase belakang (pijat oksitosin) rata-rata adalah 32,61 ml. Sedangkan produksi ASI sesudah perlakuan rata-rata adalah 40,83 ml dan hasil dari p value = 0,000 ≤ 0,05. Simpulan : Ada perbedaan yang signifikan antara produksi ASI ibu menyusui 0-3 bulan sebelum dan sesudah diberikan kombinasi metode massase depan (breast care) dan massase belakang (pijat oksitosin). Kata Kunci : Kombinasi breast care dan pijat oksitosin, Produksi ASI, Menyusui. PENDAHULUAN Angka kematian bayi di Indonesia berdasarkan hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) SDKI 2012 memperlihatkan bahwa AKB sebesar 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup, angka ini lebih rendah dibanding AKB yang direncanakan pada target MDG’s yaitu 23 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2013). Siaran pers dari UNICEF menjelaskan bahwa kematian sekitar 30 ribu bayi Indonesia setiap tahunnya dapat dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak kelahiran bayi. Pengetahuan para ibu di Indonesia terkait ASI diduga masih minim, akibatnya berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, angka cakupan ASI di Indonesia hanya 42 persen. Angka ini jelas di bawah target WHO yang mengharuskan cakupan ASI minimal 50 persen (Unicef Indonesia, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2004) menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ASI tidak segera keluar setelah melahirkan/produksi ASI kurang, kesulitan bayi dalam menghisap, keadaan puting susu ibu yang

description

a

Transcript of Mengukur Produksi ASI

  • PERBEDAAN PRODUKSI ASI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN KOMBINASI

    METODE MASSASE DEPAN (BREAST CARE) DAN MASSASE BELAKANG (PIJAT

    OKSITOSIN) PADA IBU MENYUSUI 0-3 BULAN DI WILAYAH KERJA

    PUSKESMAS KESAMIRAN KABUPATEN TEGAL

    Resty Himma Muliani

    ABTRAK

    Latar Belakang : Pemberian ASI Eksklusif adalah salah satu upaya untuk menurunkan

    Angka Kematian Bayi di Indonesia. Produksi ASI yang kurang akan mengakibatkan proses

    menyusui terganggu sehingga menjadi salah satu faktor ibu tidak memberikan ASI secara

    Eksklusif. Upaya yang dapat dilakukan untuk menaikkan Angka Cakupan ASI yang rendah

    yaitu 30% di Wilayah Kerja Puskesmas Kesamiran Kabupaten Tegal adalah dengan

    pemberian kombinasi metode massase depan (breast care) dan massase belakang (pijat

    oksitosin).

    Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan produksi ASI sebelum da

    sesudah dilakukan kombinasi breast care dan pijat oksitosin.

    Metode : Penelitian ini menggunakan menggunakan pre experiment one-group pre-post test

    design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu menyusui usia 0-3 bulan berjumlah 29

    ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kesamiran Kabupaten Tegal. Pengambilan sampel

    menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 18 ibu menyusui. Analisis data dilakukan

    dengan program Statistical Program for Social Science (SPSS) dengan menggunakan uji t test

    dependen.

    Hasil : Hasil penelitian menunjukan produksi ASI sebelum diberikan metode kombinasi

    metode massase depan (breast care) dan massase belakang (pijat oksitosin) rata-rata adalah

    32,61 ml. Sedangkan produksi ASI sesudah perlakuan rata-rata adalah 40,83 ml dan hasil dari

    p value = 0,000 0,05. Simpulan : Ada perbedaan yang signifikan antara produksi ASI ibu menyusui 0-3 bulan

    sebelum dan sesudah diberikan kombinasi metode massase depan (breast care) dan massase

    belakang (pijat oksitosin).

    Kata Kunci : Kombinasi breast care dan pijat oksitosin, Produksi ASI, Menyusui.

    PENDAHULUAN Angka kematian bayi di Indonesia

    berdasarkan hasil survei demografi dan

    kesehatan Indonesia (SDKI) SDKI 2012

    memperlihatkan bahwa AKB sebesar 32

    kematian per 1.000 kelahiran hidup, angka

    ini lebih rendah dibanding AKB yang

    direncanakan pada target MDGs yaitu 23 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes RI,

    2013).

    Siaran pers dari UNICEF

    menjelaskan bahwa kematian sekitar 30

    ribu bayi Indonesia setiap tahunnya dapat

    dicegah melalui pemberian ASI secara

    eksklusif selama enam bulan sejak

    kelahiran bayi. Pengetahuan para ibu di

    Indonesia terkait ASI diduga masih minim,

    akibatnya berdasarkan Riset Kesehatan

    Dasar (Riskesdas) 2013, angka cakupan

    ASI di Indonesia hanya 42 persen. Angka

    ini jelas di bawah target WHO yang

    mengharuskan cakupan ASI minimal 50

    persen (Unicef Indonesia, 2013).

    Penelitian yang dilakukan oleh

    Siregar (2004) menunjukkan bahwa

    pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh

    berbagai faktor antara lain ASI tidak

    segera keluar setelah melahirkan/produksi

    ASI kurang, kesulitan bayi dalam

    menghisap, keadaan puting susu ibu yang

  • tidak menunjang, ibu bekerja, dan

    pengaruh/promosi pengganti ASI.

    Beberapa ibu postpartum tidak

    langsung mengeluarkan ASI setelah

    melahirkan karena pengeluaran ASI

    merupakan suatu interaksi yang sangat

    komplek antara rangsangan mekanik, saraf

    dan bermacam macam hormon yang

    berpengaruh terhadap pengeluaran

    oksitosin. Pengeluaran hormon oksitosin

    selain dipengaruh oleh isapan bayi juga

    dipengaruhi oleh reseptor yang terletak

    pada sistem duktus, bila duktus melebar

    atau menjadi lunak maka secara reflektoris

    dikeluarkan oksitosin oleh hipofise yang

    berperan untuk memeras air susu dari

    alveoli (Soetjiningsih, 2007). Masalah

    menyusui pada masa pasca persalinan

    lanjut salah satunya adalah sindrom ASI

    kurang, sehingga bayi merasa tidak puas

    setiap setelah menyusui, bayi sering

    menangis atau bayi menolak menyusu,

    tinja bayi keras, payudara tidak membesar

    mengakibatkan gagalnya pemberian ASI

    pada bayi (Perinasia, 2011). Beberapa

    faktor-faktor yang mempengaruhi produksi

    ASI kurang adalah tidak dilakukannya

    persiapan puting terlebih dahulu dan

    kurangnya reflek oksitosin (Maryunani,

    2012).

    Produksi ASI yang kurang dapat

    ditanggulangi dengan beberapa upaya

    diantaranya dengan memperhatikan gizi

    ibu menyusui yaitu perlu makanan 1

    kali lebih banyak dari biasa dan minum

    minimal 8 gelas sehari, ibu menyusui

    harus cukup istirahat dan menjaga

    ketenangan pikiran serta hindari pekerjaan

    terlalu lelah (Anik, 2009). Sesudah

    melahirkan ibu dapat langsung menyusui

    banyinya 1jam pertama segera setelah

    melahirkan. Menyusui bayi setiap 2 jam

    siang dan malam hari dengan lama

    menyusui 10- 15 menit di setiap payudara

    (Sulistyawati, 2009). Melakukan

    perawatan payudara semasa menyusui

    dengan menjaga kebersihan dan

    memassage (memijiti) payudara dapat

    melancarkan produksi ASI (Istiany, 2013).

    Pijat oksitosin dengan merangsang reflek

    let down dapat membantu merangsang

    pelepasan hormon oksitosin,

    mempertahankan produksi ASI ketika ibu

    dan bayi sakit (Depkes RI, 2007).

    Berdasarkan hasil penelitin yang

    dilakukan oleh Futuchiyah (2013) tentang

    hubungan perawatan payudara (breast

    care) terhadap produksi ASI di

    Kalinyamatan Kabupaten Jepara yang

    didapatkan hasil yaitu dari 20 ibu nifas

    yang dilakukan perawatan payudara

    mengalami kelancaran produksi pada

    ASInya sebanyak 13 ibu nifas (65%). Ibu

    nifas 7 (35%) yang tidak mengalami

    perubahan atau ASI nya tidak keluar.

    Breast care adalah pemeliharaan

    payudara yang dilakukan untuk

    memperlancar ASI dan menghindari

    kesulitan pada saat menyusui dengan

    melakukan pemijatan (Welford, 2009).

    Perawatan payudara sangat penting

    dilakukan selama hamil sampai menyusui.

    Hal ini karena payudara merupakan satu-

    satu penghasil ASI yang merupakan

    makanan pokok bayi baru lahir sehingga

    harus dilakukan sedini mungkin (Azwar,

    2008).

    Dari hasil penelitian yang

    dilakukan oleh Risani (2013) presentase

    responden yang pengeluaran ASI-nya

    lancar lebih tinggi pada responden yang

    diberi perlakuan pijat oksitosin 80%

    dibanding responden yang tidak diberi

    perlakuan pijat oksitosin 10%, Pada

    responden yang pengeluaran ASI-nya tidak

    lancar masih ditemukan pada responden

    yang diberi pijat oksitosin sebesar 20%,

    Namun presentase tersebut lebih rendah

    dibandingkan yang tidak dilakukan pijat

    oksitosin sebesar 90%.

    Pijat oksitosin merupakan salah

    satu solusi untuk mengatasi

    ketidaklancaran produksi ASI. Pijat

    oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang

    tulang belakang (vertebrae) sampai tulang

    costae kelima- keenam dan merupakan

    usaha untuk merangsang hormon prolaktin

    dan oksitosin setelah melahirkan (Indiyani,

    2006; Yohmi & Roesli, 2009). Pijatan ini

    berfungsi untuk meningkatkan hormon

  • oksitosin yang dapat menenangkan ibu,

    sehingga ASI pun otomatis keluar.

    Penelitian yang dilakukan oleh Eko (2011)

    menunjukkan bahwa kombinasi teknik

    marmet dan pijat oksitosin dapat

    meningkatkan produksi ASI.

    Cakupan pemberian ASI di

    Kabupaten Tegal sendiri masih cukup

    rendah yaitu mencapai angka 32 persen

    dibanding cakupan ASI di indonesia yaitu

    42 persen, Pemerintah Kabupaten sendiri

    telah merencanakan Gerakan Nasional

    Sadar Gizi di wilayah Kota dan Kabupaten

    Tegal sehingga ditargetkan cakupan ASI

    meningkat menjadi 65 persen.

    Dibandingkan dengan target cakupan ASI

    yang diberikan oleh pemerintah maka

    angka cakupan ASI saat ini masih

    tergolong rendah (Dinkes Kabupaten

    Tegal, 2012). Ditengah gencarnya program

    pemerintah untuk meningkatkan cakupan

    pemberian ASI, maka perlu dilakukannya

    penekanan faktor-faktor yang dapat

    menghambat dalam pemberian ASI pada

    bayi yaitu salah satunya melancarkan

    produksi ASI pada ibu menyusui.

    Berdasarkan hasil studi

    pendahuluan yang dilakukan di wilayah

    kerja puskesmas Kesamiran didapatkan

    data jumlah ibu bersalin tahun 2013

    sebanyak 561 ibu, jumlah ibu menyusui

    sebanyak 533 ibu dan jumlah bayi

    sebanyak 501. Kesakitan bayi pada tahun

    2013 akibat diare yaitu 172 bayi, infeksi

    58 bayi, dan konstipasi 44 bayi. Angka

    cakupan ASI di wilayah kerja puskesmas

    Kesamiran sendiri adalah 30 persen yang

    memberikan ASI secara eksklusif. Hasil

    wawancara yang dilakukan kepada ibu

    yang tidak memberikan ASI secara

    eksklusif, 5 dari 8 ibu mengaku

    memberikan tambahan makanan selain

    ASI disebabkan produksi ASI nya yang

    sedikit. Tiga ibu yang mengalami produksi

    ASI sedikit mengatakan memperbanyak

    konsumsi sayur dan buah untuk

    meningkatkan produksi ASI-nya, satu ibu

    mengatakan meminum jamu-jamuan dan

    satu ibu yang lain mengatakan tidak

    menggunakan treatment apapun untuk

    membantu memperlancar ASI-nya. Ibu-ibu

    tersebut mengatakan upaya yang mereka

    lakukan untuk memperbanyak ASI belum

    optimal dan ASI belum banyak meningkat.

    Berdasarkan uraian di atas

    peneliti tertarik melakukan penelitian

    dengan judul Perbedaan Produksi Asi Sebelum dan Sesudah Dilakukan

    Kombinasi Metode Massase Depan (Breast

    Care) dan Massase Belakang (Pijat

    Oksitosin) pada Ibu Menyusui 0-3 Bulan

    di Wilayah Kerja Puskesmas Kesamiran

    Kabupaten Tegal

    METODE PENELITIAN

    Desain penelitian memuat dua aspek

    penting yaitu rancangan penelitian yang

    digunakan dan pendekatannya. Penelitian

    eksperimen merupakan kegiatan penelitian

    yang bertujuan untuk menilai adanya

    pengaruh suatu perlakuan atau treatment

    atau menguji hipotesis tentang ada tidak

    pengaruh suatu tindakan bila dibandingkan

    dengan tindakan lain (Setiawan, 2011).

    Jenis penelitian yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah penelitian eksperimen

    semu atau pre experiment dengan

    rancangan one group pretest-posttest

    design. Penelitian eksperimen ini

    digunakan untuk mengukur pengaruh

    kombinasi breast care dan pijat oksitosin

    terhadap produksi ASI. Penelitian pre

    experiment ini bertujuan mengungkap

    kemungkinan adanya hubungan sebab

    akibat antara variabel tanpa adanya

    manipulasi suatu variabel, artinya variabel-

    variabel yang akan diuji hubungan

    kausalnya telah terjadi dalam kondisi yang

    wajar (Saryono 2011).

    Populasi dalam penelitian ini adalah semua

    ibu menyusui 0-3 bulan di wilayah kerja

    Puskesmas Kesamiran Kabupaten Tegal

    pada bulan Mei-Juni sebanyak 29 ibu.

    Teknik pengambilan Sampel dalam

    penelitian ini adalah menggunakan

    purposive sampling yaitu dimana teknik

    pengambilan sampel ini berdasarkan pada

    kriteria tertentu dari suatu tujuan yang

    spesifik yang sebelumnya ditetapkan oleh

    peneliti, subyek yang memenuhi kriteria

  • tersebut menjadi anggota sampel

    (Arikunto, 2010).

    Kriteria Inklusi adalah:

    a. Ibu menyusui yang mensekresi ASI matur (menyusui pada hari ke 10 sampai 3 bulan)

    b. Ibu menyusui yang bersedia menjadi responden

    c. Ibu menyusui yang tidak mengonsumsi obat yang

    memperlancar produksi ASI.

    d. Bayi tidak diberikan susu formula ketika penelitian.

    e. Bayi lahir dengan tidak ada cacat fisik dan refleks hisap bayi baik.

    f. Ibu menyusui yang belum mendapatkan breast care maupun

    pijat oksitosin.

    Kriteria Eksklusi adalah:

    a. Bentuk puting dan payudara yang tidak normal ( tidak ada puting

    susu, ca mamae, mastitis, abses,

    dll)

    b. Ibu yang menderita kelainan psikologis (post partum blues,

    depresi post partum, baby blues,

    dll)

    c. Ibu yang memakai alat kontrasepsi hormonal berisi hormon estrogen.

    Berdasarkan teknik pengambilan sampel

    dengan menggunkan teknik purposive

    sampel didapatkan jumlah responden

    sebanyak 18 responden. 7 ibu dinyatakan

    tidak memenuhi kriteria inklusi karena

    menggunakan alat kontrasepsi berupa

    implan, 2 ibu dikarenakan sudah tidak

    menyusui lagi sehingga ASI sudah tidak

    terproduksi dan 1 ibu tidak dapat dijadikan

    responden karena masuk pada kriteria

    eksklusi yaitu ditemukannya abses pada

    saat penelitian.

    HASIL PENELITIAN

    Analisis Univariat

    1. Jumlah Produksi ASI Sebelum Diberikan Breast Care dan Pijat

    Oksitosin

    Tabel 4.4 Analisis Deskripsi

    Berdasarkan Jumlah Produksi ASI

    Sebelum Diberikan Breast Care

    dan Pijat Oksitosin pada Ibu

    Menyusui 0-3 Bulan di Wilayah

    Kerja Puskesmas Kesamiran Kab.

    Tegal, 2014

    Berdasarkan Tabel 4.4

    dapat diketahui bahwa dari 18

    responden ibu menyusui 0-3 bulan

    di wilayah kerja Puskesmas

    Kesamiran Kab. Tegal, rata-rata

    memiliki jumlah produksi ASI

    sebelum diberikan breast care dan

    Pijat Oksitosin sebesar 32,61 ml

    dengan standar deviasi 12,73 ml,

    produksi ASI paling sedikit

    sejumlah 15 ml dan paling banyak

    sejumlah 54 ml

    2. Jumlah Produksi ASI Sesudah Diberikan Breast Care dan Pijat

    Oksitosin

    Tabel 4.5 Analisis Deskripsi

    Berdasarkan Jumlah Produksi ASI

    Sesudah Diberikan Breast Care dan

    Pijat Oksitosin pada Ibu Menyusui

    0-3 Bulan di Wilayah Kerja

    Puskesmas Kesamiran Kab. Tegal,

    2014

    Berdasarkan Tabel 4.5

    dapat diketahui bahwa dari 18

    responden ibu menyusui 0-3 bulan

    di wilayah kerja Puskesmas

    Kesamiran Kab. Tegal, sesudah

    diberikan breast care dan Pijat

    Oksitosin memiliki rata-rata jumlah

    produksi ASI sebesar 40,83 ml

    Variabel N Mean

    (ml)

    SD

    (ml)

    Min

    (ml)

    Max

    (ml)

    Jumlah

    Produksi

    ASI

    18 32.61 12.73 15 54

    Variabel N Mean

    (ml)

    SD

    (ml)

    Min

    (ml)

    Max

    (ml)

    Jumlah

    Produksi

    ASI

    18 40.83 13.82 18 65

  • dengan standar deviasi 13,72 ml,

    produksi ASI paling sedikit

    sejumlah 18 ml dan paling banyak

    sejumlah 65 ml.

    Analisis Bivariat

    1. Perbedaan Produksi ASI Sebelum dan Sesudah Dilakukan Kombinasi

    Metode Massase depan (breast

    care) dan masase belakang (pijat

    oksitosin)

    Tabel 4.6 Perbedaan Produksi

    ASI Sebelum dan Sesudah

    Dilakukan Kombinasi Metode

    Massase depan (breast care) dan

    masase belakang (pijat oksitosin)

    pada ibu menyusui 0-3 bulan di

    wilayah kerja Puskesmas

    Kesamiran Kab. Tegal, 2014

    Variabel Perlakuan n Mean SD T p-

    value

    Produksi

    ASI

    Sebelum

    Sesudah

    18

    18

    32,61

    40,83

    12,729

    13,823

    9,187 0,000

    Berdasarkan Tabel 4.6,

    dapat diketahui bahwa sebelum

    diberikan breast care dan pijat

    oksitosin rata-rata produksi ASI

    responden sebesar 32,61 ml,

    kemudian meningkat menjadi

    40,83 ml sesudah diberikan breast

    care dan masase dengan rata-rata

    peningkatan 8,22 ml.

    Berdasarkan uji t

    dependen, didapatkan nilai t hitung

    sebesar 9,187 dengan p-value

    sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-

    menunjukkan bahwa ada perbedaan

    yang signifikan produksi ASI

    sebelum dan sesudah dilakukan

    kombinasi metode massase depan

    (breast care) dan masase belakang

    (pijat oksitosin) pada ibu menyusui

    0-3 bulan di wilayah kerja

    Puskesmas Kesamiran Kabupaten

    Tegal.

    PEMBAHASAN

    1. Jumlah Produksi ASI Sebelum Diberikan Breast Care dan Pijat

    Oksitosin.

    Berdasarkan Tabel 4.4 dapat

    diketahui bahwa dari 18 responden ibu

    menyusui 0-3 bulan di wilayah kerja

    Puskesmas Kesamiran Kab. Tegal, rata-

    rata memiliki jumlah produksi ASI

    sebelum diberikan breast care dan Pijat

    oksitosin sebesar 32,61 ml dengan standar

    deviasi 12,73 ml, produksi ASI paling

    sedikit sejumlah 15 ml dan paling banyak

    sejumlah 54 ml.

    Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu

    emulsi lemak dalam larutan protein,

    laktosa dan garam-garam anorganik yang

    disekresikan oleh kelenjar mamae ibu, dan

    berguna sebagai makanan bayi. ASI

    dibedakan menjadi tiga stadium yaitu :

    kolostrum, asi susu transisi dan air susu

    matur. Kolostrum adalah air susu yang

    pertama kali keluar berwarna kekuningan

    mengandung banyak protein, antibodi, dan

    immunoglobulin. ASI transisi atau

    peralihan adalah ASI yang keluar setelah

    kolostrum sampai sebelum ASI matang,

    yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10

    yang mengandung protein semakin rendah

    sedangkan kadar lemak dan karbohidrat

    semakin tinggi. ASI matur disekresikan

    pada hari ke sepuluh dan seterusnya

    berwarna putih kekuningan. (Maryunani,

    2012)

    Volume ASI yang diproduksi dan

    dikeluarkan oleh kelenjar payudara dapat

    berbeda berdasarkan faktor-faktor yang

    mempengaruhinya (Astutik, 2014).

    Produksi ASI yang akan dihasilkan ibu

    pada kelenjar payudaranya tidaklah sama

    setiap wakunya. Dikatakan bahwa volume

    ASI akan menurun sesuai dengan waktu.

    (Wiji, 2013)

    Pada hari-hari pertama kelahiran

    bayi, apabila penghisapan putting susu

    cukup adekuat, maka akan dihasilkan

    secara bertahap 10-100 ml ASI. Produksi

    ASI akan optimal setelah hari 10-14 usia

    bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi 700-

    800 ml/hari. Produksi ASI mulai menurun

  • 500-700 ml setelah 6 bulan pertama, 400-

    600 pada 6 bulan kedua usia bayi, dan

    akan menjadi 300-500 ml pada tahun

    kedua usia anak. (Wiji, 2013)

    Pada penelitian ini sampel ibu

    yang diambil adalah ibu yang telah

    mensekresi ASI matur yaitu ASI dalam

    jumlah konstan yang diproduksi setelah

    hari ke 10 pasca ibu bersalin. Jumlah

    produksi ASI sebelum dilakukan

    kombinasi breast care dan pijat oksitosin

    dihitung dengan cara memerah ASI

    dengan menggunkan pompa payudara

    yang kemudian diukur dengan

    menggunakan gelas ukur dalam satuan ml.

    Didapatkan hasil yaitu rata-rata volume

    ASI sebelum dilakukan breast care dan

    pijat oksitosin adalah 32,61 ml. Dilihat

    dari volume tersebut, rata-rata masih

    terbilang sedikit hal ini bisa terjadi

    dikarenakan upaya-upaya ibu menyusui

    dalam mengatasi masalah dalam ASI nya

    belum optimal dan ibu menyusui yang

    dijadikan responden mengaku belum

    pernah melakukan breast care maupun

    pijat oksitosin.

    Pemerahan ASI dilakukan

    sebelum ibu menyusui bayinya atau

    minimal 2-3 jam setelah penyusuan

    sebelumnya guna mengembalikan

    produksi ASI ibu pada volume sebelum

    disusukan ke bayinya. Pretest tersebut

    dilakukan pada pagi hari setelah

    sebelumnya dilakukan kontrak waktu dan

    meminta ibu untuk mengkonsumsi menu

    makanan yang ditentukan oleh peneliti

    guna mengendalikan variabel pengganggu

    berupa makanan.

    2. Jumlah Produksi ASI Sesudah Diberikan Breast Care dan Pijat

    Oksitosin

    Berdasarkan Tabel 4.5 dapat

    diketahui bahwa dari 18 responden ibu

    menyusui 0-3 bulan di wilayah kerja

    Puskesmas Kesamiran Kab. Tegal, sesudah

    diberikan breast care dan Pijat Oksitosin

    memiliki rata-rata jumlah produksi ASI

    sebesar 40,83 ml dengan standar deviasi

    13,72 ml, produksi ASI paling sedikit

    sejumlah 18 ml dan paling banyak

    sejumlah 65 ml.

    Produksi ASI merujuk pada

    volume ASI yang dikeluarkan oleh

    payudara dan banyaknya ASI tersebut

    diasumsikan sama dengan produksi ASI.

    Meningkat dan menurunnya produksi ASI

    dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti

    makanan yang dikonsumsi ibu, ketenangan

    jiwa dan fikiran, penggunaan alat

    kontrasepsi, perawatan payudara, anatomis

    payudara, faktor fisiologis, pola istirahat,

    faktor isapan anak atau frekuensi

    penyusuan, berat lahir bayi, umur

    kehamilan saat melahirkan, dan konsumsi

    rokok serta alkohol. (Wiji, 2013)

    Salah satu cara meningkatkan

    produksi ASI melalui salah satu faktor

    yang mempengaruhinya yaitu perawatan

    payudara dan faktor fisiologis dapat

    dilakukan intervensi berupa breast care

    dan pijat oksitosin. Breast care disebut

    juga dengan perawatan payudara adalah

    upaya dengan perawatan khusus lewat

    pemberian rangsang terhadap otot-otot

    buah dada ibu, dengan cara pengurutan

    atau massase diharapkan dapat memberi

    rangsangan kepada kelenjar air susu ibu

    agar dapat memproduksi susu tersebut

    (Wulandari, 2011). Pengertian pijat

    oksitosin sendiri adalah pemijatan tulang

    belakang pada costa ke 5-6 sampai ke

    scapula yang akan mempercepat kerja

    saraf parasimpatis merangsang hipofise

    posterior untuk mengeluarkan oksitosin

    (Marmi, 2010).

    Kombinasi breast care dan pijat

    oksitosin merupakan penggabungan dua

    metode yaitu pemijatan pada payudara

    lewat pemberian rangsang terhadap otot-

    otot buah dada dan punggung ibu dengan

    tujuan untuk memberi rangsangan kepada

    kelenjar air susu ibu agar dapat

    memproduksi susu dan memicu hormon

    oksitosin atau refleks let down serta

    memberikan kenyamanan dan

    menciptakan rasa rileks pada ibu melalui

    hormon endorphin yang disekresi karena

    rasa nyaman dan rileks tersebut yang

    dialami ibu selama pemijatan dan support

  • yang diberikan. Kombinasi dari dua

    metode ini mengakibatkan produksi ASI

    meningkat melalui rangsangan sentuhan

    pada payudara dan punggung ibu akan

    merangsang produksi oksitosin yang

    menyebabkan kontraksi sel-sel myophitel

    (Sulistyawati, 2009).

    Hormon oksitosin berfungsi

    memacu kontraksi otot polos yang ada di

    dinding alveolus dan dinding saluran

    sehingga ASI dipompa keluar (Wiji,

    2013). Refleks oksitosin lebih rumit

    dibanding refleks prolaktin. Pikiran,

    perasaan dan sensasi seorang ibu akan

    sangat mempengaruhi refleks ini. Perasaan

    ibu dapat meningkatkan dan juga

    menghambat pengeluaran oksitosin.

    Hormon ini akan menyebabkan sel-sel otot

    yang mengelilingi saluran pembuat susu

    mengerut atau berkontraksi sehingga ASI

    terdorong keluar dari saluran produksi ASI

    dan mengalir siap untuk dihisap oleh bayi.

    (Perinasia, 2011)

    Dari pemaparan diatas dapat

    disimpulkan melalui kombinasi breast care

    dan pijat oksitosin kontraksi otot-otot

    polos, sensasi, pikiran dan perasaan ibu

    akan meningkat diakibatkan oleh

    terproduksinya hormon endorphin yang

    menyebabkan oksitosin terbentuk sehingga

    dapat memicu produksi ASI.

    Analisa Bivariat

    1. Perbedaan Produksi ASI Sebelum dan Sesudah Dilakukan

    Kombinasi Metode Massase depan

    (breast care) dan masase belakang (pijat

    oksitosin)

    Untuk membandingkan perbedaan

    peningkatan produksi ASI sebelum dan

    sesudah dilakukan kombinasi Massase

    depan (breast care) dan massasse belakang

    (pijat oksitosin) Sebelum dilakukan t-test

    dependent data terlebih dahulu dilakukan

    uji normalitasnya. Uji normalitas

    menggunakan uji shapiro-wilk karena

    termasuk penelitian uji parametrik yang

    memiliki sampel kecil.

    Berdasarkan uji t dependen,

    didapatkan nilai t hitung sebesar 9,187

    dengan p-value sebesar 0,000. Terlihat

    bahwa p-

    menunjukkan bahwa ada perbedaan yang

    signifikan produksi ASI sebelum dan

    sesudah dilakukan kombinasi metode

    massase depan (breast care) dan masase

    belakang (pijat oksitosin) pada ibu

    menyusui 0-3 bulan di wilayah kerja

    Puskesmas Kesamiran Kabupaten Tegal.

    Berdasarkan hasil penelitian sebelum

    dan sesudah dilakukan metode massase

    depan (breast care) dan masase belakang

    (pijat oksitosin), produksi ASI 88,9 %

    responden mengalami peningkatan volume

    ASI dan 11,1 % responden volume ASI

    nya tetap. Peningkatan volume ASI

    tersebut dapat dilihat dari rata-rata volume

    ASI sebelum dilakukan kombinasi metode

    massase depan (breast care) dan masase

    belakang (pijat oksitosin) 32,61 ml

    menjadi 40,83 ml setelah dilakukan

    kombinasi dua pemijatan.

    Laktasi atau menyusui merupakan

    proses yang cukup kompleks. Laktasi atau

    menyusui mempunyai dua pengertian yaitu

    produksi (pembuatan) dan pengeluaran

    ASI (Perinasia, 2011)

    Kombinasi dari kedua metode

    massase depan (breast care) dan masssase

    belakang (pijat oksitosin) pada prinsipnya

    bertujuan membuat otot-otot myopithel

    berkontraksi, merelaksasikan pikiran dan

    memperlancar pengeluaran ASI.

    Pengeluaran ASI ini terjadi karena sel otot

    halus di sekitar kelenjar payudara

    mengerut sehingga memeras ASI untuk

    keluar. ASI dapat keluar dari payudara

    akibat adanya otot-otot yang mengerut

    yang dapat distimulasi oleh suatu hormon

    yang dinamakan oksitoksin. Refleks

    oksitosin lebih rumit dibanding refleks

    prolaktin.

    Pikiran, perasaan dan sensasi

    seorang ibu akan sangat mempengaruhi

    refleks ini terutama pada pengeluaran

    hormon endorphin. Perasaan ibu dapat

    meningkatkan dan juga menghambat

    pengeluaran endorphin yang menghasilkan

    hormon oksitosin. Oksitosin memacu sel-

    sel myoepithel yang mengelilingi alveoli

    dan duktuli untuk berkontraksi, sehingga

  • mengalirkan ASI dari alveoli ke duktuli

    menuju sinus dan puting untuk dihisap

    oleh bayi.

    Seringkali saat sudah terproduksi

    ASI tetap tidak dapat dikeluarkan akibat

    adanya sumbatan maupun kurangnya

    rangsangan pada otot polos untuk

    berkontraksi, dengan adanya pemijatan

    langsung pada payudara maka aliran ASI

    dalam payudara akan lancar dan

    menyebabkan rangsangan pada otot halus

    di kelenjar payudara dapat mengeluarkan

    dan memproduksi ASI dalam jumlah yang

    banyak untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

    bayi baru lahir.

    Berdasarkan hasil penelitian diatas

    bahwa adanya intervensi yang berupa

    pemberian kombinasi massase depan

    (breast care) dan masssase belakang (pijat

    oksitosin) dapat mempengaruhi

    peningkatan produksi ASI pada ibu

    menyusui 0-3 bulan. Produksi ASI 88,9 %

    atau 16 responden mengalami peningkatan

    volume ASI setelah dilakukan kombinasi

    breast care dan pijat oksitosin dengan

    peningkatan rata-rata 8,22 ml sedangkan

    11,1 % atau 2 dari 18 responden volume

    ASI nya tetap.

    Hal ini sejalan dengan hasil

    penelitian yang dilakukan oleh Futuchiyah

    (2013) tentang hubungan perawatan

    payudara (breast care) terhadap produksi

    ASI didapatkan hasil bahwa perawatan

    payudara dengan metode (breast care)

    dapat meningkatkan produksi ASI yang

    signifikan melalui rangsangan pemijatan

    dan massase pada otot-otot payudara

    secara langsung sehingga menyebabkan

    kontraksi sel-sel myophitel dan

    menyebabkan ASI keluar dengan lancar

    pada saat bayi menyusu pada ibunya.

    Penelitian lain yang dilakukan oleh

    Mardyaningsih (2010), tentang efektifitas

    kombinasi teknik marmet dan pijat

    oksitosin terhadap produksi air susu ibu

    pada ibu post secsio saesarea dan

    didapatkan hasil kombinasi teknik marmet

    dan pijat oksitosin berpengaruh pada

    peningkatan produksi ASI, dari

    Mardyaningsih (2010) tersebut dapat

    disimpulkan bahwa produksi ASI sangat

    dipengaruhi oleh hormon prolaktin yang

    akan menproduksi ASI, dan hormon

    oksitosin yang berpengaruh pada

    kelancaran pengeluaran ASI, karena

    semakin ASI keluar produksi ASI akan

    semakin meningkat, jadi pada penelitian

    diatas dapat disimpulkan kombinasi

    tekhnik marmet dan pijat oksitosin dapat

    menstimulasi hormon prolaktin dan

    oksitosin.

    Setelah dilakukan wawancara

    mendalam pada 2 ibu yang ASI nya tetap

    atau tidak mengalami peningkatan,

    didapatkan informasi bahwa kedua

    responden mengatakan pikiran dan

    perasaannya tidak tenang diakibatkan tidak

    adanya asisten rumah tangga dirumah dan

    cuti yang akan segera berakhir sehingga

    menimbulkan beban fikiran untuk

    responden yang berakibat pada tidak

    meningkatnya volume produksi ASI

    setelah dilakukan metode kombinasi breast

    care dan pijat oksitosin.

    Hal ini sejalan dengan penelitian

    yang dilakukan oleh Novianti (2009), ibu

    yang berada dalam keadaan stress, kacau,

    marah dan sedih, kurang percaya diri,

    terlalu lelah, ibu tidak suka menyusui,

    serta kurangnya dukungan dan perhatian

    keluarga dan pasangan kepada ibu

    merupakan faktor psikologis yang dapat

    mengganggu produksi ASI pada ibu.

    Penelitian lain yang dilakukan oleh

    Derek (2005), produksi ASI ibu sangat

    dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang

    selalu dalam keadaan gelisah, kurang

    percaya diri, rasa tertekan, ketakutan,

    pengunjung yang tidak simpatik dan

    berbagai bentuk ketegangan emosional,

    mungkin akan mengakibatkan ibu gagal

    dalam menyusui bayinya karena kondisi

    ini dapat menghambat pengeluaran

    hormon oksitosin sehingga mencegah

    masuknya air susu ke dalam pembuluh

    payudara. Ketentraman jiwa dan pikiran

    ibu juga dipengaruhi oleh dukungan dari

    keluarga, suami dan petugas kesehatan.

  • PENUTUP

    Kesimpulan

    1. Produksi ASI sebelum diberikan kombinasi massase depan (breast care)

    dan massase belakang (pijat oksitosin)

    pada ibu menyusui 0-3 bulan di

    Wilayah Kerja Puskesmas Kesamiran

    Kabupaten Tegal yaitu rata-rata 32,61.

    2. Produksi ASI sesudah diberikan kombinasi massase depan (breast care)

    dan massase belakang (pijat oksitosin)

    pada ibu menyusui 0-3 bulan di

    Wilayah Kerja Puskesmas Kesamiran

    Kabupaten Tegal yaitu rata-rata 40,83.

    3. Ada perbedaan yang signifikan antara produksi ASI sebelum dan sesudah

    diberikan kombinasi massase depan

    (breast care) dan massase belakang

    (pijat oksitosin) pada ibu menyusui 0-

    3 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

    Kesamiran Kabupaten Tegal

    didapatkan (p = 0,000 = 0,05).

    Saran

    1. Bagi Masyarakat Diharapkan masyarakat khususnya

    ibu menyusui dapat mengatasi dan

    mencegah masalah menyusui

    kaitannya dengan produksi ASI yang

    sedikit atau menurun dengan

    dilakukan kombinasi massase depan

    (breast care) dan massase belakang

    (pijat oksitosin) dengan dibantu oleh

    keluarga maupun tenaga kesehatan

    terdekat.

    2. Bagi Bidan Bagi bidan diharapkan dapat

    melakukan treatment kombinasi

    massase depan (breast care) dan

    massase belakang (pijat oksitosin)

    pada ibu-ibu menyusui untuk

    mengatasi dan mencegah masalah

    menyusui kaitannya dengan masalah

    dalam produksi ASI nya.

    3. Bagi peneliti selanjutnya Perlu diadakan penelitian lebih lanjut

    dengan mengkondisikan dan

    mengendalikan variabel pengganggu

    seperti stress dan pola istirahat pada

    ibu

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta

    Astutik, Reni Yuli. 2014. Payudara dan Laktasi. Jakarta

    Bobak dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta

    Dahlan, Sopiyudin. 2013. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta

    Eko Mardiyaningsih. 2011. Efektifitas Kombinasi Teknik Marmet Dan Pijat Oksitosin

    Terhadap Produksi Asi Ibu Post Seksio Di Rumah Sakit Wilayah Jawa Tengah.

    Hidayat. 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Surabaya

    Hubertin, Sri Purwanti. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta

    Marmi. 2010. Asuhan Kebidanan pada Masa Antenatal. Yogyakarta

    Maryunani. 2012. Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi. Jakarta

    Mulyani, 2013. Buku Ajar Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta

  • Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta

    Perinasia, 2011. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta

    Prasetyono, Dwi Sinar. 2012. Buku Pintar ASI Eksklusif. Jakarta

    Risani Siska Edy Perdana. 2013. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Kelancaran Air Susu

    Ibu Pada Ibu Nifas Primipara Di Wilayah Kerja Puskesmas Leyangan

    Kabupaten Semarang.

    Roito, Juraida; Nurmailis Noor dan Mardiah. 2013. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Deteksi

    Dini Komplikasi. Jakarta

    Sugiyono. 2010. Statistik untuk Penelitian. Bandung

    Suherni; Hesty Widyasih dan Anita Rahmawati. 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogykarta

    Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta

    Wiji, Rizki Ntia. 2013. ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta

    Wulandari, Setyo Retsno dan Sri Handayani. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas.

    Yogyakarta