menggunakan dan menganalisis media lacak masalah

19
BAB II PENDAHULUAN A MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN SISWA Pendidik merupakan faktor yang menentukan dalam proses belajar mengajar. Hal ini karena peran dan tanggung jawabnya yang sangat besar dalam usaha mencapai tujuan-t uj uan ya ng tel ah di tet apkan da lam pr og ram. Sy aodi h N. S !""# $ !"!% menjelaskan bahwa& 'Sebagai Pendidik Pr of esional& (uru bukan saja di tunt ut melaksanakan tugasnya secara profesional& tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan profesional). Sejalan dengan itu& Armstrong * Sa+age !", $ !/ 0 1/% men jela skan men genai per an dan tanggu ngj awa b gur u atau pen didik& dis amp ing seb agai pe ngaj ar& maka guru juga be rpera n sebagai pengelola pendidi ka n dan  pembelajaran& penge+aluasi program& sebagai seorang konselor dan berperan sebagai seor ang ang got a or gan isas i pro fesi kep endidi kan. Per an seperti dis ebu tka n dia tas menuntut guru atau pendidik untuk memiliki kelengkapan kependidikan yang dapat diuku r dari latar belakan g pendi dikan & ketrampilan dan penga laman& dedikasi& akhlak& tanggungjawab dan kecintaan terhadap profesinya. 2engan demikian merupakan suatu yang mutlak jika dalam suatu kegiatan pengembangan program& guru atau pendidik menjadi salah satu dimensi atau faktor yang harus dipertimbangkan. 2alam kegiatan pembelajaran di sekolah& guru atau konselor sering dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berha sil tanpa mengalami kesulitan& namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami  berbagai kesulitan. 3esulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan- hambatan tertent u untuk me ncapai hasil be lajar& dan da pat bersifat psikologis& sosiologis& maupun fisiologis& sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi  belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. 4angkah 5dentifikasi ini merupakan upaya untuk memahami jenis& karakteristik kesuli tan atau masalah yang dihadapi siswa. 2alam konte ks Prose s 6elajar 7engajar &  permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek $ a% substansial 0 material8 b% struktural 0 fungsional8 c% beha+ioral8 dan atau d% personality . !

description

Makalah menggunakan dan menganalisis media lacak masalah Bimbingan dan Konseling (BK)

Transcript of menggunakan dan menganalisis media lacak masalah

18

BAB IIPENDAHULUAN

MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN SISWAPendidik merupakan faktor yang menentukan dalam proses belajar mengajar. Hal ini karena peran dan tanggung jawabnya yang sangat besar dalam usaha mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam program. Syaodih N.S (1997 : 191) menjelaskan bahwa, Sebagai Pendidik Profesional, Guru bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional, tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan profesional. Sejalan dengan itu, Armstrong & Savage (1983 : 410 420) menjelaskan mengenai peran dan tanggungjawab guru atau pendidik, disamping sebagai pengajar, maka guru juga berperan sebagai pengelola pendidikan dan pembelajaran, pengevaluasi program, sebagai seorang konselor dan berperan sebagai seorang anggota organisasi profesi kependidikan. Peran seperti disebutkan diatas menuntut guru atau pendidik untuk memiliki kelengkapan kependidikan yang dapat diukur dari latar belakang pendidikan, ketrampilan dan pengalaman, dedikasi, akhlak, tanggungjawab dan kecintaan terhadap profesinya. Dengan demikian merupakan suatu yang mutlak jika dalam suatu kegiatan pengembangan program, guru atau pendidik menjadi salah satu dimensi atau faktor yang harus dipertimbangkan.

Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, guru atau konselor sering dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Langkah Identifikasi ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek : (a) substansial material; (b) struktural fungsional; (c) behavioral; dan atau (d) personality. Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar aspek : (a) Jasmani dan Kesehatan; (b) Diri Pribadi; (c) Hubungan Sosial; (d) Ekonomi dan Keuangan; (e) Karier dan Pekerjaan; (f) Pendidikan dan Pelajaran; (g) Agama, Nilai dan Moral; (h) Hubungan Muda-mudi; (i) Keadaan dan Hubungan Keluarga; dan (j) Waktu Senggang.

Kemudian dalam mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh siswa, maka dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :

Diagnosis.

Pada langkah ini, seorang konselor melakukan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa.Prognosis.

Pada Langkah ini, seorang konselor diharapkan untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya.Tes diagnostik.

Pada konteks ini, seorang konselor menncoba menyoroti tes diagnostik kesulitan belajar yang kurang sekali diperhatikan sekolah. Lewat tes itu akan dapat diketahui letak kelemahan seorang siswa.Bimbingan Individu, Bimbingan Kelompok, Bimbingan Belajar dan Bimbingan Karier.

Pada Tahap ini, Kegiatan Bimbingan, dilakukan sebagai upaya guru untuk membantu siswa yang mengalami masalah Individu, Kelompok, Belajar dan Karier di masa depannya.Djumhur dan Moh. Surya, (1975), berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan masyarakat.Sementara Pepinsky 7 Pepinsky ,dalan Shertzer & Stone,1974, mengemukakan; konseling merupakan interaksi yang :Terjadi antara dua orang individu ,masing-masing disebut konselor dan klien Terjadi dalam suasana yang profesional Dilakukan dan dijaga sebagai alat untuk memudah kan perubahan-perubahan dalam tingkah laku klien. Bimbingan Konseling merupakan upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseling, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).

Masalah penting yang sering dihadapi oleh seorang konselor dalam kegiatan Konseling adalah memilih atau menentukan media atau bahan konseling yang tepat dalam rangka membantu klien dalam menyelesaikan masalah. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam kenyataannya, banyak klien yang tidak berani terbuka mengenai permasalahn pribadi. Menjadi tugas seorang konselor untuk menjabarkan media tersebut sehingga menjadi bahan konseling yang lengkap. Selain itu, bagaimana cara memanfaatkan media juga merupakan masalah. Pemanfaatan dimaksud adalah bagaimana cara mengunnakan agar sesuai dengan manfaat, ditinjau dari pihak konselor, dan manfaat yang didapat ditinjau dari pihak klien.Kemudian untuk menyusun atau atau merancang media untuk melacak permasalahan, maka perlu diketaui oleh seorang konselor adalah mengetahui daftar masalah yang kemudian dijadikan rujukan untuk membuat Daftar Cek Masalah (DCM) dengan menggunakan Media Konseling itu memungkinkan hasil-hasil sebagai berikut. Tumbuh pada diri klien perasaan percaya diri, tidak menyalahkan pihak luar, mengambil tanggung jawab atas perbuatan sendiri dengan sadar atas resikonya, mendapat penghargaan dari lingkungan sehingga tumbuh motivasi untuk hidup baik, merasa sebagai anggota masyarakat yang beragama, dan akhirnya tumbuh sifat kepemimpinan terhadap diri, keluarga, dan masyarakat dengan moral-religius yang baik.Kemudian untuk mengidentifikasi Permasalahan Pribadi, Sosial, Belajar dan Karier, maka perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

Identivikasi Permasalahan Pribadi

Dalam upaya mengidentifikasi klien oleh konselor secara individual, maka harus dilakukan dengan mengutamakan hubungan konseling antara konselor dengan klien yang bernuansa emosional, sehingga besar kepercayaan klien terhadap konselor. Hal ini akan akan menyebabkan klien akan bicara jujur membuka rahasia batinnya (disclosure) yang selama ini tidak pernah dikemukakan kepada orang lain termasuk keluarga (Ivey & Downing, 1980). Kemudian harus diperhatikan bagaimana Individu tersebut menanamkan kepercayaan diri atas dasar kesadaran, sehingga memudahkan untuk menemukan masalah tersebut. Beberapa hal atau pertanyaan yang dijadikan bahan diidentifikasi berhubungan dengan masalah individu adalah : Bagaimana sikap individu ketika mendapat masalah?Apakah Individu tersebut akan melemparkan masalah yang diakibatkan oleh nya kepada orang lain?Bagaimana cara indivisu Menumbuhkan kesadaran untuk mengambil tanggung jawab atas perbuatannya yang destruktif yang dilakukan selama ini dengan menerima segala akibatnya (seperti: keluar dari sekolah/kuliah, kehilangan pekerjaan, dijauhi orang-orang yang dicintai, dsb)?Bagaimana sikap Individu terhadap realita hidup nya?Bagaimana cara Individu Membuat rencana-rencana hidup secara rasional dan sistematik untuk keluar dari cengkraman setan narkoba dan menjadi manusia yang baik?Bagaimana cara siswa menumbuhkan keinginan dan kepercayaan diri untuk melaksanakan rencana hidup tersebut ?

Identifikasi Masalah SosialDengan mengidentifikasi masalah sosial maka akan dapat memberi kesempatan klien untuk berpartisipasi dalam aktifitas keseharian dengan berbagai kelompok masyarakat seperti mahasiswa, sarjana, tokoh-tokoh masyarakat, guru-guru BK di sekolah, para siswa, anggota DPR, ibu-ibu pengajian, dan sebagainya. Melalui interpersonal relation, akan tumbuh kepercayaan diri klien. Kemudian dengan menggunakan Prosedur ini yang menjadikan klien sebagai figur sentral.

Dengan melakukan Identifikasi Masalah sosial maka akan ditemukan hambatan hambatan yang di hadapi siswa dengan lingkungan sekolah maupun lingkungan sekitarnya. Dengan melihat sisi kurangnya kemampuan siswa dalam bersosialisai atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Misalnya, kesulitan dalam mencari teman bermain, merasa terasingi didalam kelompok belajar dan sebagainya.Dalam hal ini ada beberapa hal atau pertanyaan yang dijadikan bahan diidentifikasi berhubungan dengan masalah individu adalah :Apa yang menyebabkan klien melakukan tindakan negatif?Bagaimana sikap klien ketika menerima menerima kritikan-kritikan anggota keluarga?Bagaimana cara klien menyiapkan mental klien untuk menghadapi anggota keluarga? Bagaimana tanggapan klien terhadap tindakan keluarga?Bagaimana pandangan Keluarga dan Masyarakat terhadap klien?Apakah ada upaya yang dilakukan oleh klien untuk membicarakan masalahnya kepada keluarga atau tokoh masyarakat?Apakah klien mempunyai minat dalam hal diskusi?Bagaimana tanggapan klien terhadap upaya konselor?

Identifikasi Masalah Belajar

Untuk membantu menyelesaikan masalah klien, amat diperlukan dukungan keluarga seperti ayah, ibu, saudara, istri, suami, pacar, dan keluarga dekat lainnya. Fasilitator konseling keluarga adalah konselor, sedangkan pesertanya adalah klien, orang tua, saudara, suami/istri, dan sebagainya. Nuansa emosional yang akrab harus mampu diciptakan oleh konselor agar terjadi keterbukaan klien terhadap keluarga, sebaliknya anggota keluarga mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pemulihan klien. Dampaknya adalah tumbuh rasa aman, percaya diri, dan rasa tanggung jawab klien terhadap diri dan keluarga, maka perlu dilakukan sebuah upaya konseling. Untuk itu, upaya identifikasi masalah harus dilakukan untuk mencapai keberhasilan. Adapun prosedur yang harus ditempuh adalah sebagai berikut:Analisis Hasil Tes BelajarMelalui tes hasil belajar akan diketahui sejauh mana siswa telah mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Siswa dikatakan telah mencapai tujuan pengajaran apabila dia telah menguasai sebagian besar materi yang telah diajarkan. Ketentuan penguasaan bahan ditentukan dengan menetapkan patokan, yaitu persentase minimal yang harus dikuasai oleh siswa (misalnya 75%). Siswa yang belum menguasai bahan pelajaran sesuai patokan yang ditetapkan, dikatakan belum menguasai tujuan pengajaran. Siswa yang seperti ini diduga siswa yang mengalami kesulitan belajar dan memerlukan bantuan khusus.

Berikut ini akan dijelaskan beberapa langkah operasional diagnosis kesulitan belajar.Dengan metoda criterion referenced, yaitu tes yang mengasumsikan bahwa instrumen evaluasi atau soal yang digunakan telah dikembangkan dengan memenuhi syarat syarat tertentu. Tahapannya adalah sebagai berikut :

Menetapkan angka nilai kualitatif minimal yang dapat diterima, misalnya 5,0 atau 6,0.Membandingkan prestasi dari setiap siswa dengan angka nilai batas lulus tersebut. Secara teoritis, mereka yang angka nilai prestasinya berada di bawah lulus sudah dapat diduga sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar.Menghimpun siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar serta mencari siswa yang mengalami gejala terparah (yang nilainya jauh dibawah siswa penderita kesulitan belajar lainnya)Membuat rangking atau tingkatan guna mempermudah dalam pemberian prioritas layanan psikologis.

Dengan hasil penandaan itu maka dapat dikatakan bahwa kelas atau individu-individu tersebut memerlukan bimbingan belajar karena prestasinya belum memenuhi harapan (seperti yang digariskan dalam TIK).

Dengan metoda norm-references, yaitu nilai prestasi rata-rata dijadikan ukuran pembanding bagi setiap nilai prestasi masing-masing siswa. Tahapannya adalah sebagai berikut :

Mencari dan menghitung nilai rata-rata kelas atau kelompokMenandai siswa-siswa yang nilainya dibawah rata-rataJika mau diadakan prioritas layanan bimbingan, terlebih dahulu harus membuat rangking seperti pada metoda pertama.

Tes Kemampuan DasarSetiap siswa memiliki kemampuan dasar atau kecerdasan tertentu. Tingkat kemempuan ini biasanya diukur atau diungkap dengan menggunakan tes kecerdasan yang sudah baku. Diasumsikan bahwa anak normal memiliki tingkat kecerdasan (IQ) antara 90 109. Hasil belajar yang dicapai siswa hendaknya dapat mencerminkan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Murid yang memiliki kemampuan dasar tinggi akan mencapai hasil belajar yang tinggi pula. Bilamana seorang siswa mencapai hasil belajar lebih rendah dari tingkat kecerdasan yang dimilikinya, maka yang bersangkutan digolongkan sebagai siswa yang mengalami masalah belajar atau di sebut Undeachiever.

Skala Sikap dan Kebiasaan BelajarBelajar merupakan tugas seorang siswa, oleh karena itu seorang siswa perlu memiliki kebiasaan belajar yang baik sehingga dapat mencapai prestasi yang optimal. Kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar. Hasil penelitian yang dilakukan Rosmawati (dalam Amti,1993), menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang berarti antara kebiasaan belajar dengan hasil belajar. Hal ini berarti siswa yang mempunyai kebiasaan belajar yang baik cenderung memperoleh hasil belajar yang baik.

Senada dengan pendapat di atas, Prayitno (dalam Amti,1993) menyatakan cara belajar(yang meliputi sikap dan kebiasaan belajar) akan mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Oleh sebab itu, jika seorang siswa mendapat nilai yang kurang memuaskan dalam belajar, salah satu faktor penting yang perlu diperiksa adalah bagaimana cara belajar yang ditempuh.Untuk mengungkap sikap dan kebiasaan belajar siswa dapat dikembangkan alat berupa skala sikap dan kebiasaan belajar (contoh lihat lampiran). Melalui alat ini dapat diungkap cara siswa mengerjakan tugas-tugas sekolah, sikap terhadap guru, sikap dalam menerima pelajaran, dan kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan belajar. Dengan memperhatikan sikap dan kebiasaan belajar siswa akan dapat diketahui siswa yang sikap dan kebiasaan belajarnya sudah memadai dan perlu dipertahankan, serta siswa yang memerlukan bantuan khusus dalam meningkatkan sikap dan kebiasaan belajarnya yang baik.

Observasi Saat Proses Belajar Mengajar BerlangsungKasus kesulitan belajar itu dapat pula di deteksi dengan catatan observasi atau laporan proses kegiatan belajarny.

Cepat-lambat (berapa lama) menyelesaikan pekerjaan (tugasnya); Ketekunan atau persistensi dalam mengikuti pelajaran (berapa kali tidak hadir, alpha, sakit, izin)Partisipasi dan kontribusinya dalam pemecahan masalah atau mengerjakan tugas kelompok Kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosialnya.

Hasil analisa empiris terhadap catatan keterlambatan penyelesaian tugas/soal, ketidakhadiran (absensi), kurang aktif dan kurang berpartisipasi, kurang penyesuaian diri dapat menunjukkan siswa yang mengalami kesulitan belajar.

Identifikasi Masalah KarierDidalam menentukan karir Ada factor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam menentukan pilihan karirnya yaitu paktor-faktor yang ada dalam diri siswa yang meliputi bakat,intelegensi,prestasi,ketrampilan, minat,nilai, hobi, penggunaan waktu terluang, sikap,problema dan keterbatasan pribadi. Dan factor yang lain adalah factor social yang meliputi keluarga,teman dan lingkungan disekitarnya.melihat dari kenyataan bahwa banyak siswa yang mengalami kebingungan dalam menentukan karirnya, karena ia ditak yakin dengan kemampuanyan atau pekerjaan yang ingin ditekuninya.

Pada langkah ini yang harus lakukan adalah mengenali gejala-gejala awal dari sutu masalah yang di hadapi oleh klien. Maksud dari gejala awal disini adalah dengan melihat ada siswa yang menunjukan prilaku yang tidak biasanya dia tunjukan yaitu dia menjadi pendiam dan suka mennyendiri, padahal dia orangnya sangatlah aktif dan senang bergaul. melihat dari prilaku siswa seperti itu, kemudian melakukan analisis. Didalam menganalisis klien disini mengumpulkan imformasi-imformasi mengenai : Hubungan klien dengan gurunyaHubungan dengan temanyaHubungan dengan orang tuanyaPrihal dengan melihat ahir-ahir ini klien menunjukan perubahan dalam sikapnya.

Mengidentifikasi Maslah (Problem Identification) pada masalah karier yaitu proses penentuan dan pencarian akar masalah adalah proses yang tidak sesederhana Anda pikirkan, karena terjadi kondisi ini menjadi jalan pencarian solusi dan tindakan perbaikan (Corrective Action). Konsekuensi tindakan perbaikan adalah tidak terjadinya masalah yang sama pada periode selanjutnya, karena Problem Identification sudah mendapatkan Solusi Corrective Actio. Pencarian dan Identifikasi Masalah tidak mengacu pada kegiatan yang telah menjadi Rutinitas pada sikap individu terhadap karier kedepannya (Daily Activity) atau Kegiatan sesuai Deskripsi Kerja (Job Description) yang ada.Berikut adalah beberapa hal yang juga perlu diperhatikan dalam identifikasi masalah karier adalah mengenai pemahaman klien terhadap :Deskripsi Kerja (Job Descriptsion).Hubungan Kerja Lintas Divisi (Cross Function).Aturan Umum (Regular Procedure).Komunikasi dan Koordinasi (Interpersonal Skill).

ANALISIS MEDIA LACAK MASALAHMenurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor, (1975: 79) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis. Jika dikaji, pada dasarnya definisi pertama lebih menitikberatkan pengorganisasian data sedangkan yang ke dua lebih menekankan maksud dan tujuan analisis data. Dengan demikian definisi tersebut dapat disintesiskan menjadi: Analisis data proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data.

Identifikasi kebutuhan dan permasalahan siswa adalah mengumpulkan dan memahami secara cermat kebutuhan dan permasalahan mungkin atau benar-benar dirasakan dan dihadapi oleh siswa. Kegiatan ini merupakan langkah awal dan sebagai dasar dalam penyusunan program. Tanpa melakukan identifikasi yang jelas dan mantap, maka layanan-layanan yang akan diberikan kepada siswa belum tentu sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan siswa.Identifikasi kebutuhan dan permasalahan siswa dilakukan dengan dua pendekatan.Pendekatan yang bersifat asumtif prediktifPendekatan ini dimaksud untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan kebutuhan dan permasalahan yang bakal dirasakan atau dihadapi oleh siswa.pendekatan yang bersifat aktual obyektifPendekatan ini berujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan yang secara aktual dan obyektif benar-benar dirasakan dan dihadapi oleh siswa.

Kemudian setelah melakukan identifikasi terhadap masalah maka perlu dilakukan sebuah usaha analisis terhadapa masalah tersebut. Karena dengan melakukan analasis terhadap masalah maka dapat memprediksi kemungkinan-kemungkinan kebutuhan dan permasalahan yang bakal dirasakan atau hadapi oleh siswa dapat dilakukan dengan mendasarkan pada asumsi-asumsi teoritik dan pengalaman-pengalaman nyata sebelumnya. Asumsi teoritik terutama berkenaan dengan tugas-tugas perkembangan, sedangkan pengalaman nyata adalah kebutuhan dan permasalahan yang pernah atau biasanya dirasakan oleh siswa.

Analisis Data Secara ManualMelakukan Analisis manual terhadapat suatu data identifikasi adalah dengan mengambil kesimpulan dari bermacam-macam data yang berasal dari berbagai sumber, misalnya dari catatan lapangan, dokumen informasi demografi, atau wawancara. Apabila banyak data kualitatif yang dianalisis sementara asesmen masih berlangsung maka beberapa analisis dapat ditunda pelaksanaannya sampai evaluator selesai melakukan asesmen. Saat melakukan analisis data kualitatif, perlu dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:

a) Yakinkan semua data telah tersedia, b) Buatlah salinan data untuk berjaga-jaga kalau ada yang hilang, c) Aturlah data dalam judul dan masukkan dalam Map d) Gunakan sistem kartu-kartu dalam map, e) Periksa kebenaran hasil asesmen.Adapun jika analisis menggunakan angket maka penghitungan dapat dilakukan dengan Mengkonversikan persentase masalah ke dalam standar scale dan predikat nilai A, B, C, D dan E, konversi itu :0% = 10 = A (Tidak Bermasalah)1 % 10 % = 8 = B (Agak Bermasalah )11 % 25 % = 6 = C (Cukup Bermasalah)26% 50% = 4 = D (Bermasalah)51 % 100 % = 2 = E (Sangat Bermasalah)

Analisis Data Dengan KomputerMenganalisis data dengan komputer adalah analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik. Dalam bimbingan konseling, statistik biasa digunakan untuk analisis data hasil tes psikologis, misalnya tes inteligensi, tes bakat, dan sebagainya. Dewasa ini, program statistik dapat dengan mudah dilakukan dengan bantuan komputer, seperti program excel, LISREL, SPSS, dan sebagainya.

Adapun Contoh Analisis data dengan Komputer menggunakan MS EXCEL 2007 adalah sebagai berikut :

PENGEMBANGAN MEDIA LACAK MASALAHPengembangan Secara KelompokDalam melakukan pengembangan terhadap media yang dipakai untuk menganalisis suatu masalah maka perlu diketahui tentang masalah apa yang perlu diteliti. Johnson dan Banny mengidentifikasi tujuh masalah kelompok dalam pengelolaan kelas, yaitu :

Kurangnya kesatuan,Ketidaktaatan terhadap standar tindakan dan prosedur kerja,Reaksi negatif terhadap pribadi anggota,Pengakuan kelas terhadap tindakan guruKecenderungan adanya gangguan, kemacetan pekerjaan, dan kelakuan yang dibuat-buatKetidak mampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkunganSemangat juang yang rendah dan adanya sikap bermusuhan.

Dari penjabaran diatas maka diperlukan suatau upaya Pengelolaan siswa sebagai uapaya atau kegiatan atau tindakan guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung efektif. Tindakan tersebut dapat berupa tindakan yang bersifat pencegahan dan atau tindakan yang bersifat korektif. Tindakan yang bersifat pencegahan (preventif) yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik fisik maupun sosio emosional sehingga terasa benar oleh siswa rasa kenyamanan maupun keamanan untuk belajar. Sedangkan tindakan yang korektif merupakan tindakan terhadap tingkah laku yang menyimpang dan merusak kondisi optimal dalam proses belajar mengajar yang sedang bearlangsung. Tindakan korektif harus meliputi tindakan yang seharusnya segera diambil oleh guru pada saat terjadi gangguan (dimensi tindakan) dan penyembuhan (kuratif) terhadap tingkah laku yangg menyimpang dan terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut tidak berlarut-larut.

Pengembangan Secara IndividuKategori masalah individu dalam pengelolaan siswa menurut Dreikurs dan Cassel didasarkan pada asumsi bahwa tingkah laku manusia itu mempunyai maksud dan tujuan. Setiap individu memiliki kebutuhan pokok untuk menjadi dan merasa berguna. Jika individu ini merasa putus asa dalam mengembangkan rasa memiliki harga diri melalui nilai yang dapat diterima secara sosial, ia akan berkelakuan buruk. Ada empat tipe perilaku yang kurang baik, yaitu :

Perilaku untuk menarik perhatianPerilaku untuk mencari kekuasaanPerilaku untuk melampiaskan dendamPerilaku yang memperlihatkan ketidakmampuannya.

Siswa yang tidak menaikkan statusnya dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungannya, biasanya akan mencari jalan lain, baik melalui tindakan untuk menarik perhatian secara aktif maupun pasif. Bentuk mencari perhatian secara aktif bersifat merusak, misalnya bergaya sok, melawak, mengacau, menjadi anak nakal, anak yang terus-menerus bertanya dan rewel. Bentuk pasif dalam mencari perhatian misalnya pemaksaan atau ingin mendapatkan perhatian orang lain dengan meminta tolong terus-menerus.Perilaku mencari kekuasaan aktif misalnya membantah, berbohong, pemukul, pemarah, menolak perintah, dan benar-benar tidak mau tunduk. Pencari kekuasaan yang pasif adalah pemalas yang terkadang ditunjukkan dengan sifat pelupa, keras kepala, dan tidak mau patuh.Murid yang mencari pelampiasan dendam disebabkan putus asa dan bingung, sehingga mencari keberhasilan dengan cara menyakiti orang lain, menyerang secara fisik, bermusuhan dengn teman-temannya. Keaktifan mereka digambarkan sebagai anak yang kejam, sedangkan mereka yang pasif digambarkan sebagai anak yang cemberut dan menantang.Peragaan ketidakmampuan biasanya ditunjukkan dengan berkelakuan buruk, pesimis dalam mencapai keberhasilan, dan rasa tidak berdaya yang selalu menyertai kelakuannya. Untuk membedakan keempat tipe di atas, dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap gejala yang muncul. Beberapa teknik untuk mendeteksi adanya gejala-gejala tersebut adalah:Jika guru merasa terganggu oleh tindakan murid, mungkin tujuan murid untuk mencari perhatian;Jika guru merasa dikalahkan atau terancam, tujuan murid tersebut mungkin untuk mencari kekuasaan;Jika guru merasa sangat tersinggung, tujuannya mungkin untuk mencari pelampiasan dendam; danJika guru merasa tidak berdaya, tujuan anak mungkin untuk menunjukkan ketidakmampuannya.

MEMBUAT LAPORAN PENGEMBANGAN MEDIA LACAK MASALAHLaporan adalah semacam dokumen yang menyampaikan informasi hasil pengamatan, penelitian, pelaksanaan suatu kegiatan, ataupun fakta-fakta lainnya. Dalam hal ini, laporan yang akan dibuat adalah mengenai hasil cek masalah yang dilakukan oleh seorang konselor. Adapun contoh laporan tersebut sebagai berikut :

LAPORAN KONSELING No. Kode: .......................Tanggal: .......................Pertemuan : .......................Format: ....................... Identitas Pribadi1.1. Nama:

1.2. Jenis Kelamin: 1.3. Umur/Tgl Lahir: 1.4. Pendidikan/Pekerjaan: 1.5. Status Perkawainan: Masalah Klien

2.1. Umum: .....................................................................................2.2. Belajar: .....................................................................................2.3. Spesifikasi: ..................................................................................... Gejala :

3.1. Rasa Aman: ..............................................................................3.2. Kopetensi: ..............................................................................3.3. Aspirasi: ..............................................................................3.4. Semangat: ..............................................................................3.5. Kesempatan: ..............................................................................

Gejala Langsung: MASIDU

MASIDUPEMBINAANTEKNIKRamKomAspSemKesGejala Tidak Langsung : Likuladu

LIKULADUPEMBINAANGizPendPSOBudKoinPenilaian dan Prospek

Mataram, 10 Desember 2013

Mengetahui Kepala SekolahGuru Bimbingan Konseling _________________________________________ NIP. NIP. SATUAN LAYANANBIMBINGAN DAN KONSELINGTopik Permasalahan/Bahasan: .....................................................................Bidang Bimbingan: ..................................................................... Jenis Layanan : ..................................................................... Fungsi Layanan: .....................................................................Tujuan Layanan: .....................................................................Sasaran Layanan: .....................................................................Uraian Kegiatan dan Materi: .....................................................................Metode: .....................................................................Tempat Penyelenggaraan : .....................................................................Hari / Tgl dan Waktu: .....................................................................Penyelenggaraan Layanan: .....................................................................Pihak-pihak yang dikut sertakan: .....................................................................

1. Subjek atau siswa yang diberikan layanan2. Guru Pembimbing

Alat dan Perlengkapan: .....................................................................Rencana penilaian: .....................................................................Catatan Khusus

Mataram, 10 Desember 2013

Mengetahui Kepala SekolahGuru Bimbingan Konseling _________________________________________ NIP. NIP.

Lampiran :Daftar Nama Siswa BinaanJenis dan Frekuensi Layanan yang Diterima Peserta DidikLayanan Konseling yang Diterima Peserta DidikSekolah/MadrasahNilai Hasil Kegiatan Layanan KonselingPerhitungan Jam Kegiatan Pelayanan Konseling Di Sekolah

BAB IIIPENUTUP

KESIMPULAN

Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Langkah Identifikasi ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa.Dalam upaya mengidentifikasi klien oleh konselor secara individual, maka harus dilakukan dengan mengutamakan hubungan konseling antara konselor dengan klien yang bernuansa emosional, sehingga besar kepercayaan klien terhadap konselorDengan mengidentifikasi masalah sosial maka akan dapat memberi kesempatan klien untuk berpartisipasi dalam aktifitas keseharian dengan berbagai kelompok masyarakatUntuk membantu menyelesaikan masalah klien, amat diperlukan dukungan keluarga seperti ayah, ibu, saudara, istri, suami, pacar, dan keluarga dekat lainnya. Fasilitator konseling keluarga adalah konselorDidalam menentukan karir Ada factor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam menentukan pilihan karirnya yaitu paktor-faktor yang ada dalam diri siswa yang meliputi bakat,intelegensi,prestasi,ketrampilan, minat,nilai, hobi, penggunaan waktu terluang, sikap,problema dan keterbatasan pribadiIdentifikasi kebutuhan dan permasalahan siswa adalah mengumpulkan dan memahami secara cermat kebutuhan dan permasalahan mungkin atau benar-benar dirasakan dan dihadapi oleh siswa.Dalam melakukan pengembangan terhadap media yang dipakai untuk menganalisis suatu masalah maka perlu diketahui tentang masalah apa yang perlu diteliti.Pendekatan yang bersifat asumtif prediktif, dimaksud untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan kebutuhan dan permasalahan yang bakal dirasakan atau dihadapi oleh siswa.pendekatan yang bersifat aktual obyektif, berujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan yang secara aktual dan obyektif benar-benar dirasakan dan dihadapi oleh siswa.Melakukan Analisis manual terhadapat suatu data identifikasi adalah dengan mengambil kesimpulan dari bermacam-macam data yang berasal dari berbagai sumber, misalnya dari catatan lapangan, dokumen informasi demografi, atau wawancara.Menganalisis data dengan komputer adalah analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik. Dalam bimbingan konseling, statistik biasa digunakan untuk analisis data hasil tes psikologis, misalnya tes inteligensi, tes bakat, dan sebagainya.Laporan Mengenai permasalahan masalah siswa adalah menyampaikan informasi hasil pengamatan, penelitian, pelaksanaan suatu kegiatan, ataupun fakta-fakta lainnya adalah mengenai hasil cek masalah yang dilakukan oleh seorang konselor.

SARANHasil identifikasi masalah hendaknya diikuti dengan tindak lanjut. Data hasil identifikasi ini sangat bermanfaat bagi konselor, tetapi juga sangat bermanfaat bagi peserta didik, dan sekolah. Oleh karenanya perlu dikelola dengan sistem administrasi yang teratur. Hasil ini harus dapat ditafsirkan sehingga konselor dapat memahami kemampuan dan permasalahan setiap peserta didik sehingga dapat dijadikan dasar dalam penyusunan program pelayanan bimbingan dan konseling sehingga sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan masalah peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Hood, A.B., & Johnson, R.W., 1993. Assessment in Counseling: a Guide to the Use Psychological Assessment Procedures. American Counseling Assocition

Ratna Widiastuti. 2010. Asessmen Intrumen Untuk Melakukan Asesmen dalam Bimbingan dan Konseling.

Dr. Samsyu Yusuf, L.N, Dr. A Juntika Nurihsan, 2008, Landasan Bimbingan dan Konseling, Rosyda Karya, Bandung.

Dr. Samsyu Yusuf, L.N, M.Pd, 2006, Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (SLTP dan SLTA), Pustaka Bani Quraisy, Bandung.

Abimanyu, S. & Manrihu, T. 1996. Teknik dan Laboratorium Konseling. Jakarta: Depdikbud, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

Daruma, A. Razak Dkk. 2002. Studi Kasus. Makassar: FIP Universitas Negeri Makassar.Prayitno, & Amti Erman. 1994. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.