MENGEVALUASI KINERJA KARYAWAN - Catatan Ade...
Transcript of MENGEVALUASI KINERJA KARYAWAN - Catatan Ade...
![Page 1: MENGEVALUASI KINERJA KARYAWAN - Catatan Ade …adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/.../5665/2016/10/...KINERJA-KARY… · Misalnya pada karyawan yang memiliki penilaian keterampilan](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100209/5a7945017f8b9af91c8c3504/html5/thumbnails/1.jpg)
Ade Heryana, SST, MKM Mengevaluasi Kinerja Karyawan
1
MENGEVALUASI KINERJA KARYAWAN
Ade Heryana
Dosen Prodi Kesmas FIKES Universitas Esa Unggul Jakarta Email: [email protected]
Setelah pelamar diterima menjadi
karyawan pada satu perusahaan, maka pada
tahap selanjutnya kinerja mereka akan
dievaluasi. Evaluasi dapat dilakukan saat
karyawan menjalani masa percobaan atau
setelah lulus masa percobaan.
Menurut Aamodt (2010) langkah-
langkah yang dilakukan dalam evaluasi kinerja
karyawan sebagai berikut:
LANGKAH-1: MENENTUKAN TUJUAN
EVALUASI KINERJA
Tujuan dilakukannya penilaian kinerja
karyawan menurut Aamodt (2010) antara lain:
1. Mendapatkan umpan balik bagi karyawan
dan menyiapkan pelatihan atau program
perbaikan bagi karyawan. Untuk tujuan
tersebut maka metode evaluasi kinerja
harus dapat mengetahui kelemahan dan
kekuatan karyawan. Salah satu metode
evaluasi yang bisa dipakai adalah
performance appraisal review.
2. Menentukan kenaikan gaji. Evaluasi kinerja
memberikan dasar yang adil/fair dalam
menentukan kenaikan gaji. Untuk tujuan
ini, maka evaluasi kinerja sebaiknya
menggunakan format kuantitatif (numerik)
bukan kualitatif (narasi).
3. Membuat keputusan promosi jabatan.
Untuk tujuan tersebut maka dimensi
evaluasi kinerja harus sesuai dengan posisi
baru yang akan dipromosikan.
4. Membuat keputusan memberhentikan
karyawan. Metode untuk tujuan ini akan
dibicarakan pada langkah ke-9 dalam
evaluasi kinerj karyawan.
5. Merencanakan evaluasi karyawan secara
personal.
Menentukan tujuan evaluasi kinerja
Mengidentifikasi keterbatasan lingkungan dan budaya
Menentukan person yang melakukan evaluasi kinerja
Menyeleksi metode yang digunakan dalam evaluasi kinerja
Melatih petugas evaluator
Mengobservasi dan mendokumentasikan kinerja
Mengevaluasi kinerja
Mengkomunikasikan hasil evaluasi kinerja
Mengambil keputusan
Umpan balik yang
cepat sesuai kebutuhan
Harian
Sesuai kebutuhan
Tahunan
![Page 2: MENGEVALUASI KINERJA KARYAWAN - Catatan Ade …adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/.../5665/2016/10/...KINERJA-KARY… · Misalnya pada karyawan yang memiliki penilaian keterampilan](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100209/5a7945017f8b9af91c8c3504/html5/thumbnails/2.jpg)
Ade Heryana, SST, MKM Mengevaluasi Kinerja Karyawan
2
LANGKAH-2: MENGIDENTIFIKASI
KETERBATASAN LINGKUNGAN DAN BUDAYA
Tahap berkutnya dalam eveluasi
kinerja karyawan adalah mengetahui faktor-
faktor lingkungan dan budaya yang
mempengaruhi penilaian kinerja. Contohnya:
- Bila karyawan akan dinilai memiliki tugas
yang banyak dan sibuk, maka sistem
evaluasi kinerja yang membutuhkan waktu
lama tidak akan berhasil diterapkan.
- Pada lingkungan kerja yang tidak
menerapkan reward berupa uang pada
karyawan, maka sebaiknya jangan
menerapkan sistem evaluasi kinerja yang
sangat rumit dengan menerapkan penilaian
kuantitatif; atau
- Pada lingkungan kerja yang daya kohesif
(tarik-menarik antara karyawan dengan
karakteristik sejenis) yang kuat, maka
sistem penilaian kinerja oleh rekan sekerja
lebih efektif.
LANGKAH-3: MENENTUKAN PERSON YANG
MELAKUKAN EVALUASI KINERJA
Pada dasarnya kinerja seorang
karawan tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi
saja, misalnya dari sisi atasan atau supervisor
saja. Salah satu metode evaluasi kinerja yang
disebut dengan 360-degree feedback dan
multiple-source feedback menggunakan
prinsip bahwa informasi yang relevan tentang
kinerja karyawan dapat dihasilkan dari
supervisor, rekan kerja (peers), bawahan
(subordinate), pelanggan, dan diri karyawan itu
sendiri.
Penilaian kinerja oleh supervisor
merupakan metode evaluasi kinerja yang
paling banyak digunakan perusahaan,
meskipun pada kenyataannya, seorang
supervisor tidak seluruhnya mengetahui
kinerja karyawan. Namun secara formal
organisasi, supervisor atau atasan merupakan
karyawan yang tepat untuk melakukan
penilaian.
Penilaian oleh rekan kerja bertujuan
mengetahui perilaku aktual karyawan sehari-
hari. Syarat penilai dari rekan sekerja adalah
sebaiknya memiliki kesamaan karakteristik
(jabatan, masa kerja, tugas dan tanggung
jawab) .
Penilaian oleh bawahan (subordinate)
atau disebut upward feedback, sangat penting
dilakukan karena dapat memberikan penilaian
dari sudut pandang yang berbeda. Syarat
penilaian kinerja dilakukan oleh bawahan
antara lain:
- Bila bawahan tidak merasakan adanya
ancaman atau ketakutan dalam menilai
atasannnya;
- Bila atasan/supervisor terbuka dengan
komentar bawahannya;
- Bila penilaian dilakukan anonim (tanpa
menyebutkan nama penilai/bawahan);
- Bila penilaian dilakukan untuk tujuan
pengembangan; dan
![Page 3: MENGEVALUASI KINERJA KARYAWAN - Catatan Ade …adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/.../5665/2016/10/...KINERJA-KARY… · Misalnya pada karyawan yang memiliki penilaian keterampilan](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100209/5a7945017f8b9af91c8c3504/html5/thumbnails/3.jpg)
Ade Heryana, SST, MKM Mengevaluasi Kinerja Karyawan
3
- Bila bawahan/pekerja yang menilai
memiliki kompetensi dalam mengukur
kinerja.
Pada penilaian kinerja oleh pelanggan,
dilakukan pengisian keluhan tentang
pelayanan yang diterima oleh pelanggan.
Contohnya adalah secret shoppers.
Teknik menilai kinerja secara mandiri
jarang sekali dilakukan oleh perusahaan
karena efektifitasnya yang masih
dipertanyakan. Disamping itu teknik ini
memerlukan kedewasaan daripada karyawan
yang besangkutan.
LANGKAH-4: MENYELEKSI KRITERIA
PENILAIAN DAN METODE PENILAIAN YANG
DIGUNAKAN
Kriteria adalah parameter yang dipakai
untuk menggambarkan karyawan yang sukses.
Misalnya kriteria yang dipakai adalah absensi,
kualitas kerja, dan keselamatan kerja. Untuk
menilai kriteria-kriteria yang ditetapkan
tersebut dibutuhkan metode pengukuran.
Terdapat tiga hal yang harus
diperhatikan dalam menentukan metode
pengukuran kinerja karyawan: Pemilihan
dimensi pengukuran, pembobotan dimensi
pengukuran, dan metode pemeringkatan.
Dimensi pengukuran bisa terdiri dari
empat jenis yaitu: sifat, kompetensi, jenis
tugas, dan tujuan. Tabel 1 menyajikan contoh
dimensi pengukuran kinerja pada petugas
polisi (Aamodt, 2010:245).
Tabel 1. Contoh 4 Dimensi Pengukuran Kinerja Petugas Polisi
1. Kompetensi 2. Tugas
- Keterampilan menulis laporan
- Keterampilan menyupir
- Keterampilan public speaking
- Pengetahuan tentang hukum
- Keterampilan mengambil keputusan
- Keterampilan dan kemampuan fisik
- Pencegahan kejahatan
- Prosedur menahan
- Testimoni di pengadilan
- Penggunaaan perlengkapan
- Prosedur radio komunikasi
- Patuh terhadap peraturan dan kebijakan
3. Tujuan 4. Sifat
- Mencegah terjadinya kejahatan
- Menahan pelanggar hukum
- Menyelesaikan tugas tanpa menimbulkan cedera
- Berbicara tentang penahanan dan bersaksi di hadapan pengadilan
- Meminimalisir keluhan warga
- Memastikan keselamatan umum
- Jujur - Bertanggung
jawab - Tegas - Kerjasama - Sopan santun - Dapat
dihandalkan
Dimensi sifat merupakan parameter
yang sering dipakai dalam penilaian kinerja
namun kurang tepat digunakan, karena umpan
baliknya kurang baik dan tidak akan
menciptakan perkembangan dan
pertumbuhan bagi karyawan. Misalnya
seorang supervisor menyampaikan hasil
penilaian kepada bawahannya dimana
![Page 4: MENGEVALUASI KINERJA KARYAWAN - Catatan Ade …adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/.../5665/2016/10/...KINERJA-KARY… · Misalnya pada karyawan yang memiliki penilaian keterampilan](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100209/5a7945017f8b9af91c8c3504/html5/thumbnails/4.jpg)
Ade Heryana, SST, MKM Mengevaluasi Kinerja Karyawan
4
karyawan tersebut memiliki sifat yang kurang
baik dalam memegang tanggung jawab dan
persahabatan. Umumnya karyawan akan
berperilaku defensif jika dilakukan penilaian
terhadap sifat karena sangat personil.
Disamping itu supervisor tidak dapat
memberikan advis yang lebih mendalam
terhadap sifat.
Dimensi kompetensi mengukur kinerja
karyawan pada aspek pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan. Misalnya:
keterampilan menulis, keterampilan
presentasi lisan, dan keterampilan menyetir.
Kelebihan penggunaan dimensi kompetensi
adalah mudah mendapatkan umpan balik, dan
menentukan langkah selanjutnya untuk
memperbaiki kinerja. Misalnya pada karyawan
yang memiliki penilaian keterampilan menulis
laporan yang kurang baik, maka disarankan
untuk diberikan pelatihan menulis laporan.
Dimensi tugas untuk penilaian kinerja
merupakan penilaian pada aspek-aspek yang
menjadi tugasnya sehari-hari. Misalnya pada
penilaian kinerja petugas polisi yang dinilai
adalah prosedur komunikasi radio panggil, dan
keterampilan bersaksi di pengadilan.
Penggunaan dimensi tugas dalam penilaian
kinerja biasanya disertai juga dengan dimensi
kompetensi. Misalnya: dalam mengukur
keterampilan bersaksi di depan pengadilan,
seorang petugas polisi juga harus memiliki
kompetensi dalam berbicara di depan publik.
Kelebihan dimensi tugas adalah: dapat menilai
tugas karyawan secara bersamaan, dan mudah
diterapkan dibanding dimensi lain.
Kelemahannya: sulit menentukan penyebab
rendahnya kinerja jika nilai dimensi tugas
sangat rendah. Misalnya pada polisi yang
memiliki keterampilan bersaksi di depan
persidangan, apakah disebabkan oleh
rendahnya pengetahuan atau karena
kompetensi berbicara di depan publik yang
rendah.
Dimensi tujuan mengukur kinerja
karyawan berdasarkan tujuan kerja yang harus
dijalankan. Misalnya: pada petugas polisi,
tujuannya adalah mencegah terjadinya
kejahatan, meminimalisir keluhan warga.
Kelebihan dimensi ini adalah memudahkan
karyawan untuk memahami kenapa dia harus
berperilaku sesuai yang diharapkan
perusahaan. Misalnya pada perilaku
menggunakan seat belt dan rompi anti peluru
saat petugas polisi bertugas. Jika perilaku ini
merupakan bagian dari dimensi tugas seorang
polisi yaitu mematuhi lembaga kepolisian,
maka bisa jadi seorang polisi tidak akan patuh
karena hal ini bisa saja dianggap kebodohan.
Namun jika perilaku tersebut merupakan
bagian dari tugas seorang polisi yaitu menjaga
keselamatan hidup, maka dipastikan polisi
akan mematuhinya.
Setelah ditentukan dimensi
pengukuran, tahap selanjutnya adalah
melakukan pembobotan terhadap dimensi
tersebut. Tujuan pembobotan adalah untuk
menunjukkan dimensi mana yang lebih
penting dibanding dimensi yang lain. Misalnya
![Page 5: MENGEVALUASI KINERJA KARYAWAN - Catatan Ade …adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/.../5665/2016/10/...KINERJA-KARY… · Misalnya pada karyawan yang memiliki penilaian keterampilan](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100209/5a7945017f8b9af91c8c3504/html5/thumbnails/5.jpg)
Ade Heryana, SST, MKM Mengevaluasi Kinerja Karyawan
5
pada pengukuran kinerja perawat, dimensi
“perawatan pasien” lebih penting dibanding
dimensi lainnya seperti “menggunakan
seragam yang sesuai”. Perawatan pasien lebih
banyak memberikan dampak negatif terhadap
Rumah Sakit jika kurang baik dijalankan.
Pembobotan dimensi pengukuran
sangat dianjurkan dalam pengukuran kinerja
karyawan untuk menjamin fairness dalam
pengukuran dan mencegah diskriminasi serta
bias dalam pengukuran.
Namun demikian, masih terdapat
organisasi atau perusahaan yang tidak
memberikan pembobotan karena alasan
praktis dan kemudahan dalam pengukuran
kinerja karyawan.
Tahap terakhir dalam menentukan
metode pengukuran adalah menentukan
prosedur evaluasi hasil pengukuran, apakah
menggunakan sistem perbandingan yaitu
membandingkan karyawan dengan karyawan
lain (comparison method) atau sistem
peringkat (Ranking system).
Comparison Method
Metode yang umum dipakai dalam
sistem perbandingan adalah metode peringkat
(ranking method), metode perbandingan-
berpasangan (paired-comparison method),
dan metode distribusi tertentu (forced-
distribution method). Contoh ketiga metode
tersebut disajikan pada tabel 2, tabel 3, dan
tabel 4.
Tabel 2. Contoh Penggunaan Ranking Method (sumber: Aamodt, 2010:248)
Karyawan Pengetahun
Ketergantungan
Kualitas Rata-rata
Barmanto 1 1 1 1,00
Uday 2 3 2 2,33
Hikmah 3 2 3 2,67
Supar 4 5 4 4,33
Coky 5 4 5 4,67
Tabel 3. Contoh Penggunaan Paired-
comparison Method (sumber: Aamodt, 2010:248)
Karyawan: Barmanto Uday Hikmah Supar Coky
Paired-comparison: lingkari karyawan mana yang lebih baik Barmanto Uday Barmanto Hikmah Barmanto Supar Barmanto Coky
Uday Hikmah Uday Supar Uday Coky
Hikmah Supar Hikmah Coky Supar Coky
Penilaian:
Karyawan Jumlah Lingkaran Barmanto 4
Uday 3 Hikmah 1 Supar 2 Coky 0
Tabel 4. Contoh Penggunaan Forced-
distribution Method (sumber: Aamodt, 2010:249)
Dias Farhan Berry
Zainal Budi
Robert Barman
July Kismanto Wise
10% 20% 40% 20% 10%
Buruk Di bawah
rata-rata
Rata-rata
Baik Sempurna
Ranking System
Sistem peringkat bisa menggunakan
dua cara yaitu pemeringkatan menggunakan
kriteria tertentu (objective measures) atau
menggunakan item pengukuran yang
![Page 6: MENGEVALUASI KINERJA KARYAWAN - Catatan Ade …adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/.../5665/2016/10/...KINERJA-KARY… · Misalnya pada karyawan yang memiliki penilaian keterampilan](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100209/5a7945017f8b9af91c8c3504/html5/thumbnails/6.jpg)
Ade Heryana, SST, MKM Mengevaluasi Kinerja Karyawan
6
ditentukan oleh atasan (ratings of
performance).
Pada metode objective measures,
kriteria yang digunakan umumnya adalah
kuantitas kerja, kualitas kerja, kehadiran, dan
keselamatan kerja.
Kuantitas kerja merupakan kriteria
yang diukur dengan menghitung jumlah
perilaku kerja yang releva. Misalnya: pada
salesman yang diukur adalah jumlah
penjualan, pada pekerja lini perakitan yang
diukur adalah jumlah part yang dilas, pada
petugas polisi yang diukur adalah jumlah
penahanan yang dilakukan, atau presenter TV
diukur dari jumlah penonton. Namun
beberapa pekerjaan tidak tepat diukur
menggunakan kriteria kuantitas kerja seperti
programer komputer, dokter, pemadam
kebakaran, pengacara, pengajar dan
sebagainya.
Kualitas kerja merupakan kriteria yang
diukur dengan mengukur kesalahan (error)
atau hasil kerja yang menyimpang dari standar.
Misalnya: pengukuran kinerja tukang jahit
yang diukur dengan membandingkan hasil
karyanya dengan dengan baju “model”, kinerja
sekretaris diukur dengan menghitung jumlah
typo, kinerja tukang masak diukur dengan
mengetahui kemiripan masakannya dengan
standar masakan (meliputi: ukuran, suhu,
jumlah bumbu). Contoh terakhir dipraktikkan
oleh restoran cepat saji ternama di dunia untuk
mengukur hasil masakan dari restoran
waralabanya. Seorang supervisor ditugaskan
untuk membeli makanan, lalu dibawa ke lokasi
tertentu untuk diukur suhu dan berat makanan
apakah memenuhi standar yang ditetapkan.
Kehadiran (attendance) merupakan
kriteria yang diukur dengan menghitung atau
mengamati perilaku absen karyawan.
Kehadiran dapat dibagi menjadi tiga: absensi
(absenteeism), terlambat (tardiness), dan rasa
memiliki (tenure). Tenure umumnya digunakan
hanya untuk mengevaluasi apakah proses
seleksi karyawan telah sukses dijalankan.
Misalnya kinerja pada pekerja pelayan
restoran cepat saji diukur dengan lamanya ia
bertahan atau tetap bekerja setelah diterima.
Keselamatan (safety) merupakan
kriteria yang diukur dengan mengetahui
kepatuhan karyawan terhadap aturan
keselamatan kerja dan tidak mengalami
kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Kriteria
ini bisa digunakan untuk keputusan promosi
atau pemberian bonus kepada karyawan.
Pada metode ratings of performance,
kriteria yang digunakan ditentukan oleh atasan
atau supervisor karyawan. Umumnya
menggunakan teknik graphic rating scale atau
the behavioral checklist (lihat tabel 5 dan tabel
6).
Tabel 5. Contoh Graphic Rating Scale (Sumber: Aamodt, 2010:252)
Inisiatif Buruk 1 2 3 4 5 Sempurna
Kerjasama Buruk 1 2 3 4 5 Sempurna
Ketergantungan Buruk 1 2 3 4 5 Sempurna
Kehadiran Buruk 1 2 3 4 5 Sempurna
Graphic rating scale memberikan skala
pengukuran untuk masing-masing kriteria
![Page 7: MENGEVALUASI KINERJA KARYAWAN - Catatan Ade …adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/.../5665/2016/10/...KINERJA-KARY… · Misalnya pada karyawan yang memiliki penilaian keterampilan](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100209/5a7945017f8b9af91c8c3504/html5/thumbnails/7.jpg)
Ade Heryana, SST, MKM Mengevaluasi Kinerja Karyawan
7
pengukuran kinerja karyawan. Kelebihan
teknik ini adalah mudah dibuat dan digunakan.
Kelemahannya adalah rentan terhadap
masalah subyektifitas dalam peniliaian
(seperti: halo effect, leniency, dan lain-lain).
Tabel 6. Contoh Penggunaan the Behavioral Checklist pada Penilaiaian Kinerja Petugas
Polisi (Sumber: Aamodt, 2010:253) PROSEDUR RADIO PANGGIL
Elemen Perilaku ____ menggunakan kode dan sinyal yang tepat saat mengirim informasi ____ memahami kode dan sinyal saat menerima informasi ____ suara jelas dan mudah dipahami saat situasi normal ____ suara jelas, mudah dipahami, dan tidak ada indikasi panik saat situasi genting ____ mematuhi prosedur radio dengan baik ____ mengetahui lokasi seluruh kantor polisi ____ tidak pernah berkomunikasi untuk menyampaikan informasi yang tidak tepat melalui radio ____ menjaga arus informasi agar selalu update ____ menjaga respek dan kesopanan saat berkomunikasi dengan petugas yang lain Rating Pengukuran ____ 5 Secara konsisten melebihi kebutuhan, tidak membutuhkan perbaikan ____ 4 Sering melebihi kebutuhan ____ 3 Biasanya sesuai kebutuhan, kinerja dapat diterima ____ 2 Biasanya sesuai kebutuhan, butuh perbaikan ____ 1 Tidak sesuai kebutuhan, membutuhkan perbaikan segera dan ekstensif Komentar:
LANGKAH-5: MELATIH EVALUATOR
Setelah ditentukan metode penilaian
yang akan dipakai, tahap selanjutnya adalah
melatih tenaga evaluator yang akan menilai
kinerja karyawan. Hal ini dilakukan untuk
menghasilkan sistem penilaian kinerja yang
yang sehat dan legal. Disamping memberikan
pelatihan kepada evaluator, karyawan juga
perlu dijelaskan mengenai metode penilaian
kinerja yang akan dijalankan. Semakin
karyawan mengetahui metode penilaian
kinerja dengan baik, maka tingkat kepuasan
karyawan juga semakin tinggi.
LANGKAH-6: MENGOBSERVASI DAN
MENDOKUMENTASIKAN KINERJA
KARYAWAN
Hal yang paling penting dalam
melakukan observasi dan dokumentasi adalah
mencatat kejadian kritis (critical incident) pada
karyawan. Insiden kritis adalah titik kinerja
karyawan yang paling buruk dan paling baik.
Insiden kritis ini harus dikomunikasikan ke
karyawan pada saat itu juga.
Kegunaan dokumentasi terhadap
kinerja karyawan adalah:
1. Memaksa atasan untuk fokus kepada
perilaku karyawan dibandingkan sifat;
2. menghasilkan contoh perilaku yang akan
digunakan saat mengevaluasi hasil kinerja;
3. Membantu atasan dalam mengingat
perilaku saat melakukan evaluasi kinerja;
dan
4. Membantu organisasi bila ada tuntutan dari
karyawan yang kecewa atau di PHK akibat
performa yang tidak baik.
LANGKAH-7: MENGEVALUASI KINERJA
Langkah-langkah dalam mengevaluasi
kinerja antara lain:
1. Mendapatkan dan mempelajari data-data
yang relevan dengan perilaku karyawan.
Misalnya: supervisor produksi bisa
mempelajari jumlah hari absensi, jumlah
unit yang diproduksi, dan tonase bahan
baku yang terbuang. Data-data ini
dikombinasikan dengan catatan insiden
kritis, supaya menghasilk penilaian yang
![Page 8: MENGEVALUASI KINERJA KARYAWAN - Catatan Ade …adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/.../5665/2016/10/...KINERJA-KARY… · Misalnya pada karyawan yang memiliki penilaian keterampilan](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100209/5a7945017f8b9af91c8c3504/html5/thumbnails/8.jpg)
Ade Heryana, SST, MKM Mengevaluasi Kinerja Karyawan
8
kuat. Disamping itu saat mempelajari data-
data harus diperhatikan pula hal-hal lain
yang mempengaruhi kinerja (seperti: shift
kerja, perlengkapan, pelatihan, partner
kerja, area geografis).
2. Membaca kembali seluruh insiden kritis
yang dilakukan karyawan. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi bias akibat efek primasi,
resensi, dan atensi terhadap informasi yang
tidak wajar.
3. Mengisi dan melengkapi formulir penilaian.
Saat melakukan penilaian, atasan harus
memperhatikan faktor-faktor yang bisa
menimbulkan bias pengukuran, yaitu:
- Distribution errors yaitu kesalahan yang
dibuat karena penilai menggunakan satu
sisi saja dari skala penilaian. Misalnya:
saat penilaian dengan skala 1,2,3,4,5
evaluator hanya menilai seluruh kinerja
karyawan dengan skala 4 dan 5 saja.
Kondisi ini disebut juga dengan leniency
error. Lawannya leniency error adalah
strictness error yaitu menilai kinerja
karyawan pada skala rendah. Bentuk
distribution error lainnya adalah central
tendency error, yaitu menilai seluruh
atau sebagian besar kinerja karyawan
pada skala tengah.
- Halo errors yaitu kesalahan yang terjadi
akibat evaluator terpengaruh oleh salah
satu atau keseluruhan karakter
karyawan. Misalnya: evaluator
mengetahui bahwa karyawan yang akan
dievaluasi terkesan sangat kreatif, maka
ia akan memberi penilaian yang baik
pada sisi intelijensia/kecerdasan. Halo
errors bisa terjadi karena evaluator tidak
memahami jenis pekerjaan yang akan
dievaluasi serta sangat kenal dengan
karyawan yang akan dinilai.
- Proximity errors yaitu kesalahan yang
terjadi ketika penilaian terhadap satu
dimensi mempengaruhi penilaian
dimensi selanjutnya yang berdekatan
atau memiliki kesamaan lokasi.
- Contrast errors yaitu kesalahan
penilaian karyawan akibat evaluator
terpengaruh oleh penilaian karyawan
sebelumnya. Contohnya seorang
manajer bank menilai enam
karyawannya dua kali dalam setahun
(tiap februari dan agustus). Manajer
mula-mula menilai karyawan bernama
Susana yang merupakan karyawan
terbaik dengan penilaian yang bagus
pada seluruh dimensi. Setelah menilai
Susana, selanjutnya menilai Fitria. Saat
dibandingkan dengan Susana, Fitria
tidak memperlihatkan penilaian yang
baik. Sehingga Fitria mendapat penilaian
yang sangat rendah, di bawah nilai yang
seharusnya diterima. Hal ini karena
manajer bank membandingkan Fitria
secara langsung dengan Susana.
- Recency effect yaitu kesalahan penilaian
akibat perubahan perilaku karyawan
antara saat periode awal penilaian dan
periode akhir penilaian. Misalnya:
![Page 9: MENGEVALUASI KINERJA KARYAWAN - Catatan Ade …adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/.../5665/2016/10/...KINERJA-KARY… · Misalnya pada karyawan yang memiliki penilaian keterampilan](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100209/5a7945017f8b9af91c8c3504/html5/thumbnails/9.jpg)
Ade Heryana, SST, MKM Mengevaluasi Kinerja Karyawan
9
penilaian kinerja dilakukan tiap 6 bulan.
Penilaian kinerja bulan januari-juni
dilakukan di bulan Juli. Maka bisa saja
perilaku karyawan saat bulan Juli bisa
lebih baik atau buruk saat bulan Januari.
- Infrequent observation yaitu kesalahan
penilaian kinerja akibat atasan tidak
memiliki kesempatan untuk
mengobservasi contoh perilaku
karyawan.
LANGKAH-8: MENGKOMUNIKASIKAN HASIL
EVALUASI KINERJA
Langkah selanjutnya setelah dilakukan
evaluasi penilaian adalah mengkomunikasikan
hasil penilaian kepada karyawan. Langkah ini
bermanfaat untuk memberikan umpan balik
serta menilai kelemahan dan kelebihan
karyawan, sehingga dapat diberikan pelatihan
lebih lanjut.
Umumnya pemberitahuan hasil
penilaian kinerja karyawan dilakukan 6 bulan
sekali. Proses penyampaian hasil penilaian
kinerja bagi kebanyak pimpinan dan manajer
adalah sesuatu yang kurang disukai karena
sifatnya yang normatif, sehingga banyak
pimpinan yang berusaha menyelesaikan
proses ini secepat mungkin.
Dalam merencanakan pelaksanaan
penyampaian hasil penilaian kinerja ada tiga
hal yang harus diperhatikan, yaitu: waktu,
penjadwalan, dan persiapan.
Waktu yang dibutuhkan untuk
mempersiapkan penyampaian hasil kinerja
idelanya ada sejam, dan pelaksanaan
penyampaiannya itu sendiri sebaiknya selama
sejam juga. Lokasi penyampaian hasil
sebaiknya tempat yang “netral” yang
menjamin privasi, dan sebaiknya tidak
dipisahkan oleh meja yang bisa menghambat
komunikasi.
Penjadwalan penyampaian hasil
evaluasi sebaiknya ditetapkan sekali dalam 6
bulan bagi karyawan lama. Bagi karyawan baru
dilakukan lebih sering dari karyawan lama.
Meski demikian, pemantauan kemajuan
karyawan tetap dilakukan sepanjang tahun
(tiap bulan).
Persiapan penyampaian hasil evaluasi
meliputi: mempelajari sistem penilaian yang
dipakai dan alasan kenapa menggunakan
sistem tersebut. Penyampaian hasil kinerja
yang berkualitas akan memuaskan karyawan
dan karyawn menerima hasil tersebut dengan
baik. Di samping itu, sebaiknya karyawan juga
diminta menyiapkan hasil penilaian terhadap
dirinya sendiri dan ditanyakan alasan ia
memberikan penilaian seperti itu.
Selama proses penyampaian hasil
evaluasi, beberapa hal perlu diperhatikan:
1. Memulai evaluasi dengan sedikit
perbincangan (basa-basi) untuk
mengurangi ketegangan;
2. Ketika kondisi dirasa sudah nyaman,
selanjutnya yang harus dilakukan atasan
adalah menyampaikan:
![Page 10: MENGEVALUASI KINERJA KARYAWAN - Catatan Ade …adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/.../5665/2016/10/...KINERJA-KARY… · Misalnya pada karyawan yang memiliki penilaian keterampilan](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100209/5a7945017f8b9af91c8c3504/html5/thumbnails/10.jpg)
Ade Heryana, SST, MKM Mengevaluasi Kinerja Karyawan
10
- Maksud dan tujuan penilaian kinerja
(menitikberatkan tujuan bukan hanya
untuk menaikkan gaji dan
memberhentikan karyawan);
- Bagaimana penilaian kinerja disusun;
- Bagaimana proses evaluasi dilakukan;
- Harapan agar proses penyampaian hasil
berlangsung interaktif; dan
- Tujuan penilaian untuk memahami dan
memperbaiki kinerja (bukan mencari
kesalahan karyawan)
3. Sebaiknya diawali dengan karyawan
menyampaikan hasil penilaiannya sendiri.
Berdasarkan studi, jika proses ini dilakukan
di awal akan meningkatkan kepuasan
karyawan;
4. Saat atasan menyampaikan hasil sebaiknya
dibatasi pada masalah perilaku dan kinerja
karyawan, bukan kepada sifat karyawan;
5. Umpan balik positif sebaiknya disampaikan
terlebih dahulu dibanding umpan balik
negatif, dan diakhiri dengan lebih banyak
umpan balik positif (disebut feedback
sandwich, dimana umpan balik positif
dianggap menutupi negatif). Teknik ini
berguna agar karyawan mau menerima
umpan balik negatif, dan mencegah atasan
untuk bersikap subyektif terhadap
karyawan;
6. Atasan sebaiknya menjelaskan alasan
kenapa penilaian kinerja yang karyawan
baik, dianggap tidak baik oleh perusahaan.
Penilaian yang salah oleh karyawan bisa
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
karyawan akan penyelesaian pekerjaan,
karyawan terlalu sibuk, atau ada masalah
lain yang mempengaruhi kinerjanya;
7. Sebaiknya atasan tidak lupa menyampaikan
ucapan “terima kasih” kepada karyawan
tanpa memandang hasil kinerjanya. Hal ini
dapat meningkatkan kepuasan karyawan;
8. Sebaiknya atasan menawarkan solusi
“kerjasama” untuk memecahkan masalah
umpan balik negatif.
LANGKAH-9: MENGAMBIL KEPUTUSAN
Hasil evaluasi kinerja bukan hanya
memutuskan apakah karyawan dipromosikan
atau tidak, namun ada saatnya manajer atau
pimpinan memutuskan untuk
memberhentikan karyawan.
Menyampaikan hasil penilaian kinerja
karyawan yang “tidak populer” seperti
menunda promosi, menurunkan jabatan atau
demosi, sampai memberhentikan karyawan
bukanlah pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan
kekuatan mental yang cukup untuk
menyampaikan hal ini. Salah satu cara
menghindari kondisi yang tidak nyaman ini
adalah dengan mempelajari aspek-aspek
hukum dalam ketenagakerjaan dengan baik.
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dan kebijakan
di bidang ketenagakerjaan bisa dijadikan
referensi dalam menyampaikan hal-hal yang
tidak populer akibat penilaian kinerja.
Manajer atau pimpinan wajib
mempelajari aspek legal/hukum terkait
pemberhentian karyawan. Masalah
![Page 11: MENGEVALUASI KINERJA KARYAWAN - Catatan Ade …adeheryana.weblog.esaunggul.ac.id/.../5665/2016/10/...KINERJA-KARY… · Misalnya pada karyawan yang memiliki penilaian keterampilan](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100209/5a7945017f8b9af91c8c3504/html5/thumbnails/11.jpg)
Ade Heryana, SST, MKM Mengevaluasi Kinerja Karyawan
11
ketenagakerjaan di Indonesia di atur dalam
Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Pasal 150 sampai dengan
pasal 172 undang-undang tersebut mengatur
tentang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
pada badan/organisasi yang mepekerjakan
orang lain dengan membayar upah atau
imbalan dalam bentuk lain.
Beberapa hal penting tentang PHK
yang diatur dalam UU tersebut adalah:
a. Keputusan PHK wajib dirundingkan antara
pengusaha, karyawan, dan serikat pekerja;
b. PHK wajib dibuat permohonan tertulis
kepada lembaga perselihan;
c. Terdapat alasan-alasan yang dilarang dalam
melakukan PHK (pasal 153);
d. Kewajiban membayar uang pesangon,
penghargaan, dan penggantian hak
karyawan oleh pengusaha;
e. Jenis-jenis kesalahan berat yang bisa
langsung diberikan PHK oleh pengusaha
(pasal 158);
f. Ketentuan PHK akibat perubahan status
perusahaan (seperti: merger, pailit);
g. PHK akibat karyawan meninggal dunia,
mangkir 5 hari berturut-turut tanpa
pemberitahuan.
REFERENSI
Aamodt, Michael G. Industrial/Organizational
Psychology, Sixth Edition. CA: Cengage
Learning, 2010
Levy, Paul E., Industrial Organizational
Psychology: Understanding the
Workplace, New York: Worth
Publishers, 2010.
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.