Mengukur Kinerja Pemda Melalui Rasio Keuangan Pemda

download Mengukur Kinerja Pemda Melalui Rasio Keuangan Pemda

of 12

Transcript of Mengukur Kinerja Pemda Melalui Rasio Keuangan Pemda

  • 8/16/2019 Mengukur Kinerja Pemda Melalui Rasio Keuangan Pemda

    1/12

     

    Mengukur K inerja Pemerintah DaerahMelalui Rasio Keuangan Daerah

    Wakhyudi dan Laila Firda TarunasariProgram Studi Akuntansi, Sekolah Tinggi I lmu Ekonomi Kesatuan

    Bogor, IndonesiaE-Mail: [email protected]

    ABSTRACT

    The change in system from a central ized government to a decentralized one bri ngs about

    consequences for a change of approach used in local financial management, especially in the areasof fiscal management. Financial balance poli cy between central government and local government

    is by implementing fiscal decentral izati on policy. Fi scal decentral izati on is expected to encourage

    parti cipation, ini ti ative, and creati vit y of lokal goverments and communiti es to bui ld their own

    neighbourhood.The purpose of this study was to evaluate the performance of a local government withi n the

    framework of fiscal decentral izati on. Several rules have been set by central government on localgovernments’ performance evaluati on as stipulated in the Regional Government Performance

    Accountabili ty Report or called LAKIP. H owever, measuri ng and evaluati ng the performance of

    the government may not merely based on the basis of LAKIP, but also on regional financial ratio

    as in Bogor Regency Government’s local revenue and expendi ture budget (APBD).

    Regional financial ratios used are the rat io of independence (fi scal autonomy), the ratio of

    effecti veness and efficiency, debt service coverage ratio, acti vity ratio, and growth ratio. The resul ts

    of the calculati on of financial rat ios of Bogor Regency Government budget for 2003 – 2006 fiscal

    year show local independence and low local growth. However, Bogor Regency Government has

    been effecti ve and efficient in using its income.

    The results of the evaluati on in this study indicate that Bogor Regency Government i s sti ll very

    dependent to Central Government i n fi nancing the acti vit ies. This conditi on shows that the welfare

    of the people is sti ll low. Even though i n the LAKIP Bogor Regency Government explained that i thas been effective and effi cient in managing finance, but the number of funds in the budget balance

    wi th the central government i ncreases every year. By optimizing the human resources of the local

    government in accordance with their own skil ls along with the improvement in evaluating every

    single working uni t, i t is expected that each unit may, as the resul t, improve the government

    performance in years to come.

    Keywords : regional financial rati o; government performance

    PENDAHULUANDesentralisasi fiskal adalah kewenangan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat

    kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur sendiri keuangan daerahnya menurutprakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara KesatuanRepublik Indonesia. Pelimpahan kewenangan kepada daerah akan memiliki daya guna

    optimal jika otonomi daerah tidak mencakup hak untuk seenaknya membelanjakanuang, namun membuka ruang partisipasi, transparansi publik, kontrol dan akuntabilitaspenggunaan kewenangan tersebut.

    Konsekuensi kewenangan tersebut, pemerintah daerah mempunyai kewajiban untukmeningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat secara demokratis, adil, merata,dan berkesinambungan. Kewajiban ini bisa dipenuhi apabila pemerintah daerah mampumengelola potensi sumber daya daerahnya dengan cara mengoptimalkan pendapatandaerah dan membangun sarana dan prasarana yang dibutuhkan masyarakat gunamenunjang pertumbuhan kemandirian ekonomi daerah. Pengelolaan potensi sumberdaya yang ada harus ditunjang dengan rencana keuangan atau Anggaran Pendapatan

    Region Fi nancial

    Ratio

    139Submitted: J UL I 2013

    Accepted:AG USTUS 2013 

    JIAKES

     J urnal Ilmiah AkuntansiKesatuan

    Vol. 1 No. 2, 2013pg. 139-150

    STIE KesatuanISSN 2337 – 7852

  • 8/16/2019 Mengukur Kinerja Pemda Melalui Rasio Keuangan Pemda

    2/12

     

    dan Belanja Daerah (APBD) yang efektif dan efisien untuk mencapai hasil atau kinerjayang baik serta berorientasi terhadap kepentingan publik. Anggaran berbasis kinerjamemungkinkan pengalokasian sumber daya pemerintah daerah di dalam pengelolaankeuangan daerah menjadi lebih terarah dan seimbang dengan pertimbangan value formoney  sebagai dasar untuk menentukan beban yang layak untuk setiap program yangakan dilaksanakan sesuai dengan visi dan misi yang sudah ditetapkan.

    Sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda pemerintahan, pembangunan,dan pelayanan masyarakat, pemerintah daerah wajib menggunakan kreativitas daninisiatif dalam menggali sumber daya keuangan daerah tersebut dengan arah kebijakanyang baik dan mendukung perkembangan daerah yang dipimpinnya kearah yangpositif. Di satu sisi, mobilisasi sumber daya keuangan daerah untuk membiayai berbagaiaktivitas daerah dapat meningkatkan kinerja pemerintahan daerah dalam menjalankanfungsinya. Namun, mobilisasi sumber dana secara eksesif dan berlebihan dapatmenimbulkan dampak jangka panjang yang tidak kondusif.

    Berdasarkan kondisi tersebut, maka diperlukan pengkajian secara mendalam untukmenganalisis kinerja pemerintah daerah dalam mengelola sumber daya keuangandaerah sehingga dapat menilai kemampuan pemerintah daerah dan apakah pemerintahdaerah telah berhasil atau belum dalam menjalankan tugas-tugasnya.

    Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah: (1) bagaimana cara

    perhitungan dan hasil rasio keuangan daerah pada APBD atau laporan keuanganPemerintah Kabupaten Bogor ? (2) bagaimana keterkaitan rasio keuangan daerah dalampengukuran kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor? Adapun tujuan dilakukannyapenelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) hal-hal yang berhubungan denganpengukuran kinerja pemerintah daerah; dan (2) keterkaitan rasio keuangan daerahdalam pengukuran kinerja pemerintah daerah.

     TELAAH PUSTAKARasio Keuangan Daerah

    Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004) rasio keuangan adalah angka yang diperolehdari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yangmempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Misalnya, antara utang danmodal, kas dan total aktiva, harga pokok penjualan dan penjualan, dan sebagainya.

    Menurut Sofyan Syafri Harahap: “Analisis rasio keuangan adalah usahamengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan yang tersedia.”(2004). Sedangkan menurut Abdul Halim (2004 : 150-158) dan Direktorat PengelolaanKeuangan Daerah (Departemen Keuangan RI, 2006) mengemukakan beberapa rasioyang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan yang bersumber dari APBDantara lain:1)  Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (Otonomi Fiskal)

    Kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan kemampuanPemerintah Daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan,dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagaisumber pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio ini dapat dihitung menggunakanrumus:

    Rasio ini menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana ekstern dantingkat patisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasiokemandirian berarti semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak danretribusi daerah yang merupakan komponen utama pendapatan asli daerah yang akandigunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    Pendapatan Asli DaerahRasio Kemandirian

    Bantuan Pemerintah Pusat dan Pinjaman

    Region Fi nancial

    Ratio

    140

  • 8/16/2019 Mengukur Kinerja Pemda Melalui Rasio Keuangan Pemda

    3/12

     

    2)  Rasio Efektifitas dan Efisiensi Pendapatan Asli DaerahRasio efektivitas dan rasio efisiensi dapat dihitung dengan rumus :

    3) Debt Servi ce Coverage Rat io  (DSCR)DSCR merupakan perbandingan antara jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD),

    Dana Bagi Hasil (DBH) dikurangi dengan Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi (DBHDR),dan Dana Alokasi Umum setelah dikurangi Belanja Wajib (BW), dengan penjumlahanangsuran pokok pinjaman, bunga dan biaya, pinjaman lainnya yang jatuh tempo,dengan ketentuan sebagai berikut:

    a.  Ketentuan yang menyangkut persyaratan

     

     J umlah kumulatif pinjaman daerah yang wajib dibayar maksimal 75% daripenerimaan APBD tahun sebelumnya. DSCR minimal 2,5.

    b.  Ketentuan yang menyangkut penggunaan pinjaman Pinjaman jangka panjang digunakan membiayai pembangunan yang dapat

    menghasilkan penerimaan kembali untuk pembayaran pinjaman dan pelayananmasyarakat.

     Pinjaman jangka pendek untuk pengaturan arus kas.c.  Ketentuan yang menyangkut prosedur

     Mendapat persetujuan DPRD. Dituangkan dalam kontrak.  Tidak mempunyai tunggakkan atas pengembalian pinjaman yang berasal dari

    pemerintah.DSCR dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

    4)  Rasio AktivitasRasio ini mengambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan dananya

    pada belanja rutin dan belanja modal secara optimal. Semakin tinggi persentase danayang dialokasikan untuk belanja rutin berarti persentase belanja modal yang digunakancenderung semakin kecil. Rasio aktivitas dapat diformulasikan sebagai berikut:

    5)  Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio )Rasio pertumbuhan mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam

    mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang telah dicapai dari periode keperiode berikutnya. Dengan diketahuinya pertumbuhan untuk masing-masing

    Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli DaerahRasio Efektifi tas =

     Target Penerimaan PAD yg Ditetapkan Berdasar Potensi Riil Daerah

    Biaya yang Dikeluarkan untuk Memungut PADRasio Efisiensi =

    Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah

    (PAD + ( DBH – DBHDR ) + DAU) - BWDSCR =

     Total (Angsuran Pokok Pinjaman + Bunga + Biaya Pinjaman)

     Total Belanja RutinRasio Belanja Rutin terhadap APBD =

     Total APBD

     Total Belanja ModalRasio Belanja Modal terhadap APBD =

     Total APBD

    Region Financial

    Ratio

    1 1

  • 8/16/2019 Mengukur Kinerja Pemda Melalui Rasio Keuangan Pemda

    4/12

     

    komponen sumber pendapatan dan pengeluaran, dapat digunakan untuk mengevaluasipotensi-potensi mana yang perlu mendapatkan perhatian.Perbedaan dan Persamaan Antara Rasio Keuangan Komersial Dengan RasioKeuangan Daerah

    Seperti yang telah dikemukakan di atas, rasio keuangan daerah terdiri dari: rasiokemandirian daerah (otonomi fiskal); rasio efektivitas dan efisiensi; DSCR; rasioaktivitas; dan rasio pertumbuhan. Berbeda dengan organisasi swasta, analisis rasiokeuangan daerah belum banyak dilakukan terhadap APBD. M aksudnya, dalampraktiknya saat ini, rasio keuangan komersil sudah sering digunakan untuk menilaikinerja suatu perusahaan. Sedangkan rasio keuangan daerah belum banyak digunakandalam menilai kinerja pemerintah daerah karena selama ini untuk melihat kinerjapemerintah dilihat berdasarkan LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah).

    Bagi organisasi swasta (lembaga yang bersifat komersial) analisis rasio keuanganyang umumnya diketahui yaitu sebagai berikut:1)  Rasio L ikuiditas yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk

    memenuhi kewajibannya dengan segera.2)  Rasio Leverage  yaitu rasio yang mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh

    pemilik dengan dana yang dipinjam perusahaan dari kreditor.

    3) 

    Rasio Aktivitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur efektif tidaknyaperusahaan di dalam menggunakan dan mengendalikan sumber yang dimilikiperusahaan.

    4)  Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalammenghasilkan laba.Analisis rasio keuangan pada APBD dilakukan dengan membandingkan hasil yang

    dicapai dari satu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga dapatdiketahui bagaimana kecenderungan yang terjadi. Persamaan yang dapat diambil antararasio keuangan komersial dengan rasio keuangan daerah adalah sama-sama mengukurtingkat keefektifan dan keefisienan atas kegiatan yang dilaksanakan dan biaya yangdikeluarkan agar dapat memperoleh hasil (outcome ) pada organisasi pemerintah danhasil (profit ) pada organisasi swasta yang maksimal.Kinerja Pemerintah Daerah

    Menurut Anthon Simbolon (2003) dinyatakan bahwa kinerja instansi pemerintahmerupakan perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untukmempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasidalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistempertanggungjawaban secara periodik. Sesuai dengan karakteristiknya, organisasipemerintah merumuskan pernyataan visi dan misi untuk lebih mengutamakankepentingan publik (customer orientation ). Pemerintah harus bisa bersikap dinamis didalam memenuhi kebutuhan publik di tengah arus global yang banyak memberikandampak yamg bervariasi pada kebutuhan publik itu sendiri.

    Pemberlakuan undang–undang yang mengatur pemerintahan daerah dan sistempengelolaan keuangan daerah mengandung misi utama yakni adanya desentralisasifiskal, yang diharapkan dapat memberikan dua manfaat nyata yaitu:a.  dapat mendorong meningkatkan partisipasi, prakarsa, dan kreativitas masyarakat

    dalam pembangunan serta mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan(keadilan) di seluruh daerah;

    b.  memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui pergeseran peran pengambilankeputusan publik ke tingkat yang lebih rendah.Kualitas pemerintahan yang merupakan variabel gabungan dari partisipasi

    masyarakat, orientasi pemerintah, pembangunan sosial, dan manajemen ekonomi(makro) berhubungan positif dengan derajat desentralisasi. Semakin tinggi derajatdesentralisasi akan semakin baik pula kualitas pemerintahan yang ditandai dengan

    Region Financial

    Ratio

    142

  • 8/16/2019 Mengukur Kinerja Pemda Melalui Rasio Keuangan Pemda

    5/12

     

    meningkatnya partisipasi masyarakat, orientasi pemerintah, pembangunan sosial, danmanajemen ekonomi. (H.M Aswin)

    Kinerja pemerintah daerah dengan sendirinya merupakan keseluruhan capaian atauhasil-hasil selama pelaksanaan otonomi daerah. Untuk mencapai tingkat kinerja sepertiyang diharapkan tentunya perlu dirumuskan rencana kinerja yang memuat penjabaransasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana strategi pemerintah daerah.Pengukuran K inerja Pemerintah

    Robertson (2002) menyatakan bahwa pengukuran kinerja (performance measurement )merupakan suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaranyang telah ditentukan sebelumnya, termasuk: efisiensi penggunaan sumber daya dalammenghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasadiserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan); hasilkegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalammencapai tujuan.

    Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilaikeberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan,sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan strategiinstansi pemerintah. Proses ini dimaksudkan untuk menilai setiap pencapaian indikatorkinerja guna memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian

    tujuan dan sasaran. Selanjutnya dilakukan analisis akuntabilitas kinerja yangmenggambarkan keterkaitan pencapaian kinerja kegiatan dengan program dankebijakan dalam rangka mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi sebagaimanaditetapkan dalam rencana strategik. (Anthon Simbolon, 2003).

    Sedangkan menurut Mohamad Mahsun (2004 : 146), pengukuran kinerja adalahsuatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai pencapaianpelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran, dan strategi sehingga dapat diketahuiorganisasi serta meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.

    Pengukuran kinerja dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama , pengukurankinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah.Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuandan sasaran yang telah ditetapkan. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan efisiensidan efektivitas dalam pemberian pelayanan publik. Kedua,  ukuran kinerja digunakan

    untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran kinerjadimaksudkan untuk mewujudkan pertanggung-jawaban publik dan memperbaikikomunikasi kelembagaan.

    Pengukuran kinerja ini sangat penting bagi peningkatan atau kemajuan kinerja suatuorganisasi, baik organisasi swasta maupun organisasi publik. Dengan meningkatnyakesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan administrasi publik memicu timbulnyagejolak ketidakpuasan. Tuntutan yang semakin tinggi diajukan terhadap pertanggung-

     jawaban yang diberikan oleh pemerintah. Dengan kata lain, kinerja pemerintah kinilebih banyak mendapatkan sorotan, karena masyarakat mulai mempertanyakanmanfaat yang mereka peroleh atas pelayanan pemerintah.

    Pengukuran kinerja pemerintah bertujuan untuk menilai sejauh mana merekamampu menyediakan produk (jasa) yang berkualitas dengan biaya yang layak. Bagiorganisasi pemerintah, kinerja pelayanan publik merupakan salah satu penilaian atas

    keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah. (Dwiyanto, 2003). Hal senada jugadiungkapkan oleh Mardiasmo (2002) bahwasanya tujuan utama penyelenggaraanotonomi daerah antara lain untuk meningkatkan pelayanan publik dan memajukanperekonomian daerah. Peningkatan pelayanan publik dimaksud adalah secara kuantitasmaupun kualitas dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Adapun memajukanperekonomian yang dimaksud adalah dengan menciptakan efisiensi dan efektivitaspengelolaan sumber-sumber daya daerah sehingga memberikan dampak aspek finansialdaerah (PAD dan pertumbuhan industri dan hasil pembangunan yang merata).

    Region Fi nancial

    Ratio

    1 3

  • 8/16/2019 Mengukur Kinerja Pemda Melalui Rasio Keuangan Pemda

    6/12

     

    Elemen Pokok dalam Pengukuran K inerja PemerintahMenurut Mohamad Mahsun (2006 : 146-149) elemen pokok suatu pengukuran

    kinerja antara lain:1)  Menetapkan Tujuan, Sasaran, dan Strategi Organisasi.2)  Merumuskan Indikator dan Ukuran K inerja.3)  Mengukur Tingkat Ketercapaian Tujuan dan Sasaran-sasaran Organisasi.4)  Evaluasi Kinerja

    a. 

    Feedback

    b.  Penilaian kemajuan organisasic.  Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas

    Indikator Kinerja dalam Pengukuran Kinerja Pemerintah DaerahMenurut Mardiasmo (2002 : 125-126), dalam penentuan indikator kinerja perlu

    mempertimbangkan komponen berikut:1)  Biaya pelayanan (cost of service )2)  Penggunaan (utilization )3)  Kualitas dan standar pelayanan (quali ty and standards of service )4)  Cakupan pelayanan (coverage )5)  Kepuasan (satisfaction )Akuntabilitas dalam Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah

    Akuntabilitas pemerintah adalah pemberian informasi dan disclosure   atas aktivitasdan kinerja finansial pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan denganlaporan tersebut. Pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus bisa menjadi subyekpemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik (M ardiasmo, 2002).

    Kriteria akuntabilitas dalam ketentuan ini adalah penanggungjawab penyeleng-garaan suatu urusan pemerintahan ditentukan berdasarkan kedekatannya dengan luas,besaran, dan jaugkauan dampak yang ditimbulkan oleh penyelenggaraan suatu urusanpemerintahan (Penjelasan UU No. 32 tahun 2004 pasal 11). Akuntabilitas kejujurandan akuntabilitas hukum (accountibility for probity and legality ); terkait denganpenghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power ), dan jaminan adanya kepatuhanterhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber danapublik. Dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh pemerintah mencakup:1)  Akuntabilitas proses (process accountibil i ty );

    2) 

    Akuntabilitas program (program accountibil i ty );3)  Akuntabilitas kebijakan (policy accountibi li ty ).Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Berdasarkan PP Nomor 6 Tahun 2008

    Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah atau EPPD dilaksanakan olehPemerintah Pusat (Presiden) dengan membentuk Tim Nasional EPPD adalah tim yangmembantu presiden dalam melaksanakan evaluasi penyelenggaraan pemerintah daerahsecara nasional. Di dalam melakukan EPPD di daerah dibentuklah Tim Daerah EPPDyang membantu gubernur selaku wakil pemerintah dalam melaksanakan evaluasi.Pemerintah melakukan EPPD yang meliputi:  EKPPD atau Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah daerah, dilakukan

    untuk menilai kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah dalam upaya peningkatankinerja berdasarkan prinsip tata kepemerintahan yang baik.

      EKPOD atau Evaluasi K emampuan Penyelenggaraan Otonomi Daerah, dilakukanuntuk menilai kemampuan daerah dalam mencapai tujuan otonomi daerah yangmeliputi peningkatan kesejahtraan masyarakat, kualitas pelayanan umum, dankemampuan daya saing daerah.

      EDOB atau Evaluasi Daerah Otonom Baru, dilakukan untuk memantauperkembangan kelengkapan aspek-aspek penyelenggaraan pemerintah daerah padadaerah yang baru dibentuk.Menurut PP nomor 6 Tahun 2008 evaluasi atas penyelenggaraan pemerintah daerah

    memiliki tata cara baru dan beberapa istilah baru di dalam mengevaluasi pemerintahdaerah. Berikut ini adalah beberapa pengertian istilah dari PP nomor 6 Tahun 2008:

    Region Fi nancial

    Ratio

    144

  • 8/16/2019 Mengukur Kinerja Pemda Melalui Rasio Keuangan Pemda

    7/12

     

    1)  Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EPPD) adalah suatu prosespengumpulan dan analisis data secara sistematis terhadap kinerja penyelenggaraanpemerintah daerah, kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah, dan kelengkapanaspek-aspek penyelenggaraan pemerintah pada daerah yang baru dibentuk.

    2)  Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD) adalah suatu prosespengumpulan dan analisis data secara sistematis terhadap kinerja penyelenggaraanpemerintah daerah dengan menggunakan sistem pengukuran kinerja.

    3) 

    Sistem pengukuran kinerja adalah sistem yang digunakan untuk mengukur, menilai,dan membandingkan secara sistematis dan berkesinambungan atas kinerjapenyelenggaraan pemerintahan daerah.

    4)  Kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah capaian atas penyelenggaraanurusan pemerintahan daerah yang diukur dari masukan, proses, keluaran, hasil,manfaat, dan atau dampak.

    5)  Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) adalah laporan ataspenyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 tahun anggaran berdasarkanrencana kerja pembangunan daerah yang disampaikan oleh kepala daerah kepadaPemerintah.

    6)  Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah (LKPJ ) kepada DPRDadalah laporan yang berupa informasi penyelenggaraan selama 1 tahun anggaranatau akhir masa jabatan yang disampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD.

    Aspek Penilaian Atas Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah(EKPPD)

    EKPPD dilakukan untuk menilai kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerahdalam upaya peningkatan kinerja berdasarkan prinsip tata kepemerintahan yang baik.Sumber informasi utama untuk melakukan EKPPD adalah LPPD dan sumberinformasi pelengkap berupa:a.  laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;b.  informasi keuangan daerah;c.  laporan kinerja instansi pemerintah daerah;d.  laporan hasil pembinaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, evaluasi, dan

    pengawasan pelaksanaan urusan pemerintahan daerah;e.  laporan hasil survey kepuasan masyarakat terhadap layanan pemerintah daerah;

    f. 

    laporan kepala daerah atas permintaan khusus;g.  rekomendasi atau tanggapan DPRD terhadap LKPJ kepala daerah;h.  laporan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang berasal

    dari lembaga independen;i.  tanggapan masyarakat atas informasi LPPD;

     j.  laporan dan atau informasi lain yang akurat dan jelas pertanggungjawabannya.Sasaran EKPPD meliputi tataran pengambil kebijakan daerah dan tataran pelaksana

    kebijakan daerah. Oleh karena itu, maka aspek yang dinilai adalah:1)  Aspek penilaian pada tataran pengambilan kebijakan daerah, meliputi :

    a.  ketentraman dan ketertiban umum daerah;b.  keselarasan dan efektivitas hubungan antara pemerintahan daerah dan

    Pemerintah serta antar-pemerintahan daerah dalam rangka pengembanganotonomi daerah;

    c. 

    keselarasan antara kebijakan pemerintah daerah dengan kebijakan Pemerintah;d.  efektivitas hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD;e.  efektivitas proses pengambilan keputusan oleh DPRD beserta tindak lanjut

    pelaksanaan keputusan;f.  efektivitas proses pengambilan keputusan oleh kepala daerah beserta tindak lanjut

    pelaksanaan keputusan;g.  ketaatan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah pada peraturan

    perundang-undangan;

    Region Financial

    Ratio

    145

  • 8/16/2019 Mengukur Kinerja Pemda Melalui Rasio Keuangan Pemda

    8/12

     

    h.  intensitas dan efektivitas proses konsultasi publik antara pemerintah daerahdengan masyarakat atas penetapan kebijakan publik yang strategis dan relevanuntuk Daerah;

    i.  transparansi dalam pemanfaatan alokasi, pencairan dan penyerapan DAU, DAK,dan Bagi Hasil;

     j.  intensitas, efektivitas, dan transparansi pemungutan sumber-sumber pendapatanasli daerah dan pinjaman atau obligasi daerah;

    k. 

    efektivitas perencanaan, penyusunan, pelaksanaan tata usaha, pertanggung jawaban, dan pengawasan APBD;

    l.  pengelolaan potensi daerah; danm. terobosan atau inovasi baru dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

    2)  Aspek penilaian pada tataran pelaksana kebijakan daerah, meliputi :a.  kebijakan teknis penyelenggaraan urusan pemerintahan;b.  ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan;c.  tingkat capaian SPM;d.  penataan kelembagaan daerah;e.  pengelolaan kepegawaian daerah;f.  perencanaan pembangunan daerah;g.  pengelolaan keuangan daerah;h.  pengelolaan bararig milik daerah; dani.

     

    pemberian fasilitasi terhadap partisipasi masyarakat.Asas-asas dalam Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

    Evaluasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan denganmenggunakan asas-asas sebagai berikut: 1) Asas Spesifik 2) Asas Obyektif 3) AsasBerkesinambungan, 4) Asas Terukur, 5) Asas Dapat Diperbandingkan dan 6) AsasDapat Dipertanggungjawabkan

    METODE PENELIT IANPenelitian dilakukan di Pemerintah Kabupaten Bogor. Unit analisis dalam penelitian

    ini adalah APBD, baik perencanaannya, perubahannya, dan realisasi dari APBD. Tabel 1 Operasionalisasi Variabel Penelitian

    Variabel/ Sub Variabel Indikator Skala/ Ukuran

    Rasio Keuangan Daerah

     

    Rasio Kemandirian Daerah  Rasio Efektivitas dan Efisiensi Debt Service Coverage Rati o

      Rasio Aktivitas  Rasio Pertumbuhan

    Rasio

    Pengukuran K inerjaPemerintah Daerah

      Kemampuan mengelola sumber daya daerah  Akuntabilitas kinerja dan kepercayaan 

    Ketercapaian tujuan organisasi

    Ordinal

     J enis data yang digunakan adalah data dokumenter. Sumber data yang digunakandalam penelitian ini terdiri dari: (1) Data primer dan (2) Data sekunder dan metodeyang digunakan adalah: (A) Studi kepustakaan (Library Research ) dan (B) Studi lapangandengan cara: (a) Observasi, dan (b) Wawancara. M etode analisis yang digunakan dalampenelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.

    HASIL DAN PEMBAHASANEvaluasi Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Berdasarkan Hasil Perhitungan RasioKeuangan Daerah Pada APBD Tahun Anggaran 2003-2006

    Hasil perhitungan keseluruhan rasio keuangan daerah pada APBD Kabupaten Bogoruntuk tahun anggaran 2003-2006 adalah sebagai berikut:1)  Rasio kemandirian daerah (otonomi fiskal) yang cenderung rendah, menunjukkan

    bahwa pemerintah Kabupaten Bogor tidak mampu membiayai sendiri kegiatan-kegiatannya karena masih sangat tergantung pada sumber dana ekstern yaitu danayang berasal dari pemerintah pusat atau pihak lain. Selama penelitian, pemerintah

    Region Financial

    Ratio

    146

  • 8/16/2019 Mengukur Kinerja Pemda Melalui Rasio Keuangan Pemda

    9/12

     

    Kabupaten Bogor tidak memiliki DSCR yang atinya pemerintah tidak mengambilpinjaman daerah jangka menengah atau jangka panjang dari pemerintah pusat,namun jika dilihat dari jumlah Dana Perimbangan setiap tahunnya cenderung besar,yaitu : dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepadadaerah untuk mendanai kebutuhan daerah. Kecilnya hasil persentase rasiokemandirian ini juga menunjukkan bahwa sangat rendahnya partisipasi masyarakatdalam pembangunan daerah. Pos penerimaan pajak daerah dan retribusi daerahsebagai komponen utama Pendapatan Asli Daerah menunjukkan angka yang masihrendah, jauh dengan dana perimbangan yang diterima pemerintah daerah, sehinggamengindikasikan kesejahteraan masyarakat yang rendah pula.

    2)  Rasio efektivitas dan rasio efisiensi menunjukkan kemampuan pemerintah daerahKabupaten Bogor dalam merealisasikan pendapatan daerah cenderung stabil karenaantara target penerimaan pendapatan asli daerah dengan realisasinya dapat tercapaidengan baik bahkan melebihi dari apa yang ditargetkan. Pemerintah daerah dengansangat baik dapat menggali dan menggunakan potensi riil daerahnya untukmemperoleh pendapatan daerah. Pemerintah dalam menggunakan biayanya gunamerealisasikan target penerimaan pendapatan asli daerah tidak melebihi dari targetpenerimaan itu sendiri dan malah cenderung sangat rendah. Hal ini dikarenakantarget penerimaan Pendapatan Asli Daerah masih rendah. Pemerintah K abupatenBogor masih sangat mengandalkan dana dari pemerintah pusat di dalam membiayaikegiatannya. Jadi, apabila dilihat secara konvensional, biaya yang dikeluarkan untukmembiayai kegiatan lebih banyak diambil dari dana yang berasal dari pusat.

    3)  Dilihat dari rasio aktivitasnya pemerintah daerah Kabupaten Bogor masihmengutamakan belanja rutin (belanja aparatur daerah). Belanja pembangunan(belanja publik) mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini berarti bahwapemerintah daerah mulai memperhatikan pembangunan sarana dan prasaranaekonomi masyarakatnya. Tidak menutup kemungkinan untuk APBD tahun yangakan datang rasio aktivitas terhadap belanja pembangunan semakin meningkat.

    4)  Rasio pertumbuhan secara keseluruhan menunjukkan pertumbuhan ekonomipemerintah daerah masih rendah, meski setiap tahunnya rasio pertumbuhan selalumeningkat. Terlihat pada rasio pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah dan rasiopertumbuhan belanja pembangunan, menunjukkan penerimaan pemerintah daerah

    semakin baik dan lebih banyak membangun sarana dan prasarana untuk masyarakat.5)  Secara keselurahan rasio, kinerja pemerintah K abupaten Bogor masih rendah namunpemerintah berusaha untuk lebih baik setiap tahunnya, dengan lebih memperhatikanpengembangan masyarakat, memprioritaskan penerimaan untuk dibelanjakan, dankemampuan didalam mewujudkan target penerimaan pendapatan asli daerah yangberdasarkan potensi riil daerah secara efektif dan efisien.

    Evaluasi Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Berdasarkan Laporan AkuntabilitasKinerja Pemerintah Daerah (LAKIP)

    Penyusunan LAKIP Sekretariat Daerah Kabupaten Bogor mengacu pada:1)   Tap MPR RI Nomor XI/ MPR/ 1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang

    Bersih dan Bebas dari Korupsi dan Nepotisme.2)  Undang-undang nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara

    yang Bersih dan Bebas dari Korupsi dan Nepotisme.

    3) 

    Instruksi Presiden nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas KinerjaInstansi Pemerintahan.

    4)  Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor239/ IX/ 6/8/ 2005 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan PelaporanAkuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

    5)  Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Organisasi Tata Kerja Sekretariat Daerah.

    6)  Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2004 tentang Rencana Startegis (Renstra)Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2004-2008.

    Region Financial

    Ratio

    14

  • 8/16/2019 Mengukur Kinerja Pemda Melalui Rasio Keuangan Pemda

    10/12

     

    Gambar 1 Alur Pikir Penyusunan LAKIPPengukuran tingkat pencapaian sasaran berdasarkan kepada indikator kinerja

    program yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Pemerintah Kabupaten Bogor(RENSTRA) dengan penyesuaian kepada anggaran yang disediakan pada tahun yangbersangkutan. Pengukuran kinerja dimaksud dilakukan dengan menggunakan formulirPengukuran Pencapaian Sasaran (PPS).

    Indikator kinerja Sasaran strategis Sekretariat Daerah Kabupaten Bogor merupakankeberhasilan seluruh pelayanan penyelenggaraan pemerintahan yang dilaksanakanSekretariat Daerah Kabupaten Bogor. Indikator kinerja Sasaran strategis menggunakanpendekatan outcome dan atau dari output kegiatan. Indikator kinerja tingkat kegiatanmenggunakan indikator kinerja masukan (input ), keluaran (output ), hasil (outcome ),manfaat (benefit ), dan dampak (impact ).

    Gambar 2 Alur Pikir Pengukuran Kinerja

    Hasil penelitian selama tahun 2004 sampai 2006, kegiatan yang diprogramkanpemerintah Kabupaten Bogor memiliki tingkat pencapaian yang sangat baik. Hampirkeseluruhan sasaran pemerintah daerah dapat dicapai dengan baik, dan program yangdirencanakan dapat direalisasikan dengan baik. Artinya pemerintah Kabupaten Bogormemiliki kemampuan untuk dapat merealisasikan apa yang telah ditargetkansebelumnya. Sedangkan dalam pengunaan input untuk menghasilkan output,pemerintah Kabupaten Bogor menunjukkan kegiatan yang efisien. Hal ini ditunjukkandengan adanya sisa anggaran yang tidak digunakan, namun output yang tercapai hingga100% bahkan ada yang lebih.

    Sasaran Strategi

    Program

    Kegiatan

    Indikator

    Indikator

    Pengukuran

    Region Fi nancial

    Ratio

    148

  • 8/16/2019 Mengukur Kinerja Pemda Melalui Rasio Keuangan Pemda

    11/12

     

    Evaluasi Pengukuran Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Melalui Rasio KeuanganDaerah dan LAKIP 

    Setelah dilakukan evaluasi terhadap kinerja pemerintah Kabupaten Bogor melaluirasio keuangan daerah, dan evaluasi kinerja pemerintah daerah melalui LAKIP. J ikadilihat secara seksama, antara hasil evaluasi melalui rasio keuangan daerah denganLAKIP menunjukkan hasil yang tidak sama. Secara keseluruhan, pemerintahKabupaten Bogor belum mampu untuk menggali potensi riil daerah. Hal inimenyebabkan begitu besarnya angka Dana Perimbangan dalam APBD dan rendahnyapenerimaan Pendapatan Asli Daerah itu sendiri. Untuk membiayai semua kegiatannya,pemerintah Kabupaten Bogor masih mengandalkan dana dari pemerintah pusat. J ikadihitung efektivitas dan efisiensinya, tentu saja menjadi efektif dan efisien dalammenggunakan input untuk menjadi output hingga 100%. Baik secara rasio keuangandaerah maupun dilihat dari LAKIP, pemerintah Kabupaten Bogor dapat bertindakefektif dan efisien, artinya pemerintah daerah tepat dalam menentukan program untukmencapai sasarannya, juga efisien dalam membelajakan uangnya agar mendapat outputyang baik.

    Berdasarkan rasio aktivitas, pemerintah Kabupaten Bogor lebih mengutamakanbelanja aparatur daerah daripada belanja publik, artinya masih minimnya perhatianpemerintah terhadap pembangunan sarana dan prasarana untuk masyarakat. Dalam hal

    ini, pelayanan kepada publik masih sangat kurang. Seandainya pemerintah daerahdapat lebih memperhatikan pelayanan publik, dalam jangka panjang dapat memberikankeuntungan bagi pemerintah sendiri. Apabila pemerintah dapat menggunakan danauntuk belanja pembangunan yang tepat sasaran, efektif dan efisien serta ditunjangdengan lingkungan yang kondusif, tentunya akan mendorong peningkatan daerah itusendiri. Penerimaan utama Pendapatan Asli Daerah adalah dari pajak dan retribusi, jikalebih banyak pembangunan sarana dan prasarana untuk pelayanan masyarakat, akansemakin banyak pemerintah daerah dapat memunggut pajak dan retribusinya.

    PENUTUPSimpulan1.  Kemampuan pemerintah Kabupaten Bogor didalam mengelola keuangan daerahnya

    sendiri masih rendah.

    2. 

    Selain itu, dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah, pemerintah daerahdihadapkan pada beberapa hambatan yaitu:a.  Penetapan Perda APBD dan Perda Perubahan APBD hingga Perda Laporan

    Realisasi APBD setiap tahunnya belum tepat waktu dan penganggarannya belumsepenuhnya mengacu pada ketentuan yang berlaku.

     b.  Kelemahan dalam pelaksanaan pengendalian intern dapat mengakibatkanpelanggaran peraturan perundang-undangan yang berdampak lansung padalaporan keuangan.

    c.  Belum optimalnya sistem dan mekanisme data dan informasi perkembanganpotensi pendapatan daerah dari setiap desa.

    d.  Ketergantungan pada dana ekstern yaitu dana perimbangan dari pemerintah pusatsering kali pencairannya terlambat.

    e.  Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah belum sepenuhnya terkoordinasi

    dengan baik.Saran1.  Dalam upaya mengoptimalkan penyelenggaraan (kinerja) pemerintahan di masa

    yang akan datang, perlu dilakukan langkah-langkah atau strategi untuk dapatmeminimalisir kekurangan atau kelemahan yang ada.

    2.  Pemerintah Daerah harus dapat mendayagunakan potensi sumber daya daerahnyasecara optimal. Pemerintah Daerah dituntut mampu meningkatkan profesionalismeaparatur pemerintah daerah, melaksanakan reformasi akuntansi keuangan daerahdan manajemen keuangan daerah, melaksanakan perencanaan strategik secara benar,

    Region Fi nancial

    Ratio

    14

  • 8/16/2019 Mengukur Kinerja Pemda Melalui Rasio Keuangan Pemda

    12/12

     

    sehingga akan memacu terwujudnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi,dan bertanggung jawab, yang dapat memperkokoh basis perekonomian daerah, sertamemperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dalam menyongsong era perekonomianglobal.

    DAFTAR PUSTAK AAbdul Halim.2004. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah . Edisi Revisi,

    Salemba Empat, Jakarta.Agus Dwiyanto. 2003. Kinerja T ata Pemerintahan Daerah di I ndonesia .Andersen, H.V., and G. Lawrie. 2002. Examining Opportuni ti es for Improving Public Sector

    Governance Through Better Strategic Management . 2GC Working Paper. 2GC Limited.Bahrul Elmi. 2006. Analisa Pembiayaan Pembangunan Prasarana Ekonomi di Kabupaten

    Musi Banyuasin 2003-2006 . K alimantan : Kajian Ekonomi dan Keuangan.Cobbold, I. 2001. Implementing the Balance Scorecard-Lessons and Insights from A Financial

    Services Fi rm: Balanced Scorecard Case Study-Arran L td . 2GC Research Paper. 2GCLimited.

    Deddy. 2003. Peta Kemampuan Keuangan Dalam Era Otonomi Daerah : Kasus padaProvinsi Kalimantan Timur, Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Sumatra Barat,Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Sidoarjo. Direktorat Pengembangan Otonomi

    Daerah.H.S. Aswin. 2004. Analisis Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja PemerintahKabupaten/ Kota di Provinsi Kalimatan Timur, Kalimantan Selatan, danKalimantan Tengah Dengan Menggunakan Pendekatan Balance Scorecard.Disertasi Web. http:/ / bang-aswin.go.id. (Diakses 4 Juni 2007).

    Keban, Y eremias., T. 2000. Good Governance sebagai Indikator Utama dan Fokus PenilaianKinerja Pemerintah . J urnal Ilmiah.

    Kerangka Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah Kota Bogor.http:/ / www.kotabogor.go.id (Diakses 27 Juni 2007).

    Made Suwandi. 2002. Pokok-Pokok Piki ran Konsepsi Dasar Otonomi Daerah : Dalam UpayaMewujudkan Pemerintah Daerah yang Efi sien dan Demokrati s . Ditjen Otda DepartemenDalam Negeri. Jakarta.

    Mohammad Mahsun., Firma Sulistiowati dan Heribertus Andre Purwanugraha. 2006.

    Akutansi Sektor Publi k , BPFE, Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta.Nasir Azis. Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah : Perencanaan dan Penganggaran . Materi

    pada Seminar Pengelolaan Keuangan Publik Fakultas Ekonomi UnsyiahDarussalam, Aceh, 31 Januari 2007.

    Pemerintah Kabupaten Cibinong. 2005. Laporan Akuntabil i tas Kinerja Sekretariat DaerahKabupaten Bogor Tahun 2004 . Bogor.

    Pemerintah Kabupaten Cibinong. 2006. Laporan Akuntabil i tas Kinerja Sekretari at DaerahKabupaten Bogor Tahun 2005 . Bogor.

    Pemerintah Kabupaten Cibinong. 2007. Laporan Akuntabil i tas Kinerja Sekretariat DaerahKabupaten Cibinong 2006 . Bogor.

    Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2006 Tentang PedomanPenyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2007.

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaandan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008 Tentang PedomanEvaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 Tentang PedomanPenyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.

    Simbolon, Anthon. 2003. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.Webmaster – Dispenad. Jakarta.

     TIM SMERU. 2002. Pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah : KasusKabupaten Sumba Timur di Nusa Tenggara Timur. Laporan Lapangan.

    Region Financial

    Ratio

    150