MENGENAL SENI MODERN, SEBAGAI PENGKAYAAN WAWASAN...
Transcript of MENGENAL SENI MODERN, SEBAGAI PENGKAYAAN WAWASAN...
MATERI 2
Prof. Dharsono
MENGENAL SENI MODERN,
SEBAGAI PENGKAYAAN
WAWASAN SENI
Pascasarjana ISI Surakarta
2020
Catatan:
Estetika berasal dari bahasa Yunani: Aesthetica yang berarti kemampuan melihat lewat
pengindraan atau pencerapan, persepsi, perasaan atau sensitivitas, maka sangat erat kaitannya
dengan bagaimana kemampuan seseorang dalam menafsirkan (interpretasi) keberadaan
Karya seni
modernFilsafat seni Disebut karya
estetik
Seniman/disainer
Monroe Beardsley dalam Problems in the Philosophy of Criticism,
secara filsafati dijelaskan sedikitnya ada 3 langkah utk membuat baik
(indah) dari benda-benda estetis pada umumnya. Yaitu, Unity, complexsity
dan intensity
SENI MODERNMonroe C. Beardsley dalam teori kreatifitas seni
EKSPRESI PERSONAL SEBAGAI KONSEP PENCIPTAAN SENI MODERN
Obyek sebagai rangsang Cipta
Ekspresi personal
Seni sebagai lambang ekspresi pribadi
yang dilukiskan sebagai garap abstraksi
kehidupan (fine/pure art)
Ekspresi personal
Seni sebagai lambang ekspresi pribadi
secara murni (fine/pure art), tanpa
wujud/figur
Ekspresionisme
Seni modern Eropa abad 20
Abstraksionisme
Seni modern amerika abad 20
Tujuan ungkapan seni dibuat dan dinilai untuk dirinya sendiri, untuk keperluan
lain, dan kita selalu akrab dengannya, dan kita sengaja membuatnya dan
merenunginya. Bandingkan antara "sajak cinta " dengan pernyataan cinta.
Sajak yang dinilai akan mengalami emosi berirama yang ditimbulkan pada
penulis sekaligus pembacanya. Sedang pernyataan cinta, sekalipun dinikmati oleh yang menyatakan, namun nilai utama terletak pada akibat yang
ditimbulkan, makin cepat persyaratan itu selesai semakin baik. Sajak
tujuannya pada dirinya sendiri, dapat diulang-ulang; nanti, esok kapan saja,
sedang pernyataan cinta yang pada pokoknya merupakan alat untuk
mencapai tujuan bukan untuk dirinya sendiri, sehingga tidak ada artinya lagi untuk diulang setelah tujuan itu tercapai/gagal. Sajak cinta bukan sekedar alat
tetapi ungkapan seni yang tetap bernilai, walaupun tujuan itu telah
tercapai/gagal (Parker, 1946: 14).
SENI SEBAGAI UNGKAPAN PERASAAN
Perbedaan hubungan di antara semua seni: seni lukis,
patung, arsitektur, musik, puisi, fiksi, tari, film dan lain
sebagainya mempunyai masalah yang sama di dalam
estetika. Adapun terjadinya perbedaan di antara semua
seni hanyalah secara fisik, karena penggunaan material
yang berbeda. Perbedaan material yang terjadi di dalam
proses cipta seni dalam mewadahi ungkapan perasaan sang
seniman, maka terjadi cabang-cabang seni. Seni rupa;
merupakan satu bentuk kesenian yang mempergunakan
medium rupa sebagai medium ungkapnya
PERBEDAAN DI ANTARA
SEMUA SENI
Ekspresionisme
Seni modern Eropa abad 20
Eli Siegel mengatakan bahwa ia
berasal dari titik atau ketunggalan
menuju kejamakan. Apabila kita
mencoba menelusuri hubungan di
antara unsur-unsur yang
terkongkritisasi pada suatu lukisan,
ke suatu hal yang ada di dalam karya
itu, maka sebenarnya kita melakukan
seperti menelusuri diri saya ke hal-
hal yang ada pada saya sendiri (Eli
Siegel, 1967: 100-111).
Ekspresionisme berangkat dari realisme dinamis,
sebagai suatu pelepasan diri dari ketidakpuasan
faham realisme formal. Dikatakan oleh Cézanne,
bahwa yang paling sukar di dunia ini adalah
mengutarakan ekspresi langsung atau konsepsi
yang imaginer. Apabila tidak dicocokkan dengan
model yang objektif, maka buah pikiran yang
menjelajahi media tidak menentu. Untuk
mencapai harmoni yang merupakan bagian seni
yang esensial, seorang seniman harus berpegang
pada sensasinya bukan pada visinya (Dharsono
2004:74)
EKSPRESIONISME
Ekspresionisme“Ekspresi” adalah sebuah istilah yang
penting dalam dunia seni. Apa yang
terkandung di dalamnya tidak lebih
dari lirisisme atau simbolisme. Dalam
hal ini hampir dalam semua madzab
seni modern, bersumber dan selalu
menggunakan label “ekspresionisme”.
Perkataan tersebut secara fundamental
menjadi penting, sama pentingnya
dengan “idealisme” dan “realisme”.
Ekspresionisme adalah suatu gaya seni
yang berusaha untuk menggambarkan
perasaan subyektif seorang seniman,
individualistis, dan pemunculannya
tidak bertepatan dengan periode dan
negara atau bangsa tertentu (Soedarso
SP, 1990:62-64).
SurrealismeKreativitas kaum Surrealis
berusaha membebaskan dari
kontrol kesadaran, menghendaki
sebebas orang tengah bermimpi.
Gerakan ini sangat dipengaruhi
oleh ajaran ilmu jiwa dalam,
terutama analisis psikis (psycho
analysis) dari Sigmund Freud.
Gerakan selanjutnya mengarah
pada tendensi realis, seperti karya
Salvador Dali (Dharsono 2004:93-
94)
Nama ‘Fauvisme’ berasal dari kata Perancis “les
fauves” yang berarti binatang liar, yang dipakai oleh
Louis Vauxcelles, seorang kritikus yang terkejut
melihat keliaran dari sekelompok pelukis muda yang
berpameran di Salon d’Automne, dan menyebut pameran itu sebagai Cage des fauves (sangkar
binatang liar). Gerakan ini kadang-kadang disebut
sebagai gerakan liar yang terjadi pada pameran tahun
1905 itu (Myers dan Copplestone, ed., 1992:831).
Henri Matisse (1869-1954) adalah pelopor aliran ini yang menyatakan bahwa fauvisme lahir dari reaksi
terhadap methodisme yang lamban dan tidak tepat
pada neo-impresionisme Seurat dan Segnac. Andilnya
dalam
Merupakan
perkembangan seni
modern adalah
merupakan salah satu
pembebas aturan seni saat itu. Ciri-
cirinya ada pada
“ketepatan bukan
selalu merupakan
kebenaran
Fauvisme
Dharsono 2004:76
Dengan munculnya seni lukis Fauvisme ini maka ikatan seni tentang warna dan bentuk alam
terputus. Walaupun fauvisme belum memperkenalkan bentuk-bentuk abstrak, namun gejala itu
mulai nampak. Apabila dilihat dari konsepnya, bahwa kalau suatu lukisan sudah tidak harus sesuai
dengan bentuk dan warna alamnya, maka arahnya akan menuju sesuatu yang absolut yaitu bentuk
abstrak. Itulah maka Matisse selain dikenal sebagai seniman terbesar dalam kelompok Fauvisme,
dan juga sebagai bapak seni abstrak (Myers dan Copplestone, ed., 1992: 381)
Fauvisme (perancis), Henri Matisse: “The Red Room”, 1908-1909.
Canvas, 65,7 x 99 cm.State Hermitage, Leningrad. (Honour dan Fleming, 1991: 653)
Karya Henk Ngantung: ‘Mengungsi.’(Kusuma-Atmadja, ed., 1990-1991: 84) Seni
Abstraks dengan aspirasi masyarakat pada saat klas II sebagai aspirasi garap seni
Futurisme . Arthur B. Davies: “Dancers.” Kanvas, 7 x 12’6”. The Detroit
Institute of Art, Detroit, Michigan. (Brwon, et al., 1979: 382) . Seni Abstraks
Eropa dengan aspirasi Dance
Suatmaji: ‘Kolase dengan Topeng.’ (Seni Abstraks)
(Kusuma-Atmadja, ed., 1990-1991: 133)
Sucipto Adi: ‘Reinkarnasi.’ (Seni abstraks)
(Kusuma-Atmadja, ed., 1990-1991: 141)
Bulan Februari 1916, pada saat berkecamuknya Perang Dunia I, seorang penyair
Rumania: Tristan Tzara dan Marcel Janco, serta dua penulis Jerman Hugo Ball
dan Richard Huelsenbeck serta senirupawan dari Perancis Hans Arp (1887-1966),
berkumpul di Cabaret Voltaire, Zurich. Kelompok ini mendirikan sebuah
kelompok yang ia beri nama “Dada” yang berarti bahasa anak-anak untuk
menyebutkan kuda mainan. Melihat cara mereka mengambil sebuah nama untuk
kelompok mereka, menunjukkan sikap nihilitas, menolak semua hukum seni dan
keindahan yang sudah ada, sebagai protes terhadap nilai-nilai sosial yang semakin
runyam. Mereka meneriakkan “To Hell with Cézanne” dan “Assassiner la
Peinture” (Soedarso Sp., 1990:99).
Perkumpulan orang Dada muncul akibat persamaan nasib melihat pranata sosial
yang kian tidak menentu semenjak Perang Dunia I. Selain itu, karya-karya
mereka cukup sinis. Ada sebuah reproduksi lukisan Monalisa yang dibubuhi
kumis, ada lagi yang berjudul “Kepala yang Mekanistis” karya Raoul Maussmann
(1919-1920), yaitu sebuah gambaran kepala manusia dari kaca dirangkai dengan
menempelkan macam-macam barang lain. Duchamp memberi kejutan dengan
beberapa “barang-barang jadi” (Dharsono 2004:89-90)
Mengenal Dadaisme
Ekspresionisme -abstraks
Seni modern amerika abad 20
Perkembangan seni rupa khususnya di
Amerika Serikat hingga tahun 1920-an
dipengaruhi oleh seni realitis Eropa. Tetapi
pada tahun 1913 di New York
diperkenalkan seni lukis modern. Beberapa seniman dengan spontan
menerima pikiran-pikiran baru ini sehingga
berdiri museum dan galeri untuk
menampung seni gerakan baru yang
mengakibatkan seniman-seniman Eropa meninggalkan negaranya untuk berimi-
grasi ke Amerika. Hijrahnya seniman-
seniman ke Amerika karena adanya masa
kekacauan yang ingin memperebutkan
hal-hal yang sifatnya nasionalisme (sosial, politik, teknologi, sains, dll).
Seni rupa modern Amerika selama tahun 1930-an bersifat eksperimen
yang mengarah ke Geometris-Abstrak, seperti Piet Mondrian seniman
yang banyak pengikutnya sehingga menjadi simbol dan tokoh bagi
seniman abstrak Amerika. Kemudian muncullah Ekspresionisme-Abstrak
yang menentang adanya Abstrak Geometris. Di Museum of Modern Art
1942, secara resmi Ekspresionisme-Abstrak resmi dikenal umum hingga
pada pameran seni lukis dan patung tahun 1951 di Amerika,
Ekspresionisme-Abstrak berkembang menjadi gerakan yang paling kuat
dan orisinil dalam sejarah seni rupa Amerika. Gerakan ini didukung oleh
beberapa kritikus seni seperti Clement Greenberg, namun setelah Perang
Dunia II perkembangannya mulai tersendat sehingga mulai berhubungan
lagi dengan seni rupa modern Eropa (Dharsono 2004+98)
Ekspresionisme-Abstraks
(Abstrak-Ekspresionisme)
Ekspresionisme Abstrak. Jackson Pollock: “Autumn Rhythm”, 1950.
Kanvas, 267 x 526. Metropolitan Museum of Art, New York. (Honour dan Flaming, 1991:
698) . Penciptaan Seni sebagai lambang ekspresi pribadi secara personal
Gambar 29. Ekspresionisme Abstrak. Wassily Kandinsky: “Composition VII ”, 1913. Kanvas, 78 x
99cm. Stadtische Galerei im Lenbachaus, Munich. (Honour dan Fleming, 1991: 658), Penciptaan
Seni sebagai lambang ekspresi pribadi secara personal
Arti yang paling murni, seni abstrak merupakan ciptaan yang terdiri dari
susunan unsur-unsur rupa yang sama sekali terbebas dari ilusi atas bentuk-
bentuk alam. Jika pada aliran sebelumnya seniman masih bertitik-tolak dari
objek nyata, maka pada aliran abstrak seniman berusaha mengungkap sesuatu
kenyataan yang ada di dalam batin seniman..
Jika seni abstrak (lukisan abstrak), secara wujud fisik masih nampak kesan
alam, biasanya disebut semi abstrak; impresionisme-abstrak, bahkan kubisme
dan futurisme disebut juga abstrak. Namun yang benar-benar abstrak (secara
murni) ada dua kategori yang berbeda: “Ekspresionisme-Abstrak” dan
“Geometris-Abstrak”. Pada Ekspresionisme-Abstrak pengungkapan garis dan
warna cenderung tidak geometris, dan ada dua jenis yang tergolong
ekspresionisme-abstrak yaitu “colour field painting”, garis dan warna yang
diungkapkan cenderung menampilkan bidang-bidang lebar dengan warna
cerah. Jenis kedua “action painting”, garis dan warna yang diungkapkan
cenderung menampilkan semburan-semburan, plototan-plototan, serta wujud-
wujud ekspresif di atas kanvas (Dharsono 2004:99)
Antara seni abstraks dan
Ekspresionisme-Abstraks
Narsen Afatara: ‘Patung dalam lingkungan perkotaan.’ (Kusuma-
Atmadja, ed., 1990-1991: 189) (abstraks ekspresionisme)
G. Sidharta: ‘Patung monumen kontemporer tanpa judul.
(Kusuma-Atmadja, ed., 1990-1991: 180)
RujukanAgus Sachari (ed), Antara Seni Desain Teknologi, Konflik dan Harmoni. Bandung:Nova
Agus Sachari, 1989 Estetik Terapan Spirit-Spirt yang menikan Desain. Bandung: Nova.
Dharsono (1993). Seni Rupa Modern, Bandung: Rekayasa Sains
Eli Siegel (1967), Aesthetic Realism, New York: Colonial Press p.103-109)
Humardani, SD (1980), Dasar-Dasar Estetika,Diktat, Surakarta: Akadeni Seni
Karawitan Surakarta.
Kennick,W.E.(ed) 1979, On The Creation of art, Art and Philosophy, Reading in
Aesthetics, Second edtion, New York: St Martin’s Press.
Leo Tolstoy,(1930), What is Art and Essays, Translated by Aylmer Maude. World’s
Classics Serics. 1930 and Repinted by permission of Oxford University Press
London.
Liang Gie, The. (1976)Garis Besar Filsafat Keindahan. Yogyakarta: Penerbit karya.
Morris Weirz (ed) 1970, On the Creation of Art, Problem in Aestheties; Monroe C.
Beardsley, The Maemilan Company.
Mulyadi, 1986. Kritik, diktat Kuliah Surakarta: UNS Sebelas Maret
Parker, DeWitt H, The Principles of Aesthetics, Second Edition, New York: Appleton
Century Crofts Inc
Read, Herbert, 1967. Art and Alienation, The Role of the Artist in Sosiety. New York:
Horizon Press