Mengkafani Mayit.docx

10
Mengkafani Mayit.. 1. Hukum Mengkafani Mayit. Allah telah mengistimewakan bani Adam dari yang lainnya yaitu dengan syariat penyelenggaraan jenazah berupa upacara pemakaman jasad mereka. Maka setelah mayit muslim dimandikan, ia wajib dikafani dengan sesuatu yang menutupi seluruhjasadnya. Dengan demikian hokum mengkafani mayit adalah fardhu kifayah bagi kaum muslimin yang ditinggalkan. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Mush’ab bin Umair salah seorang syuhada pada perang uhud, dikafani dengan kain kafan pendek, kemudian Rasulullah memerintahkan para sahabat menutup kepala, badan , dan kedua kakinya dengan tumbuh-tumbuhan idzkhir. (Diriwayatkan Al-Baihaqi, Ad- Daruquthni, dan Imam Syafi’i. Sanad hadits ini baik). 2. Ketentuan Dalam Mengkafani.

description

a

Transcript of Mengkafani Mayit.docx

Page 1: Mengkafani Mayit.docx

Mengkafani Mayit..

1. Hukum Mengkafani Mayit.

Allah telah mengistimewakan bani Adam dari yang lainnya yaitu dengan syariat

penyelenggaraan jenazah berupa upacara pemakaman jasad mereka. Maka setelah mayit muslim

dimandikan, ia wajib dikafani dengan sesuatu yang menutupi seluruhjasadnya. Dengan demikian

hokum mengkafani mayit adalah fardhu kifayah bagi kaum muslimin yang ditinggalkan. Dalam

sebuah riwayat disebutkan bahwa Mush’ab bin Umair salah seorang syuhada pada perang uhud,

dikafani dengan kain kafan pendek, kemudian Rasulullah memerintahkan para sahabat

menutup kepala, badan , dan kedua kakinya dengan tumbuh-tumbuhan idzkhir. (Diriwayatkan

Al-Baihaqi, Ad- Daruquthni, dan Imam Syafi’i. Sanad hadits ini baik).

2. Ketentuan Dalam Mengkafani.

ضيب : ةيلوحس نفك لوسر هللا ىلص هللا اهنأ تالق ، اهنع يضر هللا ، يفو نيحيحصلا نع ةشئاع

سيل اهيف صيمق الو ةمامع ، هيلع ملسو يف ةثالث باوثأ

Dari hadits diatas bahwasanya dapat diketahui kain kafan untuk mayat laki-laki adalah terdiri

dari 3 lapis, karena Rasulullah dikafani dangan 3 lapis kain putih terbuat dari kapas dan tanpa

ada baju gamis, atau sorban di dalamnya. Kecuali orang yang sedang ihram, ia dikafani dangan

pakaian ihramnya, tidak diberi wangi-wangian, dan kepalanya tidak ditutup, agar ia tetap dalam

keadaan ihram, karena Rasulullah bersabda tentang orang yang jatuh dari hewan kendaraannya

pada hari Arafah kemudian meninggal dunia,

“Mandikanlah dia dengan air dan kapur barus, kafani dengan kedua pakaiannya, jangan tutup

kepalanya karena ia dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan bertalbiyah.” (Muttafaqun

Alaih) Sedangkan kain kafan untuk mayat wanita terdiri dari 5 lapis, karna pada masa hidupnya

Page 2: Mengkafani Mayit.docx

wanita lebih banyak membutuhkan kain untuk menutup auratnya maka begitu juga ketika

matinya `

3. Proses Pengkafanan.

a.Tata cara Mengkafani Setelah selesai memandikan, kita persiapkan peralatan untuk

megkafani jenazah. Peralatan tersebut di antaranya kain kafan yang putih bersih, untuk laki-laki

tiga lembar kain dan untuk wanita lima lembar. Selain itu kita siapkan juga kapas, kapur barus

halus, minyak wangi, dan keperluan lainnya.

Pertama, kita potong kain kafan sesuai dengan panjang jenazah ditambah sekitar tiga jengkal

atau 70 cm untuk tempat mengikat. Untuk jenazah laki-laki, tiga lembar sama panjang sedangkan

untuk wanita dua lembar sama panjang, satu lembar kain panjang (bawahan), satu lembar baju,

dan satu lembar kerudung. Atau tiga lembar sama panjang, satu lembar baju panjang/ gamis dan

satu lembar kerudung (semuanya lima lembar).

Selanjutnya kita sediakan lima helai atau lebih (yang penting ganjil) tali pengikat yang dibuat

atau dipotong dari setiap sisi kain kafan. Setelah itu lalu kita bentangkan kain kafan satu per satu

di atas dipan/ keranda/tikar dengal tempat untuk posisi kepala mengarah kiblat. Jangan lupa, di

bawah kain-kain tersebut sudah diletakkan tali pengikatnya. Lalu kita taruh kapas di atas kafan

terutama untuk bagian dubur dan taburi kain kafan itu dengan kapur barus halus dan minyak

wangi secukupnya. Setelah semua siap, kita pun bisa mengangkat jenazah dan meletakkan

di atasnya. Kita lapisi bagian qubul, seluruh persendian, luka-luka (kalau ada) dengan kapas yang

sudah ditaburi kapur barus halus, lalu lipat selembar demi selembar, dimulai dapi bagian kanan

jenazah. Lalu kita ikat jenazah dengan ikatan yang mudah dibuka di bagian sebelah kiri dengan

tujuan agar pengubur mudah melepaskan ikatan tersebut di dalam liang lahat. b.Cara mengikat

tali-tali pengikat pada kain kafan.

Page 3: Mengkafani Mayit.docx

1. Mulailah dengan mengikat tali bagian atas kepala mayyit dan sisa kain bagian atas yang lebih

itu dilipat kewajahnya lalu diikat dengan sisa tali itu sendiri.

2. Kemudian ikatlah tali bagian bawah kaki dan sisa kain kafan bagian bawah yang lebih itu

dilipat kekakinya lalu diikat dengan sisa taliitu sendiri.

3. Setelah itu ikatlah kelima tali yang lain dengan jarak yang sama rata. Perlu diperhatikan,

mengikat tali tersebut jangan terlalu kencang dan usahakan ikatannya terletak disisi sebelah kiri

tubuh, agar mudah dibuka ketika jenazah dibaringkan kesisi sebelah kanan dalam kubur.

Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa tali pengikat kain kafan itu di buka saat

jenazah sudah dimasukan kedalam liang lahat. Hal ini sesuai dengan keterangan dari

ulamamdalam kitab Fiqhus sunnah oleh Syaikh Sayyid Sabiq, beliau menyebutkan: ”Dianjurkan

ketika menguburkan jenazah, menumpukan jasadnya pada bagian tubuh sebelah kanan dan

menghadapkan wajahnya kearah kiblat. Lalu bagi yang meletakkan jenazah keliang lahat

hendaklah sambil berdo’a: ةنس لوسر هللا وأ ىلعو ، مسب هللا ىلعو ةلم لوسر dan melepas هللا

tali pengikat kain kafan. ”

 4. Kesimpulan.

Dari keterangan diatas maka dapat kita jadikan bantahan terhadap syubhat yang menyebutkan

bahwa jenazah seseorang yang tidak dibuka tali kafannya akan menyebabkan jasadnya tidak

tenang di alam kubur dan menyebabkan bangkitnya arwah kembali ke dunia untuk meminta

tolong kepada orang yang ditinggalkannya untuk membuka ikatan tali kafannya. Jelas hal

tersebut merupakan sebuah khurafat yang tidak ada landasannya dalam Qur’an dan Sunnah. Lalu

bagaimanakah tanggapan kita atas permasalahan seputar kain kafan yakni, bolehkah kain kafan

berjahit?, dan apa hokum dari melepas tali pengikat kain kafan saat penguburan jenazah? Bisa

ditarik kesimpulan, bahwa kain kafan itu tidak berjahit, dan terdapat pengecualian dalam hal ini

Page 4: Mengkafani Mayit.docx

yaitu pada orang yang terbunuh dimedan peperangan, mereka tidak dikafani sebagaimana orang

biasa, mereka dikafani dengan pakaian yang mereka kenakan, Adapun tali pengikat pada mayit,

dari kesimpulan diatas, hendaklah ketika mayit itu dikafani, lalu diikat pada bagian- bagiannya,

hendaklah tidak mengikatnya terlalu kencang dan usahakan ikatannya terletak disisi sebelah kiri

tubuh, agar mudah dibuka ketika jenazah dibaringkan kesisi sebelah kanan dalam kubur ketika

wajah mayit dihadapkan ke arah kiblat

Reference:

Minhajul Muslim : Abu Bakar Al-Jazair. Bimbingan Praktis Penyelenggaraan& Fiqhu Sunnah :

Sayyid Sabiq. & jenazah : Abdurrahman bin Abdullah bin Al- Ghaits

1. Kafan-kafan mesti sudah disiapkan setelah selesai memandikan jenazah dan

menghandukinya

Mengkafani jenazah hukumnya wajib dan hendaklah kain kafan tersebut dibeli dari harta si

mayit. Hendaklah didahulukan membeli kain kafannya dari melunaskan hutangnya, menunaikan

wasiatnya dan membagi harta warisannya. Jika si mayit tidak memiliki harta, maka keluarganya

boleh menanggungnya.

 

Page 5: Mengkafani Mayit.docx

2.Mengkafani Jenazah

Dibentangkan tiga lembar kain kafan, sebagiannya di atas sebagian yang lain. Kemudian

didatangkan jenazah yang sudah dimandikan lalu diletakkan di atas lembaran-lembaran kain

kafan itu dengan posisi telentang. Kemudian didatangkan hanuth yaitu minyak wangi (parfum)

dan kapas. Lalu kapas tersebut dibubuhi parfum dan diletakkan di antara kedua pantat jenazah,

serta dikencangkan dengan secarik kain di atasnya (seperti melilit popok bayi).

 

Kemudian sisa kapas yang lain yang sudah diberi parfum diletakkan di atas kedua matanya,

kedua lubang hidungnya, mulutnya, kedua telinganya dan di atas tempat-tempat sujudnya, yaitu

dahinya, hidungnya, kedua telapak tangannya, kedua lututnya, ujung-ujung jari kedua telapak

kakinya, dan juga pada kedua lipatan ketiaknya, kedua lipatan lututnya, serta pusarnya. Dan

diberi parfum pula antara kafan-kafan tersebut, juga kepala jenazah.

Page 6: Mengkafani Mayit.docx

Selanjutnya lembaran pertama kain kafan dilipat dari sebelah kanan dahulu, baru kemudian yang

sebelah kiri sambil mengambil handuk/kain penutup auratnya. Menyusul kemudian lembaran

kedua dan ketiga, seperti halnya lembaran pertama. Kemudian menambatkan tali-tali

pengikatnya yang berjumlah tujuh utas tali. Lalu gulunglah lebihan kain kafan pada ujung kepala

dan kakinya agar tidak lepas ikatannya dan dilipat ke atas wajahnya dan ke atas kakinya (ke arah

atas). Hendaklah ikatan tali tersebut dibuka saat dimakamkan. Dibolehkan mengikat kain kafan

tersebut dengan enam utas tali atau kurang dari itu, sebab maksud pengikatan itu sendiri agar

kain kafan tersebut tidak mudah lepas (terbuka).