Mengenal Survei Seismik

24
Mengenal Survei Seismik 1 -Tuty Nurijan- MENGENAL SURVEI SEISMIK I. PENDAHULUAN Survey seismic merupakan salah satu kegiatan eksplorasi minyak dan gas yang menggunakan metode geofisika dengan pemanfaatan penjalaran gelombang di bawah permukaan menggunakan sumber getar dan penerima getar yang dibentang di atas permukaan tanah. Sumber getar menghasilkan gelombang pantul ke dalam tanah dan dipantulkan kembali ke permukaan oleh lapisan-lapisan batuan yang akan diterima penerima getar. Hasilnya berupa penampang lapisan batuan bawah permukaan yang berguna untuk mencari sumber potensial cadangan minyak dan gas. Gambar 1. Sketsa Survei Seismik Kegiatan survey seismic tidaklah mudah, kegiatan ini memerlukan kerjasama dan komunikasi yang baik antara company, main contractor dan sub-contractor. Company adalah pihak yang memberikan pekerjaan kepada pihak Main contractor. Main contractor adalah pihak pelaksana yang memberikan supervisi kepada pihak sub-contractor untuk membantu pelaksanaan di lapangan. Umumnya pihak contractor ini memiliki lebih dari satu sub- contractor. Sub-contractor adalah pihak yang membantu main contractor dalam pekerjaan yang berhubungan dengan kehumasan, kegiatan topografi, rintis, titian, pengeboran dangkal dan pengisian bahan peledak serta pekerjaan perekaman data.

description

Mengenal Survei Seismik

Transcript of Mengenal Survei Seismik

Page 1: Mengenal Survei Seismik

Mengenal Survei Seismik

1 -Tuty Nurijan-

MENGENAL SURVEI SEISMIK

I. PENDAHULUAN

Survey seismic merupakan salah satu kegiatan eksplorasi minyak dan gas yang menggunakan metode

geofisika dengan pemanfaatan penjalaran gelombang di bawah permukaan menggunakan sumber getar

dan penerima getar yang dibentang di atas permukaan tanah. Sumber getar menghasilkan gelombang

pantul ke dalam tanah dan dipantulkan kembali ke permukaan oleh lapisan-lapisan batuan yang akan

diterima penerima getar. Hasilnya berupa penampang lapisan batuan bawah permukaan yang berguna

untuk mencari sumber potensial cadangan minyak dan gas.

Gambar 1. Sketsa Survei Seismik

Kegiatan survey seismic tidaklah mudah, kegiatan ini memerlukan kerjasama dan komunikasi yang baik

antara company, main contractor dan sub-contractor.

Company adalah pihak yang memberikan pekerjaan kepada pihak Main contractor.

Main contractor adalah pihak pelaksana yang memberikan supervisi kepada pihak sub-contractor untuk

membantu pelaksanaan di lapangan. Umumnya pihak contractor ini memiliki lebih dari satu sub-

contractor.

Sub-contractor adalah pihak yang membantu main contractor dalam pekerjaan yang berhubungan

dengan kehumasan, kegiatan topografi, rintis, titian, pengeboran dangkal dan pengisian bahan peledak

serta pekerjaan perekaman data.

Page 2: Mengenal Survei Seismik

Mengenal Survei Seismik

2 -Tuty Nurijan-

Sebagai pendukung kegiatan, pihak pelaksana terdapat beberapa department, yaitu:

Department Kehumasan; bertanggung jawab pada kegiatan sosialisasi tingkat permerintah propinsi

hingga perorangan pemilik lahan yang terkena lintasan guna memperlancar kegiatan survey seismik

serta sebagai pengumpul data pemilik lahan (inventory) dan kerusakan yang terjadi akibat kegiatan

survei seismik (damage claim) di sepanjang lintasan seismic.

Department Topografi; bertanggung jawab dalam menentukan koordinat receiver dan shoot point

yang sesuai dengan koordinat teoritik yang telah ditentukan dalam desain survey.

Department Seismologist; bertanggung jawab pada kegiatan pengeboran dan pengisian bahan

peledak serta perekaman data.

Department Processing; bertanggung jawab pada pengolahan data yang diperoleh dari hasil

perekaman, guna mengetahui geometri data dan hasil perekaman data secara cepat dan diharapkan

dapat memberikan saran kepada department Seismologist dan Observer untuk perekaman data

pada hari berikutnya.

Gambar 2. Meeting Koordinasi

Selain semua Department tersebut diatas, adapula tim pengontrol kualitas pekerjaan di lapangan

dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dalam kegiatan survey seismic. Tim tersebut dinamakan QC

(Quality Control) tim yang berperan sebagai company man.

Page 3: Mengenal Survei Seismik

Mengenal Survei Seismik

3 -Tuty Nurijan-

Secara teknis pelaksanaan survey seismic dapat digambarkan sebagai berikut :

PERIJINAN & SOSIALISASI

PEMBANGUNAN GUDANG HANDAK

PERSIAPAN BASECAMP

TOPOGRAFI

RINTIS & PEMASANGAN TITIAN

PENGEBORAN & PENGISIAN

BAHAN PELEDAK

TES PARAMETER

TES GEOPHONE

PEMBENTANGAN KABEL GEOPHONE

PEREKAMAN DATA

PENGOLAHAN DATA LAPANGAN

PEMBAYARAN GANTI RUGI

ADVANCE PARTY

BASIC PARTY

Page 4: Mengenal Survei Seismik

Mengenal Survei Seismik

4 -Tuty Nurijan-

II. ADVANCE PARTY

II.1. PERIJINAN DAN SOSIALISASI

Tahapan awal yang harus dilakukan ialah perijinan. Perijinan dilakukan mulai dari perijinan tingkat

propinsi, kabupaten/kotamadya, kecamatan, kelurahan hingga tingkat perorangan selaku pemilik

lahan yang terlintasi oleh lintasan seismik.

Perijinan pada tingkat kecamatan hingga pemilik lahan dilaksanakan dalam bentuk sosialisasi, guna

mengenalkan kepada aparat setempat dan warga tentang maksud dan tujuan serta tahapan-

tahapan kegiatan seismik yang akan dilaksanakan.

Selain itu dilakukan pula perekrutan tenaga kerja lokal dan pendampingan pendataan pemilik lahan

serta pendataan kerusakan yang ditimbulkan akibat dari kegiatan seismic sepanjang lintasan serta

perihal pembayaran ganti rugi.

Pada tahapan ini Department yang berperan adalah Department kehumasan didampingi oleh

Department QC, yaitu QC Humas dan QC Damage Claim.

Gambar 3. Kegiatan Sosialisasi

II.2. PEMBANGUNAN GUDANG HANDAK

Sumber energi yang digunakan sebagai sumber getaran adalah bahan peledak. Bahan peledak

tersebut dapat berupa miniseis atau dayagel dengan detonator sebagai triger peledakan.

Pengadaan bahan peledak dilakukan oleh pihak company melalui mitra kerjanya yang bergerak

dalam bidang pengadaan bahan peledak tersebut.

Keamanan bahan peledak sangatlah penting sehingga harus dilakukan pengawasan yang baik

terhadap bahan peledak salah satunya dengan pembangunan gudang handak (bahan peledak) yang

harus sesuai dengan standard dan spesifikasi teknis DIRJEN MIGAS.

Page 5: Mengenal Survei Seismik

Mengenal Survei Seismik

5 -Tuty Nurijan-

Gambar 4. Gudang Handak survei seismik 2D milik SPC Mahakam Hilir Pte. Ltd

Gudang handak harus dilengkapi dengan :

Tanggul setinggi ± 2 meter

Pagar berduri

APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

Satu unit pompa air (hydrant) dan selangnya

Lampu penerangan mencakup seluruh gudang handak

Master Point sebagai tempat berkumpul apabila terjadi sesuatu

Rambu-rambu yang menunjang keselamatan dan kebersihan

Termometer untuk menjaga suhu gudang handak

Alat Penangkal petir serta alat pengukur tahanan tanah

Atap gudang dilengkapi dengan talang air

Parit pembuangan di sekeliling gudang handak

Portal dan Pos Jaga di depan gerbang masuk gudang handak

Gudang Accessories

Sarana penunjang keperluan personil (Kamar Mandi, WC dan Dapur)

Selama proses pembangunan gudang handak akan dikenal dokumen berikut :

1. P3 (Pemilikan, Penguasaan dan Penyimpanan Bahan Peledak)

Dokumen ini berupa surat ijin untuk memiliki, menguasai dan menyimpan bahan peledak di

gudang handak yang telah dibangun oleh pihak perusahaan dengan seijin dari Kapolri.

Dalam dokumen surat ijin ini tertera beberapa persyaratan gudang handak sebagai tempat

penyimpanan diantaranya :

Page 6: Mengenal Survei Seismik

Mengenal Survei Seismik

6 -Tuty Nurijan-

Gudang handak harus dilengkapi 3 (tiga) gembok dengan kunci yang berbeda dengan

penanggung jawab kunci masing-masing gembok yang juga berbeda yaitu ; Kepala gudang,

petugas polisi dan kepala teknis di lapangan.

Gudang handak harus dijaga secara terus menerus (24 jam) oleh petugas jaga yang ditunjuk

pihak perusahaan dan didampingi oleh polri setempat.

Selain hal tersebut di atas pemegang ijin berkewajiban memberikan laporan kepada Kapolri dan

bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan bahan peledak.

2. P2 (Pembelian dan Penggunaan Bahan Peledak)

Dokumen ini berupa surat ijin pembelian dan penggunaan bahan peledak untuk keperluan

seismik survey, dokumen ini juga berlaku sebagai surat ijin pengangkutan bahan peledak dari

gudang perusahaan penyedia bahan peledak ke gudang pembeli (gudang handak seismik).

Dokumen surat ijin ini dikeluarkan oleh Kapolri (Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia).

3. P1 (Pengangkutan Bahan Peledak)

Dokumen ini berupa surat ijin pengangkutan bahan peledak dari gudang sementara (gudang

handak) ke lokasi survei seismic di lintasan.

II.3. PERSIAPAN BASECAMP

Persiapan Basecamp dilakukan oleh pihak pelaksana pekerjaan di lapangan. Basecamp yang

digunakan haruslah memenuhi standard HSES (Health, Safety, Environment dan Security).

Sebuah Basecamp harus memiliki ruangan :

Ruang Bekerja (Kantor)

Ruang Beristirahat (Kamar Tidur)

Ruang Kesehatan (Klinik)

Ruang Makan

Ruang Masak (Dapur)

Ruang Pertemuan (Meeting)

Ruang Genset

Areal Merokok

Areal Berkumpul (Master Point)

Workshop Recording

Parkiran yang luas

Setiap ruangan yang ada di basecamp hendaknya dilengkapi dengan rambu-rambu keselamatan dan

rambu-rambu informasi serta smooke detector sebagai alat yang akan memberikan respon apabila

terjadi kebakaran atau apabila ada personil yang merokok di tempat yang tidak semestinya.

Selain beberapa ruangan tersebut di atas, basecamp juga dilengkapi dengan beberapa karyawan

yang bekerja penuh di basecamp seperti ; laundry, office boy, room boy, koki dan satpam.

Page 7: Mengenal Survei Seismik

Mengenal Survei Seismik

7 -Tuty Nurijan-

II.4. TOPOGRAFI

Department topografi memiliki peran yang sangat penting dalam pelaksanaan teknis di lapangan,

karena survey topografi adalah proses awal penentuan koordinat (X, Y, Z) yang akan digunakan

pada tahapan-tahapan berikutnya hingga tahap akhir yaitu pengolahan data dan interpretasi data.

Tahapan dalam survey topografi:

1. Orientasi Line : Setelah pihak perusahaan menentukan lintasan yang dikehendaki,

Department Topografi akan mengeluarkan koordinat teoritik (X,Y),

kemudian dilanjutkan dengan pengecekan batas-batas wilayah

survey, posisi-posisi lintasan dan akses jalan menuju lintasan

tersebut.

Gambar 5. Pengecekan area survei serta akses lintasan

2. Jejaring GPS : Setelah diketahui posisi lintasan kemudian dilanjutkan dengan

pembuatan jejaring BM (Bench Mark) GPS (Global Positioning

System). Pembuatan jejaring BM GPS ini dimaksudkan untuk

memperoleh tingkat keakuratan posisi yang baik.

Gambar 6. contoh BM GPS yang telah terpasang

Page 8: Mengenal Survei Seismik

Mengenal Survei Seismik

8 -Tuty Nurijan-

3. Pengamatan GPS : Pengamatan GPS ini dilakukan setelah BM GPS dipasang sesuai

dengan jejaring GPS yang telah dibuat. Pengamatan GPS ini

dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan ketelitian posisi yang

akurat untuk setiap titik BM GPS.

4. Pengolahan data GPS : Setelah proses pengamatan dan pengolahan data GPS, departemen

topo akan memperoleh nilai koordinat posisi tiap-tiap BM GPS.

5. Membuka Lintasan : Pembukaan lintasan seismik dimulai dari titik BM GPS atau titik

poligon terdekat yang telah memiliki koordinat yang telah pasti (fix).

Gambar 7. Pengamatan GPS

Gambar 8. Flow Pengolahan Data GPS

Page 9: Mengenal Survei Seismik

Mengenal Survei Seismik

9 -Tuty Nurijan-

Gambar 9. Pengukuran Lintasan

Pengukuran lintasan untuk Receiver point maupun Shoot point ditandai dengan menggunakan

patok, adapun ketentuan warna dan penomeran disesuaikan dengan kesepakatan. Umumnya ada

perbedaan antara patok receiver point dengan shoot point.

Pada survey 2D shoot point genap juga diberi tanda patok dengan tujuan memudahkan unit drilling

apabila harus melakukan kompensasi bila pada saat kondisi normal tak terpenuhi. Sedangkan pada

survey 3D dikenal SL (Shoot Line) dan RL (Receiver Line), shoot point berada pada lintasannya sendiri

sehingga tidak ada pengecualian untuk dipasang tanda patok baik shoot point ganjil maupun genap.

Dari hasil survei topografi, selain diperoleh koordinat (X,Y,Z) posisi receiver point dan shoot point,

diperoleh pula data pendukung lainnya yaitu peta dan sketch line.

Gambar 10. Ilustrasi posisi receiver point (biru) dan shoot point (merah) pada lintasan 2D

Gambar 11. Ilustrasi posisi shoot point (merah) dan receiver point (biru) pada lintasan 3D

SP SP

Page 10: Mengenal Survei Seismik

Mengenal Survei Seismik

10 -Tuty Nurijan-

Setelah pengukuran lintasan selesai bukan berarti pekerjaan departemen Topografi selesai, karena

pada saat pengeboran dan pengisian bahan peledak, saat posisi normal tak terpenuhi dengan

alasan jarak aman. Maka jalan yang ditempuh ialah offset atau kompen titik SP. Untuk melakukan

offset atau kompen departemen Topografi kembali berperan menentukan titik pergeseran tersebut.

Gambar 12. Ilustrasi SP Offset dan SP kompensasi

Hal utama yang mempengaruhi adanya offset atau kompen SP adalah keberadaan bangunan atau

lokasi yang memiliki jarak aman. Contohnya ; perkampungan, sekolah, peternakan dan tambak.

Oleh sebab itu Driller dan personil Topografi beserta QC Lapangan melakukan pengecekan di setiap

titik-titik source yang perlu untuk di-offset dengan panduan safety distance yang sudah disepakati

antara Field Supervisor dan Party Chief.

II.5. RINTIS DAN PEMASANGAN TITIAN

Rintis yang dimaksudkan adalah membuka jalur lintasan agar lebih mudah di akses, setelah

dilakukan pemasangan tanda berupa patok pada lintasan.

Pemasangan titian juga sama halnya dengan rintis yaitu bertujuan untuk mempermudah akses di

lintasan, Informasi line sketch yang dibuat oleh tim pengukur lintasan sangat membantu dalam

penentuan program kerja.

Gambar 13. Rintis (kiri), tangga (tengah), jembatan dan tangga (kanan)

SP SP SP SPkompensasi SPkompensasi

SPoffset

SPoffset

Page 11: Mengenal Survei Seismik

Mengenal Survei Seismik

11 -Tuty Nurijan-

Areal sebuah survey umumnya meliputi hutan, rawa, sungai, dan areal yang berbukit-bukit.

Sehingga diperlukan sebuah tangga, pegangan tangan dan jembatan untuk mempermudah pekerja

yang sedang melakukan kegiatan di sepanjang lintasan.

II.6. TES PARAMETER

Tes parameter ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh data yang terbaik pada

kedalaman lubang bor dan muatan tertentu.

Pelaksanaan tes parameter hampir sama dengan pelaksanaan perekaman data, pembentangan

kabel geophone sedangkan SP tes berada diataranya dengan kedalaman dan muatan yang berbeda-

beda. SP tes dapat dilakukan dengan beberapa pattern hole (dua lubang dengan kedalaman dan

muatan yang sama ditembak secara bersamaan) atau beberapa single hole.

Peralatan yang digunakan adalah peralatan perekaman. Sebelum tes parameter dilaksanakan

terlebih dahulu dilakukan tes instrument untuk memastikan bahwa peralatan perekaman dapat

berfungsi dengan baik.

Setelah dipastikan instrument dapat berfungsi dengan baik, proses perekaman tes parameter telah

siap dilaksanakan dengan cara yang sama seperti melakukan perekaman data.

Gambar 14. Contoh design tes parameter

II.7. PENGEBORAN DAN PENGISIAN BAHAN PELEDAK

Tahapan selanjutnya adalah tahapan pengeboran, pada tahapan ini pengeboran yang dilakukan

ialah pengeboran dangkal dengan kedalaman yang telah ditentukan berdasarkan hasil parameter

test. Pengeboran dilakukan pada shoot point sesuai dengan tanda yang diberikan oleh Department

Topografi dengan tujuan untuk melakukan penanaman bahan peledak. Mengapa harus dilakukan

pengeboran terlebih dahulu, hal ini dilakukan agar bahan peledak yang ditanam berada pada

lapisan keras (lapisan yang berada dibawah lapisan lapuk). Kemudian akan timbul pertanyaan;

mengapa harus pada lapisan keras, karena pada lapisan lapuk, gelombang yang dipancarkan oleh

sumber akan terefraksi.

Bentangan Geophone 1 Lintasan

SP dengan variasi

kedalaman dan muatan

Page 12: Mengenal Survei Seismik

Mengenal Survei Seismik

12 -Tuty Nurijan-

Peralatan yang digunakan dalam pengeboran dan pengisian bahan peledak diantaranya :

1. Mesin Water Pump

Digunakan untuk menyalurkan air dengan bantuan selang/hose dari sumber air ke mud pit

disetiap titik pengeboran.

2. Mesin Power Rig

Digunakan saat melakukan pengeboran, mesin ini berfungsi sebagai pemutar mata bor dengan

sambungan pipa pengeboran.

3. Mesin Mud Pump

Mesin Mud Pump berfungsi untuk menyalurkan mud dari mud pit ke lubang pengeboran agar

serpihan cutting pengeboran dapat terangkat ke permukaan.

4. Selang (suction hose)

Selang digunakan untuk menyalurkan air dan juga mud pengeboran.

Gambar 15. Mesin Power Rig (Kiri), Mesin Mud Pump (tengah) dan selang/hose (kanan)

5. Pipa bor

Pipa bor digunakan untuk menghubungkan antara mata bor dan mesin bor, guna mengetahui

seberapa dalam lubang yang telah dibor dapat dilakukan dengan menghitung jumlah pipa bor

yang telah masuk, umumnya panjang pipa bor adalah 1,5 meter/pipa.

Gambar 16. Pipa bor

Page 13: Mengenal Survei Seismik

Mengenal Survei Seismik

13 -Tuty Nurijan-

6. Mata Bor

Mata Bor berfungsi untuk membuat jalur sepanjang lubang bor. Mata Bor ini merupakan salah

satu alat yang sangat berguna dalam pengeboran. Ada beberapa macam mata bor, diantaranya

: Trifus, mata bor 7/8, Wing 3/8 dan sebagainya.

Pemilihan mata bor ini disesuaikan dengan diameter lubang bor yang diinginkan dan juga

litologi yang akan ditembus.

7. King Swifel

Alat yang digunakan untuk pengeboran dengan cara flushing tanpa menggunakan power rig.

Gambar 17. Contoh Mata Bor

8. Kunci Pipa

Kunci pipa ini sangat berperan saat akan melakukan penambahan pipa bor atau saat

pencabutan pipa bor.

Kunci ini juga sangat berperan saat melakukan pengeboran pada lapisan lunak dengan cara

flushing.

Gambar 18. King Swifel (kiri atas), kunci pipa (kiri bawah)

dan kotak Detonator (DT-kanan) dan kotak Dynamite (DN-kiri)

Page 14: Mengenal Survei Seismik

Mengenal Survei Seismik

14 -Tuty Nurijan-

9. Kotak Dynamite dan Kotak Detonator

Kotak ini berfungsi untuk menyimpan detonator dan dynamite yang akan digunakan di lintasan.

Untuk penggunaan jumlah dynamite maupun detonator harus dapat diperkirakan terlebih dulu

oleh driller dan shooter.

10. Polymer

Cairan kimia yang digunakan untuk mengeraskan dinding lubang bor, umumnya digunakan saat

menembus lapisan pasir gugur.

Gambar 19. Liquid Polymer

11. Digital Cap Tester

Cap Tester ini berfungsi untuk mengetahui tahanan yang masih dimiliki oleh detonator sekaligus

memastikan apakah detonator masih berfungsi atau tidak.

Apabila Tahanan Jenis bernilai 0, berarti detonator mati atau lebih dikenal dengan istilah “dead

cap”.

12. Loading pole

Loading Pole atau Dummy load digunakan untuk melakukan pengecekan kondisi lubang bor

apakah telah sesuai dengan kedalaman yang diinginkan, apakah terjadi formasi gugur pada

dinding lubang bor atau tidak dan digunakan untuk mendorong dynamit yang akan ditanam ke

dasar lubang bor.

13. Tali Rafia

Saat melakukan perakitan dynamite, dynamite akan diikat dengan tali rafia. Hal ini dilakukan

untuk menghindari putusnya kabel detonator saat dimasukkan kedalam lubang bor akibat

menahan beban terlalu besar, sehingga tali rafia ini akan membantu beban kabel detonator

saat dilakukan penanaman kedasar lubang bor.

14. Lakban

Lakban digunakan untuk membalut dynamite terutama pada bagian sambungan saat perakitan.

Page 15: Mengenal Survei Seismik

Mengenal Survei Seismik

15 -Tuty Nurijan-

Pada survey seismic 2D pengeboran dilakukan hanya pada SP ganjil terkecuali jika tidak dapat

dilakukan pada SP ganjil maka harus dikompensasi ke SP genap. Sedangkan pada survey 3D,

pengeboran dilakukan di sepanjang lintasan shoot, SP genap maupun ganjil.

Pada umumnya pada satu unit pengeboran terdapat tim pengeboran, tim water relay yang lebih

dikenal dengan sebutan kru selang dan satu tim pengisian bahan peledak yang lebih dikenal dengan

sebutan kru preloading. Tim pengeboran ini dipimpin oleh seorang Driller yang telah bersertifikat

MIGAS sedangkan tim preloading dipimpin oleh seorang Shooter yang juga telah bersertifikat

MIGAS. Dalam unit tersebut juga terdapat dua orang mandor yaitu mandor drilling dan preloading,

adapula seorang safety man dan dilengkapi oleh seorang medic yang merupakan standard dasar

dalam pelaksanaan kegiatan survey seismic.

Pengeboran pada lapisan yang lunak pada umumnya hanya menggunakan system flushing tanpa

menggunakan mesin hanya dengan bantuan air/mud dan dorongan pipa oleh kru menggunakan

kunci Inggris. Pada lapisan yang agak keras dapat dilakukan menggunakan mesin yang dikenal

dengan sebutan power rig.

Pada pelaksanaan kegiatan pengeboran pada sisi titik yang akan dibor akan di buat lubang pit

tempat penampungan air dan lumpur serpihan cutting hasil pengeboran.

Gambar 20. Pengeboran flushing (kiri), dengan power rig (tengah), pencabutan pipa bor (kanan)

Gambar 21. Cek kondisi lubang bor (kiri) dan Penanaman bahan peledak (kanan)

Mud Pit Power Rig King swifle

Page 16: Mengenal Survei Seismik

Mengenal Survei Seismik

16 -Tuty Nurijan-

Setelah pengeboran dan pengisian bahan peledak dilakukan kemudian dilanjutkan dengan tamping

(pemampatan lubang bor) bertujuan agar energy saat peledakan terpusat kebawah. Selain hal

tersebut diatas, lubang mud pit juga harus ditutup dengan rapi seperti semula.

Gambar 22. Mendorong bahan peledak ke dasar lubang (kiri) dan tamping (kanan)

Agar tidak terjadi kerusakan dan pencemaran di permukaan akibat kegiatan pengeboran tersebut.

Hal ini berkaitan erat dengan standard HSE (Health, Safety and Environment) yang diterapkan pihak

company sehingga selain kesehatan dan keamanan, kelestarian lingkungan di wilayah kegiatan

survey seismic juga harus tetap terjaga.

II.8. TES GEOPHONE

Pengecekan Geophone dilakukan sebelum proses perekaman berlangsung, pengecekan yang

dilakukan yaitu :

1. Tes Leakage

Tes ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kebocoran pada kabel geophone. Apabila terjadi

kebocoran pada geophone akan menyebabkan terjadinya “ringing” pada data sehingga akan

tampak noise seperti noise 50 Hz.

Gambar 23. Tes Leakage (kiri), tes polarity dan continuity (kanan)

Page 17: Mengenal Survei Seismik

Mengenal Survei Seismik

17 -Tuty Nurijan-

2. Tes Polaritas

Dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh rangkaian telah terpasang dengan posisi yang

benar. Apabila polaritasnya tidak searah maka data akan memiliki polaritas terbalik dan

memerlukan reverse editing pada saat pengolahan data.

3. Cek continuity

Dilakukan untuk memastikan bahwa geophone memiliki harga tahanan geophone yang normal

saat di rangkai paralel maupun seri.

II.9. PEMBENTANGAN KABEL GEOPHONE

Sebelum dilakukan perekaman data, terlebih dahulu dilakukan pembentangan kabel geophone yang

dilakukan oleh kru bentang dan penanaman geophone yang dilakukan oleh kru rojok/penanaman.

Kru pembentangan dan kru rojok ini juga memiliki peranan yang tak kalah pentingnya dibandingkan

dengan kru yang lainnya, karena saat penanaman geophone posisi coupling geophone yang

tertanam sangat berpengaruh pada kualitas data yang dihasilkan.

Pada daerah rawa penanaman geophone dilakukan hingga menemukan lapisan keras.

Gambar 24. Pembentangan dan penanaman geophone

Peralatan yang digunakan selama pembentangan dan rojok :

1. Kabel String Connector/Take Out : Alat yang digunakan untuk menghubungkan antar

string geophone sehingga menjadi satu channel.

2. Geophone : Instrument penerima getaran gelombang

3. Super Planter : Alat yang digunakan untuk membuat lubang tempat

penanaman geohone

4. Planting pole : Alat yang digunakan untuk menanam geophone ke

dalam lubang yang telah dibuat sebelumnya.

Page 18: Mengenal Survei Seismik

Mengenal Survei Seismik

18 -Tuty Nurijan-

5. Kabel Link (FDU) : FDU (Field Digitizing Unit) adalah kabel yang digunakan

untuk menghubungkan antar trace, menerima data dari

geophone dan merubah data tersebut dari analog

menjadi digital.

Gambar 25. String Connector (kiri), Geophone (tengah) dan kabel link FDU (kanan)

6. Line Acquisition Unit (LAUL) : Kabel yang digunakan untuk menghubungkan antara

FDU dan LAUX serta mengirimkan data yang diterima

dari FDU ke labo. Alat ini juga berfungsi sebagai

pemberi dan pengontrol power lintasan.

7. Crossing Line Acquisition Unit (LAUX) : Alat yang digunakan untuk menghubungkan antar kabel

transfer (LAUL) di lintasan dan instrument LABO.

Penentuan jumlah maksimal trace antara FDU, LAUL/LAUX tidak semudah membagi power supply

yang tersedia dengan jumlah trace, tetapi harus mempertimbangkan hal berikut di bawah ini :

1. Jumlah maksimal trace tiap lintasan harus sesuai dengan design yang telah ditentukan.

2. Tegangan akan berkurang sebanding dengan panjang kabel. Sehingga apabila kabel terlalu

panjang akan memungkinkan terjadinya drop power supply. Drop ini dapat menyebabkan data

tidak terekam dengan sempurna (line cut).

Page 19: Mengenal Survei Seismik

Mengenal Survei Seismik

19 -Tuty Nurijan-

III. BASIC PARTY

III.1. PEREKAMAN DATA

Perekaman data merupakan akhir pekerjaan teknis survei seimik di lapangan. Proses perekaman

data dikendalikan oleh seorang observer yang posisinya berada di Labo. Labo merupakan sebuah

tempat dimana pengontrol instrument perlengkapan recording berada. Pada survey seismik darat

umumnya Labo berada dalam sebuah truk (dog house) atau bisa juga dalam sebuah flying camp.

Gambar 26. Labo Flying camp (kiri) dan dog house (kanan)

Sebelum melakukan perekaman observer akan melakukan urutan pekerjaan sebagai berikut :

1. Pengecekan Trace : Dilakukan untuk memastikan kondisi instrument dan seluruh

persambungan kabel dan geophone dalam kondisi baik.

2. Instrument Test : Instrument test atau daily test dilakukan sebelum melakukan

penembakan untuk mengetahui apakah instrument yang digunakan

dalam kondisi baik. Salah satu daily test yaitu field noise test.

3. Blaster Test : Dilakukan menggunakan capsin untuk memastikan instrument ini

dapat bekerja dengan baik (geophone uphole dapat menangkap

uphole time dengan baik dan kabel cap dapat menghasilkan arus yang

akan dialirkan menuju detonator).

4. Persiapan Perekaman : Setelah semua instrument dapat dipastikan dalam kondisi baik,

dilanjutkan dengan persiapan perekaman.

Persiapan perekaman yang dilakukan observer dengan memastikan

beberapa hal di bawah ini :

Shooter telah berada di posisi yang benar, pengecekan posisi SP

dengan melihat trace ID dan FDU ID untuk menghindari kesalahan

posisi tembak.

Page 20: Mengenal Survei Seismik

Mengenal Survei Seismik

20 -Tuty Nurijan-

Personil penyetopan jalan telah berada di posisi masing-masing.

Pengamanan lintasan, seluruh personil mengamankan posisi

masing-masing sesuai dengan yang telah ditentukan.

5. Perekaman : Perekamakan dilakukan untuk mendapatkan data yang bagus tanpa

noise. Apabila persiapan perekaman telah dilakukan dan noise telah

tidak ada, maka perekaman pun dimulai. Shooter tembak di lintasan

akan mendengarkan komando dari observer untuk melakukan

penembakan.

Gambar 27. Instrument di Labo (kiri), observer sedang memonitor noise dari Labo (kanan)

Seorang observer harus memiliki konsentrasi dan inisiatif yang tinggi sehingga apabila terjadi

trouble shooting maka observer dapat dengan cepat mengambil keputusan.

Saat proses perekaman tidak selalu berjalan sempurna. Terkadang terdapat kejadian miss fire, yaitu

:

1. Dead Trace : Trace mati, tidak menerima signal.

2. Dead Cap : Detonator dan dinamit tidak meledak

3. Cap Only : Detonator meledak, tetapi dynamite tidak ikut meledak

4. Loss Wire : Kabel detonator yang akan disambung ke kabel cap pada blaster tidak

dapat disambung, karena tidak ditemukan.

5. Loss Hole : Shoot point yang akan ditembak tidak ditemukan

6. Line Cut : Data yang diterima terpotong, beberapa penyebab line cut diataranya :

Kabel leakage, kabel yang bocor dapat menyebabkan air masuk ke

dalam kabel dan terjadi hubungan arus pendek sehingga hubungan

terputus.

Persambungan kabel jelek, persambungan kabel yang jelek dapat

menyebabkan data tidak terkirim sempurna.

Plotter

NAS

Page 21: Mengenal Survei Seismik

Mengenal Survei Seismik

21 -Tuty Nurijan-

Baterai di pasang terlalu jauh, seperti yang telah diuraikan di atas

bahwa panjang kabel akan sebanding dengan power supply yang

diperlukan. Jadi apabila baterai dipasang terlalu jauh maka power yang

diperlukan akan semakin besar hal ini dapat menyebabkan baterai drop

sehingga hubungan terputus dan terjadi line cut.

Baterai low, apabila baterai low dan akhirnya drop akan menyebabkan hubungan terputus dan data

mengalami line cut.

III.2. PENGOLAHAN DATA LAPANGAN

Proses pengolahan data lapangan dilakukan setelah data hasil perekaman di lapangan berikut data

koordinat dan informasi penembakan lainnya diterima oleh department Processing.

Pengolahan data yang dilakukan di lapangan berbeda dengan pengolahan data yang dilakukan di

processing center. Karena pada pengolahan data di lapangan lebih menitik beratkan pada geometri

dan kualitas raw data terhadap noise.

Tahapan yang umumnya dilakukan di processing field ialah :

1. Reformat data

Data yang diperoleh dari LABO umumnya masih dalam bentuk format SEG-D sehingga perlu

dilakukan perubahan kedalam format processing.

2. Geometri

Pada tahapan proses ini dilakukan pendefinisian koordinat X,Y,Z, offset ataupun kompensasi

pada receiver point dan shoot point serta pola bentangan dan jumlah receiver yang aktif.

Pada tahapan ini dilakukan QC Geometri untuk memastikan bahwa data yang diperoleh telah

berada pada geometri yang benar.

Geometri penembakan termasuk di dalamnya yaitu :

- FFID (Record ID)

Dari informasi observer log dapat kita ketahui apakah terdapat kesalahan penulisan FFID.

- Koordinat

Dari koreksi geometri juga dapat kita ketahui apakah koordinat shoot point yang ditembak

telah benar atau ada pergeseran.

- Up Hole Time

Apabila pada data SPS data uphole time tidak ikut terekam maka dapat dilihat pada observer

log.

Page 22: Mengenal Survei Seismik

Mengenal Survei Seismik

22 -Tuty Nurijan-

- Nomor shoot point

Sama halnya dengan FFID, dari observer log dapat kita ketahui apabila terdapat kesalahan

penulisan nomor Shoot Point.

- Bentangan

Dari raw data dapat kita lihat apakah ada kesalahan pada bentangan saat penembakan atau

lebih dikenal dengan “wrong spread”.

Apabila terjadi beberapa kesalahan geometri seperti yang telah disebutkan sebelumnya, maka

kita dapat berkoordinasi atau melakukan konfirmasi kepada department Seismologist dan

department Topografi agar dapat segera dilakukan perbaikan.

Interval receiver dan shoot point dapat menentukan bin untuk mengetahui perhitungan CDP

(Common Deep Point), fold coverage dan offset.

Dari batas luasan bin yang diketahui kita dapat mengetahui nilai fold pada luasan tersebut. Nilai

fold menunjukkan jumlah trace refleksi yang diterima dalam 1 bin.

Gambar 28. Kegiatan Processing

3. Editing

Pada raw data yang telah terkoreksi geometri, dilanjutkan dengan editing data. Editing data

dilakukan pada data shoot gather berupa killing trace pada trace yang spike, jelek atau mati,

reverse trace yang mengalami polaritas terbalik.

Plotter

Page 23: Mengenal Survei Seismik

Mengenal Survei Seismik

23 -Tuty Nurijan-

Selain killing trace dapat juga dilakukan muting, yaitu memotong trace hanya pada bagian

tertentu yang telah didefinisikan.

4. Static Correction

Koreksi Statik ini dilakukan untuk melakukan koreksi pada waktu tempuh gelombang akibat

perbedaan ketinggian di permukaan (topografi) dan perbedaan ketebalan lapisan lapuk.

Koreksi static dapat dilakukan dengan cara sebagai beikut :

Koreksi ketinggian (elevation) dengan data ketinggian topografi dan data uphole time.

Koreksi lapisan lapuk (weathering layer) dengan data hasil picking first break.

5. TAR (True Amplitude Recovery)

Tool TAR digunakan untuk mengembalikan energi Amplitudo yang terserap karena proses

atenuasi akibat jarak tempuh dari sumber ke penerima.

6. Deconvolution

Deconvolution merupakan filter untuk mengembalikan signal dengan amplitudo yang melebar

akibat adanya filtering oleh bumi (konvolusi) menjadi spike menggunakan bantuan wavelet.

Deconvolution dilakukan sepanjang time untuk meningkatkan resolusi.

7. Velocity Analysis

Analisis kecepatan merupakan proses terpenting untuk menggambarkan struktur bawah

permukaan. Hasil analisis kecepatan dapat kita pergunakan sebagai model kecepatan awal.

Model kecepatan akan dipergunakan hingga proses migrasi.

Nilai kecepatan suatu medium berbeda-beda. Nilai ini dipengaruhi oleh litologi batuan,

porositas, densitas, ukuran butir, kandungan fluida dan sebagainya.

8. Residual Statics

Residual statics dilakukan untuk meningkatkan kualitas stack section dengan cara

menghilangkan permasalahan statik yang tersisa, yaitu membuat horizon pada hasil seismic

stack yang telah terkoreksi NMO (Normal Move Out). Setelah dilakukan residual statics

umumunya reflektor akan lebih menerus.

9. Stacking

Stacking ialah melakukan penjumlahan pada dimensi offset (CDP gather) sehingga dapat

meningkatkan rasio signal dan menghilangkan noise.

10. Migration

Adanya perubahan pada bidang reflector yang diakibatkan oleh sesar (patahan pada sebuah

bidang) mengakibatkan adanya efek difraksi, selain itu pada lapisan miring CDP tidak jatuh pada

posisi sebenarnya. Oleh karena itu dilakukan proses migrasi dengan tujuan :

Menghilangkan efek difraksi

Page 24: Mengenal Survei Seismik

Mengenal Survei Seismik

24 -Tuty Nurijan-

Mengembalikan reflector ke posisi yang sebenarnya

Meningkatkan resolusi lateral

Parameter yang sangat penting dalam proses migrasi ialah lebar aperture. Karena nilai aperture

inilah yang akan digunakan dalam perhitungan amplitude sepanjang hiperbola difraksi.

III.3. PEMBAYARAN GANTI RUGI

Pada tahapan ini department Kehumasan kembali memiliki peranan yang sangat penting. Setelah

dilakukan perekaman data, selanjutnya dari departemen Kehumasan menurunkan timnya yang

dikenal dengan sebutan tim Inventory untuk melakukan pendataan kerusakan sepanjang lintasan.

Data kerusakan tanam tumbuh dan rumah retak ini kemudian dicocokan dengan data kepemilikan

lahan yang telah diperoleh saat pelaksanaan topografi. Adapun besar penggantian kerusakan

disesuaikan dengan peraturan daerah yang berlaku.

Pada mumnya kerusakan terjadi pada tanaman musiman karena pada tanaman keras baik produktif

maupun tidak produktif umumnya tidak akan ditebang tetapi akan dihindari dengan cara bergeser

dalam radius yang masih dapat ditoleransi.

Setelah data kerusakan tanam tumbuh dan data rumah retak diperoleh, dilanjutkan dengan

pembayaran kompensasi dihadapan aparat setempat, yaitu Muspika (Danramil, Kapolsek), Camat,

Lurah dan RT atau yang mewakili.

Gambar 29. Kegiatan Pembayaran Ganti Rugi

Dari beberapa tahapan yang telah disebutkan di atas. Apabila kita lakukan seluruh tahapan tersebut

dengan baik dan benar, sesuai denga standard operasional yang berlaku maka harapan untuk

memperoleh data yang baik dapat terpenuhi.